ARTIKEL
Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA
Oleh : I Gede Arcana, Nim 1214021017
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2016
1
IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Oleh: I Gede Arcana*, Dr. I Ketut Margi, M.Si**, Dr. Tuty Maryati, M.Pd*** Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui proses masuknya pengaruh Hindu Majapahit ke Desa Songan, Kintamani, Bangli (2) Untuk mengetahui unsur-unsur dari pengaruh Hindu Majapahit di Desa Songan, Kintamani, Bangli (3) Untuk mengetahui Nilai-nilai apakah dari pengaruh Hindu Majapahit di Desa Songan, Kintamani, Bangli yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, pencatatan dokumen, dan teknik observasi. Teknik penentuan sample dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) proses masuknya pengaruh Majapahit karena utusan dari adipati Samprangan kawin dengan perempuan desa Songan dan akhirnya tinggal menetap di desa Songan, (2) masuknya pengaruh Majapahit membawa perubahan terhadap tatanan masyarakat desa Songan pada aspek agama, sosial kemasyarakatan serta tradisi di desa Songan, (3). Nilai-nilai yang ada pada identifikasi pengaruh Majapahit yang berpotensi sebagai sumber belajar sejarah di SMA ada empat yaitu (1) nilai historis, (2) religius, (3) toleransi, dan (4) solidaritas. Kata Kunci : pengaruh majapahit, masuknya majapahit, sumber belajar
ABSTRACT This research aims to (1) understand the inclusion process of Hindu Majapahit’s influences in Songan village, Kintamani, Bangli (2) identify the elements of Hindu Majapahit’s influences in Songan Village, Kintamani, Bangli (3) know the values of Hindu Majapahit’s influences in Songan Village, Kintamani, Bangli which can be used as learning sources of History subject in senior high school (SMA). The research data was collected by conducting interviews, writing/recording documents, and observation.Moreover, the sampling method was purposive sampling technique. And The research pointed out that:the process of Majapahit’s influences was enter because of (1) the envoy of Adipati Samprangan married with Songan’s women and chose to settle in Songan village, (2) the impact of Majapahit entrance brought changes to the structure of rural communities in Songan village on the aspects of religious, social and tradition.(3) There are four values was identified that exist on the Majapahit’s influences that potentially can be used as learning sources of History subject in Senior High school (SMA), namely the value of (1)historical, (2) religious, (3) tolerance, and (4) solidarity. Keywords: influence of Majapahit, the inclusion process of Majapahit, learning resources *Penulis **Pembimbing I ***Pembimbing II
2
I. PENDAHULUAN Penduduk asli Desa Songan, Kintamani, Bangli pada awalnya adalah masyarakat Bali Mula atau Bali asli. Tetapi setelah perkembangan agama Hindu di Bali penduduk Desa Songan, Kintamani, Bangli mulai ada pengaruh dari golongan masyarakat Hindu lainnya masuk ke Desa Songan, misalnya masyarakat Hindu Majapahit. Melihat keberadaan penduduk Desa Songan, Kintamani, Bangli yang heterogen, yang terdiri atas masyarakat Bali Mula, serta masyarakat Hindu Majapahit itulah, maka sangat penting untuk diteliti, khususnya mengenai pengaruh Hindu Majapahit hingga bisa masuk ke Desa Songan. Dengan masuknya pengaruh Hindu Majapahit ke Desa Songan, Kintamani, Bangli, maka akan berdampak pada tatanan kehidupan masyarakat Desa Songan. Baik tata cara, kebiasaan, kebudayaan, dan tradisi yang sudah ada sebelumnya di Desa Songan. Hal itu bisa kita lihat pada aspek agama yang salah satu contohnya pada saat upacara ngaben, dimana kebiasaan orang Bali Mula (penduduk asli) Desa Songan dalam upacara ngaben mayatnya dikubur (bya tanem). Sedangkan setelah masuknya pengaruh Hindu Majapahit saat upacara ngaben mayatnya dibakar (bya tunjel). Maka melihat hal itulah, sangat jelas bahwa dengan masuknya pengaruh Hindu Majapahit berimplikasi pada kehidupan masyarakat Desa Songan. Dalam kaitannya dengan pengaruh Hindu Majapahit di Desa Songan Jika kita mengacu pada kurikulum 2013 mata pelajaran Sejarah di kelas X SMA. Dari indikator di tersebut, harapan peneliti natinya melalui hasil penelitian ini bisa dipergunakan untuk memperkaya refrensi dalam pembelajaran sejarah, khususnya di
SMA kelas X semester ganjil. Maka dari uraian tersebut, dikarenakan hal ini belum ada yang menulis, maka penulis ingin meneliti tentang bagaimana persebaran masyarakat Desa Songan khususnya Identifikasi Pengaruh Hindu Majapahit di Desa Songan, Kintamani, Bangli dan potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA. II. METODE PENELITIAN 2.1 Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Songan, Kintamani, Bangli. Penelitian ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa pengaruh Hindu Majapahit di Desa Songan merupakan sebuah keunikan tersendiri di kalangan desa-desa Bali kuno lainnya, dimana di Desa Songan keberadaan penduduk Desa Songan, Kintamani, Bangli yang heterogen yang terdiri dari masyarakat asli atau Bali Mula, serta masyarakat Hindu Majapahit. Untuk itulah maka sangat penting untuk diteliti, khususnya mengenai pengaruh Hindu Majapahit hingga bisa masuk ke Desa Songan yang Notabennya merupakan desa Bali Kuno atau Bali Mula. 2.2 Teknik Penentuan Informan Teknik penentuan informan yang digunakan Porposive Sampling dengan persyaratan bahwa informan adalah orangorang yang paham terhadap masalah yang dikaji. Dalam hal ini yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini yaitu I Ketut Artawan (42 tahun) selaku Kepala Desa Songan A, Jero Lanang (35 tahun) selaku Kepala Desa Songan B, Jero Gede Songan (65 tahun) selaku penglingsir keturunan Majapahit, Jero Mangku Gede Hulundanu (51 tahun) selaku pemangku, Juta Karyawan (46 tahun) selaku guru agama, Jero Kubayan Bakat (73 tahun) selaku kubayan, Jero Mangku Komang Polos (57 tahun) selaku pemangku. 3
2.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yang diantaranya: Metode Observasi, Metode Wawancara atau Interview, dan Metode Studi Dokumen. 2.4 Analisis Data Macam-macam cara yang dapat diikuti dalam menganalis data yang dilakukan oleh peneliti, artinya tidak ada satu cara tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi semua peneliti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan langkah sebagai berikut yang masih bersifat umum seperti (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi.
Majapahit mengalami perubahan. Perubahan itu bisa terlihat pada berkembangnya sistem beragama masyarakat desa Songan dengan percaya terhadap kekuatan para dewa yang dapat dilihat pada pembuatan pura Khayangan Tiga yang merupakan cerminan dari pada Tri Murti. Disamping itu, hal lain yang dapat dijumpai pada kehidupan masyarakat Desa Songan setelah masuknya pengaruh Hindu Majapahit yaitu yang awalnya dalam upacara ngaben dilakukan dengan cara dikubur, sementara setelah masuknya pengaruh Majapahit dalam upacara ngaben dilakukan dengan dibakar (bya tunjel). Akulturasi antara kebudayaan Desa Songan dengan Hindu Majaphit itu bisa dilihat pada bagaimana tata cara beragama masyarakat Desa Songan yang disamping percara terhadap kekuatan dewa-dewa juga masih percaya terhadap bendabenda gaib yang mencerminkan bahwa kepercayaan masyarakat dulu (Bali Mula) masih tetap terjaga meski sudah ada pengaruh luar yakni Hindu Majapahit.
III. PEMBAHASAN 3.1 Proses Masuknya Pengaruh Hindu Majapahit ke Desa Songan, Kintamani, Bangli Proses masuknya pengaruh Hindu Majapahit ke Desa Songan, merupakan sebuah sejarah yang sangat panjang. Dimana pengaruh Majapahit masuk melalui proses akulturasi, hal itu bisa dilihat dari bagaimana kehidupan masyarakat Desa Songan sebelum masuknya pengaruh Hindu Majapahit yang masih menggunakan sistem dan budaya setempat. Hal itu bisa dilihat pada kehidupan beragama masyarakat Desa Songan yang masih bersifat animisme dan dinamisme yang masih percaya terhadap ruh nenek moyang serta benda-benda gaib. Disamping hal itu, kehidupan masyarakat desa Songan sebelum datangnya pengaruh Majapahit bisa dilihat pada prosesi pengabenannya, dimana masyarakat desa songan dalam upacara ngaben menggunakan sistem dikubur (bya tanem). Sementara kehidupan masyarakat Desa songan setelah masuknya pengaruh Hindu
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa proses masuknya pengaruh Hindu Majapahit ke Desa Songan terjadi melalui proses akulturasi. Yang dimana hal itu terjadi setelah masuknya pengaruh Majapahit yang diawali dengan kedatangan I Gustu Agung Pasek Gelgel yang diutus oleh pangeran Sri Kresna Kepakisan untuk menemui pimpinan Bali Aga di Tampurhyang Batur. Dimana dalam perjalanannya itu, setelah berhasil meredakan perlawanan masyarakat Bali Aga beliau menetap di Desa Songan dan menikahi puteri Ki Kayuselem yaitu Ni Luh Maderi dan keturunan dari hasil pernikahannya itu menentap dan secara turun temurun menjadi pimpinan Desa Songan.
4
3.2 Unsur-unsur dari Pengaruh Hindu Majapahit di Desa Songan, Kintamani, Bangli 3.2.1 Sebelum Datangnya Pengaruh Majapahit Sebelum mendapat pengaruh dari Majapahit Desa Songan sudah memiliki kebiasaankebiasaan tersendir, baik itu sistem religi, sosial, bahasa, mata pencaharian dan yang lainnya. a. Sistem Religi Sebelum terjadinya Indianisasi atau Hinduisasi (perkembangan agama Hindu) masyarakat Desa Songan mempraktikkan pemujaan nenek moyang yang sangat bergantung pada agama pribumi. Kepercayaan akan kekuatan di luar diri manusia sangat berkembang, yaitu kepercayaan akan kekuatan alam, seperti sungai, gunung, pohon dan sebagainya. Disamping hal itu diatas, bahwa masyarakat Desa Songan dalam menjalankan prosesi upacara pengabenan yaitu memiliki cara atau kebiasaan tersendiri, dimana masyarakat Desa Songan dalam upacara ngaben yaitu dengan cara dikubur (Bya Tanem). b. Sistem Sosial Desa Songan yang merupakan desa Bali Mula tentu memiliki kebudayaan, adat, tradisi, serta sistem sosial tersendiri yang tentu berbeda dengan yang ada di tempat lain. Khusus mengenai sistem sosial, Desa Songan memiliki sistem tersendiri yaitu dikenal dengan sistem Hulu Ampad. c. Mata Pencaharian Desa Songan merupakan sebuah daerah yang memiliki tanah yang subur karena berada di tepi danau Batur dan juga terletak di kaki Gunung Batur yang merupakan gunung yang aktif sehingga keadaan tanahnya sudah barang tentu subur dan akan cocok untuk pertanian. Menurut hasil wawancara yang dilakukan terhadap Juta
Karyawan (46 tahun) menyatakan bahwa: masyarakat Desa Songan sejak dulu sistem mata pencahariannya yaitu sebagai petani, hal itu bisa dibuktikan bahwa jika beranjak dari apa yang ada pada sejarah Desa Songan, pada saat Ki Panji Sakti menyerang daerah Gunung Remban (Kayuselem) sekarang, bahwa masyarakat Kayuselem yang berhasil melarikan diri ke daerah Songan sekarang, mereka membuka hutan untuk lahan pertanian. Dan pada saat itu diperkirakan masyarakat Desa Songan sudah menanam ubi, kacang-kacangan, serta yang lainnya untuk kelangsungan hidupnya. d. Bahasa Desa Songan memiliki karakter tersendiri, khususnya dalam hal bahasa. Yang mana masyarakat Desa Songan memiliki ciri khas tersendiri di dalam hal berbahasa. Khusus mengenai bahasa yang digunakan oleh masyarakat Desa Songan bahasanya sedikit polos, yang mana setiap kata-katanya selalu diakhiri dengan lafal kata “a”, salah satu contohnya (kal kija) yang dalam bahasa indonesianya mau kemana, diucapkan sama seperti dalam tulisannya, hal itu sudah barang tentu berbeda dengan pengucapan di tempat lain yang biasanya diakhiri dengan “e”. 3.2.2 Sesudah Datangnya Pengaruh Majapahit Dalam perkembangannya Desa Songan juga mendapat pengaruh dari Majapahit yang sebelumnya sudah bisa menaklukkan Pulau Bali. a. Sistem Religi Desa Songan yang merupakan desa Bali Mula yang pada awalnya memiliki tatanan kehidupan tersendiri, setelah
5
mendapat pengaruh Majapahit, sudah mengikuti sistem yang telah ditetapkan oleh penguasa. Dimana yang awalnya di Desa Songan dalam hal beragama menggunakan sistem animisme dan dinamis yang percaya pada ruh nenek moyang dan benda-benda gaib, namun setelah masuknya pengaruh Majapahit hal itu mulai disempurnakan dengan percaya pada kekuatan Dewa-dewa. Hal itu dibuktikan dengan pendirian Pura Khayangan Tiga yang merupakan perwujudan dari dewa Tri Murti. b. Sistem Sosial Khusus mengenai sistem sosial di Desa Songan, bahwa menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan Jero Mangku Gede Hulundanu (51 Tahun), beliau menyatakan bahwa: Di Desa Songan tetap menggunakan sistem Hulu Ampad yang seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat Desa Songan sebelumnya (Bali Mula), hal inilah yang menggambarkan akulturasi masyarakat Bali Mula dengan pengaruh Hindu Majapahit. Dalam sistem pemerintahan Hulu Ampad ini, masyarakat keturunan Hindu Majapahit posisinya sebagai monitoring atau sering disebut dengan Pasek Ngabeh. c. Mata Pencaharian Berbicara mengenai mata pencaharian Desa Songan juga mengalami perkembangan setelah masuknya pengaruh Majapahit, hal itu dibuktikan dengan pendapat dari Jero Mangku Gede Hulundanu (51) yang menyatakan bahwa:
masyarakat Desa Songan saling membatu dalam hal menanam komoditi pertaniannya biasanya giliran, misalkan siapa yang menanam pertama, berikutnya siapa dan seterusnya hingga semua anggota sekaa selesai menanam, dan yang ditanam pada saat itu, seperti kacang, jagung, ketela, tuturnya. d. Bahasa Pengaruh Hindu Majapahit di Desa Songan juga berpengaruh pada unsur bahasa, Hanya saja pengaruh itu dapat dirasakan apabila masyarakat Desa Songan sudah bergaul atau berhubungan dengan masyarakat dari luar Songan. Bahwa masyarakat Desa Songan mampu menyesuaikan dengan siapa lawan bicaranya. Kalau bicara dengan orang dari luar Desa Songan, maka tidak lagi menggunakan bahasa Songan aslinya. Lain halnya jika masyarakat Desa Songan berbicara dengan sesama dari Songan, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa songan asli, yang mungkin orang tidak akan paham terhadap apa yang dibicarakan jika orang tersebut berasal dari luar Desa Songan. e. Kesenian Desa Songan memiliki sebuah tarian yang sangat khas yang disebut dengan tari baris tumbak, atau bahasa setempatnya disebut dengan ngigelang tumbak. Tari ini biasanya digunakan untuk mengiringi di setiap proses upacara keagamaan. Namun setelah masuknya pengaruh Majapahit ke Desa Songan dalam mengiringi proses keagamaan tidak hanya tari baris tumbak saja, melainkan banyak tarian atau kesenian lainnya yang digunakan untuk mengiringi proses upacara agama, seperti wayang, kidung, tari topeng, sendratari, serta yang lainnya.
Desa Songan mulai ada kelompok-kelompok tani yang pada waktu itu dikenal dengan sekaa, dalam hal ini sekaa yang dimaksud seperti sekaa mula, yang dimana pada zaman dulu
6
3.3 Nilai-nilai dari Pengaruh Hindu Majapahit di Desa Songan, Kintamani, Bangli yang Bisa Dijadikan Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA. adapun nilai-nilai yang terkandung dalam identifikasi pengaruh Majapahit di desa Songan yang bisa dijadikan sumber belajar sejarah yaitu nilai sejarah, nilai agama, nilai toleransi dan nilai solidaritas. a. Nilai Sejarah (historis) Salah satu desa Bali Mula yang mendapat pengaruh dari Majapahit adalah Desa Songan, yang mana desa ini walaupun merupakan desa yang merupakan desa Bali Mula tetapi mau menerima pengaruh yang disebarkan oleh Majapahit, sehingga desa Songan merupakan desa yang berbeda dengan desa-desa Bali kuno lainnya yang masih mempertahankan tradisi lamanya. Sementara desa Songan, mengikuti tatanan masyarakat yang dibawa oleh Majapahit, tetapi juga tidak menghilangkan tradisi-tradisi yang sudah dipelihara sejak masa lampau. Hal ini lah yang bisa kita pelajari dari pengaruh Majapahit di desa Songan, memiliki historis yang sangat panjang. b. Nilai Agama (religius) Meskipun sebelumnya masyarakat desa Songan sudah memiliki agama yang dikenal dengan animisme dan dinamisme, tetapi setelah masuknya pengaruh Majapahit hal itu lebih disempurnakan lagi, hal itu bisa dilihat dari adanya Pura Khayangan Tiga di desa Songan, yang seperti kita ketahui, ajaran tentang adanya Khayangan Tiga dibawa oleh Majapahit, yaitu oleh rohanian Mpu Kuturan. Maka dari itulah bahwa masuknya pengaruh Majapahit ke desa Songan memiliki nilai agama (religius).
c. Nilai Toleransi Setelah masuknya pengaruh Majapahit ke desa Songan, masyarakat mampu berdampingan secara damai baik antara penduduk asli (Bali Mula) dengan masyarakat pendatang (Hindu Majapahit). Hal itu menunjukan adanya sebuah tolerasi antara sesama, meskipun ada sebuah perbedaan di dalamnya, yaitu masalah keturuna d. Nilai Solidaritas Rasa solidaritas di desa Songan itu bisa dilihat dari rasa persatuan yang dimiliki oleh masyarakat desa Songan, bahwa masyarakat desa Songan selalu menjaga keutuhan wilayah desa Songan yang mengancam keamanan desa baik dari dalam maupun luar desa Songan. Meskipun tidak dipungkiri dalam sebuah lembaga pasti ada perselisihan atau konflik, tetapi pada umumnya konflik itu slalu bisa diredam demi keharmonisan dan kedamaian desa. IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari uraian diatas mengenai identifikasi pengaruh Majapahit di desa Songan bahwa penduduk asli Desa Songan, Kintamani, Bangli adalah masyarakat Bali Mula. Tetapi setelah perkembangan agama Hindu di Bali penduduk Desa Songan, Kintamani, Bangli mulai ada pengaruh dari golongan masyarakat Hindu lainnya masuk ke Desa Songan, misalnya masyarakat masyarakat Hindu Majapahit. Dengan masuknya pengaruh Majapahit ke desa Songan maka akan mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat desa Songan, hal itu sangat jelas nampak pada tatanan kehidupan desa Songan yang dimana sistem agama yang dilakukan di desa Songan merupakan pengaruh dari kekuasaan Majapahit yang disebarkan oleh para ulama 7
Majapahit seperti Mpu Kuturan dan Danghyang Nirarta. Sementara itu, nilai-nilai yang bisa dipetik dari pengaruh Hindu Majapahit di desa Songan yang nantinya bisa dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Nilai-nilai itu diantaranya yaitu, nilai sejarah (historis), nilai agama (religius), nilai toleransi, dan nilai solidaritas.
masukan
penyusunan artikel ini. Serta kepada semua
sebutkan satu per satu. Hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa semua
itu
banyak
kepada
memberikan
dukungan moril kepada penulis dari pelaksanaan
penelitian sampai pada penyusunan artiel ini; (2) Ibu Dr. Tuty Maryati, M.Pd, selaku dosen Pembimbing II yang
telah
bimbingan,
banyak
memberikan
pengarahan,
dan
masukan serta dukungan moril dan materiil
kepada
penulis
dalam
pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini; (3) Dr. I Made Padeh, M.Hum., selaku Penguji & Pembimbing III dalam penelitian ini yang
telah
banyak
dan
DAFTAR PUSTAKA Ardika, I Wayan, Dkk. 2013. Sejarah Bali dari Prasejarah Hingga Modern. Denpasar: Udayana University Press. Ari Kunto, Suharsini. (1998). “Manajemen Penelitian”. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. ALFABETA: Bandung. Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT, Rineka Cipta. Pendit, Nyoman 2001, Nyepi Kebangkitan, Toleransi, dan Kerukunan. Jakarta: PT, Upada Sastra.
bimbingan dan pengarahan serta
perencanaan,
kebaikan
Wasa.
M.Si, selaku dosen Pembimbing I telah
semoga
Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi
Beliau: (1) Bapak Dr. I Ketut Margi,
yang
amal
ucapkan,
yang setimpal dari Tuhan Yang
dalam
penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya
penulis
pengorbanan mendapatkan imbalan
menyusun
kesempatan yang berbahagia ini,
yang
telah
langsung yang tidak dapat penulis
memberikan motivasi, arahan dan
Untuk
yang
baik secara langsung maupun tidak
bantuan berbagai pihak yang telah
ini.
pihak
berkontribusi dalam penelitian ini
tidak terlepas dari kontribusi dan
artikel
yang
pelaksanaan penelitian sampai pada
Terselesaikannya artikel ini
dalam
saran
membangun kepada penulis selama
UCAPAN TERIMAKASIH
bimbingannya
dan
memberikan
8