21
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Secara astronomis wilayah Palabuhanratu berada pada 106º31' BT-106º37' BT dan antara 6°57' LS-7°04' LS, sedangkan secara administratif wilayah Palabuhanratu meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Palabuhanratu dan Kecamatan Simpenan. Dalam unit kelurahan atau desa, cakupan wilayah Palabuhanratu meliputi satu Kelurahan dan empat Desa, yaitu Kelurahan Palabuhanratu, Desa Citepus, Desa Citarik, Desa Cidadap dan Desa Loji. Batasbatas wilayah Palabuhanratu adalah sebagai berikut (Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008): Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cibodas dan Desa Buniwangi yang merupakan wilayah Kecamatan Palabuhanratu; Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cikadu. Desa Tonjong dan Desa Cibuntu yang merupakan wilayah Kecamatan Palabuhanratu, serta Desa Langkapjaya yang merupakan wilayah Kecamatan Lengkong; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kertajaya dan Desa Cihaur yang merupakan wilayah Kecamatan Simpenan; Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Palabuhanratu dan Samudera Hindia. luas wilayah Palabuhanratu adalah 8.124,2 ha. Proporsi wilayah terluas adalah Desa Loji seluas 3.390,82 ha atau 41,74% dari keseluruhan luas wilayah Palabuhanratu, sedangkan proporsi terkecil adalah Desa Citarik sebesar 1.011,50 ha atau 12,45% dari luas wilayah Palabuhanratu (Tabel 1). Tabel 1 Luas Wilayah Palabuhanratu No 1 2 3 4 5
Kelurahan/desa Palabuhanratu Citarik Citepus Cidadap Loji Jumlah
Sumber: BPS Kabupaten Sukabumi (2009)
Luas wilayah (ha) 1.023,22 1.011,50 1.347,17 1.351,49 3.390,82 8.214,20
Proporsi luas terhadap kota (%) 12,59 12,45 16,58 16,64 41,74 100,00
22
Dalam konstelasi wilayah yang lebih luas, baik dalam lingkup kabupaten, provinsi bahkan nasional, wilayah Palabuhanratu akan diperankan sebagai pusat pertumbuhan (growth center) bagi Pantai Selatan Jawa Barat dan Banten. Diharapkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah Palabuharatu akan menjadi pemicu (trigger) bagi perkembangan wilayah Selatan Jawa Barat, Banten dan sekitarnya (BPS Kabupaten Sukabumi, 2009). 4.2 Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Departemen Pertanian (tahun 1999 mengalami perubahan menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan) pada tahun anggaran 1988/1989 membangun Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu
dengan dana
pembangunan pada tahap awal bersumber dari Asian Development Bank (ADB) dan Islamic Developmnet Bank (ISDB) dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarananya dan mulai operasional setelah diresmikan pada tanggal 18 Pebruari tahun 1993 oleh Presiden RI. Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak di kecamatan Palabuhanratu yang merupakan ibu kota kabupaten
Sukabumi.
Secara
geografis
Pelabuhan
Perikanan
Nusantara
Palabuhanratu terletak pada posisi 06º 59' 47, 156" LS dan 106º 32’ 61, 884" BT, merupakan daerah pesisir selatan Kabupaten Sukabumi yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia (UPT PPN Palabuhanratu, 2009). Keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu telah banyak dirasakan manfaatnya oleh para pengguna jasa Pelabuhan Perikanan juga oleh masyarakat sekitar selain itu juga mampu memberikan manfaat ganda bagi pembangunan sosial dan ekonomi dalam rangka menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD), antara lain sebagai berikut (UPT PPN Palabuhanratu, 2009) : Sebagai tempat penghasil komoditi Sumber Daya Alam terutama Sumber Daya Ikan (SDI) yang cukup melimpah untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor. Sebagai daerah tujuan wisata baik Domestik maupun Mancanegara. Mempunyai Asset Sumber Daya Manusia terkait yang berprofesi sebagai nelayan, pedagang ikan, produsen pengolahan hasil perikanan laut pada berbagai sektor produksi yang cukup berkualitas.
23
Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu sesuai dengan fungsinya memiliki peranan strategis karena letaknya berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan (fishing ground) perairan Samudera Hindia (Wilayah Pengelolaan Perikanan atau WPP-9) dan akses pemasaran domestik maupun ekspor. Secara
khusus,
Pelabuhan
Perikanan
Nusantara
Palabuhanratu
menampung kegiatan masyarakat perikanan, terutama terhadap aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, serta pembinaan masyarakat nelayan. Pelayanan terhadap kapal perikanan sebagai sarana produksi meliputi; penyediaan basis (home base) bagi armada penangkapan, menjamin kelancaran bongkar ikan hasil tangkapan, menyediakan suplai logistik bagi kapal-kapal ikan seperti air tawar, BBM, dan es untuk perbekalan ke laut dan lain-lain sedangkan pelayanan terhadap nelayan sebagai unsur tenaga produksi meliputi: aspek fasilitasi pengolahan, aspek pemasaran, dan aspek pembinaan masyarakat nelayan atau kelompok usaha bersama. bukti keberhasilan pelayanan jasa yang telah diberikan oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu dalam melayani kebutuhan nelayan
dan
masyarakat
perikanan
telah
membuahkan
hasil
yang
menggembirakan. Penghargaan yang diterima dari Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tahun 1999 berupa Piala Abdibakti Tani. Sedangkan penghargaan yang diterima pada tahun 2005 yaitu Adibakti Mina Bahari sebagai unit kerja pelayanan yang berprestasi di lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan dan tahun 2007 predikat terbaik sebagai DKP Mini (UPT PPN Palabuhanratu, 2009).
4.2.1 Kondisi Perikanan PPN Palabuhanratu 1) Jumlah dan nilai produksi perikanan laut di PPN Palabuhanratu Produksi Ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu
berasal dari hasil tangkapan kapal-kapal ikan domisili
(Palabuhanratu) dan kapal-kapal ikan pendatang yang diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta, Bali, Sibolga dan Binuangeun. Daerah penangkapan ikan bagi nelayan yang menggunakan fishing base port-nya Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu antara lain perairan Teluk Palabuhanratu, Cisolok, Ujung Genteng, perairan sebelah Selatan Pulau Jawa dan sebelah Barat Pulau Sumatra.
24
Berdasarkan Tabel 2, Gambar 1 dan 2, terlihat sejak tahun 2002 sampai tahun 2009, produksi ikan dan nilai produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mengalami fluktuasi. Produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 24,36% dari tahun sebelumnya dan begitu pula produksi pada tahun 2009 yang turun sebesar 13,76% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara umum rata-rata kenaikan produksi ikan sebesar 11% dan ratarata nilai produksi sebesar 32% setiap tahun. Tabel 2 Jumlah dan Nilai Produksi Hasil Perikanan Laut yang Didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009 Pendaratan ikan Jumlah Nilai (Kg) (Rp) 2.890.118 9.885.365.315 4.105.260 15.273.292.568 3.367.517 15.670.740.946 6.600.530 32.153.934.823 5.461.561 32.550.912.620 6.056.256 38.695.760.654 4.580.683 42.562.536.675 3.950.267 56.735.939.610 4.626.524 30.441.060.401
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Fluktuasi Volume Nilai (%) (%) 42,04 -17,97 96,01 -17,26 10,89 -24,36 -13,76 11
54,5 2,6 105,18 1,23 18,88 9,99 33,3 32
Sumber: PPN Palabuhanratu, 2009 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
60,000,000,000 50,000,000,000 40,000,000,000 30,000,000,000 20,000,000,000 10,000,000,000 0
Sumber: PPN Palabuhanratu, 2009
Sumber: PPN Palabuhanratu, 2009
Gambar 1 Jumlah produksi hasil perikanan laut PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009.
Gambar 2 Nilai produksi hasil perikanan laut PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009.
25
Berdasarkan Tabel 2 dan gambar 1 dan 2, dapat dilihat bahwa besarnya jumlah produksi tidak sepenuhnya mempengaruhi besarnya nilai dari produksi tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan nilai jual atau harga dari masingmasing jenis ikan hasil tangkapan. Jumlah produksi hasil perikanan laut di PPN Palabuhanratu berfluktuasi tiap tahunnya, dimana jumlah terendah berada pada tahun 2002 yaitu sebesar 2.890.118 kg dan terbesar berada pada tahun 2005 sebesar 6.600.530 kg. Adapun untuk nilai dari produksi perikanan laut yang terbesar ada pada tahun 2009 sebesar Rp 56.735.939.610 walaupun untuk jumlah produksinya berada pada urutan ke empat. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan ikan yang tertangkap pada tahun ini umumnya merupakan ikan yang memiliki nilai jual tinggi atau adanya kenaikan harga jual pada tahun ini dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan nilai jual terendah berada pada tahun 2002 sebesar Rp 9.885.365.315. Secara spesifik jenis ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu didominasi oleh jenis ikan Cakalang, Cucut, Tongkol, Tuna, Layur, Peperek dan Tembang. Produksi ikan dominan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu tersebut selalu berfluktuasi tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa ikan tuna merupakan ikan yang paling dominan baik jumlah maupun nilai produksinya, selain itu ikan tuna ini memiliki nilai jual yang tinggi karena ikan tuna ini pada umumnya di ekspor atau di jual ke luar Indonesia. Pada tahun 2008 dan 2009 produksi tuna mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2007, namun nilai produksi tuna ini terus meningkat dan nilai yang tertinggi berada pada tahun 2009 sebesar Rp 44.117.024.800. Ikan dengan jumlah produksi yang terendah yaitu ikan cucut dengan besar rata-rata selama tiga tahunnya sebesar 40.234 kg (Tabel 3).
26
Tabel 3 Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2009 No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama Spesies Cakalang Cucut Tongkol Tuna Layur Peperek Tembang
No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama Spesies Cakalang Cucut Tongkol Tuna Layur Peperek Tembang
Jumlah Produksi (Kg) 2007 2008 742.047 272.577 56.249 44.168 1.011.310 177.068. 2.032.395 1.403.295 246.691 203.203 307.164 44.484 866.316 1.497.882 Nilai Produksi (Rp) 2007 2008 4.722.813.150 2.496.581.500 513.803.050 456.327.750 5.260.238.500 1.367.776.050 20.339.102.600 21.790.506.000 1.700.139.900 2.018.600.375 625.342.000 155.031.500 1.726.571.000 3.331.452.000
2009 320.733 20.285 328.918 1.922.426 103.230 29.917 739.610 2009 2.888.796.800 175.998.000 2.028.496.500 44.117.024.800 1.183.115.050 133.789.500 1.477.230.960
Sumber: PPN Palabuhanratu, 2008 dan PPN Palabuhanratu, 2009.
2) Pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu Ikan hasil tangkapan baik yang didaratkan maupun didatangkan ke PPN Palabuhanratu akan sampai ditangan konsumen dengan jalur yang berbeda-beda, baik melalui agen, pengolah, pengecer, bakul, maupun PT atau perusahaan. Ikanikan yang merupakan komoditi ekspor akan mengalami proses yang lebih panjang dan lebih selektif (Gambar 3).
27
Produksi ikan PPN Palabuhanratu Ikan dari luar PPNP lewat jalan darat
Ikan didaratkan langsung di dermaga PPNP
Non TPI
Pengecer
Pengolah
Konsumen lokal Pengecer
Non TPI
TPI
Agen longline
Agen layur
Cold storage di Jakarta
Cold storage P.Ratu
Agen Ikan segar untuk konsumsi lokal
Ekspor melalui Jakarta Ke Jepang
Bakul Pengecer
Ekspor melalui Jakarta
Pengolah Konsumen lokal
Ke Korea
Konsumen luar Palabuhanratu : Jakarta, Bandung, Sukabumi, Cianjur, Bogor Sumber: PPN Palabuhanratu, 2009.
Gambar 3 Pola pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu. 3) Jumlah produksi ikan dari luar daerah PPN Palabuhanratu Ikan yang ada di lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, selain hasil tangkapan kapal-kapal perikanan yang mendarat di kolam pelabuhan juga kiriman dari daerah lain yang melalui jalan darat seperti Jakarta, Juwana, Binuangeun, Indramayu, Pameungpeuk dan sentral pendaratan ikan lainnya yang ada di kabupaten Sukabumi seperti Loji, Cisolok, Ujung Genteng. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa jumlah ikan yang berasal dari luar daerah Palabuhanratu (melalui jalan darat) pada tahun 2008 sebesar 4,256,260 Kg dan rata-rata perbulan sebesar 354,688 Kg dengan produksi terbesar terjadi pada bulan Juni 2008. Adapun daerah yang memberikan kontribusi terbesar bagi kebutuhan ikan di Palabuhanratu adalah Jakarta sebesar 1,613,500 Kg (37.91%), Cisolok sebesar 112,810 Kg (2.65%), Ujung Genteng sebesar 587,800 Kg (13,81%), Binuangeun sebesar 290,850 Kg (6,83%), Cidaun sebesar 210,000 Kg (0,35%), Loji sebesar 14,800 Kg (4,93%), Lampung
54,000 Kg (1,27%),
Indramayu 266,000 Kg (6,25%) dan Juwana sebesar 1,106,500 Kg (11,8%). Daerah Ujung Genteng merupakan daerah yang memberikan kontribusi terbesar, diduga karena jenis ikan yang didaratkan Pantai Utara Jawa saling melengkapi dengan jenis ikan yang dihasilkan di Palabuhanratu (Pantai Selatan Jawa).
28
Sehingga pada kondisi/musim tertentu saling membutuhkan, dimana ada beberapa jenis ikan di Pantai Utara Jawa yang produksinya tidak mencukupi sedangkan di Pantai Selatan Jawa produksinya berlebih. Akibatnya terjadi arus distribusi pemasaran ikan dari Palabuhanratu kedaerah Jakarta dan sebaliknya (PPN Palabuhanratu, 2009). Tabel 4. Produksi ikan dari luar daerah PPN Palabuhanratu melalui jalur darat ke PPN Palabuhanratu tahun 2008 Bln
Jawa Barat Jateng Total (Kg) CSK UG BNG CDN LOJI LPG IDR JWN 233.000 3.350 39.200 7.500 12.000 1.000 32.000 76.000 404.050 105.000 2.000 15.200 4.800 5.000 800 20.000 26.000 178.800 115.000 2.430 25.200 9.800 - 4.000 26.000 182.430 105.000 8.430 38.200 26.500 18.000 1.000 15.000 4.500 33.000 249.630 114.000 5.850 25.000 20.300 10.000 - 15.000 17.000 45.500 252.650 132.000 7.850 40.000 26.800 12.000 - 12.000 55.000 570.000 855.650 139.000 18.300 85.000 35.550 45.000 - 12.000 45.000 85.000 464.850 123.500 14.350 70.000 35.850 35.000 2.500 - 25.000 35.000 341.200 124.500 11.000 55.000 27.300 20.000 1.500 - 19.000 48.000 306.300 132.200 12.050 60.000 26.500 18.000 2.500 - 17.500 51.000 319.750 135.800 13.700 65.000 33.000 19.000 3.000 - 15.000 54.000 338.500 154.500 13.500 70.000 36.950 16.000 2.500 - 12.000 57.000 362.450 1.613.500 112.810 587.800 290.850 210.000 14.800 54.000 266.000 1.106.500 4.256.260 Jkt
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jml Rata134.458 9.401 48.983 24.238 17.500 1.233 4.500 22.167 92.208 354.688 rata Ket : JKT = Jakarta, CSK = Cisolok, UG = Ujung Genteng, BNG = Binuangeun, CDN= Cidaun, IDR = Indramayu, LPG = Lampung, JWN = Juwana. Sumbe : PPN Palabuhanratu, 2008
4) Unit penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu a. Perahu atau Kapal Penangkap Ikan Kapal penangkap ikan berguna sebagai alat transportasi yang membawa seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan tempat alat tangkap akan diopernsikan, serta membawa pulang kembali ke fishing base atau pangkalan beserta hasil tangkapan yang didapat. Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam, yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Perahu motor tempel menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar kapal, umurnnya perahu motor tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil karena harga perahu yang terjangkau. Sedangkan kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine), umumnya kapal motor ini digunakan untuk usaha perikanan yang mempunyai skala cukup besar yang hanya dimiliki nelayan bermodal besar.
29
Jenis armada penangkapan ikan yang menggunakan base fishing port-nya Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu adalah jenis kapal motor dengan ukuran kapal < 10 GT s/d > 30 GT dengan berbagai macam alat tangkap seperti Gill net, Payang, Jaring Rampus, Bagan, Purse seine, Pancing ulur, Tuna Longline, Pancing rawai, dan lainnya (Gambar 4). 600 500 400 300 200 100 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Perahu Motor Tempel (PMT) (Outboard Boat)
Kapal Motor (KM) (Inboard Boat)
Sumber: PPN Palabuhanratu. 2009
Gambar 4 Perkembangan Jumlah Perahu atau Kapal di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Periode 1993 – 2009. Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami fluktuasi. Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2007 dengan komposisi PMT sebanyak 531 unit (62%) dan kapal motor sebanyak 321 unit (38%), sedangkan jumlah unit terendah terdapat pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit (66,4%) dan kapal motor sebanyak 128 unit (33.6%). Fluktuasi dari frekuensi masuk perahu motor tempel cukup tinggi tiap tahunnya dibandingkan fluktuasi dari kapal motor. Jumlah frekuensi masuk terbesar yaitu di tahun 2007 sebesar 40.198 kali dan yang terendah sebesar 1.651 kali pada tahun 2005. Tingkat fluktuasi yang tinggi bagi perahu motor tempel dapat menunjukkan tingginya ketidakpastian para nelayan yang menggunakan perahu motor tempel yang pada umumnya merupakan nelayan kecil (Gambar 5).
kali
30
45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0
Kapal Motor
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1,771
1,675
2,857
5,005
3,638
5,279
4,694
3,646
Perahu Motor Tempel 28,031 15,101 12,738 11,505 19,884 34,919 27,641 17,679 Jumlah Kapal
29,802 16,776 15,595 1,651 23,522 40,198 32,335 21,325
Sumber: PPN Palabuhanratu. 2009
Gambar 5 Frekuensi masuk kapal motor dan perahu motor tempel di PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009. b. Alat penangkap ikan Untuk mendapatkan hasil tangkapan yang diinginkan baik itu jenis ikan pelagis maupun demersal nelayan diperlukan pengetahuan tentang tingkah laku ikan, daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan kemampuan menggunakan alat tangkap yang akan digunakan dalam operasional penangkapan ikan. Ada suatu konstruksi alat tangkap yang khusus digunakan untuk menangkap ikan tertentu seperti gill net yang merupakan salah satu alat tangkap untuk menangkap beberapa jenis ikan pelagis seperti ikan Tongkol, Cakalang, Tuna dan jenis ikan pelagis lainnya. Tabel 5 Perkembangan alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009 Alat Tangkap (Unit) Jumlah Fluktuasi (%) PYG BGN PRS GNT RWI L.LN (Unit) 1 2002 64 102 1 135 12 518 2 2003 85 142 6 168 18 29 654 26,25 3 2004 89 96 8 147 25 36 693 5,96 4 2005 101 288 7 40 10 71 825 19,04 5 2006 166 263 2 94 7 34 892 8,12 6 2007 159 267 9 168 27 155 1.329 48,99 7 2008 45 200 3 80 7 110 774 -41,76 8 2009 81 164 18 462 275 4120 432,29 Rata- Rata Kenaikan 71,27 Sumber: PPN Palabuhanratu 2008 dan PPN Palabuhanratu 2009 Ket: RMP = Rampus; PCG = Pancing; PYG = Payang; BGN = Bagan; PRS = Purse Saine; GNT = Gillnet; RWI = Rawai; L.LN = Long Line No
Tahun
RMP 19 48 63 46 101 35 553
PCG 204 187 244 245 280 443 294 1677
31
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di PPN Palabuhanratu pada saat ini adalah pancing, payang, bagan, gill net, rawai, rawai tuna dan purse seine. Alat tangkap yang dominan dipergunakan oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu pada tahun 2009 adalah pancing, bagan, payang, dan gill net. Adapun perkembangan jumlah alat tangkap yang digunakan dari tahun 2002 sampai dengan 2009 secara umum kecenderungan mengalami kenaikan sebesar 71% per tahun. Rata-rata kenaikan jumlah alat tangkap yang mencapai angka 70% tersebut sebagian besar diakibatkan oleh tingkat kenaikan pada tahun 2009 yang mencapai 430% atau 4 kali lipat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 ini hampir semua jenis alat tangkap mengalami pertambahan jumlahnya kecuali alat tangkap bagan dan rawai yang mengalami penurunan. c. Nelayan Nelayan merupakan salah satu
komponen penting dalam unit
penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang-orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam kegiatan penangkapan ikan. Jumlah nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu terus mengalami perubahan tiap tahunnya. Perkembangan jumlah nelayan dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 6. Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009 No.
Tahun
Jumlah (Orang)
1 2 3 4 5 6 7 8
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
2.519 3.340 3.439 3.498 4.371 5.994 3.900 4.453 Rata – Rata
Sumber: PPN Palabuhanratu 2008 dan PPN Palabuhanratu 2009
Fluktuasi (%) 32,59 2,96 1,72 24,96 37,13 -34,93 14,18 11,23
32
1,838
2,000
Orang
1,500
1,168
1,000
701 379
500
292 75
Pancing
Gillnet
Payang
Dogol
Bagan
Rawai
Sumber: PPN Palabuhanratu 2009
Gambar 6 Distribusi nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2009. Berdasarkan Gambar 6 dan Tabel 6, dapat diketahui bahwa jumlah nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu terus meningkat, kecuali pada tahun 2008 yang mengalami penurunan sebesar 34% dari tahun sebelumnya. Namun demikian jika dirata-ratakan pertumbuhan nelayan dari tahun 2002, nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu cenderung berkembang dengan angka 11% tiap tahunnya. Jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu yang terbesar ada pada tahun 2007 sebesar 5994 orang dan yang terendah sebesar 2519 orang pada tahun 2002. Nelayan-nelayan ini paling banyak bekerja sebagai nelayan rawai dan nelayan payang. Hal ini dikarenakan jumlah nelayan yang dibutuhkan nelayan payang dan rawai tiap kapalnya relatif jauh lebih banyak daripada jumlah nelayan pada kapal lainnya. Kapal rawai yang umumnya menyerap banyak nelayan adalah kapal rawai tuna.