ARTIKEL
Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA
Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014
1
Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh: Desak Made Suprayanti, Drs. I Gusti Made Aryana, M.Hum, Dra. Desak Made Oka Purnawati, M.Hum Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail : (
[email protected],,
[email protected],
[email protected])@undiksha.ac.id
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Latar belakang pemertahanan tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, (2) Upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali dalam mempertahankan tradisi Gebug Ende dan, (3) Aspek-aspek apa saja dari tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali yang dapat dipakai sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan tahap-tahap: (1) Penentuan lokasi penelitian, (2) Teknik penentuan informan, (3) Metode pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) Teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), dan (5) Teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Latar belakang pemertahanan tradisi Gebug Ende yaitu adanya sistem keyakinan, pengaruh modernisasi dan globalisasi, keberfungsian, dan alasan ekonomi. (2) Upaya Desa Pakraman Seraya dalam mempertahankan tradisi Gebug Ende yaitu sebagai fasilitator dalam mengadakan pementasan dan melakukan sosialisasi serta pertunjukan-pertunjukan ditempat lain. Tradisi Gebug Ende juga mengupayakan peran keluarga serta pentingnya peran generasi muda dalam mempertahankan tradisi Gebug Ende. (3) Aspek-aspek dari pelaksanaan tradisi Gebug Ende sebagai sumber belajar sejarah di SMA yaitu aspek historis, aspek pendidikan dan aspek sosial yang dijabarkan dalam silabus mata pelajaran sejarah kelas X semester ganjil kurikulum 2013.
Kata Kunci: Tradisi Gebug Ende, Desa Pakraman Seraya, Sumber Belajar Sejarah.
2
Abstract This study aims to knowing (1) The background retention of tradition Gebug Ende in Pakraman Seraya village, Karangasem, Bali, (2) The efforts undertaken by the community in Pakraman Seraya village, Karangasem, Bali in maintaining the tradition Gebug Ende and, (3) The aspects of tradition Gebug Ende in Pakraman Seraya village, Karangasem, Bali that can be used as a learning resource in the history of SMA. The method used in this research is descriptive qualitative method with stages: (1) Determining the location of the research, (2) technique of determining informant, (3) Methods of data collection (observation, interviews, review of documents), (4) the authenticity of the data guarantor techniques (data triangulation, triangulation methods), and (5) data analysis techniques. The result of this study showed that, (1) the background retention of tradition Gebug Ende that the existence of the belief system, the influence of modernization and globalization, functionality, and economic reasons. (2) The effort in Pakraman Seraya village in maintaining the tradition Gebug Ende that is as a facilitator in conducting performances and socializing as well as doing performances elsewhere. Tradition Gebug Ende also sought the role of family and the importance of the role of young people in maintaining the tradition Gebug Ende. (3) Aspects of the implementation of the tradition Gebug Ende as a source of learning history in SMA that aspect of the history, educational aspect and social aspects which are further described in syllabus history courses in the first semester of class X curriculum 2013.
Keyword : Tradition Gebug Ende, Pakraman Seraya Village, Source learning history. *)
Dosen Pembimbing Artikel
3
yang terletak di ujung timur Kecamatan
PENDAHULUAN
Karangasem, Masyarakat
Bali
sebagai
yang
masyarakatnya
berorientasi pada kegiatan pertanian.
masyarakat agraris sudah ada sejak
Pertanian
sebelum adanya pengaruh Hindu. Dari
pertanian lahan kering. Desa Seraya kini
bukti
bahwa
telah dimekarkan menjadi tiga desa yaitu
sebelum munculnya pengaruh Hindu di
Seraya Barat, Seraya Tengah dan Seraya
Bali, mata pencaharian pokok penduduk
Timur. Wilayah Desa Seraya berada di
adalah bercocok tanam (Suasthawa, 1995:
daerah dataran tinggi, dataran rendah,
27). Tanah yang dikerjakan adalah milik
lembah-lembah dan perbukitan kering
umum atau milik komunal. Di samping
yang dekat dengan pantai, yang dikenal
pertanian basah mereka juga hidup dari
dengan pantai Ujung. Dengan letaknya
pertanian lahan kering. Ditinjau dari segi
yang demikian menjadikan desa ini
kehidupannya mereka sangat terikat dan
memiliki hawa panas dan curah hujan
tergantung pada tanah. Sebagai petani
yang rendah. Daerah Seraya sebagian
mereka mempunyai kepentingan pokok
besar pegunungan telah gundul akibat
yang sama, sehingga mereka bekerjasama
difungsikan sebagai pemukiman warga.
untuk
itu.
Kondisi alam seperti ini menyebabkan
Misalnya pada waktu musim pembukaan
Desa Seraya mempunyai tanah yang
tanah atau musim menanam mereka
kering dan tandus serta kurangnya sumber
bergotong royong mengerjakan tanahnya
daya air sehingga kondisi lingkungannya
(Suasthawa, 1995: 27-28).
sangat gersang. Hal ini terjadi saat musim
tertulis
menunjukkan
mencapai
kepentingan
yang
diterapkan
adalah
kemarau tiba dan melanda Desa Seraya. Pertanian di Bali didukung oleh kondisi geografis dengan tanah subur dan
Kehidupan warga Desa Seraya
alam memadai, sehingga mendukung
yang
adanya
mendapatkan
aktivitas
pertanian.
Sampai
sebagian
besar
hidup
penghasilan
dengan
dari
mata
sekarang, Bali masih memiliki sejumlah
pencaharian
desa yang berorientasikan pada pertanian.
sangat mengharapkan turunnnya hujan.
Desa Seraya adalah sebuah nama desa
Bila 4
turun
bertani
hujan
membuat
masyarakat
warga
bisa
menanam bahan makanan pokok, seperti
diangkat
jagung, kacang-kacangan, ketela pohon
laskar perang Kerajaan Karangasem.
dan lain sebagainya, sehingga kebutuhan
Menurut I Ketut Jineng (43 Tahun)
pokok
mantan Kepala Desa Seraya Tengah
terpenuhi.
Sedangkan
bila
fungsinya
terlambat datangnya turun hujan, maka
(wawancara,
12
akan
mengatakan
bahwa
membuat
warga
cukup
resah.
sebagai
pasukan
Februari pada
2014) saat
itu
Keresahan itu diakibatkan karena warga
masyarakat Desa Seraya merupakan salah
merasa
satu
terancam
akan
persediaan
pasukan
andalan
yang dikenal
makanan yang semakin menipis akibat
mempunyai fisik yang kuat. Masyarakat
panen
karena
Desa Seraya merupakan warga pilihan
kekurangan air. Menurut I Nyoman
yang sering disebut dengan sorohan
Ginantra Artana (55 Tahun) yang menjadi
petang dasa (golongan empat puluh)
kelian adat (wawancara, 13 Februari
yang memiliki kelebihan berupa kebal
2014) mengatakan bahwa kebutuhan
senjata tajam (tidak terlukai dengan
sumber air untuk keperluan konsumsi
senjata tajam). Sebagai pasukan inti
seperti yang digunakan warga untuk
laskar perang Kerajaan Karangasem,
mandi, memasak dan minum sudah bisa
Krama Desa Seraya ditugaskan untuk
dinikmati oleh warga Seraya dengan
“menggebug” atau menyerang Lombok
adanya air PDAM yang sudah masuk ke
Barat yaitu Kerajaan Seleparang yang
Desa Seraya. Akan tetapi, kebutuhan
akhirnya
sumber air untuk keperluan bercocok
sepenuhnya menguasai Lombok. Dalam
tanam
perkembangan zaman,
yang
terancam
sampai
saat
gagal
ini
masih
Kerajaan
Karangasem
tradisi
Gebug
mengandalkan air hujan. Hal ini membuat
Ende yang secara turun-temurun juga
insiatif
berfungsi sebagai latihan militer prajurit
dari
warga
Seraya
untuk
mengadakan pementasan tradisi Gebug
Kerajaan
Ende (Gebug Seraya) dengan harapan
menggunakan
segera turun hujan.
tameng. Namun kini, setelah tidak adanya perang,
Secara historis, tradisi Gebug
Karangasem
ritual
tombak
tradisi
dengan
pedang
Gebug
dan
Ende
dikembalikan fungsinya sebagai ritual
Ende pada masa Kerajaan Karangasem 5
memohon hujan dengan menggunakan
pemahaman terhadap anak didik dalam
peralatan rotan dan ende.
kegiatan pembelajaran dan memberikan pemahaman tentang tradisi dengan tujuan
Tradisi
Gebug
Ende
sudah
membuka pemahaman anak didik dalam
berlangsung secara turun temurun akan tetapi
hanya
segelintir
orang
memperoleh pengetahuan tentang sejarah
yang
yaitu mengenai tradisi dan pemertahanan
mengetahui bagaimana latar belakang
pelaksanaannya di dalam masyarakat.
atau sejarah mengenai munculnya tradisi Gebug
Ende.
Masyarakat
Tradisi
belum
Gebug
Ende
dapat
memahami makna yang terdapat dalam
dijadikan sebagai suatu sumber pada
tradisi Gebug Ende. Sesungguhnya dalam
pembelajaran Sejarah terutama terkait
tradisi Gebug Ende banyak terdapat nilai-
dengan materi Sejarah kebudayaan pada
nilai
jenjang
yang
perlu
diterapkan
dalam
pendidikan
SMA.
Hal
ini
kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat
didukung pada Silabus mata pelajaran
penting dilakukan, mengingat di tengah-
Sejarah kelas X di SMA yang termuat
tengah
dalam
gempuran
modernisasi
dan
kompetensi
globalisasi sebagai penyebab pergeseran
memahami,
maupun
menganalisis
pengikisan
nilai
dan
sikap
inti
(KI)
menerapkan, pengetahuan
yaitu dan faktual,
budaya masyarakat sehingga untuk dapat
konseptual, prosedural berdasarkan rasa
mempertahankan suatu tradisi diperlukan
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
penanaman
teknologi, seni, budaya, dan humaniora
nilai-nilai
kepercayaan
kepada masyarakat agar suatu tradisi yang
dengan
memiliki
tetap
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
dipertahankan. Sebagai sebuah tradisi
terkait fenomena dan kejadian, serta
yang berlangsung di Desa Seraya, hal ini
menerapkan pengetahuan prosedural pada
dapat dijadikan sebagai suatu sumber
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
pada terkait
nilai
religius
pembelajaran dengan
dapat
wawasan
kemanusiaan,
Sejarah
terutama
bakat dan minatnya untuk memecahkan
materi
Sejarah
masalah. Sedangkan kompetensi dasar
kebudayaan. Tradisi tersebut bisa dikaji
(KD)
secara historis supaya bisa memberikan
menganalisis keterkaitan kehidupan awal 6
terdapat
pada
3.10
yaitu
manusia
Indonesia
di
bidang
METODE PENELITAN
kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi dan teknologi
serta
pengaruhnya
Metode
dalam metode
pelajaran Sejarah peminatan di SMA
kedua
khususnya
kehidupan
awal
Penelitian, (2)
Teknik Keabsahan Data dan (5) Teknik Analisis Data.
pada
jenjang pendidikan SMA. Dari penjelasan mengenai
Lokasi
yang
Pengumpulan Data, (4) Validitas atau
untuk dijadikan sumber pembelajaran kebudayaan
(1)
kualitatif
Teknik Penentuan Informan, (3) Metode
kompetensi
tersebut tradisi Gebug Ende sangat sesuai
sejarah
deskriptif
meliputi:
kelas X, Kurikulum 2013). Apabila dengan
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kehidupan masa kini (Silabus mata
dikaitkan
Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
manusia Latar Belakang Pemertahanan Tradisi
Indonesia di bidang kepercayaan, sosial,
Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya,
budaya, ekonomi dan teknologi serta
Karangasem, Bali.
pengaruhnya dalam kehidupan masa kini, guru dapat menyelipkan tradisi-tradisi
Dalam mempertahankan tradisi
yang ada di sekitar lingkungan sekolah,
Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya
seperti halnya tradisi Gebug Ende di Desa Seraya yang bisa dimanfaatkan oleh guru
kuat dipengaruhi oleh beberapa alasan
sejarah di SMA sebagai sumber belajar
atau faktor-faktor, yaitu adanya sistem
Sejarah khususnya Sejarah kebudayaan,
keyakinan bahwa dengan melakukan
sehingga dapat meningkatkan daya tarik siswa
terhadap
pelajaran
pementasan tradisi Gebug Ende (Gebug
yang
disampaikan. Pemanfaatan tradisi Gebug Ende ini akan memberikan pengaruh yang besar
bagi
siswa
terutama
Seraya)
mampu
adanya
pengaruh
mengundang modernisasi
hujan, atau
dalam
mengetahui bentuk-bentuk peninggalan
globalisasi yaitu kehidupan manusia yang
tradisi kuno pada zaman dahulu yang saat
semakin kompleks dan maju membuat
ini masih dilaksanakan oleh masyarakat.
masyarakat mulai meninggalkan tradisi 7
atau kebudayaan yang ada dalam suatu
menyadarkan diri pada kemauan dan
masyarakat,
tersebut
kekuasaan dari makhluk halus, roh, dewa
menyebabkan berkurangnya keyakinan
yang menempati alam gaib, dan alasan
terhadap budaya lokal dan roh leluhur.
ekonomi yaitu dimana ekonomi menjadi
Pengaruh globalisasi juga berdampak
alasan dalam pemertahanan tradisi Gebug
pada masuknya budaya asing ke wilayah
Ende ini dikarenakan kehidupan warga
Desa Pakraman Seraya, hal tersebut
Desa Seraya yang sebagian besar hidup
tentunya dapat mengikis identitas asli dari
dengan mendapatkan penghasilan dari
tradisi Gebug Ende yang telah diwariskan
mata pencaharian bertani membuat warga
dari generasi ke generasi. Keberfungsian
sangat mengharapkan turunnnya hujan.
pelaksanaan tradisi Gebug Ende selain
Bila
memiliki fungsi secara niskala juga
menanam bahan makanan pokok, seperti
memiliki
bentuk
jagung, kacang-kacangan, ketela pohon
meningkatkan
dan lain sebagainya, sehingga kebutuhan
sehingga
fungsi
pengendalian
diri
hal
sebagai dan
turun
hujan
pokok
Pakraman
terlambat datangnya turun hujan, maka
Hal
tersebut
akan
dikaitkan
Keresahan itu diakibatkan karena warga
mengandung
pengendalian
makna
diri
kebenaran
merasa
warga
terancam
cukup
bila
menyatakan bahwa fungsi religi yang dengan
membuat
Sedangkan
bisa
solidaritas antar masyarakat di Desa Seraya.
terpenuhi.
masyarakat
akan
resah.
persediaan
berdasarkan kepercayaan, sehingga fungsi
makanan yang semakin menipis akibat
religi dalam hal ini, perbuatan manusia
panen
yang
kekurangan air.
dilakukan
bertujuan
untuk 8
yang
terancam
gagal
karena
Dari pengertian di atas dapat
Upaya Desa Pakraman Seraya Dalam
disimpulkan
Pemertahanan Tradisi Gebug Ende.
bahwa
sumber
belajar
sejarah adalah segala macam sumberUpaya Desa Pakraman Seraya
sumber
dalam mempertahankan tradisi Gebug
atau
benda-benda
peninggalan sejarah yang ada di sekitar
Ende yaitu sebagai fasilitator dalam
lingkungan kegiatan belajar yang dapat
mengadakan pementasan di Pura Puseh pada saat
sejarah
membantu
piodalan dan melakukan
optimalisasi
hasil
belajar
siswa.
sosialisasi serta melakukan pertunjukanpertunjukan ditempat lain. Tradisi Gebug
Aspek-aspek yang bisa dilihat dari
Ende juga mengupayakan peran keluarga
pelaksanaan tradisi Gebug Ende sebagai
serta pentingnya peran generasi muda
potensi sumber belajar sejarah di SMA
dalam
dapat dipaparkan sebagai berikut: Aspek
mempertahankan
serta
melestarikan tradisi Gebug Ende.
historis yaitu tradisi Gebug Ende pada masa Kerajaan Karangasem diangkat
Aspek-Aspek dari Tradisi Gebug Ende
fungsinya sebagai pasukan laskar perang
yang Dimanfaatkan Sebagai Sumber
Kerajaan
Belajar Sejarah.
Karangasem.
Namun
kini,
setelah tidak adanya perang, ritual tradisi
Sejarah adalah studi keilmuan
Gebug Ende dikembalikan fungsinya
tentang segala sesuatu yang telah dialami
sebagai ritual memohon hujan dengan
manusia di waktu lampau dan yang telah
menggunakan peralatan rotan dan ende.
meninggalkan jejak-jejaknya di waktu
Berdasarkan nilai historis tersebut siswa
sekarang (Widja, 1989: 91). Penekanan
akan
perhatian
penjelasan
diletakkan
pada
aspek
mampu
memberikan
tentang
lahirnya
suatu suatu
ini
kebudayaan masyarakat yang sampai saat
terutama yang bersifat khusus dari segi-
ini masih berlaku di masyarakat dan
segi
masih tetap dilaksanakan. Selanjutnya
peristiwanya
urutan
sendiri,
dalam
hal
perkembangannya
yang
kemudian disusun dalam suatu cerita
sebagai
aspek
pendidikan
yaitu
sejarah.
pelaksanaan tradisi Gebug Ende dapat dikaitkan pada mata pelajaran Sejarah 9
khsusus pada materi Sejarah kebudayaan
dalam
mempertahankan
sesuai dengan kurikulum 2013. Tradisi
melestarikan tradisi Gebug Ende. Aspek-
Gebug Ende digunakan sebagai sumber
aspek dari Tradisi Gebug Ende yang
belajar Sejarah dilihat dari aspek sosial
dimanfaatkan sebagai sumber belajar
memberikan pengaruh terhadap siswa
sejarah di SMA yaitu aspek historis yang
untuk: (a) melestarikan nilai-nilai budaya
berkaitan dengan proses sejarah adanya
lokal, dan (b) memaknai arti penting
tradisi Gebug Ende yang wajib diketahui
kehidupan bermasyarakat.
oleh
siswa,
aspek
serta
pendidikan
yang
berkaitan dengan materi pembelajaran SIMPULAN
Sejarah
siswa dalam melestarikan budaya lokal
Pakraman Seraya yaitu adanya nilai berkaitan
kebudayaan
sosial berkaitan dengan pengetahuan
tradisi Gebug Ende oleh masyarakat Desa
yang
Sejarah
sesuai dengan Kurikulum 2013 dan aspek
Latar belakang dilaksanakannya
religius
khusus
dan
dengan
mengetahui
arti
penting
hidup
bermasyarakat.
kepercayaan masyarakat bahwa dengan
DAFTAR RUJUKAN
melakukan pementasan tradisi Gebug Ende dapat dijadikan perantara dalam
Suasthawa, Darma Yuda Made. 1995.
mengundang hujan. Dalam pementasan
Kebudayaan Bali Pra-Hindu, Masa
tradisi Gebug Ende terdapat penerapan
Hindu dam Panca Hindu. Denpasar :
ajaran Tri Hita Karana. Upaya Desa
CV Kayumas Agung.
Pakraman Seraya yang telah dilakukan Wawancara dengan I Nyoman Ginantra
dalam mempertahankan tradisi Gebug
Artana, Tanggal 13 Februari 2014.
Ende yaitu sebagai fasilitator dalam mengadakan pementasan di Pura Puseh pada saat
Wawancara dengan I Ketut Jineng,
piodalan dan melakukan
Tanggal 12 Februari 2014.
sosialisasi serta melakukan pertunjukanWidja, I Gede. 1989. Pengantar Ilmu
pertunjukan ditempat lain. Tradisi Gebug
Sejarah”Sejarah
Ende juga mengupayakan peran keluarga
Perspektif
serta pentingnya peran generasi muda
Semarang: 10
dalam Pendidikan”.
Satya
Wacana.
11