ARTIKEL
Judul “BIOGRAFI MAYOR NENGAH METRA” DAN SUMBANGANNYA BAGI PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA
Oleh PUTU HARLEONY SUWERDY 0914021016
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013
“BIOGRAFI MAYOR NENGAH METRA” DAN SUMBANGANNYA BAGI PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA
Oleh : Putu Harleony Suwerdy, NIM 0914021016 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Desak Made Oka Purnawati e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Biografi Mayor Nengah Metra dan (2) Nilai-nilai kepahlawanan yang dapat diambil dari sosok Mayor Nengah Metra dalam rangka pembelajaran sejarah di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah yaitu: (1) pengumpulan sumber/heuristic (studi dokumen, teknik wawancara, teknik observasi; (2) kritik sumber (kritik intern dan kritik ekstern); (3) interpretasi; dan (4) penulisan sejarah/historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mayor Nengah Metra adalah putra kedua dari pasangan Wayan Sukiana dengan Ni Ketut Sudiarti dari Sibang, Abiansemal, Badung. Mayor Nengah Metra menempuh pendidikan dari HIS sampai dengan HKS/Sekolah Guru sehingga tumbuh besar menjadi seorang guru, sastrawan hingga pemimpin pada Pertempuran di Gintungan/Selat, Buleleng pada tahun 1946. Nilai-nilai kepahlawanan yang terkandung pada sosok Mayor Nengah Metra antara lain: (1) nilai keberanian; (2) nilai kewibawaan; (3) nilai rela berkorban; (4) nilai patriotisme; (5) nilai kemandirian; (6) nilai etika dan moral; (7) nilai kejujuran; (8) nilai menghargai dan menghormati orang lain; (9) nilai solidaritas. Nilai kepahlawanan Mayor Nengah Metra dapat dijabarkan pada materi sejarah (1) Kompetensi Dasar “Merekonstruksi Perkembangan Masyarakat Indonesia Sejak Proklamasi Hingga Demokrasi Terpimpin”; (2) Kompetensi Dasar “Menganalisis Perjuangan Bangsa Indonesia Sejak Proklamasi Hingga Lahirnya Orde Baru” (3) serta pada Standar Kompetensi “Menganalisis Perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan Pendudukan Jepang”; (4) Standar Kompetensi “Menganalisis Perjuangan Bangsa Indonesia sejak Proklamasi hingga Lahirnya Orde Baru”.
Kata Kunci: biografi, nilai kepahlawanan, pembelajaran sejarah. ABSTRACT This study aimed to (1) Biography of Major Nengah Metra and (2) The values of heroism that can be taken from the figure in order to Metra Nengah Major teaching history in high school. This study uses historical approach, namely: (1) the collection of source / heuristic (study of documents, interview techniques, observation techniques, (2) source criticism (criticism of 1
internal and external criticism), (3) interpretation, and (4) the writing of history / historiography . Results showed that Major Nengah Metra is the second son of Wayan couples with Ni Ketut Sukiana Sudiarti of Sibang, Abiansemal, Badung. Mayor Nengah Metra was educated from his up with HKS / School teachers thus grew up to be a teacher, writer to the leader in Fighting in Gintungan / Strait, Buleleng in 1946. heroic values embodied in the figure of Major Nengah Metra, among others: (1) the value of courage, (2) the value of authority, (3) the value of selfsacrifice, (4) the value of patriotism; (5) the value of independence; (6) ethics and moral values, (7) the value of honesty, (8) the value of respect and respect for others; (9) the value of solidarity. Mayor Nengah Metra heroism value can be translated at historical materials (1) Competence basic "Reconstructing Community Development Indonesia since Proclamation until Guided Democracy", (2) basic Competency "Analyzing nations struggle Indonesia since Proclamation to Birth New Order" (3) and the Competency Standards "Analyzing the Development of Indonesia since the influx of Western influence until the Japanese Occupation ", (4) Standard of Competence" Analyzing struggle Indonesian nation since the Proclamation of the Birth to New Order ".
Keywords: biography, heroism, history teaching.
2
Setelah
kemerdekaan
Kedu, Jawa Tengah, Mayor Nengah Metra
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Panitia
menunaikan tugas sebagai guru di Kota
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Mataram, Lombok. Namun, berkat jiwa
melantik Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad
kepemimpinan dan cinta tanah air yang
Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden
tinggi, beliau diangkat menjadi Ketua KNI
RI pertama. Kemudian dibentuk Komite
Wilayah
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai
BKR/TKR/TRI Resimen Ngurah Rai. Walau
parlemen sementara. Dalam menjalankan
sudah merdeka, namun hati rakyat masih
pemerintahan
menyimpan
presiden
proklamasi
pada
Soekarno
awal
kemerdekaan,
Kecil
kecemasan.
dan
Penasehat
Rakyat
cemas
persetujuan
karena tentara Jepang masih berulah dengan
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
menunjukkan kekuasaannya. Untuk menjaga
membentuk 8 provinsi di Indonesia. Salah
kemerdekaan,
satu diantaranya adalah Provinsi Sunda
pemerintah RI, maka provinsi Sunda Kecil
Kecil.
pada tanggal 31 Agustus 1945 membentuk
Pemerintah
dengan
Sunda
pusat
kemudian
mengangkat Mr. I Gusti Ketut Puja menjadi
Pada awal berdirinya Sunda Kecil,
Manuaba sebagai Ketua Komite Nasional
tindakan politik pertama yang dilaksanakan
Indonesia (KNI) Sunda Kecil, dengan ditetapkan
sebagai
petunjuk
BKR (Badan Keamanan Rakyat).
Gubernur Sunda Kecil dan Ida Bagus Putra
Singaraja
berdasarkan
oleh pemuda adalah menuntut Jepang agar
ibukota
provinsi.
dengan
sepenuhnya
kedaulatan
terhadap
menyerahkan
pemerintah
Sunda
Pada tanggal 23 Agustus 1945,
Kecil. Namun Jepang menolak. Karena
secara resmi Mr. I Gusti Ketut Puja
sikap tentara Jepang yang semakin hari
membawa berita proklamasi kemerdekaan
semakin congkak,
Indonesia
memutuskan
untuk
Agustus 1945, diadakan rapat umum di
pemerintahan
dari
Singaraja yang bertempat di lapangan
serah terima kekuasaan berlangsung tertib (
(sekarang Lapangan Letkol Wisnu). Dalam
Meraku, 2000: 32).
ke
Singaraja.
Dalam
bulan
rapat inilah muncul seorang Mayor Nengah
Berselang
Metra. Setelah menamatkan pendidikan di Hollands Kweek School
maka para pemuda merebut Jepang.
beberapa
kekuasaan Pelaksanaan
hari
setelah
peristiwa penyerahan kekuasaan oleh Jepang
di Purworejo, 3
kepada Gubernur Sunda Kecil, serdadu
kurikulum sejarah di SMA khususnya di
NICA datang ke Buleleng. Maka dimulailah
kelas XI program IPA semester genap dan
revolusi fisik dengan terjadinya pertempuran
pada program IPS khususnya di kelas XII
hampir di seluruh wilayah Buleleng, salah
semester ganjil. Hal ini tidak bisa dilepaskan
satunya
dengan
yaitu
Pertempuran
di
fungsi
sejarah
sebagai
media
Gintungan/Selat. Dalam pertempuran inilah
penanaman nilai untuk mempertinggi budi
gugur seorang pemimpin yang kharismatik
pekerti,
Mayor Nengah Metra (Meraku, 2000: 83).
mempertebal semangat kebangsaan yang
memperkuat
kepribadian,
diperoleh dari suatu peristiwa (Gandhi,
Selain ikut berjuang membela negara
1995: 49; Soebantardjo, 1983: 31).
dalam pertempuran di Gintungan/Selat, Mayor Nengah Metra juga termasuk dalam
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
kelompok terpelajar yang menggagas sebuah
mengetahui riwayat hidup Mayor Nengah
perkumpulan yang bernama Surya Kanta
Metra dan nilai-nilai kepahlawanan Mayor
bersama sahabatnya Ketut Nasa (Pendit,
Nengah Metraagar dapat diteladani dalam
1954: XXVII).
rangka pembelajaran sejarah di SMA.
Penulisan
tokoh
Mayor
Metra dalam bentuk biografi,
Kajian
Nengah
Indonesia,
khususnya
yang
digunakan
dalam
penelitian ini menyangkut kajian biografi
merupakan
yaitu
suatu usaha untuk menunjukkan bahwa Bangsa
teori
pengertian
biografi,
jenis-jenis
biografi, kegunaan biografi, syarat-syarat
putra
penulisan biografi, dan teknik penulisan
daerahnya tidak melupakan beliau yang
biografi.
telah berjasa membela tanah air dan
Kajian
tentang
nilai
kepahlawanan diantaranya yaitu, konsep
menentang kolonialisme Belanda. Maka dari itu, muncul keinginan untuk mengangkat gagasan dan nilai-nilai kepahlawanan Mayor
kepahlawanan
dan
kepahlawanan.
Terakhir
tentang
Nengah Metra yang diwujudkan dalam
pengertian yaitu
penanaman
nilai kajian
nilai-nilai
kepahlawanan dalam silabus sejarah yang
wujud biografi. Hasil penelitian yang berupa biografi
menyangkut
di
dalamnya
pembelajaran
sejarah,
nilai
yaitu, dalam
dan nilai-nilai kepahlawanan dari Mayor
pembelajaran sejarah, dan pendekatan
Nengah Metra ini bisa diselipkan dalam
penanaman nilai dalam sejarah. 4
merasa belum berpuas diri dalam hal
METODE PENELITIAN
pendidikannya.
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
memutuskan
metode
Beliau untuk
akhirnya melanjutkan
penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah
pendidikannya ke HKS (Hollands Kweek
di antaranya terdapat (1) Pengumpulan
School) atau Sekolah Guru yang ada di
sumber/heuristik (studi dokumen, teknik
Purworejo, Kedu, Jawa Tengah. Setelah
wawancara, dan teknik observasi); (2) Kritik
menamatkan pendidikan Hollands Kweek
sumber (kritik intern dan kritik ekstern); (3)
School di Purworejo, Kedu, Jawa Tengah,
Interpretasi;
Beliau diangkat menjadi guru Hollands
dan
(4)
Penulisan
Inlands School (HIS) di Singaraja pada
sejarah/historiografi.
tahun 1925 (Hasil Wawancara dengan Made Nely tanggal 9 Maret 2013). Beliau menikah
HASIL DAN PEMBAHASAN BIOGRAFI
MAYOR
dengan seorang gadis Triwangsa yang
NENGAH
bernama Ida Ayu Putu Mas Mirah. Dari
METRA Mayor Nengah Metra adalah putra
pernikahannya Beliau dikaruniai 8 orang
kedua dari pasangan Wayan Sukiana dan Ni
anak yang terdiri dari 3 laki-laki dan 5
Ketut Sudiarti dari Sibang, Abiansemal,
perempuan.
Badung. Beliau lahir di Desa Beratan pada
Selain bekerja sebagai guru HIS,
tanggal 5 Mei 1902. Beliau bersaudara 8
Mayor Nengah Metra juga memiliki banyak
orang dan semuanya laki-laki. (Silsilah
kiprah lainnya diantaranya yaitu Mayor
Keluarga Besar Nengah Metra). Kehidupan
Nengah Metra merupakan pimpinan Partai
yang sangat sederhana dalam keluarganya, tidak
membuat
Mayor
Nengah
Indonesia Raya (PARINDRA) di Singaraja
Metra
tahun
mengurungkan niatnya untuk mengenyam pendidikan
setinggi
mungkin.
1930,
Beliau
bersama
teman-
temannya mendirikan sebuah perkumpulan
Beliau
yang diberi nama Surya Kanta. Di Mataram,
mengawali jenjang pendidikannya dengan
Lombok, Mayor Nengah Metra diangkat
masuk di HIS yang ada di Buleleng.
menjadi kepala sekolah HIS dan Beliau juga
Kemudian dilanjutkan ke MILO dan AMS.
menjadi Penasehat PARINDRA. Pada tahun
Setelah menyelesaikan pendidikannya di
1937 di Mataram, Mayor Nengah Metra
AMS (setara dengan tingkat SMA), Beliau
bersama 5
teman-temannya
membentuk
bernama
hingga di Kelurahan Beratan. Dan yang
Clubhuis Ekacita. Pada tahun yang sama
paling terbaru adalah Tugu Tri Yudha Sakti
pula, Mayor Nengah Metra dan teman-
yang berisi patung tiga pejuang asal
temannya kembali mendirikan Perhimpunan
Buleleng, salah satunya merupakan Mayor
Jasa Pralaya (Catatan Kiprah Nengah Metra
Nengah Metra. Penghargaan lain juga
yang
diberikan oleh seorang Veteran yang juga
sebuah
perkumpulan
ditulis
oleh
yang
anaknya,
Ngurah
berasal
Suryaputra Metratmaja).
dari
Desa Beratan,
Ni Made
Witning. Beliau menciptakan sebuah lagu
Pada tahun 1940, Mayor Nengah
sederhana yang berjudul “Bapak Metra”.
Metra telah menjadi promotor Persatuan Usaha Ekonomi Lombok yang disingkat
NILAI-NILAI
POEL. Mayor Nengah Metra juga diangkat
MAYOR NENGAH METRA DALAM
menjadi
RANGKA
Pegawai
Republik
Indonesia
sebagai Wakil Kepala Jabatan Pengajaran,
KEPAHLAWANAN
PEMBELAJARAN
SEJARAH DI SMA
kemudian tanggal 22 November 1945
Berdasarkan analisis studi dokumen
diangkat menjadi Ketua Jabatan Pengajaran
serta hasil wawancara dengan Made Nely,
Provinsi Sunda Kecil. Perjuangan terakhir
maka nilai kepahlawanan yang terkandung
dari Beliau sampai merenggut nyawanya
di dalam sosok Mayor Nengah Metra dapat
adalah
diungkapkan
saat
melawan
memimpin
NICA
Buleleng tahun
di 1946
pertempuran
Gintungan/Selat, (Catatan
antara
lain,
(1)
nilai
keberanian, (2) nilai kemandirian, (3) nilai
Kiprah
kewibawaan, (4) nilai rela berkorban, (5)
Nengah Metra yang ditulis oleh anaknya,
nilai patriotisme, (6) nilai kejujuran,
Ngurah Suryaputra Metratmaja).
nilai solidaritas, (8) nilai etika dan moral,
(7)
dan (9) nilai menghargai dan menghormati
Untuk mengenang jasa-jasa besar
sesama.
dari Mayor Nengah Metra, Pemerintah Daerah Buleleng memberikan beberapa
Berdasarkan
hasil
wawancara
penghargaan. Nama Mayor Nengah Metra
dengan narasumber bernama Ni Luh Wiratni
dipakai untuk menamai lapangan olahraga di
(50 Tahun), sebagai salah satu guru sejarah
Kota Singaraja dan jalan raya Singaraja-
di Sekolah Menengah Atas Kabupaten
Sukasada, tepatnya dari Kelurahan Liligundi
Buleleng, nilai-nilai kepahlawanan dari 6
Mayor Nengah Metra tepat dijabarkan di
Materi-materi ajar pada kelas X tidak
silabus SMA kelas XI semester genap pada
tepat diselipkan nilai-nilai kepahlawanan
program studi IPA yaitu pada Kompetensi
yang menyangkut Mayor Nengah Metra
Dasar
karena materi-materi tersebut tidak ada
“Merekonstruksi
Perkembangan
Masyarakat Indonesia Sejak Proklamasi
membahas
Hingga Demokrasi Terpimpin”, pada materi
kepada kolonialisme maupun revolusi fisik
ajar
setelah
“Perjuangan
Mempertahankan
tentang
perlawanan
proklamasi
kemerdekaan
rakyat
yang
Kemerdekaan Indonesia” dan pada Kelas
berhubungan dengan perjuangan Mayor
XII semester ganjil pada Program Studi IPS
Nengah Metra. Misalnya, pada materi kelas
yaitu pada Kompetensi Dasar “Menganalisis
X
Perjuangan
masyarakat pada masa pra-aksara hingga
Bangsa
Indonesia
Sejak
lebih
banyak
membahas
Proklamasi Hingga Lahirnya Orde Baru”
aksara,
pada
membahas materi yang berkaitan dengan
Materi
Pokok
“Perjuangan
sehingga
tidak
kondisi
tentang
Pada Tahun 1945 Sampai 1949 (Konflik
kolonialisme maupun revolusi fisik setelah
Indonesia-Belanda
proklamasi kemerdekaan.
pada
materi ajar inilah perjuangan Mayor Nengah
Pada
Metra dapat disisipkan dan disinggung
kepahlawanan
sebagai seorang pemimpin Pertempuran di Gintungan/Selat.
Sedangkan
tersampaikannya
Bangsa”.
indikator
dan
seorang
guru
terkandung
dalam
Mayor Nengah Metra
Nilai-nilai ini masih bisa dikembangkan
Guna
dalam silabus sejarah SMA untuk disisipkan
tujuan
pada kolom “Karakter Budaya Bangsa” pada
pembelajaran, dibutuhkan kecerdasan dan kepiawaian
nilai-nilai
patriotisme, jujur, terbuka, dan solidaritas.
nantinya diselipkan pada kolom “Nilai-Nilai Budaya
yang
kepada
adalah berani, berwibawa, rela berkorban,
kepahlawanan dari Mayor Nengah Metra
Karakter
dasarnya,
perjuangan sosok
nilai-nilai
rakyat
untuk
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
1945-1949)”,
perlawanan
tepat
materi ajar sejarah lainnya.
dalam dengan
Misalnya pada saat kita mempelajari
berbagai metode maupun strategi pengajaran
tentang “Kolonialisme dan Imperialisme
sehingga pengajaran terkesan menarik.
Barat di Indonesia” pada materi kelas XI
menyampaikan
materi
di
atas
program studi IPS semester Genap pada 7
Standar
Kompetensi
Perkembangan
17
“Menganalisis
bangsa
Indonesia
Agustus
1945
Pemerintah
sejak
dan
Indonesia;
Pembentukan Menganalisis
masuknya pengaruh Barat sampai dengan
Perkembangan
Pendudukan Jepang” dan Kompetensi Dasar
Politik pada Masa Awal Kemerdekaan
berjudul
sampai
“Menganalisis
Perkembangan
Ekonomi-Keuangan
Tahun
Pengaruh Barat dan Perubahan Ekonomi,
Perjuangan
Demografi, dan Kehidupan Sosial Budaya
Mempertahankan
Masyarakat
Ancaman
di
Indonesia
pada
masa
1950;
Bangsa
dan
Menganalisis
Indonesia
dalam
Kemerdekaan
dari
Disintegrasi
Bangsa;
Kolonial”, nilai-nilai kepahlawanan dari
Menganalisis Perkembangan Politik dan
Mayor Nengah Metra seperti nilai solidaritas
Ekonomi serta Perubahan Masyarakat di
tepat disisipkan. Begitu pula pada saat
Indonesia
masuk
Kemerdekaan”, tepat diselipkan nilai-nilai
pada
materi
Perkembangan
“Hubungan
Paham-Paham
dalam
heroik,
Pergerakan Kebangsaan”, pada Standar
patriotisme, dan jujur.
Kompetensi “Menganalisis Perkembangan
“Menganalisis
berjudul
Hubungan
antara
berkorban,
solidaritas,
materi ajar yang terdapat pada kelas XII
Barat sampai dengan Pendudukan Jepang” Dasar
rela
Materi-materi di atas merupakan
bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh
Kompetensi
Mengisi
kepahlawanan Mayor Nengah Metra seperti,
Baru
Transformasi Sosial Dan Kesadaran Dan
dan
Upaya
program studi IPA pada semester ganjil. Diharapkan, dengan
Perkembangan Paham-paham Baru dan
pendidikan
Transformasi Sosial dengan Kesadaran dan
perjuangan Mayor Nengah Metra, peserta
Pergerakan
didik
Kebangsaan”,
menyampaikan
nilai-nilai
seperti terbuka dan Standar Perjuangan
untuk
manusiawi
Pada
yang
tumbuh
dan
dan
(Elmubarok, 2009: 19).
Dasar
berjudul
dari
berkembang yang
“penuh”
lebih sebagai
dalam masyarakat, yang bertanggung jawab
sejak
Proklamasi hingga Lahirnya Orde Baru” Kompetensi
dan
pribadi-pribadi (semakin
dipetik
manusia), berguna dan berpengaruh di
“Menganalisis Indonesia
dapat
menjadi
kepahlawanan
menghargai.
Kompetensi Bangsa
tepat
nilai
diberikannya
“.
Menganalisis Peristiwa sekitar Proklamasi 8
bersifat
proaktif
dan
kooperatif
Gintungan/Selat,
SIMPULAN
Buleleng
tahun
1946.
Mayor Nengah Metra adalah
Berdasarkan analisis studi dokumen serta
putra kedua dari pasangan Wayan Sukiana
hasil wawancara dengan Made Nely, maka
dan
Sibang,
nilai kepahlawanan yang terkandung di
Abiansemal, Badung. Beliau lahir di Desa
dalam sosok Mayor Nengah Metra dapat
Beratan pada tanggal 5 Mei 1902. Beliau
diungkapkan
mengawali jenjang pendidikannya dengan
keberanian, (2) nilai kemandirian, (3) nilai
masuk di HIS yang ada di Buleleng.
kewibawaan, (4) nilai rela berkorban, (5)
Kemudian dilanjutkan ke MILO dan AMS.
nilai patriotisme, (6) nilai kejujuran,
Setelah menyelesaikan pendidikannya di
nilai solidaritas, (8) nilai etika dan moral,
AMS (setara dengan tingkat SMA), Beliau
dan (9) nilai menghargai dan menghormati
akhirnya memutuskan untuk melanjutkan
sesama.
pendidikannya ke HKS (Hollands Kweek
dengan narasumber bernama Ni Luh Wiratni
School) atau Sekolah Guru yang ada di
(50 Tahun), sebagai salah satu guru sejarah
Purworejo, Kedu, Jawa Tengah. Setelah
di Sekolah Menengah Atas Kabupaten
menamatkan pendidikan Hollands Kweek
Buleleng, nilai-nilai kepahlawanan dari
School di Purworejo, Kedu, Jawa Tengah,
Mayor Nengah Metra tepat dijabarkan di
Beliau diangkat menjadi guru Hollands
silabus SMA kelas XI semester genap pada
Inlands School (HIS) di Singaraja pada
program studi IPA yaitu pada Kompetensi
tahun 1925. Beliau menikah dengan seorang
Dasar
gadis Triwangsa yang bernama Ida Ayu
Masyarakat Indonesia Sejak Proklamasi
Putu Mas Mirah. Dari pernikahannya Beliau
Hingga Demokrasi Terpimpin”, dan pada
dikaruniai 8 orang anak. Selain bekerja
Kelas XII semester ganjil pada Program
sebagai guru HIS, Mayor Nengah Metra
Studi IPS yaitu pada Kompetensi Dasar
juga
“Menganalisis
Ni
Ketut
memiliki
Sudiarti
banyak
dari
kiprah
lainnya
antara
Berdasarkan
merupakan pimpinan Partai Indonesia Raya
Lahirnya Orde Baru”.
terakhirnya
pertempuran
adalah
melawan
nilai
(7)
wawancara
Perkembangan
Proklamasi
Bangsa Hingga
Saran yang disampaikan, antara lain:
memimpin NICA
Sejak
(1)
Perjuangan
Indonesia
kiprah
hasil
“Merekonstruksi
diantaranya yaitu Mayor Nengah Metra
(PARINDRA) di Singaraja tahun 1930 dan
lain,
Guru sejarah dalam menyampaikan
di
materi pelajaran sejarah hendaknya tidak 9
hanya
menggunakan
materi
di
buku
pahlawan yang patut diperjuangkan menjadi
pelajaran saja, tetapi juga menggunakan hal-
pahlawan
hal di sekitar yang berkaitan dengan materi.
Nengah
Hal ini bertujuan agar pembelajaran sejarah
hendaknya meneladani dan mengaplikasikan
menjadi kontekstual dan siswa tidak hanya
nilai-nilai yang terkandung pada sosok
mengenal pahlawan nasional, namun juga
Mayor
mengenal pahlawan kedaerahan.
kemandirian, nilai rela berkorban, nilai
Tidak hanya itu saja, bagi Pemkab
nasional oleh, Metra.
Bagi
Nengah
yakni Mayor generasi
Metra,
muda
seperti
nilai
kejujuran, dan lain-lain.
yang terkait hendaknya tetap bersemangat dalam menggelorakan semangat dari sosok
.
DAFTAR RUJUKAN
Elmubarok,
Zaim.
2009.
Pendit, Nyoman S. 1954. “Bali Berdjuang”.
Membumikan
Pendidikan Ilmu Mengumpulkan
Denpasar:
Yang Terserak, Menyambung Yang
Pedjuang Daerah Bali.
Terputus dan Menyatukan Yang
Soebantardjo,
Tercerai. Bandung: Alfabeta. Gandhi,
I
Made.
1995.
Jajasan
R.M.
1983.
Kebaktian
“Biografi”.
Pemikiran Biografi, Kepahlawanan dan Kesejarahan Suatu Kumpulan
“Pengalaman
Sebagai Guru Sejarah”. Dalam Sri
Prasaran
Sutjiatiningsih (Ed.). Pengajaran
Lokakarya
Sejarah
Jakarta: Departemen Pendidikan
Kumpulan
Makalah
Simposium. (hlm 47-57). Jakarta:
Dan
Dwi Jaya Karya.
Sejarah Proyek
Meraku, dkk. 2000. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
Rakyat
Buleleng
(1945-1950).
Bandung:
Ganeca
Pada Jilid
I.
Kebudayaan Dan
Nilai
Berbagai (hlm.
Direktorat Tradisional
Inventarisasi
Dokumentasi Sejarah Nasional.
Exact. 10
31).
Dan
11