BAB II KAJIAN PUSTAKA RERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.
Kajian Pustaka
1.
Kinerja keuangan Untuk memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan memiliki kualitas yang baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk melihat badan usaha atau perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik. Penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non keuangan (non financial performance). Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan atau badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut. Menurut Fahmi (2015) Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standard Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accounting Principle), dan lainnya. Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-beda karena itu tergantung kepada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Jika perusahaan tersebut bergerak pada
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
sektor bisnis pertambangan maka itu berbeda dengan perusahaan yang bergerak pada bisnis pertanian serta perikanan. Maka begitu juga pada perusahaan dengan sektor keuangan seperti perbankan yang jelas memiliki ruang lingkup bisnis berbeda dengan ruang lingkup bisnis lainnya, karena seperti kita ketahui perbankan adalah mediasi yang menghubungkan mereka yang memiliki kelebihan dana (surplus financial) dengan mereka yang memiliki kekurangan dana (deficit financial), dan bank bertugas untuk menjembatani keduanya. 2.
Laporan keuangan Menurut Brigham dan Houston (2014) laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis diatasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berada di balik angka tersebut. Menurut Husnan (2016) Laporan keuangan masih perlu diolah dan dianalisis untuk dapat dipergunakan sesuai dengan maksud pemakai laporan keuangan tersebut. Karena laporan keuangan disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi. Para pemakai perlu terlebih dahulu memahami prinsip-prinsip tersebut. Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan maupun secara berkala. Menurut Brigham dan Houston (2014) laporan tahunan menyajikan empat laporan keuangan dasar, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Jika disajikan bersama semua laporan ini memberikan gambaran akuntansi atas operasi dan posisi keuangan perusahaan. Data yang terperinci
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
diberikan untuk dua atau tiga tahun terakhir, berikut ikhtisar historis dari angkaangka statistik operasi yang penting selama 5 atau 10 tahun terakhir. Sedangkan menurut Tampubolon (2013) laporan keuangan suatu korporasi umumnya meliputi neraca, laporan rugi laba dan laporan sumber dan penggunaan dana. Menurut Brigham dan Houston (2014) dari sudut pandang investor, penawaran masa depan adalah inti dari analisis keuangan yang sebenarnya. Sementara itu, dari sudut
pandang
manajemen,
analisis
laporan
keuangan
berguna
untuk
mengantisipasi kondisi masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa depan. Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti dan dapat dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analsis keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. 3.
Pertumbuhan laba Tujuan pertama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatam tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008) kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode di akuntansi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Menurut Harahap (2008) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: Laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya dimasa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba per tahun. Indikator perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba setelah pajak atau earning after tax (EAT). Menurut Fahmi (2015) laba setelah pajak merupakan laba yang diperoleh setelah dikurangkan dengan pajak. Ini disebut juga dengan net income atau laba bersih atau net profit yang diterima perusahaan. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laba rugi adalah rugi bersih (net loss). Menurut Kasmir (2015) laba bersih merupakan laba yang telah dikurangi biayabiaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Maka rumus yang digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba menurut Harahap (2008) ialah: Laba bersiht – Laba bersih tahunt-1 Pertumbuhan laba = Laba bersih tahunt-1
[1]
Keterangan: Laba bersih tahunt
= laba bersih tahun berjalan
Laba bersih tahunt-1 = laba bersih tahun sebelumnya 4.
Faktor pertumbuhan laba Menurut Hanafi dan Halim sebagaimana dikutip Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1) Besarnya perusahaan. 2) Umur perusahaan. 3) Tingkat Leverage. 4) Tingkat penjualan. 5) Perubahan laba masa lalu. Namun begitu pertumbuhan laba juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti adanya peningkatan harga akibat inflasi dan adanya kebebasan manajerial (manajerial discreation) yang memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat estimasi yang dapat meningkatkan laba.
5.
Rasio keuangan Menurut Brigham dan Houston (2014) rasio keuangan dirancang untuk membantu kita mengevaluasi laporan keuangan.Menurut Keown (2008) rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi kedalam bentuk perbandingan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Menurut Husnan (2016) rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada neraca saja, dalam laporan laba rugi saja atau pada neraca dan rugi laba. Dan menurut Subramayam (2016) rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan awal bukan titik akhir. Rasio yang diinterprestasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di dalam laporan keuangan. Menurut Mahmudi (2010) rasio keuangan dapat digunakan untuk menginteprestasikan
pengembangan
kinerja
dari
tahun
ke
tahun
dan
membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis. 6.
Jenis-jenis rasio keuangan
a.
Rasio likuiditas Pengertian likuiditas menurut Brigham dan Houston (2014), aset likuid merupakan aset yang diperdagangkan di pasar aktif sehingga dapat dikonversi dengan cepat menjadi kas pada harga pasar yang berlaku, sedangkan posisi likuiditas suatu perusahaan berkaitan dengan pertanyaan, apakah perusahaan mampu melunasi utangnya ketika utang tersebut jatuh tempo di tahun berikutnya. Menurut Brigham dan Houston (2014) rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
kewajiban lancarnya. Menurut Sartono (2012) likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas
yang meliputi kas, surat
berharga, piutang, persediaan. Menurut Husnan (2016) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun didalam perusahaan. Dengan demikian, dapat dilakukan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Menurut Brigham dan Houston (2014) rasio likuiditas yang umum digunakan yaitu; 1) Rasio lancar (current ratio) 2) Rasio cepat (quick Ratio /acid - test ratio) 3) Net working capital ratio 4) Cash flow liquidity ratio Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio lancar (current ratio). Karena current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancar. Current ratio yang terlalu rendah akan menunjukkan masalah likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
banyaknya
dana
menganggur
yang
pada
akhirnya
dapat
mengurangi
kemampulabaan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2014) rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh apa kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat. Menurut Keown (2008) rasio lancar menunjukkan likuiditas perusahaan yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar terhadap hutang lancar (utang jangka pendek). Berikut rumus perhitungan current ratio menurut Keown (2008); Rumus: Current ratio =
[2]
Semakin tinggi rasio lancar (current ratio) seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar hutang jangka panjang, membayar deviden, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat pengembalian lebih.
Menurut Brigham dan Houston (2014) aktiva lancar (current asset) merupakan harta perusahaan yang dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang masih diberikan, dan aktiva lancar lainnya. Dan utang lancar (current
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimum satu tahun). Artinya utang ini harus segera dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. b.
Rasio solvabilitas Beberapa perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaannya, sumber dana tersebut bisa berupa pinjaman dari kreditor atau menjual sahamnya ke publik. Sumber dana berupa pinjaman dari kreditor menimbulkan kewajiban perusahaan untuk melunasi pinjaman dan bunga kepada kreditor. Menurut Brigham dan Houston (2014) rasio leverage merupakan rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang. Menurut Sartono (2012) financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Dari pengertian tersebut maka dapat diketahui bahwa pengertian rasio leverage atau rasio utang adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendek. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage factor sama dengan 0 artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin rendah leverage factor, perusahaan mempunyai risiko yang kecil bila kondisi ekonomi merosot. Penggunaan dana hutang bagi perusahaan tersebut mempunyai tiga dimensi menurut Sartono (2012), yaitu: 1) pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
2) Dengan menggunakan hutang, maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan; 3) Menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaannya. Ada lima (5) rasio solvabilitas menurut Sartono (2012) yaitu; 1) Debt ratio, rasio total utang terhadap total aset 2) Debt to equity ratio, rasio antara total utang terhadap total modal sendiri. 3) Time interest earned ratio, rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. 4) Fixed charge coverage, rasio antara total EBIT, bunga, dan sewa terhadap total bunga dan pembayaran sewa. 5) Debt service coverage, rasio EBIT terhadap total bunga, sewa, dan pembagian antara angsuran pokok pinjaman dengan 1 – tarif pajak). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan debt to equity (DER) yang menurut Husnan (2016) merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara utang dengan modal sendiri. Menurut Sartono (2012), semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Berikut rumus perhitungan debt to equity menurut Ross (2015) ; Debt to equityratio=
Total utang Total ekuitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
[3]
26
c.
Rasio aktivitas Menurut Sartono (2012) rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Menurut Brigham dan Houston (2014) rasio manajemen aset yaitu rasio yang mengukur seberapa efektif sebuah perusahaan mengatur asetnya. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aset maka biaya modalnya terlalu tinggi dan labanya akan tertekan. Di lain pihak, jika aset terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan akan hilang. Dengan demikian, hasil pengukuran ini jelas bahwa kondisi perusahaan periode ini mampu atau tidak untuk mencapai target yang telah ditentukan. Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Menurut Kasmir (2015), rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva. Berikut jenis-jenis rasio aktivitas menurut Sartono (2012) ; 1) Rasio perputaran piutang (receivable turnover) 2) Rasio perputaran persediaan (inventory turnover) 3) Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover) 4) Rasio perputaran total aktiva (total assets turnover) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio perputaran total aset (total assets turnover) karena menurut Sartono (2012), perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Menurut Fahmi (2014) rasio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
ini melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan terjadi perputaran secara efektif. Menurut
Brigham dan Houston (2014), total assets turnover atau rasio
perputaran total aset, rasio ini mengukur seluruh aset perusahaan, dan dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset. Menurut Sartono (2012) tingkat perputaran ini juga ditentukan oleh perputaran elemen aktiva itu sendiri. Berikut perhitungan rumus total assets turnover menurut Ross (2014); Rasio perputaran total aset = d.
Penjualan Total aset
[4]
Rasio profitabilitas Menurut Brigham dan Houston (2014) rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.Menurut Ross (2015) rasio dimaksudkan untuk mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan telah menggunakan aset dan mengelola operasinya. Fokus dari kelompok ini adalah pada hasil akhir, yaitu laba bersih. Menurut Sartono (2012) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini. Misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa profitabilitas merupakan suatu bentuk rasio yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan tersebut menjalankan aktivitas dalam memperoleh keuntungan dari tingkat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
penjualan, jumlah aset dan modal sendiri. Dalam hal ini profitabilitas merupakan suatu kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Analisis terhadap keuntungan perusahaan merupakan hal yang sangat penting bagi para pemegang saham pada saat menentukan pendapatan dalam bentuk dividen. Selanjutnya semakin bertambahnya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkatkan harga pasar saham, serta akan menentukan pula terhadap perolehan capital gain. Semakin besar rasio ini maka semakin baik yang berarti bahwa aktiva lebih cepat berputar dan meraih laba. Berikut menurut Sartono (2012) ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghitung rasio profitabilitas, yaitu: 1) Gross profit margin 2) Net profit margin (NPM) 3) Daya laba dasar (Basic earning power) 4) Return on assets 5) Return on equity Dari kelima cara perhitungan rasio profitabilitas diatas rumus yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA). Return on assets (ROA) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aset perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2014) rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset (return on assets) setelah bunga dan pajak. Menurut Ross (2015) return on assets adalah ukuran laba untuk setiap dollar (mata uang) dari aset. Menurut Sartono (2012) rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari setiap aktiva yang dipergunakan. Menurut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Kasmir (2015) rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Berikut adalah rumus perhitungan return on assets menurut (Brigham dan Houston,2014); Return on assets = 6.
Laba bersih
[5]
Penelitian terdahulu Penelitian terdahulu mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba antara lain pernah dilakukan oleh; 1. Andriyani (2015) Meneliti mengenai “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dengan periode pengamatan tahun 2010-2013. Variabel dependen yang digunakan
adalah
pertumbuhan
laba
(earnings
growth).
Variabel
independennya adalah current ratio (CR),debt to equity (DER), total asset turnover (TATO) dan return on asset (ROA). Hasil regresi liner berganda menunjukkan bahwa secara simultan, currents ratio, debt to asset ratio, total asset turnover dan return on asset berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Namun secara partial, hanya return on assets yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan currents ratio, debt to
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
asset ratio, total assetsturnover tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. 2. Gunawan dan Wahyuni (2013) Meneliti mengenai “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perdagangan di Indonesia” dengan periode pengamatan tahun 2006-2011. Variabel independen yang digunakan adalah TATO (total assets turnover), FATO (fixed assets turnover), ITO (inventory turnover), CR (current ratio), DAR (debt to assets ratio), DER (debt to equity). Variabel dependennya adalah pertumbuhan laba. Hasil analisis regresi menunjukkan ada pengaruh yang signifikan total assets turnover. Ada pengaruh yang signifikan fixed assets turnover terhadap pertumbuhan laba. Ada pengaruh yang signifikan inventory turnover terhadap pertumbuhan laba. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara current ratio terhadap pertumbuhan laba. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara debt to assets ratio terhadap pertumbuhan laba. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba. Total assets turnover, fixed
assets turnover, inventory
turnover,
current ratio, debt to assets ratio dan debt to equity ratio secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. 3. Mahaputra (2012) Meneliti
mengenai
“Pengaruh
Rasio-rasio
keuangan
terhadap
Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI” dengan pengamatan tahun 2006-2010. Variabel independen yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
digunakan adalah current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), profit margin (PM),dan total assets turnover (TATO). Variabel dependennya adalah pertumbuhan laba. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa ratio, debt to equity ratio, total assets turnover, memiliki
pengaruh signifikan terhadap
dan
current
profit margin
pertumbuhan laba. Hal ini
mengindikasikan bahwa rasio-rasio tersebut mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan investasi. 4. Kurniawaty (2014) Meneliti mengenai “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba pada Bank BCA Darmo Surabaya” dengan pengamatan tahun 20102012. Variabel independen yang digunakan yaitu current ratio, return on assets, return on equity, gross profit margin. Variabel dependen yang digunakan adalah perubahan laba. Hasil analisa regresi linier berganda menunjukkan bahwa rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba. Hasil penelitian ini yaitu: (1) peningkatan rasio yang disebabkan adanya penurunan hutang pada PT BCA Tbk Cabang Darmo Surabaya pada tahun 2010-2012, (2) Kemampuan perusahaan menghasilkan kas dari adanya aktivitas pendapatan usaha yang didapat oleh perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba perusahaan. 5. Zahro dan Purnamawati (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Meneliti mengenai “Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur dalam LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dengan pengamatan tahun 2010-2013. Variabel independen yang digunakan yaitu working capital to total assets (WCTA), current liabilities to inventory (CLI), operating income to total liabilities (OITL), total assets turnover (TATO), dan net profit margin (NPM). Variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan laba. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel working capital to total assets (WCTA), operating income to total liabilities (OITL), total assets turnover (TATO), dan net profit margin (NPM) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan
variabel
CLI
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan laba. Kelima variabel yang digunakan dalam penelitian ini working capital to total assets (WCTA), current liabilities to inventory (CLI), operating income to total liabilities (OITL), total assets turnover (TATO), dan net profit margin (NPM) secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
6. Heikal (2014) Meneliti mengenai “Influence Analysis of Return on assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Debt to equity (DER) and Current ratio (CR), Against Corporate Profit Growth In Automotive In Indonedia Stock Exchange” dengan pengamatan tahun 2008-2012.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Variabel independen yang digunakan adalah current ratio (CR), debt to equity (DER), profit margin (PM), return on assets (ROA), dan return on equty (ROE). Variabel dependennya adalah pertumbuhan laba. Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen current ratio (CR), debt to equity (DER), profit margin (PM), return on assets (ROA), dan return on equty (ROE) dengan uji F, berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara partial dengan uji t return on asset, return on equity, and net profit margin berpengaruh signifikan positif. Dan debt to equity, current ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan laba. 7. Khaldun (2014) Meneliti mengenai “The Influence of Profitability and Liquidity Ratios on the Growth of Profit of Manufacturing Company” dengan pengamatan tahun 2010-2012. Variabel independen yang digunakan adalah current ratio,quick ratio, cash ratio, gross profit margin,return of assets, return of equity. Variabel dependennya adalah growth of profit. Hasil regresi linear berganda menunjukkan adanya pengaruh signifikan secara simultan dan secara partial enam variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. 8. Umobong (2015) Meneliti mengenai “Assessing The Impact of Liquidity and Profitability Ratios on Growth Profits in Pharmaceutical Firms in Nigeria” dengan pengamatan tahun 2009-2013. Variabel independen yang digunakan adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
current ratio (CR), debt to equity (DER), profit margin (PM), return on assets (ROA) dan return on equty (ROE). Variabel dependennya pertumbuhan laba. Hasil test fixed effect model menunjukkan adanya kontribusi
signifikan
dari
semua
variabel
independen
terhadap
pertumbuhan laba dari perusahaan farmasi di Nigeria. 9. Hadiwidjaja dan Widiastuti (2016) Meneliti mengenai “Assessing the Effect of Bank Performance on Profit Growth Using RGEC Approach”. Dengan tahun pengamatan 2013. Variabel independen yang digunakan adalah net performing loan (NPL), IRR, LDR, LAR, cash ratio,board of commissioners, the audit committee, audit quality, ROA, NIM, KPMM. Variabel dependen yang digunakan yaitu profit growth. Hasilmetode RGEC menunjukkan bahwa bahwa net performing loan (NPL), IRR, LDR, LAR, cash ratio, board of commissioners, the audit committee, audit quality, ROA, NIM, KPMM secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan laba.
10. Hadiiwidjaja (2016) Meneliti mengenai “The Influence of the Bank’s Performance Ratio to Profit Growth on Banking Companies in Indonesia”. Dengan pengamatan tahun 2009-2011. Variabel independen yang digunakan adalah capital ratio (CAR), asset quality ratio (QA), return on assets (ROA), loan deposit ratio (LDR).
Variabel
dependen
yang
digunakan
yaitu
profit
growth
(pertumbuhan laba). Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
seluruh variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap pertumbuhan laba. Dan hanya loan deposit ratio (LDR) secara partial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. B.
Rerangka konseptual dan pengembangan hipotesis
1.
Rerangka konseptual Rasio Likuiditas Current ratio (X1)
H1
Rasio Solvabilitas Debt to equity (X2)
H2
Rasio Aktivitas
H3
Total Assets Turn Over (X3)
H4
Pertumbuhan Laba (Y)
Rasio Profitabilitas Net Profit Margin (X4)
GAMBAR 2.1 RERANGKA KONSEPTUAL
1.
Pengembangan hipotesis
a.
Hubungan current ratio (CR) terhadap pertumbuhan laba Current ratio termasuk salah satu rasio likuiditas. Current ratio (CR) menunjukkanperbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar, semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Subramanyam (2016) current ratio (CR) menunjukkan semakin tinggi jumlah kelipatan aset lancar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
terhadap kewajiban lancar, semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar. Semakin besar penyangga, makin kecil resikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non-kas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuiditasi. Hal ini didukung oleh penelitian Mahaputra (2012), namun dalam penelitian Andriyani (2015) current ratioini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H1: Rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. b.
Hubungan debt to equity ratio (DER) terhadap pertumbuhan laba Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu rasio solvabilitas. DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan seluruh utang termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas (Sartono, 2012). Semakin tinggi DER menunjukkan semakin tinggi penggunaan utang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan resiko yang cukup besar bagi perusahaan ketika perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tersebut pada saat jatuh tempo, sehingga akanmengganggu kontinuitas operasi perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Haekal (2014) menunjukkan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, sedangkan menurut penelitian Gunawa danWahyuni (2013) menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H2: Rasio solvabilitas (debt to equity ratio) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
c.
Hubungan total assets turnover (TATO) terhadap pertumbuhan laba Total assets turnover merupakan salah satu rasio aktivitas. TATO menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Sartono, 2012). Semakin besar total assets turnover menunjukkan perusahaan efisien dalam menggunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan bersihnya. ini didukung oleh penelitian Gunawan dan Wahyuni (2013), Mahaputra (2012) TATO berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Namun menurut penelitian Andriyani (2015) menyatakan bahwa TATO tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H3: Rasio aktivitas (total assets turnover) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
d.
Hubungan return on assets (ROA) terhadap pertumbuhan laba Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan (Sartono,2012). Semakin besar nilai return on assets maka semakin baik, begitu juga sebaliknya.Sehingga rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Ini didukung oleh penelitian Umobong (2015) dan Andriyani (2015) bahwa return on assets (ROA) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Namun menurut penelitian Khaldun (2014) return on assets (ROA) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba H4: Rasio profitabilitas (return on assets) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/