11 BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran a.
Definisi Media Pembelajaran Arsyad (2007:6) menyatakan bahwa media pembelajaran mempunyai
beberapa istilah diantaranya alat pandang dengar, bahan pengajaran (instructional
material),
komunikasi
pandang
dengar
(audio
visual
communication),pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga dan alat penjelas. Istilahistilah yang beragam tentang media pembelajaran menunjukkan beragamnya definisi dan batasan media pembelajaran. Beberapa ciri utama media pembelajaran diantaranya merupakan media fisik atau non fisik, karakter utamanya pada bentuk visual audio, sebagai alat bantu pada proses belajar mengajar dan berperan dalam kerangka komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran serta dapat digunakan secara massal, kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan. Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad (2007, 2007:3 ) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah adalah media. Secara khusus, media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Heinich, dkk dalam Arsyad (2007:4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
11
12 instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium dari bahasa Latin. Medium dapat didefinisikan sebagai tengah, perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Dalam bahasa Arab, media diartikan sebagai perantara atau pengirim pesan kepada penerima pesan (Arsyad, 2007:3).Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh pengaruh psikologi terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Menurut Daru Wahyuningsih (2011;283), media pembelajaran dapat digunakan untuk menciptakan komunikasi yang efektif antara guru dan murid dan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Menurut Sadiman (2006:6), banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/ AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Menurut Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2007:4) bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan
13 komputer. Media sebagai suatu komponen sumber belajar atau sebagai wahana fisik dan non-fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar. Berdasarkan
beberapa
pendapat
yang
telah
kemukakan.Dapat
disimpulkan, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) baik fisik maupun non-fisik, sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Menurut Munadi (2010:43) dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Akan tetapi, secara umum fungsi media pembelajaran, diantaranya sebagai berikut: 1) Fungsi atensi Media
dapat
menarik
dan
mengarahkan
perhatian
siswa
untuk
berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna yang ditampilkan dalam materi pelajaran. 2) Fungsi afektif Fungsi media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa/mahasiswa ketika proses belajar mengajar berlangsung. 3) Fungsi kognitif Media dapat mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4) Fungsi kompensatoris Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian konteks untuk memahami teks,
membantu
siswa
yang
lemah
dalam
membaca,
untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. 5) Fungsi Psikomotoris Fungsi diberikan dengan maksud untuk menggerakkan siswa melakukan suatu kegiatan, terutama yang berkenaan dengan hafalan-hafalan.
14 6) Fungsi Evaluasi Fungsi evaluasi dimaksudkan agar segala kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanaka dapat dilakukan penilaian kemampuan siswa dalam merespon pembelajaran. Secara umum manfaat media pembelajaran ialah untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan belajar mengajar lebih optimal, efektif, dan efisien. Sedangkan secara lebih spesifik manfaat media pembelajaran menurut beberapa pendapat pakar adalah: 1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada. 2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan. 3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah. 4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran. 5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh 6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
15 Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu disadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah. 7) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumbersumber ilmu pengetahuan. 8) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain sebagainya. c. Macam-macam Media Pembelajaran Menurut Sadiman (2009)ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar, antara lain : 1) Media Grafis Media grafis termasuk media visual, berfungsi menyalurkan pesan dari sumber kepenerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbolsimbol komunikasi visual. Banyak jenis media grafis diantaranya: a) Gambar atau Foto Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Gambar/foto merupakan bahasa yang paling umum, yang dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana. b) Sketsa Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat belajar menggambar, maka setiap guru yang baik dapatlah
16 menuangkan ide-idenya kedalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat menarik
perhatian
memperjelas
murid,
penyampaian
menghindari pesan,
verbalisme
harganya
pun
dan
dapat
tidak
perlu
dipersoalkan sebab madia dibuat langsung oleh guru. c) Diagram Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar. Diagram menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-sifat proses yang ada. Diagram pada umumnya berisi
petunjuk-petunjuk.
Diagram
menyaderhanakan
hal
yang
kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan. d) Bagan (Chart) Sepeti halnya media grafis yang lain, bagan atau carta termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsepkonsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu persentasi. Pesan yang akan disampaikan biasanya burupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubunganhubungan penting. e) Grafik (Graphs) Sebagai suatu media visual, grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Untuk melengkapinya sering kali simbol-simbol verbal digunakan pada grafik. Fungsi grafik adalah
untuk
menggambarkan
data
kuantitatif
secara
teliti,
menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prisip-prinsip matematik dan menggunakan data-data komparatif. 2) Teks Media membantu pembelajar fokus pada materi yang disiswai karena pembelajar cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain yang
17 menuntut konsentrasi, serta sangat cocok bila digunakan sebagai media untuk memberikan motivasi.
3) Audio Media
audio
memudahkan
dalam
mengidentifikasi
obyek-obyek,
mengklasifikasikan obyek, mampu menunjukkan hubungan spatial dari suatu obyek, membantu menjelaskan konsep abstrak menjadi konkret. Contoh dari media audio ialah radio dan tape recorder. 4) Animasi Media Animasi mampu menunjukkan suatu proses abstrak di mana pengguna ingin melihat pengaruh perubahan suatu variabel terhadap proses tersebut. Namun media Animasi menyediakan suatu tiruan yang bila dilakukan pada peralatan yang sesungguhnya terlalu mahal untuk mendapatkannya atau berbahaya dan berbagai macam kendala lainnya. 5) Video Video mungkin saja kehilangan detail dalam pemaparan materi karena siswa harus mampu mengingat detail dari scene to scene (per adegan). Umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui teks sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi. Video memaparkan keadaan riil dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan. Video sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor. Kemp dan Dayton mengelompokkan media yang banyak dianut oleh para pengelola pendidikan menjadi 8 kelompok yaitu: 1) Cetak 2) Pajang 3) Proyeksi Visual Diam (OverHead Transparan/OHT) 4) Rekaman dengan Audiotape 5) Seri slide dan filmstrips 6) Multi-image
18 7) Rekaman video dan film hidup 8) Komputer
(Arsyad, 2007:37)
d. Evaluasi Media Pembelajaran Evaluasi media pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan diskusi kelas atau diskusi kelompok, wawancara, dan observasi. Menurut Walker & Hess
dalam (Arsyad, 2007:175)
memberikan kriteria dalam mereview perangkat lunak media pembelajaran yang berdasarkan kepada kualitas, yaitu: 1) Kualitas isi dan tujuan meliputi ketepatan, kepentingan, kelengkapan, keseimbangan, minat/perhatian, keadilan, dan kesesuaian dengan situasi siswa. 2) Kualitas instruksional meliputi memberikan kesempatan belajar, memberikan bantuan untuk belajar, kualitas memotivasi, flekssibilitas instruksionalnya, kualitas tes dan penilaiannya, dapat memberi dampak bagi siswa, dapat membawa dampak bagi guru dan pembelajarnya. 3) Kualitas teknis meliputi keterbacaan, mudah digunakan, kualitas tampilan/tayangan, kualitas penanganan jawaban, kualitas pengelolaan programnya, dan kualitas pendokumentasiannya. Aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran hasil dari penyusunan dan diskusi tentang aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran (www.romisatriawahono.net) adalah: 1) Aspek Rekayasa Perangkat Lunak
Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran
Reliable (handal)
Maintainable (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah)
Usabilitas
(mudah
digunakan
dan
sederhana
dalam
aplikasi/software/tool
untuk
pengoperasiannya)
Ketepatan
pemilihan
pengembangan
jenis
19
Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada)
Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi
Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program)
Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain)
2) Aspek Desain Pembelajaran
Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis)
Relevansi tujuan pembelajaran dengan KI/KD/Kurikulum
Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran
Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran
Interaktivitas
Pemberian motivasi belajar
Kontekstualitas dan aktualitas
Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar
Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
Kedalaman materi
Kemudahan untuk dipahami
Sistematis, runut, alur logika jelas
Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan
Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran
Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi
Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi
3) Aspek Komunikasi Visual
Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran
20
Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan
Sederhana dan memikat
Audio (narasi, sound effect, backsound,musik)
Visual (layout design, typography, warna)
Media bergerak (animasi, movie)
Layout Interactive (ikon navigasi)
2. Pemanfaatan Internet a. Pembelajaran Berbasis Website Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan WebBased Training (WBT) atau kadang disebut Web-Based Education (WEB) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi Internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi adalah kecepatan dan tidak terbatasnya pada tempat dan waktu untuk mrngakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan. Ada persyaratan utama yang perlu dipenuhi yaitu adanya akses dengan sumber informasi melalui Internet. Selanjutnya adanya informasi tentang di mana letak sumber informasi yang ingin didapatkan berada. Ada beberapa sumber data yang dapat diakses dengan bebas dan gratis, tanpa proses administrasi pengaksesan yang rumit. Ada beberapa sumber informasi yang hanya dapat diakses oleh pihak yang memang telah diberi otorisasi pemilik sumber informasi. Teknologi Internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan
21 mudah dan cepat. Informasi yang tersedia di berbagai pusat data di berbagai komputer di dunia. Selama komputer-komputer tersebut saling terhubung dalam jaringan Internet, dapat diakses dari mana saja. Hal tersebut merupakan salah satu keuntungan belajar melalui Internet. Mewujudkan
pembelajaran
berbasis
web
bukan
sekedar
meletakkan materi belajar pada web untuk kemudian diakses melalui komputer web digunakan bukan hanya sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi atau informasi. Web digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tadi telah diungkap. Keunggulan yang tidak dimiliki media kertas ataupun media lain. Pada sub-bab judul sengaja dikatakan pembelajaran berbasis web itu unik tapi serius. Kata serius dipakai untuk mengungkapkan bahwa merancang sampai dengan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web tidak semudah yang dibayangkan. Selain infrastruktur Internet, pembelajaran berbasis web memerlukan sebuah model instruksional yang memang dirancang khusus untuk keperluan itu. Sebuah model instruksional merupakan komponen vital yang menentukan keefektifan proses belajar. Apapun model instruksional yang dirancang, interaktifitas antara peserta didik, guru, pihak pendukung dan materi belajar harus mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut bukan merupakan pekerjaan yangmudah. Banyak pihak mencoba menggunakan teknologi web untuk pembelajaran dengan meletakkan materi belajar secara online, lalu menugaskan peserta didik untuk mendapatkan (downloading) materi belajar itu sebagai tugas baca. Setelah itu mereka diminta untuk mengumpulkan laporan, tugas dan lain sebagainya kembali ke guru juga melalui Internet. Jika dilakukan tentunya tidaklah menimbulkan proses belajar yang optimal. Suasana di ruang kelas ketika sebuah “proses belajar” sedang berlangsung. Proses Monitoring dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak
22 cukup. Diperlukan sebuah desain instruksional sebagai model belajar yang mengundang sejumlah (sama banyaknya dengan kegiatan di ruang kelas) peserta didik unuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar. Satu hal yang perlu diingat adalah bagaimana teknologi web dapat membantu proses belajar. Untuk kepentingan materi belajar perlu dikemas berbeda dengan penyampaian yang berbeda pula. b. Implementasi Pembelajaran Berbasis Website Model
pembelajaran
dirancang
dengan
mengintegrasikan
pembelajaran berbasis web dalam program pembelajaran konvensional tatap muka. Proses pembelajaran konvensional tatap muka dilakukan dengan pendekatan Student Centered Learning (SCL) melalui kerja kelompok. Model tersebut menuntut partisipasi peserta didik yang tinggi. Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web, langkahnya adalah sebagai berikut: 1). Sebuah program pendidikan untuk peningkatan mutu pembelajaran 1. di lingkungan kampus dengan berbasis web. Program tersebut dilakukan idealnya selama 5-10 bulan dan dibagi menjadi 5 tahap. Yaitu tahap 1, 3, 5 dilakukan secara jarak jauh dan untuk itu dipilih media web sebagai alat komunikasi. Sedangkan fase 2 dan 4 dilakukan secara konvensional tatap muka.
2). Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan. Pembelajaran 2. dengan tatap muka dilakukan secara rutin tiap minggu pada tujuh minggu pertama. Setelah itu tatap muka dilakukan setiap 2 atau 3 minggu sekali. Dua program pendidikan itu disampaikan melalui berbagai macam kegiatan belajar secara kelompok. Belajar dan mengerjakan tugas secara kolaboratif dalam kelompok sangat dominan pada kedua program tersebut.
23 c. Pemanfaatan E-Learning untuk Pembelajaran Menurut Smaldino dalam (Anitah,2008) mengatakan bahwaelearning adalah pembelajaran yang disajikan secara elektronik dengan menggunakan komputer dan media berbasis komputer. Adapula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media Internet. Pendapat yang bersesuaian dengan Smaldin, dikemukakan oleh Clark & Mayer dalam (Anitah, 2008) mengatakan sebagai berikut : Elearning adalah pembelajaran yang disampaikan dalam komputer dengan CD-ROM, internet, atau internet dengan bentuk : 1). Memasukkan materi yang relevan dengan tujuan 2). Menggunakan unsur-unsur media seperti kata-kata, gambar, untuk menyajikan materi dan metode 3). Menggunakan metode pembelajaran seperti, contoh dan praktek yang membantu belajar 4). Membangun pengetahuan dan keterampilan baru yang diakaitkan engan tujuan belajar atau meningkatkan kinerja. Dabbagh & Ritland dalam (Anitah, 2008) mengatakan bahwa belajar onlinemerupakan lingkungan berlajar terbuka dan tersebar, yang menggunakan alat-alat pedagogi, dimungkinkan dengan internet dan teknologi berbasis web, untuk memfasilitasi belajar dan pembentukan pengetahuan melalui kegiatan dan interaksi yang bermakna. Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-learning yaitu kelas „tradisional‟, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran „e-learning‟ fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggungjawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran „e-learning’ akan „memaksa‟ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya.
24 Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, daninisiatif sendiri. Sedangkan karakteristik
e-learning, antara
lain: Pertama,
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler; Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks). Ketiga, Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
Keempat,
Memanfaatkan
jadwal
pembelajaran,
kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapatdilihat setiap saat di komputer. 3. Pendekatan Sicentific Menurut Kemendikbud seperti dikutip PPT-2.1 yang dikeluarkan oleh badan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan dan penjaminan mutu pendidikan pendekatan scientific ada 5 kegiatan yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring, sebagai berikut : a.
Mengamati Mengamati merupakan keterampilan yang paling mendasar yang harus dikembangkan. Kegiatan dunia sekitar mengenai berbagai objek dan fenomena alam, dilakukan panca indera yaitu melalui pengamatan. Melalui pengamatan yang dilakukan baik secara kua litatif maupun kuantitatif akan menghasilkan suatu data. Data ini selanjutnya akan
b. Menanya Keterampilan ini merupakan keterampilan membuat pertanyaan yang sesuai dengan fenomena yang diamati oleh siswa. c. Menalar Keterampilan ini merupakan kemampuan untuk membuat ramalan berbagai hal di masa yang akan datang. Kejadian kehidupan yang
25 senantiasa berubah dan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan bahwa keterampilan “memprediksi” penting bagi peserta didik. Mereka dituntut untuk melakukan perkiraan berdasarkan konsep keilmuan yang dimiliki, kecenderungan yang terjadi disekitar dan keterhubungan fungsional antar fakta yang diperoleh . d. Mencoba Ketrampilan melakukan eksperimen bagi peserta didik berarti mereka terlibat langsung dalam kegiatan yang bersifat ilmiah dan kegiatan pemecahan masalah. e. Membentuk Jejaring Peserta didik harus dilatih untuk berkomunikasi secara efektif. Proses pengajaran amatlah terbuka bagi pelatihan “mengkomunikasikan”, misalnya kebiasaan untuk bertanya dalam kegiatan belajar mengajar, berani berpendapat, mengekspresikan ide, memahami pembicaraan orang lain, berdiskusi mendemonstrasikan satu temuan ilmu pengetahuan dan sebagainya. Pendekatan scientific dalah suatu tindakan dalam proses pembelajaran yaitu
ketrampilan
yang
menjadi
roda
penggerak
penentuan
dan
pengembangan fakta, konsep, sikap dan nilai yang ada dalam ketrampilan intelektual, sosial dan fisik yang ada dalam diri siswa. 4. Laboratorium Riil Menurut Mujiono (2005:11), “laboratorium riil adalah laboratorium tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan riil untuk melakukan percobaan/praktikum baik fisika, kimia atau biologi". Alat laboratorium untuk menguatkan atau memberi kepastian informasi, menentukan hubungan sebab akibat, mempraktekkan sesuatu yang dikehandaki, mengembangkan ketrampilan mendorong gairah kepada siswa. Dalam kegiatan praktikum siswa akan mengalami diantaranya: a. Pengenalan alat Laboratorium dengan pengenalannya dapat ditunjukkan langsung atau siswa untuk melihat atau memegang secara langsung. Diberi pengertian
26 bahwa dalam memegang alat siswa harus hati-hati agar tidak jatuh sehingga rusak atau pecah, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan. Cara merangkai alat siswa banyak tergantung kepada petunjuk guru, dimungkinkan siswa ada rasa takut menggunakan alat secara bebas, semaunya sendiri dalam merangkai dapat mengakibatkan kesalahan dan menyebabkan kerusakan pada alat. b. Pengukuran Pengukuran adalah membandingkan sesuatu besaran dengan besaran lain sejenis yang dipakai sebagai satuan standar. Dengan menggunakan laboratorium riil pengukuran dapat dilakukan dengan melihat langsung pada alat. Sehingga perlu pemahaman ketrampilan dalam membaca alat. c. Pengamatan Dengan penerapan laboratorium riil kegiatan siswa memusatkan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan alat indera terhadap alat riil yang dihadapinya melalui penglihatan. d. Percobaan Siswa dalam melakukan percobaan dituntun dengan petunjuk praktikum yang sudah disiapkan sebelumnya sehingga setelah mendapatkan data, siswa mencatat data tersebut pada data pengamatan. 5. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Motif dalam bahasa Inggris adalah motive berasal dari kata “motion” yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Berawal dari kata motif itu motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif dapat menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat diperlukan. Ngalim Purwanto (2006 : 70-71) berpendapat, bahwa setiap motif itu bertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Guna atau fungsi dari motifmotif itu adalah:
27 1) Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. 2) Motif itu menentukan arah perbuatan yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh. 3) Motif menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatanperbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Menurut Mc. Donald yang di kutip oleh Sardiman (2003: 198), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu; (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa dan afeksi seseorang, (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan dalam diri individu yang mempengaruhi gejala kejiwaan, perasaan, dan emosi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Menurut Thursan Hakim (2000) yang dikutip Winastwan Gora dan Sunarto (2010 : 16), belajar adalah suatu proses perubahan perubahan didalam manusia, ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitan dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Jadi dalam kegiatan belajar terjadinya adanya suatu usaha yang menghasilkan perubahan-perubahan itu dapat diamati secara langsung maupun tidak
28 langsung. Hal ini juga dikemukakan oleh Dimyati.Mahmud (1989 : 121-122) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman. Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan mengarahkan siswa dalam belajar (Endang Sri Astuti, 2010 : 67). Motivasi belajar sangat erat sekali hubungannya dengan prilaku siswa disekolah. Motivasi belajar dapat membangkitkan dan mengarahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baru. Bila pendidik membangkitkan motivasi belajar anak didik, maka meraka akan memperkuat respon yang telah dipelajari (TIM Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : 141). Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan. b. Ciri-ciri Motivasi Belajar Motivasi yang ada pada diri siswa sangat penting dalam kegiatan belajar. Ada tidaknya motivasi seseorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu sendiri. Seperti dikemukakan oleh Sardiman AM (2003 : 83) motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai). 3) Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa. (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi,
29 keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya). 4) Lebih senang bekerja mandiri 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal Jika ciri-ciri tersebut terdapat pada seorang siswa berarti siswa tersebut memiliki motivasi belajar yang cukup kuat yang dibutuhkan dalam aktifitas belajarnya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1) Keinginan mendalami materi 2) Ketekunan dalam mengerjakan tugas 3) Keinginan berprestasi 4) Keinginan untuk maju c. Jenis-jenis motivasi belajar Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan hal yang penting setidaknya para siswa memiliki motivasi untuk belajar karena kegiatan akan berhasil baik apabila anak yang bersangkutan mempunyai motivasi yang kuat. Sri Hapsari (2005 : 74) membagi motivasi membagi dua jenis yaitumotivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dengan mendefinisikan kedua jenis motivasi itu sebagai berikut yaitu Motivasi instrinsik adalah bentuk dorongan belajar yang datang dari dalam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dari luar diri seseorang. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi terdiri dari dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berkenaan dengan kegiatan belajar motivasi instrinsik mempunyai sifat yang lebih
30 penting karena daya penggerak yang mendorong seseorang dalam belajar dari pada motivasi ekstrinsik. Keinginan dan usaha belajar atas dasar inisiatif dirinya sendiri akan membuahkan hasil belajar yang maksimal, sedang motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang mendorong belajar itu timbul dari luar dirinya. Apabila keinginan untuk belajar hanya dilandasi oleh dorongan dari luar dirinya maka keinginan untuk belajar tersebut akan mudah hilang. 1) Motivasi Intrinsik Menurut Singgih (2008 : 50), motivasi intrinsik merupakan dorongan yang kuat berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan John W Santrock (2003 : 476) mengatakan motivasi intrinsik adalah keinginan dari dalam diri seseorang untuk menjadi konpeten, dan melakukan sesuatu demi usaha itu sendiri. Thursan (2008 : 28) mengemukakan motif intrinsik adalah motif yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan motivasi intrinsik adalah motivasi yang kuat berasal dari dalam diri individu tanpa adanya pengaruh dari luar yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Semakin kuat motivasi intrinsik yang dimiliki, semakin memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan (Singgih, 2008 : 50). Menurut Sri Hapsari (2005 : 74) motivasi Intrinsik pada umumnya terkait dengan bakat dan faktor intelegensi dalam diri siswa. Motivasi intrinsik dapat muncul sebagai suatu karakter yang telah ada sejak seseorang dilahirkan, sehingga motifasi tersebut merupakan bagian dari sifat yang didorong oleh faktor endogen, faktor dunia dalam, dan sesuatu bawaan (Singgih, 2008 : 50), Menurut Thursam (2008 : 29), seorang siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan aktif belajar sendiri tanpa disuruh guru maupun orang tua. Motivasi intrinsik yang dimiliki siswa dalam belajar akan lebik kuat lagi apa bila memiliki motivasi eksrtrinsik.
31 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik Menurut Sri Hapsari (2005 : 74) faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik pada umumnya terkait dengan faktor intelegensi dan bakat dalam diri siswa. Sri Esti berpendapat, bahwa motivasi intrinsik dipengaruhi oleh faktor pribadi seperti kepuasan. Singgih (2008 : 50-51), mengemukakan bahwa motivasi
intrinsik
dipengaruhi
oleh
faktor
endogen,
faktor
konstitusi,faktor dunia dalam, sesuatu bawaan, sesuatu yang telah ada yang diperoleh sejak dilahirkan. Selain itu, motivasi intrinsik dapat diperoleh dari proses belajar. Seseoran yang meniru tingkah orang lain, yang menghasilkan sesuatu yang menyenangkan secara bertahap, maka dari proses tersebut terjadi proses internalisasi dari tingkah laku yang ditiru tersebut sehingga menjadi kepribadian dari dirinya. Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik antara lain : (1) keinginan diri; (2) kepuasan; (3) kebiasaan baik; (4) kesadaran 2) Motivasi Ekstrinsik Menurut Supandi (2011 : 61), motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul manakala terdapat rangsangan dari luar individu. Menurut Thomas (2010 : 39) motivasi ekstrinsi adalah motivasi penggerak atau pendorong dari luar yang diberikan dari ketidak mampuan individu sendiri. Menurut Jhon W Santrock (2003 : 476) berpendapat, motivasi ekstrinsik adalah keinginan mencapai sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan eksternal atau mendapat hukuman eksternal. John W Santrock (2003 : 476), motivasi ekstrinsik adalah keinginan untuk mencapai sesuatu didorong karena ingin mendapatkan penghargaan eksternal atau menghindari hukuman eksternal. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk berprestasi yang diberikan oleh orang lain seperti semangat, pujian dan nasehat guru, orang tua, dan orang lain yang dicintai. Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi ektrinsik dipengaruhi atau dirangsang dari luar individu. Faktor-
32 faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik antara lain: (1) pujian; (2) nasehat; (3) semangat; (4) hadiah; (5) hukuman; (6) meniru sesuatu d. Fungsi motivasi belajar Motivasi berhubungan erat dengan suatu tujuan. Dengan demikian motivasi dapat mempengaruhi adanya kegiatan. Dalam kaitannya dengan belajar motivasi merupakan daya penggerak untuk melakukan belajar. Sardiman AM (2003 : 85), mengemukakan bahwa motivasi mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi motivasi sebagai penggerakatau motor yang melepaskan energi motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak yang akan digerakkan. 2) Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang akan dicapai. Jadi motivasi dapat memberi arah kegiatan yang harus dikerjakan agar sesuai dengan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan yang harus dikerjakan yang sesuai untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Ngalim purwanto (2006 : 70-71) berpendapat bahwa setiap motif itu bertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Guna atau fungsi dari motifmotif itu adalah: 1) Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. 2) Motif itu menentukan arah perbuatan.yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh. 3) Motif menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatanperbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan
33 itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong dan pengarah seseorang atau siswa pada aktifitas mereka dalam pencapaian tujuan belajar. 6. Pokok Bahasan Dalam penelitian pengembangan website ini dikhususkan pada materi Alat Optik.Materi tersebut dipilih karena banyak konsep yang abstrak sehingga media berbasis ICT cocok untuk menggambarkan konsep tersebut. Mata merupakan alat optik yang memanfaatkan prinsip pemantulan dan pembiasan. Gambar 3 menunjukkan penampang mata sebelah kanan bila dilihat dari atas. Mata merupakan alat indera yang peka terhadap cahaya. Mata hanya akan berfungsi untuk melihat benda, bila ada cahaya yang masuk ke dalamnya. a. Mata Bagian-bagian mata 1) Kornea mata: berfungsi sebagai penerima rangsangan cahaya dan meneruskannya ke bagian mata ynag lebih dalam. 2) Otot siliar: berfungsi untuk mengatur panjang fokus (kelengkungan) lensa. 3) Iris: untuk mengatur lebar pupil sehingga banyaknya cahaya yang masuk ke mata bisa dikendalikan. 4) Pupil: merupakan tempat lewatnya cahaya yang menuju ke retina. 5) Lensa mata: untuk memfokuskan cahaya Gambar 2.1. Bagian –bagian mata
atau bayangan benda agar tepat jatuh di retina. 6) Retina: berfungsi sebagai layar penerima cahaya atau bayangan benda.
34 Pembentukan Bayangan Benda pada Retina. Proses pembentukan bayangan pada mata normal terjadi apabila berkas cahaya yang masuk ke mata akan dibiaskan oleh lensa mata sehingga berkas sinar biasnya tepat berpotongan pada retina. Adapun sifat bayangan yang terbentuk adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Dari retina cahaya kemudian dikirim dalam bentuk listrik ke otak melalui saraf mata. Impuls diproses oleh otak sehingga terbentuk bayangan nyata dan tegak yang memberi kesan bahwa kita melihat benda tersebut. Mata memiliki jarak bayangan tetap, ini karena jarak antara lensa dan retina sebagai layar adalah tetap. Karena itu, satu-satunya cara agar benda-benda dengan jarak berbeda di depan lensa dapat difokus- kan pada retina (menghasilkan bayangan tajam pada retina, maka jarak fokus pada lensa harus bisa diatur. Pengaturan jarak fokus lensa dilakukan oleh otot siliar (ciliary muscles). Ketika mata melihat benda yang sangat jauh, otot siliar mengendor penuh (relaks) sehingga lensa mata paling pipih. Ini berarti, jarak fokus paling panjang. Dalam kondisi ini, mata disebut tidak berakomodasi dan sinar-sinar yang berasal dari benda membentuk bayangan tajam pada retina Ketika benda bergerak lebih dekat ke mata, otot siliar otomatis menegang sehingga lensa mata lebih cembung. Ini berarti, jarak fokus lebih pendek, dan membuat bayangan tajam kembali pada retina. Dalam kondisi ini mata disebut akomodasi maksimum. Proses lensa mengubah jarak fokus (mencembung atau memipih) agar bayangan tepat pada retina disebut daya akomodasi mata. Akomodasi mata terjadi secara otomatis sehingga kita biasanya tidak menyadarinya. Titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata dengan akomodasi maksimal disebut titik dekat (punctum proximum). Titik dekat untuk mata normal terletak sekitar 25 cm dari mata. Sementara itu, titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata tanpa berakomodasi disebut titik jauh (punctum remotum). Titik jauh untuk mata normal terletak di tempat yang jauhnya tak berhingga.
35 Cacat Mata dan Cara Menanggulanginya Mata
normal
(emetrop)
merupakan
mata
yang
masih
dapat
berakomodasi dengan baik. Bila kemampuan berakomodasi sudah tidak ada lagi, mata tergolong mata cacat. Mata yang cacat tidak dapat melihat benda dengan baik. Ada beberapa cacat mata diantaranya : 1) Rabun Jauh (miopi) Mata yang tidak dapat melihat benda-benda yang letaknya jauh, tetapi dapat melihat dengan jelas benda-benda yang letaknya dekat disebut miopi. Cacat mata mata ini dikarenakan bayangan yang terbentuk jatuh di depan retina. Untuk memperbaiki kelainan mata seperti ini diperlukan lensa yang bersifat memancarkan berkas sinar, yaitu lensa cekung (divergen).
(a)
(b) Sumber: BPTIKP Jawa Tengah Gambar 2.2. (a) mata miopi (b) dibantu menggunakan lensa cekung.
36 Sesuai perjanjian tanda, agar dapat melihat benda pada jarak tak hingga (s = ∞), dan bayangan di depan lensa bertanda negatif (s‟ = - PR) sehingga diperoleh fokus lensa kacamata (f) yang digunakan yaitu:
1 1 1 f s s' 1 1 1 diperoleh f PR f PR
2.1
Dan kekuatan lensa kacamata (P) yang digunakan adalah :
P
100 100 atau P f PR
2.2
Keterangan : f dan PR dalam satuan cm, P dalam dioptri 2) Hipermetropi Hipermetropi merupakan cacat mata di mana penderitanya tidak dapat melihat benda yang dekat dengan jelas. Cacat mata ini terjadi karena lensa mata tidak dapat dicembungkan sebagaimana mestinya. Pada penderita hipermetropi letak titik dekat mata telah bergeser menjauhi mata. Dengan demikian, mata hipermetrop hanya dapat melihat benda yang agak jauh. Cacat mata hipermetropi dapat ditolong dengan kacamata berlensa cembung.
(a)
37
(b) Sumber: BPTIKP Jawa Tengah Gambar 2.3. (a) mata hipermetropi (b) dibantu lensa cembung. b. Lup Mata kita tidak dapat mempunyai kemampuan untuk melihat bendabenda yang sangat kecil dan yang sangat jauh serta tidak mampu merekam suatu peristiwa untuk waktu yang lama. Karena itu kita memerlukan alat bantu yang disebut alat optik. Alat-alat optik adalah alat-alat yang terbuat dari lensa atau cermin, atau lensa cermin. Pada dasarnya prinsip kerja alat optik adalah memperbesar bayangan benda atau mempertajam bayangan supaya tampak jelas. Sehingga alat optik banyak menggunakan lensa positif untuk membentuk bayangan benda yang lebih besar. Lup merupakan alat optik yang menggunakan sebuah lensa positif dan merupakan alat optik yang paling sederhana. Jika benda objek diletakkan pada jarak antara titik fokus lensa dengan pusat kelengkungan (s
38
Sumber: physics for Scientists and Engineer Gambar 2.4. (a) mata melihat dekat (b) mata melihat dengan bantuan lup Penggunaan Lup Mata Tidak Berakomodasi Menggunakan lup dengan mata tidak berakomodasi, benda yang diamati harus diletakkan di titik fokus lup tersebut seperti gambar 2.4. ℎ 25 ℎ tan 𝜃 ≈ 𝜃 ≈ 𝑝
tan 𝜃0 ≈ 𝜃0 ≈
Untuk mata tidak berakomodasi maka p=f maka perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi adalah
39
𝑀=
𝜃 𝜃0
=
ℎ 25 ℎ 𝑝
Jadi persamaan perbesarannya menjadi M
25 f
2.3
Mata Berakomodasi Maksimum Untuk mata yang menggunakan lup dengan berakomodasi maksimum, sifat bayangannya adalah maya, tegak, lebih besar dan terletak pada titik dekat mata. Sehingga s‟ = sn= 25 cm, dengan syarat benda yang diamati harus diletakkan pada jarak kurang dari jarak titik api lup (s
𝑝=
25𝑓 25+𝑓
Maka persamaan dari perbesaran lup dengan mata berakomodasi maksimum adalah:
M
25 1 f
2.4
c. Kamera Kamera merupakan suatu alat optik yang digunakan untuk merekam suatu tempat, situasi, atau peristiwa.Bagian utama kamera adalah sebuah kotak kedap cahaya. Pada bagian depan terdapat sistem lensa dan pada bagian belakang terdapat sebuah film.
Sumber: physics for Scientists and Engineer Gambar 2.5. Kamera
40 Adapun fungsi dari bagian-bagian tersebut adalah: Lensa cembung yang berfungsi untuk membiaskan berkas cahaya dan membentuk bayangan pada film. Diafragma yang berfungsi mengatur celah (shutter). Fungsi diafragma pada kamera sama dengan fungsi iris pada mata. Celah (shutter) berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang mengenai film. Diameter celah disebut juga aperture yang memilki fungsi sama dengan pupil mata. Ulir
sekrup
berfungsi
untuk
memfokuskan
cahaya
dengan
menggeserkan lensa kamera sesuai dengan objek yang akan dipotret. Penutup/pembuka lensa berfungsi untuk menentukan bisa tidaknya cahaya masuk mengenai film. Film berfungsi sebagai layar tempat terbentuknya bayangan atau gambar. Mekanisme kerja kamera mirip dengan mekanisme kerja mata manusia. Lensa pada kamera digunakan untuk menghasilkan suatu bayangan dari objek pada sebuah film. Fungsi film seperti retina pada mata, sebagai layar untuk menangkap dan merekam bayangan yang dihasilkan oleh lensa. Bayangan yang dihasilkan nyata, terbalik dan diperkecil. Tidak seperti pada mata, lensa pada kamera tidak dapat membuat jarak fokus yang berubah-ubah, untuk mencapai fokus yang baik pada film, lensa harus digerakkan maju mundur, yang menyebabkan jarak obyek berubah. Kamera yang tidak mempunyai penggerak lensa biasanya mempunyai lubang yang sangat kecil di depan lensa, yang bekerja seperti pinhole kamera. Di mana tidak ada lensa tetapi menggunakan lubang kecil untuk mendapatkan cahaya pada film. Hubungan antara fokus lensa kamera (f), jarak benda terhadap lensa (s), serta jarak bayangan (s‟) dirumuskan dengan persamaan umum yaitu :
1 1 1 f s s' Perbesaran lensa kamera :
2.5
41
M
s h s' h'
2.6
d. Mikroskop Mikroskop adalah alat optik untuk mengamati benda-benda yang sangat kecil. Mikroskop sederhana terdiri atas dua buah lensa positif (cembung). Lensa positif yang berdekatan dengan mata disebut lensa okuler. Lensa ini berfungsi sebagai lup. Lensa positif yang berdekatan dengan benda disebut lensa objektif. Jarak titik api lensa objektif lebih kecil dari pada jarak titik api lensa okuler. Benda yang akan diamati diletakkan diantara F dan 2F dari lensa objektif. Bayangan yang dihasilkan bersifat nyata, diperbesar dan terbalik. Bayangan ini akan menjadi benda bagi lensa okuler. Sifat bayangan yang dihasilkan lensa okuler adalah maya, diperbesar, dan terbalik dari pertama.
Gambar 2.6. Proses Pembentukan Bayangan Pada Mikroskop Sumber: BPTIKP Jawa Tengah Perbesaran Mikroskop 1) Perbesaran benda untuk mata tidak berakomodasi Syarat agar mata tidak berakomodasi : S‟ok = ~, karena itu Sok = fok. Sehingga perbesaran total mikroskop dapat dirumuskan :
M total M ob M ok S' S M total ob . n Sob f ok
2.7
Panjang mikroskop (L) dinyatakan dengan persamaan berikut.
L S'ob Sok
2.8
42 2) Perbesaran untuk mata berakomodasi maksimum. Agar mata berakomodasi maksimum, bayangan yang dihasilkan lensa okuler tepat jatuh pada jarak mata normal atau S‟ok = - Sn , sehingga perbesaran total mikroskop dapat dirumuskan :
M total M ob M ok
S'ob Sn 1 Sob f ok
2.9
e. Teleskop Teleskop merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat jauh sehingga tampak lebih dekat. Saat ini dikenal dua macam teleskop.
Gambar 2.7. Proses Pembentukan Bayangan Pada Teleskop Sumber: BPTIKP Jawa Tengah Teleskop bias yaitu terdiri dari beberapa lensa untuk membiasakan sinar yang dating dari benda. Beberapa contoh teleskop bias : Teleskop bintang Teleskop bumi Teleskop prisma Teleskop pantul yang terdiri dari beberapa cermin dan lensa sebagai pemantul dan pembias sinar datang. 1) Teropong Bias
43 Teropong jenis ini disebut teropong bias karena sebagai objektif digunakan lensa yang berfungsi membiaskan cahaya. Ada beberapa macam teropong yang tergolong teropong bias, diantaranya : a) Teropong bintang digunakan untuk mengamati benda-benda di angkasa, misalnya bulan, bintang, dan planet. Pada dasarnya, teropong bintang terdiri dari dua lensa positif. Salah satu lensa positif ditujukan ke benda yang diamati. Lensa ini disebut lensa objektif. Lensa positif yang lain berada di dekat mata disebut lensa okuler. Pengamatan dengan teropong bintang umumnya dilakukan dengan mata tak berakomodasi. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat sejati, terbalik, dan diperkecil. Bayangan ini terbentuk di titik fokus utama lensa objektif. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif kemudian dilihat melalui okuler (berfungsi sebagai lup). Bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler bersifat maya dan ukurannya lebih besar daripada bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif. Penggunaan teleskop bintang dianjurkan dengan posisi mata tidak berakomodasi maksimum agar maka tidak lekas lelas, pada pengamatan ini bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler jatuh di titik jauh mata (Sn= ~ = S‟ok). Perbesaran teleskop bintang untuk mata tanpa akomodasi:
M
f ob f ok
Panjang teropong : L f ob f ok
2.10
b) Teropong Bumi digunakan untuk mengamati benda di darat atau di laut yang letaknya jauh. Dengan menggunakan teropong Bumi, maka benda tampak lebih dekat dan jelas. Teropong Bumi juga memiliki lensa objektif dan lensa okuler, seperti pada mikroskop. Bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler bersifat terbalik. Hal ini tentu memiliki masalah karena benda yang kita lihat menjadi terbalik. Oleh karena itu, di antara objektif dan okuler dipasang lensa pembalik sehingga benda terlihat tegak. Lensa pembalik pada teropong Bumi yang modern dibentuk oleh
44 dua prisma siku-siku sama kaki. Sinar yang datang dari objektif dipantulkan secara sempurna sebanyak 4 kali. Pada prisma pertama terjadi perubahan sisi kanan dan kiri, sedangkan pada prisma kedua terjadi perubahan sisi atas dan bawah. Dengan demikian, mata akan melihat bayangan tegak dengan kemampuan yang telah diperbesar. 7. E-learning Berbasis Moodle a. Definisi e-learning Kata e-learning terdiri dari dua bagian, yaitu “e” yang merupakan singkatan dari “electronic” dan learning yang berarti „pembelajaran‟. Jadi, elearning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Karena itu, maka e-learning sering disebut pula dengan “online course” (Kusmana 2011). Online course secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pembelajaran di kelas maya, namun pada penerapannya, pembelajaran tidak hanya mengandalkan online course tetapi juga pembelajaran di kelas melalui tatap muka. Pusat Pengembang PPL UNNES (2012) mengemukakan tiga hal yang mendorong
mengapa
e-learning
menjadi
salah
satu
pilihan
untuk
penyelesaian masalah pendidikan yaitu, pesatnya kemajuan TIK di negaranegara
berkembang,
tersediannya
infrastruktur
telekomunikasi
yang
memungkinkan masyarakat mengakses internet, dan makin meningkatnya jumlah organisasi dan anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam menyediakan jasa layanan internet. Lanzilotti (2006) juga menambahkan bahwa e-learning menjadi sangat penting di berbagai bidang untuk mempermudah akses materi pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien untuk mewujudkan pendidikan seumur hidup. Keterbatasan komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa dalam rangka transfer ilmu juga dapat teratasi melalui e-learning. Jadi, minimnya jam pelajaran di kelas tidak menjadi pembatas komunikasi. Hal tersebut senada dengan kelebihan e-learning menurut Sutanta (2005), yaitu interaksi antara guru dan siswa dalam bentuk pemberian tugas dapat dilakukan secara lebih intensif dalam bentuk forum diskusi. Hal tersebut sejalan dengan Anitah
45 (2008), yang mengemukakan bahwa guru dan siswa tidak hanya dapat mengakses buku teks di sekolah, tetapi dapat memperoleh informasi dari jarak jauh, mengakses pustaka, dokumen-dokumen elektronik ke seluruh dunia untuk memperkaya studinya melalui e-learning. Gora (2005) mengemukakan dua tipe e-learning, yaitu pendidikan synchronous dan pendidikan asynchronous. Synchronous, secara harfiah berarti “pada waktu yang sama,” misalnya berinteraksi dengan guru melalui web secara real time. Asyncronous, berarti “tidak ada yang sama,” yang memungkinkan pelajar menyelesaikan Web Based Training dalam waktu dan jadwal yang dimiliki, tanpa interaksi langsung dengan guru. Produk elearning yang dikembangkan peneliti termasuk ke dalam tipe asynchronous sehingga penugasan yang diberikan guru melalui e-learning dapat diselesaikan siswa sesuai waktu yang dimiliki sebelum batas waktu yang diberikan guru. b. Definisi Moodle Cole dan Foster (2008) mendefinisikan Moodle sebagai singkatan dari Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek. Aplikasi Moodle pertama kali dikembangkan oleh Martin Dougiamas pada Agustus 2002 dengan Moodle versi 1.0. Saat ini, Moodle bisa dipakai oleh siapa saja secara open source (Amiroh 2012). Selain merupakan akronim, Cole dan Foster (2008) juga mendefinisikan Moodle sebagai kata kerja yang berarti
proses
melakukan
sesuatu
seperti
suatu
permainan
yang
menyenangkan dan mengarah pada penambahan wawasan dan kreativitas. Moodle dapat diinstalasi secara online maupun offline. Sistem yang dibutuhkan agar aplikasi Moodle dapat berjalan dengan baik secara offline adalah Apache Web Server, PHP, database MySQL atau PostgreSQL. Ketiganya dapat diperoleh dengan mengunduh Xampp. Moodle yang diintalasi langsung secara online membutuhkan hosting, Domain, dan file Moodle. Control panel yang dibutuhkan tidak lagi secara offline dalam
46 bentuk xampp control panel tapi diilakukan melalui control panel online, yaitu dengan menggunakan cPanel. Instalasi Moodle dilakukan di cPanel. 1) Hosting Hosting adalah space dalam server komputer yang di gunakan sebagai penempatan data dan file yang ada. Purwanto (2010) mendefinisikan Hosting sebagai ruangan yang terdapat dalam harddisk tempat menyimpan berbagai data, file-file, gambar dan lain sebagainya yang akan ditampilkan di situs. Hosting memiliki ukuran yang bermacam-macam. Semakin besar hosting, semakin besar data yang dapat disimpan. 2) Domain Nama Domain adalah alamat permanen situs di dunia internet yang digunakan untuk mengidentifikasi sebuah situs atau dengan kata lain Domain name adalah alamat yang digunakan untuk menemukan situs kita pada dunia internet (Purwanto 2010). Domain diberikan untuk mengidentifikasi nama server komputer seperti web server atau email server di internet. Domain yang digunakan pada penelitian ini adalah modulfisikaonline.net. 3) cPanel cPanel merupakan control panel online yang dapat digunakan untuk mengatur website, membuat email account dan banyak hal lainnya seperti instalasi script. Anfidz (2010) mendefinisikan cPanel sebagai sebuah Control Panel untuk mengelola layanan web hosting, mudah digunakan dan kaya akan feature, seperti pengelolaan e-mail. Pengubahan format standar Moodle yang tersedia juga dilakukan melalui cPanel. 4) Moodle Moodle yang dimaksud adalah Moodle terbaru yang kompatibel untuk windows (pada penelitian ini dikembangkan Moodle 2.4). Moodle dapat diunduh dalam bentuk .zip di www.Moodle.org. c. Kelebihan Moodle
47 Kelebihan Moodle menurut Amiroh (2012) yaitu : 1) Sederhana, efisien dan ringan, serta kompatibel dengan banyak browser 2) Instalasi yang sangat mudah dengan dukungan dengan berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia 3) Tersedianya manajemen situs untuk pengaturan situs secara keseluruhan, perubahan modul, dan lain sebagainya 4) Tersedianya manajemen pengguna (user management) dan manajemen course yang baik d. Aktivitas pembelajaran yang didukung oleh Moodle Moodle memiliki berbagai fasilitas yang dapat berguna mendukung kegiatan pembelajaran. Fasilitas yang terdapat pada Moodle antara lain Assignment, Chat, Forum, Quiz,Video Conference dan Survey. Penjelasan untuk masing-masing fasilitas menurut Amiroh (2012) adalah sebagai berikut. 1) Assignment digunakan untuk memberikan penugasan kepada siswa secara online. Siswa dapat mengakses materi tugas dan mengumpulkan tugas dengan cara mengirimkan file hasil pekerjaan mereka. 2) Chat digunakan oleh guru dan siswa untuk saling berinteraksi secara online dengan cara berdialog teks (percakapan online). 3) Forum merupakan forum diskusi secara online antara guru dan siswa yang
membahas
topik-topik
yang
berhubungan
dengan
materi
pembelajaran. 4) Quiz digunakan oleh guru untuk melakukan ujian tes secara online. 5) Video Converence digunakan untuk melakukan pembelajaran langsung. 6) Survey digunakan untuk melakukan jajak pendapat. 8. Hasil Belajar Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja.Menurut Gagne cit. Sumarno(2011) hasil
48 belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu. Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs cit. Taruh (2003) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Hal ini senada dengan Rasyid (2008: 9) yang berpendapat bahwa jika di tinjau dari segi proses pengukurannya, kemampuan seseorang dapat dinyatakan dengan angka. Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih dahulu memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan kompetensi siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi dalam bentuk angka-angka. Dick dan Reiser cit.Sumarno (2011) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemmpuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri atas empat jenis, yaitu: (1) pengetahun, (2) keterampilan intelektual, (3) ketermpilan motor, dan (4) sikap. Sedangkan pendapat yang lain dikemukakan oleh Bloom dan Kratwohl cit.Usman, (1994) bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu, meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah dalam upaya perubahan tingkah laku dan dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Pada tahun 2001, Anderson dkk cit. Widodo (2006) melakukan revisi terhadap taksonomi Bloom di atas.Revisi ini perlu dilakukan untuk lebih bisa mengadopsi perkembangan dan temuan baru dalam dunia pendidikan. Taksonomi
49 yang baru melakukan pemisahan yang tegas antara dimensi pengetahuan dengan dimensi proses kognitif. Pemisahan ini dilakukan sebab dimensi pengetahuan berbeda dari dimensi kognitif. Pengetahuan merupakan kata benda sedangkan proses kognitif merupakan kata kerja. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rukmini (2008: 157) menjelaskan bahwa revisi taksonomi Bloom diajukan untuk melihat ke depan dan merespon tuntutan berkembangnya komunitas pendidikan, termasuk pada bagaimana anak-anak berkembang dan belajar serta bagaimana guru menyiapkan bahan ajar. Anderson dkk cit.Widodo (2006) menjelaskan ada empat macam dimensi pengetahuan dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi, yaitu: (1) pengetahuan faktual, yaitu pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu, yang mencakup pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang bagian detail, (2) pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi sama-sama, yang mencakup skema, model pemikiran dan teori, (3) pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru, dan (4) pengetahuan metakognitif, yaitu mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Anderson cit.Widodo (2006) menguraikan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup: (1) menghafal (remember), yaitu menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang, yang mencakup dua macam proses kognitif mengenali dan mengingat, (2) memahami (understand),
yaitu
mengkonstruk
makna
atau
pengertian
berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang ada dalam pemikiran siswa, yang mencakup tujuh proses kognitif:
menafsirkan
(interpreting),
memberikan
contoh
(exemplifying),
mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining), (3) mengaplikasikan (apply), yaitu penggunaan suatu prosedur guna meyelesaikan
50 masalah atau mengerjakan tugas, yang mencakup dua proses kognitif: menjalankan
(executing)
dan
mengimplementasikan
(implementing),
(4)
menganalisis (analyze), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut, yang mencakup tiga proses kognitif: menguraikan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributing), (5) mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada, yang mencakup dua proses kognitif: memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing), dan (6) membuat (create), yaitu menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan, yang mencakup tiga proses kognitif: membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing). Selain ranah kognitif tersebut di atas, evaluasi juga dilakukan pada ranah afektif.Menurut Davies cit.Dimyati dan mudjiono(2009: 205), ranah afektif berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai-nilai, perasaan, dan emosi. Sumiati (2007: 215) menjelaskan bahwa tingkatan afektif ada lima, dari sederhana ke yang kompleks. Kelima tingkatan tersebut yaitu (1) kemauan menerima, (2) kemauan menanggapi, (3) berkeyakinan, (4) penerapan karya, dan (5) ketekunan dan ketelitian. Kratwohl, Bloom dan Masia cit.Dimyati dan mudjiono(2009: 205) mengemukakan taksonomi ranah afektif, yaitu: (1) menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi secara pasif yang meningkat secara lebih aktif, (2) merespon, merupakan kesempaan untuk menanggapi stimulan dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan, (3) menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut, (4) mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya, dan (5) karakterisasi, merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan masing-masing nilai pada waktu merespon dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.
51 Hasil belajar yang berikutnya adalah dalam ranah psikomotor.Menurut Davies cit.Dimyati dan mudjiono(2009:207), ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan.Sejalan dengan pendapat tersebut, Sudjana (1987: 54) menjelaskan bahwa hasil belajar dalam ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan-keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu. Harrow cit.Dimyati dan mudjiono(2009:208) mengemukakan taksonomi ranah psikomotor sekaligus menjelaskan bahwa penentuan kriteria untuk mengukur keterampilan siswa harus dilakukan dalam jangka waktu 30 menit. Taksonomi ranah psikomotor Harrow disusun secara hierarkis dalam lima tingkatan, yaitu: (1) meniru, artinya siswa dapat meniru atau mengikuti suatu perilaku yang dilihatnya, (2) manipulasi, artinya siswa dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan visual sebagaimana pada tingkat meniru, (3) ketetapan gerak, artinya siswa diharapkan dapat melakukan sesuatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual ataupun petunjuk tertulis, (4) artikulasi, artinya siswa diharapkan dapat menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat, dan (5) naturalisasi, artinya siswa diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian dapat dipaparkan hasilnya sebagai berikut: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Reynato C. Arimbuyutan, Seoksoo Kim, Jaegu Song, and Wooyoung So (2007) dalam makalahnya yang berjudul A Study on e-Learning for Philippines menunjukan bahwa e-learning menjadikan sistem pendidikan menjadi lebih efektif.
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Cheng-Chih Wu dan Hue-Ching Kao (2008) menunjukkan bahwa guru puas dengan kegiatan penilaian sejawat dan dirasakan video streaming sebagai fitur yang berguna. Videos streaming juga memainkan peranan penting selamadialog guru berbasis web, tetapi tidak
52 begitu signifikan dalam hal bagaimana mereka mengomentari atau membalas rekan-rekanya. 3.
Penilitan yang dilakukan jaka Permana yang berjudul “E-Learning: Alternatif Proses Belajar Mengajar Mahasiswa Yang Efisien” menunjukkan e-learning sebagai pembelajaran yang dilakukan melalui fasilitas elektronik dengan website tertentu membuat pembelajar menjadi efisien karena bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun.
4.
Penilitan yang dilakukan Michaelangelo G. Dacanay yang berjudul “ELearning On Computer Programming 2 For Dmmmsu Institute Of Computer Science” menunjukkan munculnya teknologi baru dan Internet telah membuka berbagai peluang baru untuk meningkatkan pembelajaran. Integrasi ICT dalam pendidikan dan pelatihan (e-learning) telah diakui sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan pembelajaran ditingkat. Banyak sekolah, Universitas dan perguruan tinggi pelatihan yang mengintegrasikan ICT,untuk mengubah proses mereka.
5.
Penilitian yang dilakukan Deniss Yeung yang berjudul “E-Learning Preferences Of International Students: The Shandong University Of Technology Study (SDUT)” menjelaskan studi ini didorong oleh satu institusi keputusan untuk membuat pengiriman yang fleksibel dan internasionalisasi prioritas strategis. Melalui hubungan yang ada dengan lembaga pendidikan di Cina, telah memungkinkan untuk mengukur siswa pengalaman pembelajaran online, preferensi dan niat untuk belajar mode campuran program pengiriman luar negeri. Namun, pada tinjauan singkat dari literatur, menjadi jelas bahwa ada kelangkaan penelitian pada siswa asing belajar online preferensi. Peneliti ditetapkan untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini dan dari wawasan yang didapat mengedepankan saran untuk memperkuat pengembangan online program, Staf pelatihan dan IT investasi. Rekomendasi ini menyediakan strategi praktis bagi institusi yang ingin menyediakan program-program yang relevan untuk siswa internasional dan berkembang di pasar internasional.
6.
Penilitian yang dilakukan oleh Janis Judrups yang berjudul “Analysis of Knowledge Management and E-Learning Integration Models” menjelaskan
53 pengembangan knowledge management (KM) dan e-learning (EL) secara alami membawa kedua disiplin lebih dekat dan mendorong integrasi. Ada beberapa model yang menawarkan kemungkinan cara integrasi tersebut. Dengan tujuan untukmengembangkan solusi integrasi praktis berlaku untuk organisasi tertentu, model integrasi yang ada dianalisis dalam makalah ini. Kriteria utama untuk analisis adalah aplikasi integrasi model di perusahaan. Model analisis menunjukkan beberapa teoritis pendekatan yang berbeda untuk integrasi yang terikat untuk tujuan tertentu dankebutuhan organisasi. Pendekatan yang lebih umum adalah untuk dasar integrasipada landasan bersama, yang dikenalpasti sebagai pembelajaran. 7.
Penlitian yang dilakukan oleh Carolina Costa yang berjudul “The use of Moodle e-learning pl atform: a study in a Portuguese University” menjelakan bahwa sebuah studi yang dilakukan di Universitas Aveiro (UA),Portugal yang menganalisis fungsi dan alat-alat Moodle platform dan digunakan oleh siswa. Data yang dikumpulkan didasarkan pada analisis konten, satu bebas terstruktur wawancara dengan tanggung jawab dari Moodle dari UA dan kuesioner diterapkan 278 siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa Moodle memiliki potensi besar, hal ini terutama digunakan sebagai sumber bahan. Namun, siswa mengakui pentingnya penggunaan fungsi lain dari platform ini untuk mempromosikan keberhasilan proses pembelajaran.
8.
Penelitian yang dilakukan Bens Pardamean yang berjudul “A Systematic Approach
To
Improving
Schools”.menunjukan
E-Learning
bahwa
tingkat
Implementations keterampilan
In
High
komputer
memangmemiliki korelasi langsung dengan para siswa prestasi akademik tingkat. Database inilebih lanjut diurai berdasarkan faktor demografis, mengakibatkan satu set rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas eLearning.. 9.
Penelitian
yang
dilakukan
Prasart
Nuangchalerm
yang
berjudul
“Implementing E-Learning Designed Courses in General Education” mengungkapkan bahwa kursus e-learning hendaknya tidak digunakan sendirian, tapi itu harus dicampur antara muka dan e-learning solusi yang
54 sesuai. Setelah siswa telah belajar melalui e-learning,mereka mengungkapkan kepuasan belajar pada tingkat tinggi dan perlu dilanjutkan kursus e-learning kursus lain. 10. Penelitian yang dilakukan Joi L. Moore yang berjudul “e-Learning, online learning, and distance learning environments: Are they the same?” menunjukkan bahwa ada tidak konsisten penggunaan terminologi untuk berbagai jenis pengiriman mode. Hasil mengungkapkan bahwa ada yang berbeda antara harapan dan persepsi pembelajaran:Pembelajaran jarak jauh, e-Learning, dan online-learning 11. Penelitian yang dilakukan Said Hadjerrouit yang berjudul “Developing WebBased Learning Resources in School Education: A User-Centered Approach” menunjukkan bahwa Web-based learning resources (WBLRs) adalah alat yang kuat berpotensi untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran di sekolah. WBLRs dapat menyediakan guru dan pelajar dengan berbagai pengalaman baru dan menarik yang tidak mungkin di kelas tradisional. Tujuan karya ini adalah untuk mengusulkan pendekatan yang berpusat pada pengguna untuk pengembangan WBLRs untuk menerjemahkan pedagogis ke dalam perangkat lunak yang mendukung efektif pembelajaran. Artikel jugamelaporkan pada penerapan pendekatan dalam pendidikan sekolah. 12. Penelitian yang dilakukan Dongsong Zhang yang berjudul “Instructional video in e-learning: Assessing the impact ofinteractive video on learning effectiveness” menunjukkan bahwa siswa dalam e-learning yang disediakan interaktif video mencapai kinerja pembelajaran yang secara signifikan lebih baik dan tingkat yang lebih tinggi kepuasan dibanding di pengaturan lainnya. Namun,siswa
yang menggunakan
e-learning
yang disediakan tidak
menggunakan interaktif video kurang meningkatkan dengan baik. Temuan menyarankan bahwa mungkin penting untuk mengintegrasikan video instruksional interaktif ke dalam sistem e-learning. 13. Penelitian yang dilakukan Komang Agus Hartawan yang berjudul “Pengembangan Portal E-Learning Berbasis Moodle Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X di SMA Dwijendra Denpasar” menunjukkan bahwa (1)
55 sebuah media e-learning berbasis Moodle yang dikembangkan berdasarkan desain yang dirancang, (2) hasil validitas produk menunjukkan media tidak perlu direvisi, hal tersebut dilihat dari: menurut uji ahli isi mata pelajaran menunjukkan kategori sangat baik (97,3%), menurut uji ahli desain pembelajaran berada pada kategori sangat baik (90,7%), menurut uji ahli media pembelajaran menunjukkan kategori sangat baik (91,6%), berdasarkan uji coba perorangan menunjukkan kategori sangat baik (90%), berdasarkan uji coba kelompok kecil berada pada kategori baik (89,4%), dan berdasarkan uji coba lapangan menunjukkan kategori sangat baik (90,88%), dan (3) hasil uji efektivitas produk terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan Portal e-learning berbasis Moodle, skor rata-rata pretest lebih kecil dari skor rata-rata posttest, yaitu 63,90 berbanding 92,39. 14. Penelitian yang dilakukan Asep Sufyan Tsauri yang berjudul “Pengembangan Model Sistem Elearning Komunitas Dengan Pendekatan Personal Learning Environments (PLEs) menunjukkan bahwa Perencanaan dan pengembangan model untuk menghasilkan bentuk e-Learning model pendekatan PLEs hipotesis. Tahap pelaksanaan dilakukan oleh pengujian model, responden memberikan penilaian yang positif dengan tingkat kepuasan 21.44%. 15. Penelitian yang dilakukan oleh Alexander G. Shchitov yang berjudul “Features of the Learning Modular System Moodle Use in Teaching the Russian Language to Russian and Foreign Students at an Institution of Higher Education” menunjukkan bahwa moodle memberikan alat yang berguna untuk memastikan pelatihan profesional yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern, dan dinilai sangat diperlukan untuk mengembangkan kompetensi komunikatif dan sosial antara orang rusia dan mahasiswa asing yang belajar di Tomsk Polytechnic University. 16. Penelitian yang dilakukan oleh Zyainuri yang berjudul “Penerapan ELearning Moodle Untuk Pembelajaran Siswa Yang Melaksanakan Prakerin” menunjukkan bahwa (1) e-learning yang dikembangkan dengan LMS Moodle melalui tiga tahapan, yaitu : perencanaan, desain, dan pengembangan. Elearning menyajikan materi standar kompetensi memperbaiki alat reproduksi
56 sinyal audio video CD untuk siswa kelas XI Teknik Elektronika yang sedang melaksanakan Prakerin, (2) e-learning tersebut layak digunakan pada siswa kelas XI Teknik Elektronika SMK N 5 Banjarmasin yang melaksanakan Prakerin. Kelayakan e-learning berdasarkan ahli materi termasuk katogori baik dengan skor rerata 3,98, berdasarkan ahli media termasuk katogori baik dengan skor rerata 3,90 berdasarkan uji beta termasuk kategori sangat baik dengan skor rerata 4,15, dan berdasarkan uji produk termasuk kategori baik dengan skor rerata 3,90, (3) Penggunaan e-learning untuk siswa kelas XI Teknik Elektronika SMK Negeri 5 Banjarmasin yang melaksanakan Prakerin efektif meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini terbukti dengan perbedaan skor peningkatan pretest ke posttest untuk kedua kelas tersebut sebesar 13,24. C. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir penelitian dan pengembangan media pembelajaran berbasis ICT dengan pendekatan scientific pada materi alat optik di SMA. Dalam pembelajaran fisika sebagai sains.Hakikat sains yang dimaksud meliputi produk, proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran fisika sebagai produk merupakan produk pengetahuan dari suatu kejadian alam, kemudian fisika sebagai proses yaitu fisika sebagai suatu ilmu hasil dari proses yang terjadi di alam dan dalam mempelajarinya membutuhkan keterampilan proses sains seperti mengamati, mengidentifikasi, menganalisis dan lain-lain. Sedangkan fisika sebagai sikap, hakekat fisika sebagai produk dan hakekat fisika sebagai proses di atas, tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali dengankegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dan pemikiran, dari kegiatan-kegiatan kreatif ini akanmenumbuhkan sikap ilmiah selama mempelajari fisika karena berkaitan dengan karakter. Sikap ilmiah meliputi: jujur, tanggung jawab, objektif, dan lain-lain. Pembelajaran fisika seharusnya dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa sehingga menambah kemampuan dalam mengkonstruksi, memahami, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari.
57 Dengan demikian, siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep yang telah dipelajari dan juga siswa terlatih menemukan sendiri berbagai konsep secara holistik, bermakna, otentik serta aplikatif untuk kepentingan pemecahan masalah. Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan pola “pendekatan scientific”, yakni menggunakan pola mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyajikan. Di dalam pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama di benaknya, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan lembaga PISA (Programme for International Study Assessment) kualitas pendidikan Indonesia menempati posisi 64 dari 65 negara anggota PISA. Hasil ini merupakan hasil studi yang dilakukan lembaga PISA yang digelar setiap tiga tahun sekali. Dengan kata lain, kualitas pendidikan Indonesia tergolong kurang dibandingkan dengan negara lain yang ada di seluruh dunia. Disamping itu belum terlihat adanya integrasi ICT dengan pembelajaran yang efektif dan efisien. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang pesat akhir-akhir ini, menciptakan kultur baru bagi semua bidang di seluruh dunia, termasuk pendidikan. Perkembangan TI seperti komputer dan internet dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran, yaitu sebagai media pembelajaran. Media yang memanfaatkan teknologi komputer dan jaringan internet dikenal sebagai media e-learning. Munir (2012: 170) mendefinisikan, “E-learning adalah program aplikasi berbasis internet yang memuat semua informasi tentang seputar pendidikan yang jelas, dinamis, dan akurat serta up to date memberikan kemudahan bagi para pembelajar untuk melakukan pembelajaran secara online”. E-learning merupakan pembelajaran secara online yang memanfaatkan komputer dan internet. “Istilah Moodle diambil dari singkatan Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment, yang berarti tempat belajar dinamis dengan
58 menggunakan model berorientasi objek” (Munir, 2008: 211). Moodle adalah sebuah nama untuk program aplikasi yang dapat merubah sebuah media pembelajaran ke dalam bentuk web. Moddle memungkinkan siswa untuk masuk ke dalam
ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi
pembelajaran secara online. Dengan menggunakan Moodle, guru dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain secara online. Moodle merupakan salah satu LMS open source yang dapat diperoleh secara bebas melalui http://Moodle.org. “Moodle merupakan program open source yang paling terkenal diantara program-program e-learning yang ada, misalnya Atutor, eLeaPTM LEARNING MANAGEMENT SYSTEM LMS, dan seterusnya. Aplikasi Moodle dikembangkan pertama kali oleh Martin Dougiamas pada Agustus 2002 dengan Moodle versi 1.0.”(Amiroh, 2012: 1). Media pembelajaran berbasis ICT dengan pendekatan scientific ini dihadirkan sesuai dengan analisis kebutuhan siswa dan ditujukan sebagai contoh bagi guru untuk mengembangan media yang dapat menginterasiskan ICT dalam proses pembelajaran. Selanjutnya dapat dilihat kerangka berpikir pada Gambar 2.2.
59
Referensi hasil penelitian
Hakikat Fisika
Masalah Pembelajaran
Evaluasi hasil belajar aspek kognitif dan lembar observasi motivasi belajar siswa
Pendekatan Scientific
Pelaksanaan pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis ICT dengan pendekatan scientific di MATIQ Isy Karima
Pendekatan Scientific Sebagai salah satu sarana pendekatan pengembangan kemampuan berfikir siswa
Produk media pembelajaran berbasis ICT dengan pedekatan scientific pada materi alat optik di SMA
Terjadi peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar siswa dengan penggunaan media pembelajaran berbasis ICT dengan pendekatan scientific pada materi alat optik di sma Gambar 2.8. Kerangka Berfikir D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis penelitian berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran dalam bentuk website untuk mata pelajaran Fisika SMA kelas X pokok bahasan Alat optik, sebagai berikut: H01
Tidak terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara kelas yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dengan
pendekatan
scientific
dengan
kelas
yang
diajarkan
menggunakan cara konvensional. H11
Terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara kelas yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dengan
60 pendekatan scientific dengan kelas yang diajarkan menggunakan cara konvensional. H02
Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar antara kelas yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dengan pendekatan scientific dengan kelas yang diajarkan menggunakan cara konvensional.
H12
Terdapat perbedaan motivasi belajar antara kelas yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dengan pendekatan scientific dengan kelas yang diajarkan menggunakan cara konvensional.