4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Karakteristik dan Uji Pendahuluan Budidaya Tanaman Jarak Pagar Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap biji jarak pagar yang meliputi bentuk biji, perbandingan berat kulit biji dan endosperm (daging) biji serta uji fitokimia dari kulit dan endosperm biji jarak. Buah jarak pagar berbentuk lonjong dengan ukuran 3-3,5 cm, panjang dan diameter sekitar 2,5 cm (Gambar 9). Buah jarak pagar yang dapat dimanfaatkan bijinya sebagai sumber minyak adalah buah jarak pagar yang sudah tua, dengan ciri-ciri batas antara ruang biji sudah nampak jelas bergaris. Minyak jarak pagar (Gambar 10) diperoleh dengan cara pengepresan dengan menggunakan alat Hydraulic Pressing. Setiap satu buah jarak pagar terdapat tiga biji. Biji jarak pagar yang sudah tua berwarna hitam (Gambar 9) dan berbentuk lonjong. Panjang biji berkisar antara 1,5-2,0 cm sedangkan diameternya berkisar 1 cm. Perbandingan berat kulit biji jarak pagar dan endosperm (daging) biji jarak pagar pada keadaan basah adalah 30% kulit biji dan 70% endosperm (daging) biji.
A
B
Gambar 9 Profil buah (A) dan biji jarak pagar (B)
Gambar 10 Profil minyak jarak pagar
Tanaman Jarak pagar merupakan tanaman yang tahan kekeringan dan dapat beradaptasi secara luas mulai ketinggian 7 meter sampai 1.600 meter dari permukaan laut dengan kisaran suhu 11-38oC dan curah hujan 300-2000 mm per tahun (Hariyadi 2005). Sesuai dengan namanya, tanaman ini awalnya secara luas ditanam sebagai pagar untuk melindungi lahan dari serangan ternak. Tanaman ini sering digunakan sebagai pengendali erosi dan dapat beradaptasi dengan baik di daerah yang gersang dan tandus. Pembibitan tanaman ini juga sangat mudah, bahan tanam dapat berasal dari setek cabang atau batang, maupun benih. Hasil uji daya perkecambahan biji jarak pagar yang dilakukan di Kebun Praktikum Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari bulan Juni – September, diperoleh hasil dari 20 biji jarak pagar yang ditanam, pada hari ke-enam ada 12 biji yang berkecambah (Gambar 11), dan pada hari ke sepuluh tinggi tanaman jarak pagar sekitar 20-25 cm (Gambar 12). Biji yang berkecambah pada umumnya tumbuh 5 akar dengan 1 akar tunggang dan 4 akar cabang.
A
B
Gambar 11 Profil kecambah jarak pagar hari ke-enam (A) dan ke-tujuh (B)
A
B
Gambar 12 Profil kecambah jarak pagar hari ke-delapan (A) dan ke-sepuluh (B) Pada awal pertumbuhan tanaman jarak pagar sangat peka terhadap kekeringan, untuk itu tanaman jarak pagar perlu diberi air seperlunya, agar
pertumbuhan dapat ideal tanaman perlu dipupuk, yaitu dengan menggunakan pupuk kompos/kandang (pupuk organik). Pemberian pupuk organik disarankan untuk memperbaiki struktur tanah. Pada prinsipnya pemberian pupuk bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah setempat. Belum ada dosis rekomendasi khusus untuk tanaman jarak pagar ini (Hariadi 2005). Untuk memperoleh benih yang bermutu tinggi, panen buah dilakukan pada saat benih telah mencapai masak fisiologis, pada jarak pagar ditandai dengan buah telah berwarna kuning (berubah warna dari hijau menjadi kuning), bila dibuka biji didalamnya telah berwarna hitam berkilat (Hasnan 2007). Jarak pagar dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan vegetatif dapat berasal dari setek cabang maupun setek pucuk. Jika menggunakan setek cabang atau batang pilihlah yang telah cukup berkayu. Sedangkan untuk perbanyakan generatif pilihlah benih dari biji yang telah cukup tua yaitu diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna hitam. Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan. Setiap polibag diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) dan dicampur dengan pupuk kandang. Setiap polibag ditanami 1 (satu) benih. Tempat pembibitan diberi naungan dengan bahan dapat berupa daun kelapa atau jerami (Hariyadi 2005). Hasil perbanyakan tanaman jarak pagar dari biji yang dilakukan di Kebun Percobaan Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Tanaman jarak pagar berumur 3 bulan (Sumber : Kebun praktikum UIN Jakarta) Jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang beracun dan mempunyai sifat-sifat sebagai insektisida, tetapi beberapa hama dapat menyerang tanaman ini dan dapat menimbulkan kerusakan dan kerugian ekonomis. Salah satu seranggga yang
merupakan hama yang umum ditemukan adalah Kepik lebing (Chisochoris javanus west), termasuk ordo Hemiptera, famili Pentatomiddae, genus chrsoris, dengan ciri-ciri panjang badan sekitar 20 mm, antena tiga ruas lebih panjang dari kepala, mempunyai bentuk perisai yang khas. Tubuhnya berwarna jingga kemerahan dan terdapat garis-garis hitam jelas. Metamorfosa sederhana : telurnimfa - serangga - dewasa. Siklus hidup berkisar 60-80 hari. Kepik lembing (Gambar 14) menyerang jarak pagar pada saat perbungaan menjelang pembentukan buah dan menghisap madu, sehingga menimbulkan kerusakan pada kapsul buah yang sedang berkembang.
Gambar 14 Profil kepik lembing (Sumber : http//puslitbangbun.litbang.deptan.go.id) Menurut Rumini dan Karmawati (2007) beberapa hama tanaman yang ditemukan pada jarak pagar adalah Moluska, Valanga nigricornis (belalang), Kutu bertepung putih (Ferrisia virgata Cockerell), rayap dan kepik lembing (Chrysochoris javanus Westw). Menurut Asbani et al. (2007) Hama pada tanaman jarak pagar adalah tungau dari famili Eriophyidae, kutu putih, rayap, kutu sisik (Hemiptera : Diaspididae), kepik Chrysocoris sp dan ulat pengorok daun (Lepidoptera). 4.2 Uji Karakteristik dan Uji Pendahuluan Budidaya Tanaman Kamandrah Tanaman Kamandrah (Croton tiglium) (Gambar 16) berupa tanaman perdu dengan tinggi tanaman mencapai 12 meter. Bentuk batang tegak, bulat, berambut dan berwarna hijau, dengan daun tunggal, berseling dan lonjong (Duke 1983). Bentuk tepi daun bergerigi dengan ujung yang runcing. Panjang daun sekitar 3-4,5 cm, dengan lebar daun sekitar 1-3,5 cm. Bentuk tangkai silindris dengan panjang 2-2,5 cm, bentuk pertulangan menyirip dan berwarna hijau. Bunga tanaman kamandrah majemuk dengan bentuk bulir, berada di ujung batang dengan
klopak membulat, memiliki banyak benang sari, kepala putik bulat berwarna kuning dengan mahkota berbentuk corong berwarna kuning. Buah tanaman kamandrah (Gambar 15) berbentuk bulat dengan diameter sekitar 0,5 cm dan berwarna hijau dengan biji bulat telur berwarna coklat kehitam-hitaman. Akar tanaman kamandrah adalah akar tunggang berwarna putih (Saputera 2007).
A
B
C
Gambar 15 Profil buah (A dab C) dan biji kamandrah (B)
Gambar 16 Profil Tanaman Kamandrah (Sumber : Kebun Balittro Bogor) Budidaya tanaman kamandrah dilakukan dari bulan Juni-September di Kebun Praktikum Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil uji daya perkecambahan biji kamandrah yang diperoleh dari Kalimantan tengah, dari 20 biji kamandrah yang ditanam tidak ada satupun yang berkecambah. Uji daya perkecambahan dilakukan dua kali, namun tetap saja tidak ditemukan biji yang berkecambah.
Uji daya perkecambahan dilakukan juga pada biji kamandrah yang diperoleh dari kebun Balittro Bogor. Hasil uji perkecambahan (Gambar 17) diperoleh hasil dari 20 biji yang ditanam ada 1 biji yang berkecambah setelah 14 hari. Berbeda dengan biji jarak pagar yang mudah berkecambah, biji kamandrah tidak mudah berkecambah. Hasil pengamatan dilapangan di kebun Balittro Bogor, disekitar tanam kamandrah tumbuh, banyak sekali biji kamandrah yang berjatuhan, namun sedikit sekali biji kamandrah yang tumbuh berkecambah. Hama tanaman kamandrah yang berhasil ditemukan dikebun Balittro Bogor, sama dengan hama tanaman yang menyerang jarak pagar, yaitu Kepik lebing (Chisochoris javanus west). Hama Kepik lembing (Gambar 18) menyerang tanaman kamandrah pada bagian buah.
Gambar 17 Profil kecambah kamandrah umur 17 hari
Gambar 18 Hama tanaman kamandrah Menurut Duke (1983) tanaman Kamandrah akan mulai berbuah setelah tanaman berumur 3 tahun dan pada umur 6 tahun tanaman kamandrah akan
berbuah secara maksimal. Buah kamandrah sebaiknya dipetik sebelum kulit buahnya terbuka. 4.3 Uji Kadar Air dan Uji Fitokimia Sebelum ekstraksi dilakukan, kadar air dari masing-masing sampel ditentukan dengan menggunakan alat moisture analysis. Hasil uji kadar air sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kadar air sampel Sampel Biji Kamandrah Daun Kamandrah Batang Kamandrah Biji Jarak pagar Kulit Biji Jarak pagar Endosperm Biji Jarak pagar
Kadar air (%) 6,81 8,38 8,00 8,75 12,57 6,29
Uji fitokimia dilakukan pada sampel serbuk dan hasil ekstrak dari daun kamandrah, biji kamandrah, batang kamandrah, kulit biji jarak pagar dan endosperm biji jarak pagar yang telah dikeringkan. Hasil analisis fitokimia masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 3. Data pada Tabel 3 memperlihatkan sampel serbuk ataupun hasil ekstrak dari biji jarak pagar (kulit dan endosperm) dan biji kamandrah banyak mengandung alkaloid, sedangkan bagian batang kandungan alkaloidnya lebih sedikit dibandingkan bagian bijinya, sedangkan bagian daun kamandrah tidak teridentifikasi kandungan alkaloidnya, data ini mendukung penelitian Saputera (2007) bahwa biji kamandrah banyak mengandung alkaloid. Senyawa golongan alkaloid berpotensi sebagai larvasida Aedes aegypti karena sifat toksiknya. Senyawa flavonoid banyak terdapat pada bagian daun dan batang kamandrah, sedangkan pada biji kamandrah dan jarak pagar tidak terdeteksi. Senyawa terpenoid teridentifikasi pada batang kamandrah dan kulit biji jarak pagar, sedangkan pada bagian daun kamandrah, biji kamandrah dan endosperm biji jarak pagar tidak terdeteksi. Hasil uji fitokimia selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil uji fitokimia serbuk dan ekstrak kamandrah dan jarak pagar Bagian Tumbuhan Alkaloid Mayer Wagner Dragendorf Serbuk daun Kamandrah Ekstrak air daun Kamandrah Ekstrak etanol daun Kamandrah Serbuk biji Kamandrah ++ ++ ++ Ekstrak air biji Kamandrah ++ ++ ++ Ekstrak etanol biji Kamandrah ++ ++ ++ Serbuk batang kamandrah + + + Ekstrak air batang kamandrah + + + Ekstrak etanol batang kamandrah + + + Serbuk kulit biji Jarak pagar ++ ++ ++ Ekstrak air kulit biji Jarak pagar ++ ++ ++ Ekstrak etanol kulit biji Jarak pagar + + + Serbuk endosperm biji Jarak pagar +++ +++ +++ Ekstrak air endosperm biji Jarak pagar + + + Ekstrak etanol endosperm biji Jarak pagar + + + Minyak Kamandrah ++ ++ ++ Minyak Jarak pagar + + + Minyak Sawit + + + Tabel 3 Lanjutan Bagian Tumbuhan Saponin Terpenoid Steroid Tanin Serbuk daun Kamandrah + ++ ++ Ekstrak air daun Kamandrah + Ekstrak etanol daun Kamandrah Serbuk biji Kamandrah + + ++ Ekstrak air biji Kamandrah + + ++ Ekstrak etanol biji Kamandrah + + Serbuk batang kamandrah + ++ + Ekstrak air batang kamandrah + Ekstrak etanol batang kamandrah + ++ + Serbuk kulit Biji Jarak pagar ++ +++ Ekstrak air kulit biji Jarak pagar ++ Ekstrak etanol kulit biji Jarak pagar ++ +++ Serbuk endosperm biji Jarak pagar + + Ekstrak air endosperm biji Jarak pagar Ekstrak etanol endosperm biji Jarak + pagar Minyak Kamandrah + + Minyak Jarak pagar Minyak Sawit + *Keterangan : : Tidak mengandung senyawa yang diuji +, ++, +++ : Intensitas warna / jumlah endapan
Flavonoid ++ + ++ ++ + ++ ++ + Hidrokuinon + + + + -
4.4
Pengepresan dan Ekstraksi Pengepresan dilakukan pada biji jarak pagar dan biji kamandrah untuk
mendapatkan minyak. Menurut Saputera (2007) kadar minyak dalam biji kamandrah adalah 40,01%, sedangkan menurut Zulkifli (2005) kadar minyak dalam biji jarak pagar adalah 46,25%. Minyak jarak pagar hasil pengepresan diperoleh dari SBRC IPB, sedangkan minyak kamandrah dipres di Balittro Bogor dengan menggunakan pompa hidrolik (hydraulic pressing). Berdasarkan hasil pengepresan yang dilakukan di Balittro diperoleh hasil sebesar 24% dari biji yang tua berwarna hitam, sedangkan biji yang muda berwarna coklat perolehan minyaknya rendah berkisar antara 5-7%. Pengepresan biji kamandrah dipengaruhi oleh tingkat kematangan biji, biji kamandrah yang tua dapat menghasilkan minyak yang lebih banyak dibanding dengan biji yang muda. Minyak kamandrah yang diperoleh dari biji yang tua digunakan untuk uji larvasida, sedangkan minyak kamandrah yang diperoleh dari biji yang muda tidak digunakan untuk uji larvasida, hal ini dilakukan karena pada uji pendahuluan minyak kamandrah yang diperoleh dari biji yang muda tidak berpotensi sebagai uji larvasida.
A
B1
B2
B3
Gambar 19 Profil minyak kamandrah (A) dan perbandingan minyak kamandrah (B1), jarak pagar (B2) dan sawit (B3) Hasil penelitian Wanita dan Hartono (2007) menunjukkan pada tingkat kemasakan buah jarak pagar yang berwarna hijau memberikan kadar minyak terendah yaitu 10,93% dan tingkat kemasakan buah jarak pagar berwarna hijau kekuning sampai kuning memberikan kadar minyak tertinggi yaitu 26,98% sampai 29,38%.
Minyak kamandrah (Gambar 19) hasil pengepresan berwarna kuning pekat, relatif lebih kental dibanding dengan minyak jarak pagar dan minyak Sawit apabila terkena kulit minyak kamandrah dapat menyebabkan iritasi berupa rasa panas atau pedas seperti terkena cabe, efek langsung dapat dirasakan apabila terkena kulit muka terutama bagian sekitar hidung dan mata, oleh sebab itu dalam penanganan minyak kamandrah harus ekstra hati-hati. Minyak jarak pagar hasil pengepresan berwarna kuning kecoklatan, minyak jarak pagar relatif lebih aman (kurang terasa panas/pedas) terhadap kulit dibanding dengan minyak kamandrah. Menurut Ketaren (1986) minyak Jarak larut dalam pelarut polar seperti ethanol 96% hal ini disebabkan dalam minyak jarak pagar lebih banyak mengandung senyawa asam berantai pendek. Ekstrak air dan ekstrak etanol dilakukan pada daun kamandrah, batang kamandrah, biji kamandrah, kulit biji jarak pagar dan endosperm biji jarak pagar. Rendemen hasil ekstrak dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pengamatan secara fisik ekstrak air biji kamandrah dan endosperm biji jarak pagar relatif lebih sulit disaring dibanding dengan ekstrak etanolnya, hal ini disebabkan karena ukuran partikel terlarut pada ekstrak air biji kamandrah dan endosperm biji jarak pagar relatif lebih besar dibandingkan ekstrak etanolnya. Ekstrak air biji kamandrah cenderung lebih keruh dibanding dengan ekstrak etanol biji kamandrah. Tabel 4 Rendemen hasil ekstrak air dan etanol kamandrah dan jarak pagar Sampel / Ulangan Jenis Pelarut Rendemen (%) Biji Kamandrah Air 5,21-5,46 Biji Kamandrah Etanol 4,52-8,77 Daun Kamandrah Air 13,36 Daun Kamandrah Etanol 8,20 Batang Kamandrah Air 0,87-1,59 Batang Kamandrah Etanol 0,63 – 2,10 Kulit Biji Jarak Air 1,65-1,81 Kulit Biji Jarak Etanol 0,93-1,99 Endosperm Biji Jarak Air 6,81-10,22 Endosperm Biji Jarak Etanol 3,90-9,20 Sama halnya dengan biji kamandrah, ekstrak air endosperm biji jarak pagar lebih keruh dibanding ekstrak etanol endosperm biji jarak pagar. Ekstrak etanol endosperm biji jarak pagar berwarna kuning jernih sedangkan ekstrak air endosperm biji jarak pagar berwarna kuning keruh. Ekstrak air kulit biji jarak
pagar berwarna hitam pekat, sedangkan ekstrak etanol kulit biji jarak pagar berwarna kuning kecoklatan.Ekstrak etanol daun kamandrah berwarna hijau tua, sedangkan ekstrak air daun kamandrah berwarna coklat. Ekstrak etanol dari batang kamandrah berwarna coklat muda dan ekstrak air dari batang kamandrah berwarna coklat kehitaman. Foto hasil ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 12, 13, 14, 15 dan 16. Perbedaan warna dari berbagai macam ekstrak menunjukkan perbedaan kandungan kimia yang terdapat didalamnya. 4.5
Uji Potensi Biji Jarak Pagar sebagai Larvasida Aedes aegypti Uji potensi biji jarak pagar dilakukan pada ekstrak air dan etanol dari biji
jarak pagar (kulit dan endosperm) dan minyak hasil pengepresan biji jarak pagar. Minyak jarak pagar diperoleh dari hasil pengepresan biji yang tua, karena biji yang tua kadar minyaknya lebih tinggi dibanding dengan biji yang muda. Proses uji larvasida dapat dilihat pada Gambar 20. Pada percobaan ini pada kontrol aquades tidak ditemukan larva yang mati, hal ini menunjukkan pelarut air tidak mempengaruhi kematian larva, sedangkan kontrol etanol 50%, 20%, dan 10% dalam beberapa menit larva mati 100%, sedangkan kontrol etanol 0,1%, 0,01% dan 0,001% tidak ditemukan larva yang mati hingga 24 jam. Hal ini menunjukkan ekstrak tidak boleh mengandung etanol, karena etanol dapat mempengaruhi kematian larva khususnya pada konsentrasi diatas 10%, sedangkan konsentrasi etanol dibawah 0,1% tidak mempengaruhi. Pada percobaan ini ekstrak etanol dikeringkan hingga berupa padatan bebas etanol. Hasil uji potensi larvasida biji jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 20 Proses uji larvasida Aedes aegypti
Dari hasil uji potensi larvasida ekstrak biji jarak pagar (kulit dan endosperm) dan minyak jarak pagar, dapat disimpulkan bahwa sampel yang terbaik bila dilihat dari banyaknya kematian larva Aedes aegypti adalah minyak jarak pagar, namun demikian minyak jarak pagar memiliki kelemahan dari segi kelarutannya, minyak jarak pagar bersifat non polar, sehingga sulit larut dalam air. Pada tahap selanjutnya minyak jarak pagar menjadi pilihan untuk dilakukan penentuan nilai LC50 dan analisis kandungan kimia yang berpotensi sebagai larvasida. Tabel 5 Hasil uji potensi larvasida ekstrak biji jarak pagar selama 24 jam No Jenis ekstrak Konsentrasi Konsentrasi Rata-rata Standar (%) (ppm) kematian deviasi larva (%) 1 Ekstrak air kulit biji 0,1 1000 0 0 Jarak pagar 2 Ekstrak etanol kulit biji 0,1 1000 75 0,22 Jarak pagar 3 Ekstrak air endosperm 0,1 1000 3 0,03 biji Jarak pagar 4 Ekstrak etanol 0,1 1000 43 0,15 endosperm biji Jarak pagar 5 Minyak Jarak pagar 0,1 1000 85 0,22 (press biji)
4.6
Uji Potensi Tanaman Kamandrah sebagai Larvasida Aedes aegypti Uji potensi tanaman kamandrah juga dilakukan pada ekstrak air dan etanol
dari tanaman kamandrah (batang, daun dan biji) dan minyak hasil pengepresan biji kamandrah. Minyak kamandrah diperoleh dari hasil pengepresan biji yang tua, karena biji yang tua kadar minyaknya lebih tinggi dibanding dengan biji yang muda. Hasil uji potensi larvasida ekstrak air dan etanol dari tanaman kamandrah (batang, daun dan biji) dan minyak kamandrah dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil uji menunjukkan bahwa sampel yang terbaik yang dapat digunakan sebagai larvasida Aedes aegypti adalah minyak kamandrah. Pada tahap selanjutnya minyak kamandrah menjadi pilihan untuk dilakukan uji larvasida mencari nilai LC50 dan analisis kandungan kimia yang berpotensi sebagai larvasida.
Tabel 6 Hasil uji potensi larvasida ekstrak tanaman kamandrah selama 24 jam No Jenis ekstrak Konsentrasi Konsentrasi Rata-rata Standar (%) (ppm) kematian deviasi larva (%) 1 Ekstrak air daun 0,1 1000 0 0 Kamandrah 2 Ekstrak etanol daun 0,1 1000 3 0,06 Kamandrah 3 Ekstrak air biji 0,5 5000 2 0,03 Kamandrah 0,05 500 0 0 4 Ekstrak etanol biji 0,1 1000 7 0,06 Kamandrah 9 Minyak Kamandrah 0,05 500 40 0,23 (press biji) 11 Ekstrak air Batang 0,1 1000 0 0 Kamandrah 12 Ekstrak etanol Batang 0,1 1000 2 0,03 Kamandrah
4.7
Penentuan Nilai LC50 Minyak Jarak Pagar sebagai Larvasida Aedes aegypti. Berdasarkan uji pendahuluan potensi larvasida ekstrak biji jarak pagar (kulit
dan endosperm) dan minyak jarak pagar hasil pengepresan, maka sampel yang paling berpotensi sebagai larvasida adalah minyak biji jarak pagar hasil pengepresan. Pengujian ulangan dilakukan dengan tujuan mencari nilai LC50 dilakukan berdasarkan standar WHO, sebagai pembanding digunakan minyak sawit kemasan. Hasil uji larvasida dapat dilihat pada Tabel 7, sedangkan nilai LC50 dapat dilihat pada Tabel 8. Nilai LC50 dihitung dengan menggunakan metode probit analisis (Finney Method/Lognormal Distribution), dengan menggunakan software BioStat 2007. Berdasarkan hasil uji (Tabel 8) minyak jarak pagar dapat membunuh larva nyamuk dengan konsentrasi yang lebih rendah dibanding dengan minyak sawit, hal ini menunjukkan bahwa minyak jarak pagar tidak hanya membunuh larva secara fisik sebagaimana minyak sawit namun ada senyawa lain yang bersifat toksik yang dapat membunuh larva nyamuk yang tidak dimiliki oleh minyak sawit.
Tabel 7 Hasil uji larvasida minyak jarak pagar dan minyak sawit Bahan uji Minyak Biji Jarak pagar
Minyak Biji Jarak pagar
Minyak Sawit
Minyak Sawit
Konsentrasi (ppm) 5000 4000 3000 2000 1000 500 400 300 5000 4000 3000 2000 1000 500 400 300 6000 4000 2000 500 300 6000 4000 2000 500 300
Lamanya uji (Jam) 24 24 24 24 24 24 24 24 48 48 48 48 48 48 48 48 24 24 24 24 24 48 48 48 48 48
Larva yang mati (%) 95,2 88,8 82,4 48 32,8 11,2 8,8 1,6 96,8 92,8 91,2 68 56,8 34,4 16,8 20,8 41,6 22,4 16 8 7,2 57,6 34,4 22,4 15,2 16
Tabel 8 Nilai letal consentration (LC) minyak jarak pagar, dan minyak sawit Minyak Lamanya Uji Minyak Jarak pagar Minyak Sawit LC (jam) (ppm) (ppm) LC50 24 1507 17064 LC100 24 4509 309064 LC50 48 866 7714,5 LC100 48 3377,5 177072 Nilai LC50 pada pengujian 24 jam minyak jarak pagar sebesar 1507 ppm. Nilai LC50 pada minyak jarak pagar bila dibandingkan dengan literatur masih relatif besar, LC50 minyak atsiri daun jukut Hyptis suaveolens terhadap larva nyamuk Aedes aegypti instar IV sebesar 393,69 ppm (Noegroho et al. 1997), LC50 minyak hasil ekstrak Ipomoea cairica terhadap larva Aedes aegypti sebesar 22,3 ppm (Thomas et al. 2004). Namun demikian minyak jarak pagar memiliki kelebihan pada kemudahan dalam memperolehnya, bila dibandingkan dengan
minyak atsiri yang diperoleh dengan cara destilasi, minyak jarak pagar diperoleh dengan cara dipress. Pengepresan relatif lebih mudah dibandingkan dengan destilasi. Minyak jarak pagar memiliki kekurangan dari segi kelarutannya pada air, karena minyak bersifat non polar dan air bersifat polar. Perlu dilakukan formulasi agar minyak jarak pagar dapat larut dalam air, sehingga diharapkan apabila kelarutannya meningkat maka nilai LC50 akat menurun. 4.8
Penentuan Nilai LC50 Minyak Kamandrah sebagai Larvasida Aedes aegypti. Berdasarkan uji pendahuluan potensi larvasida tanaman kamandrah (daun,
batang dan biji), sampel yang paling berpotensi sebagai larvasida bila dilihat berdasarkan besarnya konsentrasi yang dibutuhkan dan persen larva yang mati, maka minyak hasil pengepresan biji kamandrah yang terpilih. Pengujian ulangan dilakukan dengan tujuan mencari nilai LC50 dilakukan berdasarkan standar WHO, sebagai pembanding digunakan minyak sawit kemasan. Hasil uji larvasida dapat dilihat pada Tabel 9. Nilai LC50 dapat dilihat pada Tabel 10. Nilai LC50 dihitung dengan menggunakan metode probit analisis (Finney Method/Lognormal Distribution), dengan menggunakan software BioStat 2007. Berdasarkan hasil uji (Tabel 10), minyak kamandrah dapat membunuh larva nyamuk dengan konsentrasi yang lebih rendah dibanding dengan minyak sawit, hal ini menunjukkan bahwa minyak kamandrah tidak hanya membunuh larva secara fisik sebagaimana minyak sawit namun ada senyawa lain yang bersifat toksik yang dapat membunuh larva nyamuk yang tidak dimiliki oleh minyak sawit.
Tabel 9 Hasil uji larvasida minyak kamandrah
Bahan uji Minyak Biji Kamandrah
Minyak Biji Kamandrah
Konsentrasi (ppm) 5000 4000 3000 2000 1000 500 300 5000 4000 3000 2000 1000 500 300
Lamanya uji (Jam) 24 24 24 24 24 24 24 48 48 48 48 48 48 48
Larva yang mati (%) 100 96,8 93,6 79,2 57,6 28 22,4 100 99,2 100 96 84 55,2 44,8
Tabel 10 Nilai letal consentration (LC) minyak kamandrah Minyak Lamanya uji Minyak Kamandrah (ppm) LC (jam) LC50 24 769 LC100 24 2599,5 LC50 48 384 LC100 48 1259 Nilai LC50 pada pengujian 24 jam minyak kamandrah sebesar 769 ppm. Nilai LC50 minyak kamandrah pada penelitian ini tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan Untan terhadap ekstrak biji kamandrah melalui kerjasama Pusat Studi Agroindustri dan Agrobisnis (PSAA) Untan dengan Laboratorium Hama Penyakit Fakultas Pertanian Untan diperoleh nilai LC50 ekstrak biji kamandrah pada larva nyamuk adalah 0,06% - 0,07% atau 600 ppm - 700 ppm (Sinar Harapan 6 Februari 2002). Dari hasil pengujian ini, dilihat dari nilai LC50 pada Tabel 8 dan Tabel 10 minyak kamandrah lebih berpotensi sebagai larvasida dibandingkan dengan minyak jarak pagar dan minyak sawit karena minyak kamandrah mempunyai nilai LC50 yang lebih kecil dibandingkan dengan minyak jarak pagar dan minyak sawit. Nilai LC50 dengan lamanya uji 24 jam pada minyak kamandrah sebesar 769 ppm, sedangkan nilai LC50 dengan lamanya uji 24 jam pada minyak jarak pagar dan sawit berturut-turut adalah 1507 ppm dan 17064 ppm. Minyak kamandrah secara fisik lebih kental dibandingkan minyak jarak pagar, dan dari pengalaman selama uji, minyak kamandrah menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan minyak jarak
pagar tidak, secara tidak langsung dapat diduga minyak kamandrah lebih toksik dibanding minyak jarak pagar. Nilai LC50 pada minyak kamandrah dan minyak jarak pagar bila dibandingkan dengan literatur masih relatif besar, LC50 minyak atsiri daun jukut Hyptis suaveolens terhadap larva nyamuk Aedes aegypti instar IV sebesar 393,69 ppm (Noegroho et al. 1997), LC50 minyak hasil ekstrak Ipomoea cairica terhadap larva Aedes aegypti sebesar 22,3 ppm (Thomas et al. 2004). Namun demikian minyak kamandrah dan jarak pagar memiliki kelebihan pada kemudahan dalam memperolehnya, bila dibandingkan dengan minyak atsiri yang diperoleh dengan cara destilasi, minyak kamandrah dan jarak pagar diperoleh dengan cara dipress. Pengepresan relatif lebih mudah dibandingkan dengan destilasi. Uji potensi larvasida dari minyak kamandrah dan jarak pagar memiliki kelemahan dari segi kelarutannya pada air, karena minyak bersifat non polar dan air bersifat polar. Perlu dilakukan formulasi agar minyak kamandrah dan jarak pagar dapat larut dalam air, sehingga diharapkan apabila kelarutannya meningkat maka nilai LC50 akat menurun. 4.9
Identifikasi Senyawa Aktif yang Berpotensi sebagai Larvasida Aedes aegyti Identifikasi senyawa aktif sebagai larvasida pada minyak kamandrah dan
minyak jarak pagar dengan menggunakan GC-MS QP2010 Shimadzu. Kolom yang digunakan Rtx®-1MS (Fused Silica) dengan bahan pengisi 100% dimethyl olysiloxane, yang bersifat non polar sesuai untuk analisis minyak kamandrah dan jarak pagar yang bersifat non polar. Analisis minyak jarak pagar dan minyak kamandrah dilakukan dengan menggunakan gas pembawa Helium dan pelarut n-Hexane karena minyak kamandrah dan jarak pagar bersifat non polar, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut non polar. Analisis minyak kamandrah dan jarak pagar dilakukan pada berbagai kondisi pengaturan temperatur pada alat GC-MS (Colom, Injection, Ion Source dan Interface) agar diperoleh pemisahan yang baik sehingga senyawa yang terdapat dalam minyak kamandrah dan jarak pagar dapat diindentifikasi dengan MS dan hasil spektra massanya dibandingkan dengan data base National Institute Standar
and Tecnology (NIST) yaitu NIST 27 dan NIST 147 selain itu dibandingkan juga dengan database WILEY 7. Minyak jarak pagar dan kamandrah mengandung banyak komponen atau senyawa yang memiliki sifat fisika yang berbeda-beda, oleh sebab itu sulit sekali mencari kondisi yang optimum dimana semua komponen yang terkandung didalamnya dapat teridentifikasi semua. Selain itu komponen kimia yang terkandung didalam minyak jarak pagar dan kamandrah, sebagian besar merupakan senyawa karbon yang berantai panjang yang memiliki beberapa isomer, hal ini dapat menyulitkan ketika identifikasi MS karena pola fragmentasi molekulnya hampir sama. Pada penelitian ini ditampilkan hasil identifikasi MS dengan persen kimiripan dua terbesar dengan data base. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kemungkinan-kemungkinan atau prediksi senyawa apa yang sebenarnya ada didalam minyak kamandrah dan jarak pagar. Hasil identifikasi senyawa dengan menggunakan GC-MS, satu persatu semua senyawa dibandingkan dengan pustaka di beberapa website untuk mencari senyawa apa yang aktif sebagai larvasida Aedes aegypti. 4.10 Identifikasi Minyak Jarak Pagar Analisis GC-MS minyak jarak pagar dilakukan dengan menggunakan metode I, metode II dan metode III. Identifikasi minyak jarak pagar dengan menggunakan metode I Hasil indentifikasi minyak jarak pagar dengan GC-MS metode I dapat dilihat pada Tabel 11, gambar spektrum GC dan hasil analisis MS dapat dilihat pada Gambar 23. Hasil spektra massanya dibandingkan dengan data base NIST 27, NIST 147 dan WILEY 7, hasil perbandingan spektra massa dengan data base dipilih dua komponen yang memiliki persentasi kemiripan terbesar dengan data base. Hasil analisis minyak jarak pagar dengan GC-MS metode I berhasil mengidentifikasi 17 senyawa diantaranya adalah Oleic acid (Gambar 21), cis-9Hexadecenal dan (Z)- 13-Octadecenal (Gambar 22). Senyawa cis-9-Hexadecenal dan (Z)- 13-Octadecenal dapat berfungsi seperti feromon (Cork 2004). Menurut Ketaren (1986) kandungan utama minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah asam oleat (oleic acid) dan asam linoleat (linoleic acid). Menurut Duke
(1983) minyak Jatropha curcas mengandung 43,1% oleic acid, 34,3% linoleic acid, 0,20% arachidic acid, 6,9% stearic acid, 14,2% palmitic acid, 0,38% myristic acid dan 0.12% gadoleic acid. OH O
Oleic acid
Gambar 21 Struktur Asam Oleat (Oleic acid)
O
cis-9-Hexadecenal
(A)
O
13-Octadecenal, (Z)-
(B) Gambar 22 Struktur cis-9-hexadecenal (A) dan 13-octadecenal, (Z)- (B)
Tabel 11 Hasil identifikasi komponen minyak jarak pagar dengan GC-MS metode I No -1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b 7a 7b 8a 8b 9a 9b 10a 10b 11a 11b 12a 12b 13a 13b 14a 14b 15a 15b 16a
16b 17a 17b
Senyawa yang teridentifikasi* Hexane (Pelarut) 2,4-Decadienal, (E,Z)2,4-Decadienal, (E,E)2,4-Decadienal, (E,E)2,4-Nonadienal Methyl laurate Methyl tridecanoate Diethyl Phthalate Ethyl phthalate Ethyl phthalate Diethyl Phthalate Palmitic acid Oleic acid 9-Hexadecenoic acid Oleic acid 13-Octadecenal, (Z)Docos-13-enoic acid Oleic acid cis-9-Hexadecenal Oleoamide Nonadecanamide cis-9-Hexadecenal 9,12-Octadecadienoyl chloride, (Z,Z)2-Monopalmitin 2-Monoarachidin 9-octadecenoic acid (z)-, 2-hydroxy-1,3-propanediyl ester cis-9-Hexadecenal Squalene 2,6,10,15,19,23-Hexamethyl-2,6,10,14,18,22,tetracosahexaene (2E,6E)-3,7,11-Trimethyl-2,6,10-dodecatrien-1-ol (E,E)-7,11,15-Trimethyl-3-methylene-hexadeca1,6,10,14-tetraene 2H-1-Benzopyran-6-ol, 3,4-dihydro-2,7,8-trimethyl-2(4,8,12,16,20,24,28,32-octamethyl-3,7,11,15,19, 23,27,31-tritriacontaoctaenyl)-, [r-(all-E)]- atau plastochromanol-8 1H-Benzocyclohepten-7-ol, 2,3,4,4a,5,6,7,8-octahydro1,1,4a,7-tetramethyl-, cisbeta.-Sitosterol Clionasterol Ket : *(yang memiliki kemiripan dua terbesar dengan library)
% Area
0,88
% Kemiripan Fragmentasi 90 87 87 93 89 94 94 94 92 92 93 93 93 87 89 84 84 91 88 88 78 86 86 91 89 91
0,95
90 95
5,94 0,07 0,05 0,11 0,25 0,16 1,08 4,08 1,52 70,41 0,11 0,50 0,40
0,10
95 83 83
0,54
82
73 1,17
94 91
Gambar 23 Kromatogram GC-MS minyak jarak pagar metode I
Identifikasi minyak jarak pagar dengan menggunakan metode II. Hasil indentifikasi minyak jarak pagar dengan GC-MS metode II dapat dilihat pada Tabel 12, Gambar spektrum GC dan hasil analisis MS dapat dilihat pada Gambar 25. Komponen utama dalam minyak jarak pagar yang teridentifikasi adalah Oleic acid dan Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester (trilaurin) (Gambar 24). Senyawa ester adalah senyawa yang meberikan aroma dan rasa (Ketaren 1986). Pada minyak jarak pagar senyawa ester yang teridentifikasi adalah Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester (Gambar 24)
O
O O
O
O
O
Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester
Gambar 24 Struktur Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester atau Trilaurin
Tabel 12 Hasil identifikasi komponen minyak jarak pagar dengan GC-MS metode II No -1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b 7a 7b 8a 8b 10a 10b
Senyawa yang teridentifikasi*
% Area
Hexane (Pelarut) Docosanoic acid nonyl ester Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester Oleic acid cis-9-Hexadecena 9,12-Octadecadienoyl chloride, (Z,Z)cis-9-Hexadecenal 9-Octadecenoic acid (Z)-, 2,3-dihydroxypropyl ester atau 1-Monoolein 9-Octadecenoic acid (z)-, 2-hydroxy-1,3-propanediyl ester Squalene (2E,6E)-3,7,11-Trimethyl-2,6,10-dodecatrien-1-ol 2H-1-Benzopyran-6-ol, 3,4-dihydro-2,7,8-trimethyl-2(4,8,12,16,20,24,28,32-octamethyl-3,7,11,15,19,23,27,31tritriacontao 1H-Benzocyclohepten-7-ol, 2,3,4,4a,5,6,7,8-octahydro1,1,4a,7-tetramethyl-, cisbeta.-Sitosterol gamma.-Sitosterol Hexadecanoic acid, 2-[(1-oxododecyl)oxy]-1,3propanediyl ester Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester / Trilaurin Tetradecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester
35,90 0,33
Ket : *(yang memiliki kemiripan dua terbesar dengan library)
11,63 1,55 0,58 0,33 0,23
% Kemiripan Fragmentasi 86 72 82 91 90 88 85 90 90 95 90 81 73
0,11 3,09 66,11
92 91 74 82 86 68
Gambar 25 Kromatogram GC-MS minyak jarak pagar metode II
Identifikasi minyak jarak pagar dengan menggunakan metode III Hasil indentifikasi minyak jarak pagar dengan GC-MS metode III dapat dilihat pada Tabel 13, Gambar spektrum GC dan hasil analisis MS dapat dilihat pada Gambar 27. Komponen utama dalam minyak jarak pagar yang teridentifikasi adalah oleic acid dan linoleic acid (Gambar 26). Komponen yang lain yang teridentifikasi adalah piperine (Gambar 31) atau 1-[5-(1,3-benzodioxol-5-yl)-1oxo-2,4-pentadienyl]-, (E,E)- Piperidine, yaitu suatu golongan alkaloid jenis piperidin. Analisis GC-MS minyak jarak pagar dengan menggunakan metode III berhasil mengidentifikasi senyawa piperine, bila dibandingkan dengan library kemiripan fragmentasi MS sebesar 83%. Berdasarkan hasil analisis GC-MS diduga minyak jarak pagar mengandung senyawa piperine yang berfungsi sebagai larvasida Aedes aegypti. Senyawa piperine adalah senyawa yang berpotensi sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti, berdasarkan penyelusuran pustaka, sudah banyak senyawa golongan piperidin alkaloid yang diisolasi dari berbagai macam tanaman dan berpotensi sebagai larvasida dan insektisida. Menurut Simas et al. (2007) LC50 piperine yang berasal dari tanaman Piper nigrum pada larva nyamuk Aedes aegypti adalah 1,53 ppm.
OH O
Linoleic acid
Gambar 26 Struktur asam linoleat (linoleic acid)
Tabel 13 Hasil identifikasi komponen minyak jarak pagar dengan GC-MS metode III No --1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b 7a 7b 8a 8b 9a 9b 10a 10b
Senyawa yang teridentifikasi* Hexane (pelarut) (2E,4E)-2,4-Decadienal 2,4-Nonadienal Oleic acid 9-Decenoic acid 9-Decenoic acid Oleic Acid Linoleic acid 1-Octadecyne 9-Hexadecenoic acid 9-Octadecene, (E)cis-9-Hexadecenal 13-Octadecenal, (Z)13-Octadecenal, (Z)cis-9-Hexadecenal (2E,6E)-3,7,11-Trimethyl-2,6,10-dodecatrien-1-ol Squalene Squalene (2E,6E)-3,7,11-Trimethyl-2,6,10-dodecatrien-1-ol Piperidine, 1-[5-(1,3-benzodioxol-5-yl)-1-oxo-2,4pentadienyl]-, (E,E)- / Piperine Piperic acid
Ket : *(yang memiliki kemiripan dua terbesar dengan library)
% Area 61,75 0,04 21,76 7,99 49,47 0,29 0,37 0,72 0,13 1,19 1,18
% Kemiripan Fragmentasi 86 90 88 88 84 84 88 89 87 80 79 87 86 90 91 83 88 95 89 83 66
Gambar 27 Kromatogram GC-MS minyak jarak pagar metode III
4.11 Identifikasi Minyak Kamandrah Analisis GC-MS minyak kamandrah dilakukan dengan menggunakan metode IV dan metode V. Identifikasi minyak kamandrah dengan menggunakan metode IV Hasil indentifikasi minyak kamandrah dengan GC-MS metode IV dapat dilihat Tabel 14, gambar spektrum GC dan hasil analisis MS dapat dilihat pada Gambar 29. Tabel 14 Hasil identifikasi komponen minyak Kamandrah dengan GC-MS Metode IV No 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b 7a 7b 8a 8b 9a 9b 10a 10b 11a 11b 12a 12b
Senyawa yang teridentifikasi* 1-Butanol, 2-methylPentane, 3-methyl11-Hexadecenal, (Z)13-Octadecenal, (Z)trans-Caryophyllene cis-caryophyllene Oleic Acid 9-Hexadecenoic acid Eicosanoic acid, 2-hydroxy-1-(hydroxymethyl)ethyl ester Octadecanoic acid, 2,3-dihydroxypropyl ester 13-Octadecenal, (Z)cis-9-Hexadecenal cis-9-Hexadecenal 1,2-15,16-Diepoxyhexadecane Squalene (2E,6E)-3,7,11-Trimethyl-2,6,10-dodecatrien-1-ol Piperidine, 1-[5-(1,3-benzodioxol-5-yl)-1-oxo-2,4pentadienyl]-, (E,E)- / Piperine Piperic acid gamma.-Tocopherol beta.-Tocopherol beta.-Sitosterol gamma.-Sitosterol Octadecanoic acid, 3-[(1-oxohexadecyl)oxy]-2-[(1oxotetradecyl)oxy]propyl ester Hexadecanoic acid, 2-[(1-oxotetradecyl)oxy]-1,3propanediyl ester
% Area 4,31 0,80 0,03 9,72 0,06 0,31 0,36 0,04 0,47
% Kemiripan Fragmentasi 89 88 81 81 90 90 90 87 82 78 87 87 90 89 90 86 85
0,09 0,17 35,57
Ket : *(yang memiliki kemiripan dua terbesar dengan library) Hasil analisis minyak kamandrah dengan menggunakan metode IV berhasil mengidentifikasi 12 senyawa. Salah satunya adalah senyawa ester yaitu
65 84 82 92 90 85 78
Octadecanoic
acid,
3-[(1-oxohexadecyl)oxy]-2-[(1-oxotetradecyl)oxy]propyl
ester (Gambar 28), senyawa ester berfungsi sebagai pemberi aroma dan rasa (Ketaren 1986). Teridentifikasi juga senyawa yang berfungsi sebagai feromon yaitu (Z)-13-Octadecenal dan cis-9-Hexadecenal. Hasil analisis GC-MS pada minyak kamandrah dengan menggunakan metode IV diduga minyak kamandrah mengandung senyawa piperine (Gambar 31) dengan kemiripan fragmentasi MS sebesar 85%. Piperine termasuk dalam golongan alkaloid piperidin yang biasa digunakan sebagai larvasida dan insektisida.
O
O O
O
O
O
Octadecanoic acid, 3-[(1-oxohexadecyl)oxy]-2-[(1-oxotetradecyl)oxy]propyl ester
Gambar 28 Struktur Octadecanoic acid, 3-[(1-oxohexadecyl)oxy]-2-[(1oxotetradecyl)oxy]propyl ester
Gambar 29 Kromatogram GC-MS minyak kamandrah metode IV
Identifikasi minyak kamandrah dengan menggunakan metode V Hasil indentifikasi minyak kamandrah dengan GC-MS metode V dapat dilihat pada Tabel 15, Gambar spektrum GC dan hasil analisis MS dapat dilihat pada Gambar 30. Tabel 15 Hasil identifikasi komponen minyak kamandrah dengan GC-MS metode V No 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b
Senyawa yang teridentifikasi
% Area
9-Octadecen-1-ol, (Z)1,10-Decanediol 1,2-Benzenedicarboxylic acid, diethyl ester atau Ethyl phthalate 2,4-Imidazolidinedione, 1-[[(5-nitro-2-furanyl) methylene]amino]Linoleic acid Oleic Acid 9-Octadecenal, (Z)9,12-Octadecadienoyl chloride, (Z,Z)Propyleneglycol monoleate atau 3-Hydroxypropyl (8Z)-8-octadecenoate Linoleic acid Piperidine, 1-[5-(1,3-benzodioxol-5-yl)-1-oxo-2,4pentadienyl]-, (E,E)- atau Piperine Piperic acid
0,66 1,09
% Kemiripan Fragmentasi 90 88 96 89
48,32
1,57
90 88 85 85 87
1,92
87 88
2,68
66
Ket : *(yang memiliki kemiripan dua terbesar dengan library) Dari Tabel 15 hasil analisis minyak kamandrah dengan menggunakan metode V berhasil teridentifikasi komponen utama adalah linoleic acid. Asam linoleat (linoleic acid) merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Ketaren 1986). Menurut Duke (1983) minyak Croton tiglium mengandung 37,0% oleic acid, 19,0% linoleic acid, 1.5% arachidic acid, 0.3% stearic acid, 0.9% palmitic acid, 7.5% myristic acid, 0.6% acetic acid, 0.8% formic acid dan sedikit lauric, tiglic, valeric, dan butyric. Selain itu diduga minyak kamandrah mengandung senyawa piperine (Gambar 31) dengan kemiripan fragmentasi bila dibandingkan dengan library adalah 88%. Piperine (Gambar 31) termasuk dalam golongan alkaloid piperidin yang biasa digunakan sebagai larvasida dan insektisida.
Gambar 30 Kromatogram GC-MS minyak kamandrah metode V
Piperine adalah suatu senyawa alkaloid yang banyak ditemukan pada tanaman diantaranya adalah Piper ningrum atau Black pepper dan Piper longum atau
Long
pepper.
Piperine
adalah
trans-trans
stereoisomer
dari 1-
piperoylpiperidine atau disebut juga (E, E)-1-piperoylpiperidine dan (E, E)-1-[5(1, 3-benzodioxol-5-y1)-1-oxo-2, 4-pentdienyl] piperidine. Salah satu senyawa golongan piperidine yang telah diteliti sebagai pembunuh nyamuk Aedes aegypti adalah 2-ethyl-piperidine (Pridgeon et al. 2007). O
N O
O
Piperidine, 1-[5-(1,3-benzodioxol-5-yl)-1-oxo-2,4-pentadienyl]-, (E,E)-
Gambar 31 Struktur Piperine NH
2-ethyl-piperidine Gambar 32 Struktur 2-ethyl-piperidine Senyawa golongan piperidine yang lain yaitu pipernonaline telah berhasil di ekstrak oleh Yang et al. (2002) dari tanaman Piper longum dan dilaporkan menunjukkan aktivitas sebagai larvasida Aedes aegypti. Bandara et al. (2000) melaporkan telah berhasil mendapatkan senyawa golongan piperidine dari Microcosm paniculata yaitu N-Methyl-6 beta-(deca1',3',5'-trienyl)-3 beta-methoxy-2 beta-methyl piperidine yang menunjukkan aktivitas sebagai larvasida Aedes aegypti instar ke dua. Pridgeon et al. (2006) telah berhasil mensintesis senyawa golongan piperidine yaitu 1-undec-10-enoyl-piperidine dan 2-ethyl-1-undec-10-enoyl-
piperidine (Gambar 33) dan Piperine [(E, E)-1-piperoyl-piperidine], dan diuji sebagai adulticides Aedes aegypti.
N
O
O
N
2-ethyl-1-undec-10-enoyl-piperidine
1-undec-10-enoyl-piperidine
Gambar 33 Contoh beberapa senyawa piperidine Hasil identifikasi minyak kamandrah dan jarak pagar menunjukkan keduanya diduga mengandung senyawa piperine, yang menurut kajian pustaka berpotensi sebagai larvasida Aedes aegypti. Minyak kamandrah dan jarak pagar sama-sama mengandung asam oleat dan asam linoleat sebagai kandungan utama, menurut Ketaren (1986) minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan mengandung banyak asam oleat dan asam linoleat. Perbedaan minyak kamandrah dan minyak jarak pagar adalah pada senyawa ester yang berfungsi sebagai pemberi rasa dan aroma. Pada minyak kamandrah senyawa esternya adalah Octadecanoic acid, 3[(1-oxohexadecyl)oxy]-2-[(1-oxotetradecyl)oxy]propyl ester, sedangkan pada minyak jarak pagar adalah Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester. Hasil studi pustaka beberapa senyawa yang berhasil terdeteksi oleh GC-MS pada minyak kamandrah dan jarak pagar, ditemukan senyawa yang bersifat toksik, dan ada pula senyawa yang bersifat seperti feromon. Senyawa yang diduga bersifat toksik sebagai larvasida nyamuk adalah 1-[5-(1,3-benzodioxol-5-yl)-1-oxo-2,4pentadienyl]-,(E,E)-Piperidine atau disebut juga piperine, sedangkan senyawa yang dapat berfungsi seperti feromon adalah yaitu (Z)-13-Octadecenal dan cis-9Hexadecenal.