BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah utama yang diderita oleh 90% penduduk di Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan di masyarakat adalah penyakit karies gigi (Tjahja dkk., 2007). Karies gigi adalah daerah yang membusuk di dalam gigi terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi (Indo Family Health, 2008). Mulut mengandung sejumlah bakteri, tetapi hanya jenis bakteri tertentu yang menyebabkan pembusukan gigi, yang paling sering adalah bakteri Streptococcus mutans. Streptococcus mutans merupakan bakteri Gram positif yang bersifat nonmotil dan merupakan bakteri anaerob fakultatif. Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka. (Nugraha, 2008). Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan plak pada permukaan gigi. Upaya tersebut meliputi penyikatan gigi dan penggunaan benang gigi (Sasmita dkk., 2010). Pasta gigi digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi. Setiap pasta gigi mengandung bahan-bahan yang penting seperti bahan abrasif, bahan penggosok, humektan, pemutih gigi, air, bahan pemberi rasa, bahan pemanis, bahan pengikat, dan bahan pembuat busa (Roslan dkk., 2009). Salah satu herbal yang dapat menghambat pertumbuhan plak adalah cengkeh (Ditjen BP Perkebunan, 2004). Senyawa eugenol sebagai hasil isolasi dari minyak cengkeh sudah biasa digunakan untuk obat sakit gigi dan bahan campuran untuk menambal gigi (Nurdjannah dkk., 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula obat kumur yang dihasilkan dapat menghambat tumbuhnya bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus
1
2
viridian yang dapat menyebabkan terjadinya plaque gigi. Minyak cengkeh yang diformulasikan ke dalam pasta gigi dapat berfungsi sebagai zat aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak dan juga untuk menyembuhkan rasa nyeri gigi (Ditjen BP Perkebunan, 2004). Salah satu bahan yang berperan penting pada sediaan pasta gigi adalah humektan yang berfungsi menjaga kelembaban dan stabilitas, melindungi komponen-komponen yang terikat kuat dalam bahan yang belum mengalami kerusakan termasuk kadar air, dan mengikat minyak atsiri. Dengan adanya humektan ini minyak atsiri yang diformulasikan ke dalam pasta gigi tidak akan cepat menguap atau terurai. Humektan yang sering digunakan adalah gliserin. Gliserin terutama digunakan dalam industri kosmetika sebagai bahan pelembab sehingga pasta gigi selalu basah dan tidak cepat mengering di udara bebas. Gliserin juga berfungsi sebagai pelarut dan bahan pengental. Jumlah gliserin yang semakin banyak menyebabkan larutan semakin kental. Akan tetapi jika pasta gigi terlalu kental, penyebaran pasta gigi di atas gigi sulit dan terasa kurang nyaman di mulut (Jackson, 1995). Oleh karena itu dibutuhkan formulasi humektan yang tepat, agar menghasilkan sediaan pasta gigi yang baik sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang formulasi pasta gigi minyak cengkeh dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi gliserin sebagai bahan humektan terhadap sifat fisik pasta gigi serta mengetahui daya hambat bakteri sediaan pasta gigi minyak cengkeh. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang akan diteliti adalah 1. Bagaimanakah pengaruh pasta gigi minyak cengkeh terhadap sifat fisik sediaan? 2. Bagaimanakah pengaruh pasta gigi minyak cengkeh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans?
3
C. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas tujuan yang akan dicapai adalah 1. Untuk pengaruh pasta gigi minyak cengkeh terhadap sifat fisik sediaan. 2. Untuk mengetahui pengaruh pasta gigi minyak cengkeh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. D. Tinjauan Pustaka 1. Minyak Cengkeh Semua bagian dari pohon cengkeh mengandung minyak atsiri mulai dari akar, batang (gagang) daun sampai bunga. Minyak atsiri daun cengkeh mengandung 0,11% asam gallat, metal gallat, turunan triterpen kariofillin (asam oleanolat), asam betulinat. Minyak astiri daun cengkeh terdiri atas eugenol (80,685,1%) > asetil eugenol > kariofilen. Kuncup bunga mengandung 16-23% minyak astiri yang terdiri dari 64-85% eugenol, 10% zat samak tipe gallat; sianidin ramnoglukosida merupakan pigmen utama bunga; kuersetin, kaemferol, mirisetin dan isokuersetin (Tjitrosoepomo, 1994). Minyak cengkeh dapat digunakan sebagai bahan aktif pembuatan obat kumur dan pasta gigi karena sifatnya sebagai antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula obat kumur yang dihasilkan dapat menghambat tumbuhnya bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus viridians yang dapat menyebabkan terjadinya plak gigi. Senyawa eugenol sebagai hasil isolasi dari minyak cengkeh sudah biasa digunakan untuk obat sakit gigi dan bahan campuran untuk menambal gigi (Nurdjannah dkk., 2001). Minyak cengkeh yang berasal dari daun mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Basilus subtilis dan Staphylococcus aureus (Radji dan Asmanizar, 1996). Minyak cengkeh hasil isolasi daun-daun yang gugur maupun kuncup bunga dapat menghambat dan membunuh mikroba Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans (Arzani, 1990). Kadar Hambat Minimum (KHM) minyak cengkeh terhadap bakteri Gram positif sebesar 0,062% (Tabel 1).
4
Tabel 1. Kadar Hambat Minyak Cengkeh Terhadap Bakteri Gram Positif 1. Uji aktvitas pada Staphylococcus aureus (SA) (Kuswandi dkk., 2001) No. 1 2 3 4 5 6
Isolat bakteri SA24 SA121 SA248 SA254 SA335 SA337
KHM (%) 0,062 0,016 0,062 0,062 0,062 0,062
2. Uji aktivitas pada Streptococcus alpha (ST) (Kuswandi dkk., 2001) NO. 1 2 3 4 5 6
Isolat bakteri ST213 ST219 ST230 ST280 ST281 ST349
KHM (%) 0,031 0,062 0,016 0,031 0,031 0,031
2. Pasta gigi a. Pengertian Pasta gigi didefinisikan sebagai bahan semi-aqueous yang digunakan bersamasama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gingival (Silje dkk., 2003). b. Fungsi pasta gigi Fungsi utama pasta gigi adalah untuk membersihkan gigi yang dianggap sebagai manfaat kosmetik. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gingival (Silje dkk., 2003).
5
c. Komposisi pasta gigi Pasta gigi disusun dari berbagai jenis bahan dan setiap bahan mempunyai fungsi spesifik antara lain : 1) Bahan abrasif (20-50%) Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara lain silika atau hydrated silica, sodium bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat (Ikarowina, 2008). 2) Air (20-40%) Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut (Silje dkk., 2003). 3) Humektan atau pelembab (20-35%) Humektan adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban. Digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab (Silje dkk., 2003). 4) Bahan perekat (1-2%) Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberi bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid dan liquid pada suatu pasta gigi. Contohnya gliserol, sorbitol dan polietilen glikol (PEG) (Davies dkk., 2010). 5) Surfaktan atau Deterjen (1-3%) Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah Sodium Lauril Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan, mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah. Sodium Lauril Sulfat (SLS) ini juga memiliki efek antibakteri (Davies dkk., 2010). 6) Bahan penambah rasa (0-2%) Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk memberikan cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu manis bahkan rasa
6
permen karet untuk pasta gigi anak. Tambahan rasa pada pasta gigi akan membuat menyikat gigi menjadi menyenangkan (Davies dkk., 2010). 7) Bahan terapeutik (0-2%) Bahan terapeutik yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah fluor, bahan desensitisasi, bahan anti-tartar, bahan antimikroba, bahan pemutih, bahan pengawet. Manfaat masing bahan terapeutik adalah : bahan desensitisasi, bahan anti-tartar dan bahan antimikroba (Dalimunthe, 2008). 8) Bahan pemutih (0.05-0,5%) Bahan pemutih yang biasa digunakan antara lain Sodium karbonat, Hidrogen peroksida, citroxane, dan sodium heksametafosfat (Davies dkk., 2010). 9) Bahan pengawet (0,05-0,5%) Bahan pengawet ini berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam pasta gigi. Bahan pengawet yang sering ditambahkan dalam pasta gigi adalah Sodium benzoat, Metilparaben dan Etilparaben (Silje dkk., 2003). d. Monografi bahan 1) Natrium Karbosimetil Selulosa (Na-CMC) Natrium Karbosimetil Selulosa (Na-CMC) merupakan zat dengan warna putih atau sedikit kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa, berbentuk granula yang halus atau bubuk yang bersifat higroskopis. Na-CMC ini mudah larut dalam air panas maupun air dingin. Pada pemanasan dapat terjadi pengurangan viskositas yang bersifat reversible (Tranggono dkk., 1991). Natrium karbosimetil selulosa yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembengkakan, sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas (Fennema dkk., 1996). 2) Sodium Lauril Sulfat (SLS) Sodium Lauril Sulfat merupakan suatu bahan kimia yang digunakan sebagai deterjen pada sabun cuci mobil, pembersih lantai, shampoo, sabun mandi dan juga pasta gigi. Fungsi SLS sebenarnya adalah untuk menurunkan tegangan permukaan larutan sehingga dapat melarutkan minyak serta membentuk mikro emulsi menyebabkan busa terbentuk. Hampir 99% jenis pasta gigi yang menggunakan
7
SLS sebagai salah satu bahan kandungan untuk membentuk busa. Batas pemakaian SLS dalam pasta gigi adalah 1-2%, sedangkan pemakaian rata-rata SLS dalam pasta gigi di pasaran adalah sebanyak 1,5-5%. Penggunaan SLS yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada rongga mulut, ulserasi yang parah, penurunan kelarutan saliva serta perubahan sensitivitas rasa (Roslan dkk., 2009). 3) Kalsium Karbonat Kalsium karbonat merupakan garam kalsium dengan kelarutan yang tinggi (Hanzlik dkk., 2005). Kalsium karbonat mengandung tidak kurang dari 98,5% CaCO3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan berbentuk serbuk hablur putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Kalsium karbonat merupakan kalsium dalam bentuk yang dapat masuk melalui saluran pencernaan dan lebih mudah diabsorbsi (Gulson dkk., 2001). 4) Air Air (H2O, BM 18,02) memiliki deskripsi cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berasa, mempunyai pH cairan antara 5,0 dan 7,0. Air sering digunakan sebagai bahan pelarut dan disimpan pada wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1993). 5) Silika Silika (SiO2) merupakan senyawa yang umum ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan banyak digunakan sebagai bahan baku atau bahan tambahan dalam industri kosmetik. Silika berbentuk serbuk padat berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa, tidak larut dalam air maupun asam kecuali asam florida (Canham dan Overton, 2002) 6) Sorbitol Sorbitol merupakan salah satu pemanis alternatif yang sering digunakan dalam makanan, termasuk kedalam golongan gula alkohol dan berfungsi sebagai pengganti sukrosa dalam mencegah terjadinya karies gigi. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa Streptoccocus mutans tidak dapat mensintesa sorbitol untuk menghasilkan polisakarida seluler yang dapat melekat pada permukaan gigi. Dari hasil penelitian lain diketahui bahwa sorbitol dapat diuraikan oleh Streptoccocus mutans sehingga pH menjadi turun, namun kecepatan fermentasinya sangat rendah dibandingkan dengan sukrosa sehingga
8
asam yang terbentuk dapat dinetralisir saliva sehingga pH yang dihasilkan tidak berpengaruh terhadap pembentukan karies gigi (Panjaitan, 2002). Sorbitol lebih aman terhadap gigi karena sorbitol difermentasikan dengan lambat oleh bakteri Sterptococcus mutans. Sorbitol dapat menyebabkan terjadinya sedikit penurunan pH plak dan setelah proses adaptasi bakteri plak mampu memfermentasi sorbitol (Huber, 1999). 7) Gliserin Gliserin adalah nama komersial dari produk yang terdiri dari gliserol dan sejumlah kecil air. Gliserin dalam pasta gigi berfungsi sebagai humektan yaitu menjaga pasta gigi agar tetap lembab bila terjadi penguapan air sehingga mencegah pasta gigi menjadi keras. Gliserol sebenarnya merupakan alkohol trihidrat (Swern, 1995). Gliserin adalah sebuah alkohol trihidrat berupa cairan higroskopis, kental, bening dengan rasa manis pada suhu kamar diatas titik lelehnya (Kirk, 2004). 8) Sodium benzoat Sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan asam benzoat. Sifat-sifat dari Natrium benzoat yaitu berupa granul atau serbuk hablur berwarna putih, larut dalam air dan sukar larut di dalam etanol dan lebih larut dalam etanol 90%, tidak berbau dan stabil di udara (Rimbawan, 2001). 9) Menthol Menthol adalah alkohol yang diperoleh dari minyak permen atau dibuat secara sintetik. Deskripsi senyawanya hablur heksagonal, tidak berwarna, umumnya seperti jarum dan bau khas permen sehingga digunakan sebagai pewangi. Massa bergumpal atau sebagai serbuk hablur dengan BM 156,27. Menthol sangat mudah larut dalam etanol (95%) P, minyak lemak, dan minyak atsiri, tetapi sukar larut dalam air. Cara penyimpanan harus dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dan disimpan ditempat sejuk (Depkes RI, 1993). 10) Metil Salisilat Metil salisilat diperoleh secara sintetik atau dengan cara maserasi dan penyulingan uap daun Guaitheria procumbens Linne yang mengandung tidak
9
kurang dari 98,0%. Pemerian cairan tidak berwarna atau kuning pucat, berbau khas aromatik, dan rasa manis (Depkes RI, 1993). E. Landasan Teori Industri kesehatan gigi (obat kumur, pasta dan formulasi bahan penambal gigi) menggunakan bahan baku eugenol dalam minyak cengkeh karena mempunyai daya antiseptik (Ditjen BP Perkebunan, 2004). Humektan pada pasta gigi berfungsi
menjaga kelembaban dan stabilitas, dapat juga melindungi komponen-komponen yang terikat kuat dalam bahan yang belum mengalami kerusakan termasuk kadar air, dan dapat mengikat minyak atsiri, sehingga minyak atsiri yang diformulasikan ke dalam pasta gigi tidak akan cepat menguap. Humektan yang sering digunakan dalam pasta gigi adalah gliserin, akan tetapi jumlah gliserin sangat berpengaruh teradap larutan, jumlah gliserin yang semakin banyak menyebabkan larutan akan menjadi kental, jika pasta gigi terlalu kental, penyebaran pasta gigi di atas gigi sulit, dan terasa kurang nyaman di mulut (Jackson, 1995). Kuswandi dkk (2001), bahwa Kadar Hambat Minimum (KHM) minyak cengkeh terhadap bakteri Gram positif (Streptococcus mutans) sebesar 0,062%.
F. Hipotesis Humektan pada pasta gigi berfungsi sebagai bahan pelembab dan dapat mengikat minyak cengkeh. Minyak cengkeh memiliki daya antiseptik sehingga minyak
cengkeh
mapu
menghambat
pertumbuhan
bakteri
dan
dapat
diformulasikan ke dalam pasta gigi yang berfungsi sebagai zat aktif. Variasi jumlah gliserin yang semakin tinggi dapat mempengaruhi kekentalan pasta gigi, sehingga variasi konsentrasi gliserin akan berpengaruh pada sifat fisik pasta gigi. Minyak cengkeh yang diformulasikan ke dalam pasta gigi memiliki daya antiseptik sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.