TARI GANDRUNG DI DESA BATUKANDIK, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI (SEBAGAI MEDIA BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN)
Oleh ; I Gede Eka Boy Pramana, 0814021031 (e-mail:
[email protected]) Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A Jurusan pendidikan sejarah
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Latar Belakang tari gandrung sebagai tarian sakral, 2) pola-pola pementasan tari gandrung, 3) aspek-aspek dalam tari gandrung sebagai sumber belajar sejarah kebudayaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial yaitu: (1) tehnik penentuan informan; 2) tehnik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen) dan; (3) analisis data. Berdasarkan temuan dilapangan menunjukkan bahwa latar belakang tari gandrung di dirikan oleh Ida Pedanda Bagus Pucuk yang bertujuan agar warga terhindar dari segala wabah penyakit. Dari inilah kemuadian tari gandrung di sakralkan. Pola-pola pementasan tari gadrung ada empat tahapan yaitu : (1) persiapan pementasan tari gandrung, (2) Pementasan tari gandrung pada upacara ngusabha di Pura Puseh Batukandik, (3) tata busana dalam pementasan tari gandrung, (4) gerak-gerak dalam pementasan tari gandrung. Aspek-aspek yang terkandung pada tari gandrung yaitu: (1) aspek sistem keseniannya yaitu tari gandrung yang ada di desa Batukandik yang tari gandrung tersebut merupakan warisan leluhur/nenek moyang yang di jalankan sampai saat ini oleh masyarakat desa Butukandik, (2) aspek sistem komunikasi yaitu tari gandrung merupakan wadah sebagai sistem komunikasi yang saling berinteraksi antara kelian tari gandrung, para penari, pemangku, serta warga masyarakat setempat, (3) aspek sistem organisasi sosial tari gandrung merupakan salah satu perkumpulan/organisasi yang ada di desa Batukadik yang menghasilkan suatu keterampilan di bidang kesenian, dan (4) aspek sistem kepercayaan di mana tari gandrung di percaya atau di yakini oleh masyarakat desa Batukandik bahwa tari gandrung tersebut merupakan tari yang sakral dan di percaya sebagai persembahan agar terhindar dari segala wabah penyakit.
ABSTRACT This research aimed to find out 1) The background of Gandrung dance as a sacred dance, 2) The patterns of Gandrung dance performances, 3) The aspects of Gandrung dance as a learning source of history of culture. This research used the social approaches 1
in obtaining data, those approaches were: (1) The technique of choosing informant; (2) The technique of obtaining data (observation, interview, document study) and (3) Data analyzing. Based on the research finding showed that the background of Gandrung dance was established by Ida Pedanda Bagus Pucuk aimed at keeping the citizens in order to avoid from any outbreak of disease, from this reason Gandrung dance was then devoted to be sacred dance. There are four stages of patterns of Gandrung dance performances, those are: (1) Preparation of Gandrung dance performance, (2) The performing of Gandrung dance in Ngusabha ceremony at Puseh Batukandik temple, (3) The fashion of Gandrung dance performance, and (4) The movements in Gandrung dance performance. The aspects which are contained in Gandrung dance performance are (1) the aspect of its art system that is the Gandrung dance existing in Batukandik village is a heritage which has been run by Batukandik people until now, (2) aspect of the communication system that is Gandrung dance is as a vessel for communication system interacting among Kelian of Gandrung dance, dancers, stakeholder (pemangku), and local community, (3) aspect of social organization system of Gandrung dance is one of association/organization existing in Batukandik village which produces a skill in field of art, and (4) aspect of the belief system in which the Gandrung dance is believed by Batukandik people that the Gandrung dance is a sacred dance and believed as offerings in order to avoid from any outbreak of disease.
Kata Kunci : Sejarah, pola-pola,aspek-aspek dalam tari gandrung
2
mempunyai tugas dan peranannya sendiri-
A. Pendahuluan Indonesia memiliki begitu banyak
sendiri. Selain itu dalam pementasan juga
seni tari Salah satu yang cukup terkenal
didukung oleh pemaju, yaitu penonton yang
adalah tari gandrung Banyuwangi. tari
menari bersama penari gandrung. Tari
gandrung Banyuwangi berasal dari kata
gandrung dijadikan media untuk mencari
gandrung, yang berarti tergila-gila atau cinta
sumbangan
habis-habisan. Menurut catatan sejarah,
(http://www.javanologi_artikel,
gandrung pertama kalinya ditarikan oleh
tanggal 19 april 2013).
dari
para
tamu. di
unduh
seperti
Tari gandrung juga terdapat di Bali,
perempuan dan, menurut laporan Scholte
yakni ada di Desa Batukandik, Nusa Penida,
(1927), instrumen utama yang mengiringi
Klungkung. Tetapi tari gandrung di Nusa
tarian gandrung lanang ini adalah kendang.
Penida dilambangkan dengan dua penari
Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun
anak laki-laki (belum beranjak remaja) yang
demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun
menggunakan pakaian baju baju kemeja
lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun
putih, Kamben cepuk, Slendang (wastra)
1890an, yang diduga karena ajaran Islam
dan berbagai pelengkapan kostumnya seperti
melarang segala bentuk transvestisme atau
Gelung,
berdandan seperti perempuan. Namun, tari
Kepet/kipas.
para
lelaki
yang
didandani
ampok-ampok,
bapang
dan
gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap
Alasan ini menarik di teliti ; (1) jika
pada tahun 1914, setelah kematian penari
di Banyuwangi tari gandrung di tarikan oleh
terakhirnya, sejumlah
Marsan.
Menurut
perempuan, sebaliknya di Desa Bantukandik
kelahiran
gandrung
justru di tarikan oleh laki-laki (anak laki-
yakni sumber,
ditujukan untuk menghibur para pembabat
laki),
hutan, mengiringi upacara minta selamat,
berkembang menjadi tarian hiburan (profan)
berkaitan dengan pembabatan hutan yang
sedangkan di Batukandik merupakan tari
angker.
sakral (tidak profan).
Tari
gandrung
dalam
pementasannya didukung oleh berbagai
panggung.
gerak
tari,
dan
Masing-masing
arena
Tarian
di
Banyuwangi
ini
B. METODE PENELITIAN Setiap
unsur, yaitu penari, pemusik, alat musik, nyanyian,
(2)
penelitian
ilmiah
biasanya
atau
memiliki tujuan yang ingin dicapai. Untuk
unsur
pencapaian tujuan dan agar penelitian ilmiah 3
tersebut
dapat
menemukan
Kecamatan,
kebenaran
33,6
Km
dari
ibukota
pengetahuan, maka diperlukan metode yang
kabupaten, 73,6 Km dari ibukota provinsi
tepat
dalam
yang semuanya dihubungkan dengan dua
Jadi
jalur yaitu ; (1) jalur jalan aspal yang
dan
menganalisa
kecermatan data-data
penulis yang
ada.
metode penelitian memiliki peranan yang
menghungkan
sangat penting dalam kegiatan penelitian.
dengan Pusat Pemerintahan ke kecamatan,
Adapun tahap-tahap yang ditempuh dalam
(2) jalur laut dengan menggunakan perahu
penulisan adalah sebagai berikut: (1) teknik
sampan,
penentuan
teknik
menghubungkan antara Desa Batukandik
pengumpulan data, pada penelitian ini dapat
dangan Ibu Kota Kabupaten dan Ibu Kota
di peroleh dengan cara : wawancara,
Propinsi yang semuanya di harapkan bisa
observasi, analisis dokumen, (3) validitas
menunjang
data, (4) teknik analisis data : pengumpulan
perekonomian dan lain-lainnya (monografi
data, sajian data, reduksi data, penarikan
2012 : 1-5).
kesimpulan atau verifikasi (Sutopo, 2006:
PEMBAHASAN
12)
Latar belakang tari gandrung
C. Hasil dan pembahasan
Latar belakang tari gandrung berawal pada
Hasil
saat di Banjar Pekraman Bangun Urip,
informan,
(2)
antara
bout
dan
Desa
kapal
kelancaran
Batukandik
laut
pada
untuk
bidang
Desa Batukandik adalah salah satu
warga di sana sering terjangkit banyak
yang
wilayah
penyakit. Akhirnya di temukanlah tirta/air
Kabupaten
suci oleh Pedanda Ida Bagus Pucuk yang di
Klungkung, Provinsi Bali. Adapun batas
gunakan untuk menyembuhkan warga yang
wilayah Desa Batukandik adalah sebagai
terjangkit penyakit. Kemudian tirta tersebut
berikut.
hilang lalu di gantikan oleh tari gandrung
desa
Kecamatan
termasuk Nusa
a. Sebelah Utara
dalam
penida,
: Desa Kutampi
yang
di
persembahkang pada upacara
b. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Ngusabha di Pura Puseh. Tari gandrung ini
c. Sebelah Barat : Desa Batumadeg
di tarikan oleh dua anak laki-laki yang di
d. Sebelah Timur : Desa Sekartaji
anggap suci sebagai pengganti tirta/air suci
Desa Batukandik ada pada jarak kurang
yang
lebih 17 Km dari Pusat Pemerintahan ke 4
menjadi
lambang
dari
kesaktian
Pedanda Ida Bagus Pucuk agar warga
(http://www.balipost.co.id/balipostcetak/200
terhindar dari wabah penyakit.
3/6/17/b13.htm). Perkembangan tari gandrung sangat
seorang seniman Kadek Suartaya pada wawancara yang di lakukan oleh Koran
berkembang
Balipost (terbitan 17 Juni 2003). Tari
gandrung yaitu bapak Putu Wistra (42
gandrung sesungguhnya sudah hadir sejak
tahun; 26 Mei 2013) telah melestarikan
zaman
silam.
tarian ini hingga selalu terkenal di seluruh
Sementara mantri kesehatan Dr. Yacob dari
Desa yang ada di Kecamatan Nusa Penida.
Belanda, menemukan kesenian itu di Bali
Sekarang tari gandrung tidak hanya di
sekitar tahun 1881. Sementara gandrung
pentaskan pada upacara odalan di Pura
juga berkembang di Lombok dan Jatim.
Puseh. tetapi banyak masyarakat yang
Sementara di Bali, gandrung terdapat di
mencari tari gandrung untuk upacara agama
Nusa Penida, Sukawati Gianyar, Ketapian
lainnya seperti upacara nelu bulanin dan
dan Suwung Batan Kendal (Denpasar).
melaspas sanggah atau pensucian pura.
Gandrung merupakan seni pergaulan yang
Masyarakat percaya dengan adanya tari
dibawakan oleh kaum laki-laki. Karena
gandrung
perempuan pada waktu itu tidak memiliki
bulanin/melaspas sanggah akan membawa
kesempatan untuk tampil sebagai penari.
kedamaian dan terhindar dari segala jenis
Tidak hanya gandrung yang penarinya laki-
penyakit.
laki, kesenian lain seperti arja, legong,
Pola-Pola Pementasan Tari Gandrung
feodal,
ratusan
tahun
pesat
pada
karena
ketua
upacara
tari
nelu
gambuh juga diperankan kaum adam. Penari
Pola pementasan tari gandrung di
gandrung umumnya mampu tampil gemah-
desa Batukandik di lakukan pada upacara
gemulai seperti wanita. Oleh sebab itu,
ngusabha di Pura Puseh Desa Batukandik
banyak kaum laki-laki jatuh cinta pada
yang di adakan setiap enam bulan sekali,
gandrung. Gandrung sesuai dengan padanan
yaitu pada Rahinan Buda Cemeng kelawu.
katanya senang atau suka. Kesenian ini
Adapun pola-pola pelaksanaan pementasan
merupakan tarian sukaria. Di Bali, tarian
tari gandrung sebagai berikut.
gandrung diiringi gamelan rindik. Setelah
Awal
gandrung, baru kemudian muncul kesenian
pementasaan
joged, yang sakral disebut joged pingitan
pementasan 5
persiapan tari tari
sebelum
gandrung, gandrung
Persiapan di
lakukan
seminggu
sebelum
pementasan
kebudayaan yang menyeluruh akan akan
tari
gandrung di Pura Puseh. Ada beberapa
memberikan
tahapan yang di lakukan oleh kelian di
perkembangan
dalam melakukan persiapan pementasan tari
unsurnya itu (Sedyawati 2006: 325).
gandrung yaitu; (1) menentukan penari yang
Sedyawati (2006: 330-331) menyatakan , “
akan menarikan tari gandrung dengan syarat
Menumbuhkan
umur 10 s/d 11 tahun, berasal dari keturunan
kesadaran sejarah adalah tugas kita bersama,
penari sebelumnya, dan tidak pernah mandi
para guru dan pengisi media massa untuk
dengan air kotor/air bekas ember cucian. (2)
meningkatkan
mempersiapkan pakaian tari gandrung untuk
kesadaran sejarah pada masyarakat luas.
di sucikan dengan cara menggunakan tirta
Adanya kesadaran budya di tandai dengan,
/air suci. (3) melatih para penari yang akan
pertama, pengetahuan akan adanya suku
menarikan tari gandrung tersebut, (4) sehari
bangsa yang masing-masing mempunyai jati
sebelum pementasaan di lakukan upacara
diri
pewintenan agar para penari menjadi suci.
kedua, sikap terbuka untuk menghargai
Aspek-Aspek
Gandrung
kebudayaan di luar suka bangsanya sendiri,
Yang Di Jadikan Sebagai sumber Belajar
dengan kata lain kesediaan untuk saling
Sejarah Kebudayaan.
kenal; ketiga, pengetahuan tentang adanya
Dalam
Tari
beserta
paparan budaya
kesadaran
kesadaran
mengenai dengan
segala
budaya
budya
dan
dan
keunggulan-kunggulannya;
Suatu kajian sejarah kebudayaan
riwayat perkembangan budaya di berbagai
dapat menyoroti ke seluruhan perkembangan
tahap silam; keempat, pengertian bahwa di
kebudayaan suatu daerah atau Negara,
samping merawat dan mengembangkan
namum
khusus
unsur-unsur warisan budaya, kita sebagai
memberikan sorotan terhadap salah satu
bangsa Indonesia yang bersatu juga sedang
aspek sejarah kebudayaan. Komponen suatu
mengembangkan sebuah kebudayaan baru,
kebudayaan adalah apa yang di sebut juga
yaitu kebudayaan nasional, yang dapat
sebagai unsur kebudayaan, seperti sistem
mengambil suber dari mana pundari unsur
kepercayaan, sistem pengetahuan, sistem
budaya yang di anggap dapat meningkatkan
perekonomian,
harkat bangsa. Di samping itu kesadaran
dapat
juga
sistem
secara
kesenian,
sistem
sejarah
komonikasi, sistem organisasi sosial, dan seterusnya.
Suatu
gambaran
sejarah 6
perlu
di
tumbuhkan
dan
di
Pedanda Ida Bagus Pucuk yang menjadi
tingkatkan, justru karena dewasa ini masih sangat kurang.
Pedanda/peminpin ritual pertama di Banjar
Aspek-aspek dalam tari gandrung Pekraman Bangun Urip. Pada saat itu di
yang bisa di jadikan sumber pembelajaran
Banjar Pekraman Bangun Urip, warga di
sejarah kebudayaan di antaranya ; (1) aspek sistem keseniannya yaitu tari gandrung
sana sering terjangkit banyak penyakit.
yang ada di desa Batukandik yang tari gandrung
tersebut
merupakan
Akhirnya di temukanlah tirta/air suci oleh
warisan
Pedanda Ide Bagus Pucuk yang di gunakan
leluhur/nenek moyang yang di jalankan sampai saat ini oleh masyarakat desa
untuk menyembuhkan warga yang terjangkit
Butukandik , (2) aspek sistem komunikasi penyakit. Kemudian tirta tersebut hilang lalu
yaitu tari gandrung merupakan wadah
di gantikan oleh tari gandrung yang di
sebagai sistem komunikasi yang saling berinteraksi antara kelian tari gandrung, para
persembahkang pada upacara Ngusabha di
penari, pemangku, serta warga masyarakat Pura Puseh. Tari gandrung ini di tarikan
setempat, (3) aspek sistem organisasi sosial tari
gandrung
merupakan
salah
oleh dua anak laki-laki yang di anggap suci
satu
perkumpulan/organisasi yang ada di desa Batukadik
yang
menghasilkan
sebagai
pengganti
tirta/air
suci
yang
suatu menjadi lambang dari kesaktian Pedanda Ida
keterampilan di bidang kesenian, dan (4)
Bagus Pucuk agar warga terhindar dari
aspek sistem kepercayaan di mana tari gandrung di percaya atau di yakini oleh
wabah penyakit.
masyarakat desa Batukandik bahwa tari Adapun pola-pola pementasan tari
gandrung tersebut merupakan tari yang
gandrung
sakral dan di percaya sebagai persembahan agar terhindar dari segala wabah penyakit.
pementasaan
Awal
persiapan
sebelum
tari
gandrung
Persiapan
D. Simpulan dan Saran Dari hasil pembahasan di atas dapat di
simpulkan
bahwa
latar
belakang
pementasan
tari
gandrung
seminggu
sebelum
di
lakukan
pementasan
tari
gandrung di Pura Puseh. Ada beberapa
munculnya tari gandrung yaitu berawal dari 7
tahapan yang di lakukan oleh kelian di
berbagai rentetan upacara dan pementasan
dalam melakukan persiapan pementasan tari
tari gandrung di lanjut dengan melakukan
gandrung yaitu; (1) menentukan penari yang
persembahyangan bersama. Tata Busana
akan menarikan tari gandrung dengan syarat
dalam
umur 10 s/d 11 tahun, berasal dari keturunan
Perlengkapan Pakaian/busana pementasan
penari sebelumnya, dan tidak pernah mandi
tari gandrung yang sangat penting dan
dengan air kotor/air bekas ember cucian. (2)
sangat di sakralkan. Perlengkapan pakaian
mempersiapkan pakaian tari gandrung untuk
tari gandrung ini terdiri dari bagaian tubuh,
di sucikan dengan cara menggunakan tirta
bagaian
/air suci. (3) melatih para penari yang akan
perlengkapan di luar pakaian tari gandrung
menarikan tari gandrung tersebut, (4) sehari
seperti kipas yang di sebut oleh masyarakat
sebelum pementasaan di lakukan upacara
sekitar dengan nama kepet.
Pementasan
leher,
tari
kepala,
gandrung,
dan
bagian
pewintenan agar para penari menjadi suci.
Aspek-aspek dalam tari gandrung
Pementasan tari gandrung pada upacara
yang bisa di jadikan sebagai pembelajaran
ngusabha
Batukandik.
sejarah local sangat cocok di ajarkan di
Sebelum pementasan tari gandrung di
muatan lokal. muatan local merupakan
laksanakan
upacara
kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
permohonan oleh pemangku/peminpin ritual
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri
supaya pelaksanaan persembahyangan dan
khas
pementasan tari gandrung berjalan dengan
keunggulan daerah, yang materinya tidak
lancar. Setelah itu barulah pementasan tari
sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran
gandrung dilaksankan dengan di iringi oleh
lain dan atau terlalu banyak sehingga harus
musik yang di sebut dengan banyol. Setelah
menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi
di
di
Pura
Puseh
awali
dengan
8
dan
potensi
daerah,
termasuk
muatan lokal ditentukan oleh sekolah, tidak
pelajaran
terbatas pada mata pelajaran seni-budaya
pelajaran Muatan Lokal tersebut bertujuan
dan keterampilan, tetapi juga mata pelajaran
menyiapkan siswa ke sekolah menengah
lainnya, seperti Teknologi Informasi dan
atas dan sekolah menengah kejuruan pada
Komunikasi (TIK) di SMP. Muatan lokal
jenjang selanjutnya. Hal ini sesuai dengan
merupakan mata pelajaran, sehingga sekolah
minat sebagian besar siswa (antara 80 –
harus mengembangkan Standar Kompetensi
90%) yang berkeinginan melanjutkan ke
dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis
Sekolah Menengah atas (SMA) dan sekolah
muatan lokal yang diselenggarakan. Sekolah
menengah Kejuruan (SMK).
muatan
local.
Ketiga
mata
dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran
Tari gandrung bisa di jadikan materi
muatan lokal setiap semester, atau dua mata
terkait dengan mata pelajaran muatan lokal
pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
yaitu di seni budaya yang di terapkan di
Muatan lokal yang diterapkan di
SMP Negeri 1 Atap Batukandik, pada
sekolah kami adalah Bahasa Bali, Wajib
standar kompetensi: (1) mengapresiasi karya
bagi semua siswa kelas VII hingga kelas IX
seni tari, dan (2) mengapresiasi diri melalui
dengan Alokasi waktu 2 jam pelajaran, Budi
karya seni tari. Dengan kompetensi dasar
Pekerti, Wajib bagi semua siswa kelas VII
pada standar kopetensi pertama yaitu : (1)
hingga kelas IX dengan Alokasi waktu 2
mengidentifikasi
jam pelajaran, dan Seni Budaya, wajid bagai
berpasangan atau kelompok nusantara, (2)
siswa kelas VII hingga Kelas IX dengan
menampilkan
alokasi waktu 2 jam pelajaran.
keunikan seni tari berpasangan nusantara,
Di kelas VII, VIII dan XI, seluruh siswa
Wajib
mengikuti
semua
dan
mata
jenis
sikap
kompetensi
karya
apresiatif
dasar
pada
seni
terhadap
standar
kompetensi kedua yaitu : (1) mengeksplorasi 9
pola lantai gerak tari berpasangan atau
pola-pola dan aspek-aspek darii tari gandrung.
kelompok, (2) menyiapkan pementasan tari
4. Bagi masyarakat diharapkan dengan berpasangan atau kelompok nusantara, dan mementaskan
tari
berpasangan
adanya tari gandrung ini agar tetap
atau
bisa
berperan
5. Bagi pada buku seni budaya untuk SMP Kelas
tari
memberikan
saran
umum,
dalam
Batukandik
terhadap cagar budaya seni tari gandrung Banjar Pekraman Bangun Urip Desa Batukandik, Nusa Penida,
diharapkan bisa mempelajari pola-
Klungkung, Bali.
pola, dan mengetahui aspek-aspek desa
Desa
Pekraman
memberikan sedikit perhatian khusus
1. Bagi generasi muda maupun pelajar
gandrung
Urip,
banjar
sebagai sumber pembelajar, dan
dan
yang dapat penulis sampaikan adalah.
Batukandik Daftar Rujukan
sebagai salah satu warisan seni
http://www.javanologi_artikel,
budaya. guru
di
harapkan
tari
berperan
gandrung aktif
dalam
dan
di
unduh
tanggal 19 april 2013
bisa
Sutopo,H.B. 2006. Metodologi Penelitian
mengetahui pola-pola dan aspekaspek
serta
dapat dimanfaatkan dengan baik
pemerintah yang terkait. Adapun saran
2. Bagi
terkait
sehingga tetap eksis yang nantinya
dan
masukan kepada generasi muda atau masyarakat
gandrung
Bangun
Sebagai bagian akhir dari tulisan
tari
ikut
yang
mengawasi dan menjaga kelestarian
Saran
pelajar,
pemerintah
diharapkan
VIII semester II.
penulis
menjaga
kelestarian tari gandrung. .
kelompok nusantara. Materi ini terdapat
ini
aktif
Kualitatif. Surakarta :
ikut
menjaga http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003
kelestarian tari gandrung.
/6/17/b13.htm
3. Bagi peneliti selanjutnya di harapkan
Monograpi desa batukandik 2012
dapat meneliti lebih dalam mengenai
10
Panitia Penyusun. 2000. Gerak-Gerak Tari Bali,
Propinsi
Bali:
Kantor
Dokumentasi Budaya Bali. Edi Sedyawati. 2006.Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT RajaGrafindo Perseda.
11