BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk yang pesat menuntut pemenuhan pangan yang sangat besar. Pangan merupakan permasalahan yang penting, karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Kebutuhan pangan yang tidak tercukupi dapat menimbulkan berbagai permasalahan ekonomi dan sosial di masyarakat. Pertumbuhan penduduk meningkat setiap tahunnya. Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun selama sepuluh tahun terakhir (20002010) adalah sebesar 1,49 persen. Pada periode sepuluh tahun sebelumnya (19902000) laju pertumbuhan penduduk hanya sebesar 1,44 persen (BPS, 2012). Pangan pokok adalah pangan yang diperuntukkan sebagai makanan utama sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya dan kearifan lokal. Konsumsi pangan pokok sumber karbohidrat untuk Indonesia adalah beras. Konsumsi ratarata per kapita seminggu untuk komoditi beras pada tahun 2011 adalah 1,721 kg, menurun daripada tahun 2010 sebesar 1,755 kg, namun masih terbesar dibandingkan dengan konsumsi terhadap komoditi pangan lainnya (BPS, 2012). Konsumsi komoditi pangan sumber kabohidrat yang meningkat yaitu singkong dan ketela rambat. Konsumsi rata-rata perkapita seminggu untuk komoditi singkong pada tahun 2011 sebesar 0,111 kg meningkat dibanding tahun 2010 yang hanya sebesar 0,097 kg. Konsumsi rata-rata perkapita seminggu untuk komoditi ketela rambat pada tahun 2011 sebesar 0,055 kg meningkat dibanding tahun 2010 yang hanya sebesar 0,044 kg. (BPS, 2011). Pemerintah giat menggalakkan program diversifikasi pangan guna mengurangi
ketergantungan
masyarakat
terhadap
konsumsi
beras.
Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal. Selama ini pola konsumsi masyarakat Indonesia sangat bergantung pada beras. Indonesia menyimpan berbagai potensi kearifan pangan lokal yang dapat
1
2
dikembangkan. Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat seusai dengan potensi dan kearifan lokal. Singkong (Manihot utilissima sp) yang dikenal sebagai ketela pohon atau singkong merupakan salah satu jenis tanaman umbi-umbian berkabohidrat tinggi. Singkong merupakan salah satu komoditas pertanian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang produksinya melebihi produksi padi. Menurut Badan Pusat Statistik, luas panen dan jumlah produksi padi dan singkong tahun 2009-2010 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Produksi Padi dan Singkong Provinsi DIY Tahun 2009-2010 Komoditi Produksi (Ton) 2009 2010 Padi 837.930 823.887 Singkong
1.047.684
1.114.665
(Sumber : BPS, 2011) Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada melalui proyek PHKI (Program Hibah Kompetisi Institusi) Tahun 2011 melakukan pelatihan dan pendampingan perencanaan bisnis dan diversifikasi produk industri rumah tangga pangan lokal yang berbahan dasar singkong di Kabupaten Bantul dengan tema Peningkatan Kualitas dan Nilai Tambah Produk Lokal pada industri kecil menengah berbahan dasar singkong/ubi kayu di Pundong. Salah satu produk olahan dari singkong ini yaitu mi iris. Mi iris merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki kecamatan Pundong. Mi iris memiliki keunikan yang membedakan dengan jenis mi lainnya, yaitu bentuk mi ini pendek dengan ukuran agak besar serta rasanya yang kenyal. Mi iris terbuat dari tepung pati singkong dicampur dengan air dan zat pewarna.
Adonan ini mengalami proses pemipihan dan pemotongan
sehingga mi berbentuk pipih. Mi iris ini nantinya akan menjadi bahan baku pembuatan mides. Mides merupakan akronim dari mi pedes atau mi pedas. Mides merupakan mi iris yang dimasak dengan tambahan irisan cabe, telur, irisan daging ayam, dan bumbu-bumbu lainnya. Konsumen dapat memilih mides rebus dengan
3
kuah atau mides goreng sesuai selera. Mides disajikan dengan taburan bawang goreng, irisan kubis, tomat, dan mentimun. Mi iris yang dipasarkan saat ini adalah mi iris dengan tambahan zat pewarna kimia berwarna kuning. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai bahaya
penggunaan
bahan
pewarna
makanan,
maka
dilakukan
upaya
pengembangan produk mi iris dengan penambahan wortel sebagai pengganti pewarna kimia pada mi iris. Wortel dipilih karena merupakan salah satu bahan pewarna oranye alami. Umbi wortel berwarna oranye karena mengandung karotenoid. Wortel dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia, sehingga bahan baku wortel mudah didapatkan. Hal ini tentu saja memudahkan produksi karena ketersediaan bahan baku dan harga terjangkau. Hal ini yang mendukung penulis memilih wortel sebagai bahan tambahan dalam pengembangan produk iris. Mi iris mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai kearifan lokal namun memiliki keterbatasan daya saing yang lemah dan variasi produk kurang sesuai dengan tuntutan konsumen. Performansi dari suatu produk dapat mempengaruhi kesan konsumen terhadap produk tersebut. Kesan konsumen adalah sesuatu yang dirasakan atau dipikirkan setelah konsumen melihat atau mendengar atau merasakan suatu produk.
Value Engine ering Kansei words Kansei Engineering
Gambar 1.1 Diagram Hubungan Kansei Engineering dan Value Engineering dalam Penelitian
4
Pengembangan produk mi iris dilakukan dengan menggunakan konsep Kansei Engineering dan metode Value Engineering. Hubungan konsep Kansei Engineering dan Value Engineering yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 1.1. Kansei Engineering sebagai dasar roda penggerak utama dalam penelitian ini akan menggerakkan Kansei words dan metode Value Engineering dalam mencapai tujuan pengembangan produk mi iris dengan penambahan wortel. Kansei Engineering merupakan konsep pengembangan produk yang berorientasi pada kesan serta perasaan psikologis konsumen. Kansei Engineering mengolah Kansei word sebagai input menjadi atribut produk sebagai output (Nagamachi, 1995). Kansei word merupakan salah satu bagian dari nilai Kansei berupa kata-kata yang dapat digunakan untuk menentukan atribut produk. Metode ini akan menentukan hubungan kuantitatif yang tepat antara emosi serta perasaan konsumen dan elemen produk yang akan digunakan sebagai atribut produk. Kemudian dilakukan pengembangan produk mi iris yang memiliki performansi tinggi dengan biaya produksi yang minimal dengan menggunakan metode Value Engineering. Harapan setelah dilakukan pengembangan produk mi iris dengan penambahan wortel dapat meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk sehingga berdampak pada perkembangan Industri Rumah Tangga (IRT) mi iris sebagai kearifan lokal masyarakat Pundong. B. RUMUSAN MASALAH Permasalahan utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana memahami Kansei word mengenai produk mi iris dengan penambahan wortel. 2. Bagaimana spesifikasi produk mi iris dengan penambahan wortel agar dapat diterima oleh konsumen. 3. Bagaimana menghasilkan alternatif produk mi iris dengan penambahan wortel.
5
C. BATASAN PENELITIAN 1. Objek penelitian dibatasi pada produk mi iris yang dihasilkan oleh IRT Bapak Mulyono di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul. 2. Penelitian dilakukan pada konsumen warung mi iris di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul. Pengambilan sampel berdasarkan sampling area secara acak atau random agar sampel yang diperoleh lebih merata. 3. Produk standar yang digunakan sebagai pembanding sifat karakteristik yang dimiliki adalah produk mi iris yang umum dipasarkan di Kecamatan Pundong. D. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengidentifikasi atribut-atribut mutu produk mi iris dengan penambahan wortel. 2. Mengidentifikasi spesifikasi desain produk mi iris dengan penambahan wortel berdasarkan Kansei word. 3. Menghasilkan alternatif produk mi iris dengan penambahan wortel yang memiliki nilai tertinggi. E. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bermanfaat bagi produsen mi iris untuk mengembangkan usahanya dalam menghasilkan pengembangan produk sesuai dengan keinginan konsumen. Penelitian ini juga dapat memperkenalkan produk mi iris dengan penambahan wortel sebagai produk yang memiliki kearifan lokal baru yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
6