BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Panjang jaringan jalan beraspal di Indonesia setiap tahun terus bertambah.
Peningkatan
pembangunan
infrastruktur
jalan
menyebabkan
kebutuhan material penyusun perkerasan jalan juga meningkat, salah satunya adalah aspal. Kebutuhan aspal nasional untuk mendukung penyelenggaraan jaringan jalan nasional pada tahun 2012 mencapai 1.315 ribu ton, sementara suplai dari PT. Pertamina sebagai pemasok utama material aspal, hanya mencapai angka 890 ribu ton. Terjadi gap pemenuhan kebutuhan sebesar 425 ribu ton yang saat ini proses pengadaanya dilakukan secara parsial oleh masing–masing pelaku kepentingan terkait penyelenggaraan jalan. Rasio potensi konsumsi terhadap ketersediaan pasokan sudah hampir 50%, menunjukkan bahwa kondisi supply–demand aspal untuk mendukung penyelenggaraan jaringan jalan di Indonesia sudah kritis. Perlu dilakukan upaya– upaya terobosan untuk mengisi gap kekurangan pasokan aspal minyak tersebut. Salah satu alternatif terobosan yang saat ini paling memungkinkan adalah peningkatan pendayagunaan aspal Buton (asbuton) yang potensi sumber tambangnya cukup melimpah di Pulau Buton Sulawesi Tenggara. Pihak pemerintah juga menginstruksikan bina marga dan dinas terkait untuk menggunakan aspal buton dalam pengerjaan pembangunan jalan raya, yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.35 tahun 2006. Aspal Buton memiliki deposit sekitar 660 juta ton yang letaknya tersebar seluas 70.000 Ha. Saat ini kontribusi aspal Buton masih sangat sedikit, yaitu sekitar 1,46% dari total kebutuhan aspal nasional. Diperlukan pembenahan secepatnya terhadap industri aspal Buton demi tercapainya keseimbangan rantai pasok aspal nasional dimasa yang akan datang.
1
2
Sumber: gooogle search
Gam mbar 1.1 Petta lokasi sebbaran depossit Asbuton
Permasalaha P an perkerasan jalan yaang juga kompleks k adalah kerussakan jalan yang menyebaabkan keruugian yang diderita cukup c besarr terutama bagi m kerusakann jalan diseebabkan anntara lain karena k pengguna jalan. Secara umum beban laluulintas beruulang yang berlebihan b (overload), panas/ suhhu udara, aiir dan hujan, serrta mutu aw wal produk yang jelek. Disamping g direncanaakan secara tepat jalan haruus dipeliharra dengan baik b agar dapat d melayyani pertum mbuhan laluulintas selama um mur rencanaa. Pemelihaaraan jalan rutin mauppun berkala perlu dilakkukan untuk meempertahankkan keamannan dan keenyamanan jalan bagi penggunaa dan menjaga daya d tahan// keawetan sampai um mur rencanaa. (Suwarto o dan Sugihharto, 2004) Melihat M perm masalahan di atas, unttuk mengopptimalkan penggunan p aspal buton, perrlu dilakukan penelitiaan uji laborratorium teentang ketahhanan camppuran perkerasann jalan denngan bahan perekat asppal Buton terhadap t sallah satu peerusak utama konnstruksi jallan, yaitu air. a Tingginnya curah hujan h di wiilayah Indoonesia yang tidakk diiringi dengan d sisttem drainasse yang baiik menyebaabkan terjadinya genangan pada perm mukaan konstruksi jalann. Durasi lamanya l geenangan air pada p y yang signifikan karena membeerikan konstruksii jalan meerupakan pengaruh
3
kesempatan air berinfiltrasi atau masuk ke dalam struktur perkerasan aspal. Kondisi tersebut menyebabkan campuran aspal teroksidasi dan mengurangi durabilitas campuran aspal, kemudian menembus lapisan pondasi agregat di bawahnya, yang berakibat kontruksi jalan menjadi labil dan daya dukungnya makin rendah. Fenomena tersebut membuat banyak konstruksi jalan rusak dan berakibat fatal bagi pengguna jalan. Pada penelitian ini modifikasi aspal buton yang digunakan adalah BNA Blend 75:25 yang merupakan salah satu produksi PT. Aston Adhi Jaya. Desain campuran yang digunakan adalah jenis campuran Lataston Lapis Aus atau dikenal dengan istilah Hot Rolled Sheet–Wearing Course (HRS–WC). Pemilihan jenis campuran pada penelitian ini dengan alasan bahwa jenis aspal BNA Blend 75:25 mempunyai nilai penetrasi yang lebih rendah dan titik lembek yang lebih tinggi dibanding aspal minyak AC 60/70. Sehingga diharapkan pada campuran HRS– WC (campuran aspal. agregat halus, filler, dan sedikit agregat kasar) sebagai kunci kekuatan pada campuran HRS–WC dapat memberi hasil yang optimal, karena lapis aus merupakan lapis yang rentan terhadap kerusakan.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakteristik campuran Lataston Lapis permukaan (HRS–WC) dengan bahan perekat BNA Blend 75:25 sesuai Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum 2010 (revisi 2). 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh rendaman air genangan hujan terhadap karakteristik campuran HRS–WC menggunakan bahan perekat aspal BNA Blend 75:25. 3. Mengetahui pengaruh air genangan hujan terhadap keawetan (durabilitas) campuran dengan bahan perekat BNA Blend 75:25.
4
C. Manfaat Penelitian
Dari hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain: 1.
Memberi informasi bagi dunia penelitian/ akademik mengenai penggunaan hasil pengolahan aspal buton BNA Blend 75:25 khususnya untuk campuran HRS–WC.
2.
Melengkapi penelitian terdahulu yang terkait dengan penggunaan aspal Buton pada campuran aspal beton.
3.
Memberi rekomendasi kepada pemerintah terkait penggunaan BNA Blend 75:25 dalam campuran HRS–WC berdasarkan hasil penelitian.
D. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Spesifikasi teknik untuk campuran HRS–WC didasarkan pada Spesifikasi Umum Departemen Pekerjaan Umum Divisi 6 Perkerasan Aspal Tahun 2010 (revisi 2).
2.
Standar pengujian karakteristik material agregat dan aspal yang digunakan adalah Spesifikasi Umum Departemen Pekerjaan Umum Divisi 6 Perkerasan Aspal Tahun 2010 (revisi 2).
3.
Gradasi yang digunakan adalah gradasi HRS–WC berdasarkan spesifikasi yang dikeluarkan oleh Departemen Bina Marga 2010 (revisi 2).
4.
Job mix design menggunakan data sekunder perancangan laboratorium Pakpahan, 2007.
5.
Material yang digunakan adalah: a. Agregat kasar, agregat halus, filler berasal dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. b. BNA Blend 75:25 produksi PT. Aston Adhi Jaya. c. AC 60/70 (aspal minyak pen 60/70) produksi PT. Pertamina.
5
6.
Air yang digunakan untuk perendaman benda uji merupakan air genangan hujan di wilayah D.I Yogyakarta.
7.
Pengujian yang dilakukan untuk memperoleh nilai stabilitas dan kelelehan (flow) dengan uji Marshall yang direndam ½ jam, 1 hari, 2 hari, 4 hari, 7 hari, dan 14 hari. Dalam penelitian ini tidak dilakukan penelitian secara kimiawi pengaruh
kandungan air genangan terhadap mineral yang terkandung di dalam BNA Blend 75:25.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa tentang penggunaan BNA Blend 75:25 sebagai bahan perekat pada campuran HRS -WC sudah pernah dilakukan oleh Pranantya (2013) dengan judul ‘’Pengaruh Pemanfaatan BNA Blend 75:25 Terhadap Stabilitas dan Durabilitas pada Campuran HRS–WC’’ dan oleh Pakpahan (2007) dengan judul ‘’Perancangan Laboratorium Campuran Hot Rolled Sheet–Wearing Course (HRS–WC) Menggunakan Bahan Perekat BNA Blend 75:25’’. Perbedaan dari penelitian ini adalah perbedaan penggunaan media perendaman, yaitu air genangan hujan di wilayah D. I Yogyakarta. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai pengaruh air genangan hujan terhadap stabilitas dan durabilitas campuran Hot Rolled Sheet–Wearing Course (HRS–WC) dengan bahan perekat BNA Blend 75:25