BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang berupaya dalam memajukan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu. Tiga pilar tujuan pembangunan nasional tersebut meliputi pemerataan dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Pembangunan nasional tidak dapat dipisahkan dari pembangunan kesehatan. Hal ini dikarenakan semua aspek kehidupan manusia ditunjang oleh kesehatan. Derajat
kesehatan
masyarakat
merupakan
salah
satu
indikator
tingkat
kesejahteraan dan kemajuan suatu bangsa. Salah satu faktor penting pendukung dalam bidang kesehatan adalah obat. Obat harus mengalami proses penanganan secara ketat (highly regulated) dalam pembuatannya sampai didistribusikan ke konsumen. Kualitas obat harus dibangun sejak awal mulai dari penanganan starting material, proses produksi (pengolahan dan pengemasan), penyimpanan, dan distribusi obat. Ketersediaan obat berkaitan dengan adanya industri farmasi sebagai sarana memproduksi obat yang diharapkan memberikan produk yang berkualitas, aman, dan berkhasiat. Jumlah penduduk dan perhatian masyarakat terhadap masalah kesehatan yang semakin meningkat mendorong industri farmasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan cara memenuhi kebutuhan masyarakat akan konsumsi obatobatan (Suliantoro dkk., 2006).
1
Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, obat yang dihasilkan oleh suatu industri farmasi harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety), dan mutu (quality), agar tujuan terapi yang diinginkan dapat tercapai. Oleh sebab itu, industri farmasi harus memenuhi suatu standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia atau di dunia Internasional yang dikenal sebagai Good Manufacturing Practices (GMP). Salah satu industri farmasi milik Negara Republik Indonesia yang telah memiliki sertifikat CPOB adalah Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad). Lafi Ditkesad merupakan suatu badan pelaksana yang berkedudukan langsung di bawah Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Ditkesad) yang dipimpin oleh Direktur Kesehatan Angkatan Darat (Dirkesad). Lafi Ditkesad berperan dalam menciptakan kemandirian dalam hal pengadaan obat-obatan dengan mutu, khasiat, serta keamanan yang terjamin untuk digunakan oleh prajurit dan PNS TNI AD beserta keluarganya (Dirkesad, 2007). Lafi Ditkesad selalu melakukan perbaikan yang secara terus menerus (continous improvement) di segala aspek, tidak hanya fokus pada kualitas produk yang dihasilkan, tetapi juga harus dapat mengatur biaya produksi yang harus dikeluarkannya. Dua faktor utama yang mempengaruhi produksi suatu obat adalah tenaga kerja dan mesin. Kedua faktor produksi tersebut, yaitu tenaga kerja dan mesin saling terkait dan harus dikelola sebaik mungkin agar proses produksi obat yang dilakukan dapat efektif dan optimal.
2
Secara umum, jumlah produksi sebagai output tergantung pada faktorfaktor produksi yang disebut input. Hubungan teknis antara input dan output dinyatakan dalam suatu fungsi produksi. Permasalahan yang sering dihadapi suatu usaha adalah bagaimana sumber daya atau faktor-faktor produksi yang jumlahnya terbatas dapat dialokasikan dengan tepat agar dapat memperkecil biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut (Boediono, 2002). Penggunaan sumber daya atau faktor-faktor produksi yang tidak tepat akan menyebabkan ketidakefektifan dan ketidakefisienan yang dapat menggangu jalannya proses produksi. Apabila hal ini dibiarkan dalam waktu yang cukup lama maka akan sangat merugikan perusahaan karena secara sosial terjadi pemborosan sumber daya yang semakin langka seiring dengan meningkatnya kebutuhan (Biantoro, 2003). Penelitian yang berkaitan dengan faktor tenaga kerja dan mesin belum pernah dilakukan di Lafi Ditkesad dan juga di Lafi Ditkesad belum pernah dilakukan pengukuran untuk mengetahui indeks efektivitas produksinya secara menyeluruh. Pengukuran efektivitas ini sangat penting sebagai langkah awal bagi Lafi Ditkesad untuk mengambil kebijakan-kebijakan dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai analisis efektivitas produksi obat kaplet Floxad dan sirup Lafidril di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad). Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan maupun informasi bagi perkembangan industri farmasi di masa yang akan datang.
3
1.
Perumusan masalah Permasalahan yang kemudian diangkat dalam penelitian ini dirumuskan
dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimanakah pengaruh faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi obat kaplet Floxad dan sirup Lafidril di Lafi Ditkesad? b. Bagaimanakah tingkat keefektifan penggunaan faktor-faktor produksi (jam kerja tenaga kerja dan jam kerja mesin) terhadap hasil produksi (output) obat kaplet Floxad dan sirup Lafidril? 2.
Keaslian penelitian Penelitian
mengenai
analisis
efektivitas
produksi
obat,
menurut
sepengetahuan peneliti belum ditemukan. Adapun kajian mengenai faktor produksi di industri farmasi pernah dilakukan sebelumnya oleh Effendi (2000) yang berjudul “Identifikasi Faktor-faktor Produksi yang secara Signifikan Berpengaruh pada Output Sektor Industri Farmasi di Indonesia Periode Tahun 1976-1997”. Penelitiannya menyimpulkan bahwa untuk sektor industri farmasi formulasi diketahui adanya ketergantungan yang kuat secara signifikan terhadap bahan baku dan juga barang lainnya. Dalam sektor industri obat tradisional, pengaruh yang dominan dan signifikan berasal dari variabel modal, jasa industri, variabel sewa, tingkat upah tenaga kerja, barang lainnya dan bahan baku obat. Estimasi model pertumbuhan output terhadap return to scale menunjukkan increasing return to scale. Bilada (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Output Industri Farmasi Indonesia Periode 1983–
4
2005 (Pendekatan Total Factor Productivity)” juga menyatakan bahwa tenaga kerja, modal, bahan baku, dan progres teknologi berpengaruh positif dengan ouput produksi, sedangkan energi berpengaruh negatif dengan output produksi. Perbedaan penelitian Effendi (2000) dan Bilada (2008) dengan penelitian ini adalah Penulis memasukkan faktor mesin dalam mempengaruhi jumlah output dan menganalisa tingkat keefektifan penggunaan tenaga kerja dan mesin dua macam obat yang berbeda bentuk sediaannya, yaitu sediaan padat dan sediaan cair di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad). Herawati (2008) juga melakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor produksi, yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Produksi Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan Mesin Terhadap Produksi Glycerine pada PT. Flora Sawita Chemindo Medan”. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Dari hasil penelitian, diperoleh faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi oleokimia adalah modal, bahan baku, tenaga kerja, dan mesin. Hasil estimasi Return to Scale menunjukkan skala hasil meningkat (Increasing Return to Scale). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2008) adalah obyek yang diteliti, tempat penelitian, dan pada penelitian ini lebih fokus membahas tingkat keefektifan produksi dari suatu obat. 3.
Manfaat penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
5
a. Bagi Lafi Ditkesad, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan berkaitan dengan penggunaan tenaga kerja dan mesin yang digunakan sehingga Lafi Ditkesad dapat berproduksi dengan lebih efektif dan optimal. b. Bagi perusahaan farmasi umumnya, penelitian ini diharapkan memberikan masukan berkaitan dengan efektivitas penggunaan faktor-faktor produksi. c. Bagi pengembangan akademis, penelitian ini diharapkan akan memperkaya khasanah studi empiris yang dapat menjadi acuan bagi peneliti maupun pihak lain yang terkait sehingga merupakan sumbangan pemikiran bagi pihak yang terkait untuk melanjutkan dengan topik penelitian yang sama. d. Bagi penulis, penelitian ini menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian dan juga menambah pengetahuan penulis yang terkait dengan produksi obat pada suatu industri farmasi.
B. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi (jam kerja tenaga kerja dan jam kerja mesin) terhadap jumlah produksi (output) obat kaplet Floxad dan sirup Lafidril di Lafi Ditkesad 2. Mengetahui tingkat efektivitas penggunaan faktor-faktor produksi (jam kerja tenaga kerja dan jam kerja mesin) terhadap hasil produksi (output) obat kaplet Floxad dan sirup Lafidril di Lafi Ditkesad.
6