BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Al Islam 1 Surakarta. Secara khusus, penelitian dilakukan di kelas XI IIS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta, yang terletak di Jalan Honggowongso nomor 94. Alasan pemilihan sekolah dan kelas XI IIS 2 sebagai tempat dan subyek penelitian adalah karena pertama, berdasarkan hasil survey, ditemukan adanya kendala mengenai sikap sosial peserta didik pada mata pelajaran sejarah. Kedua, hasil belajar mata pelajaran sejarah masih rendah. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian mencakup rangkaian dari kegiatan dan alokasi waktu yang dibutuhkan peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan. Pelaksanaan mulai bulan November 2015 hingga bulan April 2016. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian. Kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti meliputi pengajuan permasalahan, penyusunan proposal, penyusunan perizinan, pelaksanaan penelitian, penyusunan laporan, dan pelaksanaan ujian. Berikut adalah urutan waktu pelaksanaan kegiatan dalam penelitian.
41
42
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan Minggu Ke
1.
Survei Sekolah
2.
Penyusunan Proposal
3.
Perizinan
4.
Pelaksanaan Penelitian Siklus 1
5.
Pelaksanaan Penelitian Siklus 2
6.
Penyelesaian dan Penyusunan Laporan
7.
Ujian Revisi
dan
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
2015
2015
2016
2016
2016
2016
1 2 3 4
1 2 3
4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
43
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IIS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta yang berjumlah 34 peserta didik. Terdiri dari 20 putri dan 10 putra. Secara umum sikap sosial dan hasil belajar peserta didik dalam kelas ini masih rendah. C. Data dan Sumber Data Data-data yang dipergunakan untuk keperluan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data sebagai berikut: 1. Narasumber
: Siswa dan Guru
2. Tempat dan aktivitas
: SMA Al Islam 1 Surakarta, dengan aktivitas
melalui Kegiatan Belajar Mengajar siswa kelas XI IIS 2, dengan materi yang sudah direncanakan. 3. Sumber lain
: Penelitian, arsip, dokumen, buku-buku dan
makalah terkait judul penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi. Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsung, lazimnya menggunakan teknik yang disebut observasi (Ali, 1992:72 dalam Mahmud, 2011:168). Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan. Teknik ini banyak digunakan, baik dalam penelitian sejarah ataupun diskriptif. Hal ini karena dengan pengamatan, gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat untuk dikumpukan dan dicatat. Mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi mengadakan pertimbangan, kemudian
44
mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya, kita memperhatikan reaksi penonton televisi itu, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi tersebut dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai apakah reaksi tersebut sangat, kurang atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki (Arikunto dalam Mahmud, 2011:168). Observasi dapat dilakukan secara partisipasif ataupun nonpartisipasif. Dalam observasi partisipasif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi nonpartisipasif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Kedua jenis observasi
ini
ada
kelebihan
dan
kekurangannya
masing-masing.
(Sukmadinata, 2013:220). Ada tujuh hal penting dalam teknik observasi yan harus diperhatikan yaitu: 1. Pemilihan, pengamat menentukan fokus atau bagian yang akan diamati secara sengaja 2. Pengubahan, observasi boleh mengubah perilaku atau suasana tanpa mengganggu kewajarannya 3. Pencatatan, upaya merekam kejadian-kejadian dengan menggunakan catatan lapangan, sistem kategori dan alat lainnya 4. Pengodean, proses penyederhanaan catatan-catatan itu mealui teknik reduksi data 5. Rangkaian perilaku dan suasana, observasi melakukan serangkaian pengukuran pada berbagai perilaku dan suasana 6. In Situ, pengamatan kejadian terjadi melalui situasi alamiah tanpa menggunakan manipulasi 7. Tujuan empiris, observasi memiliki bermacam-macam fungsi dalam penelitian, deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis atau menguji teori atau hipotesis (Hasan, 2002:86 dalam Mahmud, 2011:169).
45
Dalam penelitian ini, peneliti memilih jenis observasi partisipasif, jadi peneliti ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMA Al Islam Surakarta di kelas XI IIS 2, peneliti terlibat langsung dalam kegiatan di kelas, untuk mengamati dan sekaligus ikut berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan observasi partisipan, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. 2. Dokumen Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki (Sedarmayanti, 2002:86 dalam Mahmud, 2011:183). Ada beberapa kelebihan dari studi dokumentasi, di antaranya adalah sebagai berikut. a. Pilihan alternatiF, untuk sbjek penelitian yang sukar atau tidak mungkin dijangkau, studi doumentasi dapat memebrikan jalan untuk melakukan pengumpulan data b. Tidak reaktif karena studi dokumentasi tida dilakukan secara langsung dengan orang, tetapi pada benda ati maka data yag diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpul data. c. Untuk penelitian yang menggunakan data yang menjangkau jauh ke masa lalu studi dokumentasi memberikan cara yang terbaik
46
d. Dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik ini memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besa dengan biaya yang relatif kecil (Hasan, 2002:87-88 dalam Mahmud, 2011:183) Adapula kelemahan dari teknik dokumentasi adalah sebagai berikut: a. Bias, data yang disajikan dalam dokumen bisa berlebihan atau (disembunyikan). b. Tersedia secara selektif, tidak semua dokumen dipelihara untuk dibaca orang lain. c. Tidak komplet, data yang terdapat dalam dokumen biasanya tidak lengkap. d. Format tidak baku, format yang ada pada dokumen berbeda dengan format yang terdapat pada penelitian disebabkan tujuan penulisan yang berbeda dengan tujuan penelitian (Hasan, 2001:88 dalam Mahmud, 2011:184). Dokumen yang digunakan yakni berupa dokumen yang dimiliki perpustakaan seperti laporan, profil SMA Al Islam 1 Surakarta, daftar nilai peserta didik, foto, dan dokumen lainnya. 3. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan petanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban responden. Wawancara dapat dilakukan secara langsng maupun tidak langsung dengan sumber data dan dilakukan tanpa perantara, baik tentang dirinya maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun wawancara tidak langsung dilakukan terhadap seseorang yang dimintai keterangan tentang orang lain (Ali, 1992:64 dalam Mahmud, 2011:173). Sebelum
melaksanakan
wawancara
para
peneliti
menyiapkan
instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk
47
dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus maalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian. Bentuk pertanyaan atau pernyataan bisa sangat terbuka, sehingga responden mempunyai keleluasaan untuk memberikan jawaban atau penjelasan. Pertanyaan atau pernyataan dalam pedoman wawancara juga bisa berstruktur, suatu pertanyaan atau pernyataan umum diikuti dengan pertanyaan atau pernyataan yang lebih khusus atau lebih terurai, sehingga jawaban atau penjelasan dari responden menjadi lebih dibatasi dan diarahkan. Untuk tujuan-tujuan tertentu subpertanyaan atau pernyataan-pernyataan tersebut bisa sangat berstruktur, sehingga jawabannya menjadi singkat-singkat atau pendek-pendek, bahkan membentuk instrument berbentuk ceklis.. Hal lain yang perlu mendapatan perhatian adalah perekaman atau pencatatan data. Jawaban-jawaban responden dapat direkam dengan menggunakan perekam elektronik. Bila perekam tidak memungkinkan pencatatan tertulis perlu dilakukan dengan seksama. Setelah melakukan wawancara, kemudian hal yang penting harus dilakukan oleh pewawancara adalah pembuatan hasil wawancara (Sukmadinata, 2013:216). Teknik wawancara memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan wawancara di antaranya adalah: a. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis. b. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya c. Pewawancara dapat segera mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden (Hasan, 2002:95 dalam Mahmud, 2011:173).
48
Teknik wawancara juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya adalah sebagai berikut. a. Karena wawancara dilakukan secara perseorangan, pelaksanaannya menuntut banyak waktu, tenaga dan biaya apabila ukuran sampel cukup besar. b. Faktor bahasa, baik dari pewawancara maupun responden sangat mempengaruhi hasil atau data yang diperoleh. c. Sering terjadi wawancara dilakukan secara bertele-tele. d. Wawancara menuntut kerelaan dan kesediaan responden untuk menerima dan menjalin kerjasama yang baik dengan pewawancara. e. Wawancara menuntut penyesuaian diri secara emosional atau mental psikis antara pewawancara dan responden. f. Hasil wawancara banyak bergantung pada kemampuan pewawancara dalam menggali, mencatat dan menafasirkan setiap jawaban (Ali, 1992:65 dalam Mahmud, 2011:174) g. Kehadiran pewawancara mungkin akan mengganggu responden (Hasan, 2002:85 dalam Mahmud, 2011:174). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara mendalam (in-depth interview). Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.(Bungin, 2011: 111). Dalam penelitian tersebut, peneliti ingin mengetahui secara detail dan mendalam mengenai kebutuhan informasi guru dan siswa.
49
4. Angket Kuesioner disebut juga angket atau daftar pertanyaan, merupakan salah satu alat pengumpul data. Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.
Sebagian
besar
penelitian
sosial,
termasuk
pendidikan,
menggunakan kuesioner sebagai teknik yang dipilih untuk mengumpulkan data. Angket dapat dipandang sebagai suatu teknik penelitian yang banyak mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam pelaksanaannya, yaitu angket dilaksanakn secara tertulis, sedangkan wawancara secara lisan. Oleh karena itu, angket sering juga disebut dengan wawancara tertulis (Ali dalam Mahmud, 2011:177). Menyusun angket tidak hanya mendaftarkan pertanyaan, melainkan harus menaati aturan-aturan metodologis, berpijak pada landasan-landasan fungsinya, menggunakan bentuk dan bangun terpola dan memenuhi persayaratan-persyaratan fungsional lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dan dipegang teguh adalah prinsip ketepatan dan kesesuaian kuesioner sebagai teknik dan alat penelitian. Meskipun tingkat kebenaran data tidak sepenuhnyaa ditentukan oleh keampuhan alat pengumpul, yang mutlak mendapatkan tingkat kebenaran adalah alat itu sendiri, kemudian orang yang menggunakan alat tersebut (Rusidi dalam Mahmud, 2011:177). Hasan dalam Mahmud (2011:177) mengemukakan bahwa angket dikatakan baik, efektif, efisien apabila memenuhi komponen-komponen berikut: a. Subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian b. Ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada esponden untk ikut mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan meupun pernyataan yang tersedia c. Petujuk pengisisan angket yang mudah dimengerti dan tidak bias
50
d. Pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban baik secara tertutup, semi tertutup ataupun terbuka. Dilihat dari bentuk pertanyaannya, kuuesioner dapat dibedakan antara bentuk pertanyaan tertutup (closed questions) dan pertanyaan terbuka (opened questions).
Pertanyaan
tertutup
adalah
pertanyaan-pertanyaan
yang
jawabannya telah disediakan dan tinggal dipilih responden, sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan, melainkan diserahkan responden. Teknik angket menurut Sugiyono (2009 : 142) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Lebih lanjut dijelaskan oleh Azwar (2011 : 139) digunakan alat penskalaan model Likert. Model penskalaan digunakan oleh peneliti untuk mengetahui sikap peserta didik pada pembelajaran siklus I dan siklus selanjutnya jika belum memenuhi indikator keberhasilan peneliti. Skala sikap yang digunakan berupa pertanyaan atau pernyataan yang terdiri 30 item dengan 5 jawaban : “sangat setuju” (SS), “setuju” (S), “netral” (N), “tidak setuju” (TS), “sangat tidak setuju” (STS). Siswa ditugaskan memberikan atau menentukan skala sikap secara tertulis pada lembar jawab yang disiapkan oleh guru.
Tabel 3.2 Skor model Likert untuk menilai sikap sosial peserta didik Jawaban
Skor Jawaban Positif
Skor Jawaban Negatif
Sangat Setuju
5
1
Setuju
4
2
Netral
3
3
Tidak Setuju
2
4
Sangat Tidak Setuju
1
5
51
5. Tes Tes adalah rangkaian pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, ada beberapa macam tes dan alat ukur lain, yaitu sebagai berikut. a. Tes kepribadian atau personality test, yaitu tes yang digunaka untuk mengungkap kepribadian seseorang. Hal yag diukur adalah self concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus dan sebagainya. b. Tes bakat atau aptitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang. c. Tes inteligensi atau intelligence test, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbgai tugas kepada orang yang akan diukur inteligensinya. d. Tes sikap atau attitude test, yang sering juga disebut dengan istilah skala sikap, yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang. e. Teknik proyeksi atau projective technique. Istilah projective technique ini mulai dipopulerkan oleh L.K. Frank tahun 1939 di dlam bukunya Projectiive Methods for the Study of Personality. f. Tes minat atau measures of interest, yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu. g. Tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Berbeda dengan yang lain, tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan (Arikunto dalam Mahmud, 2011:185).
52
Tes kemampuan potensial dan tes kemampuan hasil belajar dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Tes kemampuan potensial adalah tes untuk mengukur derajat kemampuan seseorang yang bersifat herediter atau bawaan, seperti tes kecerdasan dan tes bakat. Tes kemampuan hasil belajar atau tes prestasi belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan yang dicapai seseorang setelah meakukan proses belajar (Ali, 1992:81 dalam Mahmud, 2011:185). Peneliti menggunakan tes prestasi belajar, yakni berupa soal obyektif sejumlah 20 soal. Masing-masing akan dilaksanakan pada siklus I maupun siklus selanjutnya jika belum memenuhi indikator keberhasilan peneliti.
E. Uji Validitas Data Untuk
mengetahui
keabsahan
temuan,
digunakan
teknik
ketekunan
pengamaan dan triangulasi. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan melihat dan memperhatikan secara cermat, seksama dan teliti yang difokuskan pada aktifitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan ini diharapkan diperoleh temuan yang lebih obyektif dan komprehensif dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.Disamping itu untuk mengetahui keabsahan temuan digunkan teknik triangulasi. Teknik triangulasi merupakan upaya untuk memperoleh keabsahan temuan dengan cara memanfaatkan aspek lain diluar data. Dalam Esti Nurhayati (2013:74) menyebutkan empat macam teknik triangulasi yaitu 1) Triangulasi data. 2) triangulasi peneliti 3) triangulasi metode dan 4) triangulasi teoritis. Peneliti pada penelitian terkait judul yakni Implementasi nilai-nilai Demokrasi dalam Pembelejaran Sejarah melalui model CTL untuk Membangun Sikap Sosial dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di SMA Al Islam 1 Surakarta. Menggunakan triangulasi data dan metode Triangulasi data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan
53
observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal. Pada triangulasi dengan metode, Patton dalam Moleong (2010: 331) menjelaskan terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika di interview. Begitu pula teknik yang dilakukan untuk menguji sumber data, apakah sumber data ketika di interview dan diobservasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda. Apabila berbeda maka peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda. (Bungin, 2011: 265).
F. Teknik Analisa Data Analisis data merupakan proses mengatur urutan data mengorganisasikan ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Proses ini terdiri atas penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskripif yang dapat dilakukan dengan : 1. Pengumpulan Data Langkah awal dalam proses menganalisis data yaitu dengan pengumpulan data. teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
54
penelitian tindakan tidak hanya satu, tetapi menggunkan multi teknik atau multi instrumen. Ada tiga kelompok teknik pengumpulan data, yang oleh Walcott dalam Sukmadinata (2013:151), disebutnya sebagai strategi pekerjaan lapangan primer yaitu pengalaman, pengungkapan dan pengujian. Agar diperoleh data yang benar dalam arti sesuai dengan kenyataan, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam poses pengumpulan data.persyaratan tersebut meliputi validitas, reliabilitas, kebergunaan dan etika (Sukmadinata, 2013:152). 2. Reduksi Data Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Prastowo, 2011: 242). Menurut Sugiyono (2009: 247, mereduksi data berarti merangkum, memlilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Proses analisis data mestinya dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji, langkah berikutnya adalah membuat rangkuman untuk setap kontak atau pertemuan dengan informan. Peneliti melakukan reduksi data yang kegiatannya mencakup unsur-unsur spesifik termasuk proses pemilihan data atas dasar tingkat relevansi dan kaitannya dengan setiap kelompok data, menyusun data dalam satuan-satuan sejenis. Pengelompokkan data dalam satuan yang sejenis ini juga dapat
55
diekuivalenkan sebagai kegiatan kategorisasi/variabel, membuat koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja penelitian (Miles dan Huberman, 1992: 16). 3. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan
(Prastowo,
2011:
244).
Penyajian
data
dirancang
untuk
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah dipahami. Menurut Sugiyono (2009: 249), dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. Seperangkat reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, atau bentuk-bentuk lain yang diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan (Bungin, 2003: 70). 4. Kesimpulan / Verifikasi Kesimpulan suatu penelitian dirumuskan berdasarkan hasil pengujian hipotesa. Akan tetapi perumusan kesimpulan tidak boleh sekedar pengulangan pernyataan penerimaan atau penolakan hipotesa. Dalam penarikan kesimpulan persoalannya terletak pada sejauh mana peneliti mampu memberikan interpretasi terhadap hasil pengujian hipotesa yang telah dilakukannya. Untuk itu peneliti harus berusaha mempergunakan semua data yang telah dikumpulkannya untuk dapat menyatakan apa sebabnya atau mengapa hipotesa ditolak atau diterima. Dengan kemampuan mengemukakan apa sebabnya demikian atau mengapa harus demikian hasil pengujian hipotesa akan menjadi jawaban yang luas dan mendalam dalam pemecahan masalah penelitian.
56
Fungsi verifikasi data adalah meyakinkan bahwa data yang diperoleh telah memuhi syarat sebagai data yang baik. Verifikasi ini diperlukan karena data hasil pemantauan atau evaluasi hasil tindakan merupakan informasi yang menjadi dasar pembuatan keputusan atas tindakan. Misalnya, untuk mengoptimalkan tidnakan dan modifikasi. Apakah yang diperlukan rumusan tindakan berikutnya dan sebagainya. Data tersebut juga akan menjadi dasar untuk menetapkan seberapa jauh tindkat pencapaian tujuan dilakukannya tindakan. Oleh karena itu, data yang terkumpul tidak boleh menyesatkan. Berdasarkan uraian ringkas di atas, dapat dipahami bahwa manfaat verifikasi adalah: 1. Meningkatkan objektivitas 2. Memperoleh data yang cukup sesuai dengan tujuan dan sasaran pemantauan atau evaluasi 3. Memperoleh data dengan tingkat ketelitian dan kecermatan yang tinggi 4. Memperoleh data yang dapat dipercaya (Mahmud, 2011:236) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peumusan kesimpulan harus mampu melampaui pernyataan menolak atau menerima hipotesa. Kesimpulan harus enjelaskan melalui data yang telah dianalisa tentang alasanalasan penolakan atau penerimaan hipotesa. Akan tetapi perumusannya tidak boleh melampaui data yang telah diperoleh, baik yang mendukung maupun yang bertentangan dengan hipotesa. Dengan kata lain kesimpulan tidak boleh tanpa dibentengi oleh data yang objektif, walaupun perumusannya itu merupakan manisfetasi ketajaman bepikir dengan menghubung-hubungkan fakta yang telah dikumpulkan (Nawawi, 2007:178). Seacara lebih jelas, teknik analisis data dalam penelitian ini dapat dilihat dalam skema di bawah ini.
57
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan kesimpulan/verifikasi
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006:120)
G. Indikator Kinerja Indikator kinerja atas keberhasilan penelitian ini adalah indikator ketercapaian penerapan nilai-nilai demokrasi dengan model CTL (Contextual Teaching Learning) dalam pembelajaran sejarah untuk membangun sikap sosial dan meningkatkan hasil belajar sejarah di kelas XI IIS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Berikut ini adalah indikator keberhasilan dalam PTK ini, yaitu: 1. Secara keseluruhan prosentase rata-rata kemampuan mengajar guru mata pelajaran sejarah dengan model Contextual Teaching Learning mencapai ≥ 80%. 2. Secara keseluruhan prosentase rata-rata pencapaian indikator sikap sosial peserta didik mencapai ≥ 80 %. 3. Secara keseluruhan, pencapaian ketuntasan indikator hasil belajar (KKM 75) mencapai angka ≥ 80%.
58
Berikut merupakan tabel indikator keberhasilan penelitian tentang penerapan nilai-nilai demokrasi melalui model CTL dalam pembelajaran sejarah untuk membangun sikap sosial dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IIS 2 di SMA Al Islam 1 Surakarta, yaitu : Tabel 3.3 Indikator Keberhasilan Penelitian Aspek yang diukur
Persentase yang di tergetkan
Cara mengukur
Kemampuan Mengajar Guru
Rata-rata hasil keseluruhan kemampuan mengajar guru dengan model pembelajaran CTL mencapai ≥80%
Diukur melalui observasi di dalam kelas dengan cara penilaian kemampuan mengajar guru dan melalui lembar alat penilaian kemampuan mengajar.
Sikap Sosial Siswa
Secara keseluruhan rata-rata pencapaian indikator sikap sosial peserta didik mencapai ≥80%
Diamati saat pembelajaran dan ditunjukkan dengan perubahan sikap sosial dari penilaian lembar observasi peserta didik yang dilakukan peneliti dan angket sejumlah 25 pernyataan.
Hasil Belajar Siswa
Secara keseluruhan, pencapaian ketuntasan indikator hasil belajar (KKM 75) mencapai angka ≥ 80%.
Diukur melalui hasil evaluasi pembelajaran. Evaluasi berupa soal tes hasil belajar sejumlah 20 pertanyaan terkait materi yang telah diajarkan pada akhir pembelajaran.
59
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahapan penelitian dari awal hingga akhir penelitian. Penelitian ini adalah proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir. Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mencakup langkahlangkah: persiapan, studi/survey awal, pelaksanaan siklus, dan penyusunan laporan. Penelitian tindakan kelas menurut Wijaya Kusuma (2009:9) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Menurut O’Brien dalam Endang Mulyatiningsih (2011:60) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Cohen dan Manion dalam Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah intervensi kecil terhadap tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap
pengaruh intervensi
tersebut. Pandangan ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif dengan pakar. Pakar memberikan alternatif pemecahan dan alternatif tersebut perlu diuji sejauh mana efektifitasnya. Dengan demikian peneleitian tindakan menurut Cohen dan Manion bukan mutlak harus dilakukan oleh pekerja sendiri (guru sendiri) akan tetapi guru dapat meminta atau bekerja sama dengan pihak lain. Menurut Wijaya Kusuma (2011:38-41) langkah penelitian tindakan kelas, yaitu : adanya ide awal, praservei, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, refleksi, penyusunan laporan PTK. Sedangkam menurut Endang Mulyatiningsih langkah penelitian adalah : diagnosis masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi.Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: 1. Adanya ide awal Seseorang yang melaksanakan penelitian, pasti diawali dengan gagasan atau ide dan diharapkan dapat dilakukan atau dilaksanakan.
60
2. Prasurvei Mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di kelas yang akan diteliti. Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen. 3. Diagnosis Dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang dijadikan sasaran. 4. Perencanaan Dibagi menjadi dua, yaitu: perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Perencanaan khusus merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi yang diajarkan dan sebagainya. 5. Pengamatan Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada saat monitoring haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas yang menjadi sasaran peneliti. 6. Evaluasi dan refleksi Kegiatan merenung atau memikirkan sesuatu guna upaya evaluasi yang
dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang berperan dalam
PTK. Kolaborasi refleksi dilakukan sesudah melakukan tindakan dan hasil observasi. 7. Penyusunan laporan PTK. Penyususunan laporan PTK dilaksanakan setelah melakukan penelitian di lapangan. Penelitian harus sistematis dan dilakukan sesuai acuan yang telah diberikan dalam penelitian PTK.
61
Berikut merupakan skema langkah-langkah Penelitian Tindakan kelas:
Langkah- langkah penelitian Tindakan Kelas
Adanya Ide Awal
Prasurvei
Diagnosis
Perencanaan
Pengamatan
Evaluasi dan Refleksi
Penyusunan Laporan PTK
Gambar 3.2 Skema Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) tentang Penerapan Nilai-nilai Demokrasi dengan Model CTL dalam pembelajaran sejarah untuk Membangun Sikap Sosial dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IIS 2 di SMA Al Islam 1 Surakarta