BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat maupun antar negara. Untuk mengantisipasi hal tersebut yang perlu diperhatikan diantaranya adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satu jalan yang harus ditempuh adalah dengan meningkatkan taraf pendidikan sumber daya manusianya. Pendidikan akan berjalan dengan baik bila ditunjang dengan tingkat kesegaran jasmani yang memadai dari individu-individu yang terlibat di dalamnya. Untuk meningkatkan kesegaran jasmani, salah satu caranya ialah dengan melakukan aktivitas olahraga Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian, disiplin, sportivitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Suatu kenyataan yang bisa diamati dalam dunia olahraga, menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan prestasi olahraga yang pesat dari waktu kewaktu baik tingkat daerah, nasional maupun internasional. Hal ini dapat dilihat dari pemecahan-pemecahan rekor yang terus dilakukan pada cabang olahraga tertentu, penampilan teknik yang efektif dan efisien dengan ditinjau oleh kondisi fisik yang baik. Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Kegiatan olahraga mencakup berbagai macam cabang seperti atletik, permainan, olahraga air, olahraga beladiri, dan lainlain. Ilmu keolahragaan merupakan ilmu terapan yang lintas disiplin antar ilmu yang terkait dan relevan, maka dalam pelaksanaan pembinaan olahraga untuk 1
2
mencapai prestasi yang optimal atau maksimal, perlu ditangani secara komprehensif dan terpadu. Aspek-aspek yang terkait dalam pembinaan olahraga menurut Soeharsono, (2004:255) diantaranya adalah: (1) Aspek olahraga; menyangkut permasalahan fisik: pembinaan fisik, pembinaan teknik, pembinaan taktik, kematangan bertanding, pelatih, program latihan dan evaluasi, (2) Aspek medis; menyangkut permasalahan: fungsi organ tubuh (jantung, paru-paru, saraf, otot, indera, dan lainnya), gizi, cedera, dan pemeriksaan, (3) Aspek psikologis; menyangkut permasalahan: ketahanan mental, kepercayaan diri, penguasaan diri, disiplin dan semangat juang, ketekanan, ketekunan, dan kecermatan, dan motivasi. Faktor biologis atau fisik yaitu yang berkaitan dengan struktur, postur dan kemampuan biomotoryang ditentukan secara genetik, merupakan salah satu faktor penentu prestasi yang terdiri dari komponen dasar, yaitu: kekuatan (strength), daya tahan (endurance),daya ledak (explosivekekuatan), fleksibilitas (speed), fleksibiltas (flexibility), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), dan koordinasi (coordination), masih memungkinkan untuk dibina dikembangkan sesuai dengan batas-batas kemampuan biomotorik yang ada pada atlet muda yang masih tumbuh dan berkembang. Mengingat sangat kompleks masalah pembinaan olahraga prestasi, maka strategi pembinaan olahraga ini perlu ditangani secara profesional, baik dalam manajemen maupun dalam keilmuannya. Setiap cabang olahraga seperti sepaktakraw, renang, atletik, sepakbola, dan bolavoli memiliki sistem, strategi dan metode pelatihan fisik yang berbeda untuk mencapai dan meningkatkan prestasi olahraga. Perbedaan pelatihan fisik ini dapat dilihat dari perbedaan gerakangerakan pada setiap cabang olahraga tersebut seperti halnya cabang olahraga sepaktakraw. Sepaktakraw disebut meraga/maddaga dalam bahasa Bugis yang diambil dari
kata-kata
siraga-raga
yang
berarti
saling
menghibur.
Permainan
sepaktakraw/sepakraga dapat dimainkan kapan saja sebagai pengisi waktu luang. Permainan sepaktakraw juga merupakan salah satu acara yang selalu diadakan pada saat upacara-upacara resmi kerajaan seperti pelantikan seorang raja, pesta keramaian keluarga, pesta panen, serta untuk menyambut tamu-tamu agung. Secara resmi permainan sepaktakraw berkembang di Indonesia pada tahun 1970.
3
Hal ini diawali dengan adanya kunjungan muhibah Singapura dan Malaysia yang memperkenalkan permainan sepakraga. Oleh karena permainan ini merupakan permainan tradisional masyarakat Indonesia, maka permainan ini tidak sulit untuk dikembangkan di Indonesia. Sepaktakraw merupakan salah satu cabang olah raga yang berkembang pada lingkungan masyarakat. Namun sepaktakraw kurang membudaya jika dibandingkan dengan olahraga permainan seperti bolavoli, sepakbola atau bola basket. Disisi lain biasanya sekolah tidak memiliki area untuk membuat lapangan permainan sepaktakraw, sehingga lebih mengutamakan area untuk cabang olahraga yang wajib diajarkan dalam pendidikan jasmani seperti lapangan bolavoli atau bola basket. Hal yang sangat penting bagi setiap pemain sepaktakraw adalah penguasaan terhadap teknik-teknik dasar sepaktakraw. Keterampilan teknik dasar merupakan unsur utama yang harus diajarkan atau dilatih pada pemain sepaktakraw. Pada permainan sepaktakraw sering kita jumpai teknik-teknik dasar yang
bermacam-macam.
Menguasai
teknik
dasar
bermain
sepaktakraw
mempunyai peran penting terhadap penampilan seorang pemain baik secara individu maupun secara kolektif, serta mendukung penerapan taktik dan strategi dalam permainan. Dengan penguasaan teknik dasar bermain sepaktakraw yang baik, maka akan mampu melakukan kerjasama yang kompak dalam satu tim, sehingga akan meningkatkan kualitas permainan untuk memperoleh kemenangan. Prestasi baik itu bisa didapat dengan usaha latihan-latihan yang teratur dan countinue. Prestasi akan timbul bila kondisi fisik baik atau dengan kata lain kondisi harus ditingkatkan untuk mendapatkan prestasi. Peningkatan kondisi fisik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik menuju kondisi puncak untuk melakukan kegiatan atau melakukan aktivitas olahraga dengan prestasi optimal. Untuk bermain sepaktakraw memerlukan kondisi tubuh dan kondisi fisik yang prima. Oleh sebab itu perlu beberapa kemampuan tersebut dilatih agar mendapatkan kondisi puncak sehingga dapat mencapai prestasi. Selain itu untuk bermain sepaktakraw yang baik dituntut untuk mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik. Ratinus Darwis dalam Muhamad Muhsin (2008:20)
4
berpendapat bahwa “untuk bermain sepaktakraw yang baik haruslah seseorang mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik”. Dari beberapa pendapat di atas menunjukan bahwa untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, disamping harus memiliki kemampuan dasar dan kondisi fisik yang baik, juga harus memiliki keterampilan, teknik dan juga taktik yang baik pula. Teknik-teknik dasar yang diperlukan dalam sepaktakraw menurut Ratinus Darwis (1992:15) adalah “sepaksila, sepak kuda (sepak kura), sepak cungkil, menapak, sepak simpuh, main kepala, mendada, memaha dan membahu”. Selain itu juga ada unsur fisik yang diperlukan untuk meningkatkan prestasi sepaktakraw menurut Ratinus Darwis (1992: 115) “untuk berolahraga diperlukan pembinaan fisik secara umum berkenaan dengan kekuatan, daya
tahan,
fleksibilitas, kelincahan, dan
fleksibilitas.Secara khusus kondisi fisik meliputi stamina, daya ledak, reaksi, koordinasi, ketepatan, dan keseimbangan”. Demikian juga pada Pembinaan Prestasi Sepaktakraw JPOK FKIP UNS Surakarta dalam upaya mencapai keterampilan teknik dasar bermain sepaktakraw yang maksimal, perlu meningkatkan kemampuan fisiknya. Faktor fisik berhubungan dengan struktur morfologis berkaitan erat dengan bentuk tubuh atlet yang ideal, misalnya tinggi badan dan panjang tungkai atlet. Sementara itu, struktur
anthropometri berhubungan dengan pengukuran
kemampuan atlet dalam melakukan gerakan-gerakan yang berkaitan dengan cabang olahraga yang digelutinya. Fisik yang prima merupakan salah satu aset penting yang harus dipertahankan seorang atlet. Faktor fisik berhubungan dengan postur tubuh yang ideal juga berkaitan dengan daya tahan, fleksibilitas, fleksibilitas, agilitas, koordinasi gerak, dan kekuatan seorang atlet, baik dalam latihan maupun dalam menghadapi pertandingan. ”Kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya” (Sajoto, 1995:810). Pembentukan unsur-unsur fisik, untuk menciptakan atlet sesuai dengan tuntutan kriteria gerakan teknik dasar sepaktakraw, tentunya tidak bisa terlepas dari proses pembibitan yang diharapkan dapat menghasilkan bibit atlet unggul, karena faktor anthropometri dan fisik akan sangat menentukan dalam proses
5
latihan menuju prestasi. Pemilihan atlet untuk menekuni cabang olahraga sepaktakraw tidak terlepas dari bentuk tubuh (anthropometri). Bentuk tubuh yang ideal sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari merupakan salah satu syarat yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Mochamad Sajoto (1988:11) menyatakan “Salah satu aspek untuk mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologi yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu ukuran tinggi badan dan panjang tungkai, ukuran besar, lebar dan berat badan, serta somatotype (bentuk tubuh)”. Komponen kondisi fisik saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan, sebagai modal yang harus dimiliki seorang atlet untuk meraih prestasi. Dari berbagai prinsip yang telah diuraikan di atas, maka perlu dicari dan diketahui komponen-komponen anthropometri dan fisik apa saja yang dapat menentukan keberhasilan prestasi dan sesuai dengan
karakteristik cabang olahraga
sepaktakraw. Seorang pelatih perlu mengetahui komponen-komponen fisik apa saja yang berpengaruh dan memberikan sumbangan pada keterampilan sepaktakraw. Kurangnya informasi dan penelitian tentang hubungan antara komponen kondisi fisik dan anthropometri yang berkaitan dengan keterampilan olahraga sepaktakraw menyebabkan minimnya temuan-temuan teori dalam pembinaan olah raga sepaktakraw, sehingga kurang tepat apabila orang hanya beranggapan bahwa didalam bertanding olahraga sepaktakraw yang harus dikuasai hanya keterampilan dasar saja tanpa disertai unsur komponen kondisi fisik yang mempertimbangkan faktor anthropometri. Oleh karena itu, untuk membuktikan pernyataan tersebut perlu dilakukan analisis yang mendalam di dalam suatu penelitian. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Prediksi Keterampilan Teknik Dasar Bermain Sepaktakraw Berdasarkan Anthropometri dan Kondisi Fisik pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi JPOK FKIP UNS.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Hubungan antara komponen anthropometri dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw. a. Adakah hubungan antara tinggi badan dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw? Apabila ada hubungan, berapa besar prediksi tinggi badan atas keterampilan teknik dasar sepaktakraw? b. Adakah hubungan antara berat badan dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw? Apabila ada hubungan, berapa besar prediksi berat badan atas keterampilan teknik dasar sepaktakraw? c. Adakah hubungan antara panjang tungkai dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw? Apabila ada hubungan, berapa besar prediksi panjang tungkai atas keterampilan teknik dasar sepaktakraw? d. Adakah hubungan antara tinggi badan, berat badan dan panjang tungkai secara bersama-sama dengan dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw? Apabila ada hubungan, berapa besar seluruh komponen anthropometri tersebut dapat memprediksi keterampilan teknik dasar sepaktakraw?
2.
Hubungan antara komponen kondisi fisik dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw. a. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw? Apabila ada hubungan, berapa besar prediksi kekuatan otot tungkai atas keterampilan teknik dasar sepaktakraw? b. Adakah hubungan antara koordinasi mata-kaki dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw? Apabila ada hubungan, berapa besar prediksi koordinasi mata-kaki atas keterampilan teknik dasar sepaktakraw? c. Adakah hubungan antara kelincahan dengan keterampilanteknik dasar sepaktakraw?Apabila ada hubungan, berapa besar prediksi kelincahan atas keterampilan teknik dasar sepaktakraw?
7
d. Adakah hubungan antara fleksibilitas dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw? Apabila ada hubungan, berapa besar prediksi fleksibilitas atas keterampilan teknik dasar sepaktakraw? e. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai, koordinasi mata-kaki, kelincahan, dan fleksibilitas secara bersama-sama dengan dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw? Apabila ada hubungan, berapa besar seluruh komponen kondisi fisik tersebut dapat memprediksi keterampilan teknik dasar sepaktakraw?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan kebenaran tentang : 1.
Prediksi antara faktor anthropometri meliputi tinggi badan, berat badan dan panjang tungkai dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
2.
Prediksi antara faktor kondisi fisik yang meliputi kekuatan otot tungkai, koordinasi mata-kaki kelincahan dan fleksibilitas, dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Hasil
yang diperoleh diharapkan dapat: 1. Secara teoritis mendukung dan memperkaya ilmu pengetahuan pada variabel anthropometri dan kemampuan fisik yang menentukan keterampilan teknik dasar bermain sepaktakraw. 2. Memberikan acuan dan masukan bagi atlet terhadap prediksi penentu keterampilan teknik dasar bermain sepaktakraw. 3. Bagi peneliti secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding dan pertimbangan bila para peneliti akan mengadakan penelitian.