BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi 1) Sistem Sistem adalah sekumpulan sumber daya yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan (Bodnar dan Hopwood, 2006:3). Menurut Hall (2009:6), sistem adalah sekelompok subsistem terdiri atas satu atau lebih yang memiliki hubungan dan tujuan yang sama. 2) Informasi Informasi adalah pendukung dalam pengambilan keputusan dalam bentuk data yang telah diorganisasi (Bodnar dan Hopwood, 2006:3). Menurut Mulyadi (2001:43), informasi adalah dasar dalam pengambilan kepuutusan saat ini atau mendatang ,dalam bentuk olahan data yang dapat memberikan manfaat bagi penerima. 3) Akuntansi Bodnar dan Hopwood (2006:3), akuntansi adalah suatu sistem informasi yang dapat mengidentifikasi, mengumpulkan, memproses dan mengkomunikasikan informasi ekonomi mengenai suatu entitas ke berbagai kelompok orang. 4) Sistem Informasi Sistem informasi adalah suatu proses mengubah data menjadi sebuah informasi yang berguna bagi pihak-pihak dalam organisasi atau perusahaan yang membutuhkan informasi, melalui penggunaan teknologi komputer (Bodnar dan
Hopwood, 2006:6). Tujuan sistem informasi adalah untuk mendukung fungsi penyediaan pihak manajemen, mendukung pengambilan keputusan, dan mendukung operasional harian perusahaan (Hall, 2009:21). 5) Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya (manusia dan peralatan) yang mampu menghasilkan informasi dan bermanfaat bagi pengguna dalam pengambilan keputusan, dengan mengubah data keuangan dan data lainnya ke dalam informasi (Bodnar dan Hopwood, 2006:3). Sistem informasi akuntansi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengambilan keputusan bagi pebisnis, sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi atau perusahaan.
2.1.2 Technology Acceptance Model (TAM) Terdapat beberapa model yang telah dikembangkan mengenai penggunaan teknologi informasi, diantaranya Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned Behavior (TPB), dan Technology Acceptance Model (TAM) (Jantan et al., 2001). Salah satu model yang menjelaskan mengenai tingkat penerimaan terhadap teknologi adalah TAM, yang dikembangkan oleh Davis (1989) merupakan model yang paling sederhana dan mudah diterapkan, serta sering digunakan dalam penelitian teknologi informasi (Nasution, 2004). Tujuan model ini adalah menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan penggunaan teknologi informasi yang digunakan (Davis, 1989). TAM ditentukan oleh lima konstruk utama, yaitu kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use), kegunaan persepsian (perceived usefulness),
sikap terhadap menggunakan teknologi (attitude towards using technology), minat perilaku menggunakan teknologi (behavioral intention) dan penggunaan teknologi sesungguhnya (actual technology use) (Jogiyanto, 2007:113).
Gambar 2.1 Model TAM Perceived Usefulness Variabel Eksternal
Perceived Ease Of Use
Attitude Towards Using Technology
Behavioar Intention to Use
Actual Technology Use
Sumber : (Davis et al., 1989) TAM diadopsi dari Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu teori yang menjelaskan dasar perilaku pengguna dalam penerimaan dan penggunaan sistem informasi agar dapat memahami perilaku tersebut dengan baik. Sehingga model tersebut dapat dipahami dari segi persepsi pengguna teknologi informasi, yakni perceived usefulness dan perceived ease of use sebagai alasan seseorang bahwa manfaat dan kemudahan dari penggunaan teknologi informasi akan membuat seseorang menerima penggunaan teknologi informasi. Secara rinci, TAM menjelaskan tentang pengguna dapat dengan mudah memahami dan menerima penggunaan teknologi informasi. Sehingga kegunaan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use) ditetapkan sebagai variabel dalam model ini, untuk menjelaskan aspek keperilakuan pengguna (Iqbaria et al., 1997). Menurut Rustiana (2005), selain perceived usefulness dan perceived ease of use, konsep computer self-efficay dan computer anxiety sebagai salah satu variabel yang penting untuk
studi perilaku individual dalam bidang teknologi informasi. Karena kedua veriabel tersebut merupakan variabel eksternal dari TAM. Saat tahun 2000an penelitianpenelitian tentang TAM berusaha mengembangkan model TAM menjadi model yang lebih lengkap melalui variabel eksternal yang memengaruhi konstruk perceived usefulness dan perceived ease of use (Jogiyanto, 2007:127).
2.1.3 Teori Perilaku Interpersonal Dalam Jogiyanto (2007:235), Teori ini dicetuskan oleh Trandis (1980) mengenai perilaku individu yang ditentukan oleh perasaan-perasaan (feelings) yang disebut dengan affect, faktor-faktor sosial, konsekuensi-konsekuensi ekspektasian (expected consequences) dari perilaku individu, kebiasaaan-kebiasaan (habits), dan kondisi-kondisi pemfasilitasi (facilitating conditions). Menurut Trandis (1980), perasaan (affect) merupakan perasaan bahagia, gembira, senang, tidak nyaman, atau benci berkaitan dengan individu terhadap tindakan yang dilakukannya. Faktor-faktor sosial merupakan pengaruh dari perilaku individu yang berkaitan dengan norma-norma sosial, peran (role), dan nilai-nilai (values) yang diterima oleh individu dalam lingkungannya. Sedangkan expected consequences merupakan kegiatan yang dipersepsikan memiliki konsekuensi dan memiliki nilai, serta memiliki dua konstruk yakni kerumitan dan kesesuaian pekerjaan. Habits merupakan kegiatan rutin yang dilakukan individu yang terjadi tanpa disengaja. Kemudian facilitating conditions adalah faktor-faktor obyektif yang terdapat di lingkungan individu, sehingga memengaruhi perilaku individu dalam tindakan yang dilakukan. Dalam konteks penggunaan komputer,
facilitating conditions dapat memengaruhi pemanfaatan sistem melalui pemberian pelatihan dan bantuan pada pemakai komputer (Jogiyanto, 2007:236-242). Menurut Parasuraman (1989) dalam Ronowati (2007), afeksi ketidaksukaan seseorang terhadap teknologi komputer dapat disebabkan adanya rasa kecemasan dan ketakutan yang berlebihan terhadap penggunaan teknologi informasi, yang dikenal dengan computer anxiety. Kecemasan dan ketakutan seseorang muncul karena cara pandang individu terhadap dampak negatif yang muncul dalam penggunaan teknologi tersebut.
2.1.4 Teori Kognitif Sosial Dalam Jogiyanto (2007:258), teori ini dicetuskan oleh pakar psikolog perilaku yaitu Bandura (1986). Teori kognitif sosial adalah teori yang menjelaskan mengenai perilaku individual dan berdasarkan atas adanya hubungan timbal balik segitiga (triadic reciprocal), yakni hubungan timbal balik antara lingkungan, perilaku, dan kognitif (faktor-faktor personal). Menurut Compeau dan Higgins (1995), triadic reciprocal menunjukkan adanya hubungan saling memengaruhi antara elemen yang terdapat dalam tiga faktor tersebut (Jogiyanto, 2007:259). Dalam faktor lingkungan dipengaruhi oleh dorongan penggunaan komputer oleh orang lain, penggunaan aktual dari komputer oleh orang lain, dan dukungan organisasi untuk penggunaan komputer. Faktor kognitif dipengaruhi oleh ekspektasi-ekspektasi hasil (outcomes expectations), merupakan tindakan yang akan dilakukan individu jika hasil yang ia perkirakan bernilai menguntungkan. Bandura (1986) menjelaskan bahwa outcomes expectations juga memengaruhi reaksi individu dalam penggunaan teknologi informasi, karena dengan outcomes
yang positif atau menguntungkan akan berpengaruh terhadap perasaan (affect) positif seperti kepuasan dalam menggunakan komputer. Yang kedua adalah computer self efficacy adalah kepercayaan individu tentang kemampuan yang dimiliknya dalam tindakan yang dilakukannya. Terakhir faktor perilaku dipengaruhi oleh perasaan (affect), kecemasan (anxiety) dan pemanfaatan (usage) (Jogiyanto, 2007:264).
2.1.5 Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) SIPKD adalah aplikasi yang dibuat oleh Ditjen Keuangan Daerah Kemendagri dengan tujuan agar dapat mempercepat transfer data dan efisiensi dalam menyatukan data keuangan daerah. Aplikasi SIPKD merupakan aplikasi terpadu yang digunakan oleh pemerintah daerah sebagai alat bantu dalam meningkatkan efektifitas penerapan dari berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan pada asas efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditable. Aplikasi SIPKD diolah oleh Subdit Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah pada Direktorat Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Tujuan dasar dibuatnya sistem ini adalah sebagai bentuk dukungan adanya reformasi keuangan daerah yang menekankan pada peningkatan kinerja tatakelola keuangan daerah yang berkelanjutan, memperkuat peran dan fungsi keuangan daerah sebagai penggerak peningkatan kinerja ekonomi lokal dan peningkatan standar layanan. Sistem tersebut terdiri atas beberapa kelompok sistem, yaitu : 1) Function System Core adalah sistem utama pengelolaan keuangan daerah meliputi, planning (perencanaan), budget preparation (persiapan anggaran), budget execution (pelaksanaan anggaran) dan accounting (akutansi).
2) Non Core Function adalah sistem pendukung pengelolaan keuangan daerah yang meliputi, manajemen kas, manajemen pendapatan dan piutang, manajemen aset, dan manajemen hutang. 3) Colaboration and Communication System adalah fasilitas pendukung pengelolaan keuangan daerah meliputi: fasilitas kolaborasi dan komunikasi. Output dari SIPKD adalah laporan-laporan antara lain, Laporan BKU (Buku Kas Umum), Laporan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ)/Fungsional, Kartu Kendali Kegiatan, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Jurnal Penerimaan, Jurnal Pengeluaran,
Arus
Kas,
Buku
Besar
dan
Buku
Besar
Pembantu
(www.djkd.kemendagri.go.id).
2.1.6 Computer Self-Efficacy (Keyakinan-sendiri Komputer) Keahlian adalah pengetahuan dan kepandaian yang dimiliki seseorang (Lindawati dan Salamah, 2012:60). Menurut Bandura (1982), Keyakinan-sendiri (self-efficacy) merupakan pertimbangan mengenai sejauh mana seseorang dapat melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan berdasarkan kemampuan yang dimiliki, agar tindakan tersebut dapat sesuai sasaran dan berhasil (Jogiyanto, 2007:139). Menurut Hong et al. (2002), computer self-efficacy adalah penilaian individu mengenai kemampuannya dalam menggunakan komputer (Jogiyanto, 2007:139). Menurut Indriantoro (2000), computer self-efficacy adalah kemampuan individu dalam menggunakan aplikasi komputer, sistem operasi, penanganan file dan perangkat keras, penyimpanan data dan menggunakan tombol keyboard. Keahlian
seseorang dalam menggunakan komputer merupakan acuan dari individu dalam konteks penggunaan teknologi informasi (Ridha dan Syaefullah, 2012).
2.1.7 Computer Anxiety (kecemasan komputer) Menurut Maher et al. (1997) dalam Ridho dan Syaefullah (2012), computer anxiety adalah penolakan terhadap perubahan. Penolakan tersebut berupa rasa takut akan sesuatu yang belum diketahui, rasa takut akan kegagalan, atau rasa tidak ingin mengubah keadaan sekarang. Computer anxiety merupakan rasa gelisah yang dalami seseorang dalam menggunakan komputer dan rasa gelisah dari dampak negatif yang terjadi jika menggunakan komputer (Emmons, 2003). Tingkat kecemasan komputer yang rendah menyebabkan seseorang memiliki keyakinan kuat bahwa dengan menggunakan komputer akan memberikan manfaat baginya, sehingga muncul rasa senang bekerja menggunakan komputer (Lindawati, 2012). Dalam Ridho dan Syaefullah (2012), individu yang memiliki rasa cemas yang tinggi menunjukkan kemampuan diri yang kurang. Apabila individu merasa cemas menggunakan komputer maka memiliki keahlian dalam berkomputer yang rendah. Penyebab terjadinya computer anxiety adalah ketakukan sederhana tentang komputer dan rasa gelisah yang berlebihan terhadap teknologi komputer atau disebut computerphobia (Jay, 1981 dalam Ridho dan Syaefullah, 2012).
2.1.8 Perceived Usefulness (Kegunaan Persepsian) Perceived usefulness adalah tingkat keyakinan seseorang dengan menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya. Sehingga dengan pengambilan keputusan dapat dengan mudah dilakukan apabila seseorang meyakini persepsi
kegunaan dalam menggunkan sistem tertentu, sebaliknya jika seseorang yakin bahwa sistem tersebut kurang berguna bagi dirinya, maka dia tidak akan menggunakannya (Jogiyanto, 2007:114). Manfaat sistem bagi pengguna adalah untuk produktivitas, kinerja tugas atau efektivitas, pentingnya suatu tugas, dan manfaat secara keseluruhan (Davis, 1989). Menurut Thompson et al. (1991) dalam Jin (2003), kemanfaatan teknologi informasi adalah dalam melaksanakan tugasnya pengguna teknologi informasi memperoleh manfaat dari teknologi informasi yang digunakan.
2.1.9 Perceived Ease Of Use (Kemudahan Penggunaan Persepsian) Perceived ease of use adalah tingkat keyakinan seseorang dengan menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan suatu usaha. Makna dari kemudahan (ease) adalah terbebas dari kesulitan atau tidak memerlukan usaha yang keras. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, perceived ease of use merupakan proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada kepercayaan (belief), jika seseorang percaya dengan menggunakan sistem informasi akan terasa mudah baginya maka ia akan menggunakan sistem informasi tersebut. Sebaliknya jika seseorang percaya bahwa sistem informasi sulit digunakan maka ia tidak akan menggunakan sistem informasi tersebut (Jogiyanto, 2007:115).
2.1.10 Penggunaan Sistem Informasi Perilaku (behavior) adalah tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem teknologi informasi, perilaku adalah penggunaan sesungguhnya dari teknologi. Tujuan prilaku di tentukan oleh sikap atas prilaku tersebut. Dengan
demikian dapat di pahami reaksi dan persepsi pengguna sistem informasi akan memengaruhi sikapnya dalam penerimaan penggunaan sistem informasi. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi penggunaan sistem informasi adalah perceived usefulness dan perceived ease of use sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks penggunaan sistem informasi, sehingga seseorang dapat melihat manfaat dan kemudahan penggunaan sistem informasi serta memengaruhi tindakannya dalam menerima penggunaan sistem informasi tersebut (Jogiyanto, 2007:117). Menurut Petter et al. (2008), penggunaan sistem merupakan tingkat dan cara seseorang atau staf dalam memanfaatkan kemampuan dari suatu sistem informasi.
2.1.11 Kinerja Pegawai Kinerja adalah terjadinya peningkatan kualitas yang baik, sehingga tugas yang akan diberikan kepada individu (karyawan) dalam suatu organisasi dapat dilaksanakan dengan tepat waktu. Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Murty dan Hudiwinarsih, 2012). Kinerja yang baik terlihat apabila individu dapat menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Individu diharapkan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan bantuan teknologi, sehingga tugas yang dikerjakan dapat diselesaika. Goodhue dan Thompson (1995), menjelaskan bahwa pencapaian serangkain tugas individu berkaitan dengan pencapaian kinerja individu, kinerja yang tinggi dapat menghasilkan peningkatan efisiensi, efektivitas, atau kualitas yang tinggi dibandingkan penyelesaian tugas yang diberikan individu.
2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Computer Self-Efficacy terhadap Perceived Usefulness dan Perceived Ease Of Use Menurut penelitian Ratih (2009), menyatakan bahwa computer self-efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap perceived usefulness dan perceived ease of use dari manfaat menggunakan internet banking. Hal ini ditunjukkan dengan penilaian nasabah dalam menggunakan internet banking bermanfaat dan mudah digunakan, apabila mereka memiliki kemampuan menggunakan komputer. Hal ini sejalan dengan Chan & Lu (2004) dalam Viveka (2006), bahwa individu dengan computer self-efficacy yang tinggi diharapkan dapat
kompeten
menggunakan berbagai paket perangkat lunak dan sistem komputer. Sementara individu yang merasa memiliki computer self-efficacy yang rendah, maka akan sulit dalam menggunakan paket perangkat lunak atau sistem komputer tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa compter self-efficacy memiliki efek positif pada perceived usefulness dan perceived ease of use dan keputusan akhir untuk menggunakan komputer, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H1a: computer self-efficacy berpengaruh positif terhadap perceived usefulness H1b: computer self-efficacy berpengaruh positif terhadap perceived ease of use
2.2.2 Pengaruh Computer Anxiety terhadap Perceived Usefulness dan Perceived Ease Of Use Dalam penelitian Handayani (2004), menyatakan bahwa computer anxiety bepengaruh negatif terhadap perceived usefulness dan perceived ease of use. Karena anxiety merupakan tingkat ketakutan seseorang yang tidak realistik, karena anxiety muncul seiring dengan berjalannya waktu dan timbul sebagai suatu respon
dari individu dalam menggunakan sistem tertentu. Namun jika seseorang telah percaya bahwa saat dirinya menggunakan suatu teknologi akan meningkat kinerja pekerjaannya dan bebas dari usaha, maka ia tidak akan merasa takut menggunakan teknologi tersebut (Jogiyanto, 2007:114-115). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H2a: computer anxiety berpengaruh negatif terhadap perceived usefulness H2b: computer anxiety berpengaruh negatif terhadap perceived ease of use
2.2.3 Pengaruh Computer Self-Efficacy terhadap Kinerja Pegawai Sejumlah penelitian menemukan bahwa self-efficacy merupakan variabel yang dapat memengaruhi kinerja secara langsung. Sesuai dengan hasil penelitian Dominggus Pirade, dkk (2013), menyatakan bahwa computer self-efficacy dalam menggunakan SIPKD berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Penelitian yang dilakukan oleh Tutuk (2009), menunjukkan hasil bahwa selfefficacy berpengaruh positif dengan kinera secara signifikan. Didukung pula dengan penelitian Robbins (1998) dalam Tutuk (2009), semakin tinggi keahlian yang dimiliki, maka semakin tinggi kepercayaan diri individu pada kemampuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan tugas dengan baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H3: computer self-efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai
2.2.4 Pengaruh Computer Anxiety terhadap Kinerja Pegawai Menurut hasil penelitian Dominggus Pirade, dkk (2013), menyatakan bahwa computer anxiety dalam menggunakan SIPKD berpengaruh negatif signifikan
terhadap kinerja pegawai. Dari hasil penelitian tersebut, sesuai dengan yang dikemukakan Kanfer et al. (1997) dalam Lindawati, dkk (2012), bahwa suatu pengolahan informasi yang perspektif, perasaan negatif yang dihubungkan dengan kecemasan yang tinggi mengurangi sumber daya kinerja. Dengan demikian, computer anxiety yang rendah akan menyebabkan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan computer anxiety yang tinggi, akan menghasilkan kinerja yang rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H4: computer anxiety berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai
2.2.5 Pengaruh Perceived Usefulness dan Perceived Ease Of Use terhadap Penggunaan Sistem Informasi Menurut Suarta dan Sudiadnyani (2014), menyatakan bahwa perceived usefulness dan perceived ease of use berpengaruh signifikan terhadap penggunaan sistem informasi di LPD Bali. Hal tersebut didukung oleh penelitian Davis (1998), Chau (1996), Igbaria et al. (1997) dan Sun (2003), menyatakan bahwa konstruk perceived usefulness dan perceived ease of use berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penggunaan sistem informasi. Perceived usefulness dan perceived ease of use
merupakan suatu kepercayaan tentang pengambilan
keputusan, jika seseorang percaya bahwa sistem informasi berguna bagi dirinya dan mudah digunakan, maka ia akan tetap menggunakan sistem inforamasi tersebut (Jogiyanto, 2007:114-115). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H5a: perceived usefulness berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem informasi.
H5b: perceived ease of use berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem informasi.
2.2.6 Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi terhadap Kinerja Pegawai Menurut Hendra Wijaya (2013), menyatakan bahwa penggunaan teknologi sistem informasi berpengaruh positif terhadap kinerja individual pada Circle K di Kota Denpasar. Davis (1989), menyatakan bahwa penggunaan sistem aplikasi spesifik akan meningkatkan kinerja dan menemukan hubungan kuat antara penggunaan komputer dengan tugas secara pasti. Menurut penelitian Peter et al. (2008), menyatakan bahwa penggunaan berpengaruh terhadap dampak individual dalam keberhasilan sistem informasi, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H6: penggunaan sistem informasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai
2.2.7 Pengaruh Perceived Usefulness dan Perceived Ease Of Use terhadap Kinerja Pegawai Dimediasi Penggunaan Sistem Informasi TAM telah menjelaskan bahwa penggunaan sistem informasi dipengaruhi oleh variabel perceived usefulness dan perceived ease of use. Davis (1989), menyatakan bahwa jika seseorang yakin sistem informasi berguna baginya dan sistem informasi tersebut mudah digunakan, maka ia akan memutuskan untuk menggunakan sistem tersebut. Dan saat seseorang merasa yakin menggunakan sistem informasi tersebut, maka ia akan terus menggunakan sistem informasi yang dapat meningkatkan kinerja pemakainya (Jogiyanto, 2007:114-115). Hal tersebut didukung oleh Lindawati (2012), menyatakan bahwa kemanfaatan (usefulness) adalah keyakinan seseorang bahwa penggunaan suatu subyek tertentu dapat meningkatkan prestasi
kerja dan kinerja orang tersebut, sehingga penggunaan sistem informasi mampu memediasi pengaruh perceived usefulness dan perceived ease of use terhadap kinerja individual, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H7a: perceived usefulness berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai dimediasi penggunaan sistem informasi. H7b: perceived ease of use berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai dimediasi penggunaan sistem informasi.