BAB I (PENDAHULUAN) A. LATAR BELAKANG Menurut Vygotsky pembelajaran IPA itu melibatkan siswa dan guru, dari segi keterampilan alamiah dan keterampilan sosial perlu ada dalam pembelajaran tersebut. Saat ini kebanyakan guru memberikan pembelajaran khususnya pembelajaran IPA melalui metode ceramah dan kegiatan pembuktian dilaboraorium dalam melakukan penelitian atau aplikasi IPA dalam konteks teknologi. Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi. Dengan demikian pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi dan mendapat data dari proses tersebut, kemudian hal tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik, untuk itu siswa perlu dibimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverivikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Seperti yang diungkapkan dalam Trianto (2007:102), IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melaluui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: 1) kemampuan mengetahui yang diamati; 2) kemampuan memprediksi apa yang belum diamati dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut dari hasil eksperimen dan; 3) dikembengkanya sikap ilmiah. . Hal ini juga terlihat dari hasil belajar siswa yang masih berada dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM). 1 Gita Adha Rayani, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA KONSEP DAUR AIR BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Salah satu topic pembelajaran IPA SD kelas V adalah daur air, materi ini penting bagi siswa agar mereka dapat memahami siklus air dan kaitanya dengan proses terjadinya hujan. Adapun tujuan yang tercantum dalam kurikulum SD/MI adalah mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Tantangan dalam mempelajari materi daur air adalah memahami proses terjadinya pengembunan, penguapan, pengendapan dan sebagainya. Di buku BSE konsep ini dijelaskan dari segi definisi menunjukan kesulitan bagi siswa memahami proses tersebut. Menurut Suryadi, kesulitan akibat sajian materi yang tidak mudah dipahami siswa disebut didactical obstacle. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik merancang desain pembelajaran daur air dengan menguasai terlebih dahulu berbagai kemungkinan kesulitan belajar siswa. Selain itu, untuk memperbanyak keterampilan sosial siswa, peneliti menelaah berbagai tipe cooperative learning, salah satunya adalah tipe snowball throwing yang melatih ketangkasan dan kerjasama siswa. Berdasarkan pada data empiris yang diperoleh di lapangan, dikelas V SDN Taktakan 1, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar kurang optimal. Hal tersebut dapat terjadi karena: Faktor siswa (1) Siswa yang hanya sebagai pendengar, mencatat dan menghafal konsep tanpa mempelejari dan memahami (2) Siswa kurang termotivasi untuk belajar karena tidak ada tantangan untuk berpikir, Faktor guru (1) Guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan satu metode dan tidak menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu (2) Keterbatasan guru dalam hal kemampuan mengenai metode dan pendekatan-pendekatan dalam mengajar. Hal ini juga terlihat dari hasil belajar siswa yang masih berada dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM). Gita Adha Rayani, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA KONSEP DAUR AIR BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada giliranya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Melalui pembelajaran cooperative learning model snowball throwing diharapkan siswa dapat memahami materi yang sulit pada konsep daur air dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahanbahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono 2013:54). Pada model pembelajaran snowball throwing siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan tentang daur air yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Saminanto 2010:37). Pada model pembelajaran snowball throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integrative, dan keterampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkanya pada siswa lain. Dengan Gita Adha Rayani, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA KONSEP DAUR AIR BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada giliranya mereka harus menjawab pertanyaan dari temanya yang terdapat dalam bola kertas. Dalam metode snowball throwing, guru berusaha memberikan kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengembangkan
keterampilan
menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Desain Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Snowball
Throwing Pada Konsep Daur
Air
Berdasarkan Analisis Kesulitan Belajar (Learning Obstacle) Siswa Kelas V Sekolah Dasar”
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana desain pembelajaran cooperative learning tipe snowball Throwing Pada Konsep Daur Air Berdasarkan Analisis Kesulitan Belajar (Learning Obstacle) Siswa Kelas V Sekolah Dasar? Berdasarkan hal tersebut pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kesulitan belajar siswa (learning obstacle) teridentifikasi dari materi Daur Air? 2. Bagaimana desain pembelajaran cooperative learning tipe snowball throwing pada konsep daur air berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa (learning obstacle)? 3. Bagaimana implementasi desain terhadap hasil belajar siswa?
Gita Adha Rayani, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA KONSEP DAUR AIR BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kesuliatan belajar siswa (learning obstacle) dari materi Daur Air. 2. Mendesain
pembelajaran
Cooperative
Learning
tipe
snowball
throwing pada konsep Daur Air berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa (learning obstacle). 3. Mengimplementasikan desain pembelajaran Cooperative Learning tipe snowball throwing terhadap hasil belajar siswa.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti a. Menambah wawasan tentang model pembelejaran snowball throwing dalam kegiatan belajara mengajar. b. Menyediakan contoh metedologi penelitian mengenai bagaimana merancang pembelajaran berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa. c. Memberikan contoh yang dapat diteruskan dengan peneliti lain dengan konsep yang sama ataupun konsep yang berbeda. 2. Bagi guru a. Menyediakan
contoh
bagaimana
merancang
pembelajaran
berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa pada materi daur air. b. Menambah wawasan serta pemahaman dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Snowball Throwing. c. Meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM). Gita Adha Rayani, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA KONSEP DAUR AIR BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
3. Bagi siswa a. Mamfasilitasi dengan desain pembelajaran baru agar siswa tidak merasa jenuh b. Menumbuhkan sikap kerja sama, cepat tanggap yang dapat menimbulkan pengaruh positif. c. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
E. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional dalam penelitian ini berdasarkan beberapa pendapat ahli adalah sebagai berikut: 1. Desain Pembelajaran Membuat desain pembelajaran sebelum melakukan kegiatan pembelajaran sangat membantu untuk proses belajar mengajar. Salah satu urgensi dari desain pembelajaran menurut Wiyani (2013:25) yaitu sebagai rancangan dasar dalam mengatur berbagai komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran. Komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran diuraikan dalam definisi desain pembelajaran yang diungkapkan oleh Gentry. Gentry (dalam Wiyani 2013:23) memaparkan bahwa desain pembelajaran merupakan upaya guru yang berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan. 2. Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termakus bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta Gita Adha Rayani, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA KONSEP DAUR AIR BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono 2013:54). Snowball Throwing berasal dari dua kata yaitu “snowball” dan “throwing”. Kata snowball yang berarti bola salju, sedangkan kata throwing yang berarti melempar, maka snowball throwing dapat diartikan melempar bola salju. Strategi pembelajaran snowball throwing atau yang juga sering dikenal dengan snowball fight merupakan pembelajarn yang di adopsi pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain. Dalam konteks pembelajaran, snowball throwing diterpapkan dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru (Huda 2014:226). 3. Konsep Daur Air Daur air merupakan suatu proses sirkulasi (perputaran) air secara terus-menerus, dimana air tersebutt dapat berpindah-pindah dari bumi ke atmosfer dan kembali ke Bumi atau dari daratan menuju ke udara kemudian kembali ke daratan. Daur air ini terjadi melalui proses evaporasi (penguapan), presipitasi (pengendapan), dan kondensasi (pengembunan). 4. Kesulitan Belajar (learning obstacle) Dalam suatu proses pembelajaran, khususnya proses pembelajaran ipa, kesulitan belajar (learning obstacle) merupakan situasi yang dialami oleh siswa secara alamiah. Brousseau (dalam Suratno, 2009) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor penyebab munculnya kesulitan belajar, yaitu hambatan ontogeni (akibat kesiapan mental belajar yang kurang), hambatan didaktis (akibat pengajaran guru), dan hambatan epistimologis (akibat pengetahuan siswa terhadap konteks yang terbatas).
Gita Adha Rayani, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA KONSEP DAUR AIR BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu