1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause menyebabkan > 80% wanita mengalami keluhan fisik dan psikologis dengan berbagai tekanan dan gangguan penurunan kualitas hidup (Esposito et al., 2007). Wanita menopause dengan usia rata-rata 58,7 tahun diperoleh 82,7% mengalami gangguan kualitas hidup yang disebabkan antara lain fungsi fisik, peran fisik, vitalitas dan nyeri badan (Jones and Sutton, 2008). Penelitian di Turki menunjukkan bahwa 50% wanita yang memasuki masa menopause mengalami masalah kesehatan (Karaçam and Seker, 2007). Menurut Krajewska et al. (2007) kondisi menopause wanita berdampak pada kualitas hidup. Wanita yang memasuki masa menopause sebesar 58,3% mengalami gangguan fungsi fisik dan psikologis (Villaverde-Gutierrez et al., 2006). Beberapa gejala yang muncul pada masa menopause antara lain kegelisahan saat tidur, depresi, insomnia, kelemahan daya ingat, konsentrasi, cemas, dan gangguan fisik. Sedangkan rendahnya status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, umur, kebiasaan merokok dan kurangnya aktifitas fisik berkaitan dengan kualitas hidup (vasomotor, psikologi dan somatik sindrom) pada wanita menopause (Williams et al., 2009). Fallahzadeh (2010) melakukan penelitian di Iran mengemukakan bahwa pada masa menopause sekitar 55% wanita mengalami masalah fisik dan psikologis, serta psikomotor. Wanita menopause mengalami penurunan produksi hormon estrogen sehingga peluang wanita terpapar penyakit akibat menopause semakin besar (Mastorakos et al., 2010). Blake (2006) melaksanakan penelitian di Canada sebanyak 60% wanita menopause terjadi gangguan menstruasi. Beberapa penyakit seperti osteoporosis, penyakit jantung dan kardiovaskular, pikun, serta stroke diperkirakan timbul setelah masa post manopause dan lebih mudah menyerang (Fallahzadeh, 2010). Menurut Blake (2006) bahwa faktor risiko seperti kolesterol, merokok, hipertensi, diabetes, obesitas, gangguan psikososial, konsumsi alkohol dan aktifitas fisik dapat memprediksi 94% terjadinya penyakit kardiovaskuler pada
2
wanita menopause. Selain itu wanita menopause memiliki risiko penambahan berat badan lebih cepat. Hal ini disebabkan menurunnya aktiftas fisik dan pola makan tidak berubah sejak muda, sehingga jumlah makanan yang masuk melebihi kebutuhan tubuh dan berakibat terjadi penumpukan lemak (Villaverde-Gutierrez et al., 2006). Di Eropa sendiri sekitar 135 juta wanita mengalami obesitas dan lebih dari setengah dalam keadaan overweight (BMI > 25 kg/m2) serta obesitas (BMI > 30 kg/m2). Sebagian besar obesitas wanita terjadi setelah usia > 25 tahun (Mastorakos et al., 2010). Prevalensi obesitas pada orang dewasa sekitar 30-35% (Huang et al., 2006). Berdasarkan hasil survei nasional tahun 1996/1997 di ibukota seluruh propinsi Indonesia menunjukkan sebanyak 13,5% penduduk wanita dewasa mengalami obesitas. Untuk kelompok umur 40-49 tahun overweight dan obesitas mencapai puncaknya masing-masing 24,4% dan 23% laki-laki dan wanita 30,4% dan 43% (Departemen Kesehatan RI, 2003). Hasil survei Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 2008 di Kota Kendari sebanyak 19% penduduk usia dewasa mengalami obesitas. Prevalensi kegemukan terjadi pada wanita sebesar 20,8% lebih tinggi dibandingkan laki-laki yaitu 14,4%. Obesitas pada wanita meningkatkan folikel stimulating hormone dan menurunkan level E2 4 tahun lebih awal dibandingkan wanita dengan berat badan normal (Debra et al., 2006). Kondisi obesitas sendiri berkaitan dengan resistensi insulin, diabetes militus 2 (DM2), dislipidemia, hipertensi, gangguan pernafasan, dan penyakit-penyakit degeneratif. Disamping itu keadaan masalah kesehatan masa menopause terkait dengan substansi biokemikal dan hormonal. Sedangkan perubahan biokemikal dan hormonal berdampak pada terjadinya status kesehatan wanita menopause (Mastorakos et al., 2010). Pada awalnya keadaan obesitas ditandai dengan peningkatan berat badan. Semakin banyak penimbunan lemak terjadi maka akan mengakibatkan perubahan anatomis. Kondisi perubahan tersebut menyebabkan adanya gangguan aktivitas fisik (Daley et al., 2007). Selain itu pergeseran pola hidup dari banyak bekerja secara dinamis menjadi jarang bekerja diperkirakan menjadi penyebab
3
berkurangnya aktivitas fisik (Williams et al., 2009). Lu et al. (2007) mengemukakan bahwa aktivitas fisik yang kurang berdampak penurunan kebugaran fisik, terutama kualitas fungsi jantung dan paru (kardiorespirasi). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dimensi kualitas hidup wanita menopause meliputi fungsi fisik, keterbatasan peran fisik, nyeri tubuh, persepsi sehat umum, vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran sosial, kesehatan mental adalah kondisi obesitas, status pernikahan, sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan jumlah anak. Keadaan obesitas sendiri akan menyebabkan dampak negatif terhadap kualitas hidup karena penurunan kesejahteraan, interaksi sosial, dan munculnya beberapa penyakit degenerasi (Mathias et al., 1997). Penelitian Liu and Eden (2007) tentang psikosomatik dan faktor sosial pada menopause bahwa terdapat hubungan signifikan antara BMI dengan dimensi kualitas hidup. Williams et al. (2009) melakukan evaluasi dampak menopause terhadap kualitas hidup wanita diperoleh bahwa BMI berkaitan dengan kualitas hidup wanita menopause. Hasil penelitian Kushner and Foster (2000) tentang obesitas terhadap kualitas hidup menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan dimensi kualitas hidup (fungsi fisik, keterbatasan peran, nyeri tubuh, persepsi kesehatan secara umum, fungsi seksual, fungsi sosial). Sedangkan Liu and Eden (2007) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan vasomotor, aktifitas fisik, perilaku seksual, wanita menopause. Faktor-faktor seperti usia, tingkat pendidikan, pekerjaan signifikan mempengaruhi kualitas hidup wanita menopause (Krajewska et al., 2007). Hasil penelitian Fallahzadeh (2010) terdapat hubungan signifikan antara jumlah anak dengan kualitas hidup pada wanita menopause. Liu and Eden (2007) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan kualitas hidup. Sedangkan Krajewska et al. (2007) mengemukakan bahwa pada wanita yang bekerja cenderung kualitas hidupnya lebih baik dibanding dengan wanita yang tidak bekerja .
4
Pada tahun 1990, sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun ke atas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause. Empat puluh persen (40%) dari wanita pascamenopause tersebut tinggal di negara berkembang dengan usia rata-rata menopause sekitar 51 tahun (WHO, 1996). Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa, dengan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause sekitar 30,3 juta jiwa dengan usia rata-rata menopause 49 tahun. Wanita usia subur yang mendekati masa-masa menopause cenderung mengalami kekhawatiran. Kekhawatiran ini terutama datang pada saat wanita mencapai usia pertengahan 40 tahunan. Banyak perubahan yang akan terjadi, baik perubahan fisik maupun perubahan mental yang kemudian akan menuntut banyak penyesuaian (Rossouw et al., 2002). Proyeksi usia harapan hidup penduduk Sulawesi Tenggara tahun 2008 adalah 70,9 tahun perempuan dan 66,9 tahun laki-laki (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2009). Jumlah penduduk Kota Kendari usia 45+ tahun adalah 265.949 jiwa sebesar 14% dari total populasi. Usia harapan hidup yang panjang, karakteristik dan gambaran hidup baru dengan berbagai corak gangguan kesehatan yang mengancam kualitas hidup. Masyarakat Kota Kendari secara umum memiliki variasi kependudukan sangat luas baik dari sosial ekonomi, budaya dan karakteristik penduduk lainnya. Adanya variasi demogratif tinggi, hal ini menyebabkan kompleksnya masalah kesehatan yang mungkin muncul. Sedangkan tingginya jumlah usia lanjut belum didukung pelayanan kesehatan yang optimal. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kendari (2009) dari 10 puskesmas hanya 3 yang melaporkan pelayanan kesehatan bagi pra usia lanjut dan usia lanjut. Pelayanan tersebut baru mencakup 514 untuk pra usia lanjut dan 840 usia lanjut mencakup 3 puskesmas di Kota Kendari. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan dasar belum mempunyai pelayanan khusus yang menangani masalah-masalah kesehatan wanita menopause.
5
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah “Apakah ada hubungan obesitas dengan kualitas hidup wanita menopause di Kota Kendari?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan antara obesitas dengan kualitas hidup wanita menopause di Kota Kendari. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui deskripsi obesitas wanita menopause di Kota Kendari. b. Untuk mengatahui deskripsi tingkat kualitas hidup wanita menopause. c. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan berkaitan dengan kualitas hidup wanita menopause. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah wacana dan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang obesitas dengan kualitas hidup wanita menopause di Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan masukkan bagi Dinas/Instansi/Lembaga terkait dalam perencanaan dan pengembangan program kesehatan bagi wanita menopause dan lanjut usia di Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara.
E. Keaslian Penelitian Penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Llaneza et al. (2007) melakukan penelitian berjudul “Differences in health related quality of life in a sample of Spanish menopausal women with and without obesity”. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study,
6
dengan populasi 250 wanita menopause berusia 50-64 tahun dan instrumen penelitian health related quality of life (HR-QoL) Cervantes scale. Hasil penelitian ini terbukti bahwa obesitas berpengaruh terhadap kualitas hidup wanita menopause. Persamaan penelitian ini adalah populasi penelitian yaitu wanita menopause. 2. Penelitian Daley et al. (2007) melakukan penelitian tentang “Exercise participation, body mass index, and helath-related quality of life in women of manopausel age”. Penelitian ini menggunakan design survey study dengan populasi 2399 wanita menopause yang berusia 46-55 tahun. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa 1206 (50.3%) wanita menopause cenderung terkena obesitas. Persamaan ialah populasi wanita menopause. 3. Penelitian Karacam and Seker (2007) melaksanakan penelitian tentang “Factors associated with manopausel symptoms and their relationship with the quality of life among Turkish women”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi wanita menopause terhadap kualitas hidup mereka. Penelitian ini menggunakan design cross sectional, dengan populasi 886 wanita menopause berusia 40-60 tahun dan menggunakan instrumen The MOS-36 item short form health survey. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi agar kualitas hidup menopause tidak rendah yaitu adanya menajemen stres yang baik dan promosi kesehatan di lingkungan wanita menopause berada. Persamaan yaitu populasi penelitian yaitu wanita menopause. 4. Penelitian Williams et al. (2009) dengan judul “Menopause-spesifik questionnaire assessment in US population-based study shows negative impact on health-related quality of life”. Penelitian ini dilakukan tahun 2008, dengan populasi 2703 wanita menopause berusia 40-65 tahun dan menggunakan instrumen penelitian Menopause-Spesifik Quality of Life Questionnaire (MENQOL). Hasil penelitiannya kualitas hidup wanita menopause berkaitan erat dengan dampak psikologis, seksualitas dan kesehatan fisik. Persamaan penelitian ini yaitu meneliti tentang wanita menopause dari segi pendidikan, pekerjaan dan BMI.
7
5.
Penelitian Krajewska
et al. (2007) melakukan penelitian berjudul
“Comparative analysis of quality of life women in menopause period in Poland, Greece and Belarussia using MRS scale.” Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan menggunakan instrumen penelitian Menopause Rating Scale (MRS). Hasil penelitiannya terdapat perbedaan signifikan antara keluhan yang disampaikan wanita menopause Greece dibandingkan Belarussia dan Poland. Keluhan sedang sebanyak 32,5% wanita Poland, 34% wanita Belorussia dan 28,55% Greece. Persamaannya adalah populasi wanita menopause, perbedaannya pada variabel penelitian.