BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dermatomikosis cukup banyak diderita penduduk Negara tropis. Salah satunya Indonesia akan tetapi angka kejadian yang tepat belum diketahui. Iklim yang panas dan lembab mempermudah tempat penyakit jamur berkembang dengan baik (Utama, 2004). Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur (Mawarli, 2000). Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia adalah dermatofit (dermatophytae, bahasa yunani berarti tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi candida alicans, yang menyebabkan terjadi infeksi jamur superfisial pada kulit, rambut, kuku dan selaput lendir (Zakaria, 2005). Menurut
Soebono
dalam
Utama,
2004
Data
epidemiologik
menunjukkan bahwa penyakit kulit karena jamur superficial (Dermatomikosis superfisialis) merupakan penyakit kulit banyak dijumpai pada semua lapisan masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga karena sering bersifat kronik dan kumat-kumatan serta tidak sedikit yang resisten dengan obat anti jamur, maka penyakit ini dapat menyebabkan gangguan kenyamanan dan menurunkan kualitas hidup bagi penderitannya. Daerah pedalaman angka ini mungkin lebih meningkat dengan variasi penyakit yang berbeda. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatomikosis superfisialis adalah iklim yang panas, higiene sebagian masyarakat yang masih kurang, adanya sumber penularan disekitarnya, penggunaan obat-obat antibiotik, steroid dan sitostatika yang meningkat, adanya penyakit kronis dan penyakit sistemik lainnya (Utama, 2004). Tingginya prevalensi penyakit dermatomikosis juga dipengaruhi banyak hambatan dalam penatalaksanaannya, yaitu lamanya waktu pengobatan, 1
2
banyaknya kasus yang resisten terhadap obat anti jamur dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat jamur sistemik (Mansur, 2005). M. Nasution dkk, melaporkan jumlah penderita dermatomikosis pada penderita baru penyakit kulit yang berkunjung ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP H. Adam Malik RSUD Pirngadi Medan, kejadian dermatomikosis cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2002 penyakit dermatomikosis merupakan penyakit kulit yang menduduki urutan pertama dibandingkan dengan penyakit kulit yang lain (Mansur, 2005). Berdasarkan data Rekam Medis Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kajen pada bulan Juli-September 2010 sebanyak 140 pasien dengan kasus dermatomikosis, yang juga menduduki urutan pertama dibanding dengan penyakit kulit lainnya. Rata-rata kunjungan pasien perhari 40% dari penyakit lainnya. Keluhan utama pasien yang berkunjung di poli kulit dan kelamin adalah merasakan gatal lebih-lebih jika berkeringat. Pasien hanya membeli obat minum anti jamur di apotik dengan aturan minum untuk 1 minggu atau membeli obat anti jamur dan diminum jika rasa gatal timbul berhenti setelah gatal reda atau membeli salep di toko. Padahal untuk pengobatan jamur memerlukan waktu yang tidak singkat bahkan sampai berbulan-bulan untuk infeksi yang berat atau luas dan tidak memerlukan pengobatan topikal saja, ketidaktahuan inilah yang dapat menyebabkan resisten terhadap obat anti jamur dan infeksi semakin luas,
kumat-kumatan sehingga menganggu
kesehatan umum. Pendidikan
adalah
segala
upaya
yang
direncanakan
untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dalam hal ini pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik dari dirinya sendiri, keluarga atau masyarakat (Notoatmojo, 2003) 1
3
Tingkat pendidikan formal merupakan dasar pengetahuan intelektual yang dimiliki seseorang, semakin tinggi pendidikan akan semakin besar kemampuan untuk menyerap dan menerima informasi, sehingga pengetahuan dan wawasannya luas, selain itu pendidikan merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi pengetahuan dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmojo, 2003). Tingkat pengetahuan seseorang tidak selalu berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Orang yang memiliki anggapan benar belum tentu akan berperilaku benar, hal ini terjadi pada intelektual kognitif. Pada fase ini orang telah memberikan respon berupa perilaku manusia pada hakekatnya sangat selektif terhadap rangsangan pengetahuan yang dirasa sesuai dengan kebutuhan (Notoatmojo, 2002). Anamnesa dan pemeriksaan fisik diketahui bahwa pengetahuan mereka tentang penyakit jamur belum sepenuhnya mengetahui dari penyebab, pencegahan, penularan maupun komplikasi dari penyakit jamur jika tidak diobati, tidak mengetahui jika banyak berkeringat dan tidak langsung ganti pakaian, udara yang panas, lingkungan yang kurang bersih, memakai celana yang berlapis-lapis dan adanya penularan disekitarnya merupakan penyebab dari penyakit jamur, sehingga kurangnya informasi tentang kesehatan menyebabkan pasien kurang berperilaku sehat. Penyakit jamur timbul dipengaruhi juga
oleh daya
tahan
tubuh yang menurun sehingga
memungkinkan organisme ini menginfeksi manusia. Pasien juga mengatakan sakit gatal sudah lama dan berobat ke puskesmas, dokter ataupun bidan tetapi tidak sembuh dan didiagnosa sebagai penyakit gatal biasa atau penyakit alergi sehingga pengobatan tidak spesifik atau kurang efektif. Perilaku hidup sehat sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang masih rendah merupakan salah satu sebab rendahnya pemeliharaan masyarakat terhadap informasi kesehatan serta pembentukan perilaku sehat (Depkes RI, 1999). Pengetahuan yang baik merupakan domain dari terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa 1
4
perilaku yang didasari oleh pengetahuan maka perilaku dapat bersifat langgeng (long lasting) dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2003). Dari data prevalensi kunjungan pasien dermatomikosis di poli kulit dan kelamin meningkat rata-rata perhari. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kejadian penyakit Dermatomikosis di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
B. Rumusan Masalah Dermatomikosis prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun, penyakit dermatomikosis mendominasi
dibanding penyakit kulit lainnya di negara
tropis. Angka kejadian penyakit infeksi jamur di Poli Kulit dan kelamin RSUD Kajen lebih banyak dibandingkan dengan kasus penyakit kulit lainnya. Dari survey pendahuluan sebelum peneliti melakukan penelitian didapatkan wawancara 10 orang didapatkan hanya 4 orang yang hanya bisa menjawab pertanyaan tentang penyakit dermatomikosis dengan baik. Penyakit dermatomikosis sangat menarik oleh karena keluhannya tergantung pada tingkat ekonomi daripada kehidupan sipenderita. Bila penderita golongan ekonomi lemah penyakit ini tidak dihiraukan tetapi pada penderita dengan ekonomi menengah keatas atau yang mengutamakan penampilan maka penyakit jamur adalah suatu penyakit yang sangat bermasalah karena menggangu kenyamanan dan kesehatan umum. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang muncul adalah adakah hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kejadian penyakit dermatomikosis di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
1
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang kejadian penyakit Dermatomikosis di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan tingkat pendidikan pasien di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. b. Mendiskripsikan pengetahuan pasien yang berobat di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. c. Mendiskripsikan kejadian penyakit Dermatomikosis di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. d. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian penyakit Dermatomikosis di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. e. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kejadian penyakit Dermatomikosis di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi masyarakat tentang penyakit dermatomikosis ( penyakit jamur ).
2. Bagi Instansi Setelah dilakukan penelitian ini akan dapat meningkatkan upaya promotif dan preventif bagi pasien yang berobat di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. E. Bidang Ilmu Penelitian ini sesuai dengan bidang ilmu Keperawatan Medikal Bedah. 1