BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Bauran Promosi (Promotional Mix) Bauran promosi merupakan kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi lain yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan (Angipora, 2002:338). Untuk melaksanakan tujuan dan sasaran promosi yang telah ditetapkan perusahaan dapat memilih dan menetapkan elemen-elemen promosi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai sasaran-sasaran yang dituju. Meskipun secara umum elemen-elemen promosi tersebut memiliki fungsi yang sama, tetapi elemen-elemen tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khusus yang akan dilakukan (Angipora, 2002:343). Elemen-elemen promosi tersebut sering disebut dengan bauran promosi yang didalamnya terdiri dari: periklanan, penjualan perseorangan, promosi penjualan dan publisitas 1) Periklanan Periklanan merupakan setiap bentuk penyajian non-personal dan promosi ide-ide, barang-barang dan jasa dengan pembayaran oleh sponsor tertentu (Angipora, 2002:338). Sedangkan menurut Alma (2004:182), periklanan adalah menyampaikan pesan-pesan penjualan yang diarahkan kepada masyarakat melalui cara-cara persuasive yang bertujuan menjual barang, jasa atau ide. Periklanan
13
memang mahal, seringkali efeknya tidak pasti dan terkadang perlu waktu sebelum memiliki dampak terhadap perilaku pembelian pelanggan. Karena alasan-alasan inilah, banyak perusahaan berpikir untuk mengurangi pengeluaran-pengeluaran iklan atau mengurangi iklan secara keseluruhan. Banyak perusahaan menganggap cukup menggoda untuk menarik dana-dana periklanan selama lesunya perekonomian. Setiap rupiah yang tidak dikeluarkan untuk periklanan adalah rupiah tambahan bagi keuntungan perusahaan. Dan terkadang, perusahaan mempertimbangkan agar tidak perlu beriklan ketika produk atau merek-merek mereka telah menikmati sukses besar tanpa beriklan (Shimp,2003:355). 2) Personal Selling Definisi lain personal selling adalah suatu penyajian secara lisan dan tatap muka di hadapan satu calon pembeli atau lebih dengan tujuan untuk menjual suatu barang (Angipora, 2002:366). Menurut Alma (2004:185), presentasi secara lisan dalam menyampaikan satu atau lebih pelanggan potensial untuk tujuan membuat penjualan 3) Promosi Penjualan Definisi lain promosi penjualan adalah kegiatan-kegiatan di luar penjualan perseorangan, periklanan dan publisitas yang menstimulasi pembelian oleh konsumen dan keefektifan dealer, seperti pameran, pertunjukan, demonstrasi serta berbagai kegiatan penjualan luar biasa yang bukan kerja rutin biasa (Angipora ,2002:369). Menurut Alma (2004:188), promosi penjualan adalah keinginan menawarkan insentif dalam periode tertentu untuk mendorong keinginan calon konsumen, para penjual atau perantara. Biasanya kegiatan yang dilakukan pada
14
promosi penjualan bersama-sama dengan kegiatan promosi lain, dan biayanya relatif lebih murah dibandingkan periklanan dan personal selling. Selain promosi, penjualan juga lebih fleksibel karena dapat dilakukan setiap saat dengan biaya yang tersedia dan di mana saja. 4) Publisitas Publisitas merupakan suatu stimulasi non personil terhadap permintaan suatu produk, jasa atau unit dagang dengan menyebarkan berita-berita komersial yang penting mengenai kebutuhan akan produk tertentu di suatu media yang disebarluaskan di radio, televisi atau panggung yang tidak dibayar oleh pihak sponsor (Angipora, 2002:338). Menurut Alma (204:182), periklanan adalah menyampaikan pesan-pesan penjualan yang diarahkan kepada masyarakat melalui cara-cara yang persuasif yang bertujuan menjual barang, jasa atau ide. Informasi yang tercantum dalam publisitas tidak berupa iklan, tetapi berupa berita. Hal ini dapat dijumpai pada media-media seperti : surat kabar, majalah, televisi dan sebagainya. Biasanya, individu atau lembaga yang dipublikasikan tidak mengeluarkan sejumlah biaya, dan tidak dapat mengawasi pengungkapan beritanya. Ada kemungkinan bahwa seseorang atau lembaga tidak mengetahui kalau mereka dipublikasikan. Sering publisitas tidak obyektif, ada yang sifatnya menjelek-jelekkan dan ada pula yang menyanjung-nyanjung. 2.1.2 Iklan Iklan adalah bentuk komunikasi yang dibayar oleh sponsor dan bersifat membujuk dan mempengaruhi, memerlukan media masa sebagai penyampai pesan, bersifat non personal dan ditujukan kepada konsumen (Sutisna, 2003:275).
15
Iklan merupakan komunikasi non-individu, dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta individu-individu (Swastha dan Sukotjo, 2007:222). Iklan yang dipasang pada media-media tersebut dapat memberikan umpan balik kepada sponsornya (tanggapan) meskipun dalam tenggang waktu tertentu atau tidak secepat personal selling. Ada lima keputusan yang harus diambil berdasarkan 5 M yang dianut dalam dunia periklanan ( Kotler dan Keller, 2007:60) : 1) Mission (Misi) a) Memberi informasi b) Mengajak c) Mengingatkan d) Mendorong terjadinya keputusan untuk membeli suatu produk 2) Message (Pesan) Pesan yang dibawa iklan harus dapat mengkomunikasikan nilai lebih yang dimiliki suatu produk dengan menggunakan kata- kata maupun gambar. Iklan juga merupakan suatu media pencerita yang menceritakan kepada pembeli seperti apa produk tersebut. 3) Media Media yang dipilih berdasarkan kemampuannya menggapai target pasar yang efektif tanpa mengabaikan segi biayanya. Media merupakan sarana terbaik menyalurkan iklan.
16
4) Money (Pendanaan) Biasanya anggaran iklan ditentukan oleh keputusan atas harga di tiap-tiap fungsi, jangkauan pemasaran, frekuensi dan dampak yang diinginkan. Anggaran ini harus juga memperhitungkan tagihan yang harus dibayar oleh perusahaan atas ongkos pembuatan iklan tersebut dan biaya-biaya lain. Namun iklan terbaik bukanlah iklan dengan biaya besar, tetapi iklan yang dapat mewakili perusahaan untuk memperkenalkan produk kepada calon pembeli. 5) Measurement (Tolak ukur) Ukuran yang dimaksud disini adalah tolak ukur yang didapat setelah iklan tersebut dikampanyekan. Berhasilkah iklan tersebut atau malah memperburuk brand image produk tersebut. Hal tersebut nantinya akan dilihat dari kesuksesan penjualan produk dan tanggapan masyarakat mengenai produk berkaitan dengan iklan yang telah ditayangkan. 2.1.3 Celebrity Endorser Celebrity endorser adalah salah satu metode promosi yang paling popular di dunia, dengan menggunakan celebrity yang menarik, menyenangkan dan dapat dipercaya oleh publik yang dituju sehingga produk yang dipromosikan menjadi diketahui dan dikenal (Sabdosih dan Djumillah, 2013). Celebrity endorser sering juga disebut sebaagai direct source (sumber langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan sebuah pesan dan memperagakan sebuah produk atau jasa (Belch dan Belch, 2006:116). Stephanie, dkk. (2013) menyatakan bahwa celebrity endorser adalah salah satu daya tarik iklan yang banyak digunakan oleh pemasar dalam memasarkan produknya dengan tujuan untuk membangun niat beli
17
konsumen akan produk tersebut. Celebrity endorser adalah bintang televisi, aktor film, atlet terkenal, hingga individu yang sudah meninggal, yang dapat mempengaruhi sikap serta perilaku konsumen pada produk yang diiklankannya (Shimp, 2007 :302). Berdasarkan konsep-konsep diatas, dapat disimpulkan celebrity endorser adalah pemanfaatan seorang public figure yang terkenal oleh masyarakat dan mendapat pengakuan public atas prestasinya dan dipercaya menjadi ikon sebuah iklan sehingga dapat mendukung produk yang dipromosikannya. Secara umum penggunaan celebrity sebagai endorser telah terbukti sangat efektif dalam pengiklanan beberapa produk (Asmai, 2008). Schifman dan Kanuk (2004:135) menyatakan bahwa beberapa peran celebrity sebagai model iklan yang bisa digunakan perusahaan dalam sebuah iklan adalah sebagai berikut: 1) Testimonial, jika secara personal selebriti menggunakan produk tersebut maka pihak selebriti dapat memberikan kesaksian tentang kualitas maupun benefit dari produk atau merek yang diiklankan. 2) Endorsement, selebriti diminta untuk membintangi iklan produk dimana dia tidak ahli dalam bidang tersebut. 3) Actor, selebriti diminta untuk mempromisikan suatu produk atau merek tertentu terkait dengan peran yang sedang ia bintangi dalam suatu program tayangan tertentu 4) Spokeperson, selebriti yang mempromosikan produk atau merek perusahaan dalam kurun waktu tertentu masuk dalam kelompok peran Spokeperson.
18
Penampilan mereka akan diasosiasikan dengan merek atau produk yang mereka wakili. Shimp (2002:468), memberikan penjelasan mengenai dimensi endorser antara lain : 1)
Attractiveness (daya tarik) Daya tarik tidak hanya berkaintan dengan menarik secara fisik saja tetapi termasuk karakteristik luhur yang dipersiapakan oleh konsumen dalam diri endorser, seperti kemampuan intelektual, kepribadian dan gaya hidup. Daya tarik endorser mencakup: (1) Smilarity, merupakan persepsi khalayak berkenaan dengan kesamaan yang dimiliki dengan endorser, kemiripan ini dapat berupa karakteristik, demografi, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditampilkan. (2) Familiarity, adalah pengenalan terhadap narasumber melalui exsposure, sebagai contoh penggunaan celebrity endorser dinilai berdasarkan tingkat keseringan tampil dipublik (3) Likability, adalah kesukaan audiens terhadap narasumber karena penampilan fisik yang menarik, perilaku yang baik, atau karakter personal lainya.
2) Credibility (Kreadibilitas) Pengertian
yang
paling
mendasar,
kreadibilitas
mengarah
pada
kecenderungan untuk meyakini dan unntuk dipercayai seorang. Pada saat
19
sumber informasi, seperti seorang endorser dipersiapkan kreadibilitasnya maka: (1) Keahlian (expertise) Keahlian mengacu pada pengetahuan, pengalaman atau keahlian yang dimiliki seorang endorser yang dihubungkan dengan topik yang akan dikomunikasikan. (2) Layak dan dipercaya (trust worthiness) Berhubungan dengan kejujuran, integritas, dan kepercayaan atas diri endorser. Layak atau tidaknya endorser untuk dipercaya tergantung pada persepsi konsumen atas motivasi endorser. Penggunaan celebrity sebagai bintang iklan diyakini memiliki daya tarik tersendiri. Selain memiliki keuntungan publisitas dan kekuatan untuk dijadikan sebagai alat membujuk, merayu, serta mempengaruhi konsumen sasaran dengan ketenaran yang dimilikinya (Sharma dan Kumar, 2013). Dengan memanfaatkan ketenaran tersebut diharapkan dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk yang diklankanya. 2.1.4 Brand Image Brand adalah nama, istilah, tanda simbol atau rancangan atau kombinasi dari semunya, yang dimaksudkan untuk mengindentifikasi barang atau jasa atau kelompok penjual dan untuk menjadi pembeda dari barang atau pesaing (Kotler & Amstrong, 2006:229). Brand image adalah reperentasi dari keseluruhan persepsi terhadap brand itu, citra terhadap brand berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap brand itu (Setiadi, 2003:48). Brand image
20
adalah deskripsi tentang aspirasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu (Tjiptono,2005:4). Brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen (Rangkuni 2004:244). Fungsi brand image adalah untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana konsumen memilih diantara merek alternatif setelah melakukan pengambilan infomasi (Adil, 2012). Brand image yang dibangun dapat menjadi identitas dan cerminan dari visi, kesunggulan, standar kualitas, pelayanan dan komitmen dari pelaku usaha atau pemiliknya (Murti, 2014) Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, tentang brand image, maka dapat disimpulkan bahwa brand image merupakan suatu totalitas kesan yang berada dalam memori konsumen tentang persepsi kualitas dari suatu produk barang dan jasa Brand Image memberikan suatu garansi kepada konsumen tentang produk yang digunakan. Merek yang terkenal umumnya akan lebih disukai oleh konsumen ketika melakukan suatu pembelian meskipun harga ditawarkan cukup tinggi. Schiffman dan Kanuk (2007:135) menyatakan bahwa faktor faktor pembentukan brand image yaitu sebagai berikut. 1) Kualitas atau mutu berkaitan dengan kualitas produk barang yang di tawarkan oleh produsen. 2) Dapat dipercaya atau diandalkan berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi
21
3) Kegunaan atau manfaat yang berkaitan dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh kosumen. 4) Pelayanan
yang berkaitan
dengan tugas
produsen dalam
melayani
konsumennya. 5) Risiko yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya 6) Harga yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya
jumlah
uang
yang
dikeluarkan
konsumen
yang
dapat
mempengaruhi citra jangka panjang suatu produk. 7) Citra yang memilki oleh merek itu sendiri yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan merek dari produk. Keller (2008:58) menyatakan bahwa pengukuran brand image dapat dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek, yaitu : 1) Strength (kekuatan) Kekuatan dalam hal ini adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh merek yang bersifat fisik dan tidak mengacu pada atribut- atribut fisik atas merek tersebut, sehingga dianggap sebagai sebuah kelebihan dibandingkan dengan merek lainya. Yang termasuk pada kelompok strength ini antara lain: penampilan fisik produk, keberfungsian semua fasilitas produk, harga produk, maupun penampilan fasilitas pendukung dari produk tersebut. 2) Uniqueness (keunikan) Kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara merek-merek lainya. Kesan unik muncul dari atribut produk menjadi kesan uni seperti terdapat diferensasi antara produk satu dengan produk lainya. Termasuk dalam
22
kelompok unik antara lain; variasi layanan yang bisa diberikan sebuah produk, variasi harga dari produk-produk yang bersangkutan maupun diferensiasi dari penampilan fisik sebuah produk. 3)
Favorable Mengarah pada kemampuan merek agar mudah diingat oleh konsumen. Yang termasuk dalam kelompok favorable antara lain kemudahan merek produk untuk diucapkan, kemampuan merek untuk tetap diingat oleh pelanggan, maupun kesesuaian antara kesan merek dibenak pelanggan dengan citra yang diinginkan perusahaan atas merek bersangkutan.
2.1.5 Persepsi Kualitas Persepsi adalah sebagai sebuah proses yang dilalui seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan mengiterpretasi stimuli ke dalam sebuah gambaran tentang dunia, yang memiliki arti atau makna (Suprapti, 2010:68). Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang di harapkan (Durianto, dkk, 2004:96). Dalam pemasaran persepsi lebih penting daripada relitas, karena persepsi itu yang akan mempengaruhi perilaku aktual konsumen, terhadap kualitas produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan (Kotler dan Keller 2008:228). Persepsi kualitas dipengaruhi oleh dua dimensi,yaitu dalam bentuk produk dan kualitas jasa. Menurut Sadat (2009:18), ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh merek yang memiliki persepsi kualitas tinggi yaitu;
23
1) Alasan untuk membeli, kondisi dimana konsumen memberikan alasan penting tentang kesan kualitas sebuah merek yang akhirnya membuat kosumen untuk membeli. 2) Diferensiasi posisi : Kategori, apakah merek tersebut bernilai atau ekonomis atau tidak berkenaan dengan persepsi apakah merek tersebut terbaik atau sekedar kompetitif terhadap merek lain. 3) Perluasan Merek ; Sebuah merek yang kuat memiliki persepsi kualitas yang kemudian dapat diekspoitasi untuk meluaskan diri lebih jauh dan akan mempunyai peluang besar dibandingkan dengan merek yang persepsi kualitasnya lemah. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, tentang persepsi kualitas ,maka disimpulkan persepsi kualitas adalah penilaian konsumen secara keseluruhan terhadap proses standar dari produk atau jasa yang diterima dan yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk/jasa. 2.1.6 Niat Beli Niat adalah keadaan psikologis yang memberi perhatian tinggi terhadap sesuatu sehingga merasa terdorong melakukan sesuatu tersebut (Panggalih dan Baridwan, 2013). Niat beli adalah tahapan konsumen dalam membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian alternatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui kosumen untuk membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam pertimbangan (Annafik dan Rahardjo, 2012). Niat beli adalah evaluasi dan sikap konsumen terhadap produk dengan melihat
24
faktor eksternal sehingga berdampak pada kesedian konsumen untuk membeli produk (Wen and Li, 2013). Swastha dan Irawan (2008:78) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi niat beli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang puas dalam membeli sebuah barang dan jasa maka hal itu akan memperkuat niat beli, ketidakpuasan bisanya menghilangkan niat membeli merupakan suatu perilaku konsumen yang melandasi keputusan pembelian yang hendak dilakukan. Bearman (2001) mengemukakan bahwa tumbuhnya niat beli seorang diakibatkan oleh unsur-unsur yang terdiri dari tiga tahapan: 1) Rangsangan, merupakan suatu syarat ditunjukan untuk mendorong atau menyebabkan seseorang bertindak. Kesadaran merupakan sesuatu yang memasuki pemikiran seorang serta dipengaruhi oleh produk dan jasa itu sendiri. 2) Pencarian Informasi, yaitu informasi intern yang bersumber dari pribadi konsumen itu sendiri dalam memilih produk ataupun jasa yang dapat memuaskan dirinya, informasi ekstern yang diperoleh dari luar konsumen itu, misalnya melalui iklan ataupun sumber sosial (teman, keluarga, dan kolega), memastikan sifat yang khas dari pemilihan yang ada, yaitu konsumen membandingkan beberapa produk yang sejenis kemudian memilih salah satu produk yang dianggap mampu memuaskan. 3) Pemilihan alternatif, tahap ini dilakukan jika konsumen menghadapi pilihan yang sulit terhadap produk ataupun jasa yang telah ada. Pembelian, tahap dimana konsumen benar-benar bertindak untuk melakukan
25
pembelian atas barang atau jasa yang telah dipilihnya. Tempat dimana membeli, merupakan salah satu pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa niat beli adalah suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian. Niat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau pembelian
yang
mengambil tindakan yang berhubungan dengan diukur
dengan
tingkat
kemungkinan
konsumen
melakukan pembelian.
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Celebrity Endorser terhadap niat beli Hasil penelitian dari Heruwati (2010) pengaruh daya tarik, kredibilitas, dan keahlian celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli Sepeda Motor Yamaha Mio di Semarang yang menyatakan bahwa daya tarik, kredibilitas dan keahlian seorang endorser memiliki pengaruh besar dalam menumbuhkan niat membeli seorang yang melihat iklan dan membeli produk yang diiklankan. Hasil penelitian dari Hemamalini (2014) menyatakan celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli, dukungan celebrity sebagai endorser yang memiliki popularitas, keahlian, dan daya tarik tinggi bisa menarik penglihatan konsumen dalam waktu singkat dan meningkatkan niat beli. Berbeda dengan hasil penelitian dari Apejoye (2013) menyatakan bahwa
26
penggunaan celebrity endorser dapat memberikan dampak negatif terhadap niat beli, seperti celebrity sebagai endorser terlibat kasus kriminal maka hal ini dapat berakibat buruk terhadap produk yang diiklankan dan mengurangi niat pembelian H1 : Celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli sepeda motor Honda Scoopy di Kota Denpasar. 2.2.2 Pengaruh Brand image terhadap niat beli Hasil penelitian dari Putra (2014) menyatakan bahwa brand image memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli sepeda motor matic merek Honda di Kota Denpasar, yang menyatakan bahwa brand image semakin ditingkatkan maka dapat meningkatkan niat membeli. Penelitian dari Kiswalini (2014) menyatakan bahwa brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli sepeda motor merek Honda di Kota Denpasar, menyatakan apabila citra produk baik maka konsumen akan melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Penelitian dari Wang (2014) menyatakan bahwa brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli, dimana konsumen lebih cenderung membeli produk yang sudah memiliki brand image yang baik/terkenal, karena brand image yang baik/ terkenal menurunkan risiko yang dirasakan oleh konsumen. H2 : Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli sepeda motor Honda Scoopy di Kota Denpasar. 2.2.3 Pengaruh Persepsi Kualitas terhadap niat beli. Hasil
penelitian dari Liu et al., (2012) menyatakan bahwa persepsi
konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang berkualitas tinggi secara langsung
27
atau tidak langsung meningkatkan niat beli konsumen. Penelitian dari Chi et al., (2009) menyatakan bahwa persepsi kualitas dari pengalaman pembelian mereka, akibatnya merek, loyalitas dan preferensi merek akan meningkatkan niat pembelian. Hasil penelitian dari Rizkynanda (2013) menyatakan persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli Sepeda Motor Honda di Kota Malang, menyatakan bahwa semakin tinggi yang dirasakan oleh konsumen, maka semakin tinggi pula kesediaan konsumen tersebut untuk akhirnya niat untuk membeli. H.3 : Persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli sepeda Motor Honda Scoopy di Kota Denpasar.
2.3 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka dan konsep- konsep penelitian terdahulu, maka disusun sebuah kerangka konsep sebagai berikut. Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian H1 Celebrity Endorser (X1) Brand Image (X2) Persepsi Kualitas (X3)
H1
Niat Beli (y)
H2
H3
Sumber: Heruwati (2013), Hemamalini (2014), Putra (2014), Kiswalini, (2014). Wang (2014), Liu et al., (2012), Chi et al., (2009), Rizkynanda (2013).
28