ARTIKEL Judul
KOMUNITAS ISLAM DI DESA GELGEL, KLUNGKUNG, BALI (LATAR BELAKANG SEJARAH, PENINGGALAN, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA)
Oleh Putu Adi Sutama NIM. 1114021030
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015
Komunits Islam di Desa Kampung Gelgel, Klungkung Bali, (Latar Belakang Sejarah, Peninggalan, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA) Oleh Putu Adi Sutama* (1114021030) Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum**, Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd*** Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui Latar Belakang Terbentuknya Komunitas Islam di Desa Gelgel Klungkung Bali, (2) Mengetahui Peninggalan-Peninggalan Islam yang terdapat di Komunitas Islam di Desa Gelgel Klungkung Bali, (3) Mengetahui Aspek-aspek keberadaan Komunitas Muslim di Kampung Gelgel Klungkung yang dapat di gunakan sebagai sumber belajar Sejarah di SMA. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Kualitatif dengan menggunakan langkah-langkah berikut ini: Rancangan Penelitian, Penentuan lokasi penelitian, metode penentuan informan, metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, studi dokumen, penjamin keaslian data, triangulasi data, triangulasi metode, analisis data, dan penulisan. Hasil penelitian ini adalah (1) latar belakang terbentuknya komunitas islam di Desa kampung Gelgel yaitu : a. faktor historis diawali dengan kedatangan orang - orang islam di Gelgel sampai sekarang mengakui asal mereka dari Jawa mereka sebanyak datang ke Gelgel sebagai pengiring Dalem dari Majapahit, dikuatkan lagi oleh peristiwa kunjungan Dalem Ketut Ngulesir ke Majapahit yang merupakan satu - satunya kunjungan selama jaman gelgel, sedangkan para penggantinya sudah tidak berkesempatan lagi berkunjung ke majapahit karena kerajaan Majapahit sudah runtuh, b. faktor perkembangan bahwa 100 muslim yang datang pada periode kedua terjadi pada pemerintahan Watu Renggong di Gelgel, (2) benda-benda bersejarah yang masih tersisa di Desa kampung Gelgel sebagai berikut: Masjid Nurul Huda, Babad, Tari Rudat, Pintu Menara, Mimbar, dan Makam, (3) Aspek-aspek yang dapat dikembangkan di dalam Komunitas Islam di Desa Gelgel yang dapat di jadikan sumber belajar sejarah adalah sebagai berikut: Aspek Historis, Aspek Toleransi, dan Aspek Budaya. Kata Kunci: Komunitas, Islam Desa Gelgel, Sumber Belajar Sejarah
*Penulis ** Pembimbing I ***Pembimbing I I
ABSTRACT This study was aimed (1) to investigate the background of Islam Community in Gelgel Village, Klungkung, Bali, (2) to investigate the Islam inheritance of Islam Community in Gelgel village, Klungkung, Bali, (3) to investigate aspects of existence of Islam community in Gelgel village, Klungkung which was used as sources of learning history in Senior High School. Method used in this study was Qualitative research in which used some procedures: Research Design, Determining Location of Research, Method of determining informant, Data Collection Procedure which used interview technique, document study, Guarantor Originality of Data, Data Triangulation, Method Triangulation, Data Analysis and Process of Writing. The Result of this study are: (1) It is begun with arrival the Islam people in Gelgel village until now they recognize that they are background of the formation of the Islamic community in the village of kampung Gelgel, namely: a. historical factors beginning with the arrival of Muslims in Gelgel until now acknowledge their origin from their Java as much as comes to Gelgel as Servant from Majapahit was corroborated again by Dalem Ketut visit Ngulesir events to the Majapahit is the only visits during the time of gelgel, while his successor is no longer a chance visit to majapahit Empire Majapahit collapsed already because , b. development factors that 100 muslim who came in the second period occurred in the reign of Watu Renggong in Gelgel, (2) the historic objects that are left in Gelgel village namely Nurul Huda Mosque, Babad, Rudat dance, Tower Door, Mimbar, and Grave, (3) The aspect which can be developed in Islam Community in Gelgel village are as a sources of Learning history namely: Historical Aspect, Tolerance Aspect, and Cultural Aspect. Key Words: community, Islam in Gelgel village, sources of learning history
PENDAHULUAN Menyebut kata Bali atau provinsi Bali, maka yang terlintas dalam pikiran orang adalah sebuah pulau dengan keindahan alamnya yang eksotis, budayanya yang unik, dan tentu saja umat Hindu-nya yang mayoritas. Imej tersebut bahkan sudah sangat mendunia dan dikenal di kalangan para pelancong asing. Bahkan dengan segala keunikan dan keindahannya, banyak orang asing mengira Bali sebagai Negara sendiri. Tak heran jika mereka lebih mengenal Bali, ketimbang Indonesia. (Mashad, 2014:V). Tapi faktanya bahwa pulau Bali merupakan pulau yang multietnik yang di dalamnya bukan hanya ada komunitas Hindu saja, akan tetapi terdapat Komunitas Muslim dari berbagai etnis. Peninggalan sejarah merupakan sebuah hasil dari konstruk masa lalu. Sadirman (2004) menyatakan bahwa, secara etimologi istilah sejarah berasal dari kata syajarah yang berarti terjadi, atau dari kata syajarah an nasab, artinya pohon silsilah. Dalam bukunya Soeri Soertono dan William Frederik, kata-kata itu berasal dari bahasa Arab syajaratum yang kemudian pada abad ke -13 mengalami proses pemelayuan menjadi syajarah (Sardiman, 2004:34). Masuknya Muslim di Bali berbeda dengan daerah-daerah yang ada di Indonesia yang di sebarkan oleh para Ulama. Proses terbentuknya komunitas Islam di Bali erat kaitannya dengan kedatangan orang-orang Jawa, Dhurorudin Mashad (2014) secara umum menyatakan bahwa kedatangan muslim generasi paling awal ini dilakukan orang Jawa sebelum masa pemerintahan Dalem Waturengong (1460-1550) atau
tepatnya era Dalem Ketut Ngelesir (1380-1460) yang bertepatan era Hayam Wuruk memerintah Majapahit (1350-1389). Dalem Ketut Ngelesir menghadiri kunjungan ke Majapahit ketika Prabu Hayam Wuruk mengadakan konferensi kerajaan kerajaan vasal (taklukan) di seluruh Nusantara di awal 1380an. Ketika kembali ke Gelgel Dalem Ketut Ngelesir diberi Prabu Hayam Wuruk 40 orang pengiring yang semuanya beragama Islam (2014:119). Sebagai komonitas Muslim yang sudah sejak lama ada, mereka cukup disegani oleh masyarakat sekitar yang mayoritas agama Hindu. Mereka hidup rukun, damai, penuh toleransi, bahkan terjadi akulturasi, kawin silang, sehingga ada yang tadinya Hindu, kemudian menikah dengan orang Islam, sehingga Bali di kenal sebagai wilayah kondusif bagi kehidupan toleransi beragama. Komunitaskomonitas Muslim yang sudah berakar sejak lama, di beberapa wilayah di Bali, seperti di Klungkung, Buleleng, Nusa Penida, Jembrana, Tabanan, Karangasem, Gianyar, Bangli, Badung-Denpasar, dan Lain-lain. Mereka tak hanya menjadi komunitas eksklusif, tetapi juga berinterakasi dan bergaul secara sosial dengan masyarakat Hindu di sekitarnya. (Dhurrorudin Mashad, 2014). Kampung Gelgel ini merupakan komunitas Muslim yang paling spesial, sebab kampung Gelgel ini merupakan komunitas Muslim pertama di pulau dewata. Kedatangan muslim generasi pelopor ini dilakukan orang Jawa di era Dalem Ketut Ngulesir berkuasa di Bali (1380-1460 M). Sebagai wilayah taklukan Majapahit Dalem Ketut Ngelesir memang mengadakan kunjungan ke Majapahit, ketika Prabu Hayam Wuruk (1350-1389 M) mengadakan konferensi kerajaankerajaan vassal di seluruh Nusantara
di awal 1380an. Ketika kembali ke Gelgel Dalem Ketut Ngulesir diberi 40 orang pengiring. Keempat puluh orang pengawal itu ternyata semua beragama Islam, serta akhirnya menetap bertindak sebagai abdi dalem kerajaan Gelgel serta menempati satu wilayah di Gelgel. Ketika Waturenggong (1460-1550) menjadi penguasa Bali, kekuatan Majapahit kian surut. Bahkan, sekitar tahun 1518, Demak yang dipimpin oleh Raden Patah (yang tak lain putra Brawijaya V) dengan berbagai alasan politik akhirnya menaklukkan Majapahit. Di Desa Kampung Gelgel memiliki peninggalan-peninggalan bersejarah, akan tetapi sayangnya banyak benda-benda bersejarah itu disimpan di musium Belanda. Saat penjajahan Belanda, benda-benda bersejarah itu dibawa kesana oleh Belanda. Pada saat ulang tahun Kabupaten Klungkung yang ke 100, Pemerintah setempat berusaha untuk membawa kembali benda-benda bersejarah itu, akan tetapi Pemerintah setempat harus membayar uang Rp 3 miliar hanya untuk meminjam tombak selama 3 hari saja. Adapun bendabenda bersejarah yang masih tersisa di Desa kampung Gelgel sebagai berikut: Masjid Nurul Huda, Babad, Tari Rudat, Pintu Menara, Mimbar, dan Makam. (Dhurorudin) Di Kabupaten Klungkung komunitas-komunitas muslim yang baru tumbuh sejak era pariwisata sebenenrnya tidak ada. Lima Kampung Muslim di wilayah itu yakni Gel-gel, Jawa, Kusamba, dan Toya Pakeh yang merupakan Kampung Kuno. (Dhurorudin, 2014:134). Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil data di salah satu Komunitas Muslim saja. Komunitas yang di ambil adalah Kampung Gelgel yang berdekatan dengan Pura Pasek Gelgel Klungkung.
Sejarah Muslim Kampung Gelgel ini penting sekali untuk di kaji, karena kita ketahui bahwa Sejarah Lokal telah di sepikan dari wacana pembelajaran Sejarah. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai Sejarah Kampung Islam Gelgel. Dengan mengangkat Judul Penelitian “Komunitas Islam di Desa Gelgel, Klungkung, Bali (Latar Belakang Sejarah, Peninggalan, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA)” Terlebih lagi komunitas ini memberikan sumbangan bagi pembelajaran Sejarah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) mengetahui Latar Belakang Terbentuknya Komunitas Islam di Desa Gelgel Klungkung Bali, (2) mengetahui PeninggalanPeninggalan Islam yang terdapat di Komunitas Islam di Desa Gelgel Klungkung Bali, (3) mengetahui Aspek-aspek apa saja dari keberadaan Komunitas Muslim di Kampung Gelgel Klungkung Bali yang dapat di gunakan sebagai sumber belajar Sejarah di SMA.
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Dalam rangka mencapai sasaran, penelitian yang berjudul “Komunits Islam di Desa Kampung Gelgel, Klungkung Bali, (Latar Belakang Sejarah, Peninggalan, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA)” )” mengunakan metode yaitu: (1) teknik penentuan informan, Penentuan informan dalam penelitian ini, dilakukan dengan teknik “purposive sampling”, Hal ini dilakukan dengan maksud agar informasi yang terkumpul memiliki variasi yang
lengkap dengan melibatkan banyak informan yang dianggap memahami fenomena yang ada, (2) metode pengumpulan data, memakai beberapa teknik pengumpulan data, yakni:teknik Wawancara, Observasi, studi dokumen. Peneliti juga menggunakan Metode Penjaminan Keaslian data, adapun beberapa cara untuk mendapatkanya, yakni menempuh teknik Triangulasi Data dan Triangulasi Metode, (3)Metode analisis data, metode penulisa. Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau yang disebut dengan verifikasi (Moleong 1990: 103)
HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Terbentuknya Komunitas Islam di Desa Gelgel Klungkung Bali Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa latar belakang terbentuknya Komunitas Islam di Desa Kampung Gelgel dapat dilihat dari dua faktor yaitu Faktor Histori dan faktor Perkembangan, Dapat di catat bahwa pernah terjadi peristiwa penting dalam pemerintahan Dalem Ketut Ngulesir sebagai raja Gelgel I (1380-1460), yaitu raja Bali pernah mengadakan kunjungan ke kraton Majapahit, pada waktu raja Hayam Wuruk mengadakan konfrensi kerajaankerajaan vassal di seluruh Nusantara. Sumber lain menyebutkan bahwa orang-orang Islam di Gelgel sampai sekarang mengakui asal mereka dari Jawa; mereka sebanyak 40 orang datang ke Gelgel sebagai pengiring Dalem dari Majapahit. Informasi ini dikuatkan lagi oleh peristiwa kunjungan Dalem Ketut Ngulesir ke Majapahit yang merupakan satusatunya kunjungan selama jaman
Gelgel, sedangkan para pengantinya sudah tidak berkesempatan lagi berkunjung ke Majapahit karena kerajaan Majapahit sudah runtuh. Perlu diketahui bahwa Dalem Ketut Ngulesir peletak dasar kerajaan Gelgel, pada waktu itu masih di bawah naungan kerajaan Majapahit. Dari dua fakta itu akan dapat diduga bahwa orang-orang Islam yang mengaku sebagai pengiring Dalem dari Majapahit datang ke Gelgel bersamasama Dalem Ketut Ngulesir pada waktu pulang dari Majapahit, setelah selesai menghadiri konprensi seNusantara itu. (Wirawan,tt:3). Berita masuknya Islam di Bali dapat diketahui dari beberapa sumber-sumber lokal maupun sumber-sumber asing. Dari ceritra yang turun-temurun diperoleh informasi bahwa orang-orang Islam pertama datang ke Gelgel (pusat pemerintahan si Bali saja abad ke XIV) iyalah sebagai pengiring Dalem (sebutan Raja) dari Majapahit. Sebagai pengiring mereka datang ke Bali sebanyak 40 orang. Kedatangan orang-orang Islam tersebut terjadi pada masa pemerintahan Dalem Ketut Ngulesir, Raja Gelgel I, sebab kunjungan ke Majapahit, hanya pernah dilakukan oleh Dalem Ketut Ngulesir dalam jaman Gelgel. Faktor perkembangan Seperti yang sudah dijelaskan diatas, cikal bakal berdirinya Kampung Gelgel tidak terlepas dari adanya migrasi pertama kaum Muslim dari Jawa yang berjumlah 40 orang. Dalam perkembangan selanjutnya wilayah ini berkembang menjadi sebuah kampung karena diikuti oleh migrasi ke dua yang berjumlah 100 orang muslim. 100 orang muslim tersebut dipimpin oleh Dewi Fatimah yang merupakan utusan dari kerajaan Demak. Utusan tersebut gagal mengislamkan Dalem Watu Renggong
kaum muslim anggota ekspedisi yang berjumlah sekitar 100 orang tidak diusir dan justru diberikan mereka memilih tinggal di Bali. Bahkan, kepada mereka diberikan pelungguhan (sebidang tanah Gelgel bahkan ditambah kampung Lebah) Peninggalan-Peninggalan Islam yang terdapat di Komunitas Islam di Desa Gelgel Klungkung Bali Di Desa Kampung Gelgel memiliki peninggalan-peninggalan bersejarah, akan tetapi sayangnya banyak benda-benda bersejarah itu disimpan di musium Belanda. Saat penjajahan Belanda, benda-benda bersejarah itu dibawa kesana oleh Belanda. Pada saat ulang tahun Kabupaten Klungkung yang ke 100, Pemerintah setempat berusaha untuk membawa kembali benda-benda bersejarah itu, akan tetapi Pemerintah setempat harus membayar uang Rp 3 miliar hanya untuk meminjam tombak selama 3 hari saja. Adapun bendabenda bersejarah yang masih tersisa di Desa kampung Gelgel sebagai berikut: Masjid Nurul Huda, Babad, Tari Rudat, Pintu Menara, Mimbar, dan Makam. Masjid Nurul Huda. Di Desa Kampung Gelgel terdapat sebuah bangunan Masjid, Sejak awal berdiri semenjak Kerajaan Gelgel Masjid ini bernama “Masjid Nurul Huda” yang berarti “cahaya petunjuk” sampai sekarang belum berganti nama, dan jenis tipologi masjid ini adalah “Masjid Bersejarah” meskipun bukti-bukti sejarah hampir tidak bisa dipertahankan karena termakan usia, namun diyakini Masjid inilah yang pertama kali dibangun di Bali seiring dengan masuknya Islam pertama ke Bali. Babad. Babad adalah kisah semi legenda yang menceritakan perkembangan-perkembangan
peristiwa masa lampau dari generasi ke generasi berikutnya yang berisikan hal-hal yang terjadi sesuai dengan kondisi masa itu. Di jelakan isi dari Babad Dalem Warih Ida Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan. Pada BAB III, Kerajaan Bali, Jaman Gelgel, Ida Dalem Smara Kepakiasan sebagai Adipati Bali di Gelgel. Tari Rudat. Kesenian rudat tidak bisa dipisahkan dari sejarah keberadaan muslim pertama di Bali sekitar abad ke 15 yakni muslim Kampung Gelgel. Keberadaan penduduk muslim di Desa Kampung Gelgel berawal dari 40 orang prajurit yang merupakan pengiring/tatadan Raja Klungkung ketika pulang dari Jawa setelah menghadiri pertemuan raja-raja Nusantara. 40 orang prajurit yang dibawa dari Jawa tersebut semuanya beragama Islam. Sesuai dengan tugas sebagai seorang prajurit, mereka pun menjadi abdi Dalem yang bertugas melindungi raja. Mereka semua diberikan tempat tinggal di Desa Kampung Gelgel yang letaknya tidak jauh dari pusat kerajaan Gelgel (Klungkung). Ini menandakan begitu dekatnya hubungan raja dengan 40 orang prajurit tersebut. Bahkan mereka sudah dianggap layaknya saudara, semeton selam. Seiring dengan perjalanan waktu, Kampung Gelgel mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun aktivitas. Mereka mengembangkan aktivitas di berbagai sektor seperti keagamaan, ekonomi, dan seni budaya. Salah satu seni budaya yang dikembangkan oleh para leluhur Kampung Gelgel yang merupakan titisan darah prajurit adalah Seni Rudat. Pintu Menara, peninggalan Pintu menara yang terdapat di bagian depan halaman Masjid Nurul Huda Kampung Gelgel, pada pintu menera tersebut memiliki ketinggian mencapai 17 meter dari bawah sampai bagian
ujung atas menara, menara tersebut digunakan untuk melakukan mengumandangkan azan, untuk mengumumkan bila ada seorang yang telah meninggal, selain itu juga Pintu menra Masjid Nurul Huda Kampung Gelgel tersebut memiliki keunikan, keunikan tersebut terdapat pada bagian Pintu masuk kemenra tesebut yaitu pada bagian pintu masuk tersebut terdapat asitektur ukir-ukiran Bali pada pintu tersebut, dan masih bertahan sampai sekarang. Mimbar. Di Desa Kampung Gelgel terdapat peninggalan Mimbar yang terletak di bagian dalam Masjid Nurul Huda, Mimbar tersebut sudah berumur lama, dengan arsitektur perpaduan corak ukir-ukiran pada bagian mimbar tersebut yang masih bertahan sampai saat ini. Makam. Desa Kampung Gelgel terdapat juga dua buah makam yang terdapat di kuburan masyarakat Kampung Gelgel, makam tersebut adalah seseorang yang sangat berjasa pada Kampung Gelgel, oleh sebeb itu dibuatkan tempat yang khusus, orang menyebutnya sebagai leluhurnya yang terdahulu, hingga sampai saat ini keburan tersebut masih tetap di rawat dengan baik, juga sering melakukan kunjungan ke makam tersebut (ziarah), oleh masyarakat Kampung Gel-gel setempat. Aspek-aspek dari keberadaan Komunitas Muslim di Kampung Gelgel Klungkung Bali yang dapat di gunakan sebagai sumber belajar Sejarah di SMA Aspek-aspek yang dapat dikembangkan di dalam Komunitas Islam di Desa Gelgel menjadi sumber belajar sejarah adalah sebagai berikut: Aspek Historis, Sejarah masuknya orang-orang Jawa terutama yang memiliki keyakinan berbeda,
agama Islam di Desa Kampung Gelgel dapat memberikan kontribusi terhadap materi mata pelajaran sejarah. Proses masuknya orang-orang Islam di Gelgel yang membentuk komunitas di Desa Gelgel ini di kaitkan dalam materi proses masuknya Islam ke Bali. Proses masuknya Islam ke Indonesia bukan hanya melalui perkawinan, perdagangan, budaya dan lain sebagainya namun bisa juga melalui faktor politik, Komunitas Muslim Sasak Bayan di Banjar Dinas Kampung Anyar salah satunya. Komunitas Islam di Desa Gelgel ini dapat di masukkan ke dalam sejarah wajib di kelas X semester genap dalam materi “Zaman Perkembangan Kerajaan – Kerajaan Islam di Indonesia (Teori – teori masuk dan berkembangnya Islam, Kerajaan – kerajaan Islam, Bukti – bukti Kehidupan pengaruh Islam yang masih ada pada saat ini)”. Aspek Toleransi. Untuk menanamkan toleransi tentu saja sekolah menjadi tempat yang sangat yang tepat selain lingkungan sekitar siswa dan keluarga. Rasa untuk saling menghargai antar teman yang memiliki keyakinan yang berbeda, budaya dan ras sangat penting untuk di lakukan. Indonesia sendiri banyak sekali contoh – contoh toleransi antara umat beragama tidak terkecuali di Kabupaten Klungkung sendiri. Di Kabupaten Klungkung sendiri banyak sekali penduduk yang memiliki keyakinan berbeda hidup saling berdampingan. Salah satunya adalah Komunitas Islam di Desa Kampung Gelgel. Perkampungan tersebut berada di Desa Gelgel yang mayoritas penduduknya adalah beragama Hindu mereka hidup saling berdampingan walaupun mereka berbeda keyakinan. Aspek Budaya. Menurut C. Kroeber berpendapat bahwa kebudayaan adalah sistem pemaknaan yang dimiliki bersama, dan kebudayaan
adalah merupakan hasil dari proses sosial dan bukan proses perseorangan. Dalam perkembangannya tampak bahwa pembatasan kebudayaan lebih menekankan pada hal-hal yang abstrak daripada yang konkreet, misalnya tampak pada tulisan Greertz dalam bukunya The Interpretation of Cultures (1974). Kesenian yang masih dilestarikan oleh warga Kampung Gelgel, contohnya seperti Tari Rudat yang selalu di pentaskan setiah hari besar umat Islam, tujuan dipentaskannya tarI Rudat ini bertujuan untuk memupuk sermangat kebersamaan, silahturahmi, dan kreativitas generasi muda Kampung Gelgel, Kasidah, biasanya kasidah di mainkan oleh laki-laki, maupun perempuan, biasanya Kasidah ini dipentaskan 5-10 orang dan membawakan lagu-lagu berbahasa Arab, Indonesia, dan bahasa Bali
SIMPULAN Pernah terjadi peristiwa penting dalam Pemerintahan Dalem Ketut Ngelesir sebagai Raja Gelgel I (13801460), yaitu Raja Bali pernah mengadakan kunjungan ke Kraton Majapahit, pada waktu Raja Hayam Wuruk mengadakan konprensi Kerajaan-kerajaan yang ada diseluruh Nusantara. Sumber lain menyebutkan bahwa orang-orang Islam di Gelgel sampai sekarang mengakui asal mereka dari Jawa. mereka (orangorang Majapahit) berjumlah 40 orang datang ke Gelgel sebagai Pengiring Dalem dari Majapahit. Di Desa Kampung gelgel memiliki peninggalan-peninggalan
bersejarah, akan tetapi sayangnya banyak benda-benda bersejarah itu disimpan di musium Belanda. Saat penjajahan Belanda, benda-benda bersejarah itu dibawa kesana oleh Belanda. Pada saat ulang tahun Kabupaten Klungkung yang ke 100, Pemerintah setempat berusaha untuk membawa kembali benda-benda bersejarah itu, akan tetapi Pemerintah setempat harus membayar uang 3 miliar hanya untuk meminjam tombak selama 3 hari saja. Adapun bendabenda bersejarah yang masih tersisa di Desa kampung Gelgel sebagai berikut: Masjid Nurul Huda, Babad, Tari Rudat, Pintu Menara, Mimbar, dan Makam. Keberadaan Komunitas Islam di Desa Gelgel, Klungkung, Bali dapat di gunakan sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Adapun aspek-aspek yang bisa dikembangkan sebagai sumber belajar sejarah di SMA untuk memenuhi tuntutan kurikulum 2013,yakni: (1) Aspek Historis, Keberadaan Komunitas Islam di Desa Gel-gel memberikan kontribusi pengetahuan mengenai bagaimana masuknya Islam ke Bali khususnya di Kabupaten Klungkung. Kareana selama ini proses masuknya Islam ke Indonesia hanya saja di jelakan secara umum saja, (2) Aspek Toleransi, pembelajaran sejarah bukan hanya di dalam kelas saja akan tetapi juga bisa belajar di lingkungan sekitar siswa. Pembelajaran di luar kelas bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana cara hidup bermasyarakat. Keberadaan Komunitas Islam di Desa Gelgel yang berdampingan dengan Komunitas Hindu memberikan gambaran kepada siswa untuk hidup saling toleran sesama warga Indonesia, (3) Aspek Budaya, Desa Kampung Gelgel bahwa banyak aspek-aspek budaya yang terlihat dari segi kesenian, dan
interaksi sosial antar masyarakat di Desa Kampung Gelgel. Dari segi kesenian terdapat banyak sekali aspek-aspek budaya yang dilestarikan oleh masyarakat sekitar dan di pentaskan saat hari-hari besar Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad, Isra miraj dan hari besar Islam lainnya.
UCAPAN TERIMAKASIH Terselesaikannya artikel ini tidak terlepas dari kontribusi dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingannya dalam menyusun artikel ini. Untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Beliau: (1) Ibu Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum., selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta dukungan moril kepada penulis dalam dari perencanaan, pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artiel ini; (2) Bapak Ketut Sedana Arta,S.Pd,M.Pd., selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan serta dukungan moril dan materiil kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini; (3) Ibu Tuty Maryati, M.Pd, selaku Penguji & Pembimbing III dalam penelitian ini yang telah banyak
memberikan masukan dan saran yang membangun kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini. Serta kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis ucapkan, semoga semua amal kebaikan dan pengorbanan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
DAFTAR RUJUKAN Mashad. Dhurorudin. 2014. Muslim Bali Mencari Kembali Harmoni yanga Hilang. Jakarta. Puataka-Al Kautsar. Moleong, Lexy, J. 1993. Metodelogi Penelitian kualitatif. Bandung PT. Remaja Rosda Karya. Sendratari, Luh Putu. 2009. Studi Masyarakat Indonesia. Singaraja: Pusat Sumber Belajar Fakultas Ilmu Sosial Undiksha Singaraja Sadirman. 2004. Mengenal Sejarah. Yogyakarta: Ombak Wirawan, tt, Sejarah Perkembangan Islam di Bali Khususnya di Kabupaten Klungkung, Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar