BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN
A. Kajian Pustaka 1. Pendapatan Pendapatan umumnya yaitu jumlah yang dibebankan kepada langganan atas barang dan jasa yang dijual dan merupakan aliran masuk aset yang diterima perusahaan dari aktivitas usahanya dimana setiap perusahaan berbeda dalam memberikan sebutan seperti penghasilan jasa, bunga, deviden, royalti, dan sewa tergantung jenis usaha yang dilakukannya. FASB (Financial Accounting Standart Board) dalam Statement of Financial Accounting Concept No. 6 paragraf 78, yang dikutip oleh Sofyan (2012:244) mendefinisikan pendapatan sebagai berikut: ”Revenues are inflows or other enchancements of assets of an entity or settlements of its lialibities(or condition of both) from delivering or producting goods,rendering services,or other activities that constitute the entity’s on going major or central operation.” Definisi ini jelas menggambarkan pendekatan assets liabilities. Namun menimbulkan kekacauan antara pengakuan dan saat pengakuan dalam pendapatan. Pada umumnya aset akan bertambah atau liabilitas akan berkurang pada saat penjualan terjadi atau pada saat pengiriman barang
9
10
dan jumlah pendapatan secara tradisional ditentukan dengan melakukan pengukuran terhadap rupiah yang diterima. Pendapatan merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah perusahaan,
karena
pendapatan
mundurnya suatu perusahaan.
Oleh
akan
dapat menentukan
karena
itu, perusahaan
maju harus
berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh pendapatan yang diharapkannya. Aktivitas perusahaan untuk
memperoleh pendapatan
tersebut diperoleh dari hasil kegiatan penjualan produksi, pemberian jasa dan persetujuan dengan pihak lain untuk menggunakan sumber daya perusahaan dengan imbalan bunga, sewa, royalti, honorarium dan lainnya. Di dalam
pengelolaan
pendapatan
tersebut
diperlukan
manajemen
khusus agar proses perolehan pendapatan dan pengalokasian pendapatan dapat dilaksanakan secara tepat dan cepat.
a. Pengertian Pendapatan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012:23.2) yaitu: “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.” Definisi yang diberikan oleh IAI di atas menyatakan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus bruto dari manfaat ekonomi yang
11
diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk entitas itu sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga seperti pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh karena itu, hal tersebut harus dikeluarkan dari pendapatan. Pendapatan yang diperoleh akan mengakibatkan bertambahnya aset atau kewajiban berkurang yang pada akhirnya akan mengakibatkan kenaikan ekuitas pemilik. Secara luas, pendapatan termasuk seluruh hasil perusahaan dan kegiatan investasi. Dengan kata lain menurut Hery (2009:106) mendefinisikan pendapatan sebagai berikut: ”Seluruh perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, yang timbul dari kegiatan produksi (penjualan barang dan pemberian jasa), dan dari keuntungan yang berasal dari penjualan aktiva maupun hasil investasi lainnya.” Pandangan ini dianut oleh Committee on Terminology yang dikutip dalam buku Sofyan (2012:243) yang menjelaskan definisi pendapatan sebagai berikut: “Pendapatan sebagai hasil dari penjualan barang atau jasa yang dibebankan kepada langganan atau mereka yang menerima jasa.” Sedangkan pengertian pendapatan menurut Keiso, Weygandt, dan Warfield (2011:955) diartikan sebagai: ”Arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi selama satu periode yang timbul dalam aktivitas normal suatu entitas ketika arus
12
masuk
mengakibatkan
kenaikan
ekuitas, selain kenaikan yang
berkaitan dengan kontribusi dari peserta ekuitas.” Pendapatan menyatakan adanya arus kas masuk atau ekuivalen dengan kas secara nyata atau diharapkan ataupun penyelesaian liabilitas yang berasal dari aktivitas yang merupakan suatu kegiatan operasi utama yang terus berkelanjutan dari suatu entitas. Pertambahan aset yang berasal adari pendapatan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya berbentuk kas, klaim pada pelanggan (piutang), penerimaan atau jasa lainnya, atau peningkatan nilai dari suatu produk yang dihasilkan dari suatu produksi. Konsep pendapatan dapat ditinjau dari dua sudut pandang terdiri dari: 1. Pendapatan menurut ilmu ekonomi Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam seminggu dengan mengharapkan keadaan yang sama
pada akhir periode seperti
keadaaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada pola kuantitatif pengeluaran terhadap
konsumsi selama satu periode.
Secara garis besar, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama suatu periode, bukan hanya yang dikonsumsi. Defenisi pendapatan menurut ilmu ekonomi ini menutup kemungkinan lebih dari total
13
harta kekayaan badan usaha pada awal periode, dan menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir periode. 2. Pendapatan menurut akuntansi Pendapatan sebagai salah satu faktor penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Banyak konsep pendapatan yang didefenisikan dari berbagai literatur dan teori akuntansi. Namun pada dasarnya konsep pendapatan dapat ditelusuri dari dua sudut pandang, yaitu : a. Pandangan
yang
menekankan
pada
pertambahan
atau
peningkatan jumlah aset yang timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan (inflow concept). b. Pandangan yang menekankan pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta penyerahan barang dan jasa kepada konsumen atau produsen lainnya (outflow concept).
Dari dua sudut pandang konsep pendapatan menurut ilmu akuntansi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan keseluruhan peningkatan jumlah aset atau pengurangan suatu liabilitas yang berasal dari penjualan barang dagangan atau aktia usaha lainnya dalam suatu periode kecuali peningkatan aset dari pembelian aset, investasi oleh pemilik dari koreksi laba rugi tahun yang lalu.
14
b. Pengertian Pendapatan Premi Salah satu hal dalam mempertahankan going concern suatu perusahaan, biasanya diperlukan adanya dana atau penerimaan kas. Setiap perusahaan akan selalu berusahaa untuk dapat meningkatkan jumlah penerimaan kas yang masuk dan meminimalisasi biaya operasional yang harus dikeluarkan. Penerimaan kas yang diperoleh oleh perusahaan asuransi yaitu berasal dari hasil penjualan polis-polis asuransi. Dari penjualan polis-polis asuransi tersebut yang nantinya akan diperoleh pendapatan premi sebagai salah satu sumber penerimaan kas. Definisi pendapatan premi menurut Investopedia (2014) yaitu: "In insurance, revenues that an insurer receives as premiums paid by its customers for insurance products. When a customer purchases an insurance product, such as a health insurance policy, the customers cost for a specified term of the policy is called the premium.” Artinya bahwa pendapatan premi merupakan pendapatan (revenue) bagi perusahaan asuransi yang diperoleh dari pihak tertanggung dari hasil aktivitas produk asuransi (polis asuransi). Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI 2012: 28.2)
terkait dengan pengertian pendapatan premi yaitu:
15
“Pendapatan premi adalah premi yang diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi jangka pendek diakui sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan.” Didalam transaksi asuransi berlaku istilah ”No Premium No Insurance”, jadi apabila
premi
belum
dibayar
lunas
maka
penanggung belum terikat dalam transaksi untuk membayar ganti rugi kalau timbul resiko. Premi ini biasanya ditetapkan sekian persen dari jumlah yang dipertanggungkan. Dalam
asuransi
yang
dimaksud
dengan
premi
adalah
pembayaran sejumlah uang oleh seorang pemegang polis kepada perusahaan
asuransi
sehubungan
dengan
adanya
perjanjian
pertanggungan yang dituangkan dalam polis asuransi. Martono (2013 : 154) mengemukakan bahwa: "Premi asuransi adalah suatu jumlah dalam nilai uang yang merupakan
kewajiban
tertanggung
karena
telah
mengadakan
pertanggungan kepada perusahaan asuransi yang harus dibayar oleh tertanggung. “ Dengan demikian premi asuransi merupakan: 1. Imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin diderita tertanggung.
16
2. Imbalan jasa atas jaminan perlindungan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung dengan menyediakan sejumlah uang terhadap resiko. Dapat diambil garis besarnya bahwa premi merupakan kontra prestasi dari pemegang polis kepada perusahaan asuransi sebagai akibat dari dialihkannya resiko kerugian kepada pihak perusahaan asuransi. Dari pengertian pendapatan dan premi asuransi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendapatan premi adalah penerimaan perusahaan asuransi dari hasil penjualan produk yang ditawarkan kepada masyarakat yaitu berupa polis asuransi dalam suatu periode akuntansi. Setelah perusahaan asuransi menerima premi, berarti perusahaan
tersebut
telah
menerima
resiko-resiko
yang
dipertanggungkan kepadanya, sebagai bukti bahwa perusahaan telah mengeluarkan polis asuransi.
2. Beban Beban (expense) dapat diartikan sebagai pemakaian barang dan jasa dalam proses memperoleh pendapatan. Dalam hal ini tersirat dua pengertian yaitu adanya pemakaian atau aktivitas menghabiskan barang atau jasa, dan nilai – nilai barang dan jasa ini menjadi habis pada saat produk perusahaan ditransfer kepada pembeli.
17
Beban didefinisikan oleh FASB dalam Statement of Financial Accounting Concept No. 6 paragraf 78, yang dikutip oleh Sofyan (2012 : 244) yang menyatakan sebagai berikut : “Expense are outflows or other using up of asset of incurrence of liabilities (or combination of both) from delivering or producting goods, rendering service or carriying out other activities that constitute the antity’s on going major or central operation.” Definisi ini mewakili pendekatan assets-liabilities yang kuat. Sekali lagi, FASB mungkin memandang kedepan dalam mempergunakan defenisi ini. Dalam praktiknya, meskipun pengakuan beban terus dipedomani oleh sifat ortodoks revenue-expense yang kuat dimana beban ditandingkan (matched) untuk mengakui pendapatan. Beban menyatakan adanya arus kas keluar atau berkurangnya aset seperti kas atau setara kas, persediaan, dan aset tetap yang terjadi sebagai akibat dari operasi yang berkesinambungan dari perusahaan. Aset yang keluar dan timbulnya hutang terjadi disebabkan berbagai sebab, misalnya penyerahan unit produksi, penggunaan jasa tenaga kerja, pemakaian listrik, dan sebagainya. Pada intinya beban merupakan arus keluar sumber daya yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan yang umumnya diakibatkan penyelesaian pertukaran ekonomi. Pengeluaran beban mengakibatkan ekuitas pemilik menurun. Dari sisi persamaan akuntansi, dengan asumsi
18
bahwa liabilitas tidak mengalami peningkatan, maka ekuitas pemilik akan menurun untuk mengimbangi penurunan aset.
a. Pengertian Beban Pengertian beban menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 70 (2012) adalah sebagai berikut: “Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.” Istilah
beban
yang
merupakan
konsep
arus
yang
menggambarkan perubahan yang tidak menguntungkan dalam sumber daya
perusahaan.
Tetapi
tidak
semua
perubahan
yang
tidak
menguntungkan termasuk dalam beban. Definisi beban menurut Darsono (2009 : 19) adalah: “Beban atau expenses ialah pengeluaran untuk mendapatkan pendapatan pada suatu periode tertentu; beban atau expenses dikurangkan pada pendapatan untuk memperoleh laba.” Sementara menurut Atkinson et al (2009 : 89) definisi dari beban yaitu sebagai berikut:
19
“Beban adalah biaya aset yang diyakini oleh akuntan keuangan sebagai biaya yang telah dikeluarkan setelah barang atau jasa dijual. Sehingga siklusnya adalah pengeluaran menciptakan aset yang menjadi beban saat aset tersebut dijual.” Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa beban adalah penggunaan barang dan jasa dalam proses memperoleh pendapatan. Definisi beban meliputi baik kerugian maupun beban yang ditimbulkan selama pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban tersebut biasanya berbentuk arus kas atau berkurangnya aktivitas seperti kas (dan setara kas), persediaan dan aset tetap. Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian tersebut mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi ,dan pada hakekatnya tidak berbeda dengan beban lain. Beban dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu : 1.
Biaya yang berhubungan dengan penghasilan pada periode itu.
2.
Biaya yang dihubungkan dengan periode tertentu yang tidak dikaitkan dengan pendapatan.
3.
Biaya yang karena alasan praktis tidak dapat dikaitkan dengan periode mana pun.
20
Beban seringkali disamakan dengan biaya (cost). Namun sebenarnya terdapat perbedaaan diantara keduanya. Menurut Mulyadi (2012 : 48), biaya dapat didefinisikan dalam arti luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti luas, biaya yaitu: “pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang sudah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Pengertian biaya dalam arti sempit yaitu, “pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aset”. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari definisi biaya berikut ini : Biaya adalah suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal perolehan dinyatakan dengan pengurangan atau aset lainnya pada saat ini atau pada masa yang akan datang. Sementara itu beban didefinisikan sebagai berikut: “Beban adalah pengurangan aset netto akibat digunakannya jasa-jasa ekonomis untuk menciptakan pendapatan atau karena pengenaan pajak oleh badanbadan pemerintah”. Beban
dihitung
menurut
jumlah
penggunaan
aset
dan
pertambahan liabilitas yang berkaitan dengan produksi, pengiriman barang serta pemberian jasa. Dalam arti yang terluas, beban mencakup semua biaya yang telah habis dipakai (expired) yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
21
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan ekonomis untuk memperoleh pendapatan. Konsep biaya dan beban sering dipakai bergantian. Bila manfaat akuisisi barang dan jasa kadaluarsa, biaya kan menjadi beban atau kerugian. Beban adalah biaya dengan manfaat yang kadaluarsa.
b. Pengertian Beban Klaim Istilah beban dalam perusahaan asuransi dihubungkan dengan pendapatan premi yang dapat dinyatakan sebagai pengeluaran yang secara langsung atau tidak langsung dalam rangka menghasilkan pendapatan dalam satu periode atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomi untuk masa berikutnya. Yang dimaksud dengan beban adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa. Untuk penetapan laba periodik yang wajar, seyogyanya dilakukan pisah batas yang layak atas beban pada awal dan akhir periode yang bersangkutan. Beban klaim merupakan salah satu kategori beban dalam perusahaan asuransi kerugian menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012: 28.3) yaitu dengan definisi sebagai berikut: “Beban klaim adalah beban yang sehubungan dengan terjadinya peristiwa kerugian terhadap objek asuransi yang dipertanggungkan, meliputi klaim yang disetujui, klaim dalam proses penyelesaian, klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesaian klaim.”
22
Klaim sendiri didefinisikan oleh Martono (2013:155) adalah : “Klaim adalah suatu tuntutan ganti rugi dari tertanggung terhadap penanggung (asuradur) apabila terjadi sesuatu accident atau barang atau objek pertanggungan.“ Kemudian menurut Mulyadi (2013 : 14) pengertian klaim adalah: “Klaim dalam istilah asuransi diartikan sebagai permintaan atau tuntutan pembayaran manfaat sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam polis asuransi.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa beban klaim adalah beban yang timbul akibat ganti rugi yang dibayarkan atau yang menjadi liabilitas kepada tertanggung dari pihak penanggung atau perusahaan asuransi (ceding company) sehubungan dengan telah terjadinya kerugian.
3. Jenis Pendapatan dan Beban a. Jenis Pendapatan Pendapatan umumnya merupakan sesuatu yang diterima oleh perusahaan
yang menambah
harta perusahaan
tersebut,
tetapi
penambahan itu terjadi bukan karena adanya pembelian investasi dalam perusahaan. Pada dasarnya pendapatan itu timbul dari penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi
23
tersebut. Pendapatan dapat timbul dari penjualan, proses produksi, pemberian jasa, termasuk pengangkutan dan proses penyimpanan. Adapun jenis – jenis pendapatan pada perusahaan asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut : a. Pendapatan Operasional Pendapatan operasional merupakan sumber utama pendapatan perusahaan. Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan dan usaha perusahaan serta terjadinya berulang–ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya. Dalam perusahaan asuransi, pendapatan dari operasional pada dasarnya adalah pendapatan
premi
dari operasional perusahaan. Perusahaan
asuransi kerugian menyelenggarakan jasa dalam pengambil alihan risiko berarti perusahaan ini memperoleh premi, maka premi ini merupakan pendapatan operasional perusahaan. b. Pendapatan Non Operasional Pendapatan non operasional adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber lain diluar kegiatan utama perusahaan. yaitu pendapatan dari : 1. Hasil Investasi. 2. Laba Kurs Transaksi. 3. Laba Penyesuaian Kurs Akhir Tahun. 4. Laba Penyesuaian Aset. 5. Bunga Jasa Giro.
24
6. Laba Non Operasional Lainnya. (Pendapatan yang diterima tersebut tidak ada hubungannya dengan aktivitas normal dan tidak secara rutin diterima perusahaan namun menunjang pendapatan operasional perusahaan).
b. Jenis Beban Beban merupakan arus keluar atau berkurangnya harta perusahaan, tetapi penurunan itu bukan disebabkan oleh pembagian kepada pemilik modal. Beban umumnya muncul dari penjualan, proses produksi, penyerahan jasa ataupun kegiatan lainnya yang merupakan operasi normal perusahaan dalam periode tertentu. Dalam perusahaan asuransi secara umum beban dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu: a. Beban Langsung, yaitu beban yang secara langsung dikaitkan dengan dengan pendapatan usaha asuransi. Beban yang termasuk dalam kelompok ini harus dilaporkan dalam periode diakuinya pendapatan, contohnya yaitu: komisi, klaim, kenaikan/penurunan estimasi klaim tanggungan sendiri dan beban underwriting ruparupa. b. Beban Tidak Langsung, yaitu beban yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan pendapatan usaha asuransi. Termasuk dalam kelompok ini adalah beban yang timbul dari alokasi beban
25
secara sistematis sepanjang periode yang memperoleh manfaat, seperti beban penyusutan hak atas tanah, bangunan dan peralatan, amortisasi aset tak berwujud, dan sebagainya, kecuali terhadap aset yang dipergunakan secara langsung dalam operasi.
4. Asuransi Awal mula asuransi di Indonesia bermula dari beberapa negara. Salah satunya istilah asuransi diadaptasikan berasal dari bahasa Belanda, yaitu assurantie (asuransi), verzekering (pertanggungan), dan geassureerde (tertanggung). Kemudian di Prancis disebut assurance yang berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi. Sedangkan dalam bahasa latin disebut assecurare yang artinya meyakinkan orang. Di Inggris sendiri digunakan istilah insurance dan assurance yang mempunyai pengertian yang sama. Istilah insurance digunakan untuk asuransi kerugian yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin terjadi sedangkan istilah assurance digunakan untuk asuransi jiwa yang berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi. Sesuai dengan arti - arti kata tersebut, usaha asuransi merupakan usaha pertanggungan atau pengalihan resiko. Dengan adanya usaha
ini
orang
dapat
mengalihkan
pertanggungan
yang sedapat
mungkin memperkecil resiko atas peristiwa yang mungkin akan dialami kepada perusahaan asuransi, dengan cara memberikan jaminan dan ganti rugi atas peristiwa tersebut. Selain itu perusahaan asuransi merupakan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat yang dapat
26
mendukung
investasi
dalam menunjang pembangunan dan ekonomi
Negara.
1. Definisi Asuransi Definisi asuransi beragam dan secara sepintas tidak ada kesamaan definisi satu dengan definisi lainnya. Masing-masing definisi mempunyai sudut pandang masing-masing dalam memandang asuransi. Asuransi dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian seperti yang dikutip oleh Kasmir (2013 : 262) adalah sebagai berikut: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.” Sementara menurut pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia mengenai asuransi yang dikutip oleh Mulyadi (2013:7) adalah: “Asuransi adalah perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikrarkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.” Pengertian dari Irham (2013: 13) mendefinisikan asuransi adalah sebagai berikut:
27
“Asuransi merupakan sebuah lembaga yang didirikan atas dasar
untuk menstabilkan kondisi bisnis dari berbagai risiko yang mungkin terjadi, dengan harapan pada saat risiko dialihkan ke pihak asuransi maka perusahaan menjadi lebih fokus dalam menjalankan usaha.” Sedangkan pengertian asuransi menurut Herman (2010:2-3), asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat lima aspek, yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan matematika. Yaitu dijelaskan sebagai berikut : a. Aspek Ekonomi : metode untuk mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan. b. Aspek Hukum : kontrak pertanggungan resiko antara tertanggung dengan penanggung. c. Aspek Bisnis : perusahaanyang usaha utamanya menerima/ menjual jasa, pemindahan resiko dari pihak lain dan memperoleh keuntungan dengan berbagi resiko di antara sejumlah besar nasabahnya. d. Aspek Sosial : organisasi sosial yang menerima pemindahan reisko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggota guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota tersebut. e. Aspek Matematika : merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan resiko.
28
Dari definisi tentang asuransi di atas dapat diketahui bahwa terdapat unsur-unsur yang terlibat dalam asuransi yaitu terdiri dari : 1. Penanggung atau insurer adalah pihak yang memberikan proteksi atau penyedia jasa asuransi yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung sekaligus secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatuyang mengandung unsur tak tertentu. 2. Tertanggung atau insured adalah si penerima proteksi atau pemakai jasa asuransi yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur. 3. Peristiwa atau accident yang tidak diduga atau tidak diketahui sebelumnya atau peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian oleh peristiwa itu. 4. Kepentingan atau interest yang diasuransikan yang mungkin akan mengalami kerugian disebabkan oleh peristiwa tersebut.
Dan seiring dengan perkembangannya, asuransi dirasakan banyak memberikan manfaat bagi perseorangan ataupun dunia usaha, berikut ini beberapa manfaat dari asuransi menurut Herman (2010:4) yaitu sebagai berikut :
29
1.
Asuransi melindungi resiko investasi Seperti halnya resiko yang dikaitkan dengan individu-individu,
maka usaha-usaha untuk mencari rasa aman (tanpa menanggung resiko) pun akan menghalangi kegiatan usaha yang mungkin dapat memberikan keuntungan besar. Dalam praktiknya, sebelum gedung atau pabrik dibangung, terlebih dahulu pengembang akan merundingkan program asuransi untuk melindungi pelaksanaan kegiatannya dari hari ke hari. 2.
Asuransi sebagai sumber dana investasi Dalam
perjalanan
hidupnya
perusahaan-perusahaan
asuransi
mampu menghimpun (dalam bentuk premi asuransi) dalam jumlah yang tidak kecil. Penginvestasian kembali dana-dana tertsebut merupakan sumber
modal
yang
sangat
berarti
dalam
mempercepat
laju
perkembangan ekonomi. 3.
Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit Kreditor lebih percaya pada perusahaan yang resiko kegiatan
usahanya diasuransikan. Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan keadaan perusahaan serta kekayaannya yang ada saat ini, tetapi juga sejauh mana perusahaan tersebut telah melindungi diri dari kejadiankejadian yang tidak terduga di masa depan. Cara untuk memperoleh perlindungan tersebut adalah dengan memiliki premi asuransi.
30
4.
Asuransi dapat mengurangi rasa kekhawatiran Fungsi Primer dari asuransi adalah menguransi kekhawatiran akibat
ketidakpastian. Perusahaan asuransi tidak kuasa mencegah terjadianya kerugian-kerugian tak terduga. Jadi, perusahaan asuransi tidaklah mengurangi ketidakpastian terjadinya penyimpangan yang tidak diharapkan itu. Akan tetapi, perusahaan asuransi dapat mengurangi ketidakpastian beban ekonomi dari kerugian yang tidak pasti. 5.
Asuransi mengurangi biaya modal Dalam dunia usaha yang beban reskonya tidak dapat dipindahkan
kepada pihak lain, maka pihak-pihak penanam modal yang bersedia menanggung resiko atas modal yang diinvestasikan tersebut akan menetapkan biaya modal (cost of capital) yang lebih tinggi. 6.
Asuransi menjamin kestabilan perusahaan Perusahaan-perusahaan dewasa ini menyadari arti penting asuransi
sebagai salah satu faktor yang menciptakan goodwill (jasa baik) antara kelompok pimpinan dan karyawan. 7.
Asuransi dapat meratakan keuntungan Dengan berusaha menentukan biaya-biaya “kebetulan” yang
mungkin dialami pada masa yang akan datang melalui program asuransi, pihak perusahaan akan dapat mempertimbangkan atau memperhitungkan biaya tersebut sebagai salah satu elemen dari total biaya untuk produk yang dijual. Dengan demikian dapat dikatakan
31
bahwa asuransi dapat meratakan jumlah keuntungan yang diperoleh dari tahun ke tahun. 8.
Asuransi dapat menyediakan layanan profesional Dunia asuransi dewasa ini sudah semakin banyak yang bergerak di
bidang usaha yang bersifat teknis, lebih-lebih dengan adanya perkembangan pesat dalam bidang teknologi. Usaha-usaha untuk memberikan bantuan teknis baik kepada individu, maupun perusahaanperusahaan sudah semakin disadari oleh perusahaan asuransi. Hal ini dilakukan agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat melakukan operasinya dengan baik dan efisien. 9.
Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian Dewasa ini perusahaan-perusahaan asuransi banyak melakukan
usaha yang bersifat mendorong perusahaan tertanggung untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan kerugian. Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha menyadair bahwa keberhasilan yang dicapai sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk memberikan perlindungan dengan biaya yang cukup wajar 10. Asuransi membantu pemeliharaan kesehatan Usaha lain yang sangat erat hubungannya dengan usaha-usaha yang dilakukan untuk menghindari atau memperkecil penyebab timbulnya kerugian adalah kampanye yang dilakukan oleh perusahan
32
asuransi jiwa kepada pemegang polis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dari pengertian-pengertian tersebut di atas kiranya mengenai definisi asuransi yang dapat mencakup semua sudut pandang sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko yang melekat pada perekonomian dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena resiko yang sama atau hampir sama dalam jumlah yang cukup besar agar kerugiannya dapat diramalkan dan apabila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proporsional oleh semua pihak dalam gabungan ini karena terdapat pihak-pihak yang bersedia membayar kerugian yang tidak sedikit untuk masa yang sekarang agar bisa menghadapi kerugian besar yang mungkin terjadi pada waktu yang akan datang. Atau dengan kata lain asuransi mempunyai sifat untuk mengurangi resiko besar akibat
suatu
peristiwa
yang
dialami
seseorang.
Manfaat dari asuransi adalah rasa aman dan perlindungan dengan memiliki polis asuransi, maka tertanggung akan terhindar dari kerugianlerugian yang timbul. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, semakin besar kemungkinan terjadinya suatu kerugian yang mungkin ditimbulkan, maka semakin besar pula premi yang harus dibayarkan. Polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit. Dan berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.
33
2. Asuransi Kerugian Keberadaan suatu asuransi bukanlah untuk menghilangkan atau membatalkan suatu resiko, melainkan memberikan bantuan keuangan (financial) kepada mereka yang mengalami kerugian akibat dampak resiko tersebut. Contohnya, apabila seseorang memiliki sebuah kendaraan dengan nilai sebesar Rp 500 juta, maka ia dapat meminta penutupan asuransi kepada perusahaan asuransi atas kendaraan tersebut. Seandainya kendaraan tersebut mengalami kehilangan akibat pencurian, maka
ia
akan
menerima
penggantian
keuangan
(financial
compensation), atau bahkan penggantian kendaraan baru dengan tipe kendaraan yang sama dan nilai yang sesuai dengan nilai pasar saat itu dari pihak perusahaan asuransi. Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa asuransi mampu memberikan jaminan keuangan
(financial security)
kepada pihak
tertanggung atas kerugian yang dialami akibat terjadinya risiko sehingga nilai kerugian tersebut dapat diminimalkan.
3. Pengertian Asuransi Kerugian Asuransi keruguan seperti yang terdapat di dalam Undangundang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Asuransi yang dikutip oleh Kasmir (2013:264) yaitu: “Asuransi kerugian menjalankan usaha memberikan jasa untuk menanggulangi suatu risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan
34
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga dari suatu peristiwa yang tidak pasti.” Sedangkan Mulyadi (2013:11) mendefinisikan asuransi kerugian yaitu sebagai berikut: “Asuransi ini menutup biaya ganti rugi atas kerusakan atau musnahnya harta benda yang dipertanggungkan karena sebab-sebab yang telah ditulis dalam perjanjian asuransi.” Dalam mekanisme asuransi kerugian, penanggung akan menerima premidari tertanggung dan apabila terjadi kecelakaan atau musnahnya harta benda yang dipertanggungkan maka penggantian ganti rugi akan dibayarkan kepada tertanggung. Sedangkan pengertian asuransi kerugian menurut Molengraaff seperti yang dikutip oleh Irham (2010:203) : “Asuransi kerugian adalah persetujuan dengan mana satu pihak penanggung mengikatkan diri terhadap yang lain – tertanggung – untuk mengganti kerugian yang dapat diderita oleh tertanggung, karena terjadinya suatu peristiwa yang telah ditunjuk dan yang belum tentu secara kebetulan, dengan mana pula tertanggung berjanji untuk membayar premi.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa asuransi kerugian merupakan salah satu jenis usaha di bidang asuransi yang khusus bergerak dalam pertanggungan atas kemungkinan kerugian harta kekayaan atau properti (property insurance) yang memberikan manfaat jasa-jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul
35
akibat terjadinya peristiwa yang tidak pasti yang mungkin menimpa tertanggung. Setelah perusahaan asuransi kerugian menerima premi berarti perusahaan tersebut menerima resiko-resiko yang dipertanggungkan kepadanya, yang sebagai tanda buktinya dia mengeluarkan polis asuransi. Menurut Herman (2010:101) pengertian perusahaan asuransi kerugian adalah sebagai berikut: “Perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.” Banyak perusahaan yang berani menerima pertanggungan meskipun ada yang dipertanggungkan melebihi batas kemampuan (own retention) asuransi tersebut, baik dari harga pertanggungannya, tingkat kualitas resikonya (degree quality of risk) ataupun dilihat dari segi keduanya. Selisih nilai pertanggungan tersebut akan dipertanggungkan kembali kepada perusahaan asuransi lain dalam bentuk perjanjian reasuransi.
4. Jenis Usaha Asuransi Kerugian Menurut UU No. 2 Tahun 1992, asuransi kerugian yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian,
36
kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Usaha asuransi kerugian menurut Kasmir (2013:264) dapat dibagi sebagai berikut: 1. Asuransi kebakaran yang meliputi kebakaran, peledakan, petir kecelakaan kapa terbang dan lainnya. 2. Asuransi pengangkutan meliputi: a. Marine Hull Policy b. Marine Cargo Policy c. Freight 3. Asuransi aneka yaitu asuransi yang tidak termasuk dalam asuransi kebakaran dan pengangkutan seperti asuransi kendaraan bermotor, kecelakaan diri pencurian, dan lainnya.
5. Karakteristik Usaha Asuransi Kerugian Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Tahun (PSAK 2007) beberapa karakteristik usaha asuransi kerugian antara lain: Usaha asuransi kerugian merupakan suatu sistem proteksi menghadapi resiko kerugian keuangan dan sekaligus merupakan upaya penghimpunan dana masyarakat. a. Pertanggungjawaban
keuangan
kepada
memengaruhi penyajian laporan keuangan.
para
tertanggung
37
b. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya estimasi jumlah premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium), estimasi jumlah klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not reported claims). Dalam menghitung tingkat premi, usaha asuransi kerugian menggunakan asumsi tingkat resiko dan beban. c. Pihak tertanggung (pembeli asuransi) membayar premi asuransi terlebih dulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan kerugian yang diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi tersebut merupakan pendapatan (revenue) bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetujui, perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar klaim asuransi, berapa besar pembayaran itu, dan kalau terjadi, kapan terjadinya. Kontrak asuransi kerugian pada umumnya bersifat jangka pendek. Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada masalah pengakuan pendapatan dan pengukuran beban. d. Jumlah premi yang belum merupakan pendapatan, dan jumlah klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, diestimasi dengan menggunakan metode tertentu. e. Peraturan
perundangan
di
bidang
perasuransian
mewajibkan
perusahaan asuransi kerugian memenuhi ketetntuan kesehatan keuangan misalnya tingkat solvabilitas.
38
6. Pengakuan Pendapatan Premi dan Beban Klaim Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 Industri asuransi, khusunya asuransi kerugian berkembang selaras dengan perkembangan dunia usaha dan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat. Kemajuan dalam dunia usaha dan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat dewasa ini membawa dampak positif terhadap perkembangan perusahaan asuransi kerugian. Kondisi ini menuntut perusahaan
asuransi
kerugian
untuk
melakukan
berbagai
upaya
peningkatan, baik dalam kapasitas maupun operasional dan kondisi keuangan. Sehubungan dengan perkembangan tersebut dan dalam rangka menghadapi globalisasi, disadari bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 mengenai Akuntansi Asuransi Kerugian sudah tidak memadai lagi untuk memenuhi tuntutan perkembangan usaha asuransi kerugian. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyempurnaan selaras dengan perkembangan usaha asuransi kerugian tersebut dan sekarang tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 mengenai Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian. Pernyataan ini menggantikan PSAK 28 (2011) : Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian yag sebelumnya merevisi PSAK 28 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian yang telah dikeluarkan 26 April 1996. Kontrak asuransi kerugian bersifat
jangka pendek. Kontrak
asuransi kerugian bersifat jangka pendek merupakan kontrak yang
39
memberikan proteksi untuk suatu periode yang pasti dan memungkinkan perusahaan asuransi untuk membatalkan
kontrak atau menyesuaikan
persyaratan kontrak pada akhir setiap periode kontrak, seperti penyesuaian premi atau penutupan (coverage) yang diberikan. Pada saat kontrak asuransi disetujui, perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar klaim asuransi, berapa jumlah yang akan dibayar, dan kapan terjadinya. a. Pengakuan Pendapatan Tujuan dari semua usaha tentunya mengacu kepada pendapatan yang didapatkannya untuk meningkatkan nilai perusahaan. Masalah yang dihadapi yaitu pada saat penentuan proses pengakuan pendapatan. Bukti obyektif sangat diperlukan untuk mengakui adanya perubahan nilai aset atau hutang yang akan dicatat sebagai pendapatan. Saat pendapatan telah diakui, beban dapat dicocokkan. Tanpa adanya pengakuan pendapatan, perusahaan tidak bisa melaporkan adanya laba apapun. Pengakuan adalah saat dimana transaksi dicatat dalam pembukuan. Menurut SFAC No.3 yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Salim (2011:516) pengakuan didefinisikan sebagai berikut : “Proses untuk mencatat atau memasukkan secara formal suatu pos dalam akun dan laporan keuangan entitas. Pengakuan tidak sama dengan realisasi, meskipun keduanya kadang-kadang digunakan bergantian untuk menerangkan suatu hal dalam literatur dan praktik akuntansi. Realisasi adalah proses mengkonversi sumber daya dan
40
hak nonkas menjadi uang dan paling tepat digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan dengan mengacu pada penjualan aktiva secara tunai atau klaim atas kas.” Menurut diterjemahkan
Kieso, oleh
pendapatan (revenue
Weygandt,
dan
Warfield
yang
Salim (2011:515-516)
prinsip
recognition
menetapkan bahwa:
principle)
pengakuan
pendapatan diakui pada saat (1) direalisasi dan (2) dihasilkan. Oleh karena itu, pengakuan pendapatan yang tepat meliputi tiga hal: 1.
Pendapatan direalisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau klaim atas kas (piutang).
2.
Pendapatan dapat direalisasi apabila aset yang diterima dalam pertukaran segera dapat dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui.
3.
Pendapatan dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni, apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai. Pengakuan
pendapatan
adalah
saat
dimana
akuntan
menggunakan catatan penjualan dalam jumlah rupiah secara resmi melalui jurnal entri dalam sistem catatan akuntansi formal sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statement keuangan. Pendapatan yang
41
biasanya diperoleh oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu tergantung kepada jenis usaha yang dikelola. Dalam PSAK No. 28 mengenai Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian disebutkan pengakuan pendapatan yang diperoleh perusahaan bergantung pada komponen atau elemen yang membentuk masingmasing pendapatan-pendapatan tersebut. Pendapatan premi diakui saat pencatatannya yaitu pada saat polis diterbitkan. Ini sesuai dengan pengakuan pendapatan yang berdasarkan akrual (accrual basis). Jenis pendapatan yang diterima oleh perusahaan asuransi kerugian menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012:28.2-3) yaitu terdiri dari: 1. Pendapatan premi kontrak asuransi jangka pendek yang diperoleh sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. 2.
Pendapatan premi selain kontrak asuransi jangka pendek yang diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo dari pemegang polis (mengacu pada PSAK 36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa paragraf 60). Dengan kata lain, premi diakui dan dicatat sebagai pendapatan
pada saat polis diterbitkan (accrual basis). Kemudian Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012:28.2) menyebutkan bahwa dalam hal periode polis berbeda secara signifikan dengan periode resiko (misalnya pada
42
penutupan jenis pertanggungan asuransi konstruksi), maka seluruh premi yang diperoleh tersebut diakui sebagai pendapatan selama periode resiko, kecuali sebagai berikut: a.
Jika jumlah premi dapat diestimasi secara layak, maka pendapatan premi diakui selama preiode kontrak dan estimasi jumlah premi tersebut disesuaikan setiap periode untuk mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya.
b.
Jika jumlah premi tidak dapat diestimasi secara layak, maka premi diperlakukan dengan menggunakan metode uang muka (deposit method) sampai jumlah premi dapat diestimasi secara layak. Pendapatan perusahaan asuransi juga diterima dari premi polis
bersama dan diakui sebagai sebesar bagi bagian premi yang diterima oleh entitas.
b. Pengakuan Beban Beban erat hubungannya dengan penurunan nilai perusahaan. Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti, pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aset. Beban diakui dalam laporan
43
laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh (matching of costs with revenues). Pengakuan beban klaim menganut dasar akrual (accrual basis) seperti halnya pengakuan pendapatan. Beban dalam Ikatan Akuntan Indonesia dalam dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012:28.3) menyatakan: “Klaim sehubungan dengan terjadinya peristiwa kerugian terhadap objek asuransi yang dipertanggungkan, meliputi klaim yang disetujui, klaim dalam proses penyelesaian, klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesaian klaim, diakui sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi.” Artinya adalah bahwa ketika tertanggung mengajukan tuntutan ganti rugi sehubungan dengan objek asuransi yang dipertanggungkan, maka penanggung wajib untuk mengakui ada nya beban klaim. Pengakuan dilakukan berdasarkan tuntutan ganti rugi dan hasil survei dari perusahaan mengenai berapa sebenarnya jumlah beban klaim yang terjadi. Hal inilah yang menimbulkan klaim dalam proses penyelesaian yang termasuk dalam bagian beban klaim perusahaan. Survei yang dilakukan perusahaan ini menimbulkan beban penyelesaian klaim karena perusahaan menggunakan jasa adjuster dalam melakukan survei selain pengeluaran-pengeluaran lainnya yang terjadi. Khusus untuk klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang
terjadi
namun
belum
dilaporkan,
jumlahnya
ditentukan
berdasarkan estimasi liabilitas klaim tersebut. Apabila terjadi perubahan
44
estimasi liabilitas klaim dengan klaim yang dibayarkan sebagai akibat proses penelaahan lebih lanjut dan karena adanya perbedaan antara jumlah estimasi klaim dengan klaim yang dibayarkan, maka wajib diakui dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya perubahan.
7. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu telah menjadi contoh untuk penulisan skripsi ini. Perbedaan penelitian-penelitian terdahulu dengan penulisan skripsi ini yaitu terletak pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 mengenai Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian revisi terbaru tahun 2012 dimana pernyataan ini melengkapi pengaturan dalam PSAK 62 tentang Kontrak Asuransi yang diadopsi dari IFRS 4 per 1 Januari 2009. Sedangkan pada penelitian-penelitian terdahulu masih mengacu pada PSAK No. 28 versi Tahun 1994 dan 1996 yakni mengenai Akuntansi Asuransi Kerugian dan belum menerapkan pernyataan SAK 62. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Johannes A.P. Hutajulu (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa PT. Asuransi Jiwasraya Medan telah mengikuti konsep yang sesuai dengan dasar akuntansi yaitu laba sebelum pajak diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan dan beban, kemudian PT. Asuransi Jiwasraya Medan juga menganut prinsip pengakuan pendapatan sesuai dengan PSAK No. 36 dimana pendapatan diakui pada saat realisasinya akan tetapi perusahaan tidak
45
mengikuti prinsip pengakuan beban sesuai dengan PSAK No. 36 dimana beban perusahaan diakui pada saat pelunasan piutang premi. Oleh Muhammad Hamdan Abud Gafar (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pengakuan pendapatan dan beban klaim pada PT. Asuransi Adira Dinamika Regional Operation IV Medan telah sesuai dengan PSAK No. 28 yang mana pengakuan pendapatan menganut dasar akrual (accrual basis) dimana pendapatan premi dicatat dan diakui pada saat polis diterbitkan dan pengakuan beban klaim juga menganut dasar akrual (accrual basis) dimana beban klaim diakui pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Ralia Nasution (2010) yaitu menyampaikan bahwa perusahaan PT. Asuransi Dharma Bangsa mengakui pendapatan dari penyelesaian asuransi sudah tepat, karena sumber penerimaan yang didasarkan atas besarnya premi yang diterima harus diterima dari pihak tertanggung di awal berdasarkan nota atau resi pembayaran atau kwitansi yang telah dilunasi (sesuai dengan PSAK No. 28 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian). Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Eri Nixon Tumanggor (2011) menyebutkan bahwa pengakuan pendapatan premi pada PT. Prudential Life Assurance Medan telah sesuai dengan PSAK No. 36, dimana pendapatan diakui pada saat realisasinya dan menganut dasar akrual (accrual basis) akan tetapi pengakuan beban yang tidak sesuai
46
dengan PSAK No. 36, dimana
beban perusahaan diakui pada saat
terjadinya pelunasan piutang premi dan menganut cash basis. Penelitian oleh Lisda Nurmawiah (2011) menjelaskan bahwa pencatatan pendapatan premi pada AJB Bumiputera 1912 Cab. Cimahi dilakukan secara manual dan komputerisasi sehingga sering terjadi kendala seperti kesalahan dalam penulisan kuitansi oleh bagian kasir, kerusakan komputer atau mesin print rusak, dll. Sehingga disarankan agar karyawan pada bagian kasir harus lebih teliti lagi, komputer harus sering diperiksa oleh pihak IT internal perusahaan agar tidak sering rusak. Pada penelitian Rina Tarigan (2012) menyebutkan bahwa pengukuran pendapatan pada PT. Allianz Life Indonesia Cab. Medan telah sesuai dengan PSAK No. 23 akan tetapi pada pengakuan pendapatannya menganut prinsip dasar kas (Cash Basis) sehingga tidak sesuai dengan PSAK No. 36 yang menganut prinsip dasar akrual (Accrual Basis). Dan yang terakhir yaitu oleh Tri Widodo (2013) pada PT. Prudential Life Assurance bahwa baik metode pengakuan pendapatan, beban serta laba telah sesuai dengan prinsip yang telah ditetapkan oleh PSAK No. 36, yang mana pengakuan pendapatan dan beban menganut prinsip dasar akrual (accrual basis) dan pada laba metode yang digunakan yaitu metode penandingan (matching method) sementara konsep yang diterapkan dalam menentukanlaba adalah konsep perhitungan laba rugi yang tidak memasukan pos-pos luar biasa.
47
Berikut rangkuman daftar nama dan judul penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut: TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU No.
1.
Nama Peneliti Johannes A.P. Hutajulu (2004)
Variabel
Metode
Penelitian
Penelitian
Penerapan
PSAK Independen:
Deskriptif
No.
Dalam Penentuan
Judul Penelitian
36
Penentuan dan
Laba Laba,
Pengakuan Pengakuan
Pendapatan
dan Pendapatan,
Beban Pada PT. Pengakuan Asuransi Jiwasraya Beban Medan. Dependen: Penerapan PSAK No. 36 Pada
PT.
Jiwasraya Medan. 2.
Muhammad
Pengakuan
Hamdan Abud
Pendapatan
Gafar (2008)
Beban
Independen: dan Pengakuan Klaim Pendapatan,
Sesuai PSAK No. Pengakuan 28
Pada
Asuransi
PT. Beban Klaim, Adira
Dinamika
Dependen:
Regional
PSAK No. 28
Deskriptif
48
Operation
IV Pada
Medan.
Perusahaan Asuransi
3.
Siti Ralia Nasution (2010)
Penerapan No.
PSAK Independen:
28
Deskriptif
Tentang Penerapan
Akuntansi
PSAK No. 28
Asuransi Kerugian Terhadap
Dependen:
Pengakuan
Pengakuan
Pendapatan
Pada Pendapatan
PT.
Asuransi
Dharma Bangsa. 4.
Eri Nixon
Pengakuan
Independen:
Tumanggor
Pendapatan Premi
(2011)
dan Beban Klaim Pada
Deskriptif
Pengakuan Pendapatan Premi,
Perusahaan Pengakuan
Asuransi
PT.
Prudential
Life
Beban Klaim
Assurance Medan. 5.
Lisda Nurmawiah (2011)
Atas Independen:
Analisis Pencatatan
Pendapatan Premi
Pencatatan
Deskriptif Analisis
Pendapatan
Pada
Asuransi
Jiwa
Bersama Premi
(AJB) Bumi Putera 1912
Kantor
Cabang Cimahi 6.
Rina Tarigan
Penerapan
PSAK Independen:
Deskriptif
49
(2012)
36
Mengenai Pengukuran
Pengukuran
dan Pendapatan
Pendapatan Premi Premi Asuransi Pada PT. Asuransi, Allianz
Life Pengakuan
Indonesia Cabang Pendapatan Medan.
Premi Asuransi Dependen: PSAK 36
7.
Tri Widodo (2013)
Analisis
Metode Independen:
Pengakuan
Pengakuan
Deskriptif Kualitatif
Pendapatan Premi Pendapatan dan Beban Serta Premi, Laba
Perusahaan Beban, Laba
Pada
PT. Perusahaan
Prudential
Life
Assurance. Sumber: Diolah Peneliti
B. Rerangka Pemikiran 1. Hubungan
antara
Pengakuan
Pendapatan
Premi
dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 Pengakuan pendapatan premi diakui apabila periode polis berbeda secara signifikan dengan periode polis risiko, maka seluruh premi yang diperoleh diakui sebagai pendapatan selama periode risiko, kecuali apabila jumlah premi masih dapat disesuaikan, misal premi ditentukan pada akhir
50
kontrak atau premi disesuaikan pada akhir kontrak berdasarkan nilai pertanggungan. Dalam hal keterkaitannya dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 mengenai Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian, yaitu disebutkan pengakuan pendapatan yang diperoleh perusahaan bergantung pada komponen atau elemen yang membentuk masing-masing pendapatanpendapatan tersebut. Pendapatan premi diakui saat pencatatannya yaitu pada saat polis diterbitkan. Ini sesuai dengan pengakuan pendapatan yang berdasarkan akrual (accrual basis).
2. Hubungan antara Pengakuan Beban Klaim dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 Kaidah pengakuan suatu beban dapat diakui sesuai dengan beban klaim asuransi yaitu dengan pengaitan atau penandingan langsung,. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh (matching of costs with revenues). Dalam hal keterkaitannya dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 mengenai Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian, yaitu disebutkan pengakuan beban klaim yang sehubungan dengan terjadinya peristiwa kerugian terhadap objek asuransi yang dipertanggungkan, meliputi klaim yang disetujui, klaim dalam proses penyelesaian, klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesaian klaim,
51
diakui sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim. Untuk mengetahui gambaran yang jelas berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka dibuatlah suatu rerangka pemikiran seperti gambar di bawah ini:
Pendapatan Premi
Pengakuan Pendapatan Premi dan Beban Klaim Menurut PSAK No. 28 Tentang Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian
Beban Klaim
GAMBAR 2.1 RERANGKA PEMIKIRAN