BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian makanan bergizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Seseorang dikatakan memiliki gizi baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut (Arisman, 2009). Pada masa bayi diperlukannya nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan gizi optimal bayi dan mendukung pertumbuhannya. Global Strategy for infant and Young Child Feeding, WHO merekomendasikan 4 hal untuk mencapai pertumbuhan perkembangan yang optimal yaitu: 1) memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi sesegera mungkin dalam 30 menit setelah bayi lahir, 2) memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, 3) memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak usia 6 sampai 24 bulan, 4) meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (WHO, 2003). Pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan memiliki manfaat jangka pendek (Kremer and Kakuma, 2012) dan jangka panjang (Horta et al., 2007). Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengurangi kematian bayi. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI dapat melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, yaitu diare, otitis media dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. Diketahui juga bahwa kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (matur). ASI memiliki zat kekebalan untuk melindungi bayi dari penyakit diare dan menurunkan kemiskinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi (Kementrian kesehatan RI, 2014). Berbagai manfaat ASI eksklusif tersebut telah terbukti menurunkan angka kematian bayi dan balita (UNICEF, 2013, Bhutta et al., 2013a). Kenyataan yang
1
2
terjadi di negara berkembang adalah cakupan pemberian ASI eksklusif sangat rendah (39%) bila dibandingkan dengan target universal coverage sebesar 90% (Cai et al., 2012). Kondisi yang lain menunjukkan antara tahun 1995–2011 kenaikan pemberian ASI eksklusif hanya berkisar antara 32%-40% (UNICEF, 2013).Indonesia termasuk 10 besar negara yang 2/3 bayinya tidak diberikan ASI secara eksklusif (UNICEF, 2013). Analisis Black et al. (2013) menunjukkan bahwa praktik pemberian ASI suboptimal, termasuk menyusui tidak secara eksklusif, berkontribusi 11,6% pada kematian pada anak di bawah usia 5 tahun. Oleh karena itu, berbagai program dan intervensi telah dikembangkan dalam upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif. Intervensi ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu sehingga mampu menyusui bayinya secara eksklusif. Intervensi prenatal pada saat pemeriksaan antenatal (ANC) terbukti meningkatkan durasi menyusui secara eksklusif (Su et al., 2007, Lumbiganon et al., 2011, Stuebe and Bonuck, 2011, Jessri et al., 2013, Bbaale, 2014). Selain itu konseling laktasi berkelompok atau melalui kelas ibu hamil juga meningkatkan pemberian ASI eksklusif (Mete et al., 2010, Martínez Galiano and Delgado Rodríguez, 2013). Pemerintah telah mengembangkan berbagai intervensi seperti konseling laktasi pada saat ANC, kelas ibu hamil, pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), kunjungan
nifas,
dan
pengembangan
kebijakan
melalui
peraturan
perundangan.Namun hasilnya masih sangat jauh dari yang diharapkan. Kabupaten Gunung Kidul merupakan salah satu kabupaten yang memiliki cakupan air susu ibu (ASI) masih kurang dari kabupaten lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012 sebesar 44,8%, tahun 2013 sebesar 56,5% dan pada tahun 2014 sebesar 59,5% (Dinkes, 2015). Permasalahan selama masa kehamilan banyak dialami ibu dan seringkali mengalami komplikasi kehamilan. oleh karena itu, diperlukan pemantauan kesehatan ibu hamil selama masa masa kehamilannya. Kelas ibu hamil merupakan salah satu wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular serta akte kelahiran ibu hamil.
3
Ibu hamil belajar bersama mengenai kesehatan ibu hamil, yang dilakukan secara berkelompok, yaitu kelompok ibu hamil dengan umur kehamilan antara 4 minggu sampai dengan 36 minggu (menjelang persalinan) (Kemenkes RI, 2011). Dalam kelas ibu hamil ini, ibu hamil akan mendapatkan pengetahuan mengenai ASI eksklusif. Permasalahan tentang pencapaian pemberian ASI eksklusif dan berbagai program intervensi yang telah dilakukan di atas, dan belum adanya penelitian mengenai pengaruh kelas ibu hamil terhadap ASI eksklusif, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pelaksanaan kelas ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Gunung Kidul.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian adalah “Apakah ibu yang memberikan ASI secara eksklusif lebih banyak pada ibu yang mengikuti kelas ibu hamil dibandingkan dengan ibu yang tidak mengikuti kelas ibu hamil?”
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Mengetahui pengaruh pelaksanaan kelas ibu hamil dan variabel luar terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta.
2.
Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan kelas ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. b. Untuk mengetahui pengaruh variabel luar, yaitu pendidikan ibu, pekerjaan ibu, IMD, ANC, kunjungan nifas, dukungan suami, sosial ekonomi dan paritas terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta.
4
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Sebagai bahan kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh kelas ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif. b. Sebagai pembanding dalam melakukan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis a. Sebagai bahan untuk merancang intervensi yang lebih efektif bagi masyarakat dan pemerintah b. Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program kelas ibu hamil
E. Keaslian Penelitian Penelitian ini tentang pengaruh kelas ibu hamil terhadap pemberian ASI (air susu ibu). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan menggunakan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul. Berdasarkan penelusuran literature didapatkan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, di antaranya : Tabel 1. Keaslian penelitian Peneliti Elsera (2015)
Judul penelitian Pengaruh kunjungan neonatus terhadap pemberian ASI eksklusif.
Mete et al. (2010)
An Investigation into breastfeeding characteristics of mothers attending childbirth education classes.
Martinez Galiano and Delgado Rodriguez (2013)
Early initation of breastfeeding is benefited by maternal education program
Hasil Pemberian ASI secara eksklusif secara statistik dan praktis lebih besar pada bayi yang dilakukan kunjungan neonatus dari pada bayi yang tidak dilakukan kunjungan neonatus. Ibu yang mengikuti kelas ibu hamil akan memberikan efek positif bagi ibu berupa tidur bayi yang nyenyak, meningkatkan dukungan dan persepsi akan keberhasilan menyusui. Ibu yang mengikuti kelas ibu akan meningkatkan keberhasilan inisiasi menyusui dini (IMD) dan menyusui eksklusif selama 2 tahun.
Persamaan Variabel dependen
Perbedaan Variabel independen
Variabel dependen independen
Variabel Disain penelitian
Variabel dependen
variabel independen dan disain penelitian
5
Lanjutan Tabel 1. Peneliti
Judul penelitian
Hasil
Persamaan
Utami (2012)
Peran kelas ibu hamil terhadap praktik inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu bayi usia 0-12 bulan di wilayah Kelurahan Tengah, Kramatjati Jakarta timur.
variabel independen kelas ibu hamil, pendekatan kualitatif.
Susilawati (2010)
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Kampar Riau.
Kurang berperannya kelas ibu, hamil dalam meningkatkan praktik inisiasi menyusu dini (IMD) disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah frekuensi kehadiran informan yang tidak maksimal menghadiri tigakali pertemuan dalam satu. Angkatan kelas dan penyampaian materi IMD pada KIH juga kurang optimal (belum meliputi manfaat IMDbagi ibu dan bayi, seerta cara; IMD seharusnya dilaksanakan) Terdapat perbedaan prporsi kejadian pemberian ASI eksklusif antara bayi dilakukan IMD dengan bayi yang tidak dilakukan IMD. Bayi yang dilakukan IMD mempunyai peluang 2,8 kali lebih besar mendapatkan ASI eksklusif dibandingkan dengan bayi yang ttidak dilakukan IMD. Hasil analisis regresi binomial memperlihatkan bahwa pendidikan ibu, status pekerjaan menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif.
Variabel dependen
Perbedaan Variabel dependen dan disain penelitian, disain casecontrol.
Variabel independen, studi kohort retrospektif.