BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang biasanya ditandai dengan penurunan kemampuan fungsi, baik fisik maupun psikis sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Pada lansia resiko jatuh sering sekali terjadi, dikarenakan pada lansia terjadi penurunan gangguan keseimbangan, karena adanya fisiologis yang berubah pada lansia akibat degenerasi dan diantaranya merupakan komponen keseimbangan utama tubuh, seperti visual, ambang rangsang vestibular, kekuatan otot, lingkup gerak sendi, sensomotorik. komponen tersebut berperan penting dalam menjaga kontrol postural pada tubuh. Kontrol postural berfungsi menjaga keseimbangan tubuh agar tidak jatuh saat berdiri, berjalan maupun beraktivitas. Di Indonesia sendiri jumlah lansia pada tahun 2010 sekitar 24 juta jiwa atau 9,77% dari seluruh jumlah penduduk. Tahun 2020 diperkirakan lansia meningkat menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,34% dari total jumlah penduduk, yang di ungkapkan oleh Kepala Pusat Intelegensia Kemenkes (Sutriyanto, 2012).Insiden jatuh di indonesia tercatat dari 115 penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitas 43,47%
mengalami jatuh. Kejadian jatuh pada lansia
dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizziness. Serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda penglihatan yang karena cahaya kurang terang dan lain-lain (Darmojo,2009).
1
2
Penggolongan lansia menurut World Health Organitation (WHO) meliputi : middle age (45 – 49 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-79 tahun), very old ( diatas 90 tahun). Menurut JAGS (2010) peningkatan jatuh dan penyertaan berbanding lurus dengan pertambahan usia . Gejala jatuh sering terjadi pada lansia hal ini dibuktikan oleh penelitian Exton-Smith pada tahun 1977 menyatakan insiden jatuh terjadi pada 963 orang dengan usia diatas
65 tahun, wanita memiliki resiko jatuh
meningkat 30% pada grup usia 65-69 tahun sedangkan 85 meningkat menjadi 50%. Sedangkan pria resiko jatuh meningkat 13% pada usia 65-69 tahun dan kembali meningkat hingga 30% pada usia 80 tahun keatas. Pada lanjut usia berbagai macam permasalahan yang akan terjadi salah satunya adalah keseimbangan. Lansia akan mengalami penurunan dan perubahan
fungsional otot yaitu terjadinya
penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastis dan fleksibilitas otot, penurunan fungsi propioceptif serta kecepatan, gangguan sistem vestibular, visual dan waktu reaksi, hilangnya kemampuan jaringan untuk memperaiki diri atau mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak. Keseimbangan terbagi menjadi dua yaitu statis dan dinamis (Abrahamova dan Hlavacka, 2008). Keseimbangan membutuhkan interaksi yang kompleks dari sistem sensoris dan muskuloskeletal. Keseimbangan yang diperlukan seseorang untuk mempertahankan posisi tertentu adalah keseimbangan statis, sedangkan kemampuan tubuh menjaga keseimbangan saat melakukan gerakan atau aktifitas fungsional merupakan keseimbangan dinamis (Irfan, 2010). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan disetiap segmen tubuh dengan didukung oleh sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang
3
tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas efektif dan efisien. Gangguan keseimbangan dan gaya berjalan serta lemahnya otot ekstremitas bawah menyebabkan jatuh pada lansia (Shobha, 2005). keseimbangan dibandingkan kelompok kontrol dimana perbedaan rata-rata keseimbangan sangat bermakna (Maryam, et al, 2010). Latihan yang dapat meningkatkan keseimbangan pada lansia yaitu tandem walk exercise, swiss ball, senam lansia, four square step exercise. Fisioterapi harus dapat memberikan latihanlatihan yang bisa meningkatkan keseimbangan pada lansia karena fisioterapi mempunyai lingkup pelayanan kesehatan
untuk
meningkatkan gerak dan fungsi yang dapat dicapai melalui pelatihan fungsi. Sesuai dengan Permenkes No. 80 (2013) Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik elektroterapeutik dan mekanik), pelatihan fungsi dan komunikasi. Pada penelitian ini penulis menggunakan four square step exercise, tandem walk exercise dan senam lansia. Senam lansia termasuk senam aerobic low impact dengan intensitas ringan sampai sedang, serta bersifat menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagian besar otot tubuh (Handayani, 2013). Senam lansia merupakan serangkaian gerak nada yang teratur, terarah dan terencana dalam bentuk latihan fisik yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik pada lansia. Manfaat gerakan-gerakan dalam senam lansia dapat meningkatkan kebugaran kardio-respirasi, kekuatan dan ketahanan otot, kelenturan dan komposisi tubuh seimbang.
4
Four square step exercise adalah berupa latihan untuk meningkatkan vestibular dan kontrol keseimbangan pada tubuh agar bisa beradaptasi dengan lingkungan.
latihan ini dimulai
berupa lantai empat persegi 90 derajat sudut satu sama lain seperti tanda plus, yang diberi tanda, dengan gerakan bervariasi dalam berbagai arah. kemudian pasien melangkah dengan kemampuannya dalam waktu yang ditetapkan. Tandem walk exercise atau Latihan jalan tandem merupakan latihan keseimbangan pada posisi tubuh dinamik, dimana kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi bergerak, dengan cara berdiri lurus dan pandangan kedepan kemudian berjalan pada satu garis lurus dengan posisi tumit kaki menyentuh jari kaki yang lainnya atau kaki kanan berada didepan kaki kiri dan saat melangkah berikutnya kaki kiri berada didepan kaki kanan begitu seterusnya sampai titik yang ditentukan. Prinsip dari Tandem walk exercise ialah meningkatkan fungsi dari pengontrol keseimbangan tubuh, yaitu system informasi sensorik, central processing, dan effektor untuk bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Tanpa adanya keseimbangan yang baik pada postur tubuh akan mempengaruhi stabilisasi ketika bergerak. Tandem walk exercise merupakan salah satu metode untuk menumbuhkan kebiasaan dalam mengontrol postur tubuh dalam langkah-langkah yang dilakukan dengan bantuan kognisi dan koordinasi otot trunk, lumbal spine, pelvic, hip, otot-otot perut hingga ankle. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat topik diatas dan menjadikannya dalam bentuk skripsi dengan judul “ Penambahan efektifitas antara Tandem Walk Exercise dengan Four Square Step Exercise pada Senam Lansia untuk meningkatkan keseimbangan lansia usia 6074 tahun.”
5
B. Identifikasi Masalah Menurut (O’sullivan dalam Irfan) keseimbangan adalah kemampuan untuk mempartahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu, menurut (Ann Thomson dalam Irfan) keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi keseimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang nominal (Irfan,2010). Setiap manusia membutuhkan keseimbangan yang baik, terutama pada usia lanjut (lansia) karena lansia akan mengalami perubahan fisik dan kognitif serta penurunan keseimbangan. Menurunnya fungsi keseimbangan ini dapat mempengaruhi struktur dan fungsi normalnya, sehingga rentan terjadi jatuh. Tetapi dengan pencegahan bisa mengontrol efek dari penururnan sistem fungsional. Adanya penurunan elastisitas, kekuatan pada sisteem muskuloskeletal
khususnya
ekstremitas
bawah.
Penurunan
kemampuan fisik dan fungsional tubuh untuk beradaptasi, hal ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah protein dan serabut otot, sehingga ukuran otot, kekuatan otot dan elastisitas pada otot akan menurun, salah satunya dengan penurunan aktivitas fungsional dasar maka akan berpengaruh pada kelemahan pengontrol keseimbangan seperti penurunan kekuatan otot perubahan postur, kadar lemak yang menumpuk pada daerah tertentu. Beberapa komponan pada keseimbangan yaitu sistem informasi sensoris visual yang memegang peran penting dalam sistem sensoris, sistem vestibular yaitu sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan. Somatosensoris terdiri daritaktil atau proprioceptif, serta persepsi kognitif, adaptive sistem yang merupakan kemampuan adaptasi akan memodifikasi masukan sensoris dan keluaran motorik saat terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.
6
Lingkup gerak sendi (Range of motion) adalah kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan yang memerlukan keseimbangan tinggi. Jika hal tersebut terjadi maka kontrol keseimbangan yang kurang baik untuk lansia sehingga dapat meningkatkan resiko jatuh. diperlukan latihan yang terarah, terukur dan terpadu untuk meningkatkan keseimbangan tersebut. Pemeriksaan akan dilakukan dengan
metode latihan
keseimbangan yaitu four square step exercise dan Tandem walk exercise juga senam lansia. hal ini penting untuk menentukan jenis intervensi yang akan diberikan agar hasil yang diharapkan dapat maksimal. C. Rumusan Masalah 1. Apakah penambahan tandem walk exercise pada senam lansia efektif untuk meningkatkan keseimbangan pada lansia usia 60-74 tahun ? 2. Apakah penambahan four square step exercise pada senam lansia efektif untuk meningkatkan keseimbangan pada lansia usia 60-74 tahun? 3. Apakah ada penambahan efektifitas antara tandem walk exercise dengan
four square step exercise pada senam
lansia untuk meningkatkan keseimbangan pada lansia usia 60-70 tahun ?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan penambahan efektifitas antara tandem walk exercise dengan four square step exercise pada senam lansia untuk peningkatan keseimbangan lansia usia 60-74 tahun.
7
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui penambahan efektifitas tandem walk exercise terhadap peningkatan keseimbangan lansia usia 60-74 tahun. b. Untuk mengetahui penambahan efektifitas four square step exercise terhadap peningkatan keseimbangan lansia usia 60-74 tahun. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Agar fisioterapi dapat mengembangkan ilmu yang dimiliki khususnya fisioterapi yang bergerak dibidang pelayanan
memberikan
latihan
dalam
upaya
meningkatkan keseimbangan pada lansia b. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan tentang meningkatkan keseimbangan pada lansia c. Sebagai
referensi
penelitian
lebih
lanjut
kepada
mahasiswa yang akan mengembangkan penelitian tentang meningkatkan keseimbangan pada lansia 2. Manfaat Praktis a. Sebagai
metode
latihan
untuk
meningkatkan
keseimbangan pada lansia usia 60-74 tahun b. Sebagai
alternatif
latihan
untuk
keseimbangan lansia usia 60-74 tahun
meingkatkan