BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Produktivitas a. Definisi Produktivitas Produktivitas sering dikaitkan dengan cara dan sistem yang efisien, sehingga proses produksi berlangsung tepat waktu dan dengan demikian tidak diperlukan kerja lembur dengan segala implikasinya, terutama implikasi biaya. Menurut Blocher,et al (2007:306) “produktivitas adalah rasio output terhadap input” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas merupakan pengukuran dari tingkat perputaran dari input yaitu sumber daya yang dimiliki perusahaan terhadap output yaitu dapat berupa barang atau jasa. Produktivitas juga berkaitan dengan mutu barang dan jasa yang dihasilkan tersebut. Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efesiensi (waktu,bahan,tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. Secara umum diyakini bahwa untuk meningkatkan profitabilitas, sangat penting untuk mempertimbangkan produktivitas sebagai faktor penyumbang terbesar.
7
8
b. Pengukuran Produktivitas Menurut Blocher (2007:315) ukuran produktivitas bisa berupa ukuran produktivitas operasional maupun finansial. Ukuran produktivitas juga bisa mencakup seluruh faktor produksi atau fokus pada satu faktor atau sebagian faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi. Ukuran produktivitas yang yang memusatkan perhatian pada hubungan antara satu atau sebagian faktor input dan output yang dicapai disebut dengan ukuran produktivitas parsial. Sedangkan ukuran produktivitas yang memasukkan seluruh sumber daya input yang digunakan dalam produksi disebut produktivitas total. (1). Produktivitas Parsial Produktivitas parsial mengukur hubungan antara output dengan satu atau sebagian sumber daya input yang dibutuhkanuntuk memproduksi output.
ProduktivitasParsial =
Jumlah unit atau nilai output yang diproduksi Jumlah atau biaya dari satu atau sebagian sumber daya input
Penyebutnya adalah jumlah atau biaya faktor produksi, seperti bahan baku langsung, jam tenaga kerja langsung, atau sumber daya input tertentu; pembilangnya adalah jumlah unit atau nilai barang/jasa yang diproduksi.
9
1) Produktivitas operasional parsial Perusahaan sering kali menggunakan tolak ukur pembanding atau kriteria dalam menentukan produktivitas. Diantara tolak ukur atau kriteria
yang
sering
digunakan
adalah
ukuran
produktivitas
perusahaan di masa lalu, produktivitas perusahaan lain, atau tolak ukur lain yang ditentukan manajemen puncak sesuai dengan tujuan perusahaan masing-masing. Perubahan produktivitas juga dapat diuji dengan cara menghitung jumlah sumber daya input yang digunakan oleh perusahaan. Seperti bahan baku langsung atau tenaga kerja langsung, dan lain sebagainya. 2) Produktivitas finansial parsial Produktivitas finansial parsial menunjukkan jumlah unit output yang diproduksi untuk setiap satuan mata uang sumber daya input yang digunakan.Produktivitas finansial parsial untuk bahan baku langsung dapat dihitung dengan cara:
Produktivitas Parsial Bahan Baku =
Output Biaya sumber daya pada tahun berjalan
3) Produktivitas parsial : operasional versus finansial Pembilang dan penyebut pada ukuran produktivitas operasional parsial menggunakan satuan unit fisik. Menggunakan ukuran fisik
10
akan membuat ukuran operasional parsial mudah dipahami dan digunakan dalam operasi oleh pegawai operasional. Kenyataan bahwa ukuran produktivitas operasional tidak dipengaruhi oleh perubahan harga dan faktor-faktor lainnya juga menjadikannya lebih mudah untuk dijadikan tolak ukur. Produktivitasfinansial parsial memiliki keunggulan dalam hal mempertimbangkan pengaruh biaya maupun kuantitas sumber daya input terhadap produktivitas. Pada tingkat manajemen, pengaruh biaya tidak hanya pada kuantitas fisik, menjadi perhatian. Di samping itu, produktivitas finansial parsial dapat digunakan dalam operasi yang menggunakan lebih dari satu faktor produksi. Di sisi lain, produktivitas operasional parsial hanya mengukur satu sumber daya input pada suatu waktu. 4) Keterbatasan analisis produktivitas parsial Ukuran produktivitas parsial memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, hanya mengukur hubungan antara sumber daya input dan output; ukuran tersebut mengabaikan pengaruh perubahan faktorfaktor produksi lainnya terhadap produktivitas. Keterbatasan yang kedua adalah bahwa produktivitas parsial mengabaikan pengaruh perubahan faktor-faktor produksi lainnya terhadap produktivitas. Sebagai contoh, peningkatan kualitas bahan baku dapat meningkatkan produktivitas parsial bahan baku langsung maupun tenaga kerja
11
langsung. Ketiga, produktivitas parsial juga mengabaikan pengaruh perubahan karakteristik operasi perusahaan terhadap produktivitas sumber daya input. Pemasangan peralatan berefisiensi tinggi memperbaiki produktivitas operasional parsial tenaga kerja langsung. Perbaikan produktivitas operasional parsial tenaga kerja sulit dikaitkan dengan dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja. Keempat, produktivitas parsial yang lebih baik tidak menjamin bahwa perusahaan atau divisi beroperasi dengan efisien. Tidak ada standar efisiensi yang digunakan dalam ukuran-ukuran produktivitas parsial. (2). Produktivitas Total Produktivitas total adalah rasio antara output dengan total biaya semua sumber input yang digunakan untuk memproduksi output.
Produktivitas Total =
Jumlah unit atau nilai dari penjualan output Total biaya dari seluruh sumber daya input
Produktivitas total merupakan ukuran produktivitas finansial. Pembilang bisa berupa jumlah unit atau nilai jual dari output yang dicapai. Penyebutnya bisa berupa jumlah total seluruh sumber daya yang digunakan dalam memproduksi output. Penjumlahan unit-unit sumber daya umumnya menggunakan pengukuran yang berbeda. Selain itu, kita dapat menggunakan total pendapatan penjualan dan
12
unit output yang diproduksi sebagai pembilang dalam menghitung produktivitas total. Produktivitas total dari semua sumber daya yang diperlukan untuk memproduksi output sering kali digunakan dalam penilaian operasi produksi.
Mencapai
produktivitas
yang
lebih
tinggi
dengan
memproduksi lebih banyak unit merupakan langkah awal yang penting bagi perusahaan yang sukses. Investasi yang baik adalah investasi menghasilkan pendapatan lebih tinggi daripada investasi lain dari setiap satuan mata uang yang digunakan untuk sumber daya. a. Keunggulan dan kelemahan produktivitas total Produktivitas total mengukur produktivitas gabungan dari semua faktor operasi. Seperti halnya penggunaan ukuran produktivitas total dalam
evaluasi
kinerja
menurunkan
kemungkinan
terjadinya
manipulasi beberapa faktor produksi untuk memperbaiki ukuran produktivitas dari faktor-faktor produksi lainnya. Hal yang sama tidak dapat diperoleh dari ukuran prosuktivitas parsial. Berdasarkan keperluannya, produktivitas total merupakan ukuran produktivitas finansial. Produktivitas total yang buruk dapat berasal dari peningkatan biaya sumber daya yang berada diluar kemdali manajer. Pertimbangan lain dalam penggunaan ukuran produktivitas total adalah bahwa dasar untuk menilai perubahan produktivitas bisa berubah dari waktu ke waktu.Selain itu, ukuran produktivitas dapat
13
mengabaikan pengaruh perubahan permintaan produk, perubahan harga jual barang atau jasa, dan pembelian khusus atau perjanjian penjualan terhadap produktivitas. Perubahan permintaan mengubah ukuran produksi. Ukuran operasi bisa memengaruhi produktivitas total juga produktivitas parsial dari bahan baki, tenaga kerja, atau proses.
2. Definisi Biaya Untuk mengelola suatu perusahaan, diperlukan informasi biaya. Informasi ini membantu manajemen untuk dapat menetapkan sasaran laba perusahaan, menetapkan
target
departemen
menuju
pencpaian
sasaran
akhir,
mengevaluasi keefektifan rencana, dan lain sebagainya.Biaya dan beban memiliki pengertian yang berbeda. Kadang-kadang dalam praktik sering digunakan bersamaan. Biaya merupakan pengorbanan untuk memperoleh harta,
sedangkan
bebanmerupakan
pengorbanan
untuk
memperoleh
pendapatan. Keduanya merupakan pengorbanan, namun tujuannya berbeda. Menurut Don R. Hansen dam Maryanne M. Mowen (2013:47) “Biaya adalahkas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi.” Sedangkan Darsono dan Ari (2008:49) menyebutkan definisi biaya sebagai berikut : “biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.”
14
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan uang 3. Telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu, yaitu untuk memperoleh barang dan jasa dalam usaha untuk mendapatkan keuntungan baik pada saat ini maupun masa yang akan datang. Pada perusahaan yang berorientasi laba, manfaat masa depan biasanya berarti pedapatan. Jika biaya telah dihabiskan dalam proses mrnghasilkan pendapatan maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa (expired). Menurut Bastian dan Nurlela (2006:4) biaya yang kadaluarsa tersebut disebut beban.
3. Biaya Kualitas a. Definisi Biaya Kualitas Definisi biaya kualitas menurut Hansen dan Mowen (2007:7) yaitu: “biaya kualitas (cost of quality) adalah biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya.” Menurut Blocher,et al (2007:404), yaitu : “biaya kualitas adalah biaya dari aktivitas yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pembetulan produk yang bermutu rendah, serta biaya peluang dari waktu prosuksi dan penjualan yang hilang akibat mutu yang rendah.”
15
Sedangkan menurut Darsono dan Ari (2008:322) “biaya kualitas adalah biaya yang timbuk karena produk yang dihasilkan mutunya jelek sehingga tidak disukai konsumen.” Definisi
diatas
mengimplikasikan
bahwa
biaya
kualitas
berhubungan dengan dua sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kualitas yaitu kegiatan pengendalian dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk. Jadi, kegiatan pengendalian terdiri dari kegiatan-kegiatan pencegahan dan penilaian. Kegiatan karena kegagalan, dilakukan oleh perusahaan atau pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk. Jika respon terhadap kualitas yang buruk dilakukan sebelum produk cacat (tidak memiliki kesesuaian, tidak bisa diandalkan, tidak tahan lama dst) sampai ke pelanggan, maka kegiatannya diklasifikasikan sebagai kegiatan kegiatan kegagalan internal. Sebaliknya, jika respons muncul setelah produk sampai ke pelanggan, maka kegiatannya diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan eksternal.Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas produk, yang terdiri dari biaya untuk mencegah kualitas produk yang buruk dan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki produk cacat, baik yang masih di tangan produsen maupun produk cacat yang telah sampai ke tangan konsumen.
16
b. Komponen Biaya Kualitas Blocher,et al (2007:404) membagi biaya kualitas menjadi empat komponen, yaitu: (1). Biaya Pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya kerusakan mutu (kualitas). Biaya ini meliputi : a. Biaya perencanaan mutu, yaitu biaya yang berkaitan dengan perencanaan
dan
sistem
pengembangan
mutu
produk.
Misalnya desain peralatan baru, studi keandalan, dan evaluasi pemasok. b. Biaya pelatihan mutu, yaitu biaya yang terjadi untuk melaksanakan program-program pelatihan internal bagi para pegawai untuk memastikan pelaksanaan produksi, pengiriman dan pelayanan produk dan jasa yang tepat dan untuk meningkatkan kualitas. Biaya ini meliputi upah dan gaji yang dikeluarkan dalam pelatihan, dll. c. Biaya pemeliharaan peralatan yaitu biaya yang terjadi untuk memasang, menyesuaikan, memelihara, memperbaiki dan mengawasi peralatan, proses, dan sistem produksi. d. Biaya penjaminan pemasok yaitu biaya yang terjadi untuk memastikan bahwa bahan baku, komponen, dan jasa yang diterima
dari
perusahaan.
pemasok
memenuhi
standar
dan
mutu
17
e. Biaya sistem informasi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan persayaratan data dan mengukur, mengaudit dan melaporkan data kualitas. f. Biaya desain ulang produk dan perbaikan proses, yaitu biaya yang terjadi untuk mengevaluasi dan memperbaiki desain produk dan dan proses operasi untuk memudahkan proses produksi atau untuk mengurangi atau meniadakan masalahmasalah kualitas. g. Biaya perkumpulan kualitas, yaitu biaya yang terjadi untuk membentuk dan mengoperasikan perkumpulan pengendalian kualitas untuk menentukan masalah-masalah kualitas dan memberikan solusi untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa. (2). Biaya Penilaian adalah biaya yang terjadi dalam pengukuran dan analisis data untuk memastikan apakah produk dan jasa sesuai dengan spesifikasi. Biaya penilaian meliputi : a. Biaya pengujian dan inspeksi b. Biaya perolehan peralatan pengujian c. Audit mutu (kualitas) d. Pengujian laboratorium e. Pengujian dan evaluasi lapangan f. Biaya informasi
18
(3). Biaya Kegagalan Internal adalah biaya yang terjadi akibat kualitas buruk produk atau jasa yang ditemukan melalui penilaian sebelum produk diserahkan kepada pelanggan. Biaya ini tidak bernilah tambah. Beberapa biaya kegagalan internal adalah: a. Biaya tindakan perbaikan b. Biaya pengerjaan ulang dan bahan sisa produksi c. Biaya proses d. Biaya percepatan e. Biaya inspeksi ulang dan pengujian ulang f. Kontribusi
yang
hilang
karena
peningkatan
permintaan
atassumber daya yang terbatas. (4). Biaya Kegagalan Eksternal
merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk memperbaiki kerusakan kualitas setelah produk atau jasa yang tidak dapat diterima mencapai pelanggan serta kehilangan peluang laba yang disebabkan oleh penyerahan produk atau jasa tersebut. Berikut merupakan biaya kegagalan eksternal: a. Biaya perbaikan atau penggantian b. Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian (retur) dari pelanggan c. Biaya penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk d. Penjuala yang hilang karena produk yang tidak memuaskan e. Biaya untuk memperbaiki reputasi
19
c. Manfaat Biaya Kualitas Menurut Fandy dan Anastasia (2003:40) informasi biaya kualitas dapat memberikan berbagai manfaat, yang antara lain dapat digunakan untu hal-hal berikut : 1) Mengidentifikasi peluang laba. 2) Mengidentifikasi
pemborosan
dalam
aktivitas
yang
tidak
dikehendaki pelanggan. 3) Menentukan apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusikan secara tepat. 4) Penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba. 5) Mengidentifikasi masalah-masalah kualitas. 6) Dijadikan sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
d. Laporan Biaya Kualitas Tujuan dari melaporkan biaya kualitas adalah membuat manajemen sadar akan besarnya biaya kualitas dan menyediakan dasar bagi pengukuran dampak dari aktivitas perbaikan kualitas barang atau jasa. Melaporkan biaya kualitas meliputi mendifinisikan sumber data, mengumpulkan data, dan menyiapkan serta mendistribusikan laporan biaya kualitas tersebut.
20
4. Profitabilitas a. Definisi Profitabilitas Menurut Warren, et al. (2005:99) “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.” Sedangkan menurut Arief dan Edi (2008:70) : “rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang terceremin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal.” Dari pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa profitabilitas adalah salah satu ukuran kinerja perusahaan dalam memperoleh laba pada suatu periode tertentu dan efisiensi penggunaan aktiva perusahaan guna menghasilkan laba.
b. Rasio Pengukuran Profitabilitas Rasio probabilitas menurut Darsono dan Ashari (2005:56) meliputi : 1) Gross Profit Margin (GPM) Rasio GPM atau margin keuntungan kotor dicari dengan penjulan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih.
21
Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual.
2) Profit Margin ( NPM) Laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan.
NPM =
Laba bersih Penjualan bersih
3) Return On Asset (ROA) Laba bersih dibagi rata-rata total aktiva. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
22
ROA =
Laba bersih Total Aktiva
4) Return On Equity (ROE) Laba bersih dibagi rata-rata ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.
ROE =
Laba bersih Rata-rata Ekuitas
5) Eanings Per Share (EPS) Alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar saham adalah eanings per share yang dicari dengan laba bersih dibagi saham yang beredar. Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiapp satu lembar saham.
EPS =
Laba bersih Jumlah Saham yang Beredar
23
6) Payout Ratio (PR) Dividen kas dibagi laba bersih. Rasio ini menggambarkan presentase dividen kas yang diterima oleh pemegang saham terhadap laba bersih yang dioperoleh perusahaan.
PR =
Dividen Kas Laba bersih
7) Retention Ratio (RR) Laba ditahan dibagi laba bersih. Rasio ini menggambarkan presentase laba bersih yang digunakan untuk penambahan modal perusahaan.
RR =
Laba Ditahan Tahun Berjalan Laba bersih
8) Productivity Ratio (PR) Penjualan
bersih
dibagi
rata-rata
total
aktiva.
Rasio
ini
menggambarkan kemampuan operasional perusahaan dalam menjual dan menggunakan aktiva yang dimiliki.
24
PR =
Penjualan Bersih Rata-rata Aktiva
Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Assets (ROA) karena rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap asset yang digunakan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
B. Hasil PenelitianTerdahulu Irianto Winarjo (2002) menguji “Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Kualitas Terhadap Profitabilitas Pada PT. S.S Utama di Surabaya” Berdasarkan hasil penelitaian di simpulkan bahwa badan usaha akan berusaha untuk menekan biaya produksi mereka, tetapi harus tetap memperhatikan kualitas dari produk itu sendiri, sehingga kualitas dari hasil produksi mereka tidak menurun. Hal ini didorong oleh adanya tuntutan untuk dapat memenuhi keinginan konsumen yang ingin membeli suatu produk dengan harga yang terjangkau dan memiliki kualitas yang baik. Setelah badan usaha mampu untuk memenuhi keinginan konsumen, maka badan usaha tersebut baru dapat dikatakan mampu bersaing dengan badan-badan usaha yang lain yang bergerak di bidang yang sejenis. Faktor biaya dan kualitas produk dapat disebut sebagai faktor yang memegang peranan penting dalam menunjang kesuksesan
25
pencapaian tujuan badan usaha. Jenis penelitian skripsi ini adalah kausal inferesial, yang dilakukan pada PT S.S. Utama di Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penulis menetapkan biaya produk dan biaya kualitas sebagai variabel bebas, sedangkan laba perusahaan sebagai variabel tidak bebas. Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat pengaruh antara biaya produksi dan biaya kualitas terhadap laba, yaitu sebesar 70,93% dan sisanya sebesar 29,07% dipengarahi oleh faktor-faktor yang lain. Zakiyah
(2007)
menguji
“Pengaruh
Biaya
Kualitas
Terhadap
Profitabilitas” Target populasinya adalah industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2001 s.d 2005. Variabel bebasnya adalah biaya kualitas sedangkan laba operasi, Operating Profit Margin (OPM), Return On Invesment (ROI), dan Return On Equity (ROE) sebagai variabel terikat. Hasil penelitian dengan uji t diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara biaya kualitas dengan laba operasi dan OPM, sedangkan antara biaya kualitas dengan ROI dan ROE tidak ada hubungan yang signifikan. Mathius Tandiontong,dkk (2010) menguji “Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Profitabilitas Pada The Majesty Hotel dan Apartemen di Bandung” Pengujian ini dilakukan pada the majesty hotel dan apartemen di bandung. Data kuersioner atas total keseluruhan jawaban pertanyaan mengenai variabel independen (biaya kualitas) dan variabel dependen (profitabilitas) dikatakan valid, karena nilai Pearrson Correlation sebesar 0,617>0.4. Artinya variabel
26
independen (biaya kualitas) memiliki hubungan yang signifikan terhada variabel dependen (profitabilitas). Henri Darmadi Haslim (2009) menguji “Peranan Analisis Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi” Pengujian ini dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII. Industri manufaktur adalah salah satu industri teh yang saat ini masih belum berkembang dengan baik. Persaingan yang dihadapi oleh sebuah perusahaan tidak hanya dari pesaing lokal dan nasional, tetapi juga termasuk pesaing dari luar negeri. Oleh karena itu, perusahaan harus terus berusaha meningkatkan kualitas produk dengan harga yang terjangkau. Perusahaan perlu melakukan program pengendalian mutu untuk mencapai kualitas produk yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dengan melakukan kegiatan pengendalian mutu diharapkan dapat mengurangi keberadaan produk gagal, yang secara tidak langsung dapat mengurangi biaya produksi. Salah satu cara untuk program pengendalian mutu langsung adalah untuk menganalisis biaya kualitas. Biaya kualitas terdiri dari biaya pencegahan, penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Dengan ini analisis biaya kualitas perusahaan harus mengelola kegiatan pengendalian kualitas, terutama mereka yang mencegah terjadinya kegagalan produk. Jika biaya berkurang tanpa menurunkan kualitas kualitas produk, biaya produksi yang lebih efisien. Hal ini karena biaya kualitas merupakan bagian dari biaya produksi. Penulis melakukan penelitian pada PT. Perkebunan Nusantara VIII, teh perusahaan pengolahan, untuk tahun 2009. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-analitis, sedangkan untuk pengumpulan data digunakan
27
wawancara, observasi, dan dokumentasi yang mendukung studi literatur sebagai referensi. Berdasarkan penulis studi dan didukung oleh studi literatur, penulis menarik kesimpulan bahwa selama ini pada PT. Perkebunan Nusantara VIII, analisis biaya, kegiatan pengendalian mutu belum memberikan kontribusi terhadap kualitas dan bisnis biaya yang efisien produksi, meskipun perusahaan memiliki bagian Quality Assurance untuk pengujian bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Hasil analisis biaya kualitas menunjukkan bahwa kategori terbesar dari biaya kualitas yang dikeluarkan oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan biaya kegagalan internal. Melalui analisis biaya kualitas, perusahaan dapat lebih fokus pada pengendalian kualitas adalah pencegahan, sehingga biaya kegagalan internal dapat dikurangi, sehingga akan total biaya kualitas akan berkurang yang pada gilirannya akan meminimalkan biaya produksi. Mahour Mellat Parast dan Elham (Ellie) H. Fini (2010) menguji “The Effect of Productivity and Quality on Profitability” Pengujian ini dilakukan pada US airline industry. Analisis korelasi menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja dan profitabilitas adalah berhubungan positif. Namun, hubungan antara ketepatan waktu dalam kinerja dan profitabilitas ditemukan hubungan negatif. Sementara temuan ini tampaknya menjadi berlawanan dengan intuisi. Dalam hal pengaruh produktivitas dan kualitas terhadap profitabilitas, pengujian menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah yang paling berpengaruh terhadap produktivitas.
28
K. M anwarul Islam, dan Mahbuba zaman (2013) menguji “An Empirical Study on Effect of Productivity on Profitability in some Selected Private Commercial Bank (PCBs) in Bangladesh” Temuan utama dari studi ini adalah: (i) faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi produktivitas telah: perubahan struktur penyimpanan, perubahan struktur kewajiban, kurangnya karyawan yang terampil, kebijakan Bangladesh Bank, kurangnya akuntabilitas, kurangnya tanggung jawab yang tepat & akuntabilitas. Hal ini terlihat bahwa pertunjukan produktivitas dalam hal DPE, Lape, EAPE, dan BPE telah memuaskan di sebagian besar bank-bank selama periode penelitian. Dalam hal ukuran produktivitas lainnya, hampir 50% dari bank telah baik. Ada hubungan kuat antara produktivitas dan profitabilitas yang terbukti dari analisis koefisien korelasi. Hal ini lebih lanjut menemukan bahwa ROI bank yang dipilih telah dipengaruhi oleh EPE, DPE, Lape, IPE, LAIPE, EAPE, BPE dan EXPE sampai sebatas 81%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel ini perlu ditingkatkan untuk peningkatan profitabilitas bank yang dipilih. Siyanbola, Trimisiu Tunji & Raji, Gbolagade Mojeed (2013) menguji “The Impact of
Cost Control on Manufacturing Industries profitability”
Temuan utama dalam penelitian ini yaitu pengendalian biaya adalah sangat penting dalam setiap badan usaha, negligience yang yang akan mempengaruhi laba pada setiap titik waktu. Dalam mengendalikan biaya, pemborosan dihilangkan selama produksi dan bahkan selama administrasi, penjualan dan kegiatan distribusi. Sebuah sistem yang baik dari pengendalian biaya dimulai dengan perilaku pekerja dalam organisasi sebagai pekerja yang berperan untuk
29
pencapaian tujuan organisasi. Dalam melakukan penelitian ini, anggaran dianggap sebagai alat dasar untuk mencapai pengendalian biaya yang efektif dan penelitian terkonsentrasi pada Afrika Barat Portland Cement Plc (WAPCO), di mana pengendalian biaya dilihat dari perspektif strategis. Model korelasi Pearson wasused dalam menganalisis data dan hipotesis diuji dikonfirmasi
dampak
profitabilitas industri.
positif
dari
pengendalian
biaya
pada
30
Tabel 2.1 Matrix PenelitianTerdahulu
Peneliti & Tahun
Variable yang Diuji
Hasil Penelitian
Variabel Dependen: Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat Profitabilitas Irianto Winarjo Variabel Independen: pengaruh antara biaya produksi dan biaya 2002 Biaya Produksi dan Biaya kualitas terhadap laba. Kualitas Variabel Dependen: Terdapat pengaruh antara biaya kualitas Biaya Kualitas Variabel Independen: dengan laba operasi dan OPM, sedangkan Zakiyah Laba Operasi, Operating antara biaya kualitas dengan ROI dan ROE 2007 Profit Margin (OPM), tidak ada hubungan yang signifikan. ROI, dan ROE Adanya hubungan yang kuat antara biaya kualitas terhadap biaya produksi yang terbukti menunjukkan bahwa kategori terbesar dari biaya kualitas yang dikeluarkan oleh PT. Variabel Dependen: Perkebunan Nusantara VIII merupakan biaya kegagalan internal. Melalui analisis biaya Biaya Produksi Henri Darmadi Haslim Variabel Independen: kualitas, perusahaan dapat lebih fokus pada 2009 pengendalian kualitas adalah pencegahan, Biaya Kualitas sehingga biaya kegagalan internal dapat dikurangi, sehingga akan total biaya kualitas akan berkurang yang pada gilirannya akan meminimalkan biaya produksi Variabel Dependen: Profitabilitas Mathius Tandiontong Variabel Independen: 2010 Biaya Kualitas Variabel Dependen: Profitabilitas Mahour Mellat Parast dan Variabel Independen: Elham Profitabilitas 2010 Produktivitas dan Biaya Kualitas Variabel Dependen: K. M anwarul Islam, dan Profitabilitas Mahbuba zaman Variabel Independen: 2013 Produktivitas
Variabel independen (biaya kualitas) memiliki hubungan yang signifikan terhada variabel dependen (profitabilitas) Hubungan antara produktivitas dan tenaga kerja dan gaji karyawan dengan profitabilitas adalah positif sedangkan harga gas dan biaya pemeliharaan tahunan hubngannya negatif biaya kualitas, mempunyai hubungan dengan profitabilitas. Adanya hubungan yang kuat antara produktivitas dan profitabilitas yang terbukti dari koefisien analisis korelasi
31
Siyanbola, Trimisiu Tunji & Raji, Gbolagade Mojeed 2013
Variabel Dependen: Hubungan antara pengendalian biaya terhadap Profitabilitas Variabel Independen: profitabilitas memiliki dampak positif. Pengendalian Biaya
32
C. Rerangka Pemikiran Untuk bisa bertahan dalam dunia bisnis yang ketat dengan persaingan, setiap perusahaan harus meningkatkan daya saing untuk dapat mempertahankan serta memperoleh keuntungan dengan cara meningkatkan efisiensi, kualitas dan produktivitas. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai tujuan tertentu yang salah satunya adalah untuk memperoleh profitabiltas yang optimal. Profitabilitas perusahaan didapat dari perbandingan antara jumlah laba dengan aktiva atau modal selama periode tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, jika perusahaan
ingin
meningkatkan
profitabilitas
maka
perusahaan
dapat
meningkatkan pendapatan penjualan dan atau menekan beban-beban. Pendapatan merupakan arus masuk atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, berkelanjutan dari suatu entitas. Dalam hal ini, unsur yang paling penting dalam pendapatan adalah penjualan. Dengan adanya penjualan yang terus meningkat maka produktivitas pun harus ditingkatkan seiring dengan kualitasnya sehingga perusahaan akan mendapatkan peningkatan laba yang besar. Selain itu perusahaan harus dapat menekan beban-beban yang dikeluarkan antara lain meliputi beban pokok penjualan, beban pemasaran, beban administrasi, dan lain sebagainya. Bagi perusahaan produktivitas sangatlah penting, yaitu menghasilkan barang atau jasa yang lebih baik dengan biaya per unit yang lebih rendah. Hal ini akan
meningkatkan
daya
saing
perusahaan,
menunjang
perkembangan
33
perusahaan,
karena
dengan
peningkatan
produktivitas
perusahaan
akan
memperoleh keuntungan untuk investasi baru (Zulian Yamit:2005). Pada saat ini konsumen mempunyai banyak tuntutan terhadap produk yang mereka pilih, salah satunya adalah menuntut kualitas yang baik bagi produk pilihannya, terlebih apabila banyak produk sejenis yang ditawarkan oleh beragam produsen dan dengan tingkat harga yang sama pula, maka konsumen akan sangat memperhatikan segi kualitas yang benar-benar bagus, mereka akan rela mengorbankan sebagian dari pendapatannya untuk memperoleh produk yang dimaksud. Bahkan konsumen akan secara berkesinambungan membeli produk tersebut. Hal ini akan menguntungkan perusahaan karena perusahaan dapat menguasai pasar, perolehan laba perusahaan menjadi stabil, efisien atas biayabiaya yang biasanya dilakukan atas komplain pelanggan, recall, rework, dan biaya semacamnya yang disebabkan oleh terjadinya produk dengan kualitas buruk. Hal di atas menunjukkan bahwa pengendalian mutu sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan. Untuk memuaskan konsumen serta untuk tetap bertahan, manajer perlu untuk menemukan jalan keluar dengan biaya seefektif mungkin untuk mengembangkan kualitas dari produk-produk yang dihasilkan. Manajemen
harus
merencanakan
dan
mengendalikan
biaya-biaya
yang
dikorbankan untuk peningkatan program-program kualitas produknya dengan seksama karena biaya kualitas yang tidak terkendali justru akan menurunkan efisiensi perusahaan, yang pada akhirnya dapat menurunkan laba.
34
Pengaruh biaya kualitas terhadap pendapatan sangatlah besar. Jika pesaing meningkatkan mutu, maka perusahaan yang tidak melakukan peningkatan mutu akan kehilangan pangsa pasar dan menurunya profitabilitas perusahaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk atau jasa yang baik maka perusahaan dapat menjual dengan harga yang bersaing. Dengan demikian konsumen akan tetap selalu membeli produk atau jasa ini dan tidak akan beralih dengan produk atau jasa dari perusahaan pesaing. Hal ini mengakibatkan peningkatan penjualan produk atau jasa dan laba pun akan meningkat. Adapun rerangka pemikiran dapat ditunjukan dengan gambar sebagai berikut : Gambar 2.1 Hubungan Antar Variabel
Produktivitas (X1) Profitabilitas (Y) Biaya Kualitas (X2)
Penelitian ini merupakan penelitian yang mendapat acuan atau referensi dari penelitian sebelumnya yaitu oleh Zakiyah (2007) yang meneliti pengaruh biaya kualitas terhadap profitabilitas. Target populasinya adalah industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2001 s.d
35
2005. Yang membedakannya yaitu biaya pada penelitian terdahulu terdapat beberapa keterbatasan berkaitan dengan teori dan metode penelitian yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah menguji pengaruh biaya kualitas terhadap profitabilitas, dengan tidak memisahkan biaya pengendalian dan biaya kegagalan, sedangkan menurut Hansen dan Mowen jika biaya pengendalian meningkat maka biaya kegagalan menurun. D. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang penulis ajukan dalam kegiatan penelitian ini adalah : Ha1: produktivitas berpengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas
Ha2: biaya kualitasberpengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas Dalam hal ini, asumsi yang harus dipenuhi bahwa dengan semakin meningkatnya biaya pengendalian maka biaya kegagalan akan menurun, dan pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.