BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri dari berbagai wilayah etnik dan geografis yang membedakan pula hasil seni budaya sehingga di sisi lain memberikan keragaman, antara lain: Priangan; Pantura (Kaleran); Pakidulan; dan Cirebon. Keragaman sub etnik Tatar Sunda tersebut salah satunya berdampak pada kesenian sehingga pada masing-masing daerah menjadi berbeda serta mempunyai
ciri
khas
yang
spesifik
sesuai
kreativitas
masyarakat
pendukungnya. Kerajaan Jawa kuno Cirebon terletak di pesisir jalur pantai utara pulau Jawa dari provinsi Jawa Barat. Pada abad 1400-an, belasan kerajaan didirikan disepanjang pesisir oleh sekelompok Wali. Oleh perdagangan yang saling menguntungkan dengan India, Cina dan Arab, kerajaan-kerajaan tepi pantai tersebut menjadi makmur dan secara perlahan lahan menjadikannya pusat politik dan kebudayaan yang penting. Menurut Soedarsono (1999:12) menerangkan bahwa, sebagai berikut: Kontak dengan kebudayaan Hindu yang berasal dari India telah menghasilkan kekayaan seni Indonesia yang luar biasa, oleh karena agama Hindu dan Budha selalu melibatkan seni dalam upacara-upacara keagamaan. Pengaruh ini cukup lama, yaitu dari abad pertama tarikh masehi sampai akhihr abad ke-15. Pengaruh seni yang mendalam semula terjadi di Jawa, Sumatra, Bali bahkan juga sampai ke sebagian pulau Kalimantan. Salah satu kota di Jawa Barat yang kesenian dan kebudayaannya banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu dan kebudayaan Islam yaitu kota Cirebon. Hal itu dapat terlihat dari arsitektur bangunan-bangunan, 1
Riny Yuliyanti, 2013 Tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
seperti, gua Sunyaragi (tempat persembunyian para tentara perang yang dibangun oleh Sunan Kalijati), gapura-gapura, arsitektur Masjid Sang Cipta Rasa dan keraton-keraton. Keraton-keraton tersebut diantaranya yaitu Kasepuhan, Kanoman, Kaprabon dan Kacirebonan. Keraton Kecirebonan dibangun pada tanggal 1800 M, Keraton ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti keris, wayang, perlengkapan perang, gamelan dan lain-lain. Seperti halnya Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, Keraton Kecirebonan pun tetap menjaga, melestarikan serta melaksanakan kebiasaan dan upacara adat seperti Upacara Panjang Jimat dan sebagainya. Di balik bangunan keraton Kacirebonan yang dibangun pada tahun 1808 ini terdapat sebuah perkampungan yang disebut dengan perkampungan Kacirebonan. Perumahan di sini begitu sederhana, mirip dengan perumahan di daerah padat Jakarta. Namun di sini lebih bersih dan tenang. Warga di sini adalah orang-orang yang merupakan keturunan Kesultanan Kacirebonan. Hal yang unik dan menarik adalah di perumahan ini terdapat tempat pelestarian kesenian tradisional Cirebon. Elang Heri Komarahadi Arkaningrat memulai berdirinya sanggar Sekar Pandan pada tahun 1991. Alasan beliau mendirikan tempat pelestarian kesenian tradisional ini mengaku terpanggil karena memang tradisi leluhur Cirebon adalah warisan keluarganya (wawancara, 25 Januari 2013). Tanggung jawab moral tampaknya menjadi alasan utama. Tak semulus harapannya, mencari anggota sanggar ternyata tak mudah. Pria yang akrab dipanggil Bang Heri ini harus berkeliling ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan sanggarnya dan mencari anggota. Beberapa kesenian yang dipelajari di Sanggar Seni Sekar Pandan ini diantaranya yaitu, tari Topeng Cirebon, Topeng Barong, Wayang Wong, Sintren, Karawitan, tari Batik, Telik Sandi, Jaga Regol, tari Manggala Yuda dan Wayang Kulit. Dalam menghidupi sanggarnya, selain dibantu pihak keraton, Bang Heri juga mengenakan iuran wajib bagi anggota.
Riny Yuliyanti, 2013 Tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Sanggar Seni Sekar Pandan memiliki tujuh orang pelatih tari, dua orang pelatih musik dan anggota yang kebanyakan berusia remaja mulai dari usia dua belas tahun hingga dewasa. Melihat pentingnya pelestarian budaya asli Cirebon, Elang Herry Komarahadi Arkaningrat dengan penuh tanggung jawab
terhadap
kesenian,
dibuktikannya
dengan
memperkaya
dan
melestarikan seni tari yang telah ada, namun juga menciptakan tarian-tarian baru yang memiliki unsur tradisional. Diantaranya yaitu Topeng Beling tahun 1995, topeng Barong tahun 2001, tari Batik tahun 2010 dan tari Manggala Yuda tahun 2010. Sejak digelarnya Festival Topeng Nusantara pada tahun 2010 di Cirebon yang disaksikan 15 duta besar dan perwakilan UNESCO, membuat Bang Herry mulai kebanjiran order kesenian topeng Cirebon untuk mentas di luar kota. Seperti halnya tari Topeng Barong hasil karya Elang Herry ini mampu dipentaskan pada event-event tertentu. Perjuangan Elang Herry dan teman-temannya ini patut dibanggakan, karena tidak mudah menampilkan suatu tarian hingga ke mancanegara. Karena kegigihannya, tari Topeng Barong terpilih sebagai perwakilan tari kreasi dari Jawa Barat yang berhasil dipertunjukan di Korea Selatan dan Australia pada tahun 2011. Tari Topeng Barong merupakan salah satu seni tari yang tumbuh dan berkembang di Cirebon tepatnya di Sanggar Seni Sekar Pandan yang berada di Kompleks Keraton Kacirebonan oleh Elang Herry Komarahadi yang diciptakan pada tahun 2001. Sebagai suatu tari kreasi yang menceritakan tentang konflik untuk mencari nilai-nilai kebenaran, dalam proses pembuatan tari Topeng Barong ini Elang Herry terinspirasi dari penggambaran seorang Emban atau Parkan atau juga seorang Inang. Penyajian tari Topeng Barong terdiri dari seni Barongsai dan tari Topeng Songong serta Topeng Semblep. Penggambaran Topeng Semblep itulah Elang Herry Komarahadi menciptakan Tari Topeng Barong dengan gerakan yang bersemangat, gembira disertai gerak bobodoran.
Riny Yuliyanti, 2013 Tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai data otentik yang didapat langsung dari lapangan kemudian dideskripsikan dan dianalisis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang tari Topeng Barong, koreografi, iringan dan busana yang dipergunakan pada tari Topeng Barong. Penelitian ini dilakukan untuk
mengkaji lebih dalam mengenai kemunculan tari Topeng Barong
sehingga dikenal oleh masyarakat. Peneliti tertarik dan akan mengangkat permasalahan tari Topeng Barong tersebut kedalam penelitian yang berjudul “Tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon”.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini diurai sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang terciptanya tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon? 2. Bagaimana struktur koreografi, iringan dan busana tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon?
C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, adapun tujuan dari penelitian ini diurai sebagai berikut: 1.
Mendeskripsikan latar belakang terciptanya tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon.
2.
Mendeskripsikan struktur koreografi, iringan dan busana tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon.
Riny Yuliyanti, 2013 Tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia seni dan pendidikan, diantaranya sebagai berikut: 1. Peneliti Menambah ilmu, wawasan, pengalaman dan pemahaman mengenai pertunjukan tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon. 2. E. Herry Komarahadi Arkaningrat Memberikan gambaran mengenai hasil dari tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon, sehingga dapat menjadi tolak ukur dalam penciptaan karya-karya sejenis yang juga akan ditampilkan dalam suatu acara-acara baik tingkat regional, nasional maupun internasional. 3. Seniman Hasil penelitian ini dapat memacu para seniman-seniman yang ada di Kota Cirebon pada khususnya dan seniman-seniman lainnya agar lebih kreatif lagi dalam menciptakan suatu tarian. 4. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung Menambah khasanah pustaka (literature) pada Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung mengenai tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon. 5. Masyarakat Peningkatan rasa bangga dari masyarakat, gambaran informasi tentang tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon sehingga mampu mengembangkan wawasan dalam budaya.
E. STRUKTUR ORGANISASI Sistematika yang peneliti terapkan dalam penulisan skripsi, yaitu: 1. JUDUL Riny Yuliyanti, 2013 Tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
2. HALAMAN PENGESAHAN 3. PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA TULIS 4. KATA PENGANTAR 5. ABSTRAK 6. DAFTAR ISI 7. DAFTAR TABEL 8. DAFTAR GAMBAR 9. DAFTAR LAMPIRAN 10. BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan struktur organisasi penulisan skripsi. Berikut ini disajikan uraian tiap bagian pendahuluan. 11. BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoretik dalam menyusun pertanyaan penelitian. Adapun dalam skripsi ini yaitu definisi tari, topeng di Cirebon, kreasi baru, koreografi, resensi skripsi di sanggar Seni Sekar Pandan dan unsur-unsur pendukung tari. 12. BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen yaitu lokasi dan sasaran penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik pengolahan data serta terakhir memaparkan tahap-tahap penelitian, diantaranya yaitu pra penelitian, pelaksanaan penelitian dan penulisan hasil penelitian. 13. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan memaparkan tentang hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, diantaranya gambaran lokasi penelitian, sejarah sanggar Seni Sekar Pandan, pencipta tari Topeng Barong, latar Riny Yuliyanti, 2013 Tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
belakang terciptanya tari Topeng Barong, struktur koreografi tari Topeng Barong, busana tari Topeng Barong dan iringan tari Topeng Barong. 14. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab Kesimpulan dan Saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.
15. DAFTAR PUSTAKA Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis (buku, dokumen, dan sumbersumber lain seperti internet) yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. 16. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan hasil-hasilnya, seperti lampiran 1 memuat tentang pedoman wawancara, lamipran 2 memuat profil pencipta tari Topeng Barong, lampiran 3 memuat profil asisten koreografer tari Topeng Barong, lampiran 4 memuat profil penata musik tari Topeng Barong, lampiran 5 memuat dokumentasi foto, lampiran 6 memuat Surat Keputusan dan surat penelitian, lampiran 7 memuat dokumentasi mengenai Sanggar Seni Sekar Pandan dan piagam penghargaan tari Topeng Barong. 17. RIWAYAT HIDUP
Riny Yuliyanti, 2013 Tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu