4
4.1
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Geografi dan Topografi Kabupaten
Cianjur
Provinsi
Jawa
Barat,
terletak
pada
posisi
106°42’BT-107°25’ BT dan 06°21’LS-07°32’LS, dengan pusat pemerintahan berada di Kota Cianjur, memiliki luas sekitar 350,148 ha dan terbagi menjadi 30 kecamatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (Farida, 2006): • Sebelah utara
: Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta,
• Sebelah selatan : Samudera Hindia, • Sebelah timur : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, dan • Sebelah barat
: Kabupaten Sukabumi.
Berdasarkan kondisi sumberdaya alam (topografi dan penggunaan lahan), Kabupaten Cianjur terbagi atas 3 wilayah pembangunan dengan masing-masing karakteristik sebagai berikut (Anonymous, 2007). 1)
Wilayah Pembangunan Utara (WPU) Wilayah ini merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede dengan permukaan tanah didominasi berbukit hingga bergunung. Lahan ini adalah untuk perkebunan, tanaman hortikultura dan lahan sawah.
2)
Wilayah Pembangunan Tengah (WPT) Wilayah ini merupakan daerah dengan topografi berbukit hingga bergunung dengan struktur tanah yang labil sehingga sangat peka terhadap erosi. Lahan ini digunakan untuk perkebunan, tanaman hortikultura dan lahan sawah.
3)
Wilayah Pembangunan Selatan (WPS) Wilayah ini merupakan dataran rendah dengan topografi pada umumnya bergelombang hingga berbukit yang dikelilingi oleh pegunungan yang melebar hingga ke daerah Pantai Samudera Hindia.
Tanah di WPS
memiliki struktur yang labil dan peka terhadap erosi. Penggunaan lahannya didominasi lahan kering, terdapat juga perkebunan dan lahan sawah tapi dengan luasan yang kecil.
38
Wilayah Pembangunan Selatan (WPS), khususnya di bagian selatan merupakan wilayah pantai yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia. Di wilayah bagian selatan ini berlangsung kegiatan perikanan tangkap yang sifatnya cenderung masih “gurem” (kegiatan perikanan yang hanya diusahakan untuk konsumsi sendiri, tidak untuk dijual) kecuali di Pantai Jayanti. Beberapa kecamatan di WPS yang memiliki pantai adalah Kecamatan Agrabinta (Pantai Cikakap), Kecamatan Sindangbarang (Pantai Apra), dan Kecamatan Cidaun (Pantai Jayanti). Luas wilayah masing-masing kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kecamatan-kecamatan di wilayah pantai Kabupaten Cianjur dan luas wilayahnya tahun 2007 Kecamatan 1. Agrabinta 2. Sindang Barang 3. Cidaun Jumlah Sumber: Anonymous (2008c)
Luas wilayah (ha) 16,813 16,795 32,073 350,148
Sebagian besar dari wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur merupakan daerah pegunungan kecuali di sebagian Pantai Selatan berupa dataran rendah. Salah satu gunung yang terkenal adalah Gunung Gede dengan ketinggian sekitar 2.962 m di atas permukaan laut, sekaligus merupakan daerah paling tinggi di Cianjur, sedangkan daerah paling rendah berada di wilayah bagian selatan yang merupakan pantai, dengan ketinggian sekitar 7 m di atas permukaan laut. Kondisi geografi dan topografi Pantai Jayanti Menurut Anonymous (2008a) diketahui bahwa Pantai Jayanti merupakan pantai di wilayah selatan Kabupaten Cianjur yang secara administratif termasuk dalam lingkup pemerintahan Kecamatan Cidaun. Pantai ini terletak pada posisi 7°29’ LS dan 107°21’ BT. Kecamatan Cidaun memiliki ketinggian wilayah sekitar 7-500 m di atas permukaan laut. Kecamatan ini terbagi menjadi 13 desa, salah satunya adalah Desa Cidamar yang merupakan wilayah dimana Pantai Jayanti berada. Desa ini di sebelah utara dan timur berbatasan dengan Desa Karangwangi, di sebelah barat dengan Sungai Cidamar dan di sebelah selatan
39
berbatasan dengan Samudera Hindia.
Kecamatan Cidaun sendiri berbatasan
dengan wilayah-wilayah sebagai berikut: • Sebelah utara
: Kabupaten Bandung,
• Sebelah timur : Kabupaten Garut, • Sebelah selatan : Samudera Hindia, dan • Sebelah barat
: Kecamatan Sindangbarang dan Kecamatan Naringgul.
Selanjutnya dikatakan bahwa luas wilayah Kecamatan Cidaun adalah 32.072 ha dan sebagian besar telah dimanfaatkan. Daerah ini memiliki curah hujan rata-rata 1.980 mm/tahun dengan kisaran suhu antara 28°C-34°C. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan September-Februari, sedangkan musim kemarau terjadi biasanya pada bulan Maret-Agustus. Secara geografis, posisi Pantai Jayanti sangat strategis karena berada pada perlintasan antara dua pantai terkenal, yaitu Pantai Pangandaran (pantai di utara Jawa) dan Pantai Palabuhanratu (pantai di selatan Jawa).
Tentunya posisi
strategis ini merupakan peluang untuk pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari yang sejauh ini belum dilakukan. PPI Jayanti yang menjadi pusat kegiatan perikanan tangkap juga diharapkan dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi ikani terutama ikan laut bagi wisatawan yang berkunjung dan masyarakat sekitar pantai tersebut. Untuk kondisi topografi Kecamatan Cidaun, sekitar 35% diantaranya merupakan permukaan tanah datar sampai bergelombang, 17% merupakan permukaan tanah bergelombang sampai berbukit dan 48% merupakan permukaan tanah berbukit sampai bergunung.
Pengkategorian kondisi topografi tersebut
menempatkan Pantai Jayanti pada kategori daerah dengan permukaan datar sampai bergelombang.
Ada beberapa aliran sungai yang bermuara ke pantai
tersebut yaitu Sungai Cidamar, Cisela, Ciujung, Cipandak, Cisadea, Ciselang dan Cigebang (Anonymous, 2008a). Di bagian timur mengarah ke selatan Pantai Jayanti terbentang Hutan Lindung Bojong Larang yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Cianjur, sedangkan di bagian utara merupakan hamparan ladang palawija, lahan pesawahan dan tempat penggembalaan hewan ternak milik warga sekitar. Lahan
40
pesawahan dan palawija ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, hanya terhalang pantai bersubstrat pasir. Substrat selain pasir yang menyusun Pantai Jayanti adalah substrat pasir berbatu, karang, dan pasir berlumpur. Pengurutan jenis substrat ini dilihat dari arah darat menuju lepas pantai. Dengan kondisi substrat demikian, tidak mengherankan kalau komoditas hasil tangkapan utama di PPI Jayanti adalah ikan layur karena ikan layur umumnya hidup di perairan pantai yang dalam dengan dasar berlumpur (Anonymous, 1979 vide Yuspilan, 2007). Walaupun belum diketahui seberapa besar potensi ikan layur yang ada di perairan Pantai Jayanti, namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara, banyaknya ikan layur yang didaratkan di PPI Jayanti mengindikasikan bahwa potensi dan produksi ikan layur masih dapat dieksploitasi, khususnya di perairan sekitar Pantai Jayanti. 4.2
Penduduk, Pendidikan, dan Sosial Budaya
4.2.1 Penduduk Penduduk Kecamatan Cidaun pada tahun 2007 mencapai 65.174 orang atau sekitar 3,1% dari total penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2007 yang mencapai 2.122.756 orang. Total 65.174 orang penduduk Kecamatan Cidaun terdiri atas 32.369 orang laki-laki dan 32.805 orang perempuan. Jika dilakukan perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan maka diperoleh angka rasio jenis kelamin sebesar 0,99 yang berarti terdapat sekitar 99 orang lakilaki di antara 100 orang perempuan di Kecamatan Cidaun. Tabel 7 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia di Kecamatan Cidaun tahun 2007 Kelompok usia (u; tahun) 1. 0 < u < 16 2. 16 ≤ u < 60 3. u ≥ 60 Jumlah Sumber: Anonymous (2008a)
Jumlah (orang) 19.719 41.174 4.281 65.174
Persentase (%) 30,2 63,2 6,6 100,0
Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2007 berada pada kelompok usia 16-59 tahun, yaitu 41.174 orang atau sekitar 63,2%. Usia di bawah 16 tahun menempati kelompok dengan jumlah terbanyak kedua pada tahun yang sama,
41
yaitu 19.719 orang atau sekitar 30,2%, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada pada kelompok usia di atas 59 tahun yaitu 4.281 orang atau sekitar 6,6%. Hal ini berarti bahwa kelompok usia terbanyak pada tahun 2007 merupakan kelompok usia produktif untuk bekerja. Sebagai kecamatan yang sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian, penduduk Kecamatan Cidaun kebanyakan bekerja sebagai petani. Jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani adalah 12.386 orang atau sekitar 79,1% dari keseluruhan penduduk yang mempunyai pekerjaan pada tahun 2007. Mata pencaharian lain yang ditekuni penduduk Kecamatan Cidaun adalah sebagai buruh perkebunan dan pedagang yang masing-masing berjumlah 837 orang (5,4%) dan 732 orang (4,6%). Secara rinci jumlah penduduk Kecamatan Cidaun menurut jenis mata pencaharian tercantum pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah penduduk menurut jenis mata pencaharian di Kecamatan Cidaun tahun 2007 Jenis Mata Pencaharian 1. Petani 2. Nelayan 3. Pengusaha Sedang/Besar 4. Pengrajin/Industri kecil 5. Buruh Industri 6. Buruh Bangunan 7. Buruh Pertambangan 8. Buruh Perkebunan 9. Pedagang 10. Pengangkutan 11. PNS 12. TNI 13. Pensiunan (TNI/PNS) 14. Peternak Jumlah Sumber: Anonymous (2008a)
Jumlah (orang) 12.386 315 74 39 378 837 732 442 311 27 102 8 15.651
Persentase (%) 79,1 2,0 0,5 0,3 2,3 5,4 4,6 2,8 2,0 0,2 0,7 0,1 100,0
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan tercatat sebanyak 315 orang dari 15.651 orang atau sekitar 2%. Pada tahun-tahun mendatang, dengan adanya rencana pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari secara bersama-sama, diharapkan terjadi peningkatan jumlah penduduk lokal yang bekerja di kedua subsektor tersebut. Untuk sarana perekonomian, terdapat 85 unit sarana usaha di Kecamatan Cidaun, 58 unit diantaranya adalah berupa toko/kios/warung, satu unit pasar ikan
42
yang terletak di PPI Jayanti dan tujuh unit pasar umum. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sarana perekonomian menurut jenisnya di Kecamatan Cidaun tahun 2007 Jenis Sarana Perekonomian 1. Koperasi Unit Desa 2. Koperasi Simpan Pinjam 3. Pasar Umum 4. Pasar Ikan 5. Toko/Kios/Warung 6. Bank 7. Lumbung Desa Jumlah Sumber: Anonymous (2008a)
Jumlah (Unit) 1 3 7 1 58 2 13 85
4.2.2 Pendidikan Berdasarkan Anonymous (2008c), ada sekitar 12.982 anak yang tergolong usia pendidikan wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Cidaun. Sekitar 8.197 orang atau 63,1% penduduk diantaranya adalah anak yang berusia antara 7-12 tahun dan sedang menempuh pendidikan SD/sederajat, sedangkan sekitar 4.064 orang atau 31,3% merupakan penduduk yang melanjutkan pendidikan setelah tamat SD. Sisanya, sejumlah 721 anak atau 0,1% tidak sekolah atau pun melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Penjelasan lebih lengkap mengenai penduduk Kecamatan Cidaun berdasarkan jenis kelamin dan status pendidikan wajib belajar 12 tahun dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan status pendidikan wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Cidaun, tahun 2007 Usia (tahun) 7-12 (SD/sederajat) 13-15 (SMP/sederajat) Sekolah Tidak sekolah Sekolah Tidak sekolah L P L P L P L P 4.155 4.042 47 26 2.107 1.957 349 299 Jumlah (orang) 8.197 73 4.064 648 Total 8.270 4.712 Sumber: Anonymous (2008c)
Jenis prasarana pendidikan formal yang ada di Kecamatan Cidaun diantaranya adalah 4 unit TK, 85 unit SD, 6 unit SLTP dan 3 unit SMU/SMK, sedangkan untuk perguruan tinggi, saat ini masih menggunakan bangunan SMK.
43
Di samping sarana pendidikan formal, ada juga prasarana pedidikan non formal yaitu 6 unit pesantren dan madrasah (Anonymous, 2008a). Salah satu SMK yang ada di Kecamatan Cidaun adalah SMK Negeri 1 Cidaun yang merupakan SMK di bidang perikanan. Dengan adanya sekolah ini diharapkan dapat menghasilkan sumberdaya manusia siap guna yang dapat mengaplikasikan ilmu perikanan yang telah diperoleh untuk mengembangkan kegiatan perikanan khususnya di Kecamatan Cidaun. Tabel 11 Jenis prasarana pendidikan di Kecamatan Cidaun tahun 2007 Jenis sarana pendidikan TK SD/MI/sederajat SMP/MTs/sederajat SMU/SMK/MA/sederajat Perguruan Tinggi Pesantren Jumlah Sumber: Anonymous (2008a)
Jumlah sarana pendidikan(Unit) 4 85 6 3 2 6 106
Berbeda dengan SMK di bidang perikanan yang sudah tersedia, SMK di bidang pariwisata belum tersedia di Kecamatan Cidaun.
Hal ini disebabkan
belum berkembangnya kegiatan pariwisata khususnya wisata bahari, sehingga pemerintah daerah belum menganggap perlu membangun sekolah tersebut. Seiring perkembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari, diharapkan sekolah kejuruan pariwisatapun menjadi prioritas di Kecamatan Cidaun dengan tujuan menghasilkan sumberdaya manusia yang dapat membangun dan mengelola pariwisata yang ada di wilayahnya sendiri. Walaupun subsektor perikanan tangkap dan wisata bahari di Pantai Jayanti saat ini belum berkembang optimal, namun perkembangannya ke depan akan banyak membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan profesional.
Sudah
selayaknya masyarakat di Kecamatan Cidaun terlibat dalam pembangunan di daerahnya, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mempersiapkan sumberdaya manusianya melalui pendidikan dengan mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan potensi daerah mereka sendiri, salah satunya mempelajari bidang perikanan tangkap dan wisata bahari.
44
4.2.3 Sosial budaya Sebagai bagian dari Kabupaten Cianjur, Kecamatan Cidaun tidak lepas dari budaya Ngaos, Mamaos dan Maenpo yang menjadi ciri khas Kabupaten Cianjur. Ngaos adalah tradisi mengaji, sebagai salah satu pencerminan kegiatan keagamaan, dimana 100% masyarakat di Kecamatan Cidaun adalah muslim dengan jumlah rumah ibadah (masjid) sebanyak 192 unit dan 17 unit majelis ta’lim.
Ngaos ini ada yang sifatnya rutin mingguan, ada juga yang sifatnya
dilaksanakan hanya ketika memperingati hari-hari besar keagamaan, seperti Maulidan (memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw.), Rajaban (memperingati Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad saw.) dan kegiatan-kegiatan insidental seperti dalam perayaan pernikahan dan khitanan.
Mamaos adalah
pencerminan kehidupan budaya daerah berupa kebudayaan menyanyikan lagulagu berbahasa sunda yang berisi nasihat khas Cianjuran. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan ketika menerima tamu kehormatan, atau saat ada perayaan pernikahan. Sementara Maenpo adalah istilah lain dari Pencak Silat asli Cianjur. Khusus di daerah Pantai Jayanti, salah satu budaya yang berkembang adalah adanya pesta laut yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun. Kegiatan pesta laut ini merupakan gambaran rasa syukur masyarakat Pantai Jayanti atas anugerah “panen” ikan yang diterima (subsubbab 8.2.3). Pesta laut ini biasanya tidak hanya dilakukan oleh warga nelayan di PPI Jayanti, namun juga menarik minat wisatawan yang ingin menyaksikan perayaan kegiatan tersebut. 4.3
Sarana dan Prasarana Umum Kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari tidak akan berjalan dengan
optimal jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana umum yang memadai. Di antara sarana dan prasarana umum yang ada di Kecamatan Cidaun yang mendukung kelancaran aktivitas perikanan tangkap dan wisata bahari di Pantai Jayanti adalah sarana transportasi, komunikasi, penerangan (listrik) dan air. Berikut dijelaskan mengenai sarana-sarana tersebut.
45
4.3.1 Transportasi dan komunikasi 1) Transportasi Transportasi merupakan unsur yang sangat penting dalam menunjang pembangunan dan pengembangan suatu wilayah.
Jalan sebagai prasarana
transportasi berfungsi sebagai penghubung antara satu wilayah dengan wilayah lain. Di Kecamatan Cidaun, ada dua jenis transportasi yang biasa digunakan oleh masyarakat ketika hendak menuju ke suatu daerah/wilayah yang diinginkan, yaitu transportasi darat dan laut.
Transportasi darat biasa digunakan masyarakat
Kecamatan Cidaun, baik berjalan kaki, menggunakan kendaraan umum atau pun kendaraan pribadi. Kendaraan umum yang tersedia adalah sepeda motor (ojek) dan mobil elf (sejenis minibus), sedangkan kendaraan pribadi yang banyak digunakan adalah sepeda motor dan mobil. Selain transportasi darat, ada juga sebagian kecil masyarakat yang menggunakan transportasi laut. Biasanya sarana transportasi laut yang digunakan adalah perahu katir yang dimiliki nelayan untuk operasi penangkapan ikan. Perahu-perahu ini mendarat di Pantai Jayanti.
Masyarakat yang ingin
menggunakan jasa perahu biasanya menyewa kepada nelayan. Daerah tujuan perahu yang membawa penumpang ini adalah Pantai Rancabuaya dan sekitarnya yang terletak di Kabupaten Garut. Panjang jalan dari Ibukota Kabupaten Cianjur hingga Pantai Jayanti mencapai sekitar 143 km, sedangkan jarak Pantai Jayanti ke Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) adalah sekitar 208 km dan jarak Pantai Jayanti ke Ibukota RI (Jakarta) adalah sekitar 263 km. Untuk dapat menjangkau Pantai Jayanti, bisa ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum berupa elf. Khusus untuk kendaraan umum, berangkat dari terminal Pasir Hayam (Kota Cianjur) tidak langsung dapat sampai di Pantai Jayanti, melainkan berhenti di Ibukota Kecamatan Cidaun (Kertajadi).
Setibanya di Kertajadi, perjalanan
dilanjutkan menggunakan kendaraan berupa sepeda motor ojek sewa. Jarak dari Kertajadi ke Pantai Jayanti adalah sekitar 6 km. Ada beberapa rute yang dapat ditempuh oleh kendaraan pribadi untuk mencapai Pantai Jayanti, diantaranya:
46
a.
Pengunjung dari Jakarta dan Sukabumi, setelah dari Kota Cianjur dapat melanjutkan perjalanan ke Sindangbarang, kemudian ke Cidaun, barulah sampai di Pantai Jayanti.
b.
Pengunjung yang melewati Bandung, menuju Pantai Jayanti dapat dilakukan dengan mengikuti salah satu rute di bawah ini: • Bandung-Ciwidey-Cikadu-Sindangbarang-Cidaun-Pantai Jayanti • Bandung-Ciwidey-Naringgul-Cidaun-Pantai Jayanti Jika mengacu kepada rute yang dapat ditempuh untuk mencapai Pantai
Jayanti, maka rute yang memiliki jalan cukup baik adalah dari Kota Cianjur– Sidangbarang–Cidaun–Pantai Jayanti (rute a), sedangkan rute dari Bandung– Ciwidey dan seterusnya (rute b) profil jalan yang ada adalah selain melewati hutan, jalannya sempit, dan banyak yang rusak. Jalur Pantai Jayanti merupakan jalan kabupaten yang menghubungkan antara Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Garut. Jalur ini juga menghubungkan Pantai Pangandaran (pantai utara) dan Pantai Palabuhanratu (pantai selatan). Saat ini, jalur Pantai Jayanti-Cidaun sedang dibangun. Pembangunan ini lebih dikonsentrasikan pada pembangunan dan perbaikan jembatan. Jembatan yang masih dalam tahap pembangunan diantaranya adalah jembatan Cidamar yang merupakan jembatan penghubung antara Kertajadi (Ibukota Kecamatan Cidaun) dengan Pantai Jayanti. Jembatan ini juga merupakan salah satu jembatan yang akan menghubungkan antara Pantai Palabuhanratu dengan Pantai Pangandaran. Panjang jalan raya di Kecamatan Cidaun mencapai sekitar 29 km, seluruhnya sudah berupa jalan aspal walaupun kondisinya di beberapa lokasi dalam keadaan rusak dan berlubang. Berdasarkan kondisi jalan aspal yang ada, sekitar 41,4% diantaranya dalam keadaan baik, 20,7% sedang, dan sisanya, sekitar 37,9% dalam keadaan rusak (Anonymous, 2008a).
Kondisi jalan ini turut
mempengaruhi perkembangan pembangunan yang dilaksanakan di suatu wilayah. Kurang lancarnya transportasi ke Wilayah Pembangunan Selatan (WPS) Cianjur termasuk didalamnya Pantai Jayanti, menjadikan daerah ini masih jauh tertinggal dibanding wilayah pembangunan utara dan tengah.
47
Kondisi jalan yang kurang memadai di atas menjadi pertimbangan bagi wisatawan yang berminat untuk mengunjungi Pantai Jayanti.
Biasanya,
wisatawan memilih tempat wisata yang perjalanannya lebih bagus. Selain itu, kondisi jalan yang rusak juga dapat mempengaruhi mutu hasil tangkapan yang didistribusikan atau dipasarkan ke luar Pantai Jayanti. Dengan jalan yang rusak, jarak yang ditempuh akan membutuhkan waktu lebih lama, sehingga mutu hasil tangkapan akan lebih cepat turun dibanding bila kondisi jalan yang baik dengan rute dan panjang jalan yang sama. 2) Komunikasi Untuk komunikasi, masyarakat Pantai Jayanti dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya menggunakan Bahasa Sunda.
Alat komunikasi yang banyak
digunakan saat ini oleh masyarakat tersebut adalah telepon genggam (HP). Telepon genggam kiranya sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian masyarakat Pantai Jayanti, khususnya bagi para pengusaha perikanan (bakul) yang akan mengirim produk perikanan seperti ikan layur atau sekedar menerima pertanyaan dari calon pemesan produk perikanan terkait ketersediaan hasil tangkapan yang dihasilkan dari pelabuhan Pantai Jayanti. Komunikasi dalam subsektor wisata bahari memegang peranan penting, salah satu diantaranya adalah sebagai penghubung antara pihak pengelola wisata bahari dengan wisatawan.
Wisatawan misalnya dapat memesan tempat
penginapan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan mereka ke Pantai Jayanti untuk mengantisipasi tidak dapatnya penginapan yang baik saat sampai di Pantai Jayanti mengingat masih terbatasnya jumlah penginapan yang ada.
Dalam hal ini,
komunikasi yang dilakukan biasanya menggunakan telepon atau HP. Komunikasi yang lancer tentu membuat wisatawan dapat merasa nyaman karena pihak pengelola penginapan juga dapat mempersiapkan segala sesuatu untuk tamunya lebih awal. Di Kecamatan Cidaun belum ada kantor pos ataupun kantor pos pembantu. Kiriman paket atau surat dari keluarga atau teman melalui kantor pos, biasanya dikirimkan terlebih dahulu ke kantor kecamatan.
Paket atau surat tersebut
selanjutnya akan dibawa oleh petugas kecamatan ke kantor desa tempat penerima
48
paket berdomisili, atau dititipkan kepada petugas desa yang sedang ada keperluan ke kantor kecamatan, dari kantor desa, baru paket tersebut disampaikan kepada penerima. Komunikasi menjadi penting dalam pengembangan berbagai aktivitas pembangunan, termasuk dalam pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari. Salah satu peran strategis yang diperoleh dari komunikasi adalah menjadikannya sebagai media promosi dan publikasi berbagai potensi daerah; termasuk potensi perikanan tangkap dan wisata bahari. Dengan dilakukannya promosi dan publikasi maka tidak menutup kemungkinan akan mengundang investor turut menanamkan modalnya untuk pengembangan Pantai Jayanti. 4.3.2 Listrik dan air 1) Listrik Warga di Kecamatan Cidaun menggunakan listrik yang disediakan oleh negara (PLN) dan pembangkit listrik non PLN sebagai sarana penerangan. Pembangkit Listrik Negara dapat dinikmati oleh hampir seluruh warga di Kecamatan Cidaun, kecuali warga yang lebih memilih menggunakan pembangkit listrik non PLN. Pembangkit listrik non PLN yang ada adalah pembangkit listrik tenaga air (kincir air), saat ini jumlahnya ada 800 unit yang kapasitas tiap unitnya tidak lebih dari 250 watt (Anonymous, 2008a). Penduduk yang menggunakan kincir air ini biasanya adalah penduduk yang berada di pelosok Kecamatan Cidaun bagian timur, yang rumahnya berdekatan dengan sungai beraliran deras, khususnya Sungai Cilaki, yang menjadi perbatasan geografis antara Cianjur dan Kabupaten Garut. Tentunya kebutuhan listrik ini akan terus meningkat seiring perkembangan Pantai Jayanti, baik terkait pembangunan sarana-prasarana sosial dan umum, kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari, maupun perkembangan penduduk yang menggunakan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 2) Air Di Pantai Jayanti belum tersedia sarana Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sumber air bersih yang digunakan masyarakat untuk keperluan minum, mandi, mencuci, dan kebutuhan rumah tangga lainnya adalah dari air sumur dan
49
air sungai. Jumlah keluarga yang ada di sekitar Pantai Jayanti (Desa Cidamar) adalah 1.240 keluarga. Sejumlah 105 keluarga memiliki sumur gali dengan ember sebagai alat penarik air, 75 keluarga memiliki pompa air, dan sebanyak 215 keluarga memilih air sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sisanya, yaitu
845
keluarga
memilih
ikut
menggunakan
sumur
tetangganya
(Anonymous, 2008a). Nelayan, biasanya menggunakan air galon dalam memenuhi kebutuhan minum selama perjalanan melaut. Untuk 2-3 orang ABK, dibutuhkan 1 galon air dalam satu hari melaut (one day fishing), sedangkan untuk mencuci hasil tangkapan, nelayan biasanya masih menggunakan air laut. Dalam pengembangan kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari, air berperan dalam banyak hal. Untuk kegiatan perikanan tangkap misalnya, mulai dari perbekalan melaut, penanganan hasil tangkapan, dan penjagaan mutu hasil tangkapan melalui penyediaan balok-balok es. Untuk kegiatan wisata bahari, air digunakan dalam memenuhi kebutuhan wisatawan di kamar mandi, kebersihan dan pemeliharaan sarana-prasarana wisata bahari.
50