BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Mentorship merupakan suatu hubungan antara dua orang yang memberikan kesempatan
untuk
berdiskusi
yang
menghasilkan
refleksi,
melakukan
kegiatan/tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang didasarkan pada dukungan, kritik membangun, keterbukaan, kepercayaan, dan keinginan untuk belajar berbagi dengan tujuan yang disepakati oleh yang mempunyai pengalaman lebih sedikit untuk menambah dan mengembangkan kompetensi yang spesifik, yang dijelaskan dalam seminarnya Nurachmah (Werdati, 2007). Mentoring dalam keperawatan mempunyai tujuan agar perawat mampu bekerja dengan cara kolaborasi dan kooperatif dengan mengenali serta menghargai konstribusi dalam profesi dan tim kesehatan, dalam proses pembelajaran atau teori perkembangan yang diajarkan dan diterapkan oleh mentorship agar bermanfaat bagi pendatang baru dalam keperawatan (Rosyadi, 2008, mentoring dalam bimbingan praktik klinik keperawatan dirumah sakit, ¶ 1, diperoleh 19 Agustus 2013). Pembelajaran dalam mentorship mempunyai manfaat bagi peserta didik seperti, mentee belajar lebih cepat dan lebih mampu dalam penerapan praktik keperawatan, jika tidak ada mentorship maka perubahan dalam pemberian perawatan dapat mempersulit
kesempatan
mahasiswa
untuk
belajar
langsung prosesprakti
keperawatan, oleh karena itu penting ada mentorship dalam kompeten pembelajaran praktik keperawatan dimasa depan untuk mempersiapkan perawat yang kompeten. The NMC (Nurse Midwifery Council di UK 2009) telah menetapkan panjang minimum dan tingkat akademik untuk program untuk mempersiapkan Mentor, Praktek Guru dan Guru. Persyaratan ini diatur dalam pasal 3 Standar untuk
1
2
mendukung pembelajaran dan penilaian dalam praktek (NMC, 2008) dalam kaitannya dengan setiap hasil dalam rangka. Diharapkan semua program persiapan meliputi pembelajaran berbasis kerja untuk mengaktifkan pengetahuan baru, keterampilan dan kompetensi untuk diterapkan dalam praktek. The NMC mengakui bahwa perawat dan bidan yang Mentor terutama digunakan untuk memberikan perawatan bagi pasien dan klien. Siswa pra- pendaftaran memiliki status supernumerary dan dapat berharap untuk dapat bekerja dengan mentor. The NMC mensyaratkan bahwa minimal, sementara memberikan perawatan langsung dalam pengaturan praktek, setidaknya 40 % dari waktu siswa harus dikeluarkan sedang diawasi (langsung atau tidak langsung) oleh Mentor/Guru Praktek. Peran seorang mentor di Indonesia dimana mentor mampu membuat mentee yang tadinya tergantung menjadi mandiri. Untuk meningkatkan proses bimbingan, beberapa rumah sakit di Indonesia mulai menerapkan proses bimbingan dengan mentorship. Mentorship ini telah lama digunakan di luar negeri. Penelitian Jokilainen (2011) yang dilakukan di Finlandia menyatakan bahwa sistem mentorship yang efektif akan menghasilkan lulusan perawat yang kompeten, berdaya saing dan secara tidak langsung memberikan cost effective terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan dalam proses belajar di lingkungan praktik klinik. Hal ini dapat dijelaskan pada mentorship provesion for student nursing:conceptions of finnish and Britis mentors in healthcare placemen. Proses belajar di lingkungan klinik berfokus pada masalah nyata dalam konteks praktik profesional. Melalui praktek klinik di rumah sakit mentee belajar memberi penerapan pelayanan pada pasien secara langsung yang diperoleh dari teori. Dampak positif akan diperoleh yaitu peserta didik akan merasakan pengalaman nyata memberikan pelayanan keperawatan
yang merupakan keberhasilan
pembelajaran klinik yang tidak terlepas dari peran dan kemampuan mentorship
3
untuk antisipasi apabila mereka lulus nantinya dan menjadi seorang perawat (Enawati, 2008, hlm 2). Menurut Relly dan Oberman (1999) dalam buku Elizabeth (2006) keberhasilan integritas pembelajaran sangat bergantung pada keterampilan dan kemampuan pengajar dalam karakteristik pengajar yang efektif didalam lingkungan klinis dapat dikelompokkan dalam lima bidang yaitu pengetahuan kompetensi klinis, keterampilan pengajaran, hubungan dengan peserta didik, hubungan dengan staf klinis, dan karakteristik personal agar keberhasilan pembelajaran klinik tercapai. Keberhasilan pembejaran klinik yang ditandai dengan pencapaian target kompetensi sangat dipengaruhi oleh hubungan antara pembimbing serta pendidik. Keberhasilan mentorship dalam pembelajaran klinik dapat diterapkan dalam model konseptual. Menurut Riehl dan Ray, 1980 dalam Makhfudli (2009) model konseptualmerupakan sintesis dari suatu kumpulan konsep dan pernyataan yang menginterpretasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan.Model konseptual praktek keperawatanadalah suatu kontruksi yang sistematik,berdasarkan ilmu pengetahuan dan logika,berkaitan dengan konsep yang diidentifikasipada komponen yang nyata pada praktek keperawatan. Model konseptual salah satu yang mencerminkan realita dengan menempatkan kata-kata yang merupakan konsep kedalam model dengan cara yang sama dengan membuat model asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi sampai evaluasi. Model keperawatan adalah jenis konseptual yang menerapkan kerangka kerja terhadap pemahaman keperawatan dan bimbingan praktik keperawatan dalam pembelajaran konseptual (Kozier, 2006). Pembelajaran konseptual menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam praktik keperawatan, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan memperoleh
4
makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya (Hamruni, 2011). Penelitian Enawati (2008) di praktik klinik Surakarta didapatkan hasil –t hitung (5,390) < -t tabel (- 2,093) yang berarti secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara metode konseptual dan metode konvensional. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan metode konseptual dalam bimbingan praktek klinik keperawatan dapat meningkatkan pencapaian kompetensi praktek klinik keperawatan. Kompetensi didefenisikan
sebagai suatu karakteristik dasar individu menurut
Kepmendiknas 045/U/2002 merupakan seperangkat tingkatan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu dalam melaksanakan
tugas-tugas dalam kompetensi di bidang pekerjaan.
Kompetensi seorang perawat adalah suatu yang ditampilkan secara menyeluruh oleh seorang perawat dalam memberikan pelayanan profesional kepada klien yang menurut International Council of Nursing menjelaskan kompetensi yang bermakna pengetahuan, keterampilan sikap dan pertimbangan terintegrasi yang harus di miliki/dipersyaratkan untuk melakukan tindakan secara aman dalam situasi lingkungan praktik keperawatan (Nursalam, 2012). Menurut Bloom dan Krathwohi dalam bukunya Nursalam (2012) menjelaskan penilaian pada kompetensi mahasiswa dapat dilihat pada masing-masing individu yaitu kognitif, psikomotor dan afektif yang merupakan karakteristik kompetensi dalam motif sesuatu yang secara konsisten dipikirkan yang menyebabkan munculnya suatu tindakan yaitu bawaan, pengetahuan, dan keahlian. Sedangkan penilaian perawat terhadap kompetensi klinik menurut George Miller ialah mengenalkan kerangka kerja yaitu pada tingkatan pengetahuan, diikuti dengan kompetensi, unjuk kerja dan tindakan. Tindakan lebih berfokus pada kejadian dalam praktik dari pada apa yang terjadi dalam simulasi ujian. Metode penilaian berbasis kerja berfokus pada pengumpulan informasi mengenai unjuk kerja perawat dalam praktik kesehariannya (Nursalam, 2012).
5
Hasil penelitian Emil dan Hema (2008) di Padang menjelaskan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan metode mentorship mampu meningkatkan pencapaian kompetensi klinik, kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri peserta didik. Hal ini membuktikan bahwa mentorship sebagai suatu inovasi metode bimbingan klinik dalam keperawatan. Lebih lanjut Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) di praktik klinik Caruban menjelaskan kinerja mentor selama pembelajaran klinik adalah mentor sudah mampu berperan sebagai mentor, mampu mencapai perubahan mentee dalam pencapaian kompetensi mahasiswa pada pembelajaran klinik didapatkan rata-rata 89,1% dan nilai praktek rata-rata 84,3. Kesimpulannya penerapan metode mentorship mampu meningkatkan kompetensi mahasiswa pada pembelajaran klinik keperawatan. Sejauh ini pelaksanaan kegiatan pembelajaran klinik keperawatan masih perlu mendapat perhatian dan masih banyak permasalahan dan kekurangan yang terjadi dilingkungan klinik tentang pelayanan kesehatan, bagi pemula atau mahasiswa dalam proses bimbingan klinik keperawatan. Hal ini dapat diperkuat dari hasil-hasil penelitian yang sudah ada diteliti dan dapat disimpulkan masih terdapat beberapa masalah dalam sistem pembelajaran klinik, maka dari itu sistem pembelajaran klinik dalam mentorship perlu dilihat lagi pelaksanaannya dilapangan, selain itu juga dibutuhkan peningkatan terhadap kualitas dan kompetensi para pembimbing klinik keperawatan. Berdasarkan survey yang lakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang disingkat dengan RSUP. H. Adam Malik dimana jumlah keseluruhan mahasiswa yang praktik program studi ilmu keperawatan DIII di ruang Rindu A pada tahun 2013 berjumlah 1.850 mahasiswa, dengan rata-rata 157 siswa perbulannya, jumlah ruangan yang ada di Rindu A ada 6 ruangan dan jumlah mahasiswa perminggunya pada Rindu A1 berjumlah 39 mahasiswa, diruangan RinduA2 berjumlah 24 mahasiswa, ruang Rindu A3 berjumlah 23 mahasiswa, ruang Rindu A4 berjumlah 47 mahasiswa, Rindu A5 berjumlah 24 mahasiswa, dan ruangan Vip dan super Vip A tidak diperkenankan untuk mahasiswa praktik.
6
Bedasarkan survey pendahulu, peneliti melakukan wawancara dengan sepuluh orang mahasiswa DIII keperawatan, peneliti mengajukan pertanyaan tentang proses pembelajaran bimbingan klinik keperawatan yang diterapkan pada bimbingan klinik misalnya tentang anamnesa, pemeriksaan fisik, dan sebagainya yang terkait dengan asuhan keperawatan klien. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data, empat dari mahasiswa menjawab untuk laporan asuhan keperawatan mahasiswa, pembimbing cenderung mengevaluasi secara formalitas, jarang mengecek secara langsung tentang kebenaran tindakan keperawatan yang dilakukan mahasiswa terhadap pasien, tiga diantara sepuluh mahasiswa yang menjawab selain itu dalam melakukan respons pembimbing cenderung tidak menilai penguasaan teori dan keterampilan mahasiswa dalam bertindak melainkan hanya mengevaluasi tentang pengetahuan mahasiswa, tiga mahasiswa menjawab kurangnya bimbingan praktik karena kesibukan dari pembimbing sendiri. Seorang mentor dapat menilai pencapaian kompetensi dengan penilaian pencapaian kompetensi terhadap mahasiswa praktik dapat di nilai dengan ketanggapan, kecepatan dan tepat mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan dengan baik sesuai dengan teori. Hasil penelitian Emil dan Hema (2008) melaporkan adanya perubahan pencapaian kompetensi yang lebih cepat dan tepat ketika mahasiswa mulai melakukan proses bimbingan dengan metode mentorship. Di dukung juga dengan literatur menyebutkan penerapan mentorship di luar negeri mampu meningkatkan pencapaian kompetensi peserta didik, hal ini disampaikan oleh Afni (2013) dalam analisis gambaran pembimbing klinik mahasiswa keperawatan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan mentorship dalam bimbingan klinik keperawatan terhadap pencapaian kompetensi pada mahasiswa praktik keperawatan di Ruang Rindu A RSUP. H. Adam Malik Tahun 2014.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan mentorship dalam bimbingan klinik keperawatan terhadap pencapaian kompetensi pada mahasiswa praktik keperawatan di Ruang Rindu A RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2014?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubunganmentorship dalam bimbingan klinik terhadap pencapaian kompetensi mahasiswa praktik keperawatan di Ruang Rindu A RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2014. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Mentorship dalam proses bimbingan klinik keperawatan di Ruang Rindu A RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2014. b. Pencapaian kompetensi pada mahasiswa praktik keperawatan di Ruang Rindu A RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2014. c. Hubungan mentorship dalam bimbingan klinik keperawatan terhadap pencapaian kompetensi mahasiswa praktik keperawatan di Ruang Rindu A RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mentorship Memberikan acuan teori dalam pengembangan proses bimbingan klinik keperawatan untuk memberikan kesempatan bagimentee berdiskusi dan melakukan kegiatan/tugas dan pembelajaran dimana mentor mampu membuat mentee yang tadinya tergantung menjadi mandiri melalui kegiatan belajar.
8
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah rumah sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan sarana prasarana yang menunjang baik bagi keperawatan dalam pembimbing klinik agar lebih bisa menerapkan keperawatan pada pasien secara profesional. Jumlah pembimbing klinik dalam tiap ruangan ialah satu orang, dengan jumlah enam ruangan dengan pernah mengikuti pelatihan (CI), maka jumlah seluruh pembimbing ialah enam orang. 3. Bagi mahasiswa keperawatan Hasil penelitian ini memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada mahasiswa tentang hubunganmentorship dalam bimbingan klinik keperawatan terhadap pencapaian kompetensi praktik keperawatan dalam pembelajaran praktik di rumah sakit. 4. Bagi penelitian keperawatan Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi baru bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan hubungan mentorship dalam bimbingan klinik keperawatan terhadap pencapaian kompetensi mahasiswa praktik keperawatan dan memberikan manfaat bagi peningkatan pendidikan.