1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) periode remaja adalah umur 10-19 tahun. Fase dimana terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan perkembangan psikologi dan kedewasaan. Namun usia 19 tahun ternyata tidak menjamin remaja telah mencapai kondisi sehat secara fisik, mental, maupun sosial dalam proses reproduksi (Patton and Russell, 2007, Sharma et al., 2008). Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik fisik, psikis maupun sosial (Patton and Russell, 2007). Berbagai perubahan tersebut dapat menimbulkan persoalan-persoalan yang kemungkinan dapat mengganggu perkembangan remaja selanjutnya. Adapun persoalan yang dihadapi para remaja diantara adalah masalah kesehatan reproduksi. Peristiwa yang menandai pubertas ketika seorang anak perempuan menginjak remaja adalah menstruasi yang pertama (menarche). Menarche adalah suatu peristiwa transisi yang penting dalam siklus hidup wanita, menunjukkan pergeseran dari seorang anak perempuan ke seorang wanita bahkan jika mendapatkannya di umur enam tahun (BKKBN, 2008, Patton and Russell, 2007, Richter, 2006). Menstruasi adalah hal yang dialami oleh semua wanita sehat pada banyak masa dikehidupannya, namun topik ini masih merupakan hal rahasia, tabu, dan negatif. Banyak orang percaya bahwa menstruasi adalah hal kotor, hina dan mengganggu. Untuk itu diperlukan upaya agar anak perempuan belajar tentang menstruasi dan dapat mempersiapkan diri menghadapinya. Costos et al. (2002) mengemukakan walaupun banyak terdapat berbagai sumber informasi tentang menstruasi, ibu tetap merupakan sumber utama bagi anak untuk belajar tentang menstruasi. Ibu merupakan sumber utama remaja mendapat pengetahuan tentang menarche dan menstruasi (Sharma et al, 2008). Namun ibu tidak sepenuhnya nyaman atau kompeten ketika harus melakukan pekerjaan mengajari anak perempuan mereka tentang menstruasi (Costos et al., 2002). Menurut Costos et al.
2
(2002),
dalam
penelitiannya
banyak
ibu
merahasiakan
dan
tidak
mengkomunikasikan menstruasi karena bagi mereka merupakan topik yang tidak nyaman. Penelitian di negara maju telah menyimpulkan bahwa perubahan biologi yang cepat selama pubertas dapat menyebabkan rasa malu dan bahkan stres pada banyak anak perempuan maupun laki-laki (Martin, 1996). Sikap yang negatif tersebut kebanyakan karena kurangnya pengetahuan. Pengalaman yang serupa juga ditemukan diantara remaja di Indonesia. Apabila dibandingkan dengan orang tua mereka, remaja sekarang menerima informasi yang lebih baik dan lebih kurang pembatasan dalam pubertas dan seksual; tetapi kurangnya informasi masih jelas (Situmorang, 2003). Wanita banyak yang mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum mendapatkan periode menstruasi, khususnya pada awal-awal masa dewasa. Gejala-gejala gangguan mulai dari rasa tidak nyaman pada daerah perut sampai masalah ketidakstabilan emosi, kondisi ini yang dikenal dengan premenstrual syndrome (PMS) (Dickerson et al., 2003). Agar kebutuhan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja terpenuhi, maka intensitas komunikasi perlu ditingkatkan. Intensitas komunikasi orang tua dengan anak remaja dapat digambarkan dalam bentuk seberapa sering dan bagaimana bentuk komunikasi yang dilakukan (Rakhmat, 2007). Komunikasi antara orang tua dan remaja adalah gambaran dari indikator kualitas hubungan mereka (Riesch et al., 2003). Terdapat 2 hal yang hendaknya dimiliki oleh orang tua agar dapat diterima sebagai sumber informasi bagi remaja, yaitu: keahlian (expertise)
dan
dapat dipercaya
(trustworthiness).
Remaja
menganggap
orangtuanya tidak memiliki cukup keahlian atau remaja menganggap orangtuanya kurang dapat dipercaya, karena cenderung menghakimi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan remaja tidak menjadikan orangtua sebagai sumber informasi (Jaccard et al., 2002) Huizinga et al. (2005) menyatakan bahwa hubungan keluarga yang dekat adalah ketika komunikasi orang tua dan remaja baik, maka dapat menolong remaja untuk beradaptasi pada kejadian sulit dikehidupannya. Teori menunjukkan
3
bahwa kualitas dan kuantitas komunikasi orang tua memainkan peranan penting dalam hal bagaimana orang tua dapat mempengaruhi anak remajanya (Wilson and Donenberg, 2004). Komunikasi di rumah merupakan langkah awal untuk hubungan baik, komunikasi tentang suatu topik yang dapat meluas, termasuk tentang seksual dan kesehatan reproduksi, selain itu juga dapat memonitor aktivitas remaja (Kumi-Kyereme et al., 2007). Untuk menghindari informasi yang salah tentang menstruasi, remaja putri membutuhkan informasi yang baik dan tepat (Gupta et al, 1996). Pengetahuan tentang menstruasi dan keluhan menstruasi harus diberikan oleh orang tua sebagai orang paling dekat intensitas komunikasinya dengan remaja selain fasilitas di sekolah yang menyampaikan materi tentang menstruasi. Menyadari pentingnya kebutuhan pengetahuan tentang menstruasi bagi remaja putri sedini mungkin untuk mempersiapkan remaja putri. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang intensitas komunikasi orang tua dan remaja putri tentang pengetahuan dan keluhan menstruasi. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Banjarbaru sebagai tempat penelitian merupakan SMP favorit di Banjarbaru Kalimantan Selatan, yang memiliki siswa dari berbagai suku dan latar belakang ekonomi. Informasi tentang menstruasi didapat siswi dari berbagai sumber yaitu guru, tenaga kesehatan, teman, media cetak dan elektronik. Remaja putri perlu medapatkan informasi yang akurat, tepat dan benar. Sehingga remaja memerlukan bimbingan yang dapat diberikan oleh orang tua yaitu ibu. Remaja memerlukan penjelasan informasi yang diperoleh dapat diberikan oleh orang tua. Studi pendahuluan pada beberapa siswa mendapatkan informasi bahwa komunikasi menstruasi didapat remaja setelah menanyakan kepada orang tua sesudah mereka mendapatkan menstruasi. Terdapat juga remaja yang tidak mendapat penjelasan dari orang tua tentang menstruasi, namun diberikan buku tentang menstruasi. Untuk menyadari pentingnya kebutuhan pengetahuan kesehatan reproduksi bagi anak remaja terutama pengetahuan tentang menstruasi dan keluhan yang dihadapi secara benar, khususnya remaja putri. Salah satunya informasi ialah orang tua dengan berkomunikasi yang baik, maka peneliti tertarik
4
untuk melakukan penelitian tentang komunikasi orang tua dan remaja putri tentang pengetahuan dan keluhan menstruasi di SMP Negeri 1 Banjarbaru.
B. Perumusan Masalah Menstruasi merupakan suatu proses biologis yang terjadi pada setiap wanita dan merupakan peristiwa yang sangat penting bagi remaja putri yang menjadi pertanda dari berfungsinya organ reproduksi. Sebagian remaja merasa bahwa permulaan menstruasi bisa menjadi hal membingungkan, terutama jika mereka tidak mendapat informasi yang benar sebelumnya. Dengan adanya informasi yang tidak benar, maka proses menstruasi dikaitkan dengan hal-hal yang menjijikkan, haram dan dosa. Untuk mencegah hal tersebut remaja putri perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi menstruasi dengan diberikan pengetahuan dan informasi yang benar masalah menstruasi dan kesehatan menstruasi. Sehingga dapat mengetahui jika terjadi gangguan, dan memiliki sikap serta perilaku bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya (Sulastomo et al., 2002). Keluhan yang berhubungan dengan menstruasi sering terjadi dan mengganggu kegiatan sehari-hari remaja putri. Sangat penting bagi orang tua dan program kesehatan sekolah untuk lebih memperhatikan dan memberi informasi yang relevan untuk menghilangkan salah persepsi tentang pengobatan yang harus mereka ambil (Sharma et al., 2008). Menurut Jaccard et al. (2002), komponen komunikasi yang berhubungan dengan komunikasi orangtua dan remaja adalah isi komunikasi, gaya komunikasi, waktu komunikasi, cakupan komunikasi, dan konteks komunikasi. Komunikasi yang baik terdapat beberapa kriteria yaitu: kesamaan, kepercayaan, kedekatan, dukungan emosional dan timbal balik (Savin-Williams and Berndt, 1990). Kurangnya komunikasi antara orang tua dengan remaja menyebabkan remaja mencari informasi tentang menstruasi dari teman, media cetak dan elektronik. Permasalahan timbul jika remaja tidak mendapatkan informasi yang benar, padahal informasi tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan dan pandangannya terhadap menstruasi serta keluhan menstruasi.
5
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan “apakah ada hubungan tingkat intensitas komunikasi antara remaja putri dengan orang tua yaitu ibu dengan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dan keluhan menstruasi remaja putri?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Diketahuinya hubungan tingkat intensitas komunikasi antara orang tua dan remaja putri tentang menstruasi dengan pengetahuan menstruasi dan keluhan menstruasi remaja putri. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat intensitas komunikasi antara orang tua yaitu ibu dan remaja putri tentang menstruasi. b. Mengetahui tingkat pengetahuan menstruasi remaja putri. c. Mengetahui ada atau tidak adanya keluhan menstruasi yaitu PMS pada remaja putri. d. Mengetahui hubungan tingkat intensitas komunikasi antara ibu dan remaja putri dengan pengetahuan menstruasi. e. Mengetahui hubungan tingkat intensitas komunikasi antara ibu dan remaja putri dengan ada atau tidak adanya keluhan menstruasi.
D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi ke pengelola SMP untuk disampaikan kepada siswa dan orang tuanya tentang pentingnya komunikasi, pengetahuan tentang mentruasi dan keluhannya. 2. Untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan
yang
berhubungan
dengan
komunikasi orang tua yaitu ibu dan remaja putri tentang menstruasi. 3. Dapat menjadikan referensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya dan peneliti yang mempunyai minat sama.
6
E.
Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Costos et al. (2002) tentang “Recollection of menarche: communication between mother and daughter regarding menstruation”. Penelitian ini dilakukan pada 138 wanita yang mendapat pertanyaan pendidikan mereka tentang menstruasi dan pengalaman dengan menstruasi bertujuan untuk mendapatkan jenis pesan seperti apa tentang menstruasi yang cenderung diberikan ibu kepada anak perempuannya dengan menganalisis informasi tentang kualitas dan kuantitas komunikasi tentang menstruasi.. Hasil penelitian ini menunjukkan dari pengalaman sampel terdapat 8 pesan negatif dari ibu tentang menstruasi. Cox et al. (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Using focus groups to understand mother-child communication about sex” yang menunjukkan bahwa komunikasi dengan orang tua memainkan peranan penting pada perilaku berisiko remaja. Data yang dianalisis pada penelitian ini tentang ibu yang sering merasa tidak nyaman diskusi tentang seks dengan anak mereka, ibu merasa sangat kuat terhadap nilai yang dipegang dan kepercayaannya harus diarahkan pada diskusi dan ibu percaya bahwa anak mereka perlu informasi yang terus berkembang. Penelitian Wilson and Donenberg (2004), yaitu “Quality of parent communication about sex and its relationship to risky sexual behavior among youth in psycchiatric care: a pilot study” menginvestigasi hubungan antara komunikasi orangtua tentang seksual dan perilaku seksual remaja. Ramaja melaporkan perilaku seksual mereka dan orangtua melaporkan frekuensi mereka membawa topik tentang seksual, HIV/AIDS, dan kontrol kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan kualitas komunikasi orangtua remaja dengan perilaku seksual remaja. Houston et al. (2006) melakukan penelitian tentang “Knowledge, attitude, and consequences of menstrual health in urban adolescent females”. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan dan sikap remaja perkotaan mengenai menstruasi. Survei dilakukan pada remaja unur 12-21 tahun dengan jumlah sampel 198. Hasil penelitian ini mengungkapkan tentang dampak
7
dari gangguan menstruasi berhubungan dengan tingginya angka absensi sekolah pada remaja dan aktifitasnya. Penelitian Sharma et al. (2008), yang berjudul “Problem related to menstruation amongst adolescent girls” bertujuan melihat tipe dan frekuensi keluhan menstruasi pada remaja putri dan efeknya pada kegiatan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan masalah keluhan yang dihadapi remaja putri saat menstruasi seperti kebanyakan remaja mengeluhkan dismenorea dan satu atau lebih gejala PMS. Adapun keluhan tersebut membuat remaja putri mengalami gangguan pada kegiatan rutinnya karena gangguan pada saat tidur, sakit saat beraktivitas, tidur lebih banyak dari biasanya, absen sekolah dan lainnya. Sumber informasi tentang menstruasi yang terbanyak didapat remaja dari orang tua yaitu ibu. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada tujuan penelitian, rancangan penelitian, variabel penelitian, jumlah sampel dan lokasi penelitian. Tabel 1. Perbedaan penelitian Peneliti
Tujuan
Costos et al. (2002)
Untuk mendapatkan jenis pesan seperti apa tentang menstruasi yang cenderung diberikan ibu kepada anak perempuannya dengan menganalisis informasi tentang kualitas dan kuantitas komunikasi tentang menstruasi. Mengetahui komunikasi dengan topik seks dan perilaku seksual berisiko pada remaja.
Focus group 3 kelompok masing-masing 6-8 orang
menginvestigasi hubungan antara komunikasi orangtua tentang seksual dan perilaku seksual remaja Untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan dan sikap remaja perkotaan mengenai menstruasi
South Carolina Longitudinal study 30 Chicago Cross sectional 198 Daerah perkotaan Washington
Cox et al. (2010)
Wilson and Donenberg (2004) Houston et al. (2006)
Rancangan Sampel Lokasi Interview 138 Boston
Hasil Terdapat 8 pesan negatif dari ibu tentang menstruasi
Ibu tidak nyaman berdiskuasi tentang seks dengan anak, ibu meyakini diskusi harus dengan aturan mereka, ibu percaya anak mereka memerlukan informasi Adanya hubungan kualitas komunikasi orangtua remaja dengan perilaku seksual remaja Dampak dari gangguan menstruasi berhubungan dengan tingginya angka absensi sekolah pada remaja dan aktifitasnya
8
Lanjutan tabel 1 Peneliti
Tujuan
Sharma et al. (2008)
Melihat tipe dan frekuensi keluhan menstruasi pada remaja putri dan efeknya pada kegiatan sehari-hari.
Peneliti (2015)
Mengetahui hubungan tingkat intensitas komunikasi antara orang tua dan remaja putri tentang pengetahuan menstruasi dan keluhan menstruasi remaja putri.
Rancangan Sampel Lokasi Cross sectional 198 India
Cross sectional 121 Banjarbaru
Hasil
Masalah keluhan yang dihadapi remaja putri saat menstruasi, yaitu dismenorea dan satu atau lebih gejala PMS yang membuat remaja putri mengalami gangguan pada kegiatan rutinnya Ada hubungan intensitas komunikasi antara orang tua dan remaja putri dengan pengetahuan menstruasi dan keluhan menstruasi