ARTIKEL Judul Uang Periode ORI (Oeang Republik Indonesia) 1946-1949 : Karakteristik dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah di SMA
Oleh Ni Made Dwipayani 1014021023
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014
UANG PERIODE ORI (OEANG REPUBLIK INDONESIA) 1946-1949 : KARAKTERISTIK DAN POTENSINYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Oleh Ni Made Dwipayani, Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum, Drs. I Gusti Made Aryana, M.Hum Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail :
[email protected] @Undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui (1) Latar belakang munculnya ORI sebagai mata uang pertama di awal berdirinya RI, dan (2) Aspekaspek yang terkandung dalam ORI yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah di SMA. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap ; (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) Metode Pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) Latar belakang dikeluarkannya ORI sebagai mata uang pertama di Indonesia disebabkan oleh faktor ekonomi, faktor politik, faktor kultural dan faktor historis. (2) Aspek-aspek yang terkandung dalam ORI yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran di SMA yaitu aspek bentuk, aspek fungsi, aspek seni dan aspek gambar. Materi uang ORI sebagai media pembelajaran Sejarah di SMA dapat dikaitkan ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembeajaran (RPP) yang berbasis kurikulum KTSP kelas XII semester ganjil. Kata Kunci: Aspek, factor, Media pembelajaran, Uang ORI ABSTRACT This study aims to know (1) The background of ORI as the first currency in the beginning of RI, and (2) The aspects contained in the ORI, which can be used as a learning media of history in senior high school. In this study, the data were collected by using qualitative methods within some stages, (1) field determination technique, (2) informant determination techniques, (3) data collection metode (observation, interview, documents review), (4) validity and reliability technique (data triangulation, triangulation method), and (5) data analysis technique. The findings of the study showed that, (1) there were historical events underlying the issuance of ORI as the first currency in Indonesia which was caused by economic factors, political factors, cultural factors and historical factors. (2) The aspects contained in the ORI, which can be used as a learning media in the senior high school were form aspects, function aspects, art and image aspects. Material of ORI money as a medium of learning history in senior high school can be attributed to the syllabus and lesson plan (RPP) based on the standard based curriculum (KTSP) of XII class in the first semester. Keywords: aspects, factors, learning media, ORI money.
PENDAHULUAN Uang mempunyai satu tujuan fundamental dalam sistem ekonomi, yaitu memudahkan pertukaran barang dan jasa, mempersingkat waktu dan usaha yang diperlukan untuk melakukan perdagangan. Jadi, dapat diketahui bahwa satu-satunya tujuan uang dalam sistem perekonomian adalah untuk memungkinkan perdagangan dilaksanakan semurah mungkin sehingga dapat mencapai tingkat spesialisasi optimum dengan disertai peningkatan produktivitas (Goldfeld&Lester, 1996 : 5). Uang mempunyai fungsi khusus yang utama. Fungsi-fungsi itu antara lain 1) Sebagai satuan nilai, 2) sebagai alat tukar, 3) standar pembayaran tertunda, dan 4) alat penimbun kekayaan (Goldfeld&Lester, 1996 : 3). Sedangkan jenis-jenis uang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu uang kartal dan uang giral. Dalam catatan sejarah Indonesia, Negara Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan pada masa pasca kemerdekaan yang diakibatkan oleh banyaknya mata uang Jepang yang beredar di masyarakat serta blockade ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Belanda. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah perekonomian Indonesia tersebut, kemudian pada bulan Oktober 1946 pemerintah RI mengeluarkan uang kertas baru yang dikenal dengan nama ORI (Oeang Republik Indonesia) untuk mengganti mata uang Jepang (Marwati&Nugroho, 1984 : 175). Uang ini berlaku di tahun 1946-1949. Meskipun masa berlaku uang ini sangat singkat tetapi uang ORI telah berhasil menyatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Sejarah Indonesia memang penting untuk diketahui dan dipelajari oleh masyarakat terutama para pelajar yang merupakan generasi muda bangsa ini. Dalam mempersiapkan dan mencetak generasi muda di masa yang akan datang, generasi muda yang kompeten, generasi penerus yang berkarakter tentunya dibentuk melalui proses pendidikan yang ia dapatkan. Dalam menjalankan proses pendidikan ini terdapat suatu pedoman sebagai acuan dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut. Pedoman tersebut adalah kurikulum seperti yang tertera dalam UndangUndang Nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Ruhimat, 2009 : 9). Dalam kurikulum 1984 dan 1994 di tingkat SMA, misalnya mata pelajaran sejarah memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran per minggu untuk kelas 1, 2, dan 3. Selanjutnya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) khususnya di tingkat SMA, sejarah hanya diberikan 1 jam pelajaran untuk kelas X dan 1 jam pelajaran untuk kelas IPA serta 3 jam pelajaran untuk kelas IPS (http://www.sosiosejarah.com/2013/05 /mapel-sejarah-dalam-kurikulum2011). Seiring dengan hal tersebut dalam melakukan pembelajaran khususnya sejarah diharapkan dilakukan dengan memilih metode pembelajaran yang tepat dengan didukung oleh media yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Hakikat pembelajaran sejarah yang ideal adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil belajar yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran sejarah yang mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku atau
sikap baik religius maupun sosial dan mengaplikasikannya dalam kehidupan siswa. Pelajaran Sejarah pada umumnya kurang diminati oleh siswa, dikarenakan oleh beberapa faktor di antaranya; Pertama, faktor guru yang lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam mengajar sehingga mengakibatkan proses pembelajaran di dalam kelas menjadi kurang menarik. Kedua, faktor media yang digunakan kurang optimal, hal tersebut dapat dilihat dari keterampilan guru dalam menyajikan media yang dirasa sangat kurang. Terlebih lagi pemanfaatan peninggalan-peninggalan sejarah yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sangat kurang. Keterangan tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan salah seorang siswa SMA Negeri 1 Seririt kelas XII IPS 1 yang bernama I Putu Agus Darmawan (17 Tahun). Melihat kenyataan di atas sangat bertentangan dengan hakikat pendidikan, mengingat bahwa media pembelajaran sejarah sudah semakin berkembang. Dengan demikian peranan guru sejarah di sekolah harus ditingkatkan. Hal ini merupakan tugas wajib bagi para sejarawan terutama sejarawan pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah di kelas. Bagaimana cara seorang guru sejarah mengelola kelas dan pembelajaran sehingga tidak citra buruk terhadap pelajaran sejarah tidak mengental pada siswa dan juga masyarakat. Dari adanya fenomena inilah seorang guru harus berusaha melakukan suatu pembenahan terhadap pembelajaran sejarah. Pembenahan yang dilakukan dapat dimulai dari penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang tepat serta pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan sehingga dapat menarik perhatian para siswa untuk
mengikuti pembelajaran sejarah tanpa mengesampingkan tujuan dari pembelajaran. Dengan pemanfaatan media pembelajaran yang lebih menarik akan membawa siswa untuk berpikir lebih kreatif dan juga dapat menguji seberapa luas wawasan siswa terhadap sejarah terutama sejarah bangsa ini. Sebagai alternatif lain, terdapat media pembelajaran sejarah yang lain yang bisa dicobakan dalam pembelajaran sejarah yaitu Uang. Dalam hal ini uang yang di gunakan adalah uang ORI (Oeang Republik Indonesia). Dikaitkan dengan proses pembelajaran di sekolah pemanfaatan uang ORI sebagai media belajar menciptakan suasana belajar dengan suasana yang berbeda dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasanya. Uang ORI dapat dikaitkan dengan sejarah sebagaimana kita ketahui bahwa pengungkapan sejarah masa lalu memungkinkan untuk ditelusuri dari benda-benda peninggalan yang dapat kita temukan sampai saat ini. Uang merupakan salah satu benda peninggalan sejarah. Bidang studi yang mempelajari tentang mata uang, seperti koin, uang kertas, token, dan alat-alat tukar lainya itulah yang disebut numimastik (Hamid&Madjid, 2011 : 30). Melalui uang ORI ini dapat diketahui bagaimana perjalanan sejarah Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Wisnu Baskoro (56 th) yang merupakan Anggota Asosiasi Numismatik Indonesia mengatakan bahwa sejarah masa lalu bisa diungkapkan melalui penelusuran benda-benda peninggalan, seperti mata uang yang digunakan saat itu. Hal yang sama juga disampaikan oleh Pengamat Numismatik Puji Harsono (45 th).
Uang di Indonesia memang selalu mengalami perkembangan. Perkembangan uang dapat digunakan sebagai media pembelajaran sejarah mengingat bagaimana uang-uang tersebut menyimpan sejarah penting dalam setiap periodenya sehingga sangat menarik untuk dikaitkan dengan pembelajaran sejarah. Uang merupakan salah satu sumber sejarah yang berbentuk benda. Menurut Hamid dan Madjid (Pengantar Ilmu Sejarah, 2011; 23) menyatakan bahwa jenis sumber sejarah yang berbentuk benda adalah alat-alat kerja, alat-alat rumah tangga, bangunan, jenis senjata, perhiasan, arca/patung, mata uang dan sebagainya. Dengan demikian uang merupakan peninggalan sejarah yang berbentuk benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah. Bagi sejarah Indonesia khususnya, mata uang lama merupakan peninggalan penting karena menunjukkan adanya kegiatan ekonomi, hubungan politik dan kebudayaan (Sjamsuddin&Ismaun, 1996; 86). Peneliti mengkaji masalah tentang pembelajaran sejarah di SMA N 1 Seririt dan mencoba menemukan sebuah solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam proses belajar mengajar di kelas dengan menggunakan uang ORI sebagai media pembelajaran sejarah karena mengandung beberapa hal penting tentang sejarah di balik uang ORI tersebut yang perlu menjadi perhatian. Uang ORI dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah di kelas XII tingkat SMA karena sesuai dengan silabus dengan standar kompetensi menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi sampai lahirnya Orde Baru. Serta dengan mengkaitkan kepada kompetensi
dasarnya (KD) yaitu menganalisis perkembangan ekonomi-keuangan dan politik pada masa awal kemerdekaan Indonesia, dengan pokok bahasan kebijakan pemerintah Indonesia pada awal kemerdekaan RI. Mengacu pada hal tersebut berdasarkan hasil observasi ternyata guru belum memanfaatkan ORI sebagai media pembelajaran sejarah. Atas dasar itu maka persoalan atau masalah di atas menarik untuk diteliti. Dari berbagai keunikan yang dimiliki uang tersebut salah satu alasan yang dapat merepresentasikan bahwa uang memang relevan digunakan sebagai media pembelajaran sejarah di SMA adalah dalam pengelolaan bahan ajar dalam silabus, guru-guru banyak menemukan materi yang sulit dicari alat bantu pembelajarannya. Dalam hal ini uang ORI dapat dijadikan alternatif media pembelajaran sejarah yang mudah diperoleh di pelosok negeri.Berdasarkan kajian pustaka dan hasil observasi, peneliti akan melakukan studi lebih mendalam mengenai uang terutama uang ORI dengan judul penelitian “Uang Periode ORI (Oeang Republik Indonesia) 1946-1949 : Karakteristik dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah di SMA” dengan tujuan mengetahui latar belakang munculnya ORI sebagai mata uang pertama di awal berdirinya RI, dan untuk mengetahui aspekaspek yang terkandung dalam ORI yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah di SMA. METODE PENULISAN Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Tahap-tahap dari penelitian kualitatif adalah sebagai berikut. 1) Teknik Penentuan Lokasi Penelitian
2)
3)
4)
5)
Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 1 Seririt. Buleleng, Bali Teknik Penentuan Informan Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.informan dalam penelitian ini adalah Drs. I Putu Wilasa (58 th), yang merupakan salah satu guru sejarah yang mengajar di SMA Negeri 1 Seririt dan siswa kelas XII IPS 1 Tahun pelajaran 2013/2014 di SMA Negeri 1 Seririt. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan tiga teknik, yaitu: 1) Teknik pengamatan langsung di lapangan atau sering disebut teknik observasi langsung; 2) Teknik pertanyaan mendalam atau teknik wawancara; dan 3) Teknik khusus yaitu teknik studi pustaka atau dokumen. Teknik penjamin keaslian data Pada penelitian ini teknik penjamin keaslian data menggunakan teknik triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik Analisis Data Data analisis dengan melakukan berbagai kegiatan, yakni reduksi data, menyajikan, menafsirkan dan menarik kesimpulan (Sugiyono, 2006: 276).
HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Munculnya ORI sebagai Mata Uang Pertama di Awal Berdirinya RI Dikeluarkanya ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai mata uang pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah diawal berdirinya
Republik Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1. Ekonomi Pada awal periode kemerdekaan terdapat berbagai macam mata uang yang digunakan sebagai alat pembayaran di masyarakat. Hal ini terjadi karena sebelum kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan, Indonesia mengalami beberapa kali kependudukan, yaitu Belanda dan Jepang. Mata uang yang dikeluarkan pada waktu pemerintahan Hindia Belanda dan pemerintahan pendudukan Jepang tetap digunakan pada awal kemerdekaan karena pemerintah Indonesia belum memiliki mata uang sendiri. Uang yang beredar dan berlaku sebagai alat pembayaran yang sah pada waktu itu adalah uang kertas De Javasche Bank, uang kertas pemerintah Hindia Belanda dan uang logam pemerintah Hindia Belanda, serta uang kertas pendudukan Jepang. Uang kertas Netherlands Indies Civil Administration (NICA) juga beredar di daerah-daerah pendudukan Belanda. Keadaan menjadi lebih parah karena mata uang tersebut mempunyai nilai tukar yang berbeda-beda sehingga mendorong timbulnya pasar gelap (Djiwandono, 2005 :238 ). Menjelang akhir Oktober 1946 kerja besar dan kerja keras Pemerintah untuk menerbitkan uang sendiri membuahkan hasil. Undang-Undang No. 17 Tahun 1946 tanggal 1 Oktober menetapkan pengeluaran Oeang Republik Indonesia, sedangkan melalui Undang-Undang No. 19 Tahun 1946 tanggal 25 Oktober
1946 ditetapkan patokan nilai 10 rupiah ORI=5 gram emas murni dan nilai tukar 1 rupiah ORI=50 rupiah Jepang di Jawa dan 1 rupiah ORI=100 rupiah Jepang di Sumatra. Sementara itu dengan Keputusan Menteri Keuangan No.SS/1/35 tanggal 29 Oktober 1946 ditetapkan berlakunya ORI secara sah pada tanggal 30 Oktober 1946 pukul 00.00. Selain itu, ditentukan pula jangka waktu penarikan uang Hindia Belanda dan uang pendudukan Jepang dari peredaran (Djiwandono, 2005 :248). Pada awal peredaran ORI kepada setiap orang penduduk diberikan 1 rupiah ORI untuk mengganti sisa uang Jepang yang masih dapat dipakai pada tanggal 16 Oktober 1946, yaitu tanggal yang ditetapkan untuk penukaran simpanan di bank dengan ORI. Walaupun unsurunsur pengaman uang dan tehnik pencetakan yang digunakan masih sederhana, namun pada ORI sudah dicantumkan ciri-ciri umum uang secara lengkap, seperti tanda tangan, tanggal/tahun emisi, ketentuan hukum dan pernyataan sebagai alat pembayaran yang sah (Djiwandono, 2005 :249-250). Dari tahun 1946-1949 telah diterbitkan lima emisi ORI. Emisi
pertama,”Djakarta 17 Oktober 1945” ditandatangani oleh Mr.A.A. Maramis, dalam 8 pecahan yaitu 1 sen, 5 sen, 10 sen, ½ rupiah, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah dan 100 rupiah.
Emisi
kedua, “ Djogjakarta 1 Januari 1947” ditandatangani oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara dalam 4 pecahan yaitu 5 rupiah, 10 rupiah, 25 rupiah dan 100 rupiah.
Emisi ketiga, “ Jogjakarta 26 Djuli 1947” ditandatangani oleh Mr.A.A. Maramis dalam pecahan ½ rupiah, 2 ½ rupiah, 25 rupiah, 50 rupiah, 100 rupiah dan 250 rupiah. Emisi keempat, “ Djogjakarta 23 Agustus 1948” ditandatangani oleh Drs. Moh> Hatta dalam pecahan yang unik yaitu 40 rupiah, 75 rupiah, 100 rupiah dan 400 rupiah. Emisi kelima, “ Djogjakarta 17 Agustus 1949” ditandatangani oleh Mr. Loekman Hakim dan merupaka rupiah baru dalam pecahan 10 sen baru, ½ rupiah baru dan 100 rupiah baru. Percetakan uang ORI emisi pertama dilakukan pada tahun 1945 namun penggunaan uang ORI sebagai mata uang dan alat pembayaran yang sah di Indonesia diberlakukan mulai 30 Oktober 1946. 2. Politik Setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia menghadapi tiga masalah utama yaitu datangnya tentara sekutu
untuk menerima penyerahan dari Jepang, timbulnya perbedaan yang makin tajam diantara pemimpin-pemimpin bangsa, dan perundingan-perundingan dengan Belanda. Pasukan Sekutu mulai mendarat di Jawa pada akhir September 1945. Belanda datang membonceng pasukan Sekutu dengan keinginan untuk menduduki kembali negara bekas jajahannya. Dengan demikian gencarlah serbuan Belanda ke Jakarta. Kemudian pemerintah Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1946. Akibatnya, Indonesia terpecah menjadi dua wilayah, yaitu wilayah yang dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia dan wilayah yang diduduki oleh Belanda di bawah administrasi Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang kemudian membentuk negara-negara bagian yang tergabung dalam Bijeen vor Federal Overlag (BFO) (Djiwandono, 2005 : 5). Dengan pecahnya wilayah Indonesia tersebut, masing-masing pemerintah Republik Indonesia dan penguasa pendudukan Belanda menetapkan kebijakan di bidang ekonomi dan moneter di wilayah pendudukannya, termasuk kebijakan penerbitan dan pengedaran uang. Dalam wilayah pendudukan Belanda uang yang diedarkan dan dinyatakan berlaku oleh penguasa pendudukan Belanda setelah pendaratan Sekutu adalah uang kertas yang diterbitkan oleh De Javasche Bank (DJB), uang yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, dan uang invasi Jepang, serta uang NICA. Dalam
wilayah Republik Indonesia, pemerintah mengeluarkan Oeang Republik Indonesia(ORI) yang diedarkan sejak tanggal 30 Oktober 1946 di wilayah Jawa dan Madura (Djiwandono, 2005 : 66). Dalam pemerintahan Republik Indonesia sendiri, perbedaan pendapat diantara pemimpin bangsa terus terjadi dan mengakibatkan perubahanperubahan kabinet yang silih berganti dalam waktu yang singkat. Terbaginya wilayah Indonesia secara de facto menjadi dua menyulitkan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai satu kesatuan moneter melalui pengedaran uang rupiah yang di terbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Jumlah Oeang Rupiah Indonesia (ORI) yang dapat dicetak dan diedarkan tidak mencukupi karena kurangnya dana dan sulitnya mendistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk ke wilayah pendudukan Belanda. Bahkan pemerintah terpaksa memberikan otoritas kepada daerah dan mengijinkan daerah-daerah tertentu mengeluarkan uangnya sendiri yang kemudian disebut sebagai Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA). Di samping itu, dalam kenyataannya di wilayah Republik Indonesia sendiri juga masih beredar uang rupiah Belanda dan uang rupiah Jepang (Djiwandono, 2005 : 73). Selain menerbitkan ORI, pemerintah Republik Indonesia juga mengeluarkan beberapa Undang-undang untuk mengendalikan peredaran uang kartal dalam rangka mengurangi tekanan inflatoir akibat peredaran
uang yang berlebihan di suatu daerah. Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 1946 tanggal 1 Oktober 1946 tentang pengeluaran ORI, disebutkan bahwa dasar penukaran ORI dengan uang yang berlaku akan di tetapkan dalam UndangUndang tersendiri. Tindakan pertama yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia sebelum mengedarkan ORI adalah menarik uang invasi Jepang dan uang pemerintah Hindia Belanda dari peredaran. Penarikan kedua uang tersebut dilakukan secara berangsurangsur melalui pembatasan pemakaian uang dan larangan membawa uang dari satu daerah ke daerah lain. Untuk mempersiapkan ORI menjadi satu-satunya alat pembayaran yang sah dan dalam rangka menyehatkan nilai uang, mulai tanggal 15Juli 1946 uang invasi Jepang dan uang pemerintah Hindia Belanda yang dimiliki oleh masyarakat dan perusahaanperusahaan harus disimpan di bank-bank yang ditunjuk, yaitu : BNI, BRI, Bank Surakarta, Bank Nasional, Bank Tabungan Pos, serta Rumah Gadai. Pada tanggal 16 Oktober 1946 seluruh kelebihan uang tunai harus sudah disimpan pada salah satu bank yang ditunjuk tersebut (Djiwandono, 2005 : 70). Dalam pemerintahan Republik Indonesia sendiri, perbedaan pendapat diantara pemimpin bangsa terus terjadi dan mengakibatkan perubahanperubahan kabinet yang silih berganti dalam waktu yang singkat. Terbaginya wilayah Indonesia secara de facto menjadi dua menyulitkan
pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai satu kesatuan moneter melalui pengedaran uang rupiah yang di terbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Jumlah Oeang Rupiah Indonesia (ORI) yang dapat dicetak dan diedarkan tidak mencukupi karena kurangnya dana dan sulitnya mendistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk ke wilayah pendudukan Belanda. Bahkan pemerintah terpaksa memberikan otoritas kepada daerah dan mengijinkan daerah-daerah tertentu mengeluarkan uangnya sendiri yang kemudian disebut sebagai Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA). Di samping itu, dalam kenyataannya di wilayah Republik Indonesia sendiri juga masih beredar uang rupiah Belanda dan uang rupiah Jepang (Djiwandono, 2005 : 73). Selain menerbitkan ORI, pemerintah Republik Indonesia juga mengeluarkan beberapa Undang-undang untuk mengendalikan peredaran uang kartal dalam rangka mengurangi tekanan inflatoir akibat peredaran uang yang berlebihan di suatu daerah. Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 1946 tanggal 1 Oktober 1946 tentang pengeluaran ORI, disebutkan bahwa dasar penukaran ORI dengan uang yang berlaku akan di tetapkan dalam UndangUndang tersendiri. Tindakan pertama yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia sebelum mengedarkan ORI adalah menarik uang invasi Jepang dan uang pemerintah Hindia Belanda dari peredaran. Penarikan kedua uang tersebut dilakukan secara berangsur-
angsur melalui pembatasan pemakaian uang dan larangan membawa uang dari satu daerah ke daerah lain. Untuk mempersiapkan ORI menjadi satu-satunya alat pembayaran yang sah dan dalam rangka menyehatkan nilai uang, mulai tanggal 15Juli 1946 uang invasi Jepang dan uang pemerintah Hindia Belanda yang dimiliki oleh masyarakat dan perusahaanperusahaan harus disimpan di bank-bank yang ditunjuk, yaitu : BNI, BRI, Bank Surakarta, Bank Nasional, Bank Tabungan Pos, serta Rumah Gadai. Pada tanggal 16 Oktober 1946 seluruh kelebihan uang tunai harus sudah disimpan pada salah satu bank yang ditunjuk tersebut (Djiwandono, 2005 : 70). 3. Kultural Uang ORI yang berupa uang kertas dengan kelima periode penerbitannya mengandung nilai kultural/budaya bangsa Indonesia. Dapat dilahat dari aspek gambarnya. Gambar ORI bagian depan adalah presiden pertama Republik Indonesia yaitu Soekarno disertai dengan gambar kebudayaan Indonesia serta tanda tangan dari menteri keuangan pada masa itu. Bagian belakang terdapat gambar yang berisi tulisan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini menunjukkan bahwa ORI sebagai Identitas bangsa, mengandung nilai kultural yang tinggi yang dapat menceritakan segala sesuatu tentang bangsa Indonesia. 4. Historis Penerbitan ORI merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan membanggakan dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pidato Wakil Presiden Moh.Hatta pada tanggal 29 Oktober 1946 melalui RRI Yogyakarta yang menyatakan”Besok tanggal 30 Oktober 1946 adalah satu hari yang mengandung sejarah bagi tanaha air kita. Rakyat kita menghadapi penghimpunan baru. Besok mulai beredar uang Republik Indonesia sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah….” (Sejarah Bank Indonesia Periode 1 .1945-1950. 249).
Aspek-Aspek yang Terkandung Dalam ORI yang Bisa Dijadikan sebagai Media Pembelajaran Sejarah ORI dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah karena mengandung aspek-aspek sebagai berikut, 1. Bentuk Dalam hal ini, ORI dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah karena bentuknya yang berupa kertas jadi sangat mudah dan praktis untuk disajikan kepada siswa di dalam kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian guru maupun siswa dapat menggunakan ORI sebagai media pembelajaran tanpa ada resiko apapun. Serta dengan mejadikan ORI sebagai media pembelajaran akan menambah minat belajar siswa dan memperluas wawasannya sehingga anggapan bahwa pemebelajaran sejarah
yang membosankan dapat diminimalisasi. 2. Fungsi Uang ORI memiliki fungsi primer yaitu sebagai alat tukar yang sah pada masa pasca kemerdekaan, tahun 1946-1949 yang menggantikan mata uang Jepang dan mata uang De Javasche Bank yang selama ini beredar di masyarakat (Djiwandono, 2005 :248 ). Selain fungsi primer tersebut, uang ORI juga memiliki fungsi sebagai alat perjuangan karena merupakan atribut kemerdekaan bangsa. Sejarah membuktikan bahwa Tentara Nasional Indonesia, selain dengan bedil dan peralatan lainnya juga menggunakan uang ORI sebagai senjata melawan Belanda. TNI mewajibkan rakyat pedesaan hanya menerima uang ORI atas penjualan hasil bumi di daerah pendudukan Belanda (Tim penyusun, 1991:4). Dengan demikian, dilihat dari aspek fungsinya ORI sangat relevan untuk dijadikan media pembelajaran sejarah karena mengandung nilai yang tinggi yang dapat mengungkapkan bagaimana perjalanan sejarah bangsa Indonesia pada masa pasca kemerdekaan terutama pada bidang Sosial, Politik, Ekonomi Keuangan. 3. Seni dan Gambar Uang memiliki nilai seni tersendiri. Mulai dari bahan pembuatannya hingga lukisan-lukisan dan gambarnya yang memiliki nilai seni, budaya dan sejarah yang tinggi. Demikian halnya dengan uang ORI. Apalagi uang ini merupakan uang pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia tentu saja memiliki nilai seni yang tinggi serta nilai sejarah
yang tinggi pula. Gambar yang tertera pada uang ORI dapat menceritakan peristiwa sejarah bangsa Indonesia serta nilai-nilai budaya bangsa yang menjadi ciri khas dari bangsa ini. Dalam setiap edisi ORI selalu terdapat gambar Ir.Soekarno yang merupakan Presiden RI dan undang-undang yang bunyinya : Gambar undangundang dan bunyinya sama dengan uang ORI lainnya yaitu “ Barang siapa jang meniru atau memalsu uang kertas Negara atau dengan sengadja mengedarkan, menjimpan ataupun memasukkan ke daerah Republik Indonesia uang kertas tiruan atau palsu, dapat dihukum menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 244, 245 dan 249” ORI sebagai Media Pembelajaran Sejarah Menurut Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2006: 161) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan di program untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran. Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, televisi, gambar dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan atau informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahanbahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi
yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain sebagainya (Sudirman, 1987: 205). Dengan berpacu pada hal itu, uang ORI yang terbuat dari kertas dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang relevan untuk diterapkan di dalam kelas. Dengan menggunakan ORI sebagai media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Penggunaan ORI sebagai media pembelajaran dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. ORI sebagai media pembelajar merupakan media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan media penglihatan karena hanya berupa contoh uang ORI yang bahannya terbuat dari kertas. Penggunaan ORI sebagai media pembelajaran sejarah di kelas XII semester ganjil sesuai dengan silabus dengan standar kompetensi (SK) menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi sampai lahirnya Orde Baru, dan kompetensi dasarnya (KD) yaitu menganalisis perkembangan ekonomi-keuangan dan politik pada masa awal kemerdekaan Indonesia, dengan pokok bahasan kebijakan pemerintah Indonesia pada awal kemerdekaan RI. SIMPULAN Uang ORI (Oeang Republik Indonesia) adalah uang pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia sebagai alat pembayaran yang sah. Diberlakukan pada tahun 1946-1949 untuk mengatasi masalahmasalah ekonomi-keuangan Negara sekaligus sebagai atribut Republik Indonesia sebagai alat pemersatuan bangsa. Factor-faktor dikeluarnya ORI
terdiri dari factor ekonomi, faktor politik, faktor kultural dan faktor historis. Uang ORI dapat dijadikan sebagai media gambar dalam pembelajaran sejarah karena mengandung nilai sejarah yang tinggi. Uang ORI dapat menceritakan peristiwa-peristiwa sejarah yang penting yang harus diketahui oleh generasi muda. Pemanfaatan ORI sebagai media gambar dalam kegiatan pembelajaran di SMA kelas XII pada semester ganjil sesuai dengan silabus dengan standar kompetensi (SK) dan mengkaitkan kepada kompetensi dasarnya (KD) dengan pokok bahasan kebijakan pemerintah Indonesia pada awal kemerdekaan RI.
DAFTAR RUJUKAN Bank Indonesia. 2006. Katalog Koleksi Uang Kertas Bank Indonesia. Museum Artha Suaka. Djiwandono,dkk. 2005. Sejarah Bank Indonesia Periode 1:19451959. Jakarta: Bank Indonesia. Hadiwijoyo, Suryo, Sakti. 2012. Aspek Hukum Wilayah Negara Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hamid,Rahman,ABD dan Muhammad Saleh Madjid. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Moleong, Lexy. 2001. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakary. Nana,
Sudjana,dkk.2001. DasarDasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Poesponegoro,Marwati,Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta : Balai Pustaka. Sjamsuddin,Helius dan H, Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Sugiono. 2006. Metode Penelitian Pendididkan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B). Bandung : Alfabeta.
Sugiyono.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan.Bandung :Alfabeta. Tim Abdi Guru, 2007. IPS Terpadu untuk SMP Kelas IX. Jakarta : Erlangga. Tim Penyusun. 1991. Banknotes and coins from Indonesia 19451990. Jakarta : yayasan serangan umum 1 Maret&Perum Peruri. http://www.sosiosejarah.com/2013/05/ Pelaksanaan-Pembelajaran-sejarah (wajib)dalam-Kurikulum 2013. Diunduh 23 Januari 2013