BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA KONSEPTUAL A. Kajian Pustaka 1. Definisi Manajemen Menurut Husen (2011) “Manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien” Efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar sedangkan efektif mengerjakan sesuatu yang benar dan tujuan dari manajemen mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar sumbersumber daya yang terbatas diperoleh hasil yang maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja secara komprehensif (Husen, 2011). Nurhayati (2010) menyatakan bahwa: “Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan dan mengendalikan aktivitasaktivitas, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus-menerus seiring dengan berjalannya waktu”.
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Proses manajemen membutuhkan masukan terhadap proses tersebut yaitu sumber daya, yaitu manusia, material, modal, mesin-mesin, dan metode kerja. Pada (Gambar 2.1) merupakan bagan proses manajemen.
MASUKAN
PROSES MANAJEMEN
KELUARAN
Gambar 2.1 Proses Manajemen Sumber : Nurhayati : 2010
2. Definisi Manajemen Operasional Menurut
Haming
&
Nurnajamuddin
(2014)
“manajemen
operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengoordinasian, penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa yang berhubungan dengan proses pengolahan masukan menjadi keluaran dengan nilai tambah yang lebih besar”. Manajemen operasional adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa dan kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan (Herjanto, 2007).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
3. Pengertian Proyek Husen (2011) mendefinisikan proyek adalah : “Gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan biaya atau modal yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan. Selain itu proyek juga merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan dilaksanakan secara berurutan dengan logika serta menggunakan banyak jenis sumber daya yang dibatasi oleh dimensi biaya, mutu dan waktu”. Menurut Larson & Gray (2006), Sebuah proyek adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. a. Ciri-ciri Proyek Berdasarkan pengertian proyek di atas, ciri-ciri proyek antara lain : 1)
Memiliki tujuan tertentu berupa hasil kerja akhir.
2)
Sifatnya sementara karena siklus proyek relatif pendek.
3)
Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal, anggaran biaya, dan mutu hasil akhir.
4)
Merupakan kegiatan non rutin, tidak berulang-ulang.
5)
Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya. Maka tujuan utama dari proyek menurut Larson & Gray (2006)
adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan. b. Jenis-jenis Proyek Menurut Husen (2011), proyek dapat dikelompokkan berdasarkan komponen kegiatan utama dan produk akhir menjadi:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
1) Proyek Konstruksi Kegiatan utamanya adalah studi kelayakan, design engineering, pengadaan dan konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan, gedung, pelabuhan, jalan raya dan sebagainya, yang biasanya menyerap kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat dimanfaatkan banyak orang. 2) Proyek Industri Manufaktur Kegiatan utamanya adalah design engineering, pengembangan produk, pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba terhadap produk serta pemasaran. Produknya dapat berupa kendaraan, alat elektronik, bahan tekstil, pakaian, serta lainnya yang dapat diproduksi dalam jumlah massal, penggunaannya dapat bersifat individu atau dapat digunakan orang banyak. 3) Proyek Penelitian dan Pengembangan Kegiatan utamanya pada proyek ini adalah melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu. Proses pelaksanaan serta lingkup kerja yang dilakukan sering mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan tujuan akhir proyek. Tujuan proyek dapat berupa memperbaiki atau meningkatkan produk, pelayanan, atau metode produksi. 4) Proyek Padat Modal Jenis proyek ini tidak diartikan berdasarkan komponen kegiatannya saja, tetapi lebih kepada jumlah dana kapital yang digunakan dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
jumlah besar, contoh : proyek pembebasan lahan, pembelian material dan peralatan dengan jumlah besar, membangun fasilitas produksi dan sebagainya. 5) Proyek Pengembangan Produk Baru Proyek ini merupakan gabungan antara proyek penelitian dan pengembangan dengan proyek padat modal, dilanjutkan dengan mendirikan unit percobaan dalam bentuk pilot plan. Setelah uji coba berhasil dan dapat diproduksi secara massal, dilanjutkan dengan proyek padat modal untuk membangun fasilitas produksi sesuai dengan kapasitas yang diinginkan. 6) Proyek Pelayanan Manajemen Proyek ini berkenaan dengan kegiatan-kegiatan spesifik suatu perusahaan dimana produk akhirnya berupa jasa. Laporan akhir dari proyek dapat dipakai oleh perusahaan pemilik proyek sebagai rekomendasi untuk pedoman pelaksanaan, standar operasional prosedur dari suatu pekerjaan, serta efisiensi pengelolaan suatu pekerjaan. 7) Proyek Infrastruktur Proyek ini biasanya berkaitan dengan penyedia kebutuhan masyarakat secara luas dalam hal prasarana transportasi, pembangunan waduk pembangkit tenaga listrik, pengairan sawah. Biasanya proyek ini padat modal dan padat karya yang mendapat bantuan pinjaman dari donator luar negeri dan pinjaman jangka panjang, yang pembayaran dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
pengelolannya dilakukan oleh pemerintah atau dapat juga dengan investasi pihak swasta kemudian pemerintah memberikan konsesi. c. Siklus Proyek Menurut Larson & Gray (2006), Siklus hidup proyek umumnya melewati empat tahap berurutan, yakni penentuan (defining), perencanaan (planning), eksekusi (executing), dan pengiriman (delivering). Titik awal (starting point) mengawali dimulainya proyek. Usaha proyek memulai dengan lambat, mulai meningkat, dan kemudian turun saat pengiriman proyek kepada pelanggan (Gambar 2.2). 1) Tahap Penentuan : menentukan spesifikasi proyek, menetapkan sasaran proyek, membentuk tim, dan menetapkan berbagai tanggung jawab utama. 2) Tahap Perencanaan : tingkat usaha bertambah, mengembangkan rencana untuk menentukan proyek apa yang akan bertahan, kapan proyek akan dijadwalkan, siapa yang akan memetik manfaat, tingkat kualitas apa yang harus dijaga, dan anggaran apa yang diperlukan. 3) Tahap Eksekusi : ditahap inilah bagian utama dari kerja proyek terjadi, baik fisik maupun mental. Produk fisik dihasilkan (jembatan, laporan, perangkat lunak). Waktu, biaya, dan ukuran – ukuran spesifikasi digunakan untuk pengendalian. Apakah proyek sesuai jadwal, anggaran dan memenuhi spesifikasi? Perkiraan (forecast) apa yang diperlukan dimasing – masing ukuran tersebut ? perubahan/revisi apa yang diperlukan?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
4) Tahap Pengiriman : Mencakup dua aktifitas, yakni mengirim produk proyek kepada pelanggan dan menyebar sumber daya proyek. Pengiriman proyek dapat mencakup pelatihan pelanggan dan transfer dokumen.
Penyebaran
biasanya
melibatkan
penyerahan
perlengkapan/material proyek kepada proyek lain dan menetapkan berbagai penugasan baru kepada para anggota tim. Dalam praktik, siklus hidup proyek digunakan oleh beberapa kelompok proyek untuk menggambarkan timing tugas – tugas utama yang ada pada proyek.
Eksekusi
Tingkat Usaha Merencanakan
Pengiriman
Penentuan
Mulai
Waktu
Penentuan 1. Tujuan 2. Spesifikasi 3. Tugas 4. Tanggung jawab
Perencanaan 1. Jadwal 2. Anggaran 3. Sumber daya 4. Risiko 5. Penunjukan staf
Eksekusi 1. Laporan Status 2. Perubahan 3. Kualitas 4. Perkiraan
Selesai
Pengiriman 1. Melatih pelanggan 2. Transfer dokumen 3. Rilis sumber daya 4. Rilis staf 5. Pelajaran yang telah dipelajari
Gambar 2.2 Siklus Hidup Proyek Sumber : Larson & Gray : 2006
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
4. Definisi Manajemen Proyek Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat penting dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar bagi perencanaan yang lain, yaitu : a. Penyusunan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan sumber daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang lain. b. Proses pengendalian (controlling). Manajemen Proyek meliputi tiga fase, Heizer & Render (2005), yaitu : a. Perencanaan. Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek, dan organisasi tim-nya. b. Penjadwalan. Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk kegiatan khusus dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya. c. Pengendalian. Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, dan
anggaran. Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau mengelola kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu dan biaya Pengertian Manajemen Proyek menurut Widjaya (2013), adalah suatu pengetahuan tentang aplikasi, keahlian, perangkat dan teknik untuk memimpin suatu aktivitas proyek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang dibutuhkan oleh proyek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Menurut Larson & Gray (2006) Manajemen proyek adalah gaya manajemen yang berorientasi pada hasil yang menempatkan nilai tinggi pada pembangunan hubungan kolaboratif diantara berbagai karakter yang berbeda. Murdifin Haming & Mahfud Nurnajamuddin, (2011) “Manajemen proyek adalah “proses merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan kegiatan personil serta sumber daya lain untuk menangani dan menyelesaikan pembuatan suatu produk baru, atau suatu bisnis baru sebuah perusahaan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu yang disesuaikan dengan spesifikasi pesanan pelanggan atau manajemen perusahaan”. a.
Tujuan atau Manfaat Manajemen Proyek Dalam pelaksanaan suatu proyek yang akan dilakukan suatu perusahaan
harus diketahui apa tujuan dan rencana sudah baik, untuk mengetahui apa yang akan didapat dari proyek tersebut. Tujuan atau manfaat yang akan diperoleh dengan manajemen proyek menurut Heryanto & Triwibowo (2013) : 1) Efisiensi, baik dari sisi biaya, sumber daya maupun waktu. 2) Kontrol terhadap proyek akan lebih baik, sehingga proyek akan sesuai dengan scope, biaya, sumber daya dan waktu yang telah ditentukan. 3) Meningkatkan kualitas. 4) Dapat menekan resiko yang timbul sekecil mungkin. 5) Koordinasi internal yang lebih baik. 6) Meningkatkan semangat, tanggung jawab serta loyalitas tim terhadap proyek, yaitu dengan penugasan yang jelas kepada masing-masing anggota tim.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
b. Menetapkan Prioritas Proyek Kualitas dan sukses sebuah proyek umumnya ditentukan jika proyek memenuhi dan atau melebihi harapan pelanggan dan atau manajemen puncak dalam hal biaya (anggaran), waktu (jadwal), dan kinerja (cakupan) proyek (Larson & Gray, 2006). Salah satu pekerjaan utama manajer proyek adalah mengelola imbal balik antara waktu, biaya dan kinerja. (Gambar 2.3) Cakupan
Kualitas Biaya
Waktu
Gambar 2.3 Imbal Balik Manajemen Proyek Sumber : Larson & Gray : 2006 c.
Network Planning Pada tahun 1950-an Pertama kalinya network planning diperkenalkan
oleh tim sebuah perusahaan Du-Pont dan Rand Corporation yang digunakan untuk mengembangkan sistem kontrol pada manajemen. Metode Network planning dalam pengendalian dan pengontrolan proyek relatif lebih sulit, maka metode ini perlu dikombinasikan dengan metode lain agar lebih informative dan sempurna. Nurhayati (2010) menjelaskan “Network planning juga disebut jaringan kerja adalah suatu alat yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengawasi kemajuan dari suatu proyek. Jaringan dikembangkan dari informasi yang diperoleh dari WBS dan gambar diagram alur dari rencana kerja proyek”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Menurut Supranto (2013) “Network planning merupakan teknik perencanaan yang kedua yang dapat mengatasi kelemahaan Gantt Chart dalam inter-relasi antara kegiatan-kegiatan”. d. Manfaat Network Planning Setiap
metode
yang
digunakan
untuk
mengatasi
permasalahan-
permasalahan khususnya yang terdapat di manajemen operasional, tentunya mempunyai manfaat yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, sama halnya dengan network planning yang dapat membantu di dalam perencanaan dan penjadwalan. Network planning sangat penting karena dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini, Render & Heizer (2011) : 1) Berapa keseluruhan umur proyek. 2) Kegiatan-kegiatan mana saja yang bila terlambat dalam penyelesaiannya akan mengakibatkan penundaan pada keseluruhan proyek. 3) Kegiatan-kegiatan mana saja yang tidak kritis, yang dapat dilakukan penundaan pada pengerjaannya tanpa membuat penundaan pada keseluruhan proyek. 4) Berapa besar kemungkinan proyek dapat diselesaikan pada waktu atau tanggal tertentu. 5) Apa yang harus dilakukan untuk mempersingkat penyelesaian proyek dengan biaya yang seminimal mungkin.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Nurhayati (2010) menyatakan bahwa manfaat dari network planning adalah : 1) Merupakan dasar dalam perhitungan penyelesaian waktu pelaksanaan proyek. 2) Merupakan dasar dalam penjadwalan tenaga kerja dan peralatan. 3) Alat komunikasi antara seluruh manajer dan kelompok. 4) Alat perhitungan waktu apabila terjadi dalam penundaan proyek. 5) Dasar dalam menganggarkan cash flow dari suatu proyek. 6) Alat untuk mengidentifikasikan kegiatan yang kritis sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam penyelesaian. e.
Kelebihan dan Kekurangan Network Planning Meskipun network planning merupakan metode yang banyak digunakan
didalam penjadwalan serta perencanaan, tetapi metode ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Menurut Render & Heizer (2011), kelebihan dan kekurangan dari metode network planning antara lain : 1) Kelebihan Metode Network Planning : a) Sangat berguna terutama saat menjadwalkan dan mengendalikan proyek besar b) Konsep yang lugas atau secara langsung (straight forward) dan tidak memerlukan perhitungan matematis yang rumit c) Jaringan grafis membantu melihat hubungan antar kegiatan proyek secara cepat. d) Analisis jalur kritis dan waktu slack membantu menunjukkan kegiatan yang perlu diperhatikan lebih dekat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
e) Dokumentasi proyek dan gambar menunjukkan siapa yang bertanggung jawab untuk kegiatan yang beragam. f) Dapat diterapkan untuk proyek yang bervariasi. g) Berguna dalam mengawasi jadwal dan biaya. 2) Kekurangan Metode Network Planning : a) Kegiatan-kegiatan proyek harus ditentukan secara jelas dan hubungannya harus bebas dan stabil. b) Hubungan pendahulu harus dijelaskan dan dijaringkan bersama-sama. c) Perkiraan waktu cenderung subyektif dan bergantung pada kejujuran para manajer yang takut akan bahaya terlalu optimis atau tidak cukup pesimis. d) Ada bahaya terselubung dengan terlalu banyaknya penekanan pada jalur terpanjang atau kritis. f.
Langkah-Langkah Pembuatan Network Planning Secara umum, langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembuatan
network planning, adalah sebagai berikut : 1) Merumuskan visi (vision) dan tujuan (goals), yang akan menjadi dasar perumusan kegiatan. 2) Mengidentifikasi pekerjaan yang harus diselesaikan pada proyek yang bersangkutan. 3) Mengidentifikasi
urutan
pelaksanaan
pekerjaan
sehingga
pengerjaan berlangsung secara sistematis. 4) Mengidentifikasi waktu pengerjaan setiap pekerjaan yang ada. 5) Membuat diagram pengerjaan proyek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
6) Menetapkan jalur kritis proyek. 7) Menghitung standar deviasi jalur kritis proyek. 8) Menghitung probabilitas penyelesaian proyek sesuai yang diminta oleh pemilik proyek. 9) Menghitung nyata biaya proyek. 10) Mengevaluasi alternatif percepatan yang mungkin.
Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network adalah sebagai berikut (Hayun, 2005) : : Mewakili sebuah kejadian atau peristiwa atau
1)
event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa Lingkaran kecil/ simpul/node
kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan. Suatu kejadian harus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut. : Mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu
2)
tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di
Anak panah/busur
sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration
(jangka
waktu
tertentu)
dalam
pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah menunjukkan
arah
tiap
kegiatan,
yang
menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini samasekali tidak mempunyai
arti. Jadi,
tidak perlu
menggunakan skala. 3)
: Merupakan kegiatan pada lintasan kritis. Anak
panah
tebal : Menyatakan kegiatan semu atau dummy activity.
4) Anak panah terputus-putus
Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan dan membantu untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan.
Dummy
di
sini
berguna
untuk
membatasi mulainya kegiatan seperti halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol. Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut (Hayun, 2005) : 1) Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah. 2) Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian. 3) Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tinggi. 4) Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial event) dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian (terminal event).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Adapun logika ketergantungan kegiatan-kegiatan itu dapat dinyatakan sebagai berikut : 1) Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai dan kegiatan C dimulai setelah kegiatan B selesai, (Gambar 2.4).
A
C
B
Gambar 2.4 Kegiatan A Pendahulu Kegiatan B dan Kegiatan B Pendahulu Kegiatan C Sumber : Nurhayati : 2010 2) Jika kegiatan A dan B harus selesai maka kegiatan C dapat dimulai, (Gambar 2.5). A
C B
Gambar 2.5 Kegiatan A dan B Merupakan Pendahulu Kegiatan C Sumber : Nurhayati : 2010 3) Jika kegiatan C dan D baru dapat dimulai setelah kegiatan A dan B selesai (Gambar 2.6). A
D
B
C
Gambar 2.6 Kegiatan A dan B Merupakan Pendahulu Kegiatan C dan D Sumber : Nurhayati : 2010
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
4) Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan B sudah selesai (Gambar 2.7).
A
C Dum my D
B
Gambar 2.7 Kegiatan B Merupakan Pendahulu Kegiatan C dan D Sumber : Supranto : 2013 Fungsi dummy
di atas adalah memindahkan seketika itu juga
(sesuai dengan arah panah) keterangan tentang selesainya kegiatan B. 5) Jika kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama, maka kita tidak boleh menggambarkannya seperti pada (Gambar 2.8). Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus digambarkan dummy (Gambar 2.9). A
1
B
2
C
Gambar 2.8 Gambar yang Salah Bila Kegiatan A, B dan C Mulai dan Selesai pada Kejadian yang Sama Sumber : Supranto : 2013
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2 A 1
B
4
C 3 Atau 3 A 1
B
4
C 3
Gambar 2.9 Kegiatan A, B, dan C Mulai dan Selesai pada Kejadian yang Sama Sumber : Operation Research Model-Model Pengambilan Keputusan, 1999 g.
Analisa Jaringan Kerja Definisi analisa jaringan kerja proyek menurut Nurhayati (2010) adalah
“suatu sistem kontrol proyek yang berisi kegiatan tunggal, kegiatan gabungan, kegiatan paralel dan jalur kritis. Nurhayati (2010), terdapat beberapa istilah yang dipergunakan dalam membangun jaringan kerja, yaitu : 1) Kegiatan (Activity) Untuk manajer proyek suatu kegiatan merupakan elemen dari proyek yang membutuhkan waktu pelaksanaan (duration), juga dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
didefinisikan sebagai hal yang membutuhkan sejumlah sumber, tenaga, equipment, material, biaya dan sebagainya. 2) Kegiatan Memusat (Merge Activity) Beberapa kegiatan yang berbeda lalu dilanjutkan dengan kegiatan yang sama sehingga disebut kegiatan memusat (lebih dari satu kaitan aliran panah). 3) Kegiatan Paralel (Parallel Activity) Adalah kegiatan yang dikerjakan pada waktu yang bersamaan, 4) Alur (Path) Merupakan suatu urutan koneksi, kegiatan yang terkait. 5) Alur Kritis (Critical Path) Merupakan alur terpanjang yang terdapat pada jaringan. Jika terdapat suatu kegiatan yang tertunda (delay) pada alur, maka proyek juga akan tertunda pada waktu yang sama. 6) Kejadian (Event) Istilah ini berupa satu titik dan digunakan ketika sebuah kegiatan dimulai atau selesai, jadi tidak membutuhkan waktu. 7) Kegiatan Memencar (Burst Activity) Kegiatan ini memiliki lebih dari satu kegiatan yang secara bersamaan mengikutinya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
5. Program Evaluation Review Technique (PERT) Menurut Setianingrum (2011) PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada di dalam suatu proyek, sedangkan Nurhayati (2010) berpendapat bahwa PERT juga merupakan suatu metode yang bertujuan untuk (semaksimal mungkin) mengurangi adanya penundaan kegiatan (proyek, produksi, dan teknik) maupun rintangan
dan
perbedaan-perbedaan,
mengoordinasikan
dan
menyelaraskan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan dan mempercepat selesainya proyek-proyek. PERT menggunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan, antara lain waktu optimis, waktu pesimis, dan waktu realistis Render & Heizer (2011). Terdapat beberapa fungsi untuk melakukan analisis dalam PERT, diantaranya adalah, Winarno (2008) : a. Menganalisis jalur kritis (bisa lebih dari satu). b. Menganalisis kegiatan yang saling mengganggu dan bertabrakan. c. Menganalisis biaya. d. Menampilkan diagram gantt. PERT memiliki asumsi-asumsi yang sama. Berikut ini adalah beberapa asumsi-asumsi yang ada di PERT. a. Proyek terdiri atas aktivitas-aktivitas yang terdefinisi dengan jelas. b. Setiap aktivitas bisa dimulai dan diakhiri tanpa tercampur dengan aktivitas lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
c. Setiap aktivitas terkait dengan urutan-urutan pelaksanaan satu sama lain. Secara umum PERT membantu dalam hal-hal sebagai berikut, Purnomo (2010) : a. Perencanaan suatu proyek yang komplek. b. Penjadwalan-penjadwalan pekerjaan dalam urutan yang praktis dan efisien. c. Mengadakan pembagian kerja dari tenaga kerja dan sumber dana yang tersedia. d. Menentukan antara waktu dan biaya. Mengadakan analisis jaringan untuk suatu proyek diperlukan tiga tipe data pokok, yaitu taksiran mengenai waktu yang diperlukan untuk setiap pekerjaan kegiatan. Menganalisis waktu yang diperlukan untuk suatu pekerjaan, digunakan estimasi waktu penyelesaian suatu kegiatan, Render & Heizer (2011), yaitu : a. Waktu optimistik (a) adalah waktu kegiatan bila semuanya berjalan baik tanpa adanya hambatan-hambatan atau penundaan. Hanya ada probabilitas yang sangat kecil (1 dalam 100) untuk mencapai waktu yang optimistik (waktu yang paling cepat). b. Waktu pesimistik (b) adalah waktu kegiatan bila terjadi hambatan atau penundaan lebih dari semestinya. Probabilitas yang ada dalam hal ini sangat kecil (1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
dalam 100) untuk mencapai waktu yang paling pesimis (waktu paling lama). c. Waktu realistik (m) adalah waktu yang terjadi bila suatu kegiatan dilaksanakan dalam kondisi normal, dengan penundaan yang bisa diterima. Hanya ada satu waktu yang mungkin bisa bergerak antara kedua waktu ekstrim tersebut. Formula untuk menaksir waktu yang diharapkan (Expeted Time) untuk sebuah aktivitas. Pembentukan
jaringan
PERT
terdapat
simbol-simbol
yang
menghubungkan suatu kejadian, pekerjaan, dan aktivitas semua. Langkah-langkah perhitungan PERT adalah menggunakan diagram pendahulu dan menentukan lintasan kritis. a. Langkah-Langkah dalam Melakukan Perencanaan dengan PERT Teknik evaluasi dan pengulasan program (dikenal luas sebagai program evaluation and review technique - PERT) dikembangkan di tahun 1950-an untuk membantu para manajer melakukan penjadwalan, pemantauan, serta pengendalian proyek-proyek besar dan komplek. Dalam melakukan perencanaan dengan PERT dibutuhkan beberapa langkah, Husen (2011) : 1. Mengidentifikasi
aktivitas
(activity)
dan
titik
tempuhnya
(milestone). Sebuah aktivitas adalah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Titik tempuh (milestone) adalah penanda kejadian pada awal dan akhir satu atau lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
aktivitas. Untuk mengidentifikasi aktivitas dan titik tempuh dapat digunakan suatu tabel agar lebih mudah dalam memahami dan menambahkan informasi lain seperti urutan dan durasi. 2. Menetapkan urutan pengerjaan dari aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan. Langkah ini bisa dilakukan bersamaan dengan identifikasi aktivitas. Dalam menentukan urutan pengerjaan dapat diperlukan analisa yang lebih dalam untuk setiap pekerjaan. 3. Membuat suatu diagram jaringan (network diagram). Setelah mendapatkan urutan pengerjaan suatu pekerjaan maka suatu diagram dapat dibuat. Diagram akan menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan berurutan (serial) atau secara bersamaan (paralel). Pada diagram PERT biasanya suatu pekerjaan dilambangkan dengan simbol lingkaran dan titik tempuh dilambangkan dengan simbol panah. 4. Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas. Dalam menentukan waktu dapat menggunakan satuan unit waktu yang sesuai misal jam, hari, minggu, bulan dan tahun. 5. Menetapkan suatu jalur kritis (critical path). Suatu jalur kritis didapatkan dengan menambah waktu suatu aktivitas pada tiap urutan pekerjaan dan menetapkan jalur terpanjang pada tiap proyek. Biasanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat ditunda waktu pengerjaannya. Dalam setiap urutan pekerjaan terdapat suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
penanda waktu yang dapat membantu dalam menetapkan jalur kritis, yaitu : (1)
ES – Early Start
(2)
EF – Early Finish
(3)
LS – Latest Start
(4)
LF – Latest Finish
Dengan menggunakan empat komponen penanda waktu tersebut bisa didapatkan suatu jalur kritis sesuai dengan diagram. 6. Melakukan pembaruan diagram PERT sesuai dengan kemajuan proyek. Sesuai dengan berjalannya proyek dalam waktu nyata. Waktu perencanaan sesuai dengan diagram PERT dapat diperbaiki sesuai dengan waktu nyata. Sebuah diagram PERT mungkin bisa digunakan untuk merefleksikan situasi baru yang belum pernah diketahui sebelumnya. Menurut Heizer & Render (2011) PERT mengikuti enam langkah dasar sebagai berikut: 1) Menetapkan proyek dan menyiapkan struktur penguraian kerjanya. 2) Membangun hubungan antara aktivitas-aktivitasnya. 3) Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan aktivitas. 4) Menetapkan perkiraan waktu dan biaya setiap aktivitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
5) Menghitung jalur waktu terpanjang atau jalur kritis melalui jaringan. 6) Menggunakan
jaringan
untuk
membangun
perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian proyek. Penentuan
jalur
kritis
merupakan
bagian
utama
dalam
pengendalian proyek. Aktivitas pada jalur kritis merepresentasikan tugastugas yang akan menunda keseluruhan proyek, kecuali bila mereka dapat diselesaikan secara tepat waktu. Langkah Pertama dalam jaringan PERT adalah membagi keseluruhan proyek menjadi aktivitas-aktivitas yang signifikan, sesuai dengan struktur penguraian kerja. Ada dua pendekatan untuk menggambar jaringan proyek, yaitu aktivitas pada titik (activity on node-AON) dan aktivitas pada anak panah (activity on arrow-AOA). Perbedaan mendasar antara AON dan AOA adalah titik pada diagram AON menunjukkan aktivitas sedangkan titik pada diagram AOA menunjukkan waktu mulai dan waktu selesainya suatu aktivitas yang disebut kejadian. Pendekatan AOA terkadang memerlukan tambahan aktivitas dummy (dummy activities) untuk memperjelas hubunganhubungannya dan aktivitas ini mempunyai waktu penyelesaian nol (Gambar 2.10). Sebagaimana disebutkan sebelumnya, jalur kritis adalah jalur waktu terpanjang yang terdapat di seluruh jaringan, jadi untuk mengetahui berapa lama proyek dapat diselesaikan dapat dilakukan dengan analisis jalur kritis (critical path analysis) pada jaringan. Jalur kritis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
menghitung dengan dua waktu awal dan akhir yang berbeda untuk setiap aktivitas seperti berikut : Mulai Paling Awal (Earliest Start-ES) yaitu waktu paling awal suatu aktivitas dapat dimulai dengan asumsi semua pendahulunya sudah selesai.
Selesai Paling Awal (Earliest Finish-EF)
yaitu waktu paling awal suatu aktivitas dapat selesai.
Mulai Paling
Lambat (Latest Start-LS) yaitu waktu terakhir suatu aktivitas dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian seluruh proyek.
Selesai
Paling Lambat (Latest Finish-LF) yaitu waktu terakhir suatu aktivitas dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. Proses yang digunakan untuk menentukan jadwal waktu setiap aktivitas adalah two-pass yang terdiri dari forward pass (ES dan EF) dan backward pass (LS dan LF). Forward pass dan backward pass menggunakan notasi untuk menunjukkan jadwal-jadwal aktivitas pada jaringan proyek dengan jelas (Gambar 2.11).
Gambar 2.10 Perbandingan Pemakaian Jaringan AON dan AOA Sumber : Heizer & Render : 2011
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Aturan Waktu Mulai Paling Awal adalah sebelum suatu aktivitas dapat dimulai, semua pendahulu langsung harus diselesaikan. Jika suatu aktivitas hanya mempunyai satu pendahulu langsung maka ES-nya sama dengan EF dari pendahulunya. Jika suatu aktivitas mempunyai beberapa pendahulu langsung maka ES-nya adalah nilai maksimum dari semua EF pendahulunya, yaitu : ES = Max (EF semua pendahulu langsung). Aturan Waktu Selesai Paling Awal adalah waktu selesai paling awal (EF) dari suatu aktivitas jumlah dari waktu mulai paling awal (ES) dan waktu aktivitas itu sendiri, yaitu : EF = ES + Waktu aktivitas. Aturan Waktu Selesai Paling Lambat adalah sebelum suatu aktivitas dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu aktivitas hanya pendahulu langsung dari satu aktivitas maka LF-nya sama dengan LS dari aktivitas yang secara langsung mengikutinya. Jika suatu aktivitas adalah pendahulu langsung dari lebih dari satu aktivitas maka LF adalah nilai minimum dari seluruh nilai LS dari aktivitas-aktivitas yang secara langsung mengikutinya, yaitu : LF = Min (LS dari seluruh aktivitas yang langsung mengikutinya). Aturan Waktu Mulai Paling Lambat adalah waktu mulai paling lambat (LS) dari suatu aktivitas adalah selisih dari waktu selesai paling lambat (LF) dan waktu aktivitasnya, yaitu : LS = LF – Waktu aktivitas. Setelah menghitung waktu paling awal dan waktu paling lambat dari semua aktivitas, maka menemukan jumlah waktu longgar (slack time) atau waktu bebas yang dimiliki setiap aktivitas menjadi mudah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Slack adalah waktu luang yang dimiliki oleh sebuah aktivitas untuk dapat diundur pelaksanaannya tanpa menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Slack = LS – ES atau LF – EF. Aktivitas dengan slack = 0 disebut sebagai aktivitas kritis (critical activity) dan berada pada jalur kritis. Jalur kritis (critical path) adalah jalur yang tidak terputus melalui jaringan proyek yang mulai pada aktivitas Pertama proyek, berhenti pada aktivitas terakhir proyek, dan hanya terdiri dari aktivitas-aktivitas kritis (aktivitas yang tidak mempunyai waktu longgar). Dalam mengenali semua waktu paling awal dan paling lambat serta jalur kritis terkait, waktu penyelesaian suatu aktivitas memiliki variasi yang banyak dan bergantung pada faktor-faktor tertentu. Hal ini berarti kita tidak dapat mengabaikan pengaruh variabilitas waktu aktivitas saat melakukan penjadwalan proyek, maka kita dapat mengatasinya dengan PERT. Menurut Render & Heizer (2011), PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu aktivitas tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi rentang (range). PERT menggunakan distribusi probabilitas berdasarkan tiga perkiraan waktu (three times estimates) untuk masing-masing aktivitas, yaitu : 1) a = waktu optimistis (optimistic time). Waktu
tersingkat
untuk
menyelesaikan
aktivitas
bila
segala
sesuatunya berjalan mulus sesuai rencana. Waktu demikian diungguli
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
hanya sekali dalam seratus kali bila aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. 2) m = waktu realistis (most likely time). Waktu yang paling sering terjadi atau realistis dibanding dengan yang lain bila aktivitas dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. 3) b = waktu pesimistis (pessimistic time). Waktu yang paling lama untuk menyelesaikan aktivitas, yaitu bila segala sesuatunya tidak diharapkan. Waktu demikian dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila aktivitas tersebut dilakukan berulangulang dengan kondisi yang hampir sama. Metode PERT menggunakan teori probabilitas untuk mengkaji dan mengukur ketidakpastian serta mencoba menjelaskan secara kuantitatif. Teori probabilitas dengan kurva distribusinya akan menjelaskan arti tiga angka tersebut yang merupakan range time. Nama Kegiatan / Simbol
Mulai Terdahulu
Mulai Terakhir
A ES
EF
LS
LF 2
Selesai Terdahulu
Selesai Terakhir
Lama Kegiatan
Gambar 2.11 Notasi pada Titik untuk Forward dan Backward Pass Sumber : Heizer & Render : 2011
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
6. Critical Path Method (CPM) Menurut Levin & Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek proyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. CPM adalah model manajemen proyek yang mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis (Siswanto, 2007). CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan. Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis) dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponenkomponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama. Menurut Heizer & render (2006), CPM membuat asumsi bahwa waktu kegiatan diketahui pasti, hingga hanya diperlukan satu faktor waktu untuk tiap kegiatan. Pada CPM dipakai cara “deterministik”, yaitu memakai satu angka estimasi. Jadi, disini kurun waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dianggap diketahui, kemudian pada tahap berikutnya, diadakan pengkajian lebih lanjut untuk memperpendek kurun waktu, misalnya dengan menambah biaya atau time cost trade-off atau crash program.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
7. Perbedaan PERT dan CPM Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah sebagai berikut : a. PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah pernah dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluator. b. Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat, terlama serta terlayak, sedangkan pada CPM hanya memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek. c. Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya. d. Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil), sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan. 8. Durasi Proyek Durasi proyek adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan proyek, Fajarwati & Maharany ( 2006). Bahwa faktor yang berpengaruh dalam menentukan durasi pekerjaan adalah volume pekerjaan, metode kerja (construction method), keadaan lapangan, serta keterampilan tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan proyek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
9. Analisis Optimasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian analisis optimasi dipecah menjadi dua, yaitu analisis dan optimasi. Analisis (analisis data) diartikan sebagai penelaahan dan penguraian atas data hingga menghasilkan simpulan simpulan, sedangkan optimasi (optimalisasi) diartikan sebagai pengoptimalan, yaitu proses, cara, perbuatan untuk menghasilkan yang paling baik. Maharany & Fajarwati (2006) menjelaskan bahwa analisis optimasi merupakan suatu proses penguraian data-data awal dengan menggunakan suatu metode sebelumnya. Dalam penelitian ini, analisis optimasi diartikan sebagai suatu proses penguraian durasi proyek untuk mendapatkan percepatan durasi yang paling baik (optimal) dengan menggunakan berbagai alternatif ditinjau dari segi biaya. Proses memperpendek waktu kegiatan dalam jaringan kerja untuk mengurangi waktu pada jalur kritis, sehingga waktu penyelesaian total dapat dikurangi disebut sebagai crashing proyek, (Render & Heizer, 2005). Kondisi yang diobservasi model CPM antara lain kondisi penyelesaian proyek secara normal dan kondisi penyelesaian proyek yang dipercepat. Menurut Siswanto (2007), dari dua kondisi yang diobservasi, model CPM menurunkan empat macam parameter, yaitu a. Waktu penyelesaian normal atau waktu normal (Wn) b. Biaya penyelesaian normal atau biaya normal (Bn) c. Waktu penyelesaian yang dipercepat atau waktu cepat (Wc) d. Biaya penyelesaian yang dipercepat atau biaya cepat (Bc)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Gambar 2.12 Empat Parameter Model CPM Sumber : Operations Research Jilid 2, 2007 Garis yang menghubungkan kedua titik ( ) disebut kurva waktu-biaya. Menurut Soeharto (1995), jika diketahui bentuk kurva waktu-biaya suatu kegiatan, artinya dengan mengetahui berapa slope atau sudut kemiringannya, maka bisa dihitung berapa besar biaya untuk mempersingkat waktu satu hari.
10.
Membuat WBS (Work breakdown structure) WBS adalah peta proyek, penggunaan WBS membantu meyakinkan
manajer proyek bahwa semua produk dan elemen perkejaan telah didefinisikan, untuk mengintegrasikan proyek dengan organisasi saat ini, dan untuk membangun basis pengendalian ( Larson
& Gray, 2006). Pengelompokan utama yang
biasanya digunakan untuk membuat hierarki WBS seperti (Gambar 2.13)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Tingkat
Pembagian Hierarkis
Deskripsi
1
Proyek
2
Deliveriabel
3
Subdeliveriabel
Deliveriabel pendukung
4
Subdeliveriabel Paling rendah
Tingkat tanggung jawab manajemen terendah
5
Proyek Subdeliveriabel Akun biaya*
Paket kerja
Proyek lengkap
Deliveriabel utama
Pengelompokan paket kerja untuk memonitor kemajuan dan tanggung jawab Aktivitas kerja yang dapat diidentifikasi
Gambar 2.13 Hierarki WBS Sumber : Larson & Gray : 2006
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu
NO
Peneliti dan Tahun
Studi Kasus
Metode Analisis
Hasil
1
Anggara Hayun A (2005)
PERENCANA AN DAN PENGENDAL IAN PROYEK STUDI KASUS FLY OVER AHMAD YANI, KARAWANG
Metode CPM dan PERT
Waktu normal yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek Fly Over Ahmad Yani Karawang adalah selama 227 hari dan memerlukan biaya sebesar Rp 672.590.100 apabila berdasarkan ES dan apabila berdasarkan LS adalah sebesar Rp. 673.230.000 . Namun, setelah dilakukan percepatan waktu, maka didapatkan biaya optimal. didapatkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek adalah 184 hari dengan total biaya sebesar Rp. 700.375.000 apabila berdasarkan ES dan apabila berdasarkan LS adalah sebesar Rp. 700.375.100
2
Bram Iskumara Gumilang, Dwijanto & Mulyono (2014)
OPTIMALISA SI PENJADWAL AN PROYEK (STUDI KASUS PEMBANGU NAN RUSUNAWA KARANGRO TO SEMARANG)
Metode CPM dan PERT
Berdasarkan metode PERT-CPM penjadwalan proyek pembangunan rusunawa berbasis desain prototype T24 Karangroto, Semarang Jawa Tengah diperlukan waktu selama 214 hari. Dalam hal ini, metode PERT CPM lebih optimal karena lebih menghematwaktu. Lintasan kritis terdiri dari 46 kegiatan dari 104 kegiatan yang ada pada proyek tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
NO
3.
Peneliti dan Tahun
Muhammad Rizki Ridho dan Syahrizal (2012)
Studi Kasus
Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan di Jl. Gaperta Medan, Sumatera Utara.
Metode Analisis
PERT DAN CPM
Hasil
Dengan menggunakan metode CPM Proyek Pembangunan Gedung Badan Pusat Statistik kota Medan dapat selesai dalam jangka waktu 112 hari, dan lintasan kritis terletak pada kegiatan AB1-C1-C5-B8. 1. Dengan menggunakan metode PERT, Proyek Pembangunan Gedung Badan Pusat Statistik kota Medan paling cepat dapat diselesaikan selama 95 hari dengan kemungkinan 0,28 %, paling lambat dapat diselesaikan selama 114 hari dengan kemungkinan 99,98 %, paling mungkin diselesaikan selama 103,47 hari ~ 104 hari dengan kemungkinan 47,21 %. 2. Dengan alternatif penambahan 1 jam waktu kerja proyek dapat diselesaikan selama 100 hari atau dapat dipercepat selama 12 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp.5,013,158.81 dan besar cost slope Rp.417.763.23/hari. 3. Dengan alternatif penambahan 3 jam waktu kerja maka proyek dapat diselesaikan selama 87 hari atau dapat di percepat selama 25 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp.24,661,803.25 dan besar cost slope Rp.986,472.13/hari.
Jurnal Internasional 1.
Siddharth Chatwal (2014)
APPLICATION OF PROJECT SCHEDULING IN A BOTTLING
PERT dan CPM
Waktu yang dibutuhkan semula sekitar 15 bulan. Waktu optimum yang dibutuhkan adalah 13 bulan dan 25 hari. Selain itu, terdapat jalur kritis dan waktu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
UNIT STARTUP USING
kegiatan hingga hampir 246 hari. Kegiatan yang dilewati jalur kritis dari sewa tanah (1), analisis uji air (2), mendapatkan lisensi pendirian (4), penggalian tanah dan meratakan (5), pembangunan dinding dan pagar (6) tanah dan, bangunan baku penyimpanan bahan (7), tata letak garis dan jalan (13), mesin memesan (14), mendapatkan tenaga kerja (19), instalasi (20) dan persetujuan akhir (22).
Sumber : Berbagai Jurnal Penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
B. Rerangka Konseptual Perencanaan dan pengendalian suatu proyek merupakan suatu aktivitas-aktivitas melalui koordinasi waktu dan biaya dalam menyelesaikan semua pekerjaan dan melaksanakan pengalokasian sumber daya yang ada pada masing-masing aktivitas. Agar semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan biaya yang efisien, manajemen proyek menetapkan dan mengoordinasikan tujuan proyek serta merencanakan dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran atau tujuan secara efisiensi dalam pelaksanaan proyek. Tujuan proyek biasanya dinyatakan dalam bentuk penghematan waktu dan biaya produksi, digambarkan dalam Rerangka Konseptual (Gambar 2.14).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Input Proyek yang Akan dijalankan “Perancangan Whiz Hotel Yogyakarta”
-
WBS Total Cost
Analisa data Proyek dengan Metode PERT dan CPM
Percepatan waktu
-
Schedule Project
Efisiensi Biaya
Pererncana Perencanaan Proyek yang Efektif dan Efisien
TIDAK
YA PELAKSANAAN PROYEK
Gambar 2.14 Rerangka Konseptual Sumber : Dikembangkan untuk penelitian, 2017 Dalam gambar Rerangka konseptual di atas menunjukkan bahwa proyek yang akan segera dilaksanakan membutuhkan suatu perencanaan yang matang
dengan menggunakan dan perhitungan metode PERT dan CPM
diharapkan menghasilkan suatu perencanaan proyek yang efisien dan efektif
http://digilib.mercubuana.ac.id/