BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa begitu banyak pengaruh, yang salah satunya adalah meningkatkan ekspektasi masyarakat terhadap pemerintah dan pelayanannya. Bermula dari pemikiran untuk meningkatkan
efisiensi,
efektifitas,
transparansi,
dan
akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan, Instruksi Presiden No.3 tahun 2003 tentang “Kebijakan dan Strategi komunikasi Nasional Pengembangan e-Government” menjadi jalan pembuka bagi penerapan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pemerintah Indonesia. E-Government merupakan suatu
mekanisme
interaksi baru antara pemerintah dengan masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, komunikasi
dimana
ditujukan
pemanfaatan untuk
teknologi
meningkatkan
informasidan
kualitas
pelayanan
teknologi public.
Masyarakatpun kembali dihadapkan pada realita dimana upaya penyampaian keluhan atau pengaduan, pencarian informasi tekait jalannya pemerintah, serta transaksi pemerintah harus dilakukan melalui prosedur atau birokrasi yang berbelit,
tanpa kepastian waktu penyelesaian, serta tanpa persyaratan yang
transparan. Pada umumnya birokrasi ini bersifat kaku. Namun, birokrasi memiliki fungsi dan peran yang amat penting didalam masyarakat salah satunya adalah melaksanakan pelayanan publik. Hal tersebut tentu saja berimplikasi pada munculnya citra negative terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Pelayanan publik yang berkualitas adalah menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, dimana layanan pemerintahan bersifat transparan, akuntabel, dan bebas korupsi. E-Government pada hakikatnya merupakan proses pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi sebagai alat untuk membantu jalannya sistem pemerintahan dan pelayanan public yang lebih efektif dan efisien (Sosiawan, 2008).
1
Dengan keberhasilan e-Government, pengembangan ke arah
e-
Government akan menjadi program lanjutan. Mau tidak mau, era digital global sudah di depan kita. Penyiapan sarana dan prasarana harus paralel dengan penyiapan SDM yang akan mengoperasikan e-Government serta jangan pula terlupakan, harus ada sosialisasi kesiapan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas ini. Masyarakat sebagai pengguna, juga penting untuk disiapkan, dalam artian bahwa masyarakat harus dikondisikan untuk mampu mengakses dan mampu memanfaatkan fasilitas e-Government. Maka dari itu sangatlah penting untuk menentukan strategi pemerintah dalam mengembangkan e-Government ini. Pemerintah kota Surakarta memiliki inovasi strategi e-Government terbaru, yakni melalui smartphone. Penelitian menunjukkan, orang Indonesia menghabiskan 181 menit atau sekitar 3 jam dengan ponsel mereka setiap hari. Itu berarti dalam setahun setiap orang di Indonesia menghabiskan waktu 1.095 jam hanya untuk main ponsel. Survei yang dilakukan oleh Milward-Brown dari US juga menyimpulkan bahwa orang Indonesia adalah pengguna ponsel pintar nomor satu di dunia dengan waktu pemakaian rata-rata 181 menit per hari. Dari latar belakang tersebut, pemerintah kota Surakarta berusaha mengembangkan versi mobile agar masyarakat dapat lebih mudah mengaksesnya melalui smartphone tanpa kesulitan apapun. Pembuatan website versi mobile yang khusus diorientasikan kepada konsep sederhana, to-the-point dan ringan tentunya akan membuat masyarakat menjadi lebih nyaman dan mudah dalam mengakses informasi, bertransaksi dan berinteraksi dengan pemerintah kota Surakarta. Dukungan Pemerintah kota Surakarta menjadi sangat penting untuk mensosialisasikan program tersebut secara lebih luas, dan menerapkan strategi komunikasi yang nyata dan tertata. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi ini, maka sebagian warga kota Solo ingin mengubah kota Budaya Solo menuju Cyber City yang berbudaya. Menuju sebuah kota yang mengajak warganya sadar akan teknologi tetapi tidak harus meninggalkan bahkan menghilangkan heritage culture (warisan budaya). Kota Surakarta dengan luas wilayah kurang lebih 44 km² memiliki penduduk lebih dari setengah juta jiwa. Dengan kepadatan penduduk lebih dari
2
13.000/km², kota Surakarta termasuk kota yang padat penduduknya. Berbekal penduduk
yang
padat,
Kota
Surakarta
diharapkan
mampu
mengelola
pemerintahan secara efektif dan efisien. Pada tahun 2013 kota Surakarta masuk dalam 77 besar dari 1200 kota dari 220 negara sebagai 7 Wonder City, dapat menjadi bukti bahwa tidak ada alasan bagi warga Solo untuk gagap teknologi lagi, namun tetap melestarikan warisan budaya yang ada di Kota Solo Pemerintah kota Surakarta sendiri, selain memiliki website resmi www.Surakarta.go.id , juga memiliki akun Facebook Kota Solo dan twitter @kotasolo_fp. Selain itu, terdapat program terbaru yang membuat kota Surakarta selangkah lebih maju dari kota-kota lain. Program ini berupa aplikasi smarthphone yang bernama Solo
Destination.
Solo
Destination merupakan
smarthphone, e-Government, media social dan city guide
kota Solo yang
dikembangkan oleh Dishubkominfo dan Pemerintah Kota Surakarta.
Gambar 1.1 Tampilan Aplikasi Smartphone Solo Destination
(Sumber : Dishubkominfo Surakarta)
3
aplikasi
Pada saat ini masyarakat terus menerus berinovasi untuk membuat alat komunikasi canggih dan seefisien mungkin demi untuk mendapatkan informasi. Dan saat ini
terbentuk smartphone yang perkembangannya sangat pesat.
Smartphone merupakan hasil inovasi yang merupakan pengembangan dari teknologi handphone dengan berbagai kelebihan yang dapat membantu aktifitas penggunanya. Dari latar belakang tersebut, Pemerintah kota Surakarta mulai berinovasi untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan system layanan dan informasi melalui smartphone. Hal ini bertujuan agar masyarakat Surakarta pada khususnya dapat mengakses informasi dan layanan pemerintah secara cepat dan mudah. Aplikasi smartphone Solo Destination diharapkan dapat menunjang perkembangan e-Government Pemerintah Kota Surakarta. Solo Destination tercatat dalam rekor MURI pada tanggal 8 Juni 2014 sebagai aplikasi mobile city guide pertama di Indonesia. Kota Solo terus berbenah menuju E-Government yang semakin maju dan berkualitas, kota yang maju tidak hanya dalam bidang ekonomi namun juga maju dalam pengetahuan dunia cyber. Target sasaran aplikasi ini adalah seluruh masyarakat kota Surakarta. Aplikasi smartphone ini berfungsi sebagai penyedia informasi wisata yg berkualitas, membantu
pengguna menemukan dukungan, layanan, informasi
seputar Kota Surakartadi mana saja dan setiap saat ketika dibutuhkan. Semua konten dan informasi ini dikelola oleh Dishubkominfo dan Dinas Pariwisata Surakarta. Aplikasi ini didesain dengan memasukkan unsur estetika dan kemudahan, sehingga tidak membosankan dan mudah digunakan Aplikasi Smartphone Solo Destination ini memiliki pesaing serupa di Indonesia, hanya dari Pemprov Jakarta. Pemerintah kota Surakarta mempunyai cara untuk memperkenalkan aplikasi ini tersendiri dengan membuatkan jingle beserta gerakan tariannya untuk disebarluaskan melalui media Youtube. Hal ini menunjang pada saat launching
perdana untuk diadakan Flashmob Solo
Destination dan mendownload bersama-sama aplikasi Solo Destination sehingga menembus rekor MURI. Dari awal pertama kali launching sampai pada 1 Maret 2015, aplikasi ini baru di download 5000 lebih melalui Play Store dengan target
4
awal 10.000 downloader. Dengan tidak tercapainya target ini, menjadikan pertanyaan dan permasalahan tersendiri bagi peneliti. Berdasarkan uraian di atas, menunjukan bahwa Pemerintah kota Surakarta memiliki strategi tersendiri dalam mengembangkan e-Government. Penelitian ini penting dilakukan karena dapat menentukan tujuan jangka panjang dan hasil yang akan
dicapai
program
aplikasi
smarthphone
Solo
Destination
dengan
memperhitungkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari pengaruh lingkungan eksternal dan internal. Penelitian ini juga ditujukan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan aplikasi smartphone Solo Destination agar dapat mencapai target yang diharapkan dan dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya baik dari pihak pemerintah kota Surakarta maupun masyrakat Surakarta.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebuah permasalahan, yaitu “Bagaimanakah Strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan e-Government melalui Aplikasi Smartphone Solo Destination?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi serta menganalisis strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi dalam mengembangkan e-Government
Pemerintah Kota Surakarta melalui Aplikasi
Smartphone Solo Destination.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis. a. Manfaat teoritis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperkaya
kajian-kajian
mengenai teori komunikasi dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman studi ilmu komunikasi
5
Memberikan
pengetahuan
mengenai
strategi
komunikasi
pengembangan e-Government Pemerintah Kota Surakarta b. Manfaat praktis :
Melalui
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan e-Government
Menjadi sarana evaluasi terkait tentang pentingnya e-Government Pemerintah Kota Surakarta untuk masyarakat Surakarta.
E. Keaslian Penelitian Terdapat banyak penelitian mengenai e-Government, tetapi belum ada yang meneliti secara spesifik program dari e-Government. Beberapa penelitian mengenai e-Government yang menjadi acuan peneliti adalah : (1) Pengelolaan Konten website Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai Media Pelayanan Publik (Galih, 2012); (2) Evaluasi Implementasi E-Government di Pemerintah Kota Surakarta (Firman, 2008) ; (3) Pengembangan Jabar Cyber Province Sebagai Media Informasi Dan Komunikasi (Syarief, 2014); Secara rinci penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti tercantum dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian
Obyek Penelitian
Tujuan Penelitian
Pengelolaan Konten website Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai Media Pelayanan Publik (Galih, 2012)
Pengelolaan website Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai upaya mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas
mengidentifikasi serta mengevaluasi upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola konten website
Evaluasi Implementasi EGovernment di
implementasi eGovernment di
mengevaluasi tentang implementasi e-
6
Hasil Penelitian 1. Pengelolaan konten website masih memiliki kecenderungan kurang responsif dalam beberapa jenis pelayanan 2. aspek transparansi, responsivitas, efektivitas, efisiensi, serta akuntabilitas sudah mulai muncul dalam pengelolaan konten website sebagai media pelayanan publik 1. Proses implementasi kebijakan sudah berjalan
Pemerintah Kota Surakarta (Firman, 2008)
Pemerintah Kota Surakarta yakni terkhusus pada program layanan Call Center di Badan Informasi dan Komunikasi Pemerintah Kota Surakarta
Government di Pemerintah Kota Surakarta yakni terkhusus pada program layanan Call Center di Badan Informasi dan Komunikasi Pemerintah Kota Surakarta.
Pengembangan Jabar Cyber Province Sebagai Media Informasi Dan Komunikasi (Syarief, 2014)
Strategi pengembangan Jabar Cyber Province sebagai media informasi
Mengidentifikasi Jabar Cyber Province Sebagai Media Informasi Dan Komunikasi
Penelitian-penelitian
tersebut
menitikberatkan
pada
dengan baik. 2. proses sosialisasi yang masih terlihat kurang massive berakibat pada kurang dikenalnya program layanan ini di masyarakat sebagai pengguna layanan Call Center memberikan pelayanan kepada masyarakat dilakukan dengan konsep Jabar cyber city, namun implementasinya belum seluruh SKPD serta kantor kecamatan memanfaatkannya secara optimal, baik dalam memanfaatkan konten maupun dalam meningkatkan akses internet dan literasi masyarakat.
pengelolaan,
implementasi dan tantangan pada regulasi yang mengatur tentang e-Government. Sementara penelitian ini menggali lebih jauh strategi yang digunakan dalam suatu program terbaru yang merupakan inovasi pemerintah kota Surakarta. Program aplikasi Smarthphone Solo Destination ini
dapat
memungkinkan terjadinya
peningkatan perkembangan e-Government di kota Surakarta.
F. Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini meliputi urutan pemikiran logis yang terkait dengan kajian tentang strategi komunikasi Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan e-Government. Konsep maupun teori yang digunakan dalam kerangka penelitian ini meliputi konsep serta teori yang berkaitan dengan strategi komunikasi, e-Government dan Aplikasi Smartphone Solo Destination
7
1. TIK dan Media Baru Media merupakan alat perantara manusia untuk menyalurkan informasi dari sumber
informasi kepada penerima informasi. Seiring berkembangnya
jaman, media dibagi menjadi dua macam, yaitu media lama dan media baru. Media lama sering dikaitkan dengan media massa, karena menggunakan komunikasi massa untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas yang berasal dari institusi seperti surat kabar, buku, majalah, radio, televisi dan sebagainya. Sedangkan media baru merupakan teknologi berbasis komputer yang tidak hanya berfungsi untuk memberikan informasi tetapi juga berfungsi untuk saling bertukar informasi, seperti komputer, internet terminal video tex, kabel digital dan sebagainya. Teknologi telah melahirkan apa yang disebut dengan media baru, yang merujuk pada sebuah perubahan dalam proses produksi, distribusi dan penggunaan media. Terdapat beberapa kata kunci yang dapat digunakan dalam memahami media baru menurut Marshal Mac Luhan (McLuhan. 1999:7). Digitally, menjelaskan bahwa seluruh proses produksi media diubah ke dalam bentuk digital. Interactivity merujuk kepada adanya kesempatan dimana teks dalam media baru mampu memberikan kesempatan bagi para pengguna untuk dapat berkomunikasi dua arah. Highly Individuated
merujuk pada adanya
desentralisasi proses produksi dan distribusi pesan yang menumbuhkan keaktifan individu. Berdasarkan pemaparan di atas dapat menjelaskan bahwa media baru adalah teknologi yang berbasis komputer seperti internet telah membawa manusia pada era digitalisasi yang serba instan, otomatis, praktis dan bersifat real time. Media baru dapat mempengaruhi kehidupan individu pada masa kini. Seiring berjalannya waktu pengguna internet semakin meningkat dari tahun ke tahun dan masih didominasi oleh kalangan kaum muda mengingat waktu luang anak muda lebih lebih banyak daripada kalangan dewasa maupun pekerja. Disamping itu kehadiran smartphone dengan tersedianya beragam konten media baru yang memfasilitasi berlangsungnya proses komunikasi personal maupun berkelompok
8
serta kemudahan untuk mengakses internet menjadikan kaum muda menggunakan waktunya untuk mengakses internet. Internet merupakan hasil perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan merupakan media interaktif yang memungkinkan terjadinya pertukaran arus informasi yang dinamis. Pengguna internet dapat berpartisipasi dan memodifikasi bentuk dan konten informasi yang didistribusikan. Berbeda dengan media lain yang berkomunikasi dengan publik secara one to many (Terry Flew, 2004:51). Hal ini menyebabkan bertumbuhnya situs bisnis, industry (eCommerce), dan produksi jasa seperti hiburan, pariwisata (e-Tourism), dan termasuk situs pemerintah (e-Government). Livingstone mengatakan what’s new about the internet maybe the communication of interactivity with those features which where innovative for mass communication-the unlimited range of content, the scope of audience rich the global nature of communication (Mc Quail, 2000:138). Oleh karena itu, internet lebih menjangkau publik secara luas dengan model komunikasi interaktif yang ditawarkan karena lebih inovatif dan tidak terpancang pada isi/content sehingga dapat menjangkau audience secara global. Penjelasan
tersebut
menggambarkan
pesan
pada
media
baru
terdesentralisasi yang berarti sumber pesan dapat mencakup siapa saja dan darimana saja. Komunikasi interaktif dalam media baru sangat penting sehingga mampu digambarkan jika komunikasi pada media baru hampir sama dengan media lama, namun terdapat perkembangan komunikasi yang signifikan yaitu media baru mampu menghadirkan keinteraktifitasan yang tidak dapat dijumpai pada media lama. Selain itu, Pavlik (1998) dalam Lievrouw dan Livingstone (2006:206) juga menambahkan berdasarkan konsumen media, perbedaan utama antara media lama dan baru adalah pada media baru, pilihan pengguna lebih besar dimana mampu berkesinambungan dan terkontrol. Lebih jauh, mernurut Hutter(2001:22), perdebatan mengenai regulasi new media pada intinya mengarah pada tiga peraturan objek pokok, yaitu pertama mengenai navigasi, kedua mengenai masalah isi (content), dan yang ketiga mengenai transaksi komersial melalui internet. Pada tiga permasalahan diatas,
9
dapat
dikatakan
masing-masing
memiliki
problem
yang
belum
tuntas
terselesaikan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian pesat menawarkan model pemasaran baru menggunakan internet sehingga lebih interaktif dan real time. Karakteristik media baru dapat membuka jalur komunikasi melalui two way communication sehingga membuka terjadinya nteraktivitas dalam komunikasi sehingga dapat menghasilkan feedback dan pertukaran informasi. Efektivitas dan interaktivitas yang tinggi berhubungan dengan biaya komunikasi dan waktu yang diperlukan untuk berkomunikasi.
2. . E- Government Pemerintah Kota Surakarta Teknologi semakin berkembang tanpa bisa dihentikan dan kita sebagai manusia pencipta teknologi tersebut berusaha untuk menyempurnakan setiap perkembangan tersebut menjadi teknologi yang semakin canggih dan kecanggihan pada saat ini menjadi kuno pada saat yang akan datang, teknologi diciptakan untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan ini, pemerintah untuk menjalankan pemerintahannya tak pernah lepas dari pemanfaatan teknologi tersebut demi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan meningkatkan partisifasi aktif dalam pemberian informasi kepada masyarakat sehingga . E-Government merupakan system teknologi informasi yang dikembangkan oleh pemerintah dalam memberikan pilihan kepada masyarakatnya kapanpun dan di manapun mereka bias mendapatkan kemudahan akses informasi dan layanan yang pemerintah berikan kepadanya (Noegroho, 2010: 63). Dengan kata lain, negara-negara maju memandang bahwa implementasi e-Government yang tepat akan secara signifikan memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat di suatu negara secara khusus, dan masyarakat dunia secara umum. Oleh karena itu, implementasinya di suatu negara selain tidak dapat ditunda-tunda, harus pula dilaksanakan secara serius, dibawah suatu kepemimpinan dan kerangka pengembangan
yang
holistik,
yang
pada
akhirnya
mendatangkan keunggulan kompetitif secara nasional.
10
akan
memberikan/
Penerapan e-Government diartikan sebagai sebuah hal, cara dan hasil kerja atau wujud dari e-Government dan sesuai dengan kemajuan teknologi sekarang ini di Kota Surakarta. Bank Dunia mengemukan, E-Government dijadikan acuan yang digunakan dalam sistem informasi pemerintahan (seperti dalam wide area networks, internet, dan komunikasi berjalan) yang memiliki kemampuan untuk menjembatani hubungan dengan warga negara lainya, para pebisnis dan berbagai elemen pemerintahan lainnya (Indrajit dkk, 2002: 3). Dalam perkembangan e-Government di Indonesia, dukungan pemerintah sebenarnya baru mulai tampak pada periode awal tahun 1990-an meskipun lembaga-lembaga yang berkompeten bagi pengembangan sistem informasi dalam organisasi publik sebenarnya sudah ada pada beberapa dasawarsa sebelumnya. Terkait dengan pengembangan e-Government, pemerintah telah mengeluarkan Inpres No.3 tahun 2003 mengenai Strategi Pengembangan e-Government. E-Government merupakan layanan yang terintegrasi dapat dipilah dalam tiga level, yaitu Informasi, Interaksi dan Transaksi.: a. informasi: pemerintah secara transparan mempublish ke website segala macam kebijakan, prosedur, aturan perundangan, aktifitas pemerintahan dan lain sebagainya. b. Interaksi: antara pemerintah dan masyarakat dapat melakukan komunikasi dua
arah
melalui
media
web
maupun
email,
sebagai
upaya
mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan daerah, tentunya hal ini sangat sejalan dengan semangat otonomi daerah. c. Transaksi: pemerintah mengikutsertakan masyarakat secara terbuka untuk bertransaksi dengan pemerintah, misalnya dalam hal lelang maupun tender online, lebih jauh lagi pemerintah dapat memfasilitasi masyarakat dengan investor untuk melakukan kegiatan e-business. Pada sisi lain dalam pelaksanaan e-Government di Indonesia terdapat beberapa hambatan menurut Raharjo dalam laporan yang ditulis oleh Sosiawan (2004:3-4): a. Kultur berbagi belum ada artinya sharing informasi dan mempermudah informasi belum merasuk pada sebagian masyarakat khususnya birokrat.
11
b. Kultur mendokumentasi belum lazim. Salah satu kesulitan besar yang dihadapi adalah kurangnya kebiasaan mendokumentasikan. c. Langkanya SDM yang handal. Teknologi informasi merupakan bidang baru, pemerintah daerah umumnya masih jarang memiliki SDM yang handal dibidang teknologi informasi. d. Infrastruktur yang belum memadai dan mahal. e. Tempat akses yang terbatas. E-Government menjadi topik populer setelah dihubungkan dengan otonomi daerah. Hampir setiap daerah mencoba mengimplementasikannya dengan caranya masing-masing. Pada prinsipnya e-Government merupakan pemanfaatan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara Pemerintah dan pihak-pihak lain, baik terhadap masyarakat, kalangan bisnis maupun sesama pemerintah. Penggunaan TIK juga bukan satu- satunya sarana untuk mencapai tujuan atau manfaat itu, tetapi diperlukan juga dukungan dan –sebaliknyamendukung sejumlah aspek penting lain yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau manfaat yang diharapkan, seperti dukungan dan komitmen kepemimpinan, dukungan regulasi dan kelembagaan yang jelas, transformasi budaya birokrasi, pengembangan kapasitas sumber daya (SDM, ekonomi/finansial, waktu, dan informasi), serta dukungan dari warga dan pemangku kepentingan. Pemerintah kota Surakarta terdiri dari 23 SKPD. Pada tahun 2014, infrastruktur IT dan interner diintegrasikan dan dicentralkan di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Surakarta. Khusus e-Government tahun 2014, Pemerintah Kota Surakarta memberikan dana anggaran sebesar 1,8 Milyar rupiah. Maka dari itu Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi dan Dinas Pariwisata bekerjasama dan melahirkan inovasi baru e-Government berupa Aplikasi Solo Destination pada 1 Juni 2014.
3. Strategi Komunikasi Komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempertemukan sumber dengan khalayak sasaran guna mencapai tujuan tertentu. Setiap hubungan antar manusia, yang menggunakan media tatap muka atau media massa, baik itu
12
tradisional, modern, maupun media online ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu. Keterlibatan masyarakat dalam setiap proses komunikasi diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, wawasan, dan diharapkan mampu menciptakan perubahan sikap. Strategi komunikasi pada hakekatnya tidak hanya sebuah rencana komunikasi, tetapi strategi juga berarti proses manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka model komunikasi yang bisa dikaitkan dengan strategi komunikasi adalah model atau formula yang dikemukakan oleh Lasswell dalam Cangara (2002) yaitu : who, says what, in which channel, to whom, with what effect (siapa, berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dan bagaimana efeknya). Menurut Ruben dan Steward (1998: 16), “Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies respond to and create messages to adapt to the environment and one another.” Dari definisi tersebut dikatakan proses komunikasi manusia tidak hanya pada konsep satu individu saja, melainkan dapat juga mengarah kepada proses komunikasi yang berhubungan dengan kelompok, organisasi, dan masyarakat dalam
merespon
dan
menciptakan
pesan
untuk
beradaptasi
dengan
lingkungannya. Menurut Dan O’hair, Gustav, dan Lynda (2009:14) Komunikasi organisasi adalah pertukaran pesan lisan, tertulis, dan nonverbal di antara orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan yang diinginkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan, strategi komunikasi merupakan faktor penting dalam upaya tersebut. Strategi komunikasi itu sendiri merupakan sebuah proses menganalisa dan mengolah data/ informasi menjadi pesan yang dikomunikasikan secara terencana kepada public melalui media sehingga mampu menumbuhkan dan meningkatkan citra perusahaan atau organisasi. Melalui upaya inilah, nantinya diharapakan muncul
13
persamaan pemahaman antara organisasi yang bersangkutan dengan publiknya terhadap informasi yang disampaikan tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, perlu adanya perancangan strategi perencanaan komunikasi yang tentunya berpedoman pada elemen komunikasi. Sebab komunikasi merupakan elemen vital yang menjadi faktor keberhasilan dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Strategi yang dijalankan dalam perencanaan komunikasi harus diawali dengan langkah-langkah sebagai berikut (Cangara, 2013:108): a. Menetapkan komunikator, yakni dalam kajian komunikasi, komunikator menjadi sumber dan kendali semua aktifitas komunikasi. Adapun konteks komunikator disini, harus memahami bagaimana penyusunan pesan, pemilihan media yang tepat, dan strategi pendekatan khalayak target sasaran. Untuk itu seorang komunikator merupakan ujung tombak dari suatu program. Syarat yang harus dipenuhi seorang komunikator adalah a) tingkat kepercayaan orang lain terhadap dirinya (credible), b) daya tarik (attractive) dan c) kekuatan atau kekuasaan (power). b. Menetapkan target sasaran. Dalam studi komunikasi, masyarakat disebut sebagai khalayak (audience), sementara dalam dunia bisnis disebut dengan istilah pasar, dan dalam dunia politik masyarakat biasa disebut dengan publik. Memahami masyarakat terutama yang akan menjadi target sasaran dalam program komunikasi merupakan hal yang sangat penting, sebab 12 semua aktifitas komunikasi diarahkan pada mereka. Dari masyarakat inilah yang menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan program komunikasi. Seperti yang dikutip Putra (1999: 40) dalam (Jablin & Krone, 1987: 71) dalam general system theory, sebuah organisasi diibaratkan sebagai sebuah system, yakni satu satuan yang terdiri atas berbagai bagian yang saling berinteraksi dan saling bergantung satu sama lainnya dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan. Sebuah system di samping memiliki bagian-bagian yang kemudian dikenal dengan subsistem, ia juga berada dan berinteraksi dengan system yang lebih besar, yang disebut sebagai supra system.
14
c.
Menyusun Pesan dan tujuan. Pesan sangat bergantung pada program yang akan dilakukan. Jika program tersebut dalam konteks sosial, maka pesan yang diusung juga bertemakan sosial, begitu juga dalam kegiatan kampanye politik, pesannyapun berunsur politik contohnya mencari dukungan pada seseorang kandidat politik. Kebanyakan pelaku kampanye, utamanya pemerintahan tentu sudah mengetahui bagaimana dengan publiknya, lebih tepatnya mereka dapat menyesuaikan pesan yang tepat untuk publiknya guna menghindari pesan yang yang bersifat menjebak (Garnett, 1992: 41).
d. Memilih media dan saluran komunikasi. Dalam memilih media komunikasi yang harus digunakan maka harus mempertimbangkan serta menyesuaikan isi dan tujuan isi pesan yang akan disampaikan. Begitu banyak media komunikasi saat ini guna menginformasikan pesan kepada khalayak hingga sampai pada target sasaran, serta dengan berbagai kelebihan dan
kekurangannya. Pemilihan media ini dapat disesuaikan
berdasarkan latarbelakang audience, ataupun tujuan kampanye agar pesan yang dikemas mengena kepada audience. e. Efek komunikasi. Semua program komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan yakni memengaruhi target sasaran. Efek komunikasi ini sangat penting dalam proses kegiatan komunikasi. Dengan adanya efek komunikasiini dapat diketahui berhasil tidaknya kegiatan komunikasi yang dilakukan(Cangara, 2013: 139). Dalam rangka pengembangan e-Government Pemerintah Kota Surakarta terdapat strategi tertentu yang harus diterapkan agar tujuan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Faktor lingkungan organisasi dapat mempengaruhi strategi organisasi dalam pengembangan e-Government. Dari uraian diatas maka permasalahan pemelitian adalah bagaimana strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam pengembangan e-Government. Sehubungan dengan itu maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam pengembangan EGovernment.
15
4. Strategi Komunikasi Pemerintah Komunikasi pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yakni komunikasi dan pemerintahan. Objek materiil ilmu komunikasi ialah perilaku manusia, yang dapat merangkum perilaku individu, kelompok, dan masyarakat. Sedangkan objek formalnya ialah situasi komunikasi yang mengarah pada perubahan
sosial termasuk pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku individu,
masyarakat, dan pengaturan kelembagaan. Komunikasi pemerintahan menurut Erliana Hasan (2005:95) adalah penyampaian ide, program, dan gagasan pemerintah kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara. Dalam hal ini pemerintah dapat diasumsikan sebagai komunikator dan masyarakat sebagai komunikan, namun dalam suasana tertentu bisa sebaliknya masyarakat berada pada posisi sebagai penyampai ide atau gagasan dan pemerintah berada pada posisi mencermati apa yang diinginkan masyarakat. Secara umum, pemerintah diasumsikan sebagai komunikator, sedangkan masyarakat sebagai komunikan. Namun jika merujuk pada tipe komunikasi sirkular,
maka masyarakat pun dapat member ide atau gagasan kepada
pemerintah, hal seperti ini sering disebut sebagai proses umpan balik terhadap proses kebijakan atau pesan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk rakyat. Agus Dwiyanto (2008) mendefinisikan reformasi budaya birokrasi sebagai sebuah sistem atau seperangkat nilai yang memiliki simbol, orientasi nilai, keyakinan, pengetahuan, dan pengalaman hidup yang terinternalisasi kedalam pikiran. Seperangkat nilai tersebut diaktualisasikan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang dilakukan oleh setiap anggota dari sebuah organisasi yang dinamakan birokrasi. Berdasarkan teori tersebut, reformasi pelayanan publik hanya merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas dalam proses transparansi. Perubahan budaya kerja merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan yang terbukasehingga setiap warga mempunyai kesempatan yang sema dalam mengakses informasi dan pelayanan publik.
16
Untuk menilai kualitas pelayanan publik itu sendiri, terdapat sejumlah indicator yang dapat digunakan maka produk pelayanan publik di dalam negara demokrasi setidaknya harus memenuhi tiga indicator: a. Reponsiveness adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan; b. Responsibility adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai dengan prinsipprinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan; c. Accountability adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses
penyelenggaraan
pelayanan
sesuai
dengan
kepentingan
stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat (Dwiyanto, 2008: 144).
5. Strategi Komunikasi untuk Masyarakat Kemajuan dan kecanggihan teknologi pada era komunikasi ini membawa konsekuensi dilakukannya proses pengolahan data secara cepat dan efisien. Apabila hal ini terjadi, terdapat permasalahan masyarakat yang muncul pada segi birokrasi biasanya terdapat pada tahap system dan prosedur. Perubahan-perubahan yang muncul yang berkaitan dengan perkembangan teknologi akan sulit sekali diterima. Dengan kata lain, tingkat adaptasi masyarakat terhadap perubahan sesungguhnya
sangat
rendah.
Rendahnya
tingkat
adaptasi
masyarakat
dibandingkan dengan cepatnya perkembangan teknologi pada tingkat selanjutnya akan menghambat peranan system informasi itu sendiri. Maka dari itu diperlukan strategi komunikasi untuk masyarakat secara khusus. Gamble dan Gamble (2001) mengatakan, sejak lahir sampai meninggal, semua bentuk komunikasi memainkan peranan dan menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia. Apa pun pekerjaan, kegiatan atau waktu luang seseorang, komunikasi merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan dalam kehidupan mereka, dan dari situlah sebagian besar aktivitas dihabiskan untuk berkomunikasi.
17
Strategi komunikasi untuk masyarakat telah menjadi diskusi yang sangat penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2000) terdiri dari : a. Surveillance (Pengawasan) Penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. b. Interpretation (Penafsiran) Tidak hanya memasok fakta atau data, tetapi juga memilih dan memutuskan peristiwa/ event yang ditayangkan. c. Linkage (Pertalian) Dapat menyatukan anggota masyarakat membentuk linkage
yang beragam, sehingga
berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu. d. Sosialization (Sosialisasi) Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana memperlihatkan kepada masyarakat bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. e. Entertainment (hiburan) Masyarakat dapat memperoleh hiburan untuk mengurangi ketegangan pikiran masyarakat. Dalam menyusun strategi komunikasi perlu memperhatikan komponen komunikasi
yang
menjadi
kajian
penting
untuk
membingkai
serta
menginterpretasikan dan mendukung berbagai program aksi. Adapun strategi komunikasi yang mendukung program aksi seperti dikutip dalam Cutlip dkk (2006:389) dibagi menjadi tiga yakni:pertama memberikan informasi kepada publik internal dan eksternal tentang tindakan tersebut. Berikutnya membujuk masyarakat untuk mendukung dan menerima tindakan tersebut;dan yang terakhir memberikan petunjuk kepada masyarakat cara menterjemahkan rencana ke dalam aksi. Pertumbuhan teknologi media baru dan kebijakan yang disusun seharusnya juga mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat. Masalah
18
kesejahteraan masyarakat dan pendidikan (secara khusus dalam hal literasi media) masih menjadi “PR” besar yang harus segera diselesaikan pemerintah.
6. Kontek Aplikasi dalam Smartphone Perkembangan internet sangat berpengaruh terhadap perkembangan telekomunikasi dunia didukung oleh munculnya smartphone yang semakin memudahkan usernya dalam penggunaan internet., seperti blackberry messenger, twitter, facebok,whatsapp, line, kakao talk dan lain-lainnya. Syarat mutlak individu yang ingin memiliki media-media sosial tersebut adalah memiliki smartphone. Hal ini menjadikan konsumsi masyarakat terhadap pembelian smartphone pada masa kini semakin meningkat, terutama di kalangan kaum muda. Handphone telekomunikasi
atau
elektronik
telepon
genggam
yang
mempunyai
adalah
sebuah
kemampuan
perangkat
dasar
secara
konvensional yang mudah dibawa dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon yang menggunakan kabel (Fadilah, 2011). Handphone disukai oleh berbagai kalangan usia karena sifatnya yang efektif, efisien serta mudah dibawa kemana saja. Bagi orang-orang yang memiliki mobilitas tinggi, telepon genggam merupakan kebutuhan yang penting karena dapat digunakan sebagai sarana penunjang bisnis, menelepon dan mengirimkan SMS ke kolega, menyimpan berbagai data, dan lain sebagainya. Setiap perusahaan handphone saling bersaing dan berinovasi menawarkan produk-produknya yang semakin canggih yang kini dikenal dengan sebutan smartphone. Smartphone adalah kombinasi perangkat pribadi dan ponsel yang menggunakan sistem operasi canggih dan memungkinkan pengguna untuk memasang perangkat lunak (aplikasi) baru, akan selalu terhubung ke internet, dan menyediakan fungsionalitas keduanya (Suki, 2013). Aplikasi dalam smartphone berkaitan dengan fitur konten. Fitur aplikasi dapat dibuat menarik sehingga ideal untuk digunakan. Ungkapan “content is a king” sangat penting dalam kegiatan pemasaran online. Pengelola dapat menentukan fitur-fitur menarik sehingga visitor dapat mengakses aplikasi tersebut dengan mudah. Aplikasi pada smartphone dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi pemerintah dan pemasaran pariwisata yang efektif. Kriteria yang
19
memengaruhi diantaranya adalah kecepatan loading, konten, navigasi, daya tarik situs, kelengkapan informasi, interaktivitas, dan kecepatan respons dalam menjawab pengaduan dari masyarakat. Kontek Aplikasi Smartphone Solo Destination disini berperan sebagai suatu inovasi e-Government terbaru dalam bentuk mobile aplikasi, city guide untuk kota Surakarta, panduan lalulintas kota Surakarta (IP Cam), dan media social. Kehadiran media social ini tentunya menjadi bentuk baru dalam aktivitas politik. Media social dapat menjadi mekanisme penting dalam menghimpun aksi, protes, dan gerakan social masyarakat. Masyarakat dapat berpartisipasi langsung dan sharing informasi dengan pihak-pihak yang mereka percaya seperti teman atau keluarga. Adanya kepercayaan atau simpati ini selanjutnya berpotensi dalam mendorong lahirnya gerakan-gerakan social di dalam media social. (Haider, 2011) Kriteria fitur konten tersebut sudah terdapat dalam aplikasi smartphone Solo Destination. Laporan cuaca kota Solo langsung dalam smartphone, semua informasi kuliner, penginapan hotel, wisata belanja, wisata kerajinan, dan eventevent yang sudah maupun akan digelar pemerintah kota Surakarta. Semua informasi kota Surakarta dapat ditemukan secara mudah dan cepat dengan aplikasi Solo Destination. Pengelola yang merupakan Pemerintah Kota Surakarta dapat membuat aplikasi menjadi lebih inovatif, interaktif, dan lengkap dengan konten yang menarik.
20
G. Kerangka Pemikiran
ICT
Pemerintah Kota Surakarta
Aplikasi Smartphone “Solo Destination”
E-Government
Strategi Komunikasi Pemerintah
Tujuan informasi Tujuan interaktivitas Tujuan kecepatan respon pelayanan public City guide Panduan lalu lintas Media social
H. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus prospektif (genetik) digunakan untuk keperluan penelitian, mencari kesimpulan dan
21
diharapkan dapat diketemukan pola, kecenderungan, arah dan lainnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk perkiraan-perkiraan perkembangan masa depan (Rakhmad 2007: 39). Peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan E-Government melalui aplikasi smartphone Solo Destination. Metode studi kasus menjadi pilihan metode dalam penelitian karena dalam studi kasus ini, peneliti tidak hanya sekedar ingin menjawab pertanyaan tentang apa saja strategi komunikasi yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan e-Government , tetapi juga untuk meneliti lebih menyeluruh lagi tentang bagaimana strategi yang digunakan untuk mengenalkan aplikasi smartphone “Solo Destination” sehingga dapat menjadi inovasi terbaru Kota Solo. Terlebih, peneliti menilai perbedaan dengan produk e-Government ini dengan produk e-Government yang sebelumnya. Penelitian ini penting dilakukan karena dapat menentukan tujuan jangka panjang dan hasil yang akan dicapai program aplikasi smarthphone Solo Destination dengan
memperhitungkan faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari pengaruh lingkungan eksternal dan internal.
2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini sendiri adalah strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam
mengembangkan e-Government. Alasan peneliti memilih
strategi komunikasi Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan eGovernment dikarenakan strategi komunikasi dalam
mengembangkan e-
Government merupakan salah satu factor penentu tujuan jangka panjang dan hasil yang akan dicapai dengan memperhitungkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman oleh Pemerintah Kota Surakarta itu sendiri. Penelitian ini juga ditujukan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan aplikasi smartphone Solo Destination agar dapat mencapai target yang diharapkan dan dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya baik dari pihak pemerintah kota Surakarta maupun masyrakat Surakarta.
22
3. Lokasi dan Durasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di : -
-
Tempat
: Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Alamat
: Jln. Menteri Supeno No.7 Manahan Surakarta
Telp
: (0271) 717470
Email
:
[email protected]
Tempat
: Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Alamat
: Jl. Brigjen Slamet Riyadi No. 275 Surakarta
Penelitian dilakukan selama kurang lebih satu bulan yakni dari bulan Juli 2015 sampai bulan Agustus 2015. Penelitian diorientasikan dari awal launching aplikasi smartphone Solo Destination 8 Juni 2014 sampai dengan 1 Maret 2015 dikarenakan Dishubkominfo memiliki target dan jumlah pendownload masih sangat jauh dibawah target yang sudah ditentukan.
4. Sumber Data a. Data Primer Dalam penelitian ini sendiri, data primer didapatkan melalui wawancara dengan Kepala Bidang Informatika, Kepala Seksi Jaringan Informatika dan Komunikasi Publik, Kepala Seksi Piranti Lunak dan Keras, Kepala Seksi Informatika, Kepala Bidang Promosi, Kepala Seksi Promosi dan Informasi. Di samping itu, data primer juga diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak lain seperti masyarakat, kalangan bisnis, serta instansi pemerintah lain yang memiliki kepentingan terhadap keberadaan e-Government Pemerintah Kota Surakarta b. Data Sekunder Data sekunder adalah data- data yang diperoleh dari dokumendokumen , arsip-arsip, dan kepustakaan . Data ini digunakan untuk memperkuat temuan maupun melengkapi informasi yang telah didapatkan dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang Informatika, Kepala Seksi Jaringan Informatika dan Komunikasi Publik, Kepala Seksi Piranti Lunak
23
dan Keras, Kepala Seksi Informatika, Kepala Bidang Promosi, Kepala Seksi Promosi dan Informasi Pemerintah Kota Surakarta. Di samping itu, data primer juga diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak lain seperti masyarakat, kalangan bisnis, serta instansi pemerintah lain yang memiliki kepentingan terhadap keberadaan e-Government Pemerintah Kota Surakarta.
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Interview dan Wawancara Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan wawancara secara langsung kepada narasumber dengan menggunakan interview guide sebagai panduan dalam pelaksanaan wawancara. Dengan ini, nantinya dapat digali keterangan yang lebih dalam dari sebuah kajian berupa pendapat, kesan, pengalaman, ataupun pikiran dari sumber yang relevan. Berikut merupakan Narasumber dalam penelitian ini: 1. Kepala Bidang Informatika
: Jackson A.N
2. Kasi Informatika
: Ari Wibowo
3. Kasi Informatika & Komunikasi Publik : Taufan Redina 4. Kasi Piranti Lunak & Keras
: Fitia Eka Sari
5. Kepala Bidang Promosi
: Budi Sartono
6. Kasi Promosi & Informasi
: Tri Rusnita
b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara. Data- data yang diperoleh dari dokumen-dokumen , arsiparsip, dan kepustakaan . Data ini digunakan untuk memperkuat temuan maupun melengkapi informasi yang telah didapatkan dari hasil wawancara
6. Teknik Analisis Data Diawali dengan wawancara dengan beberapa informan antara lain dengan Kepala Bidang Informatika, Kepala Seksi Jaringan Informatika dan Komunikasi
24
Publik, Kepala Seksi Piranti Lunak dan Keras, Kepala Seksi Informatika, Kepala Bidang Promosi, Kepala Seksi Promosi dan Informasi, peneliti kemudian melakukan analisis data secara kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman
terhadap
bahan-bahan
tersebut
agar
diinterpretasikan temuannya kepada orang lain (Zuriah, 2006).
dapat Dalam
menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diantaranya : 1. Mengorganisasikan Data Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recorder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbal. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan. 2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap halhal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan
25
tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek. 3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada. 4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran. 5. Menulis Hasil Penelitian Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan datadata hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data
26
yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga
penulis
dianalisis,
sehingga
mengerti didapat
benar
permasalahanya,
gambaran
mengenai
kemudian
penghayatan
pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan,
dimana
di
dalamnya
mencangkup
keseluruhan
kesimpulan dari hasil penelitian.
I. Limitasi Penelitian Sebagai dasar hukum, pelaksanaan e-Government di Surakarta mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 yang mengatur tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government. Dengan menjadikan aturan perundang-undangan tersebut sebagai pedoman, e-Government di Surakarta diwujudkan melalui beberapa aplikasi pelaksanaan, misalnya system manajemen kependudukan, sistem perizinan online, website pemerintah Kota, dan juga nantinya Kantor Maya. Karena luasnya pelaksanaan e-Government
tersebut,
maka penelitian ini hanya difokuskan pada strategi e-Government dalam lingkup pengelolaannya dalam Aplikasi Smartphone Solo Destination.
27