ARTIKEL Judul TRADISI PANGUANGAN DI DESA ULIAN, KINTAMANI, BANGLI, BALI, SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA N 1 KINTAMANI
Ole h I KOMANG DEDI INDRA ASMARA PUTRA NIM. 0914021023
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014
TRADISI PANGUANGAN DI DESA ULIAN, KINTAMANI, BANGLI, BALI, SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA N 1 KINTAMANI Oleh I Komang Dedi Indra Asmara Putra1, Drs. I Gusti Made Aryana, M.Hum1, Dr. I Wayan Mudana, M.Si2 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] @undiksha.ac.id
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang keberadaan Tradisi Panguangan di Desa Ulian, Kintamani, Bangli, Bali; (2) Bentuk/wujud dari Tradisi Panguangan, dan (3) Aspekaspek dari Tradisi Panguangan yang dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA N 1 Kintamani. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) penentuan lokasi penelitian, (2) penentuan informan, (3) pengumpulan data (observasi, wawancara, pencatatan dukumen), (4) penjaminan keaslian data (triangulasi data dan triangulasi metode), dan (5) analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa Tradisi Panguangan merupakan upacara yadnya yang didasari oleh rasa bakti umat Hindu di Ulian untuk memohon anugrah kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Bentuk/wujud Tradisi Panguangan yaitu : (1) Gagasan Tradisi Panguangan. (2) Aktivitas Tradisi Panguangan berkaitan dengan bentuk aktivitas tradisi Panguangan, (3) Atefak Tradisi Panguangan Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia. Aspek-aspek yang bisa dijadikan sumber belajar dalam Tradisi Panguangan adalah bentuk fisik bangunan, sejarah, gotong royong dan kebersamaan, dan religius. Kata kunci : Tradisi Panguangan, bentuk/wujud tradisi, sumber belajar sejarah. ABSTRACT This study aimed to determine (1) the background in the village where Tradition Panguangan Ulian, Kintamani, Bangli, Bali; (2) The shape / form of Tradition Panguangan, and (3) aspects of the Tradition Panguangan that can be used as a source of Learning History in SMA N 1 Kintamani. This study used a qualitative approach, namely: (1) determining the location of the research, (2) the determination of the informant, (3) data collection (observation, interview, recording dukumen), (4) guarantees the authenticity of the data (data triangulation and triangulation methods), and (5) data analysis. The results showed that the ceremony is a tradition Panguangan yadnya based on the devotion of Hindus in Ulian to invoke the gift presented to Ida Sang Hyang Widhi. Shape / form panguangan tradition that is: (1) The idea Panguangan Tradition (2) Activity Panguangan tradition associated with this form of activity Panguangan Tradition,(3) Artifacts panguangan Atefak tradition is a form of physical culture in the form of the results of the activities, actions, and the work of all human beings. Aspects that could be used as a source of learning in the Tradition of panguangan is the physical form of the building, history, mutual assistance and solidarity, and religious. Keywords: Tradition Panguangan, shape / form of the tradition, the history of learning resources.
PENDAHULUAN Pulau Bali adalah salah satu pulau yang berada di wilayah Kepulauan Indonesia. Pulau Bali dari zaman dahulu sampai sekarang terkenal dengan keunikannya. Keunikan yang ditonjolkan Pulau Bali adalah pelestarian terhadap tradisi dan budaya yang berkembang dari zaman dahulu hingga sekarang. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri tidak saja bagi para wisatawan, tetapi juga bagi para sarjana yang melakukan penelitian di Bali Bali adalah suatu daerah yang tidak bisa dilepaskan dari suatu keyakinan dan kepercayaan serta tradisi-tradisi yang dianggap mitos bagi masyarakat ataupun daerah yang mempercayai mitos tersebut. Selain itu, Pulau Bali juga memiliki unsurunsur menarik lainnya seperti keindahan alam dan keramah-tamahan penduduknya, dan kebudayaannya yang memiliki keunikan dan kekhasan yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat yang berciri sosial religius Salah satu yang menjadi daya tarik para wisatawan datang ke Bali yakni masyarakatnya masih berpegang pada tradisi-tradisi Kuno yang tersebar di berbagai pelosok desa di Bali. Pada saat upacara adat maupun upacara keagamaan tradisi tersebut akan rutin diselenggarakan meskipun kehidupan semakin modern dan peradaban semakin maju seiring dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta semakin banyak pengaruh budayabudaya luar yang dibawa oleh para wisatawan yang berkunjung ke Bali, menyebabkan semua sendi kehidupan mengalami perubahan yang pesat pula serta membawa suatu dampak yang sangat besar terhadap perkembangan atau kehidupan kesenian pada masyarakat Bali, (Bakti, 2007:1). Walaupun masyarakat Bali telah mengalami perubahan dalam berbagai aspek seperti sudah berkembangnya
teknologi serta banyaknya masyarakat yang meniru kehidupan budaya luar, ternyata masih ada yang tetap mempertahankan tradisi-tradisi yang ada karena tradisi yang berkaitan dengan pelaksanaan upacara keagamaan masih tetap dipertahankan sampai sekarang. Selain itu ada bermacam-macam tradisi yang dilaksanakan pada hari raya maupun hari tertentu yang sudah ditetapkan untuk melaksanakan tradisi yang masih bertahan sampai sekarang (Bakti, 2007:2). Hal ini disebabkan karena mereka meyakini bahwa tradisi ini sudah ada sejak dahulu sehingga mereka mempertahankan kepercayaan tertentu di antaranya yaitu melaksanakan Tradisi Panguangan di Desa, Ulian, Kintamani, Bangli, Bali. Tujuan dari pelaksanaan Tradisi Panguangan adalah realisasi rasa terima kasih masyarakat Desa Ulian ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa yang telah menciptakan alam semesta berserta isinya, sebagai sumber kehidupan kususnya bagi manusia. Berdasarkan hal ini maka masyarakat Desa Ulian berusaha mempormalisasikan ajaran agamanya melalui pembuatan simbul-simbul diantaranya Banten Tugu Campah. Peneliti ingin mengkaji “Tradisi Panguangan di Desa Ulian, Kintamani, Bangli, Bali, Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMAN 1 Kintamani, dengan harapan agar generasi muda memahami apa yang dimaksud dengan Tradisi Panguangan, mengingat banyak generasi muda yang tidak mengetahui tentang Tradisi Panguangan. Dengan adanya sumber belajar ini, maka generasi penerus akan mengetahui Tradisi Penguangan. Nantinya upacara/tradisi Panguangan ini dapat dilaksanakan lebih hikmat dan nilainilai sakral yang terkandung dalam tradisi tersebut, dapat di pertahankan dengan didasari oleh keyakinan, kepercayaan, dan kesadaran yang tinggi akan arti penting yang terkandung dalam Tradisi Panguangan. Jika mengacu pada kurikulum 2013 mata pelajaran sejarah di kelas X
SMA N 1 Kintamani. Kompetensi Inti yang dibahas yaitu memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Sedangkan Kompetensi Dasarnya yaitu menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di lingkungan terdekat, yang di dalamnya mencangkup Indikator yaitu menganalisis tradisi megalitik dan kaitannya dengan kepercayaan masyarakat, dan mengidentifikasi hasil budaya Pra-aksara yang sekarang masih ditemukan di lingkungannya. Dari Indikator di atas, yang di kelas X IPS sangat baik di terapkan dalam pembelajaran karena membantu siswa untuk lebih mengenal tradisi di wilayah negeri Indonesia. Namun pembelajaran akan lebih efektif dan bermakna apabila materi yang tercakup dalam Indikator adalah tradisi yang dilaksanakan di daerah setempat. Seperti tradisi Panguangandi Desa Ulian atau tradisi lainnya sesuai dengan adat istiadat daerah masingmasing.Hal ini dinilai lebih bermakna karena siswa dapat menyaksikan bahkan terlibat langsung dalam upacara tersebut. Dalam penelitian ini, SMA Negeri 1 Kintamani dijadikan sebagai salah satu lokasi penelitian karena SMA Negeri 1 Kintamani merupakan salah satu SMA yang terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Siswa SMA ini sebagian adalah warga Desa Ulian. Dengan keadaan tersebut diharapkan kedepan, siswa-siswa ini akan lebih memahami pelaksanaan serta pentingnya Tradisi Panguangan, sehingga sebagai generasi muda, mereka berupaya untuk tetap melestarikannya.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka peneliti juga tertarik untuk mengkaji tentang tradisi, khususnya tradisi yang ada di Desa Ulian. Dalam hal ini yang membedakan kajian penelitian ini yaitu Tradisi Panguanganmerupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ulian, yang terdorong oleh rasa bakti serta rasa cinta yang mendalam terhadap leluhurnya yang telah berjasa meninggalkan bermacam-macam kebudayaan terutama dalam pelestarian lingkungan hidupnya serta menjaga keharmonisan kehidupan manusia melalui yadnya (ritual). Berdasarkan kajian-kajian di atas, dalam hal ini penulis termotivasi untuk meneliti tentang Tradisi Panguangan di Desa Ulian. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap Tradisi Panguangan dengan judul penelitian “Tradisi Panguangan di Desa Ulian, Kintamani, Bangli, Bali, Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMAN 1 Kintamani”. METODE PENULISAN Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Tahap-tahap dari penelitian kualitatif adalah sebagai berikut. (1) Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Desa Ulian, Kintamani, Bangli. (2) Teknik Penentuan Informan Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling artinya tidak semua individu dalam populasi diberikan peluang yang sama untuk dijadikan sample. (3) Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen. (4) Teknik Penjaminan Keaslian Data Pada penelitian ini teknik penjaminan keaslian data menggunakan metode triangulasi, yaitu teknik triangulasi data dan triangulasi metode. (5) Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif ( maleong, 1990 : 103). HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Keberadaan Tradisi Panguangan di Desa Ulian, Kintamani, Bangli, Bali Tradisi Panguangan merupakan Ngusaba atau peruwjudan sywkur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Tradisi Panguangan yang dilaksanakan di Desa Ulian, Kintamani Bangli merupakan uapcara yadnya yang didasari oleh rasa bakti umat Hindu di Ulian untuk memohon anugrah kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Pelaksanaan upacara ini pada dasarnya dilatarbelakangi oleh rasa bakti dan cinta kasih masyarakat Desa Ulian kepada leluhurnya yang telah meninggalkan bermacam-macam kebudayaan terutama pelestarian lingkungan hidup serta menjaga keharmonisan kehidupan manusia melalui upacara yadnya. Secara historis, tradisi ini bermula pada ketika masyarakat Desa Ulian yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Sebagian besar dari masyarakat menggantungkan hidupnya dalam bercocok tanam padi. Pada awalnya hasil yang di panen dari bercocok tanam ini sangat baik dari kualitas dan kuantitas sehingga keadaan ekonomi masyarakat Desa Ulian sangat baik. Bahkan dapat dikatakan desa ini sangat subur, sejahtra dan makmur. Namun pada suatu musim penanaman padi, entah apa yang menyebabkan padi yang ditanam oleh masyarakat tidak mengalami perkembangan yang baik. Sebagian besar padi yang ditanam oleh masyarakat tumbuh kerdil dan jauh dari kata subur. Setelah adanya musibah ini, salah satu paduluan dari Desa Ulian mendapatkan pawisik bahwasannya masyarakat Desa Ulian untuk melaksanakan upacara yang pada intinya ditunjukan untuk menjaga kelestarian lingkungan lengkap dengan sarana upakara yang diaturkan. Dengan adanya penomena ini, masyarakat dikoordinasi
oleh prajuru Desa mengadakan pertemuan untuk membahas musibah ini. Sehingga tercetus gagasan untuk melaksanakan suatu upacara dengan banten utama yang disebut dengan banten Tugu Campah Banten Tugu Campah dibuat dengan sarana dan upakara seperti sebuah lesung terbalik sebagai dasarnya, sebuah kayu penopang seperti dulang sebagai dasar sumbu, jeriring dari bambu yang melingkar dan dikaitkan pada sumbu, di dalam sumbu distanakan Ratu Maduwe Gama, sampiannya dari rautan kayu lelantang diisi pewarna dan di sekeliling lingkaran sumbu dihiasi dengan bunga yang terbuat dari pohon bakung. Dengan adanya musibah ini, salah satu paduluan dari Desa Ulian mendapatkan pawisik bahwasannya masyarakat Desa Ulian untuk melaksanakan upacara yang pada intinya ditunjukan untuk menjaga kelestarian lingkungan lengkap dengan sarana upakara yang diaturkan. Dengan adanya penomena ini, masyarakat dikoordinasi oleh prajuru desa mengadakan pertemuan untuk membahas musibah ini. Sehingga tercetus gagasan untuk melaksanakan suatu upacara dengan banten utama yang disebut dengan banten Tugu Capah. Di samping faktor religi dan sejarah yang mempengaruhi keberadaan Tradisi Panguangan, adapun faktor ekonomi yang melandasi keberadaan Tradisi Panguangan. Tradisi berjalan dalam proses waktu sesuai faktor-faktor yang mendasari pelaksanaannya. Sebagian Tradisi menjadi terkikis dan hilang, namun ada pula yang tetap bertahan walaupun dalam suatu proses adaptasi terhadap situasi dan kondisi yang berlangsung. Masyarakat Desa Ulian adalah masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Berkaitan dengan hal ini, masyarakat petani di Desa Ulian merealisasikan konsep ini melalui Tradisi Panguangan yang dilaksanakan tiap tahun. Dengan dilaksanakannya Tradisi Panguangan ini hasil pertanian masyarakat Desa Ulian menjadi lebih baik. Hasil yang diperolehpun menjadi lebih banyak dan kualitasnya lebih baik. Di
bandingkan sebelum masyarakat Desa Ulian melaksanakan Tradisi Panguangan ini. Bentuk/Wujud Tradisi Panguangan Bagi Masyarakat di Desa Ulian Kintamani Bangli Wujud/bentuk kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu : gagasan (wujud ideal), aktivitas (tindakan), dan artefak (karya). 1). Gagasan Tradisi Panguangan Tradisi Panguangan merupakan tradisi yang digagas dengan tujuan untuk meletarikan lingkungan. Sarana utama dari Tradisi Panguangan adalah Banten Tugu Campah dengan sarana utama seekor sapi yang sudah di kebiri (dicula). Daging sapi yang diaturkan saat merangkai Tugu Campah adalah dua pasang tulang rusuk yang dipanggang dan dilengkapi dengan nasi putih satu takeh lengkap dengan sujang tuak arak. Banten ini dibuat dua tanding yang dipuput oleh sinoman Tilem di jaba Pura Prajapati menghadap ke selatan. Banten ini ditujukan kepada para buta kala yang mengiringi Ratu Maduwe Gama agar tidak mengganggu jalannya upacara. Sementara daging jejeroan sapi digunakan untuk menyusun acangacang untuk mengisi nasi pelupuan yang beralaskan daun pisang tlujungan menghadap ke timur. Selain itu dibuat juga malang petangi sebanyak tujuh tanding. Malam petangi dibuat sebanyak jumlah peduluan desa yaitu dua orang kubayan (tengan kiwa), dua orang Jero Bahu, dua orang Jero Singgukan, dan satu orang Pemangku. Berkaitan dengan rentetan upacara/Tradisi Panguangan, maka bentuk peraturan yang harus dilaksanakan sesuai dengan urutan yang telah disusun. Upacara Panguangan memiliki rentetan atau rangkaian dengan upacara lain yang saling berkaitan dan wajib dilaksanakan
2). Aktivitas Tradisi Panguangan Berkaitan dengan bentuk aktivitas tradisi Panguangan, masyarakat desa Ulian melaksanakan aktivitas-aktivitas yang untuk mewujudkan tradisi ini berjalan secara optimal dengan penuh hikmad. Aktivitas dimulai dengan merangkai palinggih banten tugu capah. Bersamaan dengan tahapan merangkai banten Tugu Capah yang dilaksanakan di Jaba Pura Bale Agung, maka di jeroan pura setempat (bale agung) dilaksanakan pemotongan Sapi Cula. Sapi yang sudah dikebiri (dicula) sebelum dipotong, maka tahapannya adalah diupacarai dengan banten peras, ajengan, dan canang raka. Di tempat terpisah, serangkaian dengan pembersihan sapi cula yaitu di bale kulkul dihaturkan peras, ajengan, tipat kelanan, dan suci. Kemudian sapi ditumbak dengan bambu runcing oleh Peduluan (prajuru desa). Setelah mekideh, dipersembahkan tari-tari wali seperti Tari Baris Omag, perisi, Jojor, Mabuang, Ngelegong, Mauduh-uduh, dan Mamongah. Menurut I Made Bandem, pertunjukan seni tari sering merupakan drama ritual yang menjadi sarana untuk memperkuat kepercayaan dan memformulasikan agama dalam kehidupan. Upacara selanjutnya adalah persembahyangan bersama dengan maksud memohon keselamatan dan kesejahteraan umat manusia secara umum dan warga Desa Ulian pada khususnya. Adapun awig-awig yang berlaku dalam pelaksanaan Tradisi Pangungan di Desa Ulian, Kintamani, Bangli. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Jero Manggku Singgukan (56 Tahun) selaku pemangku di Desa Ulian. Beliau menyatakan, “bahwa pada Tradisi Pangungan masyarakat Desa Ulian apabila tidak mengikuti Tradisi ini tidak dikenakan denda (sanksi). Hal ini disebabkan karena seluruh masyarakat Desa Ulian harus terlibat dalam pelaksanaan Tradisi
Pangungan. (hasil wawancara dengan Jero Mangku Singgukan, 19 Juli 2014)”. Berdasarkan dari pernyataan di atas, dapat disumpulkan bahwa dalam pelaksanaan Tradisi Pangungan seluruh masyarakat Desa Ulian harus terlibat, bahkan masyarakat Desa ulian yang sedang Cuntaka (datang bulan) juga harus ikut dalam pelaksanaan Tradisi tersebut, namun mereka yang sedang Cuntaka (datang bulan) hanya berada di Jaba Sisi. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan Tradisi Pangungan selain sebagai wujud dari rasa terima kasih masyarakat Desa Ulian ke hadapan Ida Sang Hayang Widi Wasa yang telah menciptakan alam semesta beserta insinya. Tradisi Pangungan juga bertujuan untuk menghitung jumlah penduduk masyarakat Desa Ulian, sehingga seluruh masyarakat Desa Ulian harus datang ke Pura Bale Agung.
3). Artefak (karya) Tradisi Panguangan Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. a. Palinggih Tugu Capah Tugu Campah merupakan (pelinggih ida bahatar) dengan memuja para dewa. Tugu Campah ini dibuat dari pohon bakung (bunga bakung), kayu tulak, kayu lentatang. Menurut Jro Mangku Suba (60) selaku Pemangku Desa Ulian, beliau menyatakan, pembuatan Tugu Campah yaitu : a) Pohon bakung yaitu bakung oleh tetua lebih ditekankan pada bentuk dari tumbuhan, bentuk batangnya yang
memutar bila dikupas akan habis seperti filsapat hidup yang menekankan pada proses. b) Kayu lentatang yaitu berasal dari kata lantang yang artinya panjang, menunjukan arah pada ala ini. Kayu lentatang di iris kecil-kecil diikat pada bambu yang dipasang sesuai dengan arah mata angin. c) Kayu tulak/sugih yaitu oleh tetua kita lebih ditekankan pada etemologi kata, kayu yang artinya kayun keinginan atau harapan, tulak/sugih berarti mendapatkan atau punya. Maka kayu tulak/sugih diartikan mendapatkan keinginan yang baik. b. Sapi Culah Pemotongan Sapi Culah ini tidak memakai pisau tetapi menggunakan bambu rumcing (gelanggang). Pemotongan Sapi Culah dilakukan di Pura Bale agung. Pada pemotongan sapi culah ini dilakukan oleh petengen (Jro Bayan atau struktur penghulu adat). Sebelum pemotongan Sapi Culah ini dilaksankan upacara dengan tujuan menyucikan sapi. c. Api Nyala (Api Unggun) Membakar nyala (penerangan dengan bamboo kering). Dengan membuat api unggun dengan sarana bambu kering. Dengan menenpatkan bambu di setiap arah mata angin. Pada pembakaran nyala ini diiringi dengan kekidung (kekawin). Aspek-aspek dari Tradisi Panguangan di Desa Ulian, Kintamani, Bangli, Bali, yang Dapat Dijadikan sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA N 1 Kintamani Tradisi Panguangan di Desa Ulian memiliki suatu hal yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah khususnya untuk sekolah-sekolah di Kecamatan Kintamani. Keberadaan Tradisi Panguangan di Desa Ulian tentunya dapat dipakai sebagai alternatif bagi guru untuk mengajarkan materi
pembelajaran sejarah yang lebih kreatif, efektif dan konseptual. Untuk itu diperlukan penggalian terhadap aspekaspek yang terdapat di dalam Tradisi Panguangan yang bisa dikembangkan menjadi sumber sejarah. Penggalian ini tentu saja dapat berguna bagi guru maupun siswa di Kecamatan Kintamani untuk menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang lebih menarik dan tidak membosankan.
Tradisi Panguangan, di wilayah Desa Ulian juga masih banyak lagi ditemukan peninggalan-peninggalan bercorak megalitik seperti arca dan batu-batu bercorak megalitik. Semua peninggalan ini tersebar hampir di seluruh wilayah Desa Ulian, yang menarik dari peninggalan-peninggalan ini adalah antara peninggalan megalitik dengan peninggalan Hindu terjalin secara harmonis.
Berikut ini adalah aspek-aspek yang terdapat pada Tradisi Panguangan di Desa Ulian yang bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah adalah sebagai beriku
Seluruh peninggalan budaya prasejarah tersebut memberikan informasi bahwa pada masa lampau di daerah wilayah Desa Ulian sekarang sudah terdapat hunian awal manusia, dan menjadi salah satu pusat kerumunan masyarakat prasejarah dalam melakukan aktivitas sehari-hari
a). Aspek Bentuk Fisik Bangunan Bangunan Tugu Campah merupakan bangunan yang memiliki nilai arsitektur yang sangat tinggi. Secara umum bangunan ini memiliki keunikan bentuk jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk bangunan lainnya. Jika melihat dari bentuk fisik bangunan Tugu Campah, peninggalan ini tentu saja bisa dipakai oleh guru ataupun tenaga pendidik sebagai sumber belajar sejarah. Peninggalan Tugu Campah di Desa Ulian bisa dijadikan alternatif oleh guru untuk mengajarkan materi pelajaran sejarah yang sifatnya lebih nyata dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. b). Aspek Sejarah (Historis) Aspek sejarah dalam Tradisi Panguangan sangat penting dalam kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Hal ini terkait dengan jejak-jejak sejarah yang tersimpan di dalam peninggalan tersebut yang bisa dikembangkan menjadi sumber sejarah yang lebih efektif dan inofatif dalam merekonstrusksi sebuah peristiwa sejarah di masa lampau. Tradisi Panguangan pada hakekatnya berasal atau berpangkal pada suatu konsepsi yang berasal dari kepercayaan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang yang pada umumnya untuk mengucapkan rasa syakur.
c). Aspek Gotong Royong dan Kebersamaan Dalam pelaksanaan Tradisi Panguangan tentu saja sifat gotong royong dan kebersamaan merupakan dasar utama dalam pelaksanaan Tradisi Panguangan ini. Sifat gotong royong dan kebersamaan itu dapat dilihat dari adanya semangat bahumembahu dalam pelaksanaan proses Tradisi Panguangan. Dalam pelaksanaan Tradisi Panguangan Masyarakat Desa Ulian bersama-sama mempersiapatkan sarana dan prasana dalam pembuatan upacara tradisi panguangan. Disini Bendesa Adat Desa Ulian menunjuk salah satu masyarakat sebagai juru arah untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa Desa Ulian akan melaksanakan Tradisi Panguangan, dengan demikian masyarakat ulian diwajibkan datang ketempat upacara untuk bersama-sama melaksankan tradisis tersebut karena Tradisi Panguangan ini merupakan tanggung jawab bersama masyarakat Desa Ulian. d). Aspek Religius (Religi) Makna religi dari Tradisi Panguangan di Desa Ulian tidak bisa terlepas dari unsur-unsur antropologi
religi tersebut diatas, yaitu (1) emosi keagamaan (getaran jiwa) muncul karena masyarakat di Desa Ulian meyakini bahwa Tradisi Panguangan merupakan realisasi rasa terima kasih masyarakat Desa Ulian ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya, sebagai sumber kehidupan khususnya bagi manusia. (2) sistem kepercayaan, yaitu masyarakat meyakini bahwa dalam pelaksanaan Tradisi Panguangan akan meningkatkan hasil panen masyarakat setempat. (3) sistem ritus, yaitu masyarakat melakukan upacara persembahan berupa hasil bumi dan hewan ternak yang masih hidup di Pura Bale agung, dan pada saat Sasih Kapat. Persembahan berupa hasil bumu dan hewan ternak yang masih hidup adalah sebagai persembahan sekaligus sebagai penghubung perwujudan rasa bakti krama terhadap Ida Sang Hyang Widi Wasa. (5) alatalat fisik, yaitu berupa sarana dan prasarana untuk pembuatan sarana upacara, seperti pembuatan banten dan lain-lainnya ( koentjaraningrat, 2005 : 201-202). Tradisi Panguangan di Desa Ulian memiliki peranan yang sangat besar dalam setiap segi kehidupan masyarakatnya. Peranan tersebut tidak hanya dalam kaitannya dengan kegiatan religi masyarakatnya, akan tetapi juga berperan dalam aspek hukum dan seni. Tradisi Panguangan ini tidak hanya mempengaruhi masyarakat pada kegiatan-kegiatan yang bersifat sakral seperti upacaraupacara keagamaan, namun juga mempengaruhi dasar-dasar nilai dalam kegiatan hidup masyarakat sehari-hari. Pada kegiatan pemujaan masyarakat mempersembahkan berbagai sesajian/Banten kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa yang direfleksikan melalui Tradisi Panguangan dengan harapan agar mereka hidup dengan tentram dan sejahtera serta mendapat perlindungan dari malapetaka (gagal panen) dan bencana. Kegiatan
pemujaan pada arwah nenek moyang merupakan suatu kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Ulian setiap satu tahun sekali. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai tanda pengijawan tahan sekaligus penghormatan terhadap Dewa dan roh leluhur agar mereka mendapat perlindungan serta terhindar dari segala malapetaka, bencana, wabah penyakit, kutukan bahkan kematian.
SIMPULAN Tradisi Panguangan yang dilaksanakan di Desa Ulian, Kintamani Bangli merupakan upacara yadnya yang didasari oleh rasa bakti umat Hindu di Ulian untuk memohon anugrah kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Bentuk/wujud tradisi Panguangan yang di laksanakan masyarakat Ulian antara lain : (1) Gagasan Tradisi Panguangan merupakan tradisi yang digagas dengan tujuan untuk meletarikan lingkungan. Dengan latar belakang historis bahwasannya sebelum dilaksanakannya tradisi ini pernah terjadi musibah gagal panen padi gaga yang ditanam di tegalan masyarakat Desa Ulian, (2) Aktivitas Tradisi Panguangan berkaitan dengan bentuk aktivitas Tradisi Panguangan, masyarakat Desa Ulian yaitu aktivitas dimulai dengan merangkai palinggih banten Tugu Campah. Bersamaan dengan tahapan merangkai banten Tugu Campah yang dilaksanakan di Jaba Pura Bale Agung, maka di jeroan pura setempat (bale agung) dilaksanakan pemotongan Sapi Culah. Sapi yang sudah dikebiri (diculah) sebelum dipotong, maka tahapannya adalah diupacarai dengan banten peras, ajengan, dan canang raka, (3) Artefak (karya) Tradisi Panguangan berupa pelinggih banten Tugu Campah, Sapi Culah, dan Api Nyala. Aspek-aspek Tradisi Panguangan yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar sejarah yaitu: (1) Aspek Bentuk Fisik Bangunan Bangunan
Tugu Campah merupakan bangunan yang memiliki nilai arsitektur yang sangat tinggi. Secara umum bangunan ini memiliki keunikan bentuk jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk bangunan lainnya, (2) Aspek Sejarah. Aspek sejarah dalam Tradisi Panguangan sangat penting dalam kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, hal ini terkait dengan jejak-jejak sejarah yang tersimpan di dalam peninggalan tersebut yang bisa dikembangkan menjadi sumber sejarah yang lebih efektif dan inofatif dalam merekonstrusksi sebuah peristiwa sejarah di masa lampau, (3) Aspek Gotong Royong dan Kebersamaan Dalam pelaksanaan Tradisi Panguangan tentu saja sifat gotong royong dan kebersamaan merupakan dasar utama dalam pelaksanaan Tradisi Panguangan ini. Sifat gotong royong dan kebersamaan itu dapat dilihat dari adanya semangat bahu-membahu dalam pelaksanaan proses Tradisi Panguangan, (4) Aspek Religius (Religi) Tradisi Panguangan di Desa Ulian memiliki peranan yang sangat besar dalam setiap segi kehidupan masyarakatnya. Peranan tersebut tidak hanya dalam kaitannya dengan kegiatan religi masyarakatnya, akan tetapi juga berperan dalam aspek hukum dan seni. Tradisi Panguangan ini tidak hanya mempengaruhi masyarakat pada kegiatan-kegiatan yang bersifat sakral seperti upacaraupacara keagamaan, namun juga mempengaruhi dasar-dasar nilai dalam kegiatan hidup masyarakat sehari-hari. Daftar Rujukan Artadi, I Ketut. 2003. Batas Kebudayaan, Religidan Kebajikan. Denpasar : Sinaya. Bagus, I Gusti, Ngurah, dkk. AdatIstiadat Daerah Bali. Denpasar. Debdikbud Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Bali. Bugin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Prasada.
Junita Setiana. 2007. “Kerja Tahun” Tradisi pada Masyarakat Karo. Artikel. Edisi No. 23/Tahun XI/Januari, Universitas Sumatera Utara. Koentjaraningrat.1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : PT. Dian Rakyat. Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta :Universitas Indonesia Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Renika Cipta. Koentjaraningrat. 1998. Pengantara Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta : PT Renika. Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka. Koentjaraningrat. 2005.Pengantar Antropologi (Pokok-Pokok Etnografi) II.Jakarta:Rineka Cipta. Kemenuh, dkk.1969. Upacara Yadnya dalam Agama Hindu. Singaraja : Dinas Agama Hindu dan Budha. Mantra, Prof. Dr. Ida Bagus. Tata Susila Hindu Dharma. Parisada hindu Dharma Pusat. Moleong, Lexy, J. 1993. Metodelogi Penelitian kualitatif. Bandung PT. Remaja Rosda Karya. Musfiqon, HM. 2012. Pengem bangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya. Ginting,
Muslim,
Sri Banun. 2010. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung : Alfabeta.
Raka, Santri. 2000. Tuhan bab Berhala Sebuah Perjalanan dalam Hindu. Denpasar :Yayasan Dharma Narada. Pidarta, Made. 2000. Hindu untuk Masyarakat Umum Pada Zaman Panca Moderen. Surabaya: Pramitha. Sapriya, Dr. 2009. Pendidikan IPS ( konsep dan pembelajaran ).
Bandung : PT Remaja Rosda karya. Surpha, I Waya.2002. Seputar Desa Pakraman dan Adat Bali. Denpasar : BP. Simpen, Wayan. 2012. Sejarah Bali. Singaraja : UPTD Gedong Kirtya. Suharsini Arikunto. 1986. Metodelogi Penelitian, Surabaya : Aneka Ilmu. Wiana, K. 2002. Makna Upacara Yajnadalam Agama Hindu. Surabaya :Paramita Wiana, K. 2002. Memelihara Tradisi Weda. Denpasar: BP Wijaya, I Made, 1981. Upakara yadnya Agama Hindu. Departemen Agama RI Jakarta. Yuda Bakti, I Made. 2007. Filsafat Seni Sakral dalam Kebudayaan Bali. Surabaya : Paramita.