BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Ikan Lele 1. Pengertian Ikan lele banyak ditemukan di Benua Afrika dan Asia Tenggara. Komoditas perikanan ini terdapat diperairan umum yang berair tawar. Penyebaran lele di Asia yaitu di Indonesia, Thailand, Filiphina, dan Cina. Ikan lele di Asia telah diternakan dan dipelihara di kolam, seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Laos, Filiphina, Kamboja, Birma dan India. Ikan lele di Indonesia secara alami ditemukan di Kepulauan Sunda Besar maupun Kepulauan Sunda Kecil (Kholis Mahyudin, 2010:8). Penyebutan nama ikan lele diberbagai Negara berbeda-beda. Ikan Lele ada yang dikenal dengan sebutan keli (Malaysia), plamond (Thailand), cat tre trang (Jepang), mali (Afrika), guru magura (Sri Langka), dan catfish (Inggris). Sementara itu, nama ikan lele dalam perdagangan internasional dikenal dengan sebutan catfish karena ikan ini mempunyai kumis seperti kucing (dalam bahasa inggris cat = kucing).
4
5
Sebenarnya nama catfish ini tidak hanya berlaku untuk ikan lele saja, tetapi berlaku juga bagi ikan jenis lain yang juga berkumis, antara lain ikan patin dan baung (Kholis Mahyudin, 2010:8). Ikan lele menurut klasifikasi berdasar taksonomi yang dikemukakan oleh Weber de Beaufort (1965) digolongkan sebagai berikut: Filum
: Chordata ialah binatang bertulang belakang.
Class
: Pisces, ialah bangsa ikan yang mempunyai insang untuk bernafas.
Subclass
: Telestoi, ialah ikan yang bertulang keras.
Ordo
: Ostariophysi, ialah ikan yang didalam rongga perutnya sebelah atas memiliki tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan yang disebut tulang weber (Weberian Osicle).
Subordo
: Siluroide, ialah ikan yang bentuk tubuhnya memanjang berkulit licin (tak bersisik).
Family
: Clariidae, ialah suatu kelompok ikan (dari beberapa genus) yang selain mempunyai ciri-ciri tersebut juga mempunyai ciri yang lebih khas lagi, yakni : bentuk kepalanya pipih dengan lempeng tulang keras sebagai batok kepala, bersungut (kumis) 4 pasang, sirip dada ada patil, mempunyai alat pernapasan tambahan yang terletak dibagian kiri rongga
6
insang yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara. Genus
: Clarias (Rachmatun Suyanto, 2002:2).
2. Jenis Ikan Lele lokal merupakan ikan perairan Indonesia. Istilah lokal digunakan untuk membedakanya dengan ikan lele jenis lain, terutama lele dumbo. Namun demikian, ada juga sebagian orang yang menyebutnya dengan sebutan lele saja. Sesuai dengan namanya, ikan lele lokal sudah sejak lama menjadi penghuni perairan air tawar di berbagai daerah di tanah air (Khariuman dan Khairul Amri, 2008:82).
Gambar 2.1 Clarias batrachus Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/15/Clarias_batrachus.jpg/250pxClarias_batrachus.jpg.5/7/2015. 09.00WIB.
7
Sebagai ikan asli perairan Indonesia, tentu saja ikan ini sudah sangat terkenal dikalangan masyarakat. Bahkan, setiap daerah memiliki panggilan tersendiri untuk menyebut
namanya. Di berbagai daerah di Indonesia, lele
disebut ikan keli atau keeling (Makasar/Sulawesi), ikan lele (Pulau Jawa), Ikan pintet (Kalimantan), atau ikan kalang (Sumatra) (Khariuman dan Khairul Amri, 2008:82). Ikan lele lokal secara umum memiliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau berkumis. Secara anatomis dan morfologi lele terbagi menjadi 3 bagian berikut uraian masing-masing bagiannya : a.
Kepala (cepal) Lele memiliki kepala yang panjang dan hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya.kepala ikan lele pipih ke bawah, bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang, di ruangan inilah terdapat alat pernapasan tambahan lele berupa labirin mulut lele terletak pada ujung moncong dengan dihiasi 4 sungut (kumis). Mulut lele dilengkapi gigi, gigi nyata atas hanya berupa permukaan kasar dimulut bagian depan (Kholis Mahyudin, 2010:8).
8
Gambar 2.2 kepala (cepal) (Sumber: Buku Kholis Mahyudin, ‘’Panduan Agribisnis Lele’’. Tahun 2010. Halaman 8).
b.
Badan (abdomen) Lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainya. Ikan lele mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, agak bulat dan tidak bersisik. Warna tubuhnya kelabu sampai hitam badan lele pada bagian tengahnya mempunyai potongan membulat. Sementara itu bagian tengahnya mempunyai potongan membulat. Sementara itu bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih ke samping dengan tiga bentuk potongan melintang pada ikan lele, yaitu pipih ke bawah, bulat dan pipih ke samping (Kholis Mahyudin, 2010:9).
9
Gambar 2.3 Badan (Abdomen) (Sumber: Buku Kholis Mahyudin, ‘’Panduan Agribisnis Lele’’. Tahun 2010. Halaman 9).
c.
Ekor (caudal) Sirip ekor lele membulat dan tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip ekor berfungsi untuk bergerak maju, sementara itu sirip perut membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Sirip lele di lengkapi sepasang duri tajam yang umumnya disebut patil. Selain untuk membela diri dari pengaruh luar yang mengganggunya, patil ini juga digunakan ikan lele untuk melompat keluar dari air dan melarikan diri. Ikan lele dapat berjalan di darat tanpa air cukup lama dan cukup jauh (Kholis Mahyudin, 2010:9).
10
Gambar 2.4 Ekor (caudal) (Sumber: Buku Kholis Mahyudin, ‘’Panduan Agribisnis Lele’’. Tahun 2010. Halaman 9).
B. Komponen Karya Seni Subject Matter atau tema pada umunya merupakan suatu pokok persoalan yang melatar belakangi seniman dalam menciptakan sebuah karya seni. Adapun defenisi subject matter adalah objek-objek atau ide-ide yang dipakai dalam berkarya atau ada dalam sebuah karya seni (Mikke Susanto, 2011: 383). Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya seni kepada masyarakat atau penikmat seni (Nooryan Bahari, 2008:22). Subject matter dalam karya penulis adalah keindahan bentuk ikan lele lokal. Penulis tertarik untuk mengusung tema tentang ikan lele lokal ke dalam karya seni grafis dengan teknik cetak dalam.
11
1. Ide Penciptaan a.
Proses Penemuan Ide Penulis mempunyai ide tentang ikan lele lokal sebagai tema dalam seni grafis berdasarkan ketertarikan penulis tentang keindahan bentuk ikan lele. Menurut penulis ikan lele memiliki
keunikan ataupun keindahan
dalam bentuk karena ikan ini memiliki tubuh yang licin tanpa sisik dan kumis di mulutnya. b.
Bahan atau Material Proses penciptaan karya penulis membutuhkan berbagai macam peralatan yang disebut ”medium”. Pada pembuatan karya ikan lele lokal penulis menggunakan teknik cetak dalam dan memilih menggunakan bahan seperti tinta berbasis minyak, turpentine, thinner, bensin, kertas, paku penggores dan lain-lain.
c.
Teknik Proses pengerjaan penulis memilih teknik cetak dalam, karena dari berbagai teknik dalam seni grafis teknik inilah yang paling penulis kuasai dan juga dalam proses drypoint akan didapatkan efek tekstur
yang
ditimbulkan oleh tinta cetak yang terkena tekanan dari mesin press berulang kali. Selain itu teknik ini yang penulis rasa sangat cocok untuk menggambarkan tema ikan lele lokal ke dalam karya seni grafis.
12
2. Prinsip Organisasi Unsur Rupa Prinsip dasar seni rupa antara lain meliputi kesatuan (unity), keseimbangan (balance), keselarasan (ritme), perbandingan (proportion), penekanan (domination). a.
Kesatuan (unity) Kesatuan atau keutuhan merupakan salah satu prinsip dasar seni rupa. Kesatuan dapat juga disebut keutuhan seluruh bagian-bagian atau semua unsur menjadi satu kesatuan. Tanpa adanya satu kesatuan, sebuah karya seni tidak sempurna atau tidak enak untuk dilihat. Prinsip kesatuan sesungguhnya "adanya saling hubungan" antar unsur yang disusun di dalam karya seni (Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009: 213). Dalam karya penulis menggabungkan beberapa unsur-unsur yang penulis olah sehingga menjadi satu kesatuan dalam tema yang penulis usung.
b.
Keseimbangan (Balance) Persesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya (Mikke Susanto, 2011:46). Dalam keseimbangan terdapat symmetrical balance, radial balance, obvious balance, dan asymmetrical balance. Keseimbangan simetris atau symmetrical balance yaitu keseimbangan antara ruang sebelah kiri dan kanan memiliki kedudukan yang sama persis baik dalam bentuk raut, besaran ukuran, arah, warna maupun teksturnya. Keseimbangan memancar atau radial balance yaitu keseimbangan yang sama seperti
13
keseimbangan simetris, tetapi tidak hanya pada sisi kanan maupun kiri tetapi sebelah atas atau bawah (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:260). Keseimbangan sederajat atau obvious balance yaitu keseimbangan komposisi antara ruang sebelah kiri dan ruang sebelah kanan tanpa memperdulikan bentuk yang ada dimasing-masing ruang, sedangkan keseimbangan asimetris atau asymmetrical balance adalah kebalikan dari keseimbangan simetris yaitu keseimbangan yang sebelah kiri dan kanannya tidak sana (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:263). Karya yang akan penulis ciptakan menggunakan keseimbangan asimetris agar karya tersebut terlihat alami dan tidak kaku. c.
Keselarasan (ritme) Harmoni tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keserasian merujuk pada pemberdayagunaan ide-ide dan potensi-potensi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan-aturan yang ideal (Mikke Susanto. 2012:175). Dalam karya penulis akan diciptakan berdasarkan dengan keseimbangan dan keserasian pada proporsi objek yang tergambar pada bidang gambar.
d.
Perbandingan (proportion) Proporsi berasal dari bahasa Inggris proportion yang artinya perbandingan. Proporsi dapat diartikan perbandingan atau kesebandingan dalam suatu objek antara bagian satu dengan bagian lainnya. Proporsi
14
pada dasarnya menyangkut perbandingan ukuran yang sifatnya sistematis (Sadjiman
Ebdi
Sunyoto,
2009:249).
Dalam
hal
ini
penulis
mempertimbangkan antara objek ikan lele dengan objek lainya dari segi ukuran. e.
Penekanan (domination) Dominasi
dalam
karya
seni
disebut
sebagai
keunggulan,
keistimewaan, keunikan, keganjilan, dan kelainan. Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang harus ada pada karya seni, agar diperoleh karya seni yang artistik atau memiliki nilai seni. Jadi dominasi bertugas sebagai pusat perhatian dan daya tarik (Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009:225). Pada karya penulis akan menampilkan bentuk dan kehidupan ikan lele yang akan mendominasi pada bidang gambar. Objek akan dibuat menyebar sebagai pusat perhatian dan daya tarik pada karya penulis.
3. Elemen Seni Rupa a.
Garis Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah, bisa panjang, pendek, halus, tebal, berombak melengkung, serta lurus. Hal inilah yang menjadi ukuran garis. Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi, yakni ukuran yang panjang-pendek, tinggi-rendah, besar-kecil, tebal-tipis. Sedangkan arah garis ada tiga: horizontal, vertikal, diagonal, meskipun garis bisa melengkung, bergerigi maupun acak (Mikke Susanto, 2011:148).
15
Garis mempunyai dimensi ukuran tertentu. Ia bisa pendek,panjang, halus, tebal berombak, lurus, melengkung, dan barangkali masih ada sifat yang lain. Garis dapat melahirkan bentuk sekaligus tekstur, nada, nuansa, ruang dan volume tertentu, sehingga dapat melahirkan karakter khusus atau perwatakan dari seseorang (Nooryan Bahari, 2008:99). Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah perpaduan garis lurus lengkung, gabungan dan juga acak yang bertujuan agar terciptanya bentuk dari lele dari perpaduan garis tersebut. b.
Bidang Bidang (shape) adalah suatu bentuk yang sekelilingnya dibatasi oleh garis. Secara umum garis dikenal dalam dua jenis, bidang yaitu bidang geometris dan organis. Bidang geometris seperti lingkaran atau bulatan, segi empat, segitiga dan segi-segi lainnya, sementara bidang organis dengan bentuk bebas yang terdiri dari aneka macam bentuk yang tidak terbatas (Nooryan Bahari, 2008:100). Bidang yang akan digunakan penulis adalah bidang gemoetris dan bidang organis hal ini dikarenakan dalam prosesnya penulis membuat bentuk-bentuk awal seperti lingkaran, segi empat, segitiga, segi – segi lainya dan juga bentuk bebas yang tidak terbatas untuk membentuk bidang dalam karya penulis.
c.
Warna Tanpa adanya cahaya maka tidak akan terjadi warna, itu pun berlaku pada karya seni, tanpa adanya cahaya maka karya tersebut tidak akan
16
menampakan warna. Warna merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sadjiman
Ebdi
Sunyoto.
2009:12).
Pada
karya
penulis
akan
menggunakan warna hitam dan putih. Pemilihan warna hitam karena ikan lele mempunyai warna hitam dan merah, namun karena warna hitam lebih dominan pada ikan lele penulis memilih warna ini karena mewakili warna dari ikan lele dan kehidupanya yang tinggal di air yang keruh kehitaman. Selain itu pemilihan warna putih digunakan sebagai warna background di kertas yang nantinya akan dicetak dengan tinta warna hitam. Hal ini bertujuan agar karya yang penulis ciptakan dapat memperlihatkan karakter dari ikan lele dan kehidupanya secara jelas terlihat d.
Tekstur Nooryan Bahari menyebutkan ada dua macam jenis tekstur atau barik, ia menjelaskan: …. Tekstur adalah kesan halus dan kasarnya suatu permukaan lukisan atau gambar, atau perbedaan tinggi rendahnya suatu permukaan suatu lukisan atau gambar. Tekstur juga merupakan rona visual yang menegaskan karakter suatu benda yang dilukis atau digambar. Ada dua macam jenis tekstur atau barik. Pertama adalah tekstur nyata, yaitu nilai permukaanya nyata atau cocok antara tampak dengan nilai rabanya. Misalnya sebuah lukisan menampakan tekstru yang kasar, ketika lukisan tersebut diraba, maka yang dirasakan adalah rasa kasar sesuai tekstur lukisan tersebut. Sebaliknya kedua, tekstur semu memberikan kesan kasar karena penguasaan teknik gelap terang pelukisnya, ketika diraba maka rasa kasarnya tidak keliatan, atau justru sangat halus… (Nooryan Bahari, 2008:101-102).
17
Tekstur pada karya penulis adalah tekstur semu. Hal ini dikarenakan karena medium yang digunakan penulis diatas kertas sehingga tinta yang dicetak melaui mesin press akan menyerap ke pori-pori kertas sehingga objek gambar pada permukaan kertas tidak mempunyai nilai raba.
A. Komposisi Dalam Karya Seni Arfial Arsad Hakim menyebutkan bahwa komposisi dalam sebuah karya seni dibagi menjadi 4 macam, ia menjelaskan: …. Komposisi dalam sebuah karya seni dibagi menjadi 4 macam yaitu, komposisi terbuka, komposisi tertutup, komposisi piramida, dan komposisi piramida terbalik. Komposisi terbuka, suatu komposisi dalam ruang di mana objek gambar tekesan menyebar, meluas dari pusat bidang. Komposisi tertutup, objek gambar seolah-olah mengumpul, menyempit sehingga terlihat adanya pengelompokan objek gambar kedalam pusat bidang atau ruang. Komposisi piramida, komposisi yang peletakan objek gambar dalam suatu bidang komposisi yang membentuk susunan segitiga di mana puncaknya berada di atas. Komposisi piramida terbalik, adalah kebalikan dari komposisi piramida, di mana puncaknya segitiga berada di bawah, sedang alas berada di atas… (Arfial Arsad Hakim, 1997: 37).
Dalam karya penulis akan beberapa karya akan menggunakan komposisi terbuka dan beberapa karya lainnya menggunakan komposisi tertutup. Hal ini bertujuan agar bentuk ikan lele dan kehidupanya dapat tergambarkan dengan beberapa karya yang menggunakan komposisi terbuka dan beberapa karya dengan komposisi tertutup.
18
D. Perubahan Wujud Dalam Karya Seni Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan konsep, tema, dan latar belakang seniman. Perubahan susunan yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan hal yang baru, sehingga menghasilkan figur semula atau yang sebenarnya, yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi. Adapun cara pengubahan bentuk antara lain, seperti simplikasi atau penyederhanaan, distorsi atau pembiasan, destruksi atau perusakan, stilasi atau penggayaan, dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Mikke Susanto, 2011: 98). Karya penulis akan merubah susunan dari kehidupan ikan lele pada aslinya. Selain itu, penulis juga akan menyederhanakan penggambaran bentuk ikan lele dan kehidupanya. Pada bagian warna penulis mengubah warna asli dari ikan lele yang berwarna hitam dan merah menjadi warna hitam saja, dikarenakan warna hitam pada ikan lele yang paling dominan diantara warnawarna lain di bagian tubuh ikan lele.
19
E. Seni Grafis Seni grafis termasuk bagian seni murni yang berwujud dua dimensional yang dihasilkan melalui proses cetak. Kelebihan dari seni grafis adalah karya dapat dilipat gandakan tanpa mengurangi orisinalitasnya. Teknik seni grafis antara lain, cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar, dan cetak saring (serigrafi) (Nooryan Bahari, 2008: 83-84). 1. Pengertian Cetak Dalam Cetak dalam (etsa, drypoint, aquatint) adalah teknik cetak yang menekankan permukaan lebih dalam yang menyimpan tinta cetak sehingga ketika dicetakkan menggunakan mesin press, maka permukaan yang rendah atau dalam inilah yang tercetak (Nooryan Bahari, 2008:84). 2. Pengertian Drypoint Suatu variasi dari engraving dimana garis-garis yang membentuk pada permukaan pelat merupakan hasil goresan dengan sejenis jarum. Pada setiap tepi garis-garis tersebut, terbentuk serpihan yang disebut ‘’burr’’, yang dapat menampung tinta dalam proses penintaan. Tinta inilah yang memberikan karakteristik drypoint pada hasil cetakanya (Rusmadi, 1987: 25). Penulis memilih drypoint adalah karena teknik ini adalah salah satu dari variasi cetak dalam yang paling penulis kuasai. Selain itu karakteristik drypoint pada hasil cetakannya yang memang sesuai dengan karakteristik penulis. Pada teknik drypoint pengolahan limbahnya masih dapat diolah
20
dibandingkan dengan teknik etsa yang menggunakan banyak bahan kimia sehingga terkesan tidak ramah lingkungan.
F. Referensi Karya Penulis terinspirasi oleh karya seni grafis dengan teknik cetak dalam dari Etsuko Fukaya yang berjudul untitled 22 dengan ukuran 20 x 21,5 cm . Penulis terkesan dengan objek yang ditampilkan oleh Etsuko Fukaya. Karya tersebut menggambarkan makhluk darat dan air hidup bersatu dalam satu ruang. Seperti ikan, burung, kura-kura, kupu-kupu,ular, tupai, jerapah dan dedauan yang dilengkapi dengan rantingnya. Pada karya ini Etsuko Fukaya menggunakan teknik drypoint yang diproses dengan etsa dan dengan tinta warna hitam yang di cetak di atas kertas putih. Dalam karya ini juga terlihat arsiran yang tegas gelap dan terangnya sehingga walaupun menggunakan satu warna tetapi dalam karya ini terlihat jelas letak dan perbedaan objek satu dengan objek lainya. Karya ini menggambarkan keterkaitan antara satu makhluk hidup dengan makhluk hidup lainya jika dilihat dari objek-objek yang ditampilkan Etsuko Fukaya. Pada karya ini Etsuko Fukaya menggunakan komposisi terbuka dimana antara satu objek dengan objek lainnya menyebar pada bidang gambar. Menurut penulis karya ini sangat baik dalam pengolahan komposisinya, seperti bidang objek pada gambar terkesan menyebar sehingga menimbulkan kesan dinamis.
21
Gambar 2.5 etsuko fukaya (Sumber : http://www.artinasia.com/img/artwork/m20849dbc1f1ca42a62d06683ac0e84cd9e76b.jpg) diunduh pada 17/5/2015 pukul 14.00 WIB.
Selain karya Etsuko Fukaya, penulis juga terinspirasi oleh karya dari Godmachine yang berjudul An Unkindness dibuat dengan teknik cetak dalam berukuran 54.5cm x 24.4cm.. Pada karya ini Godmachine menggambarkan kepala burung dipojok kiri pada bidang karya yang menghadap kedepan dengan ruang kosong didepanya. Karya tersebut Godmachine menggunakan teknik drypoint suatu varian dari teknik cetak dalam yang dicetak diatas kertas berwarna putih dengan tinta minyak berwarna hitam. Pada karya ini Godmachine mencoba menampilkan sosok burung elang yang terlihat sebagai burung pemangsa yang kuat, jika dilihat dari garis-garis tegas yang digoresnya serta garis-garis disekitar burung elang untuk memperkuat karakter dari burung elang sebagai burung pemangsa pada rantai makanan. Pada karya ini
22
Godmachine menggunakan komposisi terbuka, karena Godmachine bukan hanya menampilkan sosok urung elang di bagian kiri bidang gambar melainkan juga memperlihatkan arsiran pada bidang lainnya.
Gambar 2.5 godmachine An Unkindness (Sumber : http://2.bp.blogspot.com/bwoxM5apc0g/UQfzJ9NKRNI/AAAAAAAAwbs/6z3xHmksft8/s400/FOR+BLOG+2.jpg) diunduh pada 17/5/2015. Pukul 12.35 WIB.