DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas perkenan dan ridhoNya, buku pedoman budidaya tanaman buahbuahan, tanaman sela, tanaman perkebunan dan kehutanan pada Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM) dapat diselesaikan dengan baik. Buku pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela, tanaman perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk memberikan acuan bagi pengelola program di daerah dalam melaksanakan kegiatan budidaya tanaman sesuai dengan teknis usaha tani yang baik. Selain itu
dapat
digunakan
bagi
petani
pelaksana
program
dalam
melaksanakan usaha budidaya sesuai dengan kebutuhan sarana produksi pertanian, pemeliharaan dan penanganan pasca panen. Akhirnya dengan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan buku pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela, tanaman perkebunan dan kehutanan, mudah-mudahan memberikan manfaat bagi semua pihak.
III
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................I DAFTAR ISI ............................................................................................... II DAFTAR TABEL ........................................................................................ III ALPUKAT (Persea americana MILL) ....................................................... 1 APEL (Malus sylvestris Mill) ....................................................................9 BUAH NAGA (Hylocereus undatus) ........................................................ 18 DURIAN (Durio zibethinus) ......................................................................24 DUKU ( Lansium domesticum Corr) ........................................................ 37 JAMBU AIR (Syzygium aquaeum) ........................................................... 44 JAMBU BIJI (Psidium guajava L) ............................................................. 55 JERUK (Citrus sp)..................................................................................... 64 JENGKOL (Pithecellobium jiringa) .......................................................... 84 LENGKENG (Dimocarpus longan (Lour) .................................................89 MANGGA (Mangifera, spp) .......................................................................96 MANGGIS (Garcinia mangostana L) ........................................................ 109 MATOA (Pometia pinnata J.R & J.G) ...................................................... 120 NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk) ...........................................124 PEPAYA (Cacarica papaya, L) .................................................................131 PETAI (Parkia speciosa Hassk) ............................................................... 139 PISANG (Musa spp) ..................................................................................143 RAMBUTAN (Nephelium sp) ....................................................................154 SAWO (Acrhras zapota. L) .......................................................................165 SIRSAK (Anona muricata Linn) ............................................................... 175 SRIKAYA (Annona squamosa L) ............................................................. 181
II
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DAFTAR TABEL
SYARAT TUMBUH TANAMAN BUAH-BUAHAN ......................................IV JARAK TANAM BUAH-BUAHAN.............................................................. IV DOSIS PUPUK DASAR TANAMAN BUAH-BUAHAN ............................... V DOSIS PUPUK UNTUK PEMELIHARAAN TANAMAN BUAH-BUAHAN......................................................................................... V
IIIIII
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SYARAT TUMBUH TANAMAN BUAH-BUAHAN No
Jenis Tanaman
I. Tanaman Buah-buahan 1. Alpukat 2. Apel 3. Buah Naga 4. Durian 5. Duku 6. Jambu Air 7. Jambu Biji 8. Jeruk 9. Jengkol 10. Lengkeng 11. Mangga 12. Manggis 13. Matoa 14. Nangka 15. Pepaya 16. Petai 17. Pisang 18. Rambutan 19. Sawo 20. Sirsak 21. Sirkaya
No
Syarat Tumbuh Ketinggian Tempat (mdpl)
Iklim (curah hujan,mm/th) 750 - 1.000 1.000 - 2.600 720 > 2.000 1.500 - 2500 500 - 3.000 1.000 - 2.000 1.000 - 2.000 > 2.000 2.000 - 2.500 750 - 2.000 1.250 - 2.500
5 - 1.500 700 - 1.200 s/d 500 100 - 500 < 650 s/d 1.000 5 - 1.200 s/d 1.200 1.000 s/d 600 s/d 500 < 1.500 < 1.200 s/d 1.300 s/d 1.000 s/d 1.500 s/d 2.000 30 - 500 s/d 1.200 < 1.000 s/d 1.000
1.500 - 2.500 1.000 - 2.000 Tipe iklim B dan C 1.520 - 3.800 1.250 - 4.000 2.000 - 3.000 1.500 - 3.000 1.500 - 3.000
Tanah (pH) 5,6 - 6,4 6,0 - 7,0 5,0 - 7,0. 5,0 - 7,0. 6,0 - 7,0 5,5 - 7,5. 4,5 - 8,2 5,5 - 6,5 5,0 - 7,0 4,5 - 6,5 5.5 - 7.5 5,0 - 7,0 4,7 - 6,6 6,0 - 7,5, 6,0 – 7,0 5,5 - 6,5 5,5 - 7,5 6,0 - 6,7 6,0 - 7,0 5,0 - 7,0 6,0 - 6,5
JARAK TANAM BUAH-BUAHAN Jenis Tanaman
I. Tanaman Buah-buahan 1. Alpukat 2. Apel var. manalagi & princes moble 3. Apel var. beauty & anna 4. Buah Naga 5. Durian genjah 6. Durian sedang dan dalam 7. Duku 8. Jambu Air 9 Jambu Biji 10. Jeruk Keprok dan Siem 11. Jeruk Manis 12. Jeruk Sitrun 13. Jeruk Nipis 14. Grape Fruit 15. Jeruk Besar 16. Jengkol 17. Lengkeng 18. Mangga 19. Manggis 20. Matoa 21. Nangka 22. Pepaya (monokultur) 23. Petai 24. Pisang (monokultur) 25. Rambutan 26 Sawo 27. Sirsak (monokultur) 28. Sirkaya (monokultur)
Jarak Tanam
Jumlah Bibit/Ha
8x8m
150 pohon
3 - 3,5 x 3,5 m
800 - 950 pohon
2 - 3 x 2,5 - 3 m 2 x 2,5 m 10 x 10 m 12 x 12 m 8 x 8 m atau 12 x 12 m 8x8m 6x6m 5x5m 7x7m 6x7m 4x4m 8x8m 10 x 10 m 6-7x6-7m 10 x 10 m 8 x 8 m atau 10 x 10 m 10 x 10 m 10 x 12 m 12 x 12 m 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x 2,75 m 10 x 10 m 3 x 3,5 m atau 3 x 4 m 10 x 12 m atau 12 x 12 m 10 x 10 m 5 x 5 m atau 5 x 6 m 5x5m
1.100 - 1.400 pohon 2.000 pohon 100 pohon 70 pohon 70 -150 pohon 150 pohon 280 pohon 400 pohon 200 pohon 240 pohon 625 pohon 150 pohon 100 pohon 200 - 280 pohon 100 pohon 100 - 150 pohon 100 pohon 84 pohon 70 pohon 1.450 - 1.600 phn 100 pohon 830 - 950 pohon 70 - 84 pohon 100 pohon 275 - 400 pohon 400 pohon
IV IV
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DOSIS PUPUK DASAR TANAMAN BUAH-BUAHAN No
Jenis Tanaman
I. Tanaman Buah-buahan 1. Alpukat 2. Apel 3. Buah Naga 4. Durian 5. Duku 6. Jambu Air 7. Jambu Biji 8. Jeruk 9. Jengkol 10. Lengkeng 11. Mangga 12. Manggis 13. Matoa 14. Nangka 15. Pepaya 16. Petai 17. Pisang 18. Rambutan 19. Sawo 20. Sirsak 21. Sirkaya
Dosis pupuk dasar/lubang tanam Urea
SP-36
NPK 5 kg
1,5 kg 50 gram
50 gram 0,5 kg
KCl
50 gram
1 kg 200 gram
NPK : 100 gram NPK : 200 gram
NPK biru : 125 gr
Organik 30 kg 20 kg 20-30 kg. 30 kg 50 kg 30 kg 25 kg 20 kg 20 kg 20-40 kg 30 kg 20-30 kg 20 kg 20 kg 40 kg 20 kg 15–20 kg 25 kg 20 kg 20 kg >10 kg
DOSIS PUPUK UNTUK PEMELIHARAAN TANAMAN BUAH-BUAHAN No
Jenis Tanaman
I. Tanaman Buah-buahan Alpukat 1.
2.
Organik
0,56-2,80 kg
0,60-2,60 kg
0,22-1,12 kg
30 kg
Umur >5 (sdh berbuah) Apel
2,0 - 4,0 kg
3,0 – 4,0 kg
2,0 – 4,0 kg
30 kg
Stl berbuah lebat 3.
Buah Naga
4.
Durian
NPK (15-15-15) : 1-2 kg atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK (4:2:1) + 3 kg NPK (15-15-15) : 1 kg atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK (1:2:1) + 1 kg
20 kg 20 kg 6,0 - 12,5 kg
Umur 1 tahun
NPK (15:15:15) 40-80 gram
>15-20 kg
Umur 2 tahun
NPK (15:15:15) 150-300 gram
>15-20 kg
Umur 3-4 tahun
NPK (15:15:15) 400-600 gram
Sudah berbuah
>15-20 kg
1,41 kg
2,86 kg
1,12 kg
40-60 kg
Umur 1 tahun
25 gram
31 gram
19 gram
60 kg
Umur 2 tahun
50 – 100 gr
62 - 125 gr
37 – 75 gr
60 kg
Umur 3 tahun
133 – 200 gr
167 – 250 gr
100 – 150 gr
60
Duku
Umur > 3 tahun 6.
Dosis pupuk (pohon/th) SP-36 KCl
Umur 1 - 4
Sebelum berbuah
5.
Urea
Jambu Air Umur 6 bulan
Masing-masing dosis ditambah 20-35 gram Pupuk instan green 105 gram
V
0
100-150 kg
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13. 14.
15.
Umur 1 tahun
Pupuk instan green 420 gram
Umur 2 tahun
Pupuk instan green 630 gram
Umur 3 tahun
Pupuk instan green 1.050 gram
Umur 4 tahun
Pupuk instan red 420 gram
Jambu Biji Umur 1 tahun
75 gram
100 gram
50 gram
50 kg
Umur 2 tahun
100 gram
125 gram
75 gram
50 kg
Umur 3 tahun
125 gram
150 gram
100 gram
50 kg
Umur > 3 tahun
150 gram
200 gram
125 gram
75 kg
Jeruk Umur 1 tahun
NPK (15:5:20) : 7 gram
20 kg
Umur 2 tahun
NPK (15:5:20) : 134 gram
20 kg
Umur 3 tahun
NPK (15:5:20) : 134 gram
30 kg
Umur 4 tahun
NPK (15:5:20) : 1.200 gram
40 kg
Stl berbuah
NPK (2:1:2)
: > 3% dari berat buah
20-40 kg
Jengkol Umur 1 – 3 tahun
100 gram
75 gram
25 gram
20 kg
Umur 4 – 5 tahun
200 gram
90 gram
50 gram
20 kg
Umur 1 tahun
200 gram
500 gram
300 gram
20 kg
Umur 2 tahun
400 gram
1.000 gram
400 gram
30 kg
Umur 3 tahun
200 gram
800 gram
400 gram
40 kg
Umur 4 tahun
1.000 gram
1.000 gram
400 gram
80 kg
Umur 1 tahun
350 gram
100 gram
150 gram
10 kg
Umur 2 tahun
400 gram
150 gram
200 gram
20 kg
Umur 3 tahun
500 gram
200 gram
300 gram
40 kg
Umur 4 tahun
600 gram
350 gram
400 gram
40 kg
Umur 5 tahun
1.000 gram
1.000 gram
500 gram
50 kg
50 gram
25 gram
25 gram
20 kg 20 kg 40 kg 20 kg
Lengkeng
Mangga
Manggis Umur 1-2 tahun Umur 2-4 tahun
100 gram
50 gram
50 gram
Umur 4-6 tahun Matoa Nangka Umur 0,5 tahun
200 gram 238 gram
100 gram 357 gram
100 gram 476 gram
NPK : 150 gram
-
Umur 1,0 tahun
NPK : 200 gram
20 kg
Umur 1,5 tahun
NPK : 250 gram
-
Umur 2,0 tahun
NPK : 300 gram
20 kg
Umur 3 bulan
NPK : 300 gram
-
Umur 6 bulan
NPK : 500 gram
40 kg
Umur 9 bulan
NPK : 500 gram
-
Umur 12 bulan
NPK : 500 gram
40 kg
Pepaya
VI
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI 16.
17. 18.
19.
20.
21.
Petai Umur 1 tahun
40 gram
40 gram
25 gram
-
Umur 2 tahun
80 gram
70 gram
50 gram
-
Umur 3 tahun
150 gram
100 gram
100 gram
-
Umur 4 tahun
250 gram
100 gram
200 gram
-
Umur 5 tahun
400 gram
-
400 gram
-
Pisang Rambutan
500 -1.000 gr
300 - 600 gr
250 - 500 gr
7 - 10 kg
Umur 1-5 tahun
75-200 gram
63-156 gram
150-250 gr
20 kg
Umur 5-10 tahun
100 gram
156-312 gr
300-500 gr
30-40 kg
Umur 1 tahun
250 gram
100 gram
250 gram
10 kg
Umur 2 tahun
300 gram
150 gram
300 gram
20 kg
Umur 3 tahun
350 gram
200 gram
350 gram
40 kg
Umur 4 tahun
400 gram
250 gram
400 gram
40 kg
Umur 5 tahun
450 gram
300 gram
450 gram
50 kg
Umur 1 tahun
250 gram
300 gram
150 gram
-
Umur 2 tahun
275 gram
325 gram
200 gram
-
Umur 3 tahun
300 gram
350 gram
250 gram
20 kg
Umur 4 tahun
300 gram
350 gram
250 gram
-
Sawo
Sirsak
Sirkaya Umur 1 tahun
NPK (16:16:16 atau 21:21:21) : 500 gram
10 kg
Umur 2 tahun
NPK (16:16:16 atau 21:21:21) : 1.000 gram
10 kg
Umur 3 tahun
NPK (16:16:16 atau 21:21:21) : 1.500 gram
10 kg
Umur 4 tahun
NPK (16:16:16 atau 21:21:21) : 2.500 gram
10 kg
Umur 5 tahun
NPK (16:16:16 atau 21:21:21) : 2.500 gram
10 kg
VII
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
ALPUKAT (Persea americana MILL)
I. Pendahuluan Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon, dan berasal dataran rendah/tinggi dari Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke 18. Bagian alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah daging buahnya sebagai makanan buah segar dan sebagai bahan dasar kosmetik. Daun alpukat yang masih muda dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional untuk penyembuhan penyakit batu ginjal dan reumatik.
II. Syarat Tumbuh a. Iklim. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750 - 1.000 mm/tahun, untuk daerah dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimum, alpukat masih dapat tumbuh apabila kedalaman air tanah maksimum 2 m.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 1
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b. Ketinggian Tempat. Alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu dari 5 - 1.500 m di atas permukaan laut (dpl), namun ketinggian ideal antara 200 - 1.000 m dpl. c. Tanah. 1) Alpukat tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 5,6-6,4. Jika pH < 5,5 maka tanaman akan keracunan Al, Mg dan Fe dan jika pH > 6,5 unsur , Mg dan Zn hara Fe akan berkurang. 2) Alpukat memerlukan tanah yang gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik serta sistem drainase yang baik. Tanah yang baik untuk budidaya alpukat yaitu sandy loam, clay loam dan alluvial loam. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Lahan dibersihkan dari semak belukar, tunggul bekas tanaman, rerumputan, kemudian dibajak, dicangkul. 2) Pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau sehingga penanaman dapat dilakukan pada awal atau musim hujan. 3) Apabila sistem drainase kurang baik, dapat dibuat parit drainase di sekitar kebun. b. Penanaman. 1) Pola tanam alpukat pada suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A (yaitu varietas ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft dan hass) dan tipe bunga B (yaitu collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, iyon, nabal, ganter dan queen) sehingga terjadi penyerbukan antara kedua tipe bunga tersebut. 2) Jarak tanam 8x8 m, sehingga terdapat populasi tanaman sebanyak 150 pohon/Ha. 3) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 40 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan dan dibiarkan terbuka selama kurang lebih 2 minggu. Tanah bagian atas (kurang lebih 20 cm) dipisahkan dengan tanah bagian bawah. Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 2
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
4) Lubang tanam ditutup dengan tanah bagian atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 30 kg dan tanah bagian bawah. 5) Lubang tanam yang telah tertutup kemudian diberi ajir untuk memudahkan mengetahui letak lubang tanam tersebut. 6) Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, dan tanah yang berada pada lubang tanam harus lebih tinggi daripada tanah di sekitarnya, hal ini untuk menghindari terjadinya genangan air waktu dilakukan penyiraman atau waktu turun hujan. 7) Bibit ditanam di tengah lubang tanam, setinggi + 5 cm di atas pangkal batang atau + 15 cm di bawah sambungan, tancapkan ajir dan ikat batang bibit dengan ajir agar tanaman tumbuh tegak 8) Setiap bibit yang telah ditanam sebaiknya diberi naungan yang terbuat dari alang-alang atau jerami padi, untuk menghindari sinar matahari secara langsung, tiupan angin maupun terpaan air hujan. Naungan dibuat miring dengan bagian yang lebih tinggi di sebelah timur, dan naungan berfungsi sampai tumbuh tunas baru (kurang lebih 2-3 minggu). c. Pemeliharaan Tanaman. 1) Penyiangan, dilakukan secara rutin untuk membuang gulma yang tumbuh di sekitar tanaman, sekaligus dilakukan penggemburan tanah. Kegiatan penggemburan dilakukan secara hati-hati supaya akar tanaman tidak putus. 2) Penyiraman, bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air sehingga perlu penyiraman setiap hari (waktu pagi/sore), kecuali jika turun hujan. 3) Pemangkasan tanaman, yaitu : a) Pada tanaman yang sudah berumur 1 tahun b) Pada cabang yang tidak dikehendaki (tumbuh terlalu rapat atau cabang yang mati). c) Bentuk tajuk mahkota seperti payung atau piramida terbalik d) Arahkan
pertumbuhan
cabang
ke
arah
mendatar
atau
membentuk sudut + 90 derajat terhadap batang utama dengan mengikatnya.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 3
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
e) Agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit maka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida atau penutup luka (meni). f) Pertahankan tinggi tanaman 4-5 dari permukaan tanah dan letak cabang terndah 1-1,5 m dari permukaan tanah. 4) Pemupukan, dilakukan secara rutin dengan perkiraan dosis : Dosis pupuk (kg/pohon/th)
Umur tanaman (th)
Urea
1-4
0,56 - 2,80
>5 (sdh berbuah)
2,0 - 4,0
SP-36
KCl
0,60 - 2,60 0,22 - 1,12 3,0 – 4,0
2,0 – 4,0
Organik 30 30
Catatan: Umur 1 - 4 tahun, pupuk anorganik diberikan 2 kali/tahun; umur > 5 th, pupuk anorganik diberikan 1 kali/th; pupuk organik diberikan 1 kali/th pada akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan cara membenamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30 - 40 cm yang dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman dan melingkari tanaman. Jika diperlukan dapat dilakukan penyiraman setelah tanaman dipupuk. 5) Penjarangan buah, yaitu : a) Dilakukan saat buah masih berdiameter 2 cm (sebesar bola pimpong) dengan cara memotong tangkai buah yang tidak baik (ukuran kecil, tidak sehat, abnormal) b) Dilakukan pemeliharaan terhadap buah yang sudah dijarangkan sebanyak 2-3 buah/dompol (bentuk normal dan sehat) c) Hindari buah tidak saling bersinggungan dengan membuat jarak antar buah di dalam satu cabang. d) Hama dan Penyakit. 1. Hama pada Daun. a) Ulat Kipat dan ulat kupu-kupu gajah. Gejala daun tidak utuh dan ada bekas gigitan. Pengendalian disemprot dengan insektisida berbahan aktif monokrotofos atau sipermetein,
misal Cymbush 50 EC
dengan dosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 4
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b) Aphis Kapas. Gejala pertumbuhan tanaman terganggu, jika serangan hebat tanaman akan tumbuh kerdil dan terpilin. Pengendalian disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat atau dimetoat, misalnya Orthene 75 SP dengan dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter. c) Kutu Dompolan Putih. Gejala pertumbuhan tanaman terhambat dan kurus. Pengendalian disemprot dengan insektisida berbahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat atau karbaril, misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi formula d) Tungau Merah. Gejala permukaan daun berbintik-bintik kuning kemudian berubah menjadi merah tua seperti karat jika serangan hebat daun layu dan rontok. Pengedalian disemprot dengan akarisida Kelthan MF berbahan aktif dikofoldan dengan dosis 0,6-1 liter/ha. 2. Hama pada Buah. a) Lalat Buah Dacus. Gejala terlihat bintik hitam/benjolan pada permukaan buah. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, penanaman tanaman selasih sebagai tanaman perangkap di sekeliling kebun 2) Mekanis yaitu : memusnahkan semua buah yang terserang atau membalik tanah agar larva terkena sinar matahari sehingga mati. pengasapan dengan membakar sampah kering dan di bagian atas ditutup dengan sampah basah sehingga menghasilkan asap sehingga mengusir hama. membungkus buah dengan kantong plastik atau kertas.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 5
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Biologis, Penggunaan musuh alami, Biosteres sp dan Opius sp. 4) Kimiawi yaitu : umpan
minyak
citronella/protein
malation
atau
disemprot dengan insektisida berbahan aktif triazofos seperti Hostathion 40 EC dengan dosis 2 cc/liter. memasang perangkap antrakan, dibuat dari botol bekas air minum mineral diberi lubang masuk lalat. Bahan antrakan yaitu metil eugenol (ME), protein hidrolisa, atau selasih. b) Codot. Gejala terdapat bagian buah yang berlubang bekas gigitan. Pengendalian menakut-nakutinya dengan menggunakan kincir angin yang diberi peluit sehingga menimbulkan suara atau menangkapnya menggunakan jala. 3. Hama pada Cabang/Ranting. a) Kumbang bubuk cabang. Gejala terdapat lubang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting, jika terowongan semakin besar makanan tidak dapat tersalurkan ke daun sehingga cabang maupun daun akan mati. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, cabang/ranting yang diserang dipangkas dan dibakar 2) Kimiawi yaitu, disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon seperti Orthene 75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter danDiazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter. 4. Penyakit. a) Penyakit Antraknosa, bagian yang diserang semua bagian tanaman kecuali akar.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 6
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Gejala bagian yang terinfeksi berwarna coklat karat kemudian cabang tanaman, daun, bunga, buah yang terserang akan gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara : Mekanis yaitu, pemangkasan cabang/ranting yang mati Kimiawi yaitu, disemprot dengan fungisida berbahan aktif maneb seperti Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 minggu sebelum pemetikan dengan dosis 2-2,5 gram/liter. b) Penyakit
Bercak
Daun/Bercak
Coklat,
bagian
yang
diserang daun dan buah. Gejala bercak coklat muda dengan tepi coklat tua di permukaan daun atau buah. Pengendalian
disemprot
dengan
fungisida
yang
mengandung benomyl seperti Masalgin 50 WP dengan dosis 1-2 gram/liter atau mengoleskan bubuk bourdeaux. c) Penyakit Busuk Akar dan Kanker Batang. Gejala jika akarnya yang diserang maka pertumbuhan tanaman terganggu tunas muda jarang tumbuh, dan pohon dapat mati, jika batangnya yang diserang maka tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang. Pengendalian drainase diperbaiki supaya tidak ada air menggenang dan membongkar tanaman yang diserang kemudian diganti dengan tanaman baru. d) Penyakit Busuk Buah. Gejala bagian yang pertama diserang adalah ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak coklat yang tidak teratur, kemudian menjalar ke bagian buah, pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil. Pengendalian oleskan bubuk
bordeaux
atau
disemprot
dengan
fungisida
berbahan aktif zineb seperti Velimex 80 WP, dengan dosis 2-2,5 gram/liter. e) Layu Fusarium bagian tanaman yang terserang daun dan batang. Gejala daun seluruhnya layu kemudian mengering, batang tanaman menghitam kemudian tanaman mati. Penularan
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 7
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
melalui tanah, aliran air atau hujan. Pengendalian dengan cara : 1) Kultur teknis, dengan perbaikan drainase agar tanah tidak terlalu basah (lembab) atau menggunakan tricho kompos pada saat penanaman atau pada tanaman yang belum terserang. 2) Mekanis, terserang
membongkar berat
dan
(eradikasi) akarnya
tanaman
yang
dimusnahkan
atau
menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang sewaktu pemeliharaan tanaman. 3) Kimia, menggunakan larutan fungisida sistemik dengan cara dikocorkan atau diinfuskan pada akar atau menggunakan fungisida berbahan aktif benomil. 5. Benalu,
tanaman
tumbuh
pada
bagian
batang/ranting
tanaman, pengendalian dengan memotong cabang yang ditumbuhi benalu tersebut.
IV. Daftar Pustaka a) Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2008. Standard Operating Procedure (SOP) Alpukat, Kabupaten Probolinggo. b) Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura,
Kementerian Pertanian, 2010. Standard Operating
Procedure (SOP) Alpukat, Kabupaten Semarang. c) Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Alpukat/Avokat (Persea americana Mill/Persea gratissima Gaerth).
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 8
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
APEL (Malus sylvestris Mill)
I. Pendahuluan Tanaman apel berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis dan di Indonesia sudah ditanam sejak tahun 1934. Apel di Indonesia dapat tumbuh dan berbuah dengan baik di dataran tinggi, dengan sentra produksi
di
Malang
(Batu
dan
Poncokusumo)
dan
Pasuruan
(Nongkojajar). Apel juga ditanam di daerah Situbondo, Banyuwangi, Tawangmangu, Buleleng, Tabanan, NTB, NTT dan Sulawesi Selatan. Apel mengandung banyak vitamin C dan B, selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.
II. Syarat Tumbuh a. Iklim. Curah hujan berkisar antara 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Bulan basah 6-7 bulan/tahun dan bulan kering 3-4 bulan/tahun. Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C, dan kelembaban 75-85%. b. Ketinggian Tempat. Apel dapat tumbuh dan berbuah dengan baik pada ketinggian 7001.200 M dpl dengan ketinggian optimal 1.000-1.200 M dpl.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 9
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c. Tanah. 1) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk pertumbuhan apel antara 6-7 dan jenis tanah yaitu Latosol, Andosol dan Regosol. Jika pH tanah < 6, maka dapat dilakukan pengapuran. 2) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah dengan solum dalam, struktur tanah gembur dan kandungan bahan organik tinggi.
III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Lahan dibersihkan dari semak belukar, tunggul bekas tanaman, rerumputan, kemudian dibajak, dicangkul dan dilakukan peninggian tanah pada alur penanaman. 2) Pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau sehingga penanaman dapat dilakukan pada awal atau musim hujan. b. Penanaman. 1) Pola tanam dapat dilakukan secara monokultur atau tumpang sari, namun jika dilakukan tumpang sari sebaiknya dengan tanaman berhabitat rendah seperti cabai, bawang dll. 2) Jarak tanam 3-3,5 x 3,5 m untuk varietas manalagi dan princes moble, dan 2-3 x 2,5-3 m untuk varietas beauty dan anna, sehingga terdapat populasi tanaman lebih dari 1.000 pohon/Ha. 3) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 50-100 x 50-100 x 50-100 cm, dan dibiarkan terbuka selama kurang lebih 2 minggu. Tanah bagian atas (kurang lebih 20 cm) dipisahkan dengan tanah bagian bawah. 4) Tanah galian kemudian dicampur dengan pupuk organik (pupuk kandang) paling sedikit 20 kg. 5) Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, dengan cara masukkan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam. Bibit ditempatkan di tengah lubang dan diatur perakarannya supaya menyebar. Masukkan tanah bagian atas bibit kedalam lubang sampai batas akar dan kemudian ditambah dengan tanah galian lubang yang sudah dicampur dengan pupuk organik. 6) Untuk menghindari tiupan angin, setiap bibit ditahan pada ajir dengan ikatan yang longgar. Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 10
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c. Pemeliharaan 1)
Penyiangan, dilakukan untuk membuang gulma yang tumbuh di sekitar tanaman yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
2)
Pembumbunan tanah, dilakukan guna meninggikan kembali tanah di sekitar tanaman sehingga tanaman tidak tergenang air sekaligus
penggemburan
tanah.
Kegiatan
pembumbunan
biasanya dilakukan setelah panen atau pada saat pemupukan. 3)
Penyiraman, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadai sepanjang musim, tetapi tidak tahan terhadap genangan air (air jenuh). Pada musim penghujan harus diperhatikan agar tanaman tidak terendam air, sehingga perlu drainase yang baik. Sedangkan pada musim kemarau tanaman perlu disiram paling sedikit 2 minggu sekali dengan cara dikocor.
4)
Pemangkasan tanaman, dilakukan pada : a) bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak produktif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, serta ranting dan daun yang menutupi buah. b) pemangkasan dilakukan sejak tanaman umur 3 bulan sampai diperoleh bentuk yang diinginkan (umur 4-5 tahun). c) pada keadaan tertentu, juga dilakukan pangkas pohon pokok (pangkas habis) pada tanaman apel yang batang pokoknya rusak akibat serangan penyakit. d) pemangkasan, dilakukan setelah perompesan dengan tujuan mengatur
percabangan
untuk
dibuahkan
maupun
untuk
mengurangi kelembaban, dan membuang sumber inokulum (penyakit) serta meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber energi (unsur hara dan sinar matahari). e) cara pemangkasan harus tepat (dekat knop/bakal tunas jika untuk pembungaan) dan diatur agar munculnya bunga merata pada seluruh sisi pohon dengan harapan semua buah mendapat pencahayaan yang cukup.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 11
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
5)
Pemupukan, dilakukan sbb : a) ada musim hujan yaitu pada saat dilakukan rompes daun (< 3 minggu) dengan NPK (15-15-15) sebanyak 1-2 kg/pohon atau campuran urea, TSP dan KCl/ZK (4:2:1) sebanyak + 3 kg/pohon; b) pada saat buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes) dengan NPK (15-15-15) sebanyak 1 kg/pohon atau campuran urea, TSP dan KCl/ZK (1:2:1) sebanyak + 1 kg/pohon. c) pada musim kemarau, hanya dipupuk setelah 2-3 bulan dilakukan rompes dengan dosis pupuk NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran urea, TSP dan KCl/ZK (4:2:1) sebanyak + 3 kg/pohon. d) pemupukan dilpakukan dengan cara disebar di sekeliling tanaman sedalam + 20 cm sejauh lebar daun lalu ditutup tanah dan diairi. e) pupuk kandang diberikan pada musim kemarau 1x/tahun sebanyak + 20 kg/pohon. Pada saat pemberian pupuk organik sebaiknya
ditambahkan
mikroorganisme
yang
mampu
mengendalikan serangan penyakit dan berfungsi sebagai perombak atau pengurai yang membantu ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Mikroorganisme yang telah digunakan adalah Trichoderma sp (telah dieksplorasi dari kebun apel), Gliocladium sp dan Pseudomonas flourescens. 6)
Perompesan, dilakukan sbb : a) untuk menggantikan musim gugur dan dilakukan secara manual dengan tangan dilakukan 10 hari setelah panen. b) sebaiknya dilakukan ketika bakal tunas telah siap dan perlu dilakukan pemupukan sebelumnya agar tanaman memiliki cukup cadangan energi untuk pertunasan. c) perompesan dapat dilakukan dengan penyemprotan bahan kimia seperti campuran urea 10% dengan ethrel 5.000 ppm dilakukan 2 kali yaitu 1 minggu setelah panen dan diulang 1 minggu berikutnya.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 12
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
d) sebaiknya dihindari perompesan daun dengan bahan kimia, misal pupuk urea tersebut, karena dapat merusak jaringan kulit batang dan memudahkan pertumbuhan penyakit. 7)
Pelengkungan cabang, dilakukan sbb : a) setelah tindakan perompesan untuk meratakan tunas lateral dengan menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah, sehingga dapat memacu terbentuknya buah. b) untuk menyerempakkan pertumbuhan tunas lateral sehingga pembungaan relatif seragam. c) kegiatan dilakukan jika jarak tanam memenuhi syarat, tetapi jika jarak tanam rapat, cara ini tidak dilakukan.
8)
Penjarangan buah, dilakukan sbb : a) untuk meningkatkan mutu buah (ukuran, penampakan) dengan membuang buah yang tidak normal (terserang hama & penyakit atau buah yang kecil-kecil) dan sebaiknya hanya ada 3-5 buah/tunas. b) kegiatan ini dilakukan jika buah terlalu banyak pada umur 2-3 bulan. Jumlah buah yang banyak dalam satu tunas dapat terjadi jika digunakan ZPT atau pemangkasan yang tidak tepat (banyak
tunas
yang
tidak
berbunga)
sehingga
buah
menngumpul pada beberapa tunas saja. 9)
Pembrongsongan buah, dilakukan sbb : a) pada waktu 3 bulan sebelum panen dengan kertas minyak berwarna
putih
sampai
keabu-abuan/coklat-coklatan
atau
bekas buku telepon dengan bagian bawah berlubang. b) kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan warna kulit buah tetap mulus dan buah terhindar dari serangan burung atau kelelawar. 10) Perlakuan khusus dilakukan sbb : a) dengan memberikan zat hormonal tertentu disertai beberapa nutrisi mikro yang hanya dilakukan pada saat berbunga pada musim hujan dengan tujuan mempertahankan bunga agar menjadi buah. b) perlakuan ini diperlukan jika hujan cukup lebat, berlangsung lama pada siang hari dan tanaman belum sehat sepenuhnya.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 13
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
11) Perbaikan mutu warna, dilakukan dengan bahan kimia ethrel, paklobutrazol. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama. a) Kutu hijau, bagian yang diserang daun, bunga dan buah. Gejala daun berubah bentuk (mengkerut dan keriting), terlambat berbunga, buah muda gugur/mutunya jelek. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis/kultur teknis yaitu, sanitasi kebun dan jarak tanam jangan terlalu rapat. 2) Biologis yaitu, dengan musuh alami (Coccinellidae lycosa). 3) Kimiawi yaitu, disemprot dengan insektisida berbahan aktif metidation (Supracide 40 EC) dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; atau Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; atau insektisida dengan bahan aktif Imidakloprid (Convidor 200 SL) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; atau Convidor 200 SL dalam 600 liter/ha air dengan interval penyemprotan 10 hari sekali; Convidor dapat mematikan sampai telur-telurnya dengan cara penyemprotan dari atas ke bawah, penyemprotan . dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen. b) Tungau, bagian yang diserang daun. Gejala jika menyerang daun dengan hebat, maka daun bercak kuning, buram, coklat dan mengering; jika menyerang buah, maka buah bercak keperak-perakan atau coklat. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Biologis yaitu, dengan musuh alami (Coccinellidae lycosa). 2) Kimiawi yaitu, disemprot dengan insektisida akarisidia Omite 570 EC penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air per hektar dengan interval 2 minggu. c) Trips, bagian yang diserang daun. Gejala pada daun terlihat bintik-bintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal, daun pada
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 14
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
ujung tunas mengering dan gugur, pada daun ada bekas luka berwarna coklat abu-abu. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis membuang telur hama pada daun dan menjaga tajuk tanaman tidak terlalu rapat. 2) Kimiawi
dengan
disemprot
insektisida
berbahan
aktif
methomyl seperti Lannate 25 WP dengan dosis 2 cc/liter air atau insektisida dengan bahan aktif seperti atau Lebaycid 550 EC dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah. d) Ulat daun. Gejala terdapat lubang tidak teratur pada daun. Pengendalian dilkukan dengan cara : 1) Mekanis membuang telur hama pada daun. 2) Kimiawi
dengan
disemprot
insektisida
berbahan
aktif
metamidofos seperti Tamaron 200 LC atau insektisida dengan bahan aktif monocrotofos seperti Nuvacron 20 SCW. e) Serangga pengisap daun. Gejala
daun
yang
terserang
berwarna
coklat
dan
perkembangannya tidak simetris; tunas yang terserang berwarna coklat, kering dan mati; buah yang terserang menjadi bercakbercak coklat dan mutu buah menurun. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis
pengerodongan
dengan
atap
plastik
atau
pemberongsongan buah. 2) Kimiawi dengan disemprot insektisida berbahan aktif metomyl seperti Lannate 25 WP atau insektisidan dengan bahan aktif BPMC seperti Baycarb 500 EC;
penyemprotan dilakukan
pada pagi atau sore hari. f) Ulat daun hitam. Gejala tanaman yang terserang tinggal tulang daun. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis dengan membuang telur hama yang biasanya diletakkan pada daun.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 15
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Kimiawi
dengan
disemprot
insektisida
berbahan
aktif
monocrotofos seperti: Nuvacron 20 SCW dan Matador 25 EC. g) Lalat buah. Gejala bentuk buah menjadi jelek terlihat benjol-benjol. Pengendalian
dengan
membuat
perangkap
lalat
jantan,
menggunakan methyl eugenol (0,1 cc) yang diteteskan pada kapas yang sudah ditetesi insektisida (2 cc), kapas kemudian dimasukkan kedalam botol plastik bekas air mineral dan digantung setinggi 2 m, karena aroma yang mirip bau-bauan yang dikelurkan lalat betina, maka lalat jantan tertarik dan menghisap kapas tersebut atau disemprot dengan insektisida kontak seperti lebacyd 550 EC. 2. Penyakit. a) Penyakit embun tepung, bagian yang diserang buah. Gejala: daun bagian atas tampak putih; tunas tumbuh tidak normal, kerdil dan tidak berbuah; buah berwarna coklat dan berkutil coklat. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar. 2) Kimiawi yaitu, disemprot dengan fungisida Nimrod 250 EC atau Afugan 300 EC setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari. b) Penyakit bercak daun, bagian yang diserang daun. Gejala: daun berumur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam dimulai dari daun tua; daun muda hingga seluruh bagian gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis yaitu, jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian tanaman yang diserang dipotong dan dibakar. 2) Kimiawi yaitu, disemprot dengan fungusida Agrisan 60 WP sejak 10 hari setelah perompesan sebanyak 10 kali dengan interval 1 minggu atau disemprot dengan Delseme MX 200 atau henlate sejak umur 4 hari setelah perompesan selama 4 minggu dengan interval 7 hari.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 16
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c) Jamur upas. Pengendalian dengan mengurangi kelembaban kebun dan menghilangkan bagian tanaman yang sakit d) Penyakit kanker, bagian yang diserang batang dan buah. Gejala: batang/cabang busuk, berwarna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan; pada buah timbul bercak kecil warna coklat muda, busuk, menggelembung, berair dan berwarna pucat. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis yaitu, tidak memanen buah terlalu masak, mengurangi kelembaban kebun, membuang bagian tanaman yang sakit. 2) Kimiawi yaitu pengerokan batang yang sakit kemudian diolesi fungisida Difolatan 4 F atau Copper Sandoz, atau disemprot dengan Benomyl atau Antracol 70 WP. e) Busuk buah, bagian yang diserang buah. Gejala: bercak kecil berwarna coklat dan bintik-bintik hitam lalu berubah menjadi orange pada buah. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, tidak memetik buah terlalu masak. 2) Kimiawi yaitu, pencelupan buah dengan Benomyl untuk mencegah penyakit waktu penyimpanan. f) Busuk akar. Gejala: layu daun lalu gugur dan kulit akar membusuk. Pengendalian membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya dan bekas lubang tidak ditanami minimum selama 1 tahun.
IV. Daftar Pustaka a) Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Pertanian Apel (Malus sylvestris Mill). b) Pramono dan Edi Siswanto, 2007. Budidaya Apel Organik.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 17
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
BUAH NAGA (Hylocereus undatus)
I. Pendahuluan Buah naga merupakan tanaman asli dari Meksiko, dan dibawa ke Vietnam sebagai tanaman hias, namun setelah diketahui rasa buahnya enak, kemudian ditanam secara besar-besaran. Saat ini Vietnam telah menjadi negara pengekspor utama buah naga di dunia. Di Indonesia buah naga mulai dibudidayakan pada tahun 1977. Bentuk fisik buah naga seperti buah nenas namun mempunyai sulur di seluruh kulitnya dan berwarna merah. Warna daging buah bermacammacam antara lain putih, kuning dan merah dengan biji kecil berwarna hitam yang sangat lembut dan lunak. Buah naga kaya vitamin dan mineral dengan kandungan serat cukup banyak sehingga cocok untuk diet. Bentuk tanaman mirip dengan pohon kaktus berupa sulur-sulur yang memanjang seperti lidah naga yang menjulur. Khasiat buah naga untuk obat penguat fungsi ginjal, tulang dan kecerdasan otak, meningkatkan ketajaman mata, pencegah kanker usus, menguraikan kolesterol, keputihan dan sebagai perawatan kecantikan.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 18
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
II. Syarat Tumbuh a. Iklim. 1) Tanaman buah naga membutuhkan penyinaran penuh untuk mempercepat proses pembungaan, sehingga tanaman ini cocok ditanam di daerah tropis. 2) Curah hujan ideal sekitar 720 mm/th. 3) Suhu udara 26 - 36 derajat C dengan kelembaban 70 - 90%. b. Ketinggian Tempat. Buah naga dapat tumbuh pada dataran rendah dengan ketinggian 0 500 m dpl. c. Tanah. Tanaman buah naga tumbuh dengan baik pada tanah gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan pH tanah antara 5 - 7. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Lahan dibersihkan dari semak belukar, tunggul bekas tanaman, rerumputan, kemudian dicangkul. 2) Tanaman buah naga tidak mempunyai batang primer yang kokoh, sehingga perlu dipersiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman. 3) Tiang penopang dapat dibuat dari kayu atau beton dengan ukuran 10-12 x 10-12 cm dengan tinggi 2 m dan ditancapkan ke tanah sedalam 50 - 60 cm. Ujung atas tiang tersebut diberi besi berbentuk lingkaran dengan diameter > 12 mm untuk menopang cabang tanaman. b. Penanaman. 1) Jarak tiang penopang tanaman 2 x 2,5 m sehingga dalam 1 Ha terdapat 2.000 tiang penyangga tanaman. 2) Setiap tiang penopang ditanami 4 bibit tanaman dengan jarak sekitar 10 - 30 cm dari tiang penopang sehingga dalam 1 Ha dapat ditanam 8.000 bibit. 3) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan, dan dibiarkan terbuka selama kurang lebih 1 bulan sebelum tanam.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 19
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
4) Tiap lubang tanam diberi pupuk organik (pupuk kandang) sebanyak 20 - 30 kg, dolomit 300 gr dan trichoderma 5 gr dicampur dengan tanah galian lubang. 5) Penanaman
dilakukan
pada
awal
musim
hujan,
dengan
memasukkan bibit sedalam 5 - 7 cm kemudian bibit diikat tidak terlalu erat dengan tiang penopang. c. Pemeliharaan. 1) Penyiangan, dilakukan untuk membuang gulma yang tumbuh di sekitar tanaman yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman. 2) Penyulaman, dilakukan 4 - 6 minggu setelah penanaman dengan mencabut bibit yang mati/busuk, lubang tanam ditaburi kapur pertanian/dolomit. sebelum lubang ditanami kembali 3) Penyiraman, pada tahap awal pertumbuhan penyiraman dilakukan 1-2 hari sekali, karena tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk apabila kelebihan air. 4) Perawatan sulur tanaman perlu diperhatikan agar terhindar dari luka, serta perlu dilakukan pengecekan pH tanah. 5) Pemangkasan tanaman, dilakukan terhadap batang utama setelah setinggi tiang penyangga (2 M) selanjutnya dibiarkan tumbuh 2 cabang sekunder. Masing-masing cabang sekunder dipangkas lagi dan dibiarkan tumbuh 2 cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi. 6) Pemupukan, pemupukan dilakukan setiap 3 bulan menggunakan pupuk kandang bila perlu ditambah dolomit (75 gr) dengan dosis 512,5 kg/pohon, kemudian dilakukan penyiraman. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama. a) Tungau, bagian yang diserang cabang tanaman. Gejala: jaringan klorofil pada permukaan kulit cabang berubah warna menjadi coklat. Pengendalian dengan cara : 1) Mekanis yaitu, sanitasi dengan menghilangkan gulma yang menjadi inang tungau (terutama golongan dicotil)
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 20
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Kimiawi yaitu, aplikasi akarisida pada awal peningkatan populasi b) Kutu putih (mealybug), bagian yang diserang cabang tanaman. Gejala: permukaan kulit cabang berselaput kehitaman atau tampak
kotor.
insektisida
Pengendalian
sistemik
dengan
dengan
cara
konsentrasi
penyemprotan
1-2
cc/liter
air.
Penyemprotan dilakukan 7 hari sekali dengan memperhatikan jumlah tanaman yang terserang, umumnya hanya 2 kali pengulangan. Penyemprotan terutama dilakukan pada sela-sela tanaman yang ternaungi cabang lain. c) Kutu batok, bagian yang ditanam yang diserang cabang tanaman. Gejala: cabang tanaman berubah warna dari hijau menjadi kuning karena cairan tanaman diisap. Pengendalian, penyemprotan insektisida sistemik tujuh hari sekali, umumnya dilakukan 2 kali pada seluruh permukaan cabang secara merata. d) Kutu sisik, bagian tanaman yang diserang cabang tanaman. Gejala: permukaan cabang menjadi kusam. Pengendalian
dengan
disemprot
menggunakan
insektisida
sistemik 1-2 cc/liter air, tujuh hari sekali. Penyemprotan dilakukan 2 kali secara merata pada bagian dalam dan di sela-sela sulur tanaman. e) Bekicot, bagian tanaman yang diserang tunas tanaman. Gejala: tunas tanaman menjadi rusak karena digerogoti, bahkan tunas bisa membusuk. Pengendalian dengan sanitasi kebun dengan membersihkan gulma yang merupakan sarang bekicot, dan mengumpulkan bekicot untuk makanan bebek/ikan lele. f) Semut, bagian yang diserang bunga dan buah. Gejala: akan muncul pada saat sudah muncul kuntum bunga sehingga kulit buah berbintik-bintik warna coklat. Jika serangan parah, pentil buah akan kerdil dan mudah rontok.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 21
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida 2 cc/liter air (Furadan 3 G direndam 1-2 jam) diambil airnya kemudian disemprotkan. g) Burung, bagian yang diserang buah. Gejala: menyerang buah yang telah berwarna merah yang berada di bagian atas, serangan tidak menimbulkan kerusakan parah. Pengendalian dengan memasang perangkap. h) Tikus, bagian yang diserang buah. Gejala: menyerang pada malam hari sehingga buah dan batang tanaman rusak. Pengendalian dengan gropyokan atau memasang umpan beracun. i) Tupai, menyerang buah yang sudah masak. Pengendalian dengan bio pestisida. 2. Penyakit. a) Busuk pangkal batang, bagian yang diserang batang tanaman. Gejala:
pada
awal
penanaman,
tanaman
mengalami
pembusukan pada pangkal batang berwarna kecoklatan dan terdapat bulu putih. Sering terjadi pada bibit stek yang tidak bertangkai atau bentuk potongan maupun stek yang belum berakar. Pengendalian, dilakukan dengan cara: 1) Kultur teknis, pH tanah diupayakan > 6,5, dengan pemberian kapur pertanian/dolomit 2) Mekanis yaitu dengan : mengurangi drainase,
kelembaban
jarak
tanam,
kebun
dengan
pemengkasan
mengatur
dan
sanitasi
lingkungan kebun. menghindari terjadinya luka pada akar maupun pangkal batang. membongkar tanaman yang terserang penyakit beserta akarnya kemudian membakarnya. membuang/memotong bagian tanaman yang sakit.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 22
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Biologis yaitu, menggunakan agen antagonis cendawan Trichordema spp, Gliocladium, spp yang dicampur dengan pupuk organik/kompos. 4) Kimiawi yaitu, aplikasi fungisida efektif dan terdaftar bila ditemukan gejala serangan. b) Busuk bakteri, bagian yang diserang batang tanaman. Gejala: tanaman tampak layu, kusam dan berlendir puti kekuningan di batang yang berwarna coklat/batang pokok. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis yaitu : pengaturan drainase, terutama di musim penghujan. sanitasi gulma di areal pertanaman untuk mengurangi kelembaban. 2) Kimiawi yaitu : sterilisasi lahan dengan Basamid G, sesuai petunjuk penggunaan. aplikasi
bakterisida
(terdaftar
dan
dianjurkan)
saat
diketemukan gejala serangan. c) Fusarium. Gejala: cabang tanaman berkerut, layu dan berwarna busuk coklat. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, tidak menanam bibit yang terinfeksi. 2) Mekanis yaitu : pengaturan drainase, terutama di musim penghujan sanitasi gulma di areal pertanaman untuk mengurangi kelembaban. IV. Daftar Pustaka a) Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, 2010. Pedoman Baku Budidaya Standard Operating Procedure (SOP) Buah Naga, Red/Super Red, Kabupaten Sragen. b) http://tcplanet.blogspot.com. Budidaya Buah Naga. c) Indotani Indonesia Bertani, 2011. Budidaya Buah Naga. d) Mahani Amat @ Halimi. Manual Ringkas Cara Penanaman dan Penjagaan Buah Naga.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 23
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DURIAN (Durio zibethinus)
I. Pendahuluan Tanaman durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Tanaman durian semula berupa tanaman liar yang berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan. Buah durian sangat digemari hampir semua orang dan sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad VII Masehi. Buah durian rasanya manis, harum dengan warna dagingnya putih sampai kekuningan dan banyak mengandung kalori, vitamin, lemak dan protein. Di Thailand budidaya tanaman durian sudah dilakukan secara intensif dalam kawasan berbentuk kebun yang cukup luas, sedang di Indonesia pada umumnya masih berupa tanaman yang di tanam di pekarangan. Manfaat tanaman durian selain diambil buahnya, pohonnya dapat dipakai sebagai pencegah erosi di lahan yang miring, batangnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan, bijinya mempunyai kandungan pati cukup tinggi, sehingga dapat dipakai sebagai alternatif pengganti makanan, kulitnya dapat dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus. II. Syarat Tumbuh a. Iklim. Durian tumbuh dengan baik di daerah tropika basah dengan curah hujan > 2.000 mm/tahun dan tersebar merata sepanjang tahun dengan lama bulan basah 9-10 bulan/tahun dan 1-2 bulan kering sebelum berbunga. Intensitas cahaya 40-50%, dengan suhu 22-30 derajat C. b. Ketinggian Tempat. Ketinggian tempat yang baik antara 100-500 M dpl, jika ditanam pada daerah yang lebih tinggi akan menurunkan mutunya.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 24
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c. Tanah. 1) Tanaman durian akan tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 5-7 dan optimum pada pH 6-6,5. 2) Kondisi drainase lahan harus baik, dengan kedalaman air tanah antara 50-150 cm dan 150-200 cm, karena akar durian sangat peka (busuk) bila terendam air. 3) Tanah grumosol dan andosol cocok untuk tanaman durian. 4) Tanah subur dan kaya kandungan bahan organik.
III. Budidaya a. Pengolahan lahan. 1) Lahan dibersihkan dari rerumputan, sisa tebangan, tanaman liar, kemudian dibajak/dicangkul 2) Di sekitar kebun perlu dibuat saluran drainase guna menghindari adanya genangan. 3) Kegiatan pengolahan lahan dilakukan sebelum musim hujan. b. Penanaman. 1) Jarak tanam 10 x 10 M untuk jenis durian genjah, dan 12 x 12 M untuk jenis durian sedang dan dalam. 2) Lubang tanam dengan ukuran 80 x 80 x 70 cm atau 70 x 70 x 60 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan, tanah galian bagian atas (20 cm) dipisahkan dengan tanah galian bagian bawah dan dibiarkan selama 2-3 minggu. 3) Lubang tanam ditutup kembali, dengan tanah galian atas lebih dahulu dimasukkan setelah dicampur dengan pupuk organik/pupuk kompos sebanyak + 30 kg/lubang. 4) Penanaman dilakukan awal musim hujan pada sore hari agar bibit yang sudah ditanam tidak langsung terkena matahari. 5) Bibit ditanam sekitar 5 cm di atas pangkal batang dan diikat pada batang kayu/bambu agar tanaman dapat tumbuh tegak lurus. 6) Bibit yang sudah ditanam sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sengatan matahari, curah hujan yang lebat. Naungan dapat dibongkar setelah tanaman berumur 3-5 bulan.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 25
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
7) Tanah di sekitar tanaman sebaiknya ditutup rumput/jerami kering sebagai mulsa, agar kelembaban tanah dapat stabil. c. Pemeliharaan. 1)
Penyiangan, dilakukan untuk membuang gulma yang tumbuh di sekitar tanaman (1 m dari batang pohon) yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
2)
Penyiraman, hal-hal yang perlu diperhatikan : a) Tahap awal pertumbuhan penyiraman dilakukan setiap hari pagi dan sore hari, tetapi tanah tidak boleh tergenang terlalu lama (terlalu basah). b) Kebutuhan air pada masa vegetatif 4-5 L/hari dan pada masa produktif 10-12 L/hari. c) Setelah tanaman berumur satu bulan penyiraman dilakukan 3x/minggu. Jika tanaman sudah berbuah, penyiraman harus diperhatikan karena kalau kekurangan air dapat mengakibatkan kerontokan buah. d) Tanaman durian akan membutuhkan banyak air setelah panen karena diperlukan untuk memulihkan kondisi tanaman menjadi normal kembali.
3)
Pemupukan pada tanaman yang belum berbuah, dilakukan dengan dosis sbb: a) Pemupukan NPK (15:15:15) dilakukan 2 kali/tahun, dengan dosis sbb: 1. Tanaman umur 1 tahun, dosis pupuk NPK 40 - 80 gr/ pohon/tahun. 2. Tanaman umur 2 tahun, dosis pupuk NPK 150 - 300 gr/ pohon/tahun. 3. Tanaman umur 3 - 4 tahun, dosis pupuk NPK 400 - 600 gr/ pohon/tahun. b) Pupuk organic/kompos/pupuk kandang diberikan setahun sekali pada akhir musim hujan dengan dosis minimal 15-20kg/pohon.
4)
Pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan/berbuah, dengan dosis/pohon sbb :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 26
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. Sesudah pemangkasan, pupuk organik 40-60 kg, urea 670 gr, SP-36 890 gr, KCl 530 gr 2. Saat pucuk mulai menua, urea 335 gr, SP-36 445 gr, KCl 265gr 3. Dua bln setelah pemupukan kedua, urea 180 gr, SP-36 650 gr, KCl 150 gr 4. Saat muncul bunga, urea 45 gr, SP-36 225 gr, KCl 100 gr 5. Satu bulan sbelum panen, urea 180 gr, SP-36 650 gr, KCl 150gr. 5)
Cara memupuk, dibuat selokan melingkari tanaman dengan garis tengah selokan disesuaikan dengan lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat 20-30 cm dan tanah cangkulan disisihkan di pinggirnya. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam selokan, tanah tadi dikembalikan untuk menutup selokan dan diratakan. Apabila tanah dalam keadaan kering segera lakukan penyiraman.
6)
Pemangkasan akar. a) Pemangkasan akar akan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman sampai 40% selama
1 musim. Selama itu pula
tanaman tidak dipangkas. Pemangkasan akar selain membuat tanaman menjadi cepat berbuah juga meningkatkan kualitas buah, buah lebih keras dan lebih tahan lama. b) Waktu pemotongan akar paling baik pada saat tanaman mulai berbunga, paling lambat 2 minggu setelah berbunga. Jika dilakukan melewati batas, hasil c) tanaman durian diiris sedalam 60-90 cm dan sejauh 1,5-2 meter dari panen berkurang dan pertumbuhan terhambat. d) Cara pemotongan: kedua sisi barisan pangkal batang. 7)
Pemangkasan bentuk, dilakukan dengan : a) Tanaman sudah berumur 1 tahun. b) Pelihara satu batang utama, potong calon cabang primer yang tidak diinginkan (cabang dengan pertumbuhan terlalu panjang, tidak normal atau terserang hama & penyakit), cabang-cabang primer terpilih diatur jaraknya sekitar 40-60 cm.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 27
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c) Pertumbuhan
cabang
diarahkan
supaya
mendatar
atau
membentuk sudut sekitar 90 derajat dengan batang utama, dengan mengikat pucuk cabang dengan tali yang diberi pemberat. d) Tunas-tunas liar yang tumbuh di cabang terpilih harus dipangkas dan sisakan 1-2 cm dari pangkal cabang. e) Tinggi tanaman dipertahankan sekitar 4 m dari permukaan tanah dan cabang terendah berjarak 0,7-1 m dari permukaan tanah. f) Oleskan pada bagian yang dipangkas dengan ter/meni/ pestisida 8)
Pemangkasan pemeliharaan, dilakukan dengan : a) Tanaman sudah mulai berproduksi pertama b) Memangkas cabang bersudut kecil, cabang dan ranting yang terserang hama & penyakit. Pemangkasan ranting pada cabang besar/produktif dibersihkan dengan menyisakan 1/3 bagian ujung c) Memangkas cabang/tunas liar yang tumbuh tidak pada tempatnya d) Memangkas dahan dan ranting yang rapat, bersilangan atau tersembunyi/terlindung e) Memangkas dahan dan rantingyang lemah serta tajuk bagian atas yakni turun 1 ruas pada ujung ranting (terminal) f) Memangkas dahan dan ranting yang pertumbuhannya ke arah dalam tajuk atau ke arah bawah g) Pertahankan ketinggian optimal 3-4 m atau 5-6 m h) Oleskan
pada
bagian
yang
dipangkas
dengan
ter/meni/pestisida 9)
Penyerbukaan buatan, dilakukan dengan : a) Mengumpulkan serbuk sari dalam kantong plastik bersih dengan menggoyang-goyangkan bunga atau disapu dengan kuas halus b) Melakukan penyerbukan buatan pada malam hari jam 19.0021.00, dengan mengoleskan serbuk sari ke kepala putik memakai kuas halus
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 28
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
10) Penjarangan buah. Penjarangan buah bertujuan untuk mencegah kematian durian agar tidak menghabiskan energinya untuk proses pembuahan. Penjarangan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, rasa buah, ukuran buah dan frekuensi pembuahan setiap tahunnya. Penjarangan dilakukan bersamaan dengan proses pengguguran bunga, begitu gugur bunga selesai, besoknya harus dilakukan penjarangan (tidak boleh ditunda-tunda). Penjarangan dilakukan secara : a) Penjarangan secara mekanis, dilakukan : 1. Pada saat buah sebesar bola tenis dengan menyisakan tiap dompol 1-2 buah dengan bentuk normal, sehat dan bebas dari hama & penyakit, 2. Buah tidak saling bersinggungan dengan membuat jarak antara dompol dalam satu cabang 20-30 cm. b) Penjarangan kimiawi, yaitu dengan menyemprotkan hormon tertentu (Auxin A), pada saat bunga atau bakal buah baru berumur sebulan. Pada saat itu sebagian bunga sudah terbuka dan sudah dibuahi. Ketika hormon disemprotkan, bunga yang telah
dibuahi
akan
tetap
meneruskan
pembuahannya
sedangkan bunga yang belum sempat dibuahi akan mati dengan sendirinya. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama a) Penggerek buah (Jawa : Gala-gala), bagian yang diserang buah. Gejala, buah yang diserang kadang-kadang jatuh sebelum tua. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, membungkus/membrongsong buah terpilih sejak dini pengasapan di bawah pohon pada sore hari untuk mengusir imago 2) Mekanis yaitu, mengumpulkan buah yang terserang hama dan gugur untuk dimusnahkan/dikubur
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 29
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Biologis yaitu, menggunakan semut rang-rang untuk mengusir imago atau menggunakan musuh alami lain yaitu lalat Tachinidea (Argyroplax basifulfa), Ventura, sp. 4) Kimiawi yaitu, penyemprotan insektisida, seperti Basudin, Sumithion 50 AC, Thiodan 35 EC, dengan dosis 2-3 cc/liter air. b) Lebah mini, gejala, bagian yang diserang ranting dan daun. Gejala: penggerekan ranting-ranting muda dan memakan daundaun muda. Pengendalian yaitu, menggunakan parvasida, seperti Hostathion 40 EC (Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, seperti Supracide 40 EC dosis 420 gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%). c) Ulat penggerek bunga. Gejala : kuncup bunga terserang akan rusak dan putiknya banyak yang berguguran, benang sari dan tajuk bunga rusak semua, sedangkan kuncup dan putik patah karena luka digerek ulat. Pengendalian
yaitu,
menyemprotkan
obat-obatan
seperti
Supracide 40 EC, Nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter). d) Kutu loncat durian, bagian yang diserang daun. Gejala : kutu loncat bergerombol menyerang pucuk daun yang masih muda dengan cara menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga daun-daun akan kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap cairan, kutu ini mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya manis dan merata ke seluruh permukaan daun sehingga mengundang semut-semut bergerombol. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, dilakukan sanitasi kebun terutama daun kering 2) Mekanis yaitu, daun dan ranting-ranting yang terserang dipangkas dan dimusnahkan
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 30
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Kimiawi yaitu, menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC dosis 100-150 gram/5 liter air. e) Penggerek batang dan cabang. Gejala : adanya lubang kecil bekas gerekan pada batang, dahan atau ranting dan mengeluarkan cairan dan kotoran berwarna kemerahan, akibatnya tanaman kering, daun layu/rontok dan mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, sanitasi kebun dari gulma dan tanaman inang seperti tanaman jeruk, kopi, kakao, sirsak dll. 2) Mekanis, memotong bagian tanaman yang terserang 5 cm di bawah lubang gerek, kemudian membakarnya supaya larva mati atau memasukkan kawat ke dalam lubang gerekan sehingga larva mati karena tertusuk kawat. 3) Biologis, menggunakan musuh alami yaitu Brazon zeuzerae (fam. Tachinidea) dan cendawan Beauveria bassiana. 4) Kimiawi, aplikasi parafin karbolinium plantarum dengan dosis 2 cc/L atau menginfus tanaman menggunakan insektisida sistemik melalui batang atau ujung akar. f) Rayap, bagian yang terserang batang. Gejala : adanya alur atau terowongan dari tanah yang menempel di batang. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, membersihkan kebun dari sisa bonggol kayu atau gulma dan membersihkan batang tanaman dari alur/terowongan rayap 2) Kimiawi yaitu, menggunakan Furadan disekeliling pohon dengan dosis 30-50 gr/pohon atau aplikasi insektisida Decis 2,5 EC, Diazinon 600 EC sesuai dosis anjuran g) Kumbang daun dan buah muda. Gejala : adanya perubahan warna pada bagian yang terserang (warna perunggu) serta permukaan atas daun terdapat bercak berwarna kekuningan. Pengendalian dilakukan dengan cara:
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 31
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1) Biologis, menggunakan musuh alami predator dari Fam. Coccinellidae dan Chrysophidae. 2) Kimiawi, aplikasi akarisida Antimit 570 EC (bahan aktif progargit) dosis 7 cc/liter. h) Penggerek biji. Gejala : lubang pada kulit buah kemudian masuk ke dalam daging buah hingga ke dalam biji. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, memusnahkan buah dan biji yang terserang 2) Mekanis yaitu, membungkus/membrongsong buah terpilih sejak dini pengasapan di bawah pohon pada sore hari untuk mengusir imago 3) Kimiawi yaitu, penyemprotan dengan insektisida terdaftar dan berijin, dilakukan setelah tanaman selesai berbunga. i) Kutu dompolan, bagian yang terserang bunga dan buah. Gejala : bunga dan buah muda yang terserang menjadi gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, pemupukan
dan
pengairan
yang
seimbang,
sesuai
rekomendasi hindarkan tanaman durian dari tanaman inang hama 2) Mekanis yaitu, sanitasi lingkungan dengan memusnahkan bagian tanaman yang terserang dan membersihkan gulma di sekitar tanaman durian 3) Biologis yaitu, pemanfaatan musuh alami seperti semut hitam, cendawan parasit Empusa fresenil, atau predator Cryptolaemus montrouzieri penggunaan insektisida botani seperti larutan umbi bawang putih dicampur cabai
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 32
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
4) Kimiawi yaitu, aplikasi insektisida bila dijumpai kerusakan buah 20% setelah penjarangan ketiga mencegah datangnya semut yang membawa kutu, dengan cara melilitkan kain, yang telah dibasahi insektisida, pada batang/cabang tanaman. j) Tupai, bagian yang terserang buah. Gejala : bagian permukaan kulit buah rusak sampai bagian daging buah. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, melakukan pembersihan tanaman terutama pada bagian yang menjadi sarang tupai mengusir tupai dengan cara gropyokan, perangkap,atau menembak dengan senapan angin 2) Kimiawi yaitu, dengan umpan buah-buahan yang sudah diberi racun, seperti Klerat atau Furadan. 2. Penyakit a) Phytopthora parasitica dan Pythium complectens, bagian yang terserang buah. Gejala : daun durian yang terserang menguning dan gugur mulai dari daun yang tua; cabang pohon kelihatan sakit dan ujungujungnya mati, diikuti dengan berkembangnya tunas-tunas dari cabang di bawahnya; kulit di atas permukaan tanah menjadi coklat dan membusuk; pembusukan pada akar hanya terbatas pada akar-akar sebelah bawah, tetapi dapat meluas dari ujung akar lateral sampai ke akar tunggang; dilihat dari luar akar yang sakit tampak normal, tetapi jaringan kulitnya menjadi colat tua dan jaringan pembuluh menjadi merah jambu. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, pilih bibit durian kerikil untuk batang bawah karena jenis ini lebih tahan terhadap serangan jamur sehingga dapat terhindar dari serangan penyakit busuk
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 33
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
upayakan drainase yang baik agar tanah tidak terlalu basah dan air tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu hujan 2) Mekanis yaitu, pohon yang sakit dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar. b) Kanker batang. Gejala : kulit batang durian yang terserang mengeluarkan blendok (gum) yang gelap; jaringan kulit berubah menjadi merah kelam, coklat tua atau hitam; bagian yang sakit dapat meluas ke dalam sampai ke kayu; daun-daun rontok dan ranting-ranting muda dari ujung mulai mati. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu : a) perbaikan
drainase
agar
air
hujan
tidak
mengalir
dipermukaan tanah b) menanam tanaman yang tahan terhadap penyakit tersebut c) memangkas daun yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban kebun d) melakukan rotasi tanaman e) melakukan pemupukan dengan pupuk organik/kandang yang dicampur kapur dan mengupayakan pH tanah 6,5 2) Mekanis yaitu, eradikasi tanaman sakit parah/mati, kulit yang sakit dikerok/dibuang sampai bagian yang sehat kemudian dibakar. Luka kerokan dibuat oval meruncing di bagian tas dan bawah sehingga luka cepat tertutup. Luka kerokan kemudian diolesi fungisida dan ditutup dengan karbolinum 3) Biologis
yaitu,
aplikasi
jamur
antagonis,
Trichoderma
harzianum, ke permukaan tanah 4) Kimiawi yaitu, mengkored/mengupas kulit yang sakit sampai ke kayunya yang sehat dan potongan tanaman yang sakit harus dibakar, sedangkan bagian yang terluka diolesi fungisida, misalnya Difolatan 4 F 3%. c) Jamur upas, bagian yang diserang cabang tanaman. Gejala : pada cabang-cabang dan kulit kayu terdapat benangbenang jamur mengkilat seperti sarang laba-laba pada cabang-
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 34
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
cabang. Jamur berkembang menjadi kerak berwarna merah jambu
dan
masuk
ke
dalam
kulit
dan
kayu
sehingga
menyebabkan matinya cabang. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, memangkas bagian tanaman yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban 2) Mekanis yaitu, jika jamur sudah membentuk kerak merah jambu sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kira-kira lebih 30 cm ke bawah ke bagian yang berjamur dan dimusnahkan 3) Kimiawi, melumasi cabang yang terserang dengan fungisida, misalnya calizin RM menyemprotkan Antrocol 70 WP (propineb 70,5%), dosis 100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi. d) Busuk buah. Gejala awal serangan terdapat bercak-bercak basah berwarna coklat kehitaman pada kulit buah, kemudian busuk pada bagian yang terserang terbentuk miselium dan sporangia berwarna putih. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, perbaikan
drainase
supaya
tanah
tidak
terlalu
basah/lembab areal pertanaman dibersihkan dari tanaman inang patogen seperti pepaya, nenas, jeruk dan coklat 2) Mekanis yaitu, memangkas daun dan dahan yang kurang diperlukan untuk mengurangi kelembaban pemusnahan buah yang terserang penyakit menghindari buah hasil panen bersentuhan dengan tanah tinggi cabang terbawah minimal 1 m. e) Busuk akar. Gejala : timbulnya bercak nekrotik pada akar lateral dimulai dari bagian ujung; pada tingkat serangan yang tinggi, di atas
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 35
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
permukaan tanah terdapat ujung cabang pohon yang mati, diikuti dengan berkembangnya dari cabang di bawahnya, daun layu dan gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, perbaikan drainase agar tanah tidak terlalu lembab/basah penggunaan batang bawah yang tahan penyakit 2) Mekanis yaitu, menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang pada waktu pemeliharaan tanaman membongkar (eradikasi) tanaman yang terserang berat dan akarnya dimusnahkan 3) Kimiawi yaitu, menggunakan fungisida sistemik dengan cara dikocorkan atau diinfuskan ke akar f) Bercak daun. Gejala : adanya bercak-bercak kecil basah pada daun yang semakin melebar, daun kemudian mengering dan gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, memperlebar jarak tanam. 2) Kimiawi yaitu, penyemprotan fungisida dan penyiraman yang teratur sejak dari pembibitan IV. Daftar Pustaka a. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Depatemen Pertanian, 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Durian Sitokong, Kabupaten Kutai Kertanegara b. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, 2010. Standard Operating Procedure (SOP) Durian Kajang, Kabupaten Tanggamus c. teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-durian.html d. Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Durian (Bombaceae sp).
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 36
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DUKU ( Lansium domesticum Corr )
I. Pendahuluan Duku merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari tropik seperti Indonesia, Myanmar, Philipina, Malaysia dan Thailand yang merupakan daerah pengembang tanaman duku tersebesar di Asia Tenggara. Sekarang populasi duku sudah tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara, dengan sentra produksi terdapat di daerah propinsi NAD, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Barat. Di Indonesia terdapat beberapa varietas duku yang dibedakan menurut lokasi sentra produksinya. Di propinsi Sumatera Selatan terdapat duku Palembang (duku Komering dan Rasuan), di Jambi terdapat duku Kumpeh, di Jawa Tengah terdapat duku Matesih, Woro, Sumber dan Kalijajar, di DKI terdapat duku Condet dan di Kalimantan Barat terdapat duku Pontianak.
a. Iklim.
II. Syarat Tumbuh
1) Tanaman duku umumnya dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun dan tanaman duku tumbuh secara optimal di daerah dengan iklim basah sampai agak basah yang bercurah hujan antara 1500-2500 mm/tahun.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 37
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Tanaman duku tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari tinggi. 3) Tanaman duku dapat tumbuh subur jika terletak di suatu daerah dengan suhu udara siang hari sekitar 24-27 derajat C. 4) Kelembaban
udara
yang
tinggi
juga
dapat
mempercepat
pertumbuhan tanaman duku, sebaliknya jika kelembaban udara rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman duku. b. Ketinggian Tempat. Umumnya tanaman duku menghendaki lahan yang memiliki ketinggian tidak lebih dari 650 m dpl, dengan ketinggian ideal antara 30-500 m dpl. Jika ditanam pada daerah yang tinggi (>650 m dpl), tanaman duku dapat
tumbuh
subur
tetapi
akan
mengalami
keterlambatan
berbunga/berbuah. c. Tanah. 1) Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah yang banyak mengandung bahan organik, subur dan mempunyai aerasi tanah yang baik. Sebaliknya pada tanah yang agak poreus/tanah yang banyak mengandung pasir, tanaman duku tidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai dengan pengairan yang cukup. 2) Derajat keasaman tanah (pH) yang baik untuk tanaman duku adalah 6-7, walaupun tanaman duku relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah masam. 3) Tanaman duku tidak menghendaki air yang menggenang karena dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. 4) Tanaman duku lebih menyukai tempat yang agak lereng, sehingga jika turun hujan, air hujan akan terus mengalir dan tidak membentuk suatu genangan air.
a. Pengolahan Lahan.
III. Budidaya
2) Pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada waktu musim kemarau agar pada awal musim hujan dapat dilakukan penanaman. 3) Jarak tanam 8 x 8 m atau 12 x 12 m, sehingga jumlah tanaman antara 50-150 pohon/Ha. 4) Pembuatan lubang tanam, sebaiknya dibuat 1-2 bulan sebelum penanaman bibit. Lubang tanam minimal yang dibuat adalah Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 38
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
berukuran 0,6 x 0,6 x 0,6 meter atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan. Namun akan lebih baik apabila ukurannya lebih besar yaitu 0,8 x 0,8 x 0,7 meter. Jika bibit duku yang akan ditanam berakar panjang (bibit dari biji), maka lubang yang dibuat harus lebih dalam. Tetapi jika bibit duku berakar pendek (bibit hasil cangkok), penggalian lubang diusahakan lebih lebar dan lebih luas. Lubang tanam dibiarkan 2 minggu, sebelum ditutup kembali. 5) Tanah galian bagian atas (top soil) dipisahkan dengan tanah galian bawah (sub soil). Tanah galian bagian atas dicampur dahulu dengan pupuk organik/pupuk kandang sebanyak 30-50 kg dan NPK sebanyak 5 kg/ lubang tanam, dan furadan pada jarak 7,5 cm dari bibit untuk mencegah serangan nematoda dan rayap sebelum tanah dikembalikan ke dalam lubang. b. Penanaman. 1) Penanaman bibit duku sebaiknya menunggu sampai tanah galian memadat atau tampak turun dari permukaan tanah sekitarnya. Sebelum penanaman dilakukan, maka tanah pada lubang tanam digali terlebih dahulu dengan ukuran kira-kira sebesar kantung yang dibuat untuk membungkus bibit. 2) Pembungkus bibit dibuka dan tanaman dimasukkan kedalam lubang tanam, yang perlu diperhatikan adalah posisi akar tidak boleh terbelit sehingga nantinya tidak mengganggu proses pertumbuhan. Pada saat penanaman bibit, kondisi tanah harus basah/disiram dahulu. 3) Penanaman bibit duku jangan terlalu dangkal, namun permukaan tanah yang dibawa oleh bibit dari kantung pembungkus harus tetap terlihat. Setelah bibit ditanam, maka tanah yang ada disekitarnya dipadatkan dan disiram dengan air secukupnya. 4) Dipasang ajir yang digunakan untuk mengikat bibit supaya tetap tegak, setelah tanaman berumur 2 tahun, maka ajir dapat dilepas. 5) Disekitar permukaan atas lubang tanam dapat diberi bonggol pisang, jerami, atau rumput-rumputan kering untuk menjaga kelembaban dan menghindari pengerasan tanah. c. Pemeliharaan. 1) Penjarangan dan Penyulaman, sbb :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 39
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
a) Penjarangan
dilakukan
terhadap
tanaman
yang
tidak
dikehendaki dan menggangu pertumbuhan tanaman duku. b) Penyulaman tanaman duku dilakukan jika ada tanaman duku yang mati atau tumbuh tidak normal dan diusahakan tanaman penggantinya mempunyai ukuran tajuk hampir sama. 2) Penyiangan, dilakukan sbb : a) untuk
menghilangkan
rumput
dan
gulma
yang
dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman duku, b) lokasi di sekitar bawah tajuk tanaman dengan tangan maupun dengan bantuan beberapa alat pertaniannya lainnya. 3) Pemupukan, Pemupukan sangat diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan hara tanah. Pemupukan tanaman duku dapat menggunakan patokan sebagai berikut : Jenis dan dosis pupuk (setiap pohon/th) Umur tanaman Urea (gr/ph) SP-36 (gr/ph) ZK (gr/ph) Organik (kg/ph) 6 bulan 60 1 tahun 25 31 19 60 2 tahun 50-100 62-125 37-75 60 3 tahun 133-200 167-250 100-150 60 Setiap tahun dosis pupuk anorganik ditambah 20-35 gr/ph stl 3-8 ada tanda2 bunga akan muncul, dan pupuk organik 100-150 tahun kg/pohon Catatan : Umur tanaman > 6 tahun, dosis pupuk dinaikkan namun sebaiknya disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman duku dan kesuburan tanah. Pemupukan duku dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar tanaman duku sedalam 30-50 cm dengan lebar yang sama. Lubang pupuk tersebut dibuat melingkar yang letaknya tepat disekeliling tajuk tanaman. 4) Pengairan dan Penyiraman, tanaman duku hanya memerlukan pemberian air yang cukup terutama pada musim kemarau. Apabila tanaman duku sudah cukup kuat dan kokoh maka penyiraman dilakukan seperlunya saja. Di sekitar lubang tanam sebaiknya dibuat saluran air untuk mencegah air menggenang baik yang berasal dari hujan maupun air penyiraman.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 40
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
5) Pemangkasan. Berdasarkan pertumbuhannya, maka terdapat 2 macam pemangkasan, yaitu : a) Pemangkasan pembentukan tajuk, dilakukan pada : Tanaman sudah berumur 2 tahun Pemangkasan
dilakukan
terhadap
cabang
yang
kedudukannya melingkar, tetapi letaknya tidak dalam satu garis lingkaran sehingga terbentuk tajuk yang bulat b) Pemangkasan pemeliharaan, dilakukan pada : Cabang primer yang sudah tua dan tidak produktif Cabang primer atau cabang lain yang terserang hama dan penyakit Cabang liar, cabang balik dan cabang yang kering Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada musim hujan, jika dilakukan pada musim kemarau maka tanaman disiram dahulu atau sekitar tanaman diberi mulsa untuk menjaga kelembaban tanah 6) Pemberongsongan buah, dilakukan untuk : a) Menghindari serangan tupai, tikus atau kelelawar b) Brongsong dapat dibuat dari bambu atau kantong plastik c) Waktu pembrongsongan yang baik yaitu saat malai bunga sudah menjadi buah atau saat buah mulai membesar (pentil) a. Hama dan Penyakit. 1. Hama a) Kelelawar, bagian yang diserang buah yang matang siap untuk dipanen. Pengendalian : untuk mencegah gangguan kelelawar yaitu dengan membungkus buah duku sejak buah itu berukuran kecil (pentil) dengan ijuk tanaman aren, kain bekas, bongsang yang terbuat dari anyaman bambu. b) Lalat buah, bagian yang diserang buah. Gejala : adanya noda hitam seperti bekas tusukan jarum, sehingga buah busuk dan rontok sebelum masak. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis/kultur teknis yaitu : Membungkus buah dan pengasapan untuk mengusir hama Buah yang rontok dikumpulkan dan dibakar
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 41
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Tanah di bawah pohon didangir sekaligus penyiangan Tanah usahakan terkena sinar matahari agar pupa mati 2) Kimiawi,
dengan
menggunakan
atraktan
seperti
Metil
Eugenol. c) Kutu perisai, bagian yang diserang menyerang daun dan batang duku. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, yaitu pemeliharaan dan perawatan tanaman sebaik mungkin; 2) Kimiawi, yaitu menggunakan insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya. d) Kumbang penggerak buah. Gejala : menyerang buah duku yang sudah matang, sehingga buah duku berlubang dan busuk bila air hujan masuk ke dalamnya. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu pembrongsongan buah dan pengasapan secara rutin untuk mengusir hama 2) Kimiawi, yaitu penyemprotan Diazinon dengan dosis seperti tertera pada kemasan e) Kutu putih, bagian yang diserang dauan. Gejala : kuncup daun dan daun muda yang terserang akan tertutupi hama sehingga berwarna putih. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, yaitu pemeliharaan dan perawatan tanaman sebaik mungkin; 2) Kimiawi, yaitu menggunakan insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya seperti Anthio 33 EC, Azodrin 60 WSC, Sevin 85 S dan Perfection. 2. Penyakit a) Penyakit busuk akar, bagian yang diserang pohon dan buah duku. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis/kultur teknis yaitu
dengan pemeliharaan tanaman
yang baik;
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 42
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Kimiawi yaitu penyemprotan fungisida yang sesuai dengan peruntukannya. b) Penyakit antraknosa, bagian yang diserang buah. Gejala : adanya bintik kecoklatan pada rangkaian buah, sehingga menyebabkan
buah
berguguran
lebih
awal
dan
juga
menyebabkan kerugian pasca panen. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis/kultur teknis yaitu
dengan pemeliharaan tanaman
yang baik; 2) Kimiawi yaitu penyemprotan fungisida yang sesuai dengan peruntukannya c) Penyakit mati pucuk, bagian yang diserang cabang dan ranting tanaman. Gejala : ujung cabang dan ranting yang terserang nampak kering, tunas muda dan bunga mati, jika serangan hebat daun banyak yang rontok. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis/kultur teknis, yaitu : Pemangkasan cabang yang terserang penyakit dan membakarnya Menjaga kelembaban tajuk, kebersihan tanaman dan lingkungan di sekitar tanaman 2) Kimiawi, yaitu penyemprotan fungisida seperti Manzate, Zerlate, Fermate, Dithane D-14 dengan dosis sesuai dengan anjuran pada label. IV. Daftar Pustaka
a. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2006. Budidaya Duku.
b. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura kabupaten OKUT, 2011. Budidaya Tanaman Duku Komering Varietas Rasuan (Lansium domestikum) c. Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Duku (Lansium domesticum Corr).
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 43
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
JAMBU AIR (Syzygium aquaeum)
I. Pendahuluan Jambu Air adalah salah satu buah tropis yang merupakan tanaman asli Indonesia, kemudian meluas di Asia dan dibudidayakan di negara lainnya seperti Jamaika, Suriname, Kepulauan Curacao dan Bonaire. Indonesia memiliki begitu banyak ragam dan varietas jambu air dengan berbagai warna mulai putih, hijau, merah muda, merah , hingga merah kecokelatan. Rasanyapun bervariasi ada yang asam, manis segar dan manis. Varietas jambu air yang paling unggul dibandingkan jenis jambu air lain dan telah dilepas sebagai buah unggul nasional yaitu Jambu Air Citra. Keunggulannya terletak pada sosok buahnya yang besar menyerupai lonceng dan bisa mencapai bobot 250 gr/buah, dengan warna kulit buah merah mengkilap, daging buah tebal, empuk, rasa manis dan tanpa biji. Varietas jambu air citra ditemukan oleh Dr. Ir. Moh. Reza Tirtawinata, staf ahli di Taman Wisata Mekarsari, Bogor, pada tahun 1990 di Anyer, Banten. Pada tahun 1997, jambu air citra dibawa ke Thailand kemudian dibudidayakan secara luas dan diberi nama Thong Sam Sie yang artinya emas tiga warna dan sampai sekarang varietas tersebut yang menjadi varietas terunggul di Thailand. Selain di Indonesia dan Thailand, jambu air citra telah banyak dibudidayakan di beberapa negara seperti Taiwan, Vietnam dan Malaysia.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 44
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Tumbuh baik di daerah yang curah hujannya rendah/kering sekitar 500–3.000 mm/tahun dan musim kemarau lebih dari 4 bulan, sehingga kualitas buah baik dengan rasa lebih manis. 2) Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah 40 - 80 %. 3) Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu air adalah 1828
derajat C.
4) Kelembaban udara antara 50-80 %. b. Ketinggian Tempat. Tanaman jambu air dapat dibudidayakan pada dataran rendah sampai tinggi yang mencapai 1.000 m dpl. c. Tanah. 1) Tanah yang cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik. 2) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok sebagai media tanam jambu air adalah 5,5–7,5. 3) Kedalaman kandungan air yang ideal untuk tempat budidaya jambu air adalah 0- 50 cm; 50-150 cm dan 150-200 cm. 4) Tanaman jambu air sangat cocok tumbuh pada tanah datar. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Pengolahan lahan dilakukan untuk membersihkan semak-semak, rerumputan dsbnya, kemudian tanah dibajak atau dicangkul. 2) Bila bibit tanaman berasal dari cangkokan, pengolahan lahan tidak perlu terlalu dalam tetapi bila bibit tanaman berasal dari hasil okulasi, perlu pengolahan yang cukup dalam. 3) Dibuat saluran air selebar 1 m dan kedalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, untuk pembuangan air yang kurang lancar
b. Penanaman 1) Jambu air ditanam dengan jarak tanam 8 x 8 m. 2) Lubang
tanam
sebaiknya
dibuat
pada
akhir
musim
kemarau/menjelang musim hujan, dengan ukuran panjang x lebar x dalam = 60 x 60 x 60 cm, atau 1 x 1 x 0,5 m. 3) Lubang tanam ditambahkan 30 kg pupuk organik dan 1,5 kg pupuk SP-36 dan dibiarkan selama 1 minggu baru ditanami bibit.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 45
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
4) Kedalaman penanaman,
jika digunakan bibit cangkokan maka
penanaman agar lebih dalam sehingga pohon bisa tumbuh secara kuat 5) Waktu penanaman sebaiknya dilaksanakan persis pada awal musim hujan dan pada pagi hari atau sore hari 6) Di sekeliling tanaman diberi mulsa untuk mengurangi penguapan air tanah c. Pemeliharaan. 1) Penyulaman Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 1 bulan. Bibit yang tidak tumbuh diganti dengan bibit baru yang ditanam pada lubang tanam yang sama. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah
bibit
yang
umurnya
sama
dengan
tanaman
yang
disulam/diganti. 2) Penyiangan dan pendangiran. Penyiangan
dilakukan dengan
maksud
menyuburkan
tanah,
membuang rumput liar/tanaman liar, sedangkan pendangiran dilakukan untuk pengolahan tanah ringan di sekitar tanaman. Kedua kegiatan tersebut dilakukan pada waktu yang sama dan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman. 3) Pemupukan, diberikan sebelum berbuah dan sesudah berbuah, dan sebaiknya dilakukan setelah penyiangan. a) Tanaman belum berbuah (fase vegetatif), untuk memacu pertumbuhan batang, cabang dan akar, dengan dosis sbb : No
Umur Tanaman
1
6 bulan
Dosis pupuk Instan Green (NPK 21:21:21 + TE) 52,5 gr/pohon/3 bulan
2
1 tahun
105 gr/pohon/3 bulan
3
2 tahun
157,5 gr/pohon/3 bulan
4
3 tahun
262,5 gr/pohon/3 bulan
b) Tanaman sudah berbuah (fase generatif), untuk memperbanyak dan mencegah kerontokan bunga, dengan dosis sbb : No
Umur Tanaman
1
4 tahun
Dosis pupuk Instan Red (NPK 10:30:30 + TE) 105 gr/pohon/3 bulan
2
5 tahun
157,5 gr/pohon/3 bulan
3
6 tahun
262,5 gr/pohon/3 bulan
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 46
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c) Pemupukan untuk fase pertumbuhan buah, untuk mempercepat ukuran dan mutu buah. Pemupukan fase pertumbuhan buah dilakukan pada saat buah sebesar kelereng hingga menjelang panen, dengan dosis sbb: No
Umur Tanaman
1
Tahun 1 berbuah
Dosis pupuk Instan Blue (NPK 15:10:32 + Mg + TE) 105 gr/pohon/3 bulan
2
Tahun 2 berbuah
157,5 gr/pohon/3 bulan
3
Tahun 3 berbuah
262,5 gr/pohon/3 bulan
d) Cara pemberian pupuk tersebut sebaiknya dibenam dalam lubang (alur) sedalam 20-30 cm mengelilingi tajuk pohon. 4) Pengairan dan Penyiraman Tanaman jambu air yang hidup pada tanah dengan kedalaman air tanah 150-200 cm, pada musim kemarau sangat memerlukan penyiraman, agar tanah tetap lembab. Ketika masih muda, selama 2 minggu pertama tanaman muda perlu diairi 1-2 kali sehari. Jika sudah cukup besar dan perakarannya dalam, tanaman disirami 1012 kali sebulan. 5) Penyemprotan Pestisida Penyemprotan dilakukan secara teratur 1-2 kali seminggu. Awal penyemprotan dilakukan saat buah jambu air sebesar telur puyuh (umur
-2 bulan sejak berbunga). Akhir penyemprotan dilakukan
saat buah jambu air akan dipetik (sebulan sebelum dipetik dan warna buah sudah berubah) atau sampai gejala serangannya hilang. Ketika hendak melakukan penyemprotan pestisida, atau pupuk daun/hormon, kita harus memperhatikan cuaca, jika kemungkinan akan turun hujan, sebaiknya penyemprotan ditunda dulu. 6) Pemangkasan. Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk pohon, pemeliharaan dan peremajaan. Terdapat 2 jenis pemangkasan, yaitu : a) Pemangkasan bentuk, dilakukan sbb : 1. Umur tanaman 1-2 tahun 2. Ketinggian tanaman sekitar 1 m 3. Waktu pemangkasan menjelang musim hujan
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 47
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
4. Cabang primer yang tumbuh dipangkas lagi dan hanya pelihara 2-3 cabang yang sehat dan baik pertumbuhannya dengan jarak antar cabang 5-10 cm, selanjutnya biarkan tumbuh tunas baru sebagai cabang sekunder. 5. Selanjutnya dilakukan pemangkasan cabang sekunder pada pucuk yang sudah
keras (tua) dan panjang cabang
sekunder setelah pemangkasan kira-kira tinggal 30-50 cm 6. Tunas yang tumbuh pada cabang sekunder dipelihara 2-3 tunas sebagai cabang tersier. 7. Pemangkasan bentuk dihentikan sampai cabang tersier karena rangkaian bunga dan buah akan tumbuh pada cabang tersier. b) Pemangkasan pemeliharaan dilakukan sbb : 1. Pemangkasan dilakukan setiap saat kecuali ketika tanaman sedang berbunga, 2. Bagian yang dipangkas adalah cabang dan ranting yang tua, mati, atau kering, tunas air, tunas yang tumbuh pada batang bawah, tunas yang tumbuh tumpang tindih, daun yang terlalu rimbun serta daun yang terserang hama penyakit 3. Tanaman yang sudah mencapai ketinggian 3-5 m, pucuk tanaman dipangkas agar tanaman tidak terlalu tinggi 4. Cabang yang dipangkas perlu ditutup dengan parafin atau dicat untuk menghindari serangan hama penyakit 5. Setelah pemangkasan perlu dilakukan pemupukan 6. Pemangkasan dilakukan pada awal musim hujan 7) Pengikatan batang dilakukan sbb : a. Untuk merangsang pembentukan bunga b. Tanaman sudah berumur 2-3 tahun c. Bagian tanaman yang diikat adalah batang pokok, cabang primer dan cabang sekunder d. Alat pengikat yaitu kawat e. Bagian tanaman yang akan diikat dibersihkan dari kotoran f. Kulit batang dikerat melingkar dengan pisau yang tajam dan bersih g. Bagian yang dikerat terletak pada ketinggian 10-15 cm dari percabangan
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 48
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
h. Kawat dililitkan dengan kuat pada bagian tanaman yang dikerat i. Tunas yang tumbuh di sekitar lilitan segera dipangkas j. Lilitan kawat dilepas jika tanaman telah mengalami stressing, yaitu daun menguning. k. Jika tanaman telah pulih dari stressing, akan tumbuh tunas baru yang diikuti dengan pembungaan. 8) Pengguguran buah pertama. a. Tanaman jambu air yang ditanaman dari bibit okulasi akan berbuah pada umur 2-3 tahun b. Pembungaan pertama ini sebaiknya digugurkan semua, namun jika ingin tetap dipelihara maksimum disisakan 30-40% saja c. Jika pembungaan pertama dibiarkan berkembang semua, tanaman akan menjadi lemah, sehingga mudah terserang hama dan penyakit dan tanaman cepat mati (berumur pendek) 9) Penjarangan buah. a. Dilakukan untuk mendapatkan buah berkualitas baik b. Makin cepat penjarangan buah, makin efektif pengaruhnya terhadap inisiasi pembungaan pada musim berikutnya c. Penjarangan buah pada tanaman yang tumbuh subur sebanyak 40%-50%, sehingga tersisa 50%-60% d. Penjarangan buah pada tanaman yang tumbuh kurang subur sebanyak 77%, sehingga tersisa hanya 23%. e. Penjarangan dilakukan agar pada satu dompolan paling banyak hanya ada 6 buah f. Penjarangan dilakukan pada saat buah berukuran sebesar ibu jari g. Buah yang dipelihara dipilih yang pertumbuhannya baik, sehat, tidak cacat, terletak di bagian luar, bentuknya sempurna dan letaknya tidak berdempetan. d. Hama Penyakit. 1. Hama. a) Lalat buah, menyebabkan buah cacat dan busuk sehingga tidak dapat dikonsumsi. Gejala pada kulit buah tampak bintik kecil berwarna coklat sampai hitam. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis, berupa :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 49
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
a. Sanitasi kebun, dengan membersihkan dan mengambil buah-buahan yang rontok kemudian dihancurkan/ dibakar, lahan
di
sekitar
tanaman
didangir/
dicangkul
agar
kepompong yang ada dalam tanah mati terkena sinar matahari; membersihkan semak belukar di lahan. b. Pembrongsongan/pembungkusan buah, dilakukan pada saat buah sebesar ibu jari dengan menggunakan kantong plastik atau kertas semen c. Pengasapan, dilakukan di sekitar pohon selama 13 jam dengan menggunakan jerami atau sekam padi. 2) Kimiawi, berupa : a. Pemasangan perangkap berbahan aktif Methyl Eugenol seperti M-Atraktan, atau penyemprotan larutan promar yang
dicampur
insektisida
seperti
Buldok
25
EC,
Hostathion 40 EC, Sevin 85 S. b. Menginfus tanaman dengan insektisida sistemik seperti Perfection 400 EC, Tamaron 200 LC c. Penangkapan lalat dengan menggunakan umpan minyak citronella. d. Penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif triazofos seperti Hostathion 200 EC; berbahan aktif kaptan seperti Sevin 85 S; berbahan aktif endosulfan seperti Thiodan 20 WP; berbahan aktif betasiflurin seperti Buldok 25 EC. Penyemprotan dilakukan pada saat tanaman sedang berbuah. b) Ulat pemakan daun, bagian yang diserang tunas daun yang akan muncul, daun muda, ranting muda, dan tunas bunga. Gejala : daun akan berlubang-lubang atau terpotong-potong sehingga daun tampak rusak. Jika serangan berat, daun habis dimakan ulat sehingga tanaman hampir gundul, tanaman hidup merana, tidak dapat berbuah dan tanaman dapat mati. Pengendalian/pencegahan dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis, dengan cara : a. Memangkas daun dan ranting sehingga tanaman tidak terlalu rimbun.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 50
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b. Memangkas bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya. c. Sanitasi kebun, dengan membersihkan sampah, sisa tanaman yang sakit, kayu dsb kemudian dibakar. 2) Kimiawi, dengan cara : Penyemprotan insektisida kontak berbahan aktif triazofos seperti Hostathion 200 EC; berbahan aktif metidation seperti Supracide 40 EC atau Supracide 25 WP; berbahan aktif klorpiritas seperti Dursban 20 EC, Dursban 146. c) Kumbang belalai, bagian tanaman yang diserang daun tua, dahan bagian bawah, akar, ranting dan buah. Gejala : daun terserang akan berlubang-lubang dan bagian tepi lubang daun berwarna coklat keabu-abuan. Jika serangan berat daun terserang akan rontok dan tanaman akan gundul sehingga tanaman tumbuh kerdil. Pengendalian dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis, dengan cara : a. Memangkas daun dan ranting sehingga tanaman tidak terlalu rimbun b. Memangkas bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya c. Sanitasi kebun, dengan membersihkan sampah, sisa tanaman yang sakit, kayu dsb kemudian dibakar. d. Menjaga kondisi lingkungan perakaran tidak terlalu lembab 2) Kimiawi, dengan cara : Penyemprotan insektisida kontak berbahan aktif triazofos seperti Hostathion 200 EC; berbahan aktif metidation seperti Supracide 40 EC atau Supracide 25 WP; berbahan aktif klorpiritas seperti Dursban 20 EC, Dursban 146. d) Kutu daun, bagian tanaman yang diserang tunas dan daun muda. Gejala : daun terserang akan bergelombang, mengeriting, memilin dan mengecil; terdapat koloni kutu berwarna putih, coklat atau hijau; daun berwarna hitam karena ditumbuhi cendawan jelaga, proses fotosintesa terganggu akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 51
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pengendalian dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis : a. Membunuh koloni kutu yang ada pada tunas muda dan daun muda b. Memangkas tunas dan daun terserang kemudian dibakar 2) Kimiawi dengan : Penyemprotan insektisida kontak berbahan aktif triazofos seperti Hostathion 200 EC; berbahan aktif dimetoat seperti Perfethion 400 EC, Kanon 400 EC, Demacied 40 EC, atau Supracide 25 WP; berbahan aktif perfenofos seperti Curacron 500 EC; berbahan aktif diazinon seperti Diazinon 10 G, Diazinon 60 EC, Neocidol 40 WP. e) Ulat penggerek batang, bagian tanaman yang diserang batang sehingga batang berlubang dan keropos. Gejala : batang tanaman yang diserang tampak lubang kecil dan kadang-kadang ada dahan/ranting yang patah. Jika serangan berat jaringan pembuluh kayu (xylem) rusak dan mengering sehingga pengangkutan zat makanan dari tanah dan zat hasil asimilasi terputus. Hal ini mengakibatkan daun dan cabang layu dan akhirnya mati. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu meletakkan sebatang kayu di dekat tanaman sebagai perangkap agar
kumbang bertelur pada batang
perangkap 2) Kimiawi, dengan : a. Menutup lubang gerekan dengan pasak kayu/bambu atau kain/kapas yang telah dicelup insektisida b. Penyemprotan pada lubang gerekan dengan insektisida f) Kalong, menyerang buah. Gejala : buah menjadi tidak utuh, adanya luka terkerat dan buah berguguran. Pengendalian : 1) Mekanis, diburu dan ditembak atau dijerat dengan jaring 2) Kimiawi, memasang umpan beracun
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 52
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
g) Lalat bisul, bagian tanaman yang diserang daun. Gejala : pada daun akan timbul bisul-bisul yang berisi telur lalat selanjutnya berkembang menjadi larva yang akan mengisap cairan pada daun, akibatnya pertumbuhan tanaman akan terganggu. Pengendalian dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis, dengan cara : a. Memangkas daun yang terserang lalu dibakar. b. Sanitasi kebun, dengan membersihkan sampah, sisa tanaman yang sakit, kayu dsb kemudian dibakar. 2) Kimiawi, dengan cara : Penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin seperti Ripcord, Cymbush dan Phosdrin.. 2. Penyakit. a) Busuk akar, cendawan akan menyerang perakaran melalui luka yang terjadi pada akar sehingga akar membusuk. Gejala : daun paling ujung berukuran lebih kecil dan menguning, pertumbuhan tunas tidak sehat, cabang mengering dan tidak terjadi pertumbuhan baru. Jika serangan berat, seluruh tanaman layu, kering dan tanaman mati. Pengendalian dengan cara 1) Kultur teknis/mekanis, dengan cara : a. Tanaman yang sakit parah dibongkar, akarnya diambil sampai bersih lalu dibakar. b. Tanaman yang belum sakit parah, akar berada dekat permukaan digali, akar yang sakit dipotong dan bekas potongan diolesi karbolineum parafin atau ter. 2) Kimiawi, dengan cara sterilisasi media tanam dengan Basamid G, Vapan atau Ridomil 2 G b) Antraknosa, bagian tanaman yang diserang tunas muda, daun tua dan buah. Gejala : tunas muda mengering dan mati ujung, daun tua terlihat bercak-bercak coklat atau kehitaman dan akan gugur pada saat serangan berat, buah membusuk dan gugur. Pengendalian dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis, dengan cara :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 53
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
a. Cabang dan ranting yang mengering (mati) dipangkas lalu dibakar. b. Perbaikan drainase dan pemangkasan tanaman yang rimbun untuk mengurangi kelembaban. 2) Kimiawi, dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif maneb seperti Velimek 80 WP; mankozeb seperti Dithane M 45. c) Embun jelaga, bagian tanaman yang diserang yaitu daun. Gejala : permukaan daun bagian atas tertutup lapisan berwarna hitam, sehingga menggangu proses fotosintese akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Pengendalian dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis, dengan cara : a. Pemangkasan daun terserang lalu dibakar. b. Membunuh koloni kutu daun yang terdapat pada daun muda maupun tunas muda. 2) Kimiawi, dengan cara : a. penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb seperti Dithane M 45, Dithane 430 F, Vondozeb 80 WP, Trimiltox 65 WP, Nemispor 80 WP. b. penyemprotan
untuk
membunuh
kutu
daun
dengan
insektisida berbahan aktif triazos seperti Hostathion 40 EC, Hostathion 200 EC; dimetoat seperti Perfekthion 400 EC, Kanon 400 EC, Dimacide 400 EC; metidation seperti Supracide 40 EC, Supracide 25 WP; profenofos seperti Curacron 500 EC; diazinon seperti Diazinon 10 G, Diazinon 60 EC, Neocidol 40 WP. IV. Daftar Pustaka a) Bambang Cahyono, 2010. Sukses Budidaya Jambu Air di Perkarangan dan Perkebunan. b) bdp25ipb.sitekno.com/.../jambu-air-citra--kebanggaan-indonesia.htm... 6 Mar 2011. c) Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Jambu Air (Eugenia aquea Burm).
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 54
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
JAMBU BIJI (Psidium guajava L)
I. Pendahuluan Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia, Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Sumatera dan Jawa. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Beberapa manfaat jambu biji yaitu : 1. Buahnya, mempunyai gizi dan mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol. 2. Daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional 3. Kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yang kuat dan keras dan pohonnya dapat dipakai sebagai pembatas di lahan pekarangan dan sebagai tanaman hias. II. Syarat Tumbuh a. Iklim. 1. Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 55
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2. Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan JuliSeptember sedang musim buahnya terjadi bulan NopemberFebruari bersamaan musim penghujan. 3. Kelembaban udara
yang rendah, berarti udara kering karena
miskin uap air merupakan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu biji. b. Ketinggian Tempat. Jambu biji dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200 m dpl. c. Tanah. 1. Tanaman jambu biji dapat tumbuh pada semua jenis tanah, dengan kondisi lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir. 2. Derajat keasaman tanah (pH) antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1. Menebang pohon yang ada, pencabutan akar tanaman yang tersisa dan bersihkan lahan dari sampah dan sisa tanaman. Bila bibit berasal dari cangkokan, pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila bibit merupakan hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). 2. Pembentukan Bedengan, dengan ukuran 6 m lebar, panjang sesuai dengan kebutuhan, dan tinggi bedengan sekitar 30 cm. Bedengan dibuat membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi, dengan jarak antara bedeng 1 m, untuk sarana
lalu-lintas
dan
dapat
digunakan
sebagai
saluran
pembuangan air.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 56
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b. Penanaman. 1. Pembuatan Lubang Tanaman. Pembuatan lubang pada bedengbedeng dengan ukuran 80 x 80 x 80 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan yang sebaiknya telah dipersiapkan 1 bulan sebelumnya, pada waktu penggalian lubang agar dipisahkan tanah bagian diatas dan tanah bagian bawah. 2. Berikan pupuk organik/pupuk kandang sebanyak 25 kg dan Furadan sebanyak 10 gr/lubang tanam 3. Jarak antar lubang tanam ditentukan 6x6 m 4. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama kurang lebih 2 (minggu) sebelum dilakukan penanaman 5. Penanaman dilakukan pada saat musim hujan, tancapkan bambu di sisi tanaman sebagai ajir dan ikat batang tanaman dengan ajir. sehingga tanaman dapat tumbuh tegak lurus ke atas 6. Dibuat naungan yang terbuat dari daun kelapa atau jerami padi atau daun nipah dengan posisi agak tinggi disebelah timur, agar tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, sebagia pelindung tanaman selama 1-2 bulan
7. Dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman c. Pemeliharaan. 1. Pemupukan. a) Pemupukan anorganik dilakukan 2 kali/tahun,
sedangkan
pemupukan organik dilakukan 1 kali/tahun pada awal musim hujan b) Cara pemupukan dilakukan dengan membuat torakan/lubang mengelilingi tanaman persis di bawah ujung tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm dan lebar 40 cm, pupuk ditabur merata
pada
torakan/lubang tersebut dan ditutup kembali
dengan tanah bekas galian torakan/lubang tersebut.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 57
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c) Dosis pupuk disesuaikan dengan umur tanaman, yaitu : Dosis pupuk/pohon Umur tanaman Urea (gr) TSP (gr) KCl (gr) Pupuk organik (kg) Sbl tanam 50 50 50 25 1 tahun 75 100 50 50 2 tahun 100 125 75 50 3 tahun 125 150 100 50 > 3 tahun 150 200 125 75 2. Pengairan dan Penyiraman Pada dua minggu pertama setelah bibit ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore, dan selanjutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Jika tanaman jambu biji telah tumbuh kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi dan dilakukan saat-saat diperlukan saja. Jika turun hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air dan sebaliknya pada musim kemarau, jika tanah kelihatan merekah/pecah maka diperlukan penyiraman dan dilakukan sehari sekali tiap sore hari 3. Pemangkasan bentuk a) Dilakukan setelah tanaman berumur 2 tahun b) Pelihara paling banyak 3-6 cabang utama yang berukuran sama dan letaknya simetris/seimbang dan pertahankan cabang terpilih sepanjang 1 meter c) Tarik dan arahkan 3-6 cabang terpilih sampai membentuk pola cabang yang ideal (menyebar) dengan menggunakan tali 4. Pemangkasan pemeliharaan. a) Dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil keberadaannya. b) Dilakukan pemotongan terhadap tunas cabang/ranting yang merugikan seperti : tunas liar dan tunas air, cabang/ranting yang telah mati, ranting bekas tumbuh buah, tunas batang bawah dan cabang/ranting yang terserang hama dan penyakit c) Pemotongan tunas air harus rata dengan batang/cabang d) Olesi bekas potongan dengan fungisida agar tidak terserang hama dan penyakit Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 58
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
5. Pembubunan Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam keadaan lunak, dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman bisa dianggap telah kuat betul. 6. Penjarangan buah. a) Dilakukan pada saat buah berukuran sebesar bola pimpong b) Buah yang dibuang dalam satu tangkai yaitu ukurannya kecil, tidak sehat, abnormal c) Pelihara buah yang mempunyai bentuk buah baik, bebas hama dan penyakit sebanyak 2-3 buah/tangkai 7. Pembungkusan buah a) Dilakukan agar buah tidak terganggu oleh hama dan penyakit b) Pembungkusan dilakukan pada buah yang sudah berumur 50-60 hari setelah bunga menjadi buah dan dilakukan bersamaan setelah penjarangan buah c) Rekatkan kertas dengan staples dengan bagian bawah tetap berlubang kemudian masukkan kantong plastik dan diikat pada bagian atasnya d) Setiap bungkus berisi satu buah 8. Perangsangan pembungaan. Menggunakan larutan KNO3 (Kalsium Nitrat) dengan cara menyemprotkan pada pucuk-pucuk cabang dengan dosis antara 2-3 liter larutan KNO3 untuk setiap 10 pucuk tanaman dengan ukuran larutan KNO3 adalah 10 gram yang dilarutkan dengan 1 liter pengencer teknis. 9. Sanitasi kebun, yaitu pembersihan kebun dari gulma, tanaman liar serta sampah bekas pestisida, pupuk, plastik dll. Sampah organik dipisahkan dari sampah anorganik untuk selanjutnya dapat dibuat kompos. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama a) Lalat buah Gejala, adanya pembusukan buah dewasa/hampir matang, kadang-kadang penampilan buah dari luar nampak bagus, namun di dalamnya sudah membusuk dan penuh larva dari lalat buah.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 59
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis, dilakukan dengan : Membersihkan sisa tanaman atau daun yang rontok kemudian dibakar Membungkus buah dengan plastik polyethylene 2) Kimiawi, dilakukan dengan : Menggunakan perangkap umpan lalat buah seperti Methyl Eugenol yang dipasang dalam botol bekas air mineral, atau menggunakan Methyl Atrakan dan Petrogenol Penyemprotan insektisida Hosnathion 40 EC atau Gusadri 150 WSWC, sesuai dosis anjuran b) Kutu aphid Gejala, hama menyerang jaringan tanaman muda terutama pucuk bunga dan bagian bawah daun. Jika menyerang daun muda menyebabkan daun menggulung dan keriting. Madu yang dihasilkan dari hama ini merupakan media pertumbuhan jelaga hitam Pengendalian, secara kimiawi dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif delmametrin seperti Decis 2,5 EC atau insektisida berbahan aktif imidakloprit seperti Confidor 5 WP. c) Ulat daun Gejala, daun rusak tidak beraturan, jika serangan hebat maka yang tersisa hanya tulang/urat daun saja Pengendalian, dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis, menjaga kebersihan sekitar piringan tanaman, membunuh langsung ulat yang ada atau memotong bagian tanaman yang terserang berat 2) Kimiawi, dengan penyemprotan insektisida Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC sesuai dosis anjuran d) Kutu putih Gejala, terlihat adanya benang dan gumpalan kapas pada tanaman yang diserang, hama ini menyerang bagian belakang daun dan mengeluarkan cairan madu sehingga memacu pertumbuhan jelaga. Pengendalian, mengurangi
mengurangi kepadatan
kelembaban
tajuk
tanaman
dengan dan
cara
menjaga
kebersihan lingkungnan di sekitar tanaman.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 60
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
e) Thrips. Gejala, hama menusuk jaringan tanaman seperti bunga, buah serta daun dan mengeluarkan cairan dan menyebabkan bercak hitam. Daun yang terserang akan layu dan cacat bentuknya.
Serangan
pada
buah
menyebabkan
buah
mengalami keretakan/pecah. Pengendalian
lebih
diarahkan
kepada
penerapan
pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu mengkombinasikan beberapa
komponen
teknologi
yang
sinergis,
seperti
pemanfaatan musuh alami Coccinellide dan melaksanakan pengelolaan terpadu kebun secara berkelompok. Tindakan pengendalian dengan insektisida kimia dianjurkan kepada penggunaan insektisida selektif seperti Imidakloprid. 2. Penyakit a) Busuk antraknosa, bagian tanaman yang diserang yaitu tunas muda, daun dan buah. Gejala serangan pada tunas muda berupa nekrotik (cembung) berwarna hitam, ujung tunas menjadi coklat tua, meluas ke bagian pangkal menyebabkan mati ujung. Gejala serangan pada daun muda menyebabkan daun keriting dan terdapat jaringan mati pada bagian tepi daun dan ujungnya berwarna hitam, jika serangan hebat daun akan gugur. Gejala serangan pada buah muda menyebabkan bercak-bercak kecil kemudian membentuk bulatan besar sehingga buah menjadi keras dan bergabus. Umumnya serangan pada buah yang mulai matang sehingga bagian luar daging buah bercakbercak, jika serangan berat, buah akan gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis/mekanis, yaitu dengan menjaga kebersihan kebun terutama di sekitar piringan tanaman, mengurangi kelembaban dengan pemangkasan atau memperlebar jarak tanam atau jarak dengan tanaman sela. 2) Kimiawi, penyemprotan fungisida berbahan aktif tembaga, seperti Vitigran Blue.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 61
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b) Mati pucuk dan busuk batang, bagian tanaman yang diserang yaitu daun, batang dan buah. Gejala serangan pada daun muda, diawali adanya bercak basah, kemudian melebar dengan pola tidak teratur sehingga daun berwarna gelap akhirnya layu. Gejala serangan pada batang, adanya bercak basah pada kulit batang
berwarna
gelap
karena
ada
patogen
sekunder,
menyebabkan kayu batang membusuk. Pada tanaman hasil okulasi, serangan tampak jelas pada sambungan batang bawah dengan batang atas. Gejala serangan buah berupa bintik basah pada permukaan kulit buah, kemudian melebar berwarna coklat keabu-abuan dan berair. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, membuang buah yang terserang, dan untuk pencegahan dapat dilakukan pembungkusan buah. 2) Kimiawi, jika serangan pada batang, maka kulit batang disayat kemudian diolesi fungisida Dithane M 45 (0,2%) dan Carbolineum plantarum. Jika seranga belum berat dapat digunakan fungisida Aliete 80 WP. c) Busuk pangkal buah. Gejala, pangkal buah tampak bercak-bercak nekrotik (cembung) kecil, kemudian membesar berwarna makin gelap sehingga seolah-olah membentuk gelang. Selanjutnya buah membusuk terutama pada bagian pangkal. Pengendalian, dengan penyemprotan fungisida seperti Benlate, Derosal 60 WP dan Delsene MX 200 sesuai dosis anjuran. d) Kanker berkudis., bagian tanaman yang diserang yaitu daun dan buah. Gejala serangan pada daun, terdapat bercak kelabu. Gejala serangan pada buah, bercak-bercak gelap kecil kemudian membesar berwarna coklat tua. Pengendalian dengan membungkus buah dan memotong bagian tanaman yang terserang kemudian dibakar.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 62
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
e) Busuk buah rhizopus. Gejala, adanya bintik lunak basah di sekitar bagian buah yang telah dilubangi oleh lalat buah. Luka kemudian berwarna coklat terang dan melebar, kadang-kadang menutupi setengah sampai tiga perempat permukaan buah. Bagian buah yang terserang menjadi lunak dan daging buah juga menjadi lunak. Pengendalian, dengan membungkus buah dan membuang buah yang terserang serta yang rontok karena serangan penyakit. 3. Penyemprotan Pestisida untuk Pencegahan. Guna menjaga kemungkinan serangan hama dan penyakit, maka perlu dilakukan tindakan sbb : a) penyemprotan pestisida antara 15-20 hari sebelum panen pada umumnya dengan Nogos; penyemprotan Sevin atau Furadan terutama untuk menghindari serangan ulat jambu, tikus atau jenis semut. b) penyemprotan dengan fungisida jenis Delsene 200 MX guna memberantas cendawan yang akan mengundang hadirnya semut. c) penyemprotan insektisida guna memberantas lalat buah dan kutu daun, penyemprotan dilakukan 2 kali/minggu dan penyemprotan dihentikan sebulan sebelum panen.
IV. Daftar Pustaka 1. epetani.deptan.go.id Pedoman Budidaya Jambu Air. 2010. 2. Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian. Buku Saku Jambu Biji. 2011 3. infokebun.blogspot.com/2008/06/budidaya-jambu-bijibatu.html
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 63
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
JERUK ( Citrus sp)
I. Pendahuluan Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali. II. Syarat Tumbuh a. Iklim. 1. Tanaman jeruk memerlukan 6 - 9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun. Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli - Agustus. 2. Temperatur optimal antara 25 - 30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 64
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3. Tanaman jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari, karena pertumbuhannya kurang baik dan mudah terserang penyakit. 4. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 7080%. b. Ketinggian Tempat. Tinggi tempat untuk budidaya tanaman jeruk antara 1-1.200 m dpl. c. Tanah. 1. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir, cukup humus, tata air dan udara baik. 2. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk. 3. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 6. 4. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim
hujan
50
cm.
Tanaman
jeruk
menyukai
air
yang
mengandung garam sekitar 10%. 5. Drainase lahan harus baik karena tanaman jeruk tidak tahan genangan. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau sisasisa tanaman, jika lahan berlereng perlu dibuat teras. dan sebaiknya di buatkan selokan atau parit-parit kecil untuk menjaga agar tanah tidak sering tergenang. 2. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk, yaitu: a. Keprok dan Siem : jarak tanam 5 x 5 m b. Manis : jarak tanam 7 x 7 m c. Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m d. Nipis : jarak tanam 4 x 4 m e. Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m f. Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 65
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm atau 60 x 60 x 50 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan, dan sebaiknya dibuat pada musim kemarau. Lubang jangan terlalu dalam karena kurang bagus untuk tanaman jeruk 4. Tanah lapisan atas (top soil) dipisahkan dengan tanah
lapisan
bawah (sub soil). 5. Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk organik/pupuk kandang kemudian kembalikan ke dalam lubang dan dibiarkan 2-4 minggu. b. Penanaman. 1. Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk penyiraman, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan: a. Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan. b. Pengurangan akar. c. Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat. 2. Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Penempatan
mulsa
agar
tidak
menyentuh
batang
untuk
menghindari kebusukan batang. 3. Bila akar tanaman pendek usahakan daerah lubang tanam itu digemburkan lebih luas dan bila akar panjang maka buatlah lubang lebih dalam 4. Lubang tanam harus betul-betul basah dari atas ke bawah. Akar tanaman jangan sampai melewati lubang tanam, bila diperlukan dapat dilakukan pemotongan akar tapi perlu diperhatikan teknisnya dan jangan terlalu pendek hanya dilakukan untuk meluruskan akar saja. 5. Setelah bibit ditanam, lakukan penutupan dengan tanah yang subur dan padatkan, sebab bila ada rongga udara akan menggangu pertumbuhan
tanaman.
Beri
naungan
agar
tanaman
tidak
mengalami stress dengan cahaya matahari yang terik.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 66
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c. Pemeliharaan. 1. Tanaman sela. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya belum saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacangkacangan maupun sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti dengan tanaman penutup tanah/legum yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk 2. Penyulaman, dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh. 3. Penyiangan, untuk membersihkan gulma/tanaman pengganggu disekitar
tanaman
secara
mekanis
maupun
menggunakan
herbisida, dan dapat dilakukan pada saat pemupukan. 4. Pembubunan, jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan adakah tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.
5. Pemangkasan, bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Gunting pangkas yang akan digunakan sebaiknya celupkan dahulu ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah. 6. Pemupukan,
jenis dan dosis pupuk (gram/pohon) setelah
penanaman adalah sebagai berikut : a) Tanaman belum produksi. Umur Tanaman (tahun)
Dosis pupuk
0-1
NPK (15:5:20) (gr/pohon/th) 7
Dolomit (gr/pohon/th) 200
Pupuk organik (kg/pohon/th) 20
2
134
400
20
3
134
600
30
4
1.200
800
40
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 67
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b) Tanaman sudah berprodukasi. Dosis pupuk didasarkan pada produksi buah, secara umum dosis pupuk (N, P, K) minimal 3% dari bobot produksi buah dengan komposisi NPK adalah 2:1:2, atau berdasarkan hasil analisa tanah.
Pemberian
pupuk
disesuaikan
dengan
siklus
pertumbuhan tanaman, yaitu : 1) Setelah panen/menjelang berbunga : Pupuk organik seluruh dosis (20-40 kg/pohon) N (Urea/ZA)
1/2 dosis
P (TSP/SP-36) 1/3 dosis K (KCl/ZK)
1/4 dosis
2) Pada saat pembungaan dan pembentukan buah : N (Urea/ZA)
1/4 dosis
P (TSP/SP-36)
2/3 dosis
K (KCl/ZK)
1/4 dosis
3) Pada saat pembesaran buah : N (Urea/ZA)
1/4 dosis
K (KCl/ZK)
1/2 dosis
Cara pemupukan, dibuat alur pupuk melingkar selebar tajuk atau dibuat lubang pupuk sedalam + 15 cm pada arah utaraselatan atau barat-timur. Kemudian taburkan pupuk ke dalam alur pupuk atau luabang sesuai dosis secara merata dan ditutup dengan tanah. 7. Pengairan dan Penyiraman, pada waktu penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa. Kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman jeruk diperkirakan 50 L/bulan atau 1,6 L/hari. Pola kebutuhan air tanaman jeruk berdasarkan fase pertumbuhan adalah sbb : a) Diperlukan dalam jumlah besar, yaitu pada fase setelah panen, tumbuh tunas, kuncup bunga dan fase pembesaran buah. b) Diperlukan dalam jumlah sedang, yaitu pada fase buah gugur secara alami dan setelah pemupukan.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 68
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c) Diperlukan dalam jumlah sedikit/sangat sedikit, yaitu pada fase inisiasi pembungaan dan menjelang panen. 8. Penjarangan Buah, pada saat tanaman berbuah lebat, perlu dilakukan
penjarangan
supaya
pohon
mampu
mendukung
pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga. Pelaksanaan penjarangan buah yaitu : a) Buah yang sakit, tidak terkena
sinar matahari (di dalam
kerimbunan daun), buah yang tumbuh pada ujung ranting, menghadap ke atas dan pertumbuhannya tidak normal. b) Buah yang tidak didukung dengan 25-30 helai daun sehat. c) Buah yang dijarangkan yaitu pada saat pentil buah baru jadi, setelah buah selesai mengalami masa gugur buah atau saat buah sebesar kelereng. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama a) Kutu loncat, bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala tunas keriting dan pertumbuhan terhambat; bagian tanaman yang terserang mati; terdapat benang berwarna putih transparan bentuk spiral di atas permukaan daun atau tunas. Pengendalian dengan cara : 1) Mekanis,
mencegah
datangnya
semut
yang
sering
memindahkan kutu. 2) Biologis,
menggunakan
Coccinellidae, parasitoid
musuh
Syrphidae,
Tamarixia
alami
yaitu
Crysophidae,
radiata,
patogen
atau
predator Lycosidae;
Metarrhizum
sp,
Hirsutella sp. 3) Kimiawi, menggunakan insektisida selektif pada tanaman bertunas yaitu insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC), prefenofus,
sihalotrin
atau
metridation.
Penyemprotan
dilakukan menjelang dan saat bertunas, serta buang bagian tanaman yang terserang.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 69
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b) Kutu daun,
bagian yang diserang adalah tunas muda dan
bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa, pada tunas dan daun muda tampak koloni berwarna hitam, coklat atau hijau; terdapat lapisan jamur pada permukaan daun; daun menjadi kerdil; terdapat kutu pada permukaan daun. Pengendalian dengan cara : 1) Biologis, penggunaan predator Syrphidae, Coccinellidae, Crysophidae, Lycosidae, dan parasitoid Aphytis, sp. 2) Kimiawi,
menggunakan insektisida dengan bahan aktif
Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor
40
EC,
Cygon),
Diazinon
(Basudin
60
EC),
Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC), jika tunas terinfeksi mencapai 25%. c) Ulat peliang/penggorok daun, bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala : alur melingkar transparan atau keperakan pada permukaan daun; tunas/daun muda mengkerut, menggulung, dan mudah rontok; pertumbuhan daun tidak normal. Pengendalian : 1) Kultur teknis, buat tempat pembibitan di tempat yang teduh di bawah pohon atau diberi atap sehingga parasitoid Ageniaspis, sp dapat berkembang dengan baik. 2) Biologis, melepaskan musuh alami Trichogramma, sp dan Ageniaspis, sp ke pertanaman jeruk. 3) Mekanis, pemangkasan daun yang terserang, dibenamkan dalam tanah atau dibakar 4) Kimiawi,
semprotkan
insektisida
dengan
bahan
aktif
Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP), Diazinon (Basazinon 45/30 EC). d) Tungau, bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah. Gejala : pada daun terdapat bercak putih seperti perunggu dan kemudian berubah dari kuning menjadi kecoklatan, pada umumnya dimulai dari pangkal daun, tulang daun dan akhirnya menyebar ke seluruh daun. Jika populasi tinggi tungau dapat berpindah dan menyerang
kulit buah sehingga bercak kecil,
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 70
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
terdapat retakan coklat pada permukaan kulit buah, ukuran dan kesegaran buah berkurang, pada serangan berat kulit buah bersisik,.
Daun
dan
buah
yang
terserang
tungau
tidak
berkembang dan akhirnya gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, eradikasi/sanitasi gulma inang tungau 2) Biologi, menggunakan musuh alami Phytoseiulus persimilis, Phytoseiulus macropilis, Coccinella repanda dan Coccinella tranversalis. 3) Kimiawi,
semprotkan
insektisida
Propargite
(Omite),
Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP). e) Penggerek buah, bagian yang diserang adalah buah. Gejala : buah terserang terdapat lubang yang mengeluarkan getah seperti blendok kadang tertutup dengan kotoran; buah menjadi busuk dan gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, kumpulkan buah jeruk yang gugur dan dimusnahkan dengan membakar atau mengubur dalam-dalam agar larva tidak menjadi sumber infeksi. 2) Mekanis,
memetik
buah
yang
terinfeksi
kemudian
dimusnahkan dengan membakar atau mengubur dalam-dalam agar larva tidak menjadi sumber infeksi atau membungkus buah pada waktu masih muda. 3) Biologi, menggunakan musuh alami Trichogramma nana. 4) Kimiawi, menggunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu. f) Kutu penghisap daun. Gejala : bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda; bercak disertai keluarnya cairan/blendok,
akhirnya
menjadi
bercak
nekrosis;
perkembangan tunas terganggu kadang-kadang tunas menjadi kering.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 71
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Biologis, menggunakan musuh alamai (parasitoid) Erythmelus helopetide dan Euphorus helopetides. 2) Kimiawi,
semprotkan
insektisida
Fenitrotionmothion
(Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP). g) Ulat penggerek bunga dan puru buah,
bagian yang diserang
adalah kuncup bunga jeruk dan buah muda. Gejala : bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm; bunga mudah rontok; buah muda gugur sebelum tua; terdapat purupuru (benjolan) sehingga buah berlubang-lubang dan bentuknya jelek. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, kumpulkan bunga/buah jeruk yang gugur dan dimusnahkan dengan membakar atau mengubur dalam-dalam agar larva tidak menjadi sumber infeksi. 2) Mekanis, petik bunga/buah terserang dan musnahkan dengan membakar atau mengubur dalam-dalam agar larva tidak menjadi sumber infeksi. 3) Biologis,
menggunakan
musuh
alami
Amblysius
citri,
Ageniaspis sp, Enderus malayensis dan Hirsutella sp. 4) Kimiawi, gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC), pada saat telur belum menetas. h) Thrips, bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda. Gejala : helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, pertumbuhan daun tidak normal, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabuabuan kadang-kadang disertai nekrotis. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, pemangkasan tajuk tanaman agar tidak terlalu rapat sehingga sinar matahri dapat sampai ke bagian dalam tajuk tanaman; hindari penggunakan mulsa jerami karena mulsa ini dapat digunakan sebagai media untuk peletakan telur thrips. 2) Biologis, menggunakan musuh alami Coccinella sp dan Metarrhizium sp.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 72
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Kimiawi, gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) dengan dosis 0,5-1 ml/L air atau Z-Propargite (Omite) pada saat tanaman bertunas, berbunga dan pembentukan buah. i) Kutu dompolon, bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala : tangkai buah berwarna kuning, mengering dan buah gugur; bagian tanaman yang terserang dipenuhi kutu dan lilin putih seperti kapas. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis,
mencegah
datangnya
semut
yang
sering
memindahkan kutu. 2) Biologis, menggunakan musuh alami yaitu predator seperti Scymnus apiciflavus, Scymnus roephei, Coccinella repanda, Brunus suturalis, atau parasitoid seperti Anagrus greeni, Leptomastix trilangi fasciantus. 3) Kimiawi, gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). j) Lalat buah,
bagian yang diserang adalah buah yang hampir
masak. Gejala: lubang kecil/bintik/noda bekas tusukan lalat buah pada permukaan kulit buah; noda berkembang menjadi bercak coklat; buah busuk dan gugur; pada daging buah terdapat belatung kecil. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis dilakukan dengan : mengumpulkan buah jeruk yang terserang hama baik yang gugur maupun yang masih di pohon dan dimusnahkan dengan membakar atau mengubur dalam-dalam agar larva tidak berkembang menjadi pupa; menanam tanaman selasih di sekeliling kebun sebagai tanaman perangkap; melakukan pengasapan secara terus menerus selama 3 hari, selama 13 jam/hari untuk mengusir lalat buah. menanam bunga terompet (kangkung bandung) pada pematang dengan jarak 4 m.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 73
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
pencacahan tanah di bawah tajuk pohon agak dalam dan merata sehingga pupa yang terdapat dalam tanah terkena sinar matahari dan mati. 2) Mekanis dilakukan dengan : membungkus buah pada saat masih muda dengan kantong plastik, kertas koran atau daun pisang pemasangan perangkap lalat buah dengan menggunakan atraktan (methyl eugenol)sejak buah masih pentil 3) Biologis, dengan menggunakan parasitoid Biosteres sp dan Opius sp atau predator seperti semut, laba-laba, kumbang dan cocopet. 4) Kimiawi, gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate atau gunakan umpan semprot (bait spray) yaitu umpan protein yang mengandung amonia dicampur insektisida dengan bahan aktif khlorpirifos atau malation. k) Kutu sisik, bagian yang diserang daun, buah dan tangkai. Gejala : daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun; jika serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan retakan pada kulit buah; serangan pada sekeliling batang menyebabkan buah gugur; serangan pada buah menyebabkan buah kotor, jika dibersihkan akan meninggalkan bercak hijau atau kuning pada kulit buah. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur
teknis,
membersihkan
melakukan lahan
dari
sanitasi gulma
dan
kebun
dengan
seresah
guna
mengurangi kelembaban. 2) Mekanis, pemangkasan cabang tanaman yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban atau pemangkasan bagian tanaman yang terserang hama, kemudian dibakar. 3) Biologis, menggunakan musuh alami Aphytis lepidosaph dan Aphytis lignanensis.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 74
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
4) Kimiawi, gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40EC). l) Kumbang belalai, bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah. Gejala : terdapat lubang pada daun tua, ranting atau dahan bagian bawah; daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati; terdapat lubang kecil pada perakaran yang lebih tua. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, melakukan sanitasi kebun untuk mengurangi kelembaban di lingkungan perakaran. 2) Mekanis, memotong bagian akar yang terserang dan membakarnya. 3) Kimiawi, gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G) di tanah sekitar batang. 2. Penyakit a) CVPD, bagian yang diserang silinder pusat (phloem) batang. Gejala : terdapat warna kuning lebih banyak diantara hijau daun dan tidak teratur; buah ukuran kecil dan jika dibelah tidak simetris; kedua ujung daun tidak simetris/bengkok; daun kecil lancip dan kaku. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu dengan : gunakan bibit tanaman bermutu, sehat dan bebas CVPD. lahan yang akan ditanami harus aman dan bebas dari inokulus CVPD hindari tanaman muraya/kemuning di pertanaman, yang merupakan inang vektor penyakit pemupukan dan pengairan yang cukup dan teratur sesuai kebutuhan tanaman lokasi kebun minimal berjatrak 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. 2) Mekanis yaitu dengan : eradikasi (pencabutan/pemusnahan) dan sanitasi kebun terhadap inang CVPD
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 75
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang CVPD sterilisasi alat pertanian yang akan digunakan, seperti gunting pangkas, pisau okulasi dsb, dengan alkohol 70% atau natrium hipoklorit 10% 3) Kimiawi, gunakan insektisida dan akarisida seperti Dimecron 50 CW, Bayrusil, Diazinon, Sandoz 6538 atau Tamaron. b) Tristeza. Gejala : tanaman layu mendadak; pembusukan tulang daun/tulang daun tembus cahaya; ada lekuk batang/celah/lubang pada bagian batang; daun muda seperti mangkok, berwarna kuning/perunggu dan gugur; buah banyak tapi kecil-kecil; pada tanaman muda cenderung membentuk banyak bunga tetapi tidak menjadi buah masak; buah cepat masak. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu : dilakukan sanitasi kebun dari tanaman inang penular gunakan mata tempel bebas penyakit dan batang bawah yang toleran/ tahan terhadap tristeza 2) Mekanis, pemusnahan semua tanaman yang sakit/terserang penyakit. 3) Kimiawi, kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade. c) Woody Gall. Gejala : terdapat puru/tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun, pada batang bawah yang akan membesar dan melingkari batang. Pengendalian : penggunaan mata tempel bebas virus dan sanitasi lingkungan. d) Blendok, bagian yang diserang adalah batang atau cabang. Gejala : kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu : mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam atau dilakukan pemangkasan.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 76
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
penjarangan buah agar tanaman tidak tidak terlalu berat sehingga cabang/ranting tidak retak. hindari luka pada akar atau batang waktu penyiangan. pembersihan batang tanaman sehingga batang semakin halus. 2) Mekanis yaitu : potong cabang/ranting terinfeksi, termasuk 1-2 cm dengan kulit di sekitarnya yang sehat, bekas potongan diberi karbolineum, parafin, fungisida Cu atau ter. bongkar tanaman terinfeksi dan dibakar. 3) Biologis, menggunakan agen antagonis Trichoderma spp, Gliocladium spp, Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis yang dicampur dengan pupuk organik 4) Kimiawi yaitu
dengan mengoleskan bubur california pada
bagian batang/ranting yang sakit setelah dibersihkan. e) Embun tepung, bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda. Gejala : terdapat lapisan tepung berwarna putih pada tunas muda dan tangkai daun permukaan atas; daun terserang berat akan berwarna pucat dan rontok; tunas yang terserang ujung
daunnya
akan
penyemprotan/penghembusan
mati. dengan
Pengendalian tepung
:
belerang;
penyemprotan dengan bubur california (1:30) untuk daerah yang lokasi
cukup
(Afugan),
tinggi;
bupirimate
penyemprotan (Nimrot
25
fungisida EC),
pyrazophos
dinocap
dan
dithiocarbamate. f) Kudis, bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah. Gejala : bercak kecil jernih pada salah satu permukaan daun, tangkai atau buah (dimulai dari pentil buah) yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye; daun yang sakit berat berkerut dan gugur; serangan berat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan deformasi titik tumbuh. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, pengairan dilakukan 3 bulan sebelum datangnya musim hujan agar tanaman segera berbunga sehingga pada
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 77
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
permulaan musim hujan buah sudah agak besar yang cukup tahan terhadap kudis. 2) Mekanis, pemangkasan wiwilan batang bawah secara teratur. 3) Kimiawi, penyemprotan fungisida dithiocarbamate
atau
benomyl (Benlate). g) Busuk buah, bagian yang diserang adalah buah. Gejala : permukaan kulit terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan; pada permukaan buah terdapat warna biru pucat atau kehijauan; terdapat bercak kecil warna keabu-abuan kemudian menjadi suram coklat pusat dan membusuk; sekeliling tangkai buah berwarna coklat muda; rasa buah masam. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu : menghindari kerusakan mekanis pada saat panen dan pengepakan jangan meninggalkan buah masak terlalu lama di pohon pemangkasan pohon bagian bawah atau disangga agar dompolan buah tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah 2) Kimiawi,
pencelupan buah ke dalam air panas, fungisida
benomyl, pelilinan buah setelah panen. h) Busuk akar dan pangkal batang, bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning. Gejala : bercak basah berwarna gelap/hitam kebasahan pada permukaan kulit pangkal batang; permukaan kulit batang cekung; dan mengeluarkan blendok; jika bercak kulit melingkari batang tanaman dapat mati; bercak hanya berkembang sampai 60 cm di atas permukaan tanah sedang perkembangan ke bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu : Hindari air pengairan mengenai langsung pangkal batang dengan membuat selokan melingkar batang.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 78
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Kurangi kelembaban kebun dengan mengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan dan sanitasi lingkungan kebun. Hindari terjadi luka pada akar maupun pangkal batang waktu penyiangan. Waktu penanaman tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah. Pemupukan berimbang sesuai anjuran dan pH tanah diupayakan lebih dari 6,5 dengan pemberian dolomit. 2) Mekanis yaitu : Eradikasi (bongkar) tanaman termasuk akarnya dan dibakar jika serangan berat Pemotongan bagian tanaman yang sakit termasuk 1-3 cm bagian kulit sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi fungisida 3) Biologis yaitu menggunakan agen antagonis Trichoderma spp, Gliocladium sp yang dicampur dengan pupuk organik 4) Genetis, menggunakan batang bawah yang tahan terhadap penyakit ini, seperti jeruk masam 5) Kimiawi, yaitu dengan pelaburan dan penyemprotan bubur california, minimal 2 kali/tahun i) Buah gugur premature, bagian yang diserang buah dan bunga. Gejala: antar dua sampai empat minggu sebelum panen buah gugur. Pengendalian: penggunaan fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol. j) Jamur upas, bagian yang diserang adalah batang, cabang atau ranting. Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom/blendok; batang kering dan sulit dikelupas; cabang atau ranting dilapisi benang warna jingga seperti sarang labah-labah. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu : pemangkasan cabang/ranting agar tidak terlalu lembab dan gelap serangan berat (membusuk), cabang dipotong + 30 cm di bawah kulit yang membusuk
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 79
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
kulit yang terinfeksi dikelupas dan diolesi fungisida carbolineum. 2) Kimiawi, oleskan pada bagian tanaman yang sakit dengan bubur california k) Kanker, bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah. Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm. Pengendalian: Bordeaux,
penggunaan
Copper
fungisida
oxychlorida.
Cu
seperti
Pencegahan
Bubur dengan
mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm streptomycin selama 1 jam. l) Xyloporosis, bagian yang diserang batang tanaman. Gejala: kulit pangkal batang terjadi lekah-lekah yang dangkal dan memanjang, lebarnya 0,5-2,5 cm; jika kulit sambungan tempelan diangkat, kayu batang bawah terdapat lekuk-lekuk sedang pada sisi dalam kulit terdapat tonjolan sesuai bentuk lekuk-lekuk tersebut; daun kecil-kecil seperti kekurangan unsur Zn; pohon tumbuh condong/miring karena bagian pangkal tanaman menjadi elastis. Pengendalian dengan cara : 1) Mekanis, eradikasi tanaman sakit dan sanitasi tanaman inang serangga penular 2) Genetis, menggunakan mata tempel bebas virus. m) Exocortis, bagian yang diserang batang bawah dan akar. Gejala: terdapat sisik-sisik pada kulit batang bawah, dan dapat menjalar ke perakaran; terdapat gom/blendok dari dalam sisik; pertumbuhan tanaman kerdil dan produksi berkurang. Pengendalian: menggunakan batang bawah dan tunas sambung yang bebas penyakit. Pencegahan: sterilisasi peralatan okulasi dan pemangkasan. n) Psorosis, bagian yang diserang batang, cabang dan daun . Gejala: terdapat bercak transparan diantara tulang daun utama yang masih muda; puru/benjolan kecil pada batang/cabang utama atau luka bersisik yang berisi gom/blendok; kulit batang
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 80
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
dan cabang mengelupas terdapat cacar kecil yang makin meluas, lapisan luar mengering dan menggulung; jika parah sisi batang atau cabang mengelupas sampai cabang kecil dan mengeluarkan blendok. Pengendalian dengan cara : 1) Mekanis yaitu : eradikasi tanaman yang sakit mengerok kulit dari luka baru sehingga menghambat perkembangan penyakit 2) Genetis, menggunakan mata tempel yang bebas penyakit. o) Rebah Kecambah, bagian yang diserang akar tanaman. Gejala: bibit layu di persemaian; bercak-bercak busuk, berair, berwarna coklat pada leher akar tanaman. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, mengurangi kelembaban di persemaian. 2) Kimiawi, penyemprotan fungisida berbahan aktif tembaga, benomyl, klorotafonil, penta chloro nitro benzene, dan tripheniltin acetat. p) Antraknose, bagian yang diserang daun, bunga dan buah. Gejala: terdapat bercak-bercak coklat besar pada tepi daun hampir tua yang menyebabkan mati pucuk; permukaan buah terdapat bercak-bercak memar berwarna hijau terang, kemudian berwarna coklat keabu-abuan dengan tepi berwarna agak merah; kuncup bunga layu dan buah busuk kering. Pengendalian dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu : menggunakan bibit okulasi/tempelan pengairan dan pemeliharaan tanaman yang rasional agar tanaman tumbuh optimal pemanenan buah dilakukan secara selektif untuk buah yang
berukuran
besar
dan
paling
masak,
hindari
pemanenan buah belum matang pemupukan
N
tidak
berlebihan
serta
pertahankan
kelembaban tanah saat pertengahan menjelang panen
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 81
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Mekanis yaitu : pemangkasan cabang yang sakit sanitasi kebun agar tanaman tidak terkontaminasi penyakit 3) Kimiawi, penggunaan fungisida campuran copper bordeoux q) Jamur Kerak, bagian yang diserang batang. Gejala : jamur melekat pada kulit batang berwarna putih Pengendalian: penyemprotan dengan larutan garam dapur atau dengan fungisida tembaga. r) Embun Jelaga, bagian yang diserang daun dan buah. Gejala: permukaan kulit buah dan daun tampak kotor karena lapisan berwarna hitam dan akan mengotori tangan apabila dipegang; jelaga yang menutupi permukaan daun dapat mengurangi proses asimilasi sampai 44% dan transpirasi 28%, hidup sebagai saprofit pada madu yang dihasilkan oleh kutu daun dan kutu putih; lebih banyak menyerang jeruk siem daripada jeruk keprok. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu : sanitasi terhadap daun dan tunas terinfeksi yang tidak produktif mengontrol kutu daun dan kutu putih pada pertanaman jeruk membersihkan buah jeruk pada kegiatan pasca panen supaya penampilan buah lebih baik 2) Kimiawi, penghembusan tepung belerang 20-30 kg/ha. s) Bercak coklat, bagian yang diserang tangkai, daun dan buah. Gejala: terdapat bercak bentuk bulat warna kelabu gelap, menyerang tangkai, daun dan buah jeruk; pada bercak terdapat cincin sepusat; terjadi nekrotis daun dan gugur. Pengendalian, penyemprotan difenokanozol dengan konsentrasi 0,5 cc/L dengan interval 7 hari.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 82
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
t) Busuk pangkal buah, bagian yang diserang bekas tangkai buah. Gejala: pada bagian pangkal jeruk (bekas tangkai buah) terdapat bercak coklat kehitaman dan lunak bila disentuh; buah akan busuk bila disimpan agak lama. Pengendalian yaitu : mengontrol mealybug pada pertanaman. setelah buah matang segera dilakukan pemanenan. buah dilakukan pelilinan sebelum disimpan untuk menjaga agar bekas potongan tangkai buah tetap hijau dan mencegah tumbuhnya jamur. u) Pecah buah, bagian yang diserang buah . Gejala: bagian kulit buah terbelah secara longitudinal sehingga daging buah terlihat dari luar. Pengendalian: ketersedian air harus terjaga. v) Sunburn, bagian yang diserang buah. Gejala: permukaan buah tidak mulus, bercak kecoklatan yang membentuk area seperti bekas terbakar. Pengendalian: penjarangan buah dikelola dengan baik.
IV. Daftar Pustaka 1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. Standard Operating Procedure (SOP) Jeruk Keprok Terigas, Kabupaten Sambas, Propinsi Kalimantan Barat. 2009. 2. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. Masalah Jeruk dalam Gambar. 2009. 3. Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Jeruk (Citrus sp). 4. peluangusaha-oke.com/budidaya-jeruk. 29 Jan 2011.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 83
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
JENGKOL (Pithecellobium jiringa)
I. Pendahuluan Tanaman jengkol merupakan tanaman pohon dengan ketinggian pohon dapat mencapai 26 m dan merupakan tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Bijinya digemari di Malaysia, Thailand, dan Indonesia sebagai bahan pangan. Jengkol termasuk suku polong-polongan, buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral, berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap. Pada awalnya tanaman ini merupakan tanaman liar, namun pada saat ini tanaman jengkol sudah dibudidayakan namun masih terbatas sebagai tanaman tumpangsari di pekarangan, tegalan dsb. Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretik serta baik untuk kesehatan jantung. Tanaman jengkol dapat menyerap air lebih banyak dibanding tumbuhan lain dan memiliki akar tunggang yang kokoh sehingga bermanfaat dalam kegiatan konservasi air.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 84
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Terdapat 2 (dua) varietas jengkol, yaitu : 1) Varietas kecil (varietas emprit), dengan ciri-ciri daun tanaman kecilkecil dan bentuknya agak bulat, mirip daun tanaman duku namun tidak setebal dan sekaku daun tanaman duku; bentuk biji agak bulat dan ukurannya kecil. 2) Varietas besar, dengan ciri-ciri daun tanaman lebih lebar serta lebih panjang dari pada varietas emprit; bentuk biji agak pipih dan ukurannya lebih besar
II. Syarat Tumbuh a. Iklim. Tanaman jengkol tumbuh dengan baik pada daerah dengan tipe iklim C (agak basah) dan tipe D (sedang, menurut sistem SchmidtFerguson), dengan kisaran bulan basah antara 6-7 bulan. Tanaman jengkol dapat tumbuh baik di daerah dengan kemarau sedang hingga keras, namun tanaman ini tidak tahan terhadap musim kemarau yang berkepanjangan. b. Ketinggian Tempat. Tanaman jengkol dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. c. Tanah. Jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman jengkol yaitu Latosol atau asosiasi Latosol. Tanah pasir tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman jengkol, namun tanaman ini dapat tumbuh pada daerah yang air tanahnya dalam. III. Budidaya d. Pengolahan Lahan. Dilakukan pembersihan lahan dan sebaiknya lahan yang akan ditanami jengkol merupakan lahan terbuka atau tidak terlindung pohon/tanaman lain,
sehingga tanaman akan mendapat sinar
matahari yang cukup.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 85
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
e. Penanaman. 1) Dibuat lubang tanaman dengan ukuran 60 x 60 x 75 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan dengan jarak antar lubang tanam/jarak tanam 6 - 7 x 6 - 7 m. 2) Lubang tanam diberi pupuk organik sekitar 20 kg/lubang tanam dan dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu. 3) Bibit tanaman ditanam sedalam sekitar 10 cm dari pangkal batang. 4) Agar bibit tidak rusak, patah atau roboh, maka bibit perlu diikat dengan ajir yang dapat dibuat dari bambu. 5) Tanaman perlu dibuatkan naungan sementara dari daun/rumput agar tidak layu karena sinar matahari. 6) Penaman dilakukan pada awal musim penghujan. 7) Guna menjaga kelembaban tanah, sebaiknya di sekitar tanaman diberi potongan batang pisang, namun perlu dilakukan pengawasan karena potongan batang pisang dapat dipakai untuk berlindung rayap dari kepanasan. f. Pemeliharaan. 1. Pemupukan. Pada tanaman muda disamping diberi pupuk anorganik, juga perlu diberi pupuk organik dua kali/tahun dengan dosis sekitar 20 kg/tanaman. Sedangkan pada tanaman yang sudah berproduksi pemberian pupuk anorganik dilakukan 2 kali/tahun yaitu menjelang musim hujan dan menjelang musim kemarau. Dosis pupuk anorganik yang diberikan disesuaikan dengan umur tanaman, yaitu : Umur tanaman (th)
Dosis pupuk (gr/pohon/tahun)
1-3 4-5 6 - 10 > 10 Cara pemupukan dengan
Urea
TSP
KCl
100 75 25 200 90 50 400 100 75 500 100 200 membuat lubang sedalam 30 cm
melingkar batang pokok tanaman, pupuk kemudian disebar merata pada lubang tersebut segera ditutup dengan tanah. Letak lubang galian menyesuaikan dengan lingkaran tajuk tanaman.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 86
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2. Penyiraman. Penyiraman sangat perlu dilakukan pada musim kemarau serta pada saat pemupukan anorganik agar pupuk dapat larut dan mudah diserap
tanaman.
Pembuatan
rorak
dapat
dilakukan
guna
menampung air hujan sehingga dapat menjaga kelembaban tanah serta mengurangi laju air di sekitar tanaman. 3. Penyiangan. Dilakukan terutama pada tanaman muda karena perakaran masih terbatas, dan pelaksanaannya dapat bersamaan waktu dilakukan pemupukan. Kegiatan penyiangan juga dapat membantu aerasi udara di dalam tanah. g. Hama dan Penyakit. 1. Hama. a) Penggerek buah. Gejala : buah dan biji jengkol berlubang karena
gigitan atau
gerekan larva sehingga kualitas dan kuantitas hasil akan menurun. Pengendalian dengan mencegah berkembangbiaknya serangga dewasa pembawa telur, menjaga kebersihan kebun, dan penyemprotan insektisida bila sudah sangat diperlukan. b) Belalang daun. Serangan dilakukan pada daun muda pada sore dan malam hari. Gejala : adanya bekas gigitan di tepi daun atau adanya lubanglubang gigitan pada daun, bahkan jika serangan intensif hanya akan tertinggal tulang-tulang daun saja. Pengendalian dengan penyemprotan insektisida jika sudah sangat diperlukan. c) Semut rangrang. Gejala : daun yang digunakan sarang semut akan mengering dan mati.
Pengendalian dengan pengambilan kroto yang
biasanya digunakan untuk makanan burung kicau.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 87
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2. Penyakit. a) Cendawan, menyerang tanaman dalam polybag, yaitu pada keping biji jengkol yang sebagian terbenam dalam tanah sehingga busuk dengan warna abu-abu kehitam-hitaman karena dipenuhi dengan myselia. Pengendalian dengan penyemprotan fungisida bila telah tampak gejala serangan. Pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada persemaian. Jika terdapat bibit dalam persemaian sudah terserang
cendawan
maka
segera
dipisahkan
untuk
dimusnahkan. b) Blendok, bagian yang diserang adalah batang tanaman. Gejala tanaman mengeluarkan blendok cair kemudian mengering berwarna kuning kecoklatan dan mengkilat. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, dilakukan drainase dengan baik serta bagian bawah tanaman agar terbuka sehingga terkena sinar matahari 2) Kimiawi, dengan mengolesi bagian tanaman yang terserang menggunakan
fungisida seperti Dithane M 45, Cupravit OB
21 atau fungisida lain yang dianjurkan. 3. Benalu, merupakan tumbuhan semi parasit dan menyebabkan pertumbuhan cabang atau ranting akan merana dan dapat mati. Pengendalian dengan memangkas cabang atau ranting yang dihinggapi benalu sampai ke akarnya, karena jika ada akar yang tertinggal benalu dapat tumbuh kembali. IV. Daftar Pustaka 1. id.wikipedia.org/wiki/Jering,
Jering
atau
jengkol
(Archidendronpauciflorum, sinonim: A. jiringa, Pithecellobium jiringa, dan P. lobatum) 2. Setijo Pitojo, Jengkol, Budidaya dan Pemanfaatannya, Penerbit Kanisius, Januari 1992. 3. www.facebook.com/note.php?note_id=79863267482,
Jengkol
by
Republic of Indonesia on Thursday, April 23, 2009
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 88
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LENGKENG (Dimocarpus longan (Lour)
I. Pendahuluan Lengkeng merupakan tanaman buah berbentuk pohon yang sudah dikenal di Indonesia, buahnya berbentuk bulat kecil dengan kulit buah berwarna coklat kekuning-kuningan. Daging buahnya berwarna putih dan jika sudah masak rasanya sangat manis dengan aroma harum yang khas. Tanaman lengkeng berasal dari Cina namun sekarang sudah menyebar ke daerah lainnya. Terdapat empat jenis lengkeng yang cocok ditanam dataran rendah, yaitu lengkeng pimpong, lengkeng diamond river, lengkeng kristalin dan lengkeng itoh.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim. 1) Curah hujan 2.000 – 2.500 mm/th dengan musim kering tidak lebih dari 4 bulan 2) Memiliki perbedaaan suhu waktu siang dan malam cukup tinggi, yaitu waktu siang suhu sekitar 20-30 derajat C dan waktu malam suhu sekitar 15-22 derajat C. b. Ketinggian Tempat. Lengkeng dataran rendah dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 600 m dpl.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 89
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c. Tanah. 1) Jenis tanah andosol dan latosol dengan pH 5-7 cocok untuk tanaman lengkeng dengan produktivitas sedang sampai tinggi. 2) Tanah lempung atau aluvial yang mengandung pasir dan kapur dengan pH 4,5-6,5 cocok juga untuk tanaman lengkeng, namun tingkat produktivasnya rendah hingga sedang. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. Lahan dibersihkan dari rumput maupun tumbuhan lain yang tidak berguna kemudian diolah merata sampai kedalaman 30 cm b. Penanaman. 1) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan, dan jarak antar lubang tanam 10 x 10 m. 2) Pisahkan tanah lapisan atas (top soil) dengan tanah lapisan bawah (sub soil) dan dibiarkan selama 3 minggu. 3) Tanah galian lapisan atas sebelum dikembalikan ke dalam lubang tanam dicampur dahulu dengan pupuk organik/ kompos/kandang sebanyak 20-40 kg, kapur pertanian 4 kg, urea 0,5 kg dan SP-36 1 kg untuk tiap lubang tanam 4) Waktu tanam pada awal musim hujan, dan lubang tanam digali kembali sesuai ukuran polibag bibit, kemudian polibag disobek bagian bawahnya, tidak dari bagian pinggir agar media dalam polibag dan akar tidak goyang. 5) Tanah di sekitar bibit dipadatkan media bibit bersatu dengan media lubang tanam dan disiram secukupnya. 6) Setiap bibit yang sudah ditanam dipasang ajir setinggi 50 cm dan diikat supaya tanaman lengkeng tetap tegak. Setelah tanaman berumur 2 tahun, ajir dapat dihilangkan. 7) Di bawah tajuk tanaman diberi mulsa dari daun atau sisa tanaman yang belum kering sehingga tanah dapat tetap lembab. c. Pemeliharaan. 1) Pengairan, pada tanaman berumur sampai 3 tahun
dilakukan
secara rutin 1-2 kali/hari pada pagi dan sore hari terutama pada musim kemarau. Tanaman yang berumur > 3 tahun penyiraman dilakukan 1 kali/hari pada sore hari.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 90
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Penyiangan, dilakukan untuk menghilangkan gulma/ rerumputan yang tumbuh di sekitar tanaman. 3) Penyulaman, dilakukan untuk mengganti tanaman yang tumbuh tidak normal, mati atau tumbuh merana. Tanaman tersebut dicabut dan diganti dengan tanaman baru yang ukuran tajuknya hampir sama. 4) Pemupukan, dilakukan 3 kali/tahun untuk tanah dengan pH normal, dan 2 kali/tahun untuk tanah dengan pH rendah karena perlu ada penambahan kapur pertanian. Dosis rekomendasi pemupukan/pohon adalah sbb: Jenis dan dosis pupuk( kg/pohon)
Umur tanaman
Urea 0,20 0,40 0,20 1,00
1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun Catatan :
SP-36) 0,50 1,00 0,80 1,00
KCl 0,30 0,40 0,40 0,40
Organik 20,00 30,00 40,00 80,00
a) Cara pemupukan dengan membuat parit di bawah ujung luar tajuk tanaman dengan lebar 20 cm dan kedalaman 30 cm, pupuk ditabur di parit kemudisn parit ditimbun kembali dengan tanah galian tersebut. b) Pemupukan
dapat
juga
dilakukan
lewat
daun
dengan
menggunakan pupuk daun sbb : tanaman muda, pupuk daun berkadar kalium rendah untuk, seperti Gandasil D atau Bayfolan. tanaman yang sudah berproduksi menggunakan pupuk daun dengan kandungan kalium agak tinggi, seperti Gandasil B. 5) Pemangkasan,
dilakukan
berdasarkan
pertumbuhan
pada
awal
tanaman,
musim terdapat
hujan, 3
dan jenis
pemangkasan yaitu : a) Pemangkasan bentuk, dilakukan pada tanaman muda yang batang utamanya baru setinggi 160-225 cm. Pemengkasan dilakukan pada batang utama setinggi 150-175 cm dari permukaan tanah. Setelah tunas tumbuh sepanjang 10-15 cm, dipilih 3-4 tunas yang tumbuh subur, letak tidak saling
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 91
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
berdekatan dan kedudukan pada batang utama tersebar sempurna untuk dikembangkan lebih lanjut. b) Pemangkasan pemeliharaan, pada tanaman yang belum berbuah bertujuan untuk merangsang pembungaan dan 2 minggu sebelum pamangkasan tanaman dipupuk terlebih dahulu. Pada tanaman yang sudah berbuah pemangkasan dilakukan pada cabang yang sakit/rusak, cabang air, cabang yang tumbuh liar, cabang yang tumbuh bersinggungan dengan cabang lain, cabang yang tumbuh membalik ke arah dalam dan cabang yang tumbuh ke arah bawah. c) Pemangksan peremajaan, dilakukan pada tanaman yang sudah tua,
2
minggu
sebelum
pemangkasan
agar
dilakukan
pemupukan terlebih dahulu. Cara pemangkasan yaitu arah cabang hasil pangkasan miring ke atas, dan bekas pangkasan dioleskan parafin, ter atau cat guna menghindari pertumbuhan jamur. 6) Perangsangan pembungaan, dapat dilakukan dengan cara: a. Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) paklobutrazol,
dengan
konsentrasi 5 ml/l air sebanyak 5-10 l larutan/pohon tergantung ukuran kanopinya. Penyemprotan dilakukan merata ke seluruh daun lengkeng dan diulang 2 kali dengan interval waktu 2 minggu. b. Pemupukan tambahan hara mikro, yang diberikan adalah pupuk majemuk yang mengandung hara mikro KClO3, NaClO3, Br. Pupuk tambahan disemprotkan dengan dosis 1 gr/l air sebanyak 5-10 l/pohon sesuai ukuran pohon. Disamping itu diberikan juga pupuk KNO3 2,5 kg/pohon. c. Perundukan dahan, dilakukan dengan cara menarik cabang ke bawah dengan kawat agar horizontal. Antara kawat dan dahan/cabang yang dirundukkan diberi sabut kelapa agar kulit dahan tidak luka. Tunas air yang tumbuh dari cabang yang dirundukkan kemudian dipangkas. d. Pemangkasan, dilakukan pada tunas air, cabang kering, cabang yang ternaungi sehingga sinar matahari dapat merata ke seluruh permukaan daun dan menembus ke tajuk tanaman.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 92
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
e. Petani di Jabung dan Tumpang merangsang pembungaan dengan cara pemotongan akar tanaman untuk mengurangi penyerapan N dari tanah; pengeratan pada batang untuk menghambat pengangkutan karbohidrat dan pemangkasan daun agar tidak terjadi penimbunan karbohidrat. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama. a. Tupai, menyerang buah yang sudah matang dan merontokkan buah yang belum matang. Pengendalian dengan pembrongsongan menggunakan kantong plastik. b. Kelelawar,
menyerang
buah
yang
sudah
matang
dan
merontokkan buah yang belum matang. Pengendalian dengan pembrongsongan menggunakan kantong plastik. c. Tikus, menyerang buah yang sudah matang dan merontokkan buah yang belum matang. Pengendalian
dengan
mengecat
batang
utama
atau
melindunginya dengan seng yang dicat oli bekas setinggi 1,5 m, sehingga tikus tidak dapat memanjat pohon. d. Penggerek batang, menyerang batang terutama batang utama dengan membuat lubang dan masuk kedalam batang pohon sehingga menyebabkan daun kering dan rontok. Pengendalian dengan aplikasi insektisida sistemik karbofuran atau
fipronil
atau
gabungan
keduanya,
dengan
cara
memasukkan insektisida karbofuran (sistemik, butiran) ke dalam tanah melalui pipa pralon berdiameter 1 inchi. Pohon dengan diameter 8-12 cm dipasang 2 pipa; pohon berdiameter 13-15 cm dipasang 3 pipa dan pohon berdiameter > 15 cm dipasang 4 pipa, setiap pipa dimasukkan 0,5 kg karbofuran kemudian diisi
1 liter air kemudian ditutup dengan sabut
kelapa. Pengendalian dapat dilakukan dengan disemprot ke daun menggunakan insektisida
fipronil konsentrasi 2 ml/l air.
Pohon ukuran kecil disemprot 3,5 liter larutan fipronil, pohon ukuran sedang disemprot 7 liter dan pohon ukuran besar
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 93
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
disemprot 14 liter larutan tersebut. Penyemprotan dilakukan 2 kali dengan interval waktu 2 minggu. Pencegahan dengan cara menyemprotkan insektisida pada batang yang sehat, terutama batang utama/pokok. 2. Penyakit. a. Jamur upas, bagian yang diserang ranting tanaman. Gejala : terdapat miselium jamur seperti sutera/sarang laba2 pada ranting kemudian membentuk kerak warna putih akhirnya menjadi warna merah. Pengendalian dengan memotong dahan dan membakarnya. Pencegahan dengan menjaga kelembaban tajuk, kebersihan tanaman dan lingkungan di sekitar tanaman. b. Akar putih. Gejala : daun menguning kemudian layu selanjutnya seluruh tanaman gundul dan tanaman mati. Pengendalian melakukan eradikasi tanaman yang sakit dengan cara membongkar tanaman sampai ke akarnya kemudian dibakar. Pencegahan dengan menjaga kelembaban akar, kebersihan tanaman dan lingkungan di sekitar tanaman. c. Akar hitam. Gejala awal terlihat adanya miselium tipis berwarna hitam pada permukaan akar, kemudian menjalar ke seluruh bagian lain. Pengendalian melakukan eradikasi tanaman yang sakit dengan cara membongkar tanaman sampai ke akarnya kemudian dibakar. Pencegahan dengan menjaga kelembaban sekitar tajuk dan akar, menjaga kebersihan tanaman dan kebersihan lingkungan di sekitar tanaman. Penanaman kembali dilakukan setelah lahan diberokan selama > 1 tahun. d. Bercak daun. Gejala : timbulnya bercak-bercak coklat pada bagian tepi daun yang terinfeksi pada pusat bercak terdapat bintik hitam halus. Pengendalian dengan memotong daun yang sakit ringan atau memangkas
ranting
yang
sakit
berat
dan
melakukan
penyemprotan dengan fungisida pada tanaman yang sakit ringan.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 94
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pencegahan dengan menjaga kelembaban tajuk supaya tidak terlalu lembab, menjaga kebersihan tanaman dan kebersihan lingkungan di sekitar tanaman. e. Bercak gloeosporium. Gejala : jika menyerang daun muda maka ujung daun bercakbercak warna coklat kemudian meluas ke sepanjang tulang daun; jika menyerang daun tua bercak-bercak pada daun dan tepi daun berwarna kuning akhirnya daun terbelah dua sepanjang tulang daun. Penyakit ini juga menyerang pasca panen buah pada waktu pengangkutan atau penyimpanan, dengan gejala terbentuk miselium putih pada tangkai buah yang matang kemudian kulit buah bercak-bercak warna coklat akhirnya buah busuk. Pengendalian dengan pemangkasan bagian tanaman yang sakit dan dilakukan penyemprotan fungisida. Pencegahan dengan menjaga kelembaban
tajuk, menjaga
kebersihan tanaman, kebersihan buah pada proses pasca panen dan kebersihan lingkungan di sekitar tanaman. f. Busuk akar, kanker akar dan kanker batang. Pengendalian penyakit akar dengan mencabut tanaman yang akarnya sakit kemudian membakarnya. Pengendalian pada tanaman yang terkena penyakit jamur dengan memangkas ranting tanaman yang sakit berat dan menyemprotkan fungisida pada tanaman yang sakit ringan. Pencegahan dengan menjaga kelembaban sekitar tajuk dan akar supaya tidak terlalu lembab, menjaga kebersihan tanaman dan kebersihan lingkungan di sekitar tanaman. IV. Daftar Pustaka 1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2009. Budidaya Lengkeng. 2. Pasar Tani, 2010. Budidaya Lengkeng. 3. Yulianto. Inovasi Teknologi Budidaya Kelengkeng pada Lahan Kering Dataran
Rendah
Kabupaten Temanggung,
Jawa
Tengah.
J.
Agrisains, April 2008.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 95
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
MANGGA (Mangifera, spp)
I. Pendahuluan Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari Negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Musim panen mangga di Indonesia berbeda dengan negara lain sehingga mangga produksi Indonesia berpeluang untuk diekspor. Terdapat 2 varietas mangga Indonesia yang diminati pasar internasional yaitu mangga varietas Arumanis 143 dan Gedong Gincu. II. Syarat Tumbuh a. Iklim. Tanaman mangga cocok untuk hidup di daerah dengan musim kering lebih dari 3 bulan (4-7 bulan) dan curah hujan 750-2.000 mm/th. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga. Jika ditanam di daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan penyakit serta gugur bunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan, serta rasa buah agak masam. b. Ketinggian Tempat. Mangga yang ditanam didataran rendah dan menengah dengan ketinggian 0-500 m dpl menghasilkan buah yang lebih bermutu dan jumlahnya lebih banyak dari pada di dataran tinggi. Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 96
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c. Tanah. Tanah
yang
baik
untuk
budidaya
mangga
adalah
gembur
mengandung pasir dan lempung dalam jumlah yang seimbang, dengan. Keasaman tanah (pH tanah) yang cocok adalah 5.5-7.5 dan jika pH < 5,5 sebaiknya dikapur dengan 97olomite. II. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam. 2) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar. b. Penanaman. 1) Jarak tanam 10 x 10 M untuk tanah yang subur, sedangkan tanah kurang subur jarak tanam 8x8 m. 2) Lubang tanam dengan ukuran 70 x 70 x 70 cm untuk tanah yang subur atau 100 x 100 x 100 cm untuk tanah yang kurang subur. 3) Tanah galian bagian atas (top soil) dipisahkan dengan tanah galian bagian bawah dan dibiarkan selama 2-3 minggu 4) Lubang tanam ditutup kembali, dengan tanah galian atas lebih dahulu
dimasukkan
setelah
dicampur
dengan
pupuk
organik/pupuk kompos sebanyak + 30 kg, Trichoderma spp atau Gliocladium sebanyak 100 gr, pupuk SP-36 sebanyak 200 gr dan dolomit 1 kg. 5) Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, bibit ditanam sedalam + 5 cm di atas pangkal batang atau + 25 cm di bawah sambungan okulasi 6) Diberi ajir untuk mengikat tanaman agar tumbuh tegak lurus ke atas dan diberi naungan dari jerami, rumput kering atau anyaman bambu untuk menghindari sengatan matahari, curah hujan yang lebat. 7) Guna melindungi tanaman mangga dari hembusan angin yang kuat dapat juga ditanam pohon pelindung, dan jenis yang biasa dipakai adalah pohon asam atau trembesi.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 97
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
8) Tanah di sekitar tanaman sebaiknya ditutup rumput/jerami kering sebagai mulsa, agar kelembaban tanah dapat stabil. c. Pemeliharaan 1) Penyiangan, rumput/gulma yang telah dicabut dapat dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi. Penyiangan juga biasa dilakukan pada waktu penggemburan dan pemupukan. Gulma di luar kanopi tanaman tidak perlu dibersihkan sama sekali, cukup dipotong pendek untuk menghindari erosi pada musim hujan
dan
menjaga
kelembaban
tanah
atau
yang
padat
mengurangi
penguapan pada saat musim kemarau. 2) Penggemburan/Pembubunan,
tanah
dan
tidak
ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu digemburkan, biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun mangga cangkokan jangan dilakukan terlalu dalam. 3) Perempelan/Pemangkasan,
pemangkasan
bertujuan
untuk
membentuk kanopi yang baik dan meningkatkan produksi. Pemangkasan tanaman mangga ada 2 macam yaitu : a) Pemangkasan bentuk, dilakukan pada tanaman muda dengan tinggi 80-100 cm, yaitu : 1. Bentuk kanopi pohon dengan pola 1-3-9-27 , yaitu 1 batang utama, 3 cabang primer, 9 cabang sekunder dan 27 cabang tersier serta tinggi maksimum 3 m. 2. Pelihara 3 cabang primer yang letaknya membuat sudut seimbang antar cabang dan terletak pada ketinggian yang berbeda, cabang lain yang tidak diinginkan dipangkas sampai pangkal cabang. 3. Pemangkasan
kedua
dilakukan
3-6
bulan
setelah
pemangkasan pertama (atau cabang yang dipelihara sudah mencapai 1 m) terhadap 3 cabang primer tersebut. 4. Pelihara pada masing-masing cabang primer sebanyak 3 cabang
sekunder,
demikian
seterusnya
dilakukan
pemangkasan sampai membentuk pola 1-3-9-27. b) Pemangkasan pemeliharaan, dilakukan pada tanaman usia produktif dengan :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 98
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. Pangkas cabang atau tunas liar dan ranting atau tunas yang sakit agar mahkota daun mendapat sinar matahari. 2. Pangkas cabang bersudut kecil, cabang dan ranting yang terserang hama dan penyakit. 3. Pangkas dahan dan ranting yangrapat, bersilangan, atau tersembunyi/ terlindung. 4. Pangkas tajuk bagian atas yakni mudur satu ruas ujung ranting (terminal), bekas buah dipangkas agar dapat mempertahankan ketinggian optimal tanaman 3 m. 5. Pangkas dahan dan ranting yang pertumbuhannya ke arah dalam tajuk atau ke arah bawah. 6. Pemangkasan dilakukan setelah panen untuk merangsang pertumbuhan tunas yang akan membentuk bunga. 7. Guna
menghindari
serangan
penyakit,
luka
bekas
pangkasan dapat di olesi cat/meni atau fungisida. 4) Pemupukan a) Tanaman belum menghasilkan, (umur 1 - 4 tahun). 1. Pupuk organik diberikan 1 kali/th pada akhir musim hujan 2. Pupuk anorganik pada lahan basah dilakukan 4-6 kali/th dengan dosis 1/4 -1/6 dosis anjuran. Pada lahan kering pemupukan dilakukan 2 kali/th, yaitu pada
akhir musim
kemarau dan awal musim hujan 3. Dosis pemupukan, yaitu : Umur
Dosis Pupuk (kg/pohon/th)
tanaman
Urea
SP-36
KCl/ZK
Organik
1 tahun
0,35
0,10
0,15
10,00
2 tahun
0,40
0,15
0,20
20,00
3 tahun
0,50
0,20
0,30
40,00
4 tahun
0,60
0,35
0,40
40,00
4. Cara pemupukan dengan membuat alur sedalam mata cangkul (5 cm) melingkar tanaman selebar tajuk tanaman atau membuat alur di kanan dan kiri tanaman selebar tajuk atau membuat lubang parit bentuk O di dua sisi kanopi.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 99
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b) Tanaman sudah menghasilkan (berbuah) 1. Pupuk organik diberikan 1x/tahun pada awal musim hujan dan pemupukan dilakukan agak dekat pangkal batang tanaman . 2. Pupuk anorganik diberikan 2 kali yaitu setelah panen dan setelah pemangkasan dengan dosis 50% dari dosis anjuran selama 1 tahun, dan sisanya diberikan pada saat buah sudah sebesar kelereng 3. Dosis pupuk/pohon/tahuan adalah : Dosis Pupuk (kg/pohon/th) Umur tanaman Urea SP-36 KCl/ZK Organik 5 tahun 1,00 1,00 0,50 50,00 6-8 thn 2,00 1,00 0,50 70,00 >8 tahun >2,00 1,00 0,50 >90,00 5) Penjarangan buah dilakukan dengan : a) Buah mangga berukuran sebesar bola pimpong b) Buah yang dibuang ukuran kecil, tidak sehat, abnormal c) Buah yang dipelihara bentuk proporsional dan bebas hama dan penyakit d) Jumlah buah/malai maksimal 2-3 buah 6) Pemberongsongan buah, dilakukan agar buah terhindar dari serangan hama dan penyakit dan kualitas bagus. Kegiatan dilakukan dengan cara : a) Buah dibungkus saat berukuran bola pimpong b) Pembungkusan dilakukan setelah penjarangan buah c) Berikan tanda warna pada pembungkus buah sesuai waktu pembungkusan guna membedakan umur dan waktu matang sehingga mempermudah waktu pemanenan 7) Penanaman tanaman inang untuk membantu pengendalian hama dan penyakit seperti cabe, pisang, ubi kayu, pepaya, jambu air dan belimbing. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama a) Penggerek ranting. Gejala : menyerang jaringan daun dan epidermis ranting muda yang dapat mengakibatkan tanaman tidak berbunga, pada
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 100
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
serangan berat dapat menyebabkan ranting dan daun tanaman layu dan kering. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, dengan memotong bagian tanaman yang terserang. 2) Biologis yaitu, dengan parasit Fam. Chalcididae, namun belum efektif. 3) Kimiawi yaitu, dengan penyemprotan pestisida berbahan aktif dimethoate, seperti Kanon 400 EC dengan dosis 2 gr/L air. b) Kutu putih, bagian yang diserang daun. Gejala : menyerang daun sehingga kering dan gugur dan dapat menyebabkan
penyakit
embun
jelaga
karena
hama
mengeluarkan cairan madu. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, memotong cabang dan daun yang terserang hama dan membakarnya. 2) Kimiawi yaitu, penyemprotan insektisida berbahan aktif lambdacyhalothrin atau deltametrin, seperti Lembaycid 550 EC dengan dosis 0,2%. Semut merupakan vektor hama kutu putih sehingga perlu dikendalikan dengan penyemprotan insektisida
berbahan
aktif
lambdacyhalothrin
atau
deltametrin, seperti Lembaycid 550 EC dengan dosis 0,2%. c) Penggerek batang. Gejala : menyerang cabang/batang sehingga terdapat lubang gerekan, jika serangan berat dapat menyebabkan tanaman layu serta daun rontok dan tanaman dapat mati; hama menyerang pada saat musim hujan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, memangkas dan memusnahkan cabang yang terserang hama serta memungut/mengumpulkan hama kemudian dibakar. 2) Biologis yaitu, dengan memanfaatkan parasit telur seperti Promuscidaea,
Anagyrus
dan
Eupelmus,
yang
telah
dikembang biakkan kemudian disebar di lokasi/kebun.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 101
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Kimiawi yaitu, dengan penyemprotan pestisida berbahan aktif karbofuran, betasiflutrin seperti Buldok 25 EC dengan dosis 2 cc/L, atau melakukan injeksi pada batang tanaman dengan insektisida Monocrotophos, dosis 6 cc/pohon. d) Ulat Perusak Daun. Gejala : menyerang pucuk daun muda, sehingga daun layu dan mati; penyerangan biasanya dilakukan pada masa peralihan musim hujan dengan musim kemarau. Pengendalian dilakukan dengan : 1) Mekanis yaitu, memotong bagian tanaman yang terserang hama dan memusnahkan/membakar pada tempatnya, atau dilakukan
pengasapan
untuk
mengusir
hama
yang
berbentuk ngengat. 2) Kimiawi yaitu, dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif
lambdacyhalothrin
atau
fenalerat
seperti
Monocrotophos, dosis 6 cc/pohon. e) Kumbang Buah Mangga. Gejala : menyerang buah muda, dan serangan pada musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis
yaitu,
mengumpulkan
buah
yang
terserang
kemudian dibakar. 2) Biologis yaitu, menggunakan musih alami seperi semut rangrang,
Oocophylla
smaradigma
dan
parasitoid
Flavopimpla, sp. 3) Kimiawi yaitu, dilakukan saat flush terakhir sebelum berbunga dengan menggunakan insektisida berbahan aktif medidation seperti Supracide 40 EC dengen dosis 2 gr/L air. f) Trips, bagian yang diserang daun, bunga dan buah. Gejala : menyerang permukaan bawah daun, malai bunga dan buah muda; serangan hama pada masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, sinatasi lingkungan dengan memusnahkan sisa tanaman dan tanaman inang di sekitar tanaman mangga,
memangkas
bagian
yang
terserang
hama
kemudian dibakar.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 102
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Biologis yaitu, dengan musuh alami Tripoctenus bohi. 3) Kimiawi yaitu, dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif protiofos seperti Tokuthion 500 Ec dengan dosis 1,5 gr/L air. g) Kutu Sisik, bagian yang diserang daun. Gejala : permukaan daun kelihatan layu kemudian mengering dan gugur, jika populasi tinggi dapat menyebabkan serangan penyakit embun pagi; hama muncul pada musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, memotong cabang dan daun yang terserang hama dan membakarnya. 2) Kimiawi yaitu, penyemprotan insektisida Lembaycid 550 EC dengan dosis 0,2% dan Dikrotophos 2,4 gr/L air. h) Kepik
mangga
(Cryptorrhynoccus
gravis),
bagian
yang
terserang buah. Gejala : menyerang buah dan masuk ke dalamnya. Pengendalian yaitu, dengan semut merah yang menyebabkan kepik tidak bertelur. i) Bubuk buah mangga Gejala : menyerang buah sampai tunas muda; kulit buah kelihatan normal, bila dibelah terlihat bagian dalamnya dimakan hama ini. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis yaitu, menggunakan pupuk kandang halus dan mencangkul tanah di sekitar batang pohon 2) Mekanis yaitu, memusnahkan buah mangga yang jatuh akibat hama ini. Kimiawi yaitu, menyemprotkan insektisida ke tanah yang telah dicangkul. j) Bisul daun (Procontarinia matteiana.). Gejala : daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau dan kemerahan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur
teknis
yaitu,
menggemburkan
tanah
untuk
mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi. 2) Mekanis yaitu, membakar daun yang terserang. 3) Kimiawi yaitu, penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 103
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
k) Lalat buah. Gejala : pada permukaan kulit buah terdapat bintik hitam, daging buah busuk, jatuh dan menurunkan produktivitas. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, sanitasi lingkungan dan mengumpulkan buah yang terserang hama baik yang jatuh maupun yang masih di pohon kemudian memusnahkan dengan cara menimbun ke dalam tanah agar larva tidak berkembang biak. pengasapan untuk mengusir lalat buah pembungkusan buah dengan kertas atau kantong plastik, dilakukan pada saat buah sebesar biji kelereng 2) Biologis yaitu, menanam tanaman perangkap seperti selasih di sekeliling kebun atau gunakan musuh alami parasitoid Fam. Braconidae (Biosteres sp dan Opius sp) 3) Kimiawi yaitu, dengan menggunakan perangkap aktratan (Metil Eugenol/ME) dalam alat perangkap terbuat dari botol bekas air mineral yang diberi lubang untuk masuk lalat buah l) Wereng mangga, bagian yang diserang daun, bunga dan ranting. Gejala : hama menyerang daun, rangkaian bunga dan ranting sambil mengeluarkan cairan manis sehingga mengundang semut api untuk memakan tunas atau kuncup. Cairan yang membeku menimbulkan jamur kerak hitam. Hama menyerang pada masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, memotong/memusnahkan bagian tanaman yang terserang hama, atau dengan pengasapan untuk mengusir hama. 2) Biologis yaitu, dengan menggunakan predator Lycosa sp, parasitoid Epipyros (Hymenop), Pipunculus sp. Predator sebelumnya dikembang biakkan kemudian disebar di kebun. 3) Kimiawi yaitu, dengan penyemprotan insektisida Diazinon atau penginfusan pohon pada awal pembuangaan dengan menggunakan insektisida
Monocrotophos, dosis 10-15
cc/pohon.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 104
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
m) Penggerek buah. Gejala : menyerang buah dengan menggerek dan memakan jaringan di bawah kulit buah sehingga buah busuk dan gugur. Hama ini menyerang buah yang berukuran sebesar bola pimpong. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, buah yang gugur dikumpulkan dan dikubur dalam
tanah
dan
dilakukan
pembrongsongan/
pembungkusan buah yang sudah sebesar bola pimpong. 2) Biologis yaitu, menggunakan predator larva Rynchium attrisium. 3) Kimiawi yaitu, penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif ethofenprox atau delteametrin seperti Decis 25 EC atau insektisida berbahan aktif betasiflutrin seperti Buldok 25 EC dengan dosis 2 cc/L air. Penyemprotan dilakukan sore hari karena serangga dewasa aktif pada waktu sore hari. n) Tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus), bagian yang diserang daun tanaman. Gejala : pertama, menyerang daun mangga yang masih muda sedangkan yang kedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya menyerang rangkaian bunga. Pengendalian yaitu, dengan menyemprotkan tepung belerang, insektisida Diazinon atau Basudin. o) Codot, memakan buah mangga di malam hari. Pengendalian yaitu,
dengan membiarkan semut kerangkeng
hidup di sela daun mangga, memasang kitiran angin berpeluit dan melindungi pohon dengan jaring. 2. Penyakit a) Embun Tepung, bagian yang terserang daun dan ranting. Gejala : penyakit menyerang permukaan daun atau ranting muda sehingga tertutupi oleh lapisan tepung berwarna putih. Serangan penyakit terjadi pada musim hujan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, sanitasi terhadap tunas atau daun yang terserang penyakit dan tidak produktif.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 105
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Kimiawi yaitu, pengembusan serbuk belerang + 40 kg/Ha, dan dilakukan pagi hari pada saat bunga dan daun masih basah oleh embun. Jika dilakukan pada saat hari telah panas dapat mengakibatkan luka bakar pada bunga dan daun. b) Penyakit Busuk Akar. Gejala permukaan akar berwarna hitam, terdapat benangbenang jamur berwarna putih kotor, leher akar mengelupas dan akar busuk. Penyakit menyerang pad musim hujan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, tanaman yang sudah mati segera dibongkar dan dibakar, jika belum parah maka potong akar yang terinfeksi sekitar 30 cm sebelum akar yang busuk dan pada bagian akar yang dipotong diolesi fungisida propamocarb hidroklorida dengan dosis 2 gr/L. 2) Kimiawi yaitu, dilakukan infus pada batang dengan fungisida sistemik. c) Bercak daun, menyerang daun muda, batang muda dan tangkai daun sehingga menjadi pucat, kering dan rontok. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, sanitasi tanaman terutama daun yang terserang penyakit dipotong dan dibakar. 2) Kimiawi yaitu, penyemprotan fungisida Antracol 70 WP dengan dosis 2 gr/L. d) Penyakit Antraknosa, bagian yang diserang daun. Gejala : kerusakan diawali pada daun muda sehingga terminal cabang tidak produktif, bunga mengering, pembentukan pentil gagal, buah busuk dan gugur. Penyakit menyerang pada awal musim hujan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, sanitasi kebun dengan memusnahkan gulma pada saat pertunasan sampai saat panen. mengumpulkan daun yang jatuh ke tanah dan dibakar. pemangkasan setelah panen atau sebelum pertunasan pada daun/cabang yang ada gejala penyakit serta
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 106
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
pemangkasan
pada
kanopi
bagian
tengah
untuk
memperbaiki sirkulasi udara dan penetrasi sinar matahari. membungkus buah (sebesar bola pimpong) sehingga terlindung dari serangan penyakit. 2) Kimiawi yaitu, penyemprotan dengan fungisida kombinasi 0,25% Mancozeb + 0,2% Dicotopos + 2 gr/L pupuk daun; dilakukan
selang
waktu
7-10
hari
sekali
dari
saat
pembentukan tunas bunga sampai fase pemasakan buah. e) Cendawan jelaga, bagian yang diserang daun tanaman. Gejala : daun mangga yang diserang berwarna hitam seperti beledu; warna hitam disebabkan oleh jamur yang hidup di cairan manis. Pengendalian : 1) Mekanis yaitu, dengan memotong daun dan cabang yang terserang kemudian dibakar. 2) Kimiawi yaitu, dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif morestan dengan dosis 1,5 gr/L air atau memberantas serangga
yang
menghasilkan
cairan
manis
dengan
insektisida atau tepung belerang. f) Bercak karat merah, bagian yang terserang daun, ranting dan bunga. Gejala : menyerang daun, ranting, bunga dan tunas sehingga terbentuk bercak yang berwarna merah. Penyakit ini sangat mempengaruhi proses pembuahan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu pemangkasan dahan, cabang dan ranting. 2) Kimiawi yaitu menyemprotkan fungisida bubuk bordeaux atau sulfat tembaga. g) Kudis buah, menyerang tangkai bunga, bunga, ranting dan daun. Gejala : adanya bercak kuning yang akan berubah menjadi abu-abu dan pembuahan tidak terjadi, bunga berjatuhan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, mengambil buah yang terserang penyakit dan memangkas tangkai bunga yang terserang kemudian dibakar. 2) Kimiawi, penyemprotan fungisida Dipoliatan 4 F dengan dosis 0,2 cc/L air, Dithane M-45, Manzate atau Pigone tiga kali seminggu.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 107
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
h) Penyakit Blendok/Diplodia, bagian yang diserang batang dan cabang tanaman. Gejala : tanaman yang terserang penyakit mengeluarkan getah/ blendok berwarna kuning emas dari batang atau cabang, dan pada kulit terdapat luka yang yang tidak teratur. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis yaitu, memotong bagian tanaman yang terserang penyakit, pemangkasan untuk mengurangi kelembaban tanaman pemupukan berimbang bersihkan gulma terutama pada piringan mengumpulkan sisa tanaman dan memotong cabang terserang berat dan dibakar membongkar tanaman yang terserang berat dan dibakar 2) Biologis yaitu, oleskan pada batang atau pangkal batang agensia antagonis seperti Trichoderma, spp; Gliocladium, spp; Psedomonas fluorescens atau Bacillus subtilis. 3) Kimiawi yaitu, lubang ditutupi dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam insektisida dan menyemprot pohon dengan bubur bordeaux. 3. Gulma Benalu memberikan kerusakan dalam waktu pendek karena menyebabkan makanantidak diserap tanaman secara sempurna. Pengendalian
dengan
memotong
cabang
yang
terserang,
menebang tanaman yang diserang benalu dengan berat.
IV. Daftar Pustaka a. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Depatemen Pertanian, 2008. Standard Operating Procedure (SOP) Mangga Arumanis 143, Kabupaten Pemalang. b. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, 2010. Vademekum Mangga. c. Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Mangga (Mangifera spp).
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 108
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
MANGGIS (Garcinia mangostana L )
I. Pendahuluan Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera Barat). Manggis merupakan salah satu komoditi ekpor buah-buahan Indonesia ke negara seperti China, Taiwan, Singapura, Malaysia, Hongkong, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. II. Syarat Tumbuh a. Iklim. 1) Daerah yang cocok untuk budidaya manggis adalah daerah yang memiliki
curah
hujan
1.250–2.500
mm/tahun
dan
merata
sepanjang tahun. 2) Temperatur udara yang ideal berada pada kisaran 22-32 derajat C, dengan kelembaban 80% serta intensitas sinar matahari optimal 40%-70%. 3) Angin bertiup tidak terlalu kencang.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 109
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b. Ketinggian Tempat. Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.500 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl. c. Tanah. 1) Tanah yang paling baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik, mempunyai solum tanah dalam. 2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya tanaman manggis adalah 5–7. 3) Untuk pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50–200 m. 4) Jenis tanah Latosol, dengan tekstur clay loam (lempung berliat) sampai sandy clay (lempung berpasir). III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam. 2) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar 3) Usahakan lahan tidak terbuka luas terhadap sinar matahari, oleh karena itu tidak perlu memotong seluruh pohon yang ada kecuali yang dapat mengganggu tanaman manggis untuk berkembang b. Penanaman. 1) Jarak tanam 10x10 M. 2) Lubang tanam pada tanah gembur dan kaya humus, dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm, sedangkan pada tanah kurang subur ukuran lubang tanam 100 x 100 x 100 cm sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik. Tanah galian bagian atas (20 cm) dipisahkan dengan tanah galian bagian bawah dan dibiarkan selama 2-3 minggu.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 110
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Lubang tanam ditutup kembali, dengan tanah galian atas lebih dahulu
dimasukkan
setelah
dicampur
dengan
pupuk
organik/pupuk kompos sebanyak 20-30 kg/lubang. 4) Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, dan bibit ditimbun dengan tanah sampai + 5 cm di atas pangkal batang. 5) Pasang ajir dan ikatkan bibit manggis dengan ajir agar tanaman tumbuh lurus ke atas. 6) Lakukan penyiraman setelah bibit ditanam. c. Penanaman Tanaman Pelindung 1) Tanaman pisang, dilakukan dengan : a) Jarak tanam 2,5 x 2,5 m. b) Lubang tanam 50 x 50 x 50 cm. c) Tambahkan pupuk organik 5 - 10 kg/lubang. d) Anakan pisang ditanam pada awal musim hujan dan dilakukan 3 bulan sebelum bibit manggis ditanam. 2) Tanaman lamtoro atau albisia. 3) Naungan dapat dibuat dari kayu/bambu dengan atap daun kelapa atau alang-alang, ukuran naungan panjang 60 cm, lebar 40 cm, tinggi 75 cm. Naungan ini dilakukan sampai tanaman manggis berumur + 2 tahun. d. Pemeliharaan.
1) Penyiangan, dilakukan secara kontinyu dan sebaiknya bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan yaitu dua kali dalam setahun. 2) Perempalan/Pemangkasan. a) Dilakukan pada tanaman yang berumur 5 tahun atau sudah berbuah. b) Pangkas
ranting
yang
terlalu
rimbun
sehingga
dapat
meningkatkan ukuran dan kemanisan buah. c) Pangkas cabang dan ranting yang tidak produktif, kering, sakit serta ranting tumbuh mengarah ke dalam. d) Pangkas ranting-ranting yang tumbuh kembar dan sudah tidak berbuah untuk mencegah serangan hama dan penyakit. e) Gunakan gunting pangkas yang bersih dan tajam.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 111
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
f) Untuk menghindari infeksi penyakit, lapisi bekas pangkasan dengan ter/meni/lilin. 3) Pengairan dan Penyiraman. a) Tanaman berumur <5 tahun memerlukan ketersediaan air yang cukup dan terus menerus sehingga harus disiram satu sampai dua hari sekalipagi dan sore hari dengan volume 20-40 L/pohon/hari. b) Tanaman berumur >5 tahun atau sudah menghasilkan, penyiraman dengan volume 50 L/pohon/hari. c) Tanaman selesai dipanen, perlu banyak air untuk memulihkan kondisi stres ke kondisi normal. 4) Pemupukan a) Jenis dan dosis pemupukan anjuran adalah sbb : Jenis dan dosis pupuk/pohon/th
Umur (thn)
Urea (gr/ph)
SP-36 (gr/ph)
KCl (gr/ph)
Organik (kg/ph)
1-2 th
50
25
25
20
2-4 th
100
50
50
20
4-6 th
200
100
100
40
6-8 th
400
800
800
40
8-10 th
800
1.500
1.500
80
>10 th
1.000
2.500
1.500
80
b) Cara pemupukan Pupuk ditaburkan melingkar sesuai tajuk tanaman dengan cara ditudal/ditabur
kemudian
ditutup
tanah.
Setelah
selesai
pemupukan, kemudian dilakukan penyiraman. c) Pemberian Mulsa, mulsa jerami dihamparkan setebal 3-5 cm menutupi tanah di sekeliling batang yang masih kecil untuk menekan gulma, menjaga kelembaban dan aerasi dan mengurangi penguapan air. 1) Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu : a) Awal musim hujan, dengan dosis sbb : Urea sebanyak 1/3 dosis rekomendasi Kalium sebanyak 2/3 dosis rekomendasi SP-36 sebanyak dosis rekomendasi Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 112
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b) Setelah panen, dengan dosis sbb : Urea sebanyak 2/3 dosis rekomendasi Kalium sebanyak 1/3 dosis rekomendasi Pupuk organik sebanyak dosis rekomendasi e. Hama dan Penyakit. 1. Hama a) Pengorok daun, bagian yang diserang daun muda yang helaiannya baru membuka. Gejala : serangan berat maka daun tidak berkembang sehingga tanaman tumbuh merana. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu dilakukan pemangkasan terhadap daun yang terserang hama kemudian dimusnahkan 2) Biologis,
menggunakan
musuh
alami
parasitoid
Ageniaspis,sp. 3) Kimiawi, dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif betasulfurin,
imidakloprid,
diazinon,
metidation
seperti
Curacron dengan dosis 2 cc/L air dengan volume semprot 710 L/tanaman. b) Penghisap daun dan buah muda, bagian yang diserang daun, tunas, bunga dan pentil buah. Dampak serangan hama ini yaitu penurunan produksi dan mutu buah. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, dilakukan dengan cara : Pemangkasan daun dan tunas yang terserang hama kemudian dibakar. Mengurangi tanaman naungan atau tanaman lain yang berada di sekitar tanaman manggis Pemangkasan tanaman agar lingkungan tajuk tidak terlalu rimbun 2) Biologis, dilakukan dengan cara : Menggunakan agen hayati Beauveria bassiana
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 113
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Menggunakan musuh alami seperti belalang sembah, laba-laba dan kepik dari familia Reduviidae Menggunakan
semut
hitam
karena
aktif
bergerak
sehingga dapat menggangu proses peletakan telur hama ini dan tidak sempat hinggap untuk menusuk buah manggis. 3) Kimiawi, dengan penyemprotan insektisida Fastac 15 Esebanyak 15 gr/L air. c) Ulat pemakan daun, bagian yang diserang daun, terutama daun muda dan hanya meninggalkan tulang daun saja. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu dengan : Melakukan sanitasi kebun Mengambil hama secara manual kemudian dibakar 2) Kimiawi,
dilakukan
dengan
penyemprotan
insektisida
dengan bahan aktif sipermetrin seperti Sherpa 50 EC dengan dosis 2 cc/L air d) Kutu putih, bagian yang diserang buah. Gejala : merusak penampilan buah. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis/kultur teknis, dilakukan dengan cara : Pemangkasan tajuk tanaman agar tidak terlalu rapat dengan tanaman di sekitarnya. Mengurangi kepadatan tajuk agar tidak terlalu rapat dan saling menutupi Mengurangi kepadatan buah 2) Kimiawi,
dilakukan
dengan
penyemprotan
insektisida
Dursban 0,2% sesuai dosis anjuran. e) Thrips, bagian yang diserang fase kuncup bunga mekar sampai fase perkembangan buah. Gejala : serangan hebat maka dapat menurunkan mutu buah. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis dilakukan dengan :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 114
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat sehingga sinar matahari sampai ke bagian dalam tajuk Daun yang gugur di bawah pohon dibersihkan dan dibakar 2) Kimiawi, dilakukan penyemprotan dengan yang efektif, terdaftar dan berijin dan dilakukan pada saat bunga mekar sampai buah mencapai ukuran + 3 cm f) Tungau, bagian yang diserang tangkai daun, bunga dan buah. Gejala pada tangkai daun, bunga dan buah terjadi perubahan warna seperti perunggu dan permukaan atas daun terdapat bercak berwarna kekuningan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu dilakukan pembungkusan buah 2) Kimiawi, yaitu disemprot dengan akarisida yang efektif, terdaftar dan berijin. g) Uret/gayas, bagian yang diserang pucuk akar. Gejala : menyerang pucuk akar dengan memakannya sehingga tanaman akan layu/mati. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu membersihkan gulma di sekitar batang utama dengan mencabut/menkored 2) Kimiawi, yaitu dengan menaburkan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 5-10 gr/lubang tanam. h) Ulat bulu, bagian yang diserang daun. Gejala : daun berubang. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis,
yaitu
menjaga
sanitasi
lingkungan
dan
pemeliharaan tanaman yang baik 2) Kimiawi, yaitu penyemprotan insektisida Bayrusil 250 EC/Cymbush 50 EC dengan konsentrasi 0,1 -0,2 %. i) Tupai, bagian yang diserang buah yang hampir masak, tiap ekor tupai dapat menghabiskan 2-3 butir buah manggis/hari. Pengendalian dilakukan dengan menembak menggunakan senapan angin atau digropyok pada siang hari. Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 115
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2. Penyakit a) Bercak daun. Gejala : bercak pada daun yang tidak beraturan berwarna abuabu pada pusatnya,
coklat
dan hitam pada sisi atas dan
bawah daun. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu dengan : Mengurangi kelembaban yang berasal dari tanaman pelindung. Memotong bagian tanaman yang terserang penyakit. Membersihkan kebun dari segala sesuatu yang menjadi sumber inokulum. 2) Kimiawi, dengan aplikasi fungisida berbahan aktif bitertanol seperti Baycolar 300 EC dan Bayfidan 250 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %, atau fungisida berbahan aktif triadimenol seperti Daconil 75. b) Jamur upas, bagian yang diserang cabang/ranting. Gejala : cabang/ranting mati karena jaringan kulit mongering, penyakit ini banyak terjadi pada musim hujan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu jika cendawan sudah sampai stadium kortisium, sebaiknya cabang dipotong + 30 cm di bawah bagian kulit yang sudah membusuk kemudian dibakar 2) Kultur teknis, yaitu mengurangi kelembaban kebun dengan memangkas tanaman pelindung dan bagian tanaman manggis yang sudah mati 3) Kimiawi, dilakukan dengan cara : Cabang tanaman yang terserang penyakit diolesi bubur Bordeaux,
Carbolineum
plantarum
atau
fungisida
berbahan aktif tridemorf. Memotong cabang/ranting, mengerok kulit dan kayu yang terserang parah dan mengolesi bagian yang dipotong dengan cat, atau disemprot dengan Derosal 60 WP 0.10.2 %. Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 116
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Aplikasi
desinfektan
(seperti
kaporit
atau
pemutih
pakaian) atau cobox dengan menyiramkan ke lubang tanam yang sudah disediakan. c) Mati ujung, bagian yang diserang daun, cabang/ranting. Gejala
ujung
daun mengering,
ranting
berkerut
seperti
kekurangan air, cabang dan tangkai daun mengering. Jika serangan berat semua daun paling ujung akan rontok dan akhirnya seluruh ujung daun pada ranting akan rontok dan cabang mati. Pengendalian dengan cara : 1) Mekanis, dilakukan dengan : Potong cabang, daun dan ranting yang terserang penyakit kemudian dibakar Pangkas cabang dan ranting pada fase vegetatif untuk mengurangi kelembaban 2) Kimiawi, dilakukan dengan mengoleskan fungisida seperti bubur Bordeaux dan Parafin/Carbolineum pada bagian tanaman yang terserang (pada luka di batang tanaman manggis) d) Hawar benang, bagian yang diserang cabang/ranting. Gejala : miselium jamur tumbuh pada permukaan cabang dan ranting membentuk benang putih yang dapat meluas sampai menutupi permukaan bawah daun. Pengendalian : menjaga kebersihan dan memangkas daun yang terserang. e) Kanker batang/cabang. Gejala : warna kulit batang dan cabang berubah dan mengeluarkan getah. Jika serangan berat pangkal batang mengelang, pucuk tanaman mengering, daun gugur dan tanaman mati. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu dengan : Perbaikan drainase dan menjaga kebersihan kebun.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 117
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pemotongan bagian tanaman yang terserang penyakit. Menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang pada waktu pemeliharaan tanaman Eradikasi tanaman yang terserang 2) Kimiawi, dilakukan dengan mengkored/mengelupas bagian tanaman yang terserang penyakit kemudian bekas luka diolesi fungisida atau penyemprotan fungisida Benlate untuk kanker batang. f) Hawar rambut. Gejala : permukaan tanaman manggis ditutupi bentuk serupa benang berwarna coklat tua kehitaman mirip ekor kuda. Pengendalian: sama dengan kanker batang. g) Busuk buah. Gejala : diawali dengan adanya kerak atau burik berwarna coklat
pada
buah
muda,
pecah-pecah
dan
sedikit
mengeluarkan getah berwarna kuning. Penampilan buah tidak menarik (burik) dan buah menjadi keras jika dibuka daging buah berair, busuk dan lekat dengan kulit buah. Pengendalian secara kultur teknis, yaitu dengan : Pengambilan buah yang sakit kemudian dibakar Penanganan panen dan pasca panen yang baik agar buah tidak memar karena buah yang memar sangat peka terhadap serangan patogen ini. h) Getah kuning, bagian yang diserang buah. Gejala : daging buah berwarna bening (transparan), lekat ke kulit dan rasanya pahit. Pengendalian dengan cara pemangkasan cabang dan ranting yang
kering/mati,
pengaturan
pengairan
dan
perbaikan
drainase kebun. i) Buah pecah, karena faktor cuaca dan umumnya penyakit ini terjadi pada musim penghujan (awal panen) dan pada musim kemarau (akhir panen) dan dijumpai pada buah matang/tua. Pengendalian dengan mengumpulkan buah yang terserang dan kemudian membakarnya.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 118
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
j) Buah mengeras. Gejala : daging buah lengket dengan kulit dan sebagian daging buah sudah busuk serta buah akan jatuh sebelum matang. Di tempat penyimpanan buah yang sudah dipanen, cendawan penyebab penyakit ini akan cepat membusukkan buah dan menular ke buah lain. Luka karena serangga yang terjadi setelah pemetikan akan meningkatkan pembusukan. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu pengambilan buah yang terserang penyakit kemudian dibakar. 2) Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan fungisida efektif dan terdaftar, sejak buah masih pentil sampai tiga minggu.
IV. Daftar Pustaka a. Bagian Proyek P2RT Pembinaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Tingkat I Sumatera Barat. Budidaya Manggis. b. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Depatemen Pertanian, 2009. Standard Operating Procedure (SOP) Manggis, Kabupaten Sukabumi. c. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, 2010. Standard Operating Procedure (SOP) Manggis Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. d. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2007. Vademekum Manggis. e. Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Manggis (Garcinia mangostana L).
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 119
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
MATOA (Pometia pinnata J.R & J.G)
I. Pendahuluan Matoa merupakan tanaman buah berbentuk pohon dan merupakan tanaman buah asli dari Papua dan hampir terdapat di seluruh daerah Papua terutama di kawasan dataran rendah. Tanaman matoa pada saat ini sudah banyak dikembangkan di daerah lain seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi, NTB dan Maluku. Tanaman matoa berbuah 2 (kali) dalam satu tahun yaitu pada sekitar bulan Maret namun
musim
berbuah
tergantung
serta Agustus-Oktober,
kondisi
cuaca
di
wilayah
pengembangan, sehingga bulan musim berbuah berbeda-beda untuk tiap wilayah. Tanaman matoa mempunyai 2 jenis, yaitu : 1) Pometia pinnata, dengan ciri tepi daun bergigi. Jenis ini tersebar mulai dari Srilanka, seluruh kepulauan di Indonesia sampai di kepulauan Fiji dan Samoa.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 120
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Pometia ridleyi, dengan ciri tepi daun rata, urat daun melengkung ke atas. Jenis ini banyak dijumpai di Semenanjung Malaya dan Thailand sedangkan di Indonesia hanya dijumpai di Simeulue. II. Syarat Tumbuh a. Iklim Suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman matoa antara 22 - 28 derajatC. b. Ketinggian Tempat Tanaman matoa dapat tumbuh pada ketinggian kurang dari 1.200 m dpl, tetapi tanaman akan produktif jika ditanam pada ketinggian kurang dari 500 m dpl. c. Tanah Tanaman matoa tidak memerlukan lahan dengan tingkat kesuburan tinggi, tipe tanah Fluvents yang mengandung K rendah ternyata tanaman matoa dapat tumbuh dengan baik. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan Lahan untuk pengembangang tanaman matoa perlu dibersihkan dari tumbuhan liar dan kayu/ranting, untuk mempermudah proses penanaman dan pemeliharaan. Pembajakan lahan hanya perlu dilakukan bila lahan tersebut akan dilakukan tumpangsari dengan tanaman semusim. b. Penanaman 1) Penanaman dilakukan dari bibit hasil persemaian yang telah mencapai ketinggian 20 - 30 cm. 2) Pemindahan dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak melukai akar yang masih muda. 3) Jarak tanam 10 x 12 m, sehingga populasi sebanyak 84 pohon/Ha 4) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 30 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan. 5) Lubang tanam ditambahkan pupuk organik sekitar 20 kg/lubang.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 121
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c. Pemeliharaan 1) Pemangkasan. a) Tujuan
untuk
memacu
tanaman
agar
lebih
banyak
menghasilkan cabang lateral (cabang samping) karena buah akan muncul pada bagian terminal cabang/ranting/batang. b) Dilakukan pada tanaman yang sudah mencapai ketinggian > 2,5m. 2) Pemupukan, dilakukan saat tanaman berumur 3, 6 dan 12 bulan, dengan dosis pupuk sbb : Dosis pupuk/pohon ZA
TSP
KCL
Organik
238 gram
357 gram
476 gram
20 kg
Catatan : Pemupukan selanjutnya dilakukan sesuai keperluan yaitu jika pertumbuhan tanaman kurang baik. Menjelang musim buah, tanaman perlu dipupuk TSP dan KCl. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman matoa, dapat diberikan pupuk hayati mikoriza. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama. Hama pada buah matoa yaitu Bactrocera quadrisetosa
dan
kelelawar yang merusak buah yang telah masak. Pengendalian secara umumyang dapat dilakukan yaitu : a) Evaluasi lahan yang akan ditanami b) Penanaman bibit berkualitas dan resisten hama c) Pengaturan jarak tanam yang tepat d) Penanaman tegakan campuran e) Penjarangan jika penanaman awal dengan jarak yang terlalu rapat. Pengendalian
terhadap
serangan
kumbang
dan
kelelawar
dilakukan dengan cara membungkus buah yang akan masak menggunakan plastik putih yang telah diberi beberapa lubang.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 122
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2. Penyakit a) Jamur Ganoderma spp, menyerang akar tanaman dengan menginfeksi sistem jaringan tanaman dengan menempatkan hifa-hifanya yang digunakan untuk menyerap bahan hasil fotosintesa dari tumbuhan inangnya. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Fisik, dengan membakar tanaman yang sakit sampai ke akarnya, sisa akar dan tanaman dibersihkan dari lahan 2) Kimiawi, dengan penyemprotan fungisida Ganocide atau Calixin CP. b) Jamur
menyerang biji untuk benih, akan merusak kulit dan
kotiledon biji sehingga mengurangi viabilitas perkecambahan biji.
Pencegahan
dilakukan
dengan
cara
biji
yang
dikecambahkan untuk bibit dicuci dengan fungisida agar bebas dari serangan jamur. c) Jamur menyerang buah matoa. Hal ini terjadi jika buah matoa dalam keadaan lembab, pencegahan dilakukan dengan cara meletakkan buah matoa kondisi relatif kering namun tidak pada suhu terlalu tinggi karena jika suhu terlalu tinggi akan mempercepat proses kerusakan pada buah.
IV. Daftar Pustaka 1) Suharno, Rosye H.R. Tanjung. 2011. Matoa (Pometia sp). Potensi, Domestifikasi dan Pembudidayaannya. 2) Matoa (Pometia pinnata), Buah dengan aroma nano-nano (rambutan, lengkeng, durian).
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 123
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk)
I. Pendahuluan Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Berdasarkan sosok pohon dan ukuran buah, tanaman nangka terbagi dua golongan yaitu : a. Nangka buah besar: tinggi mencapai 20-30 m; diameter batang mencapai 80 cm dan umur mulai berbuah sekitar 5-10 tahun. b. Nangka buah kecil: tinggi mencapai 6-9 m; diameter batang mencapai 15-25 cm dan umur mulai berbuah sekitar 18-24 bulan. Berdasarkan kondisi daging buah, tanaman nangka dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: a. Nangka bubur: daging buah tipis, lunak agak berserat, beraroma keras mudah lepas dari buah. b. Nangka salak: daging buah tebal, agak kering aromanya kurang keras. c. Nangka cempedak: daging buah tipis, liat dan beraroma harum spesifik.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 124
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Varietas-varietas unggul nangka yang ditanam di Indonesia yaitu: nangka bilulang/ nangka celeng, nangka cempedak, nangka dulang, nangka kandel, nangka kunir, nangka merah, nangka salak, nangka mini, dan nangka misin. II. Syarat Tumbuh a. Iklim 1) Pohon nangka cocok tumbuh di daerah yang memilki curah hujan tahunan rata-rata 1.500-2.500 mm dan musim keringnya tidak terlalu keras. Nangka dapat tumbuh di daerah kering yaitu di daerah-daerah yang mempunyai bulan-bulan kering lebih dari 4 bulan 2) Sinar
matahari
sangat
diperlukan
nangka
untuk
memacu
fotosintesa dan pertumbuhan, karena pohon ini termasuk intoleran.
Kekurangan
terganggunya
sinar
pembentukan
matahari
dapat
menyebabkan
bunga
dan
buah
serta
pertumbuhannya. 3) Rata-rata suhu udara minimum 16-21 derajat C dan suhu udara maksimum 31-31,5 derajat C. 4) Kelembaban udara yang tinggi diperlukan untuk mengurangi penguapan. b. Ketinggian Tempat Pohon nangka dapat tumbuh dari mulai dataran rendah sampai ketinggian 1.300 m dpl. Namun ketinggian tempat yang terbaik untuk pertumbuhan nangka adalah antara 0-800 m dpl. c. Tanah. 1) Umumnya tanah yang disukai yaitu tanah yang gembur dan agak berpasir. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah tandus sampai subur dengan pH tanah asam sampai alkalis, pada tanah gambut tanaman nangka dapat tumbuh dan berbuah. 2) Tanaman nangka tidak cocok ditanaman pada tanah berkadar garam (NaCl) tinggi.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 125
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Tanaman nangka tahan terhadap pH rendah (tanah masam) dengan pH 6,0 - 7,5, tetapi yang optimum pH 6 - 7. 4) Kedalaman air tanah yang cocok bagi pertumbuhan nangka adalah 1-2 m atau antara 1-2.5 m dan karena perakarannya sangat dalam, maka sebaiknya ditanam pada tanah yang cukup tebal lapisan atasnya (kira-kira setebal 1 m). III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Pengolahan lahan dilakukan dengan membersihkan semak belukar, rumput kemudian dibajak/dicangkul. Pembuatan saluran drainase dan pengolahan lahan diutamakan di lokasi yang akan dibuat lubang tanam. 2) Jika pH tanah < 5, maka tanah perlu diberi kapur, jika pH tanah > 7 maka tanah perlu diberi belerang. Dosis anjuran yaitu 1 kg kapur atau belerang untuk 1 m3 lubang tanam. b. Penanaman. 1) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5 m atau 1 x 1 x 0,5 m. Pada saat penggalian lubang tanam, tanah bagian atas dipisahkan dari tanah bagian bawah. Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 20 kg per lubang. Lubang tanah yang telah digali dibiarkan terbuka selama 1-2 minggu, agar mendapat sinar matahari sehingga teroksidasi dengan baik. 2) Untuk menghindari kendala tanah asam, tanah galian dicampur dengan dolomit/kapur pertanian sebanyak 0,5-1 kg per lubang tanam dan tanah campuran ini dimasukkan ke dalam lubang 2-3 minggu sebelum penanaman. 3) Seminggu sebelum tanam berilah NPK (15–15–15) 100 gram ke dalam lubang tanam apabila perlu. 4) Bibit hasil semaian atau okulasi ditanam tegak dan kokoh ke dalam tengah lubang tanam. Jarak antara lubang tanam 12x12 m.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 126
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
5) Penanaman dilakukan sore hari atau pagi hari pada permulaan musim penghujan yaitu saat curah hujan sudah cukup merata. 6) Pemberian mulsa di sekitar pohon nangka sangat perlu; terutama pada saatmusim kemarau untuk meningkatkan kelembaban tanah. Namun pada musim hujan mulsa tidak diperlukan karena dapat mendatangkan serangan jamur. c. Pemeliharaan. 1) Penyiangan, guna membersihkan gulma di sekitar tanaman dengan radius 1-2 m. Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida misalnya Paracol 1,5 liter dalam 600 liter air per ha atau Roundup 2-3 liter dalam 800 liter air/ha. Penyiangan pertama dilakukan 1-2 bulan setelah penanaman, selanjutnya setiap 2-4 bulan dilakukan selama 2-3 tahun. 2) Penjarangan dan Penyulaman, Penyulaman tanaman yang mati dilakukan pada saat hujan masih turun di tahun pertama dan tahun kedua. 3) Pemupukan. Umur tanaman
Jenis dan dosis pupuk NPK (gr/ph) Organik (kg/ph)
1 minggu
100
20
6 bulan
150
-
12 bulan
200
20
18 bulan
250
-
Keterangan Pupuk organik diberi-kan 1-2 kali/tahun, dengan dosis 20 kg/ pohon.
300 20 24 bulan Catatan : guna merangsang pembentukan daun dapat diberikan pupuk daun (Gandasil D/Bayfolan), dilakukan pada tanaman umur 2 minggu sampai tanaman umur 17 bulan. 4) Pengairan dan Penyiraman, pengairan ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Penyiraman tidak dengan penggenangan karena tanaman nangka kurang toleran terhadap genangan, dan akarnya masih mampu menyerap air pada tanah yang dalam. Tanaman nangka justru membutuhkan drainase yang baik. Pengairan/penyiraman diperlukan selama dua tahun pertama pertumbuhannya. Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 127
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
5) Pemangkasan, dilakukan sbb : a) pada bagian tanaman yang tidak subur dan tidak produktif. b) terhadap pohon nangka yang bertajuk rimbun agar sinar matahari tidak terhalangi sehingga merangsang perbungaan. c) dibatasi pada penjarangan pucuk ketika pohon mulai ditanam dan sedikit pemotongan dahan-dahan yang mengandung buah agar memudahkan mencapai buah untuk dibungkus dan kemudian dipanen. d) dimaksudkan untuk mengatur pembuahan, karena bunga betina muncul pada batang utama atau cabang primer. 6) Perangsangan pembungaan dilakukan dengan cara melukai, mengebor/mengikat batang. Tujuan perlakuan untuk menghambat hasil asimilasi daun agar tidak meyebar ke seluruh bagian tanaman, melainkan untuk merangsang pembungaan. 7) Penjarangan dan pembungkusan buah yaitu : a) dilakukan penjarangan agar buah nangka hasilnya baik dan besar b) buah yang mulai membesar dibungkus dengan kantong/kertas semen yang sudah dicelupakan ke dalam larutan insektisida, atau
dibungkus
dengan
anyaman
dedaunan,
misalnya
menggunakan daun-daun palem atau anyaman daun kelapa. c) pembungkusan
dapat
menghalangi
serangan
tikus
atau
kelelawar, dan memikat semut yang dapat mengusir serangga lain sehingga diperoleh buah yang kulitnya mulus dan cerah. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama a) Penggerek pucuk, bagian yang diserang batang dan buah. Gejala : membuat terowongan sampai ke kuncup, pucuk muda, dan buah. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu : pemangkasan bagian tanaman yang terserang akan memutuskan daur hidupnya karena ulat-ulat ini akan menjadi pupa di dalam terowongan itu.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 128
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
membungkus/membrongsong buah 2) Kimiawi, yaitu menyemprotkan insektisida Thiodan 35 EC. b) Kutu putih, bagian yang diserang daun. Gejala : sering tampak pada daun muda dari bibit nangka. Pengendalian, yaitu dengan penyemprotan Bayrusil 0,2%. c) Penggerak kulit batang. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu dengan mengasap lubang-lubang penggerek 2) Kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida sistemik yang mengandung bahan aktif karboril (seperti Sevin 85 S). d) Kumbang-kumbang
belalai
(weevil)
coklat,
bagian
yang
diserang kuncup bunga, daun dan buah. Gejala : tempayak (grubs) masuk ke dalam kuncup dan buah yang masih lunak, yang dewasa memakan daun. Pengendalian dengan cara bagian tanaman yang terserang dihancurkan. e) Kumbang bersayap selaput (spittle bug), bagian yang diserang daun muda. Gejala : nimfa hidup bersama-sama dalam suatu massa busa yang disekresi oleh mereka. Pengendalian nimfa dipungut dan dihancurkan. f) Larva lalat buah. Pencegahan, yaitu
buah nangka hendaknya dibungkus dan
buah yang matang atau terlalu matang jangan dibiarkan bergeletakkan di tanah, tetapi hendaknya dikubur yang dalam. g) Kepik, bagian yang diserang daun dan buah. Gejala : nimfa dan kepik dewasa menghisap cairan bagian tanaman yang masih muda (daun dan buah). Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Biologis yaitu menggunakan musuh alami berupa parasit seperti Euphorus helopeltis, Erythmelus helopeltis dan berupa predator adalah Sycanus leucomesus, Isyndrus sp. dan Cosmolestes picticeps.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 129
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Kimiawi, yaitu apabila populasi tinggi pengendalian dengan penyemprotan insektisida seperti Lannate 25 WP, Atabron 50 EC. 2. Penyakit. a) Bakteri mati bujang, bagian yang diserang daun. Gejala : pertama kali menyerang bagian pucuk dan turun pada tajuk berikutnya. serangan yang hebat dapat mematikan pohon. Jamur, kebanyakan menyerang pada musim penghujan. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, yaitu pemupukan untuk dapat meningkatkan kesehatan tanaman. 2) Mekanis,
yaitu
pemangkasan
bagian
tanaman
yang
terserang dan sanitasi kebun. 3) Kimiawi, yaitu untuk menghambat serangan lebih lanjut dapat dilakukan penyiraman akar tanaman yang sakit dengan lisol (karbol) 10-15 %. b) Cendawan Rhizopus artocarpi, bagian yang diserang tangkai buah. Gejala : pangkal buah membusuk berwarna hitam. Pengendalian, yaitu apabila belum terlambat penyemprotan dengan fungisida Benlate 0,2%.
IV. Daftar Pustaka a. endros-ruraltechnology.blogspot.com/2008/08/budidaya-nangka.html b. Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk ) c. mangtolib.blogspot.com/2011/07/budidaya-nangka-mini.html
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 130
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEPAYA (Cacarica papaya, L)
I. Pendahuluan Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam, baik di daerah tropis maupun sub tropis dan di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan. Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi, kandungan nutrisi dalam buah pepaya antara lain vitamin A, B1, B2, C, juga mengandung betakarotin (sebagai antioksidan), kalsium, phosphor, kalium, karbohidrat, protein, lemak dan serat. Jenis pepaya yang banyak dikenal orang di Indonesia, yaitu: 1) Pepaya
semangka,
memiliki
daging
buah
berwarna
merah
semangka, rasanya manis. 2) Pepaya burung, warna daging buah kuning, harum baunya dan rasanya manis asam.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 131
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
II. Syarat Tumbuh a. Iklim. 1) Angin diperlukan untuk penyerbukan bunga. Angin yang tidak terlalu kencang sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman. 2) Tanaman pepaya tumbuh subur pada daerah yang memilki curah hujan 1000-2000 mm/tahun. 3) Suhu udara optimum 22-26 derajat C. Kelembaban udara sekitar 40%. b. Ketinggian Tempat. Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m– 1000 m dpl. c. Tanah. 1) Tanah yang baik untuk tanaman pepaya adalah tanah yang subur dan banyak mengandung humus, serta banyak menahan air dan gembur. 2) Derajat keasaman tanah ( pH tanah) yang ideal adalah antara 6-7. 3) Tanah tidak tergenang akan menyebabkan jamur perusak akar hingga tanaman layu (mati). Tanah tidak boleh kekeringan karena dapat menyebakan tanaman kurus, daun, bunga dan buah rontok. 4) Muka air tanah yang ideal tidak lebih dalam dari 50–150 cm dari permukaan tanah. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Lahan dibersihkan dari rumput, semak dan kotoran lain, kemudian dicangkul/dibajak dan digemburkan. 1) Pembentukan bedengan, dengan ukuran lebar 200-250 cm, tinggi 20-30 cm, panjang secukupnya, jarak antar bedengan 60 cm. 2) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 50 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan di atas bedengan dan dibiarkan selama 2 minggu. 3) Jarak tanam 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x 2,75 m. 4) Pengapuran, dilakukan jika pH tanah < 5 dengan 1 kg dolomit dan biarkan 1-2 minggu.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 132
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
5) Pupuk organik diberikan dengan dosis sebanyak 40 kg/lubang tanam. b. Penanaman. Penanaman dapat dilakukan dengan bibit hasil persemaian maupun dengan benih. 1) Penanaman dengan bibit hasil persemaian. a) Umur bibit sekitar 2 bulan b) Sehari sebelum bibit ditanam, maka lubang tanam disiram terlebih dahulu c) Penanaman sebaiknya dilakukan sore hari, dengan melepas bibit dari polibag dan dilakukan hati2 agar tanah dalam polibag tidak hancur sehingga tanaman tidak layu setelah dipindahkan ke lahan d) Di beberapa lubang sebaiknya ditanam 2 bibit sekaligus untuk penyulaman atau mengganti bibit yang menyimpang sifatnya. 2) Penanaman dengan biji, dilakukan dengan memasukkan benih ke dalam lubang tanam sebanyak 3-4 benih/lubang. c. Pemeliharaan. 1) Penjarangan dan Penyulaman. Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperoleh tanaman betina disamping beberapa batang pohon jantan, dan dilakukan pada waktu tanaman mulai berbunga. Penyulaman dilakukan bila tanaman mati, tidak sehat dsb. 2) Penyiangan, dilakukan untuk membersihkan rumput atau gulma yang lain. Kegiatan penyiangan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. 3) Pembubunan, dapat dilakukan sekaligus pada waktu penyiangan. Kegiatan ini agar dilakukan hati-hati sehingga tidak merusak perakaran tanaman yang dibudidayakan. 4) Pemupukan. Pohon pepaya memerlukan pupuk yang banyak, khususnya pupuk organic karena dapat memberikan zat-zat makanan yang diperlukan dan menjaga kelembaban tanah. Dosis dan waktu pemupukan adalah sbb :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 133
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Umur tanaman 1 minggu 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan
Jenis dan dosis pupuk Keterangan NPK Organik (gr/ph) (kg/ph) 200 a. umur 2 mg diberi pupuk daun dg interval 1kali/mg 300 b. setelah berbuah di tambah 500 40 pupuk KCl c. pemupukandiulang setiap 3 bln 500 dg 500 gr NPK/ph dan setiap 6 500 40 bln dg ppk organik 40 kg/ph
Catatan : pupuk diberikan dalam alur lubang melingkari tanaman. Pemupukan dapat dilakukan dengan melarutkannya dalam air (1kg NPK/25 L air) kemudian disiramkan. d. Pengairan dan Penyiraman. Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan terhadap genangan, maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Apalagi di daerah yang banyak turun hujan dan bertanah liat, maka harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau, tanaman pepaya harus sering disirami. e. Hama dan Penyakit. 1. Hama a) Kutu Aphids, bagian yang diserang daun. Gejala : tanaman kerdil dan layu, daun mengalami nekrotis dan warnanya tidak normal selanjutnya daun menggulung. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Biologis yaitu : Menggunakan entomopathogenik jamur Verticilium leconii Menggunakan
parasitoid
Aphidius
matricariae
dan
Diaretus chenopodiaphidis Menggunakan predator Aphidoletes aphidimyza, Aphidius gifuensis, Ephedrus cerasicala, Aphidius celomani dan Aphelinus abdominalis 2) Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida (seperti Curacron, Mesurol) tapi hanya memberikan hasil untuk waktu yang singkat, karena hama ini mudah sekali untuk menjadi resisten.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 134
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b) Kutu sisik, bagian yang diserang daun dan batang. Gejala : tanaman kehilangan cairan pada daun dan batang; daun akan menguning dan bentuknya abnormal; serangan pada batang tanaman muda menyebabkan mati pucuk; serangan pada buah mengakibatkan buah gagal masak terutama pada bagian yang diserang. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Biologis, yaitu : Menggunakan parasitoid Comperiella lemniscata, Aphytis leminus dan Encorsia citrina. Menggunakan
predator
Coccinelidiae,
Chilocorus
circumdatus dan C. Baileyii. 2) Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan insektisida Malathion dan Dimethoale. c) Tungau, bagian yang diserang daun, batang dan buah. Gejala : daun akan mengering dan berwarna kuning, serangan pada buah mengakibatkan buah bercak-bercak keriput. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis/kultur teknis, yaitu dengan mengelola gulma dibawah tajuk tanaman sebagai tempat berlindung dan pakan alternatif tungau predator 2) Biologis, yaitu dengan menggunakan predator tungau famili Phytoseiidae
seperti
Neosciulus
follocis,
Phytoceiulus
persimilis dan dari famili Ascidae seperti Asca longiseta serta predator celeoptera Stethorus, sp 3) Kimiawi, yaitu menggunakan acarisida (Kelthane, Omite) secara
bergilir
karena
tungau
mudah
resisten,
atau
penyemprotan tepung belerang. d) Busuk buah. Gejala :
buah yang terserang hama ini cepat mengalami
pembusukan, warna coklat dan rasanya pahit. Pengendalian dengan cara : 1) Mekanis/ kultur teknis, yaitu dengan :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 135
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pembalikan tanah di bawah tajuk pohon agak dalam dan merata agar pupa yang terdapat dalam tanah terkena matahari sehingga mati.
Membungkus buah pada saat masih muda dengan kantong plastik, kertas semen, kertas koran atau daun pisang. 2) Kimiawi, yaitu dengan menggunakan senyawa penarik/ penolak lalat buah jantan seperti Metil Eugenol.
e) Kutu Putih. Pengendalian
dengan
penyemprotan
pestisida
Akothion,
Regent, Bestox secara bergantian. 2. Penyakit a) Busuk akar dan pangkal batang. Gejala
mula-mula
daun
bawah
layu,
menguning
dan
menggantung di sekitar batang pohon sebelum rontok, selanjutnya daun yang agak muda juga menunjukkan gejala yang sama, sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun kecil di pucuknya dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis/kultur teknis yaitu : Drainase dan earasi tanah yang baik Tanah untuk pembibitan perlu dilakukan fumigasi (seperti Basamid G) Penanaman biji/bibit tidak terlalu dalam Rotasi tanaman bukan inang (selain jeruk, durian, karet, coklat, lada, kelapa dan pinang) Penanaman tanaman yang tahan penyakit tersebut Tanaman yang sakit dibongkar sampai akarnya dan dibakar 2) Kimiawi, yaitu serangan pada buah dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisidda (seperti Dithane M45) terutama di daerah dekat tangkai buah b) Penyakit layu bakteri, bagian yang diserang daun dan batang. Gejala : tangkai daun dan batang terdapat becak kebasahbasahan;
pada tanaman muda daun menguning dan
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 136
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
membusuk, selanjutnya tunas muda akan mati; serangan pada batang, maka batang akan membusuk, daun rontok dan tanaman mati. Pengendalian dilakukan pemusnahan tanaman yang terserang penyakit dengan dibakar. c) Pepaya ring spot virus, bagian yang diserang daun dan batang. Gejala : warna kekuningan dan transparansi tulang daun muda, pada tangkai daun dan batang terdapat garis-garis hijau gelap dan becak seperti cincin. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Menghindari pemindahan tanaman yang sudah terserang virus ke daerah yang belum terserang virus ini. 2) Menghindari
tumpang
sari
tanaman
pepaya
dengan
tanaman timun-timunan seperti waluh, blewah, mentimun dan semangka. 3) Mengendalikan hama Aphids yang merupakan vektor virus ini. 4) Memangkas tanaman yang terserang dan sisa bonggol tanaman diberi herbisida (seperti Round Up). d) Busuk buah antraknose. Gejala : munculnya bercak kecil kebasah-basahan pada buah muda yang terserang; serangan penyakit akan
berkembang
cepat pada buah yang menjelang masak. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis/kultur teknis, yaitu : Jarak tanam tidak terlalu rapat (disarankan jarak tanam 23 x 3 m). Menghindari
tumpang
sari
dengan
tanaman
inang
alternatif penyakit antraknose seperti cabe, mangga, pisang dan ubikayu. Sanitasi kebun dengan membersihkan bagian tanaman yang terserang penyakit antraknose, baik daun maupun buah. Mencegah agar buah tidak terluka selama masih di kebun maupun pada saat penanganan pasca panen.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 137
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Setelah dipetik, buah direndam dengan air hangat (suhu 46-49 derajat C) selama 20 menit. 2) Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pada daun dan buah dengan fungisida seperti Dithane 45 dan Daconil. e) Jamur, penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
jamur
banyak
menyerang tanaman pepaya pada musim hujan pada bagian buah, akar, batang dan daun. Pengendalian, yaitu dengan penyemprotan fungisida ( Manzate 82 WP + Curzate 8/6 WP) atau Anthacol dengan dosis 2 gr/L air dan disemprot dengan selang waktu 7-10 hari sekali pada saat mulai berbuah. Penyemprotan dihentikan 2 minggu menjelang panen. f) Penyaklit mati bujang diisebabkan oleh jamur,
menyerang
buah dan batang pepaya. Pencegahan
:
perawatan
kebun
yang
baik,
menjaga
kebersihan, dan drainase. g) Nematoda. Apabila lahan telah ditanami pepaya, disarankan agar tidak ditanami pepaya kembali untuk mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yang terinfeksi oleh nematoda menyebabkan daun menguning, layu dan mati.
IV. Daftar Pustaka a) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah. 2011. Budidaya Pepaya California. b) Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Pepaya (Cacarica papaya, L) c) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian,
2006.
Pengenalan dan Pengendalian Hama Penyakit Penting Tanaman Pepaya.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 138
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PETAI (Parkia speciosa Hassk)
I. Pendahuluan Tanaman
petai
merupakan
tanaman
berbentuk
pohon
dengan
ketinggian dapat mencapai 5-25 m. Tanaman petai mempunyai tajuk sangat terbuka, sehingga cocok dibudidayakan secara tumpang sari, dengan tanaman semusim seperti tanaman kacang tanah, keladi dan empon-empon, menguntungkan,
merupakan karena
alternatif
terbaik.
produktivitasnya
akan
Jagung
kurang
sangat
rendah,
sedangkan tumpangsari dengan tanaman singkong justru akan menurunkan produktivitas tanaman petai.
Tanaman petai bukan
merupakan tanaman asli Indonesia tetapi berasal dari Malaysia. Terdapat 2 (dua) jenis tanaman petai, yaitu : 1) Tanaman petai gajah. Tanaman petai gajah menghasilkan buah petai yang berisi 15 - 18 biji dan panjang buahnya dapat mencapai 25 - 30 cm. 2) Tanaman petai kacang. Tanaman petai kacang menghasilakn buah petai hanya berisi 10 - 12 biji, dengan ukuran biji lebih kecil dari petai gajah dan panjang buah hanya mencapai 20 cm.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 139
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
II. Syarat Tumbuh a. Iklim. Tanaman petai tumbuh dengan baik pada daerah dengan tipe iklim B (basah) dan tipe C (agak basah, menurut sistem Schmidt-Ferguson), sedangkan pada daerah dengan musim kemarau yang sangat kering tanaman petai kurang cocok. b. Ketinggian Tempat. Tanaman petai dapat tumbuh pada daerah sampai ketinggian 1.500 m dpl, namun pada ketinggian antara 500 - 800 m dpl merupakan daerah yang paling bagus untuk pertumbuhan petai dan mampu berproduksi tinggi. c. Tanah. Tanah jenis latosol dan mediteran paling cocok untuk budidaya tanaman petai, dengan pH 5,5 - 6,5. Jika pH tanah < 5, sebaiknya bibit tanaman diinokulasi dengan Rhizobium guna menjamin kebutuhan N. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. Dilakukan pembersihan lahan dan sebaiknya lahan yang akan ditanami petai merupakan lahan terbuka atau tidak terlindung pohon/tanaman lain,
karena tanaman petai sangat membutuhkan
sinar matahari penuh sepanjang hari. b. Penanaman. 1. Dibuat lubang tanaman dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan dengan jarak antar lubang tanam/jarak tanam 10 x 10 m. 2. Lubang tanam diberi pupuk organik sekitar 20 kg/lubang tanam dan dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu agar tidak ada fermentasi pupuk organik. 3. Bibit tanaman yang akan ditanam sudah mencapai ketinggian minimal 30 cm, namun agar cepat berproduksi sebaiknya ditanam bibit okulasi dengan tinggi 1,5 m. Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan. c. Pemeliharaan. 1. Pemupukan, dilakukan 2 (dua) kali setahun yaitu awal musim hujan dan menjelang musim kemarau. Sebelum pemupukan perlu dilakukan penyiangan gulma terlebih dahulu. Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 140
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Dosis pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman, yaitu : Dosis pupuk (gr/pohon/tahun) Urea TSP KCl 1 40 40 25 2 80 70 50 3 150 100 100 4 250 100 200 5 400 400 >5 1.000 1.000 Cara pemupukan dengan membuat lubang sedalam 10 cm Umur tanaman (th)
melingkar batang pokok tanaman dengan jarak sekitar 2-4 m dari batang pokok tanaman sesuai umur tanaman, pupuk kemudian disebar merata pada lubang tersebut
segera
ditutup dengan tanah lagi. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar pupuk dapat larut oleh air hujan dan diserap akar tanaman. 2. Pemangkasan. Kegiatan
pemangkasan
sebaiknya
dilakukan
pada
saat
pemanenan hasil dan dilakukan dalam rangka : a) Memperbanyak cabang/ranting. b) Memperpendek pohon sehingga mudah dalam pemanenan hasil. c) Mempermuda tanaman. d) Mengatur keseimbangan kandungan karbohidrat dan nitrat pada tanaman sehingga dapat berbuah. Pemangkasan tanaman petai perlu dilakukan secara terusmenerus agar tanaman hanya mencapai ketinggian antara 4 sampai dengan 6 m, sehingga mempermudah perawatan, terutama pembungkusan buah, mutlak harus dilakukan untuk mencegah serangan ulat dalam biji. 3. Perangsangan pembungaan. Guna merangsang pembungaan pada tanaman yang tidak berbunga, dapat dilakukan beberapa tindakan yaitu : a) Pemotongan akar, guna mengurangi penyerapan makanan dari tanah, terutama nitogen, oleh tanaman. b) Pengeratan (ringing) pada batang tanaman guna menghambat pengangkutan karbohidrat.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 141
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c) Pemangkasan (prunning) daun tanaman, sehingga tidak terjadi penimbunan karbohidrat. Kegiatan perangsangan pembungaan dengan cara tersebut di atas agar dilakukan secara hati-hati agar tanaman yang dirangsang tidak terkena infeksi akibat luka-lukanya, untuk itu bekas pemotongan sebaiknya diolesi meni/ter/fungisida. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama. a) Penggerek batang. Umumnya menyerang tanaman petai yang ditanam di dataran rendah, hama ini menggerek batang pokok tanaman
petai
dan
jika
mencapai
xylem
maka
dapat
menhambat pengakutan makanan ke bagian atas tanaman. Pencegahan dengan melakukan penyemprotan insektisida secara rutin pada batang tanaman petai. Insektisida yang digunkan seperti Agrothion 50 EC, Basudin 60 EC, Dimecron 50 SCW, Nogos 50 EC dan Supracide 40 EC. b) Ulat atau larva ngengat. Hama ini menyerang buah tanaman petai yang masih muda. Hama ini biasanya berkembang pada waktu awal musim hujan. Serangan hama ini menyebabkan biji petai yang tua mengalami kerusakan sehingga nilai jual menurun/rendah. Pencegahan dengan melakukan penyemprotan insektisida secara rutin pada buah petai sejak buah petai mulai terbentuk. Insektisida yang digunkan seperti Dursban 20 EC, Thiodan 350 EC, Elsan 60, dan Larvin 375 As. 2. Penyakit. Sampai saat ini belum diketahui penyakit yang menyerang tanaman petai.
IV. Daftar Pustaka 1. epetani.deptan.go.id. Budidaya Petai, 1 Februari 2012. 2. Hatta Sunanto, Seri Budidaya Petai, Penerbit Kanisius, Januari 1992.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 142
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PISANG ( Musa spp )
I. Pendahuluan Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Terdapat empat jenis pisang jika dilihat dari pemanfaatannya, yaitu : 1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak lebih dahulu, misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan pisang mas. 2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak lebih dahulu, misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok. 3) Pisang berbiji di Indonesia dimanfaatkan daunnya, misalnya pisang batu dan klutuk. 4) Pisang yang diambil seratnya, misalnya pisang manila (abaca). II. Syarat Tumbuh a. Iklim. 1) Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 143
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. 2) Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. 3) Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering, namun didaerah yang mempunyai musim kering lebih dari 4 – 5 bulan, tanaman pisang masih bisa tumbuh baik asalkan air tanahnya maksimal 150 cm dibawah permukaan tanah. b. Ketinggian Tempat. Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl. c. Tanah. 1) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanahberat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. 2) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50- 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. 3) Keasaman tanah (pH) yang dikehendaki pisang adalah 5,5 – 7,5. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Pengolahan lahan dilakukan untuk pembasmian gulma, rumput atau semak-semak; penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan teras dan pembuatan saluran pembuangan air.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 144
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Pembuatan teras (terasering), dilakukan pada lahan miring, dan sebaiknya ditanami legum seperti lamtoro di batas teras yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin. 3) Pembuatan Saluran Pembuangan Air, Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah datar. 4) Setiap jarak 50 m dibuat parit sedalam 1 m yang berfungsi untuk menampung kelebihan air hujan sehingga air itu tidak sampai mengenangi tanaman. b. Penanaman. 1) Penentuan Pola Tanaman. Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar yaitu 3 x 3,5 m untuk monokultur dan 3 x 4 m untuk tumpangsari. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayursayuran atau tanaman pangan semusim. Perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, tanaman pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao atau kelapa. 2) Lubang Tanam, dibuat dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm pada tanah subur, dan 1 x 1 x 1 m untuk tanah bestruktur keras. Lubang tanam dibiarkan 2 minggu, dan diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15 – 20 kg dan 250 gr agen hayati Trichoderma sp untuk mengendalikan penyakit layu fusarium/layu bakteri. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah. 3) Penanaman, dilakukan sbb : a) Sebelum ditanam, bibit dicelupkan ke campuran agen hayati Pseudomonas fluorescens (perbandingan 1:10) selama 15 menit. b) Bibit ditanam sampai sebatas 5-10 cm di atas pangkal batang. c) Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September Oktober).
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 145
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
c. Pemeliharaan. 1) Penjarangan, dilakukan sbb : a) Pada pohon induk yang sudah berumur 30 minggu, satu rumpun terdiri atas 2-3 anakan dengan umur anakan saat muncul dari pohon induk berselang 2-3 bulan. b) Kriteria anakan yang dipilih yaitu : Umur anakan 4 - 6 bulan. Tinggi anakan 20 - 40 cm. Pertumbuhan kuncup daun baik. Anakan tumbuh di sebelah luar dari pohon induk pada arah yang sama atau yang paling dekat dengan pohon induk. c) Cara mematikan anakan yaitu dengan memotong anakan setinggi 20 cm dari permukaan tanah, kemudian titik tumbuhnya dikorek dan diberi ½ sendok teh minyak tanah/garam. 2) Penyiangan dilakukan sbb : a) rumput/gulma yang berada minimal 0,5 m di sekeliling tanaman harus disiangi agar pertumbuhan anak dan induk baik. b) dilakukan bersamaan waktu penggemburan dan penimbunan dapuran dengan tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. c) dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 5 bulan, terutama pada tanaman berumur 3 bulan, penyiangan gulma harus dilakukan secara intensif. d) Setelah tanaman berumur 5 bulan penyiangan mulai dikurangi karena kanopi tanaman telah saling menutupi sehingga pertumbuhan gulma sudah berkurang. e) jangan dilakukan penyiangan terlalu dalam karena perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah. 3) Perempalan/Sanitasi, dilakukan sbb : a) Daun - daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman
dan
sanitasi
lingkungan
terjaga,
sehingga
pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 146
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b) Sanitasi dilakukan 45 hari sekali meliputi kegiatan pembersihan daun kering, penjarangan anakan dan pembuangan sisa tanaman bekas panen. c) Kebersihan kebun di bawah tanaman pisang penting sekali, karena gulma dan sisa-sisa batang pisang yang ada dapat merupakan sarang hama penggerek batang. d) Hati-hati dengan penggunaan tanaman penutup tanah seperti Centrosema, Indigofera dan lain-lain yang dapat bersifat racun terhadap tanaman pisang. 4) Pemupukan. Jenis dan dosis pupuk (kg/rumpun/th)
Kegiatan pemupukan
Urea
SP-36
KCl
Organik
Dosis
0,5-1,0kg
0,3-0,6kg
0,25-0,5kg
7,0-10,0kg
1/3 dosis ½ dosis ½ dosis waktu umur waktu umur waktu umur 1 bulan 1 bulan 1 bulan diberikan 1/3 dosis ½ dosis ½ dosis seluruh Waktu waktu umur waktu umur waktu umur dosis pada pemupukan 4 bulan 6 bulan 6 bulan umur 6 bulan 1/3 dosis waktu umur 8 bulan Cara pemupukan, pupuk diberikan melingkar dengan kedalaman 10 -
15 cm dan jarak 50 - 60 cm dari pangkal rumpun kemudian ditutup dengan tanah. 5) Pengairan dan Penyiraman dilakukan sbb : a) Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. b) Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi paritparit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang. c) Pada musim kemarau pemberian air perlu sekali dilakukan terutama bila tanaman akan berbunga atau berbuah supaya tandan buahnya jadi panjang dan buahnya besar-besar. d) Kebutuhan air semakin meningkat sejak masa pertumbuhan awal dan mencapai tahap tertinggi setelah jantung mulai keluar. e) Tanaman pisang tidak menghendaki air yang tergenang terlalu lama karena dapat merusak perakaran. Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 147
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
6) Pemberian Mulsa. Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana, oleh karena itu pemberian mulsa tidak boleh terus menerus. 7) Pemeliharaan Buah/Pembrongsongan sbb : a) Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir atau buah terakhir yang normal sudah melengkung ke bawah, maka jantung harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. b) Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik warna biru (polyethylene) dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik disesuaikan sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Jika tidak ada plastik biru dapat menggunakan plastik biasa atau karung bekas. c) Pembungkusan tandan buah bertujuan untuk melindungi dari gigitan serangga, menghindari terbentuknya sarang laba–laba dan burung dicelah–celah tandan buah pisang serta untuk mengurangi terjadinya luka karena gangguan burung atau kelelawar atau hewan pengganggu lainnya. d) Untuk memastikan agar buah pisang tidak sampai terserang hama atau penyakit maka sebelum dibungkus sebaiknya disemprot dulu dengan pestisida. e) Setelah dibungkus, tandan diberi pita yang berguna untuk menentukan waktu panen yang tepat sehingga umur dan ukuran buahnya seragam. 8) Penopangan/penyanggahan. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah, yang dilakukan pada saat pembrongsongan buah.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 148
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
d. Hama dan Penyakit. 1. Hama. a) Ulat daun. Gejala : Daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun; Jika serangan sudah parah, daun pisang akan habis dan yang tertinggal hanya tulang daun Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu memotong dan membuang daun yang terserang hama 2) Biologis,
dengan
menggunakan
parasitoid
Oencytrus
erionotae, Agiiommatus sp dan Bracymeria sp 3) Kimiawi, dengan menggunakan insektisida seperti Thiodan 35 EC, Diazinon 60 EC atau Bayrusil 250 EC dengan dosis 2-5 cc/L air. b) Kumbang penggerek, bagian yang diserang adalah kelopak daun dan batang. Gejala : lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun dan batang pisang penuh lorong. Pengendalian: sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan. c) Nematoda, bagian yang diserang adalah akar. Gejala : tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, dengan perendaman bonggol pisang dalam air panas atau perangkap bonggol pisang yang dipotongpotong. 2) Budidaya, menggunakan bibit yang telah disuci hamakan. 3) Kimiawi, pemberian Furadan 3 G pada lubang tanam atau sekitar perakaran.
d) Kudis buah, bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala : Buah pisang berkudis karena permukaan kulit dimakan larva, sehingga menurunkan mutu pisang; Ukuran dan bentuk pisang abnormal dan penampilan menjadi tidak menarik. Pengendalian dilakukan dengan cara :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 149
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1) Mekanis, pemberongsongan tandan pisang sebelum jantung mekar. 2) Biologis, menggunakan parasitoid Bacromyella ficta atau Elasmus sp.
3) Kimiawi, dengan penyuntikan pestisida berbahan aktif chlorpyrifos pada jantung yang tegak atau Basudin 50 EC/Nogos 50 EC sebanyak 2 cc/L air pada jantung pisang yang seludangnya sudah membuka.
2. Penyakit a) Penyakit darah, bagian yang diserang adalah jaringan tanaman bagian dalam. Gejala : jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit. b) Layu Fusarium/Penyakit Panama, bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian dilakukan dengan cara : a. Budidaya, yaitu dilakukan sbb : Hindari penanaman pisang di lahan yang pernah terserang penyakit layu Fusarium. Lubang tanam ditaburi arang sekap untukmenghambat penyebaran jamur. Menggunakan bibit yang sehat bebas cendawan (bila mungkin gunakan bibit hasil perbanyakan kultur jaringan). Jangan menanam bonggol, anakan atau bibit dan membawa tanah dari daerah yang sudah terinfeksi penyakit layu Fusarium. Mensucikan alat-alat pertanian dengan desinfektan.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 150
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b. Mekanis, dilakukan dengan cara : Eradikasi tanaman terserang
dengan menyuntikkan
minyak tanah sebanyak 5 cc, dan areal sekitar + 1,5 m dari rumpun pisang ditaburi arang sekam. Areal
yang
terserang
diisolasi;
lahan/areal
baru
dipisahkan dengan lahan/areal terserang layu Fusarium dengan cara membuat parit sedalam rhizosphere pisang kemudian ditaburi arang sekam + ¾ tinggi parit dan dibuat drainase yang tidak mempengaruhi kebun baru. c. Biologis, dilakukan dengan cara : Pemanfaatan
musuh
alami
seperti
Pseudomonas
florescens dengan dosis 100 cc/5 kg kompos padi, Trichoderma sp atau Glicocladium sp dengan dosis 100 gr/5 kg kompos padi. Aplikasi
diberikan
3-4
bulan
setelah
tanam
atau
bersamaan dengan penjarangan tanaman. c) Bintik daun, bagian yang diserang adalah daun. Gejala : bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian:
dengan
menggunakan
fungisida
yang
mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB). d) Layu, bagian yang diserang adalah akar. Gejala : tanaman layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit. e) Daun pucuk, bagian yang diserang adalah daun pucuk. Gejala : daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang sakit. f) Sigatoka, bagian yang diserang buah. Gejala : Timbulnya bercak kuning atau hijau kecoklatan (sejajar dengan tulang daun) pada daun ke 3 dan 4, selanjutnya bercak berubah menjadi coklat tua sampai hitam; Pertumbuhan buah terhambat, mutu rendah dan cepat matang Pengendalian dengan cara :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 151
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1) Mekanis, yaitu potong dan bakar pelepah daun yang terserang penyakit. 2) Budidaya, yaitu penjarangan anak secara teratur dan pengairan secara memadai. 3) Kimiawi, yaitu penyemprotan dengan fungisida Daconil 75 WP, Topsin 75 WP dan Tilt 259 EC. g) Penyakit Layu Bakteri, bagian yang diserang daun, buah dan batang. Gejala : Daun muda mengalami perubahan warna dan pada ibu tulang daun terlihat garis coklat kuning ke arah tepi daun; Gejala spesifik adanya lendir berbau dan berwarna putih abuabu sampai coklat kemerahan keluar dari potongan buah atau bonggol, tangkai buah, tangkai tandan dan batang; Kelopak jantung tetap menempel pada jantung walaupun sudah mengering dan jantung pisang cenderung keriput; Buah tidak mau membesar dan bila dipotong melintang akan berwarna coklat sampai hitam. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Budidaya, yaitu dengan : Menggunakan bibit yang sehat, bebas dari bakteri (bila memungkinkan
gunakan
perbanyakan
hasil
kultur
jaringan). Jantung pisang segera dipotong, setelah terbentuk sisir terakhir. Pembrongsongan tandan pisang sampai menutupi bekas potongan jantung. Jangan menanam bonggol, anakan atau bibit dan membawa tanah dari daerah yang sudah terinfeksi penyakit layu bakteri. Membersihkan alat pertanian dengan desinfektan. 2) Mekanis, dilakukan dengan eradikasi tanaman terserang penyakit atau tanaman dimatikan dengan menyuntikan minyak tanah sebanyak 5 cc. 3. Gulma. Penanggulangan gulma dilakukan dengan cara :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 152
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1) Mekanis,
dengan
menutup
tanah
menggunakan
plastik
polietilen. 2) Budidaya, dengan menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. 3) Kimiawi, dengan penyemrotan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan Dalapon.
IV. Daftar Pustaka a. Balai Penyuluhan Pertanian, Perkebuan dan Kehutanan Kec. Air Hangat Timur, Kab. Kerinci, Prop. Jambi. 2011. Budidaya Tanaman Pisang. b. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. 2007. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pisang Kepok, Kalimantan Timur. c. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian. 2010. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pisang Raja Bulu, Kabupaten Cianjur. d. Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Pisang (Musa spp ) e. Pusat
Penyuluhan
Pertanian,
Badan
Penyuluhan
dan
Pengembangan SDM Pertanian. Pemeliharaan Tanaman Pisang.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 153
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
RAMBUTAN (Nephelium sp)
I. Pendahuluan Rambutan merupakan tanaman buah tropis berbentuk pohon, berasal dari Indonesia dan sampai saat ini telah menyebar di daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis. Beberapa varietas rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan karena mempunyai nilai ekonomis relatif tinggi diantaranya: 1) Rambutan Rapiah, buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulit berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan berambut agak jarang, daging buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengan daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik. 2) Rambutan Aceh Lebak Bulus, pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasil rata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus, rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok daya simpan 4 hari setelah dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan. 3) Rambutan Cimacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90170 ikat per pohon, kulit berwarna merah kekuningan sampai merah
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 154
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis, sedikit berair tetapi kurang tahan dalam pengangkutan. 4) Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia dengan buah cukup besar, dengan kulit berwarna merah darah sampai merah tua rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis dengan asam sedikit, hasil buah tidak selebat aceh lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok. 5) Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai terutama orang Tionghoa, dengan batang yang kuat cocok untuk diokulasi, warna kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan rapat, rasa
buah manis asam, banyak
berair, lembek dan tidak ngelotok. II. Syarat Tumbuh a. Iklim. 1) Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon rambutan berkisar antara 1.250-4.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun 2) Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal penanaman sejak dia terbit sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kempes).
3) Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah. 4) Temperatur antara 20-35 derajat C. b. Ketinggian Tempat. Rambutan dapat tumbuh subur pada dataran rendah dengan ketinggian antara 30-500 m dpl. Pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh namun tidak begitu baik hasilnya. c. Tanah. 1) Tanah subur dan gembur serta sedikit mengandung pasir, juga dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak mengandung bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 155
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Derajat keasaman tanah (pH) antara 6-6,7 dan kalau kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran.
3) Kandungan air dalam tanah idealnya yang diperlukan untuk penanaman pohon rambutan antara 100-150 cm dari permukaan tanah.
III. Budidaya a. Pengolahan Lahan.
1) Pengolahan lahan dilakukan dengan membersihkan semak belukar, rumput kemudian dibajak/dicangkul. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam tetapi kalau dari hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam. Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 meter memperlancar pembuangan air. 2) Pembentukan bedengan, lahan kemudian dibuatkan bedengbedengan yang berukuran 8 m lebar dan tinggi sekitar 30 cm kemudian bagian atasnya diratakan dengan arah bedengan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi. 3) Pengapuran, dilakukan agar pH tanah mencapai nilai antara 6-6,7 dan dimasukkan ke dalam lubang tanam yang sudah dibuat, setelah 1 minggu dari penaburan kapur diberi pupuk kandang sebanyak 25 kg/lubang. b. Penanaman. 1) Lubang tanam dibuat pada bedeng-bedeng yang telah disiapkan sebelumnya dengan ukuran 1 x 1 x 1 m
untuk tanah kurang
subur, sedangkan pada tanah subur lubang tanam dibuat dengan ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5 m dan sebaiknya telah dipersiapkan 3 - 4 minggu sebelum tanam. Pada waktu penggalian lubang, maka tanah galian bagian atas dipisahkan dari tanah galian bagian bawah. 2) Jarak tanam 10 x 12 m atau 12 x 12 m .
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 156
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Lubang tanam ditutup kembali, dengan tanah galian atas lebih dahulu
dimasukkan
setelah
dicampur
dengan
pupuk
organik/pupuk kompos sebanyak 20 - 30 kg/lubang. 4) Sekitar
4 minggu kemudian baru rambutan ditanam dan tidak
perlu terlalu dalam, maksudnya batas antara akar dan batang rambutan diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya. 5) Bibit yang baru ditanam perlu diberi naungan yang rangkanya dibuat dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah Timur, agar tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, danuntuk atapnya dapat dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman dilakukan pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat dipenuhi secara alamiah. c. Pemeliharaan. 1) Pengairan dan Penyiraman. a) Selama dua minggu pertama setelah bibit ditanam baik yang berasal dari cangkokan atau okulasi, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali/ hari, pagi dan sore dan selanjutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali/hari. b) Jika tanaman rambutan telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja. c) Jika turun hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat saluran pembuangan air. 2) Penyiangan, dilakukan terhadap gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan sampai radius 1-2 m sekeliling tanaman rambutan. 3) Penyulaman, dilakukan terhadap bibit yang mati atau tumbuh tidak normal dengan bibit baru yang sehat. 4) Perempalan/pemangkasan, dilakukan sbb :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 157
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
a) tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/ pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya, agar tanaman rambutan mendapatkan tajuk yang rimbun dan seimbang, memberi bentuk tanaman, memperbanyak dan mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara. b) setelah masa panen buah berakhir dengan harapan muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dan hasil berikutnya dapat meningkat. c) batang atau cabang setelah dipangkas diolesi vaselin atau meni
guna
menghindari
timbulnya
penyakit
di
bekas
pangkasan. 5) Pemupukan a) Dosis pemupukan adalah sbb : Umur tan
Jenis Pupuk dan dosis/pohon Urea
SP-36
KCl
Organik
(gr/phn)
(gr/phn)
(gr/phn)
(kg/phn)
1-5 th
75-200
63-156
150-250
20
5-10 th
100
156-312
300-500
30-40
>10 th
200
375-500
500-600
40
(th)
b) Cara pemupukan tanaman rambutan yang telah berproduksi dilakukan sbb : 1. Setelah buah terbentuk yaitu : Urea sebanyak 1/3 dosis KCl sebanyak 2/3 dosis 2. Setelah panen yaitu : Urea sebanyak 2/3 dosis SP-36 sebanyak dosis anjuran KCl sebanyak 1/3 dosis Pupuk organik sebanyak dosis anjuran c) Pemupukan dilakukan di sekeliling pohon dengan menggali lubang disekeliling pohon (di bawah tajuk terluar) dalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan pupuk dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 158
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
6) Guna mencegah kemungkinan tumbuhnya penyakit/hama karena kondisi cuaca/hewan-hewan perusak maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida umumnya dilakukan antara 15-20 hari sebelum panen dan juga apabila kelembaban udara terlalu tinggi akan tumbuh cendawan, apabila musim penghujan mulai tiba perlu disemprot fungisida beberapa kali. 7) Pembungaan, dilakukan dengan cara sbb : a) Penyemprotan KNO3 (Kalium Nitrat) dengan dosis 10 gr/L untuk 10 pucuk tanaman b) Menggunakan
Zat
Pengatur
Chloroethamephosphonic
Tumbuh
acid),
untuk
(seperti
memepercepat
perkembangan warna buah dengan dosis 10 mg/L c) Menggunakan ZPT seperti Napthalene acetic acid, untuk mempercepat keluarnya tepung sari, dengan dosis 40-160 mg/L d) Stressing dengan cara pengeringan e) Pencekikan/pengikatan batang tanaman rambutan d. Hama dan Penyakit. 1. Hama. a) Hama
Tirathaba
(Melissablaptes,
Muciall),
bagian
yang
diserang bunga dan buah muda. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu melakukan pemangkasan daun-daun yang terserang,
kemudian daun
tersebut
dikumpulkan
dan
dibakar. 2) Biologis, yaitu menggunakan musuh alami seperti lalat Tachinidae (Argyroplax basifulva). 3) Kimiawi, yaitu dengan cara penyemprotan insektisida dengan Diazion 60 EC konsentrasi 0,15-0,2% dan volume semprot 7-10 liter per tanaman (disesuaikan dengan keadaan tajuk tanaman). b) Kutu putih/ kutu kapas (Pseudococucus). Gejala
:
tingkat
terhambatnya
kerusakan
pertumbuhan
berat tanaman
dapat serta
menyebabkan menimbulkan
kerontokan buah muda. Buah yang terserang tumbuhnya tidak Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 159
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
normal, ukurannya kecil, daging buah lebih tipis dan kulit buah kehitaman. Pengendalian, dapat dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, yaitu dengan melakukan pemangkasan agar lingkungan tajuk tidak terlalu rimbun, jangan menanam rambutan di daerah rawa (kutu ini senang hidup di daerah rawa) dan bila pada tanaman rambutan ditemukan hama ini segera di buang/dibunuh; 2) Biologis, yaitu menggunakan cendawan parasit Empusa fresenii atau
menggunakan musuh alami seperti semut
hitam (Dolicchoderus thracicus). 3) Kimiawi,
yaitu
dlakukan
penyemprotan
menggunakan
insektisida Lebycid 550 dengan konsentrasi 0,2%. c) Ulat pemakan daun (Hyperaeschrella insulicola). Gejala : memakan daun terutama daun muda dengan meninggalkan tulang-tulang daun, sehingga tanaman rambutan tampak gundul dan meranggas. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur teknis, yaitu dengan melakukan pembersihan kebun dari
gulma,
memusnahkan
menghindarkan
dari
pupa
serangga
yang
ada
dewasa
dan yang
berkempompong; selanjutnya dilakukan dengan pemupukan secara intensif terutama pada tanaman yang sudah terkena serangan agar cepat tumbuh tunas baru. Bila ditemukan larva ulat ini segera diambil, kemudian dikumpulkan dan dibakar ditempat yang sudah disediakan; 2) Kimiawi, yaitu dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida Beta 15
EC (Beta Supermetrin), dosis 15
gram/liter air. d) Ulat penggerek Batang (Indrabela sp.). Gejala : menggerek batang rambutan dengan membuat lubang dikayu hingga sepanjang 30 cm. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida seperti Lindane, dosis pemakaian sesuai dengan label kemasan.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 160
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
e) Ulat jengkal (Berta chrysolimeate), bagian yang diserang daun. Gejala : Hama memakan daun muda, sehingga pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna coklat kuning dan tampak seperti sakit. Pengendalian hama ini menggunakan insektisida jenis Lindane, dosis pemakaian sesuai dengan label kemasan. f) Ulat penggerek buah (Dichocricic functiferalis), bagian yang diserang buah muda dan buah sudah matang. Gejala : buah menjadi kering dan berwarna hitam. Pengendalian hama dilakukan secara preventif, yaitu dengan menyemprot insektisida jenis Lindane atau Diazinon, dengan dosis pemakaian seperti pada label kemasan. g) Hama-hama lainnya.
Hama lain yang menyerang tanaman
rambutan antara lain : ulat kantong, tungau, rayap, bajing dan kalong. Hama tungau menyebabkan gejala puru di batang, ranting, dan daun. Jika menyerang batang, puru tersebut berupa benjolan bulat dengan dimater sekitar 3 mm. Jika menyerang daun, puru berupa tonjolan yang memanjang dan berbentuk ramping. Pengendaliannya menggunakan insektisida jenis Chlordane, Kelthane dan Malathion. Dosis pemakaian bisa dilihat pada label kemasan. h) Lalat daun Tarsolepis sommeri sering merusak bunga dan daun yang baru trubus, terutama saat musim kemarau menjelang musim hujan. Kutu putih Pseudococcus lilacinus sering menyelinap di antara bulu buah rambutan sehingga buah tampak kotor hitam. Insektisida dapat mengatasi hama tersebut.
Namun,
mendekati
merah
penyemprotan (matang)
insektisida
sangat
saat
berbahaya
buah karena
mengakibatkan residu. 2. Penyakit. a) Benang putih (Marasmius sp), bagian yang diserang cabang dan ranting tanaman. Gejala
: cabang dan ranting pohon rambutan biasanya
terdapat benang putih yang terdiri dari miselium jamur. Benangbenang tersebut rata menutupi daun rambutan, sehingga menyebabkan daun mati.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 161
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur Teknis, yaitu dengan memangkas cabang/ ranting yang terserang penyakit. Pangkasan harus segera dibakar pada tempat yang telah tersedia; 2) Kimiawi, yaitu dilakukan dengan penyemprotan fungisida (Benlate dan Cupravit) sesuai dosis yang tertera dalam kemasan. b) Embun Tepung (Oidium nephelii), bagian yang diserang bunga dan buah. Gejala : permukaan tanaman yang terserang terdapat tepung berwarna putih keabu-abuan, anaman yang terserang adalah pucuk bunga dan buah yang akhirnya gugur atau kering berwarna hitam seperti terbakar. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur Teknis, dengan melakukan sanitasi yaitu dengan memotong cabang/ranting yang pucuk bunga dan buahnya terserang berat, membuang bunga dan buah untuk tanaman yang terserang sedang dan membersihkan bunga dan buah untuk tanaman yang terserang ringan; 2) Kimiawi, yaitu dilakukan dengan penyemprotan fungsida berbahan aktif benomil seperti Benlate dengan frekuensi dua minggu sekali pada pagi hari dengan dosis 2 gram/ liter. Untuk menekan banyaknya spora cendawan, penyemprotan dikonsentrasikan pada pucuk bunga. c) Jamur Upas (Upasia salmonicolor), bagian yang diserang cabang tanaman. Gejala : cabang yang terserang, timbul benang-benang cendawan seperti sarang labah-laba yang berkembang menjadi kerat cendawan berwarna merah jambu. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur Teknis, yaitu dengan memotong sepanjang 30 cm dibawah cabang
yang terkena jamur, kemudian dibakar
ditempat yang telah disediakan; 2) Kimiawi,
yaitu
dengan
mengoleskan fungisida
(bubur
california atau bubur bordeaux) pada bagian yang terserang
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 162
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
jamur upas. Sebaiknya pengolesan dilakukan pada pagi dengan dosis sesuai yang tertera dalam kemasan. d) Kanker batang (Dolabra nepheliae Boot & Ting), bagian yang diserang batang tanaman. Gejala : batang yang terserang banyak ditumbuhi kudis, sehingga mengganggu pertumbuhan batang dan produksinya. Pengedalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur Teknis, yaitu dengan mengerok benjolan-benjolan pada batang yang terserang, selanjutnya dibiarkan selama 3-4 hari; 2) Kimiawi, yaitu dengan mengerok benjolan batang yang terserang, lalu didiamkan selama 3-4 hari. Selanjutnya lakukan penyemprotan atau pengolesan dengan campuran larutan karbol dan deterjen secukupnya. e) Busukbuah(Glicophalotrichumbulbilium) Gejala : menyerang buah yang masih kecil/muda, selanjutnya meskipun buah tersebut menjadi besar tapi tetap akan busuk, berwarna hitam dan mengering. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Kultur
teknis, yaitu petik buah yang terserang kemudian
dikumpulkan dan bakar ditempat yang telah disediakan selanjutnya dikubur dalam tanah. 2) Kimia,
yaitu
melakukan
penyemprotan
dengan
menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazin dengan dosis 0,4 cc/liter air. f) Bercak daun Gejala : menyerang daun tua yang ditandai dengan bercakbercak kecil di permukaan daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan spora. Batang dan daun yang terserang tampak bercak seperti panu. Penyakit ini muncul pada musim hujan. Pengendalian, yaitu
mengunakan bubur bordeaux/ bubur
california dengan dosis sesuai tertera dalam kemasan. g) Penyakit akar putih, bagian yang diserang akar tanaman.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 163
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Gejala : adanya rizom berwarna putih menempel di akar, jika dikupas akar yang terserang berwarna kecoklatan. Pengendalian, yaitu aplikasi fungisida jenis benlate 0,3% dengan dosis sesuai tertera pada kemasan. h) Penyakit yang biasa mengancam akar tanaman adalah cendawan putih Armilaria sp., busuk akar Phytophthora parasitica, dan busuk cokelat leher batang Fusarium sp. Penyakit ini dapat diatasi dengan aerasi yang baik atau disiram Benlate 0,3%. Cendawan yang biasa menyerang batang adalah busuk cokelat batang Cortisium salmonicolor yang dapat ditularkan melalui angin dan alat-alat pertanian. Pengendalian penyakit jamur upas yaitu mengolesi bagian tanaman yang sakit dengan lisol.
IV. Daftar Pustaka a. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan Kabupaten Sukabumi, 2012. Budidaya Rambutan b. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2006. Vademekum Rambutan. c. Informasi Petani Indonesia, 2009. Budidaya Rambutan Binjai. d. Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Rambutan (Nephelium sp. ) e. Sri Puji Rahayu (Penyuluh Pertanian), Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. Pengendalian Hama Tanaman Rambutan. f. Sri Puji Rahayu (Penyuluh Pertanian), Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. Pengendalian Penyakit Tanaman Rambutan.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 164
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SAWO ( Acrhras zapota. L )
I. Pendahuluan Tanaman sawo yang juga disebut neesbery atau sapodilas adalah tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Mexico dan Hindia Barat. Di Indonesia, tanaman sawo telah lama dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1200 m dpl, seperti di Jawa dan Madura. Sawo dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1) Sawo Liar atau Sawo Hutan, antara lain : sawo kecik dan sawo tanjung. Sawo kecik dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau tanaman peneduh halaman. Sawo tanjung sering digunakan sebagai tanaman hias, atau tanaman pelindung di pinggir jalan. 2) Sawo Budidaya, dibedakan atas dua jenis, yaitu: a. Sawo Manila, buahnya berbentuk lonjong, daging buahnya tebal, banyak mengandung air dan rasanya manis, antara lain adalah: sawo kulon, sawo betawi, sawo karat, sawo malaysia, sawo maja dan sawo alkesa.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 165
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b. Sawo Apel, buahnya yang berbentuk bulat atau bulat telur mirip buah apel, berukuran kecil sampai agak besar, dan bergetah banyak. Termasuk dalam kelompok sawo apel adalah: sawo apel kelapa, sawo apel lilin dan sawo duren. II. Syarat Tumbuh a. Iklim. 1) Tanaman ini optimal dibudidayakan pada daerah yang beriklim basah sampai kering. 2) Curah hujan yang dikehendaki yaitu 12 bulan basah atau 10 bulan basah dengan 2 bulan kering atau 9 bulan basah dengan 3 bulan kering atau 7 bulan basah dengan 5 bulan kering atau 5 bulan basah dengan 7 bulan kering. 3) Membutuhkan curah hujan 2.000 sampai 3.000 mm/tahun, namun curah hujan yang ideal antara 1.250 - 2.500 mm/tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. 4) Tanaman sawo dapat berkembang baik kalau cukup mendapat sinar matahari namun toleran terhadap keadaan teduh (naungan). 5) Tanaman sawo tetap dapat berkembang baik pada suhu antara 22 - 32 derajat C. b. Ketinggian Tempat. Tanaman sawo dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 m dpl. Tetapi ada daerah daerah yang cocok sehingga tanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan baik, yaitu dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 900 m dpl. c. Tanah. 1) Tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir (latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik.Tetapi hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk ditanami sawo, seperti
tanah andosol (daerah vulkan), alluvial loams (daerah
aliran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung). 2) Derajat
keasaman
tanah
(pH
tanah)
yang
cocok
untuk
perkembangan tanaman sawo adalah antara 6 - 7.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 166
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Kedalaman air tanah yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaitu antara 50 cm sampai 200 cm. 4) Tanaman resisten terhadap kekeringan dan memiliki toleransi terhadap salinitas tanah relatif tinggi, sampai 8 dS/m. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam. 2) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar. b. Penanaman. 1) Jarak tanam untuk sawo yang dianggap cukup adalah 10 x 10 m, sehingga antara tanaman sawo yang satu dengan yang lain tidak bersentuhan
yang
dapat
mengakibatkan
terganggunya
pertumbuhan. 2) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan. Tanah galian bagian atas 30 cm dipisah dengan tanah bagian bawah. Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk organik/pupuk kandang sebanyak 20 kg. Pupuk kandang ini berfungsi sebagai pupuk dasar. Selama dua minggu lubang tanam ini dibiarkan terjemur sinar matahari. 3) Sebelum ditanam, pembungkus (polybag) harus dilepas dengan hati-hati agar tanahnya tidak berantakan dan perakaran tidak rusak. 4) Penanaman dilakukan sedalam leher akar, tegak di tengah lubang tanam dan bagian okulasi/sambung tidak tertimbun tanah. Masukkan tanah bagian atas yang telah dicampur dengan pupuk organik terlebih dahulu, baru disusul tanah bagian bawah. 5) Tanah di sekeliling akar tanaman dipadatkan agar tidak terjadi rongga-rongga udara yang dapat menyulitkan akar mencari makan. Untuk bibit yang berasal dari cangkokan semua akar harus tertimbun tanah.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 167
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
6) Mulsa dari jerami padi atau rumput diberikan pada awal tanam di permukaan tanah agar tanaman tidak cepat kekeringan dan untuk menghambat pertumbuhan gulma. c. Pemeliharaan. 1) Penyiangan dilakukan sbb : a) Setelah tanaman berumur satu sampai dua bulan, perlu dilakukan penyiangan untuk membersihkan rumput dan gulma yang menggangu, karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman sawo. b) Pembersihan ranting pohon sawo yang terdapat benalu atau parasit agar segera dilakukan dengan cara memotong ranting tempat benalu menempel dan sebaiknya dilakukan sebelum benalu berbunga. c) Pemberantasan benalu pada pohon lain di dekat tanaman sawo perlu dilakukan untuk mencegah penularan. 2) Pembubunan. Pada saat melakukan penyiangan tanaman sawo, dapat juga dilakukan pembubunan tanah di sekitar tanaman. Pembubunan dilakukan untuk menggemburkan tanah di sekitar tanaman sawo dan untuk memperkokoh batang tumbuhnya. 3) Pemupukan. Pupuk yang diberikan berupa pupuk organik dan anorganik dilakukan 2 kali setahun (awal dan akhir musim penghujan) dengan dosis disesuaikan dengan umur tanaman yaitu: Dosis pupuk (kg/pohon) Urea SP-36 KCl Pupuk organik 1 tahun 0,25 0,10 0,25 10,0 2 tahun 0,30 0,15 0,30 20,0 3 tahun 0,35 0,20 0,35 40,0 4 tahun 0,40 0,25 0,40 40,0 5 tahun 0,45 0,30 0,45 50,0 6-8 tahun 0,50 0,35 0,50 70,0 >8 tahun > 0,60 0,40 0,60 > 90,0 Cara pemberian pupuk dengan menaburkannya ke dalam parit Umur Tanaman
yang digali di bawah pohon mengelilingi lingkaran tajuk dengan lebar dan kedalaman 10 cm. Dapat juga ditanam pada empat lubang di bawah tajuk pohon dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm untuk tiap lubang.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 168
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
4) Penyiraman, dilakukan sbb : a) Pada awal penanaman sawo perlu dilakukan penyiraman paling sedikit dua minggu sekali terutama jika tidak ada hujan. b) Pemberian air pada tanaman sawo perlu dilakukan sampai tanaman berumur 3-4 tahun, namun semakin tua tanaman, semakin tahan terhadap kekeringan. c) Hindari kekurangan air pada waktu tanaman sawo sedang berbunga atau berbuah karena dapat menyebabkan bunga atau buah mudah gugur. d) Pemberian air yang baik dan teratur akan menghasilkan buah dengan jumlah dan kualitas yang baik. 5) Pemangkasan Pemangkasan dilakukan dengan tujuan agar tanaman sawo tidak tumbuh terlalu tinggi dan membentuk sistem percabangan yang baik dan kuat. Ada dua tahap pemangkasan pada tanaman sawo, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. a) Pemangkasan Bentuk Pemangkasan bentuk ditujukan untuk mengatur tinggi rendah dan bentuk tajuk untuk memudahkan dalam pemetikan buah serta pengontrolan terhadap hama dan penyakit. 1) Pemangkasan pertama dilakukan ketika tanaman telah mencapai tinggi 100-160 cm. Pemangkasan dilakukan pada musim penghujan dengan memotong ujung batang hingga ketinggiannya tinggal 75-150 cm. Tempat pemangkasan harus sedikit di atas ruas batang. Untuk mencegah penyakit, luka bekas pangkasan dapat ditutup dengan cat meni atau parafin. Beberapa hari setelah pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru. Tiga dari tunas yang tumbuh sehat dan tidak saling berdekatan dipilih sebagai cabang primer dan tunas lainnya dibuang. 2) Pemangkasan kedua dilakukan pada awal musim penghujan berikutnya, tunas yang telah berumur satu tahun dipangkas lagi hingga panjangnya tinggal 25-40 cm. Pemangkasan ini
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 169
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
dilakukan tepat di atas mata tunas. Akibat pemangkasan ini akan muncul tunas-tunas baru. Tiga sampai empat tunas yang sehat dibiarkan tumbuh menjadi cabang sekunder dan tunas yang lain dipotong. 3) Pemangkasan ke tiga yang merupakan pemangkasan terakhir dilakukan pada awal musim penghujan berikutnya, cabang-cabang
sekunder
dipotong
untuk
membentuk
cabang-cabang tersier. Pemotongan dilakukan sampai jumlah cabang-cabang sekunder tinggal dua pertiganya. Setelah pemangkasan ini akan muncul tunas-tunas baru. Dua atau tiga tunas dari masing-masing cabang sekunder dibiarkan tumbuh, yang lainnya dibuang setelah tumbuh sepanjang 10 cm. b) Pemangkasan Pemeliharaan Pemangkasan
pemeliharaan
ditujukan
untuk
mencegah
serangan penyakit, menumbuhkan tunas baru untuk mengganti cabang tua yang tidak produktif
lagi, serta mengurangi
kerimbunan sehingga sinar matahari dapat dimasukkan ke mahkota tajuk. Dalam pemangkasan ini yang perlu dipangkas adalah cabang-cabang air yaitu cabang-cabang yang tumbuh lurus ke atas dengan kecepatan pertumbuhan lebih besar dibandingkan cabang-cabang lain. Warna cabang air ini lebih muda dengan jarak antar ruas cabang yang lebih panjang. Selain cabang air yang perlu dihilangkan adalah cabang yang tumbuh liar, cabang yang sakit atau rusak, dan cabang yang terlalu rendah. Pemangkasan pemeliharaan ini dapat dilakukan setiap saat jika diperlukan. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama a) Lalat buah (Dacus sp.). Gejala : terdapat bintik-bintik kecil berwarna hitam atau cokelat pada permukaan kulit, tetapi pada daging buah sudah membusuk. Pengendalian dilakukan dengan cara :
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 170
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1) Mekanis, yaitu : membersihkan (sanitasi) sisa-sisa tanaman di sekitar tanaman dan kebun; membungkus buah sejak stadium muda; 2) Kimiawi, yaitu : memasang perangkap lalat buah yang mengandung bahan metyl eugenol, misalnya M-Atraktan, dalam botol plastik bekas;
menyemprotkan perangkap lalat buah,
seperti Promar yang dicampur dengan insektisida kontak atau sistemik; menginfus akar tanaman dengan larutan insektisida sistemik, seperti Tamaron, dengan konsentrasi 3-5% pada fase sebelum berbunga; menyemprot tanaman dengan insektisida kontak, seperti Agrothion 50 EC dengan dosis 3-4 cc/liter air. b) Kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat (Saissetia nigra), bagian yang diserang ranting dan daun tanaman. Gejala : menghisap cairan yang terdapat di dalamnya;
menghasilkan
embun
madu
yang
dapat
mengundang kehadiran cendawan jelaga. Pengendalian : dengan penyemprotan insektisida, seperti Diasinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter air yang disemprotkan langsung ke kutu-kutu tersebut. 2. Penyakit. a) Jamur upas, bagian yang diserang kulit tanaman. Gejala sbb : 1) Stadium rumah laba-laba, yaitu ditandai dengan munculnya meselium tipis berwarna mengkilat seperti sutera atau perak; pada stadium ini jamur belum masuk ke dalam kulit tanaman sawo; 2) Stadium bongkol, yaitu stadium dimana jamur membentuk gumpalan-gumpalan hifa di depan lentisel;
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 171
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Stadium corticium, yaitu stadium dimana jamur membentuk kerak
berwarna
merah
muda
yang
berangsur-angsur
berubah menjadi lebih muda lalu menjadi putih. Kerak yang terbentuk terdiri dari lapisan basidium yang pada setiap basidiumnya terdapat basidiospora. Kulit tanaman sawo yang terdapat di bawah kerak tersebut akhirnya busuk; 4) Stadium necator, yaitu stadium dimana jamur membentuk banyak piknidium yang berwarna merah. Piknidium ini terdapat pada sisi cabang atau ranting yang lebih kering. Pengendalian dilakukan sbb : 1) Pada stadium laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara : menggosok tempat yang terserang jamur sampai hilang; bekas luka gosokan diolesi dengan cat meni, ter, atau carbolineum; penyemprotan dengan fungisida yang mengandung tembaga berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis 4 gram/liter air setiap tiga minggu sekali untuk menghindari munculnya serangan lagi atau Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gr/L air 2) Pada stadium bongkol, corticium, atau necator, diatasi dengan
pemotongan
pada
bagian
tanaman
yang
terserang; pemotongan dilakukan pada bagian tanaman yang sehat jauh dari batas bagian tanaman yang sakit. Bagian yang dipotong kemudian diolesi dengan fungisida dan dibakar. b) Jamur jelaga, bagian yang diserang daun tanaman. Gejala : warna hitam seperti beludru yang menutupi permukaan daun sawo; serangan lebih lanjut dapat menutupi seluruh daun dan ranting tanaman sawo; jika serangan jamur ini berjumlah banyak, proses fotosintesa tanaman sawo akan terganggu sehingga pertumbuhan terhambat; serangan yang terjadi pada saat tanaman berbunga dapat mengakibatkan buah yang
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 172
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
terbentuk hanya sedikit; Jika yang terserang buah, dapat menyebabkan kerontokan atau berkurangnya kualitas buah. Pengendalian, yaitu dengan melenyapkan serangga yang menghasilkan embun madu terlebih dahulu dengan insektisida; penyemprotan fungisida seperti Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air. c) Busuk buah. Gejala : mula-mula kulit buah berbercak-bercak kecil berwarna hitam atau cokelat, kemudian melebar dan menyatu secara tidak beraturan, daging buah membusuk dan berair, serta kadang-kadang buah berjatuhan (gugur). Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis,
yaitu
pemetikan
buah
yang
sakit
berat,
pengumpulan dan pemusnahan buah yang terserang; 2) Kimiawi, yaitu penyemprotan fungisida, seperti Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8 gr – 2,4 gram/liter air. d) Hawar benang putih, bagian yang diserang cabang tanaman. Gejala : daun-daun mengering dan berguguran; pada ranting yang mengering terdapat benang-benang jamur berwarna putih. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Mekanis, yaitu mengurangi kelembaban kebun, memotong bagian tanaman yang sakit berat. 2) Kimiawi, yaitu mengoleskan atau menyemprotkan fungisida, seperti Benlate dengan dosis 2 gr/L air 3. Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan dengan pestisida atau insektisida dapat dilakukan jika pada tanaman sawo terdapat hama dan penyakit yang menyerangnya, yaitu: a) Penyemprotan dengan insektisida jenis Agrothion 50 EC dengan dosis antara 3 - 4 cc/liter air untuk membunuh lalat buah (Ceratitis capitata atau Dacus sp.).
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 173
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
b) Penyemprotan dengan insektisida jenis Diasinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter air untuk membunuh kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan kutu coklat (Saissetia nigra) yang menyerang ranting
muda
dan
daun-daun
tanaman
sawo
yang
menyebabkan ranting dan daun mengkerut, layu, kering, dan terhambat pertumbuhannya. c) Penyemprotan dengan fungisida Cuspravit OB 21 dengan dosis 4 gram/liter air setiap tiga minggu sekali untuk mengatasi dan mencegah serangan jamur upas yang disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor. d) Penyemprotan dengan fungisida Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air untuk mengatasi penyakit jamur jelaga yang disebabkan oleh jamur Capnodium sp. Penyemprotan dengan fungisida Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh jamur Phytopthora valmivora Butl, yang menyebabkan busuk buah sawo.
IV. Daftar Pustaka a) Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Budidaya Tanaman Sawo (Manilkara zapota. L) b) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. 2008. Budidaya Sawo (Acrhras zapota. L) c) Kantor
Deputi
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Sawo (Acrhras zapota. L)
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 174
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SIRSAK (Anona muricata Linn)
I. Pendahuluan Sirsak merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Selatan, dan mulai dibudidayakan di Indonesia pada awal abad XIX. Jenis-jenis sirsak yang dibudidayakan di Indonesia yaitu : 1) Sirsak Ratu, ukuran buah kecil sampai besar, kulit licin berduri, daging buah bertepung, kering dan rasanya manis. 2) Sirsak Biasa, ukuran buah kecil sampai besar, kulit licin berduri, daging buah tidak bertepung, berkadar air tinggi dan rasanya masam manis. 3) Sirsak Bali, ukuran buah kecil, kulit licin dan tidak berduri, rasanya masam manis. Sirsak Bali cocok untuk batang bawah pada penyambungan (okulasi, enten) karena laju pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan jenis lain. 4) Sirsak Mandalika, ukuran buah kecil sampai besar, duri kulit buah jarang dan rasanya manis. Manfaat buah sirsak dapat dipakai sebagai obat anti tumor, kanker, anti bakteri,
anti
jamur,
anti
sembelit,
batu
empedu,
asam
urat,
meningkatkan nafsu makan, menurunkan tekanan darah tinggi serta menurunkan tingkat depresi dan stres.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 175
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
II. Syarat Tumbuh a. Iklim. 1) Curah hujan antara 1.500-3.000 mm/th 2) Suhu udara yang sesuai sekitar 22-32 derajat C 3) Sinar matahari yang dibutuhkan antara 50-70%, sehingga jika tanaman sirsak ternaungi/terlindung pohon besar buahnya sedikit b. Ketinggian Tempat. Tempat yang baik untuk budidaya sirsak mempunyai ketinggian kurang dari 1.000 m dpl. c. Tanah. 1) Tanah yang sesuai untuk pengembangan sirsak yaitu tanah dengan top soil tebal, pH antara 5-7, mengandung bahan organik tinggi dan mempunyai permukaan air tanah antara 50-200 cm. 2) Drainase harus baik karena tanaman sirsak tidak tahan terhadap genangan. 3) Jenis tanah yang sesuai yaitu Podsolik Merah Kuning, Latosol, Alluvial, Andosol dan Grumosol. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Mengolah tanah dengan cangkul atau bajak sedalam 30 cm agar tanah menjadi gembur 2) Jika ditanam di tanah yang subur, penyiapan lahan dapat dilakukan secara lokal yaitu langsung dibuat lubang tanam. b. Penanaman. 1) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 x 50 x 40 cm atau 60 x 60 x 60 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan dengan jarak tanam 5 x 5 m atau 5 x 6 m. 2) Tanah galian dicampur dengan pupuk organik/kompos sebanyak 20 kg dan NPK biru 125 gr/lubang tanam, kemudian tanah yang sudah dicampur dengan pupuk tersebut dikembalikan ke lubang, dan dibiarkan selama 2-4 minggu. 3) Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 176
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
4) Sebelum bibit ditanam sebaiknya disiram dahulu, bibit ditanam di tengah lubang tegak lurus dengan batas sambungan sekitar 10 cm di atas permukaan tanah. 5) Lubang ditimbun dengan tanah lapisan atas dan dipadatkan, kemudian disiram agar akar cepat tumbuh. c. Pemeliharaan. 1) Pembuatan atap/naungan, dilakukan pada tanaman yang masih muda, jika tanaman pertumbuhan tanaman sudah cukup bagus maka atap dapat dihilangkan. 2) Penyiangan, dilakukan untuk menghilangkan gulma di sekitar tanaman dan pemberian mulsa untuk menghindari dehidrasi perakaran pada saat musim kemarau. 3) Penggemburan tanah, dilakukan bersamaan waktunya pada saat penyiangan atau pemupukan. 4) Pemupukan, dosis pupuk/tahun adalah sbb : Jenis dan dosis pupuk (kg/pohon) Umur tan (th) NPK biru Urea SP-36 KCl Organik Saat tanam 0,125 20,00 1 0,250 0,300 0,150 2 0,275 0,325 0,200 3 0,300 0,350 0,250 20,00 4 0,300 0,350 0,250 Cara pemberian pupuk, dibuat parit selebar 20-30 cm dengan kedalaman 30 cm, di sekeliling tajuk tanaman, kemudian pupuk disebar merata ke dalam parit kemudian ditimbun tanah setebal 10-15 cm dan disiram. 5) Pemangkasan, dilakukan pada tahun pertama saat tanaman sudah mencapai tinggi 1,5 m. Sebelum pemangkasan perlu dilakukan penyiraman, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit, dan diberi pupuk organik 10 kg/pohon jika telah dilakukan pemangkasan berat. Luka bekas pangkasan sebaiknya diolesi ter, cat atau disemprot pestisida untuk menghindari serangan hama dan penyakit. 6) Penyiraman, jika tidak turun hujan dilakukan 1-2 kali (pagi dan sore) pada sekeliling batang tanaman sampai lembab. Tanaman yang sudah berumur > 1 tahun dan perakarannya cukup dalam Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 177
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
penyiraman dapat dilakukan 7-15 hari sekali, tergantung cuaca dan keadaan air tanah. 7) Penyerbukan buatan, dilakukan untuk meningkatkan mutu buah, caranya: a) Siapkan benang sari bunga yang telah matang pada suatu tempat b) Pilih bunga yang siap diserbuki. c) Penyerbukan buatan dilakukan pada pagi hari, antara jam 8 - 10 pagi. d) Oleskan serbuk sari 1 - 2 kali pada seluruh bagian kepala putik yang siap diserbuki. e) Jika penyerbukan buatan dilakukan pada skala besar, serbuk
sari dicampur dengan bedak/talk steril dan
dihembuskan pada bunga yang telah dibuka, sehingga penggunaan serbuk sari dapat hemat dan merata. 8. Penjarangan buah, dilakukan untuk mendapatkan buah sirsak yang berukuran besar. d. Hama dan Penyakit. 1. Hama. a. Penggerek batang. Gejala : adanya lubang-lubang pada batang. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Bersihkan kotoran yang menutupi lubang gerekan, kemudian disikat dengan larutan insektisida sistemeik (Bayrusil 250 EC, 0,2%; Perfekthion) atau 2) Menyumbat lubang dengan kain yang sudah dicelup dengan insektisida atau 3) Tanaman diinfus dengan larutan Confidor 0,2%. b. Lalat buah. Gejala : menyerang buah saat menjelang matang dengan gejala kulit dan daging buah busuk berwarna coklat. Pengendalian dilakukan dengan cara : 1) Menjaga kebersihan (sanitasi) lingkungan kebun. 2) Pemasangan perangkap lalat buah sex pheromone (Super Meg, Metileugeno dll).
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 178
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3) Penyemprotan dengan campuran 8 ml Malathion dengan 1 liter
promar dan 1 liter air, dengan dosis 40 ml
campuran/pohon. Penyemrotan dilakukan pada stadium bunga atau pentil atau buah sebesar kelereng agar tidak terdapat residu pestisida pada buah. 4) Menginfus insektisida Confidor 0,2% melalui batang. c. Ulat penggerek buah. Gejala adanya alur-alur lubang dalam buah sehingga pada permukaan depan lubang penuh kotoran larva berwarna hitam. Pengendalian dengan mengumpulkan buah yang terserang dan memusnahkannya
atau
dilakukan
penyemprotan
dengan
insektisida sistemik, seperti Perfection. d. Ulat pemakan daun/ ulat keket/ulat badori, ulat menyerang daun dapat sampai habis. Pengendalian
dengan
penyemprotan
insektisida
seperti
Bayrusil 250 EC 0,2% atau insektisida biologis (bakteri pemangsa) yang disebut Bacillus thuringiensis. e. Ulat daun bercula satu, hama ini menyerang daun. Pengendalian dengan penyemrotan insektisida Decis 0,2% atau Bayrusil 250 EC 0,2%. f. Kutu dompol, menyerang bunga dan buah pentil. Pengendalian dengan penyemprotan insektisida Hosthatios 0,2%. g. Kutu putih, menyerang bunga sehingga berguguran, dan bersarang pada buah menyebabkan penampilan buah tidak menarik. Pengendalian penyemrotan dengan Tokuthion 500 EC 0,2% pada buah yang masih kecil. h. Semut,
membuat
sarang
sehingga
menggangu
proses
fotosintesa. Pengendalian dengan insektisida alami, misalnya ekstrak cbai dan bawang putih. i. Tupai dan kelelawar, menyerang buah yang hampir matang, sehingga infeksi buah di pohon atau buah menjadi busuk. j. Pengendalian dengan diusir menggunakan bunyi-bunyian atau dipasang perangkap.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 179
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2. Penyakit. a. Busuk buah, disebabkan kondisi lingkungan yang lembab, sehingga sirsak berbahaya jika dikembangkan di daerah bersuhu dingin dan lembab sekali. Pengendalian
jika
belum
parah,
dengan
penyemprotan
fungisida Dithane M 45 0,2% atau Benlate 0,2%. b. Cendawan upas, menyerang batang dan dahan jika suhu malam terlalu dingin atau lembab. Gejala : kulit batang yang terserang berwarna abu-abu kehitaman sampai merah jambu kecoklatan dan tampak seperti basah, tanaman yang terserang cepat mengering dan mati. Pengendalian bila belum parah, dengan karbol/lisol 10-20% dioleskan pada bagian yang sakit, atau dengan penyemprotan fungisida Benlate 0,1-0,3%. c. Busuk leher batang, karena kondisi lahan yang sangat lembab dan suhu tinggi serta penggunaan pupuk kandang yang belum matang. Tanaman masih muda yang diserang dengan gejala leher batang sampai akar membusuk berwarna kehitaman dan kering, tanaman layu lalu mati. Pengendalian dengan fungisida Benlate 0,3%. d. Layu bakteri, menyerang akar dan leher batang, gejala leher batang busuk berwarna hitam kecoklatan hingga bagian kayunya, tanaman kemudian mati. Pencegahan dengan pembuatan saluran drainase yang baik dan
penggunaan
bibit
okulasi/sambunagan
yang
tahan
terhadap penyakit tersebut.
IV. Daftar Pustaka 1. Anne Ahira, Cara Menanam dan Pemeliharaan Pohon Sirsak. 2. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. 2009. Budidaya Sirsak. 3. Informasi Petani Indonesia, 2009. Budidaya Sirsak.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 180
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SRIKAYA (Annona squamosa L)
I. Pendahuluan Srikaya merupakan tanaman buah berbentuk perdu, berasal dari Peru, Amerika Latin. Di Indonesia, srikaya telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda dengan nama buah nona sri. Srikaya yang tersebar di Indonesia saat ini adalah srikaya lokal dan srikaya dari luar negeri yang telah lama beradaptasi. Varietas srikaya yang terdapat di Indonesia adalah varietas langsar, gading, dan bangil. Tanaman srikaya di Indonesia digolongkan menjadi 6 yaitu : a. Srikaya Nenas, dengan ciri sisik kulit meruncing seperti nenas, berat buah mencapai 1 kg. b. Srikaya Kuning, dengan ciri warna kulitnya kuning, berat buahnya rata-rata 0,3-0,6 kg c. Srikaya Merah, dengan ciri kulit berwarna hijau dan daging buah berwarna putih, berat buah rata-rata 0,2-0,5 kg d. Srikaya tanpa biji, cirinya kulit warna hijau, buah warna putih tanpa biji.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 181
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
e. Srikaya Sanpablo, cirinya permukaan kulit rata tanpa sisik, berwarna merah dan diselimuti bedak tipis, berat buah 0,25-0,3 kg f. Srikaya Jumbo, cirinya daging buah bertekstur lembut, tidak berpasir, beraroma harum dengan biji relatif sedikit, berat buah 0,8 kg. II. Syarat Tumbuh a. Iklim. Tanaman tumbuh optimal pada daerah dengan suhu antara 23-34 derajat C, dengan tingkat kelembaban > 70%. Suhu udara yang sesuai dengan tanaman srikaya antara 20 – 25 ° Cdan curah hujan yang dibutuhkan tanaman srikaya antara 1.500 – 3.000 mm/tahun, dan sebaiknya curah hujan merata sepanjang tahun. b. Ketinggian Tempat. Tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah sampai 1.000 m dpl. c. Tanah. Tanah berpasir sampai dengan tanah lempung yang dilengkapi dengan prasarana pengairan yang baik merupakan lahan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman srikaya. Tanaman srikaya tidak toleran terhadap kondisi tanah banjir atau basah berlebihan, bila banjir selama 7-10 hari tanaman akan mati. Srikaya dapat tumbuh baik pada derajatkeasaman tanah (pH) antara 6 – 6,5. III. Budidaya a. Pengolahan Lahan. 1) Lahan dibersihkan dari tanaman yang ada, dan dibuat lubang tanam dengan ukuran 80 x 80 x 80 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan. 2) Jarak tanam 5 x 5 m. 3) Lubang tanam diberi pupuk organik minimal 10 kg, dolomit 1 kg dan rock phosphot 1 kg, yang telah dicampur top soil hasil galian lubang tanam. b. Penanaman. 1) Polibag bibit dibuka dengan hati-hati agar tanah pada perakaran tidak hancur/pecah.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 182
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2) Bibit yang sudah ditanam diberi tiang penahan angin, sehingga tidak rebah. 3) Di sekitar tanaman diberi daun-daunan untuk mempertahankan kelembaban tanah. 4) Areal di bawah tajuk tanaman selalu dibersihkan dari gulma. c. Pemeliharaan. 1) Pemangkasan. Dilakukan untuk membuat ukuran buah menjadi optimal, seragam dan dekat dengan batang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemangkasan : a) Dilakukan terhadap pohon yang sudah berumur lebih dari 1,5 tahun. b) Dipilih cabang yang berdiameter 1,5 cm. c) Daun yang dipotong yaitu daun pada ranting paling ujung dan daun di pangkal cabang dengan menyisakan sedikit tangkai daun. d) Cabang-cabang lateral yang menjadi lemah setelah berbuah hendaknya dipotong sehingga tunas-tunas pengganti yang lebih subur akan muncul. e) Pohon dipangkas ketika daun-daunnya persis akan luruh, yang akan meningkat ke pertumbuhan awal lagi f) Pertumbuhan tunas baru harus didukung dengan pengairan sampai tiba awal musim hujan. 2) Seleksi buah. Dilakukan untuk memproleh buah berukuran besar dan beratnya seragam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan seleksi buah : a) Dilakukan pada buah yang masih kecil, berukuran sebesar kelereng. b) Buah dengan pertumbuhan tidak normal dibuang, sehingga tersisa buah yang pertumbuhannya bagus. c) Dalam satu dompol hanya ada satu calon buah.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 183
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
d) Pada cabang besar dapat disisakan 2-3 buah tetapi pada titik yang berbeda. 3) Pembungkusan buah. Tujuan pembungkusan buah untuk mendapatkan buah yang mulus, dan dilakukan sejak buah masih kecil (sebesar kelereng). Jika kegiatan pembungkusan terlambat dilakukan, buah akan diserang kutu putih dan ulat penggerek buah yang mengakibatkan buah tidak mulus dan bahkan sebagian buah menjadi busuk. 4) Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik, dengan dosis sbb :
No
Umur tanaman
1.
Dosis pupuk/tan/th Pupuk organik
1 tahun
NPK (16-16-16 ) atau (21-21-21) 0,5 kg
2.
2 tahun
1,0 kg
10 kg
3.
3 tahun
1,5 kg
10 kg
4.
4 tahun
2,5 kg
10 kg
5.
5 tahun
2,5 kg
10 kg
10 kg
Catatan : pupuk NPK diberikan 2 kali/bulan, setiap tgl 5 dan 20, sedang pupuk organik diberikan 2 kali/tahun, setiap bulan Maret dan Oktober. 5) Penyerbukaan. Guna membantu penyerbukan pada tanaman srikaya dapat dilakukan dengan : a) Pelepasan sejumlah kumbang penyerbuk ke pohon pada hari yang kondusif untuk pembentukan buah. b) Bantuan
tangan,
yaitu
pemindahan
serbuk
sari
yang
sebelumnya telah dikumpulkan ke kepala putik dengan menggunakan kuas kecil, pengepul, atau pistol penyerbuk (pollination guns) untuk meniupkan serbuk sari ke atas kepala putik.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 184
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
d. Hama dan Penyakit. 1. Hama a) Penggerek/pemakan buah dan biji. Gejala : kulit luar buah terdapat lubang. Pengendalian : penyemprotan insektisida Cymbus/Atabron/ Bestox/Leybacid. b) Lalat buah. Gejala : adanya bekas tusukan pada kulit buah sehingga buah membusuk. Pengendalian : pemasangan perangkap lalat buah (methyl eugenol), Cherry glue atau Leila (antaktan). 2. Penyakit a) Jamur buah. Gejala : buah menjadi hitam dan mengeras (mumifikasi). Pengendalian : penyemprotan fungisida. b) Layu tanaman. Gejala : daun layu tetapi tidak rontok, kemudian semua
bagian
tanaman
mengering.
Pengendalian:
penyemprotan fungisida. c) Kanker hitam, pembusukan dan bercak ungu. Pengendalian: penyemprotan secara teratur dengan manozeb atau copper oksikhlorid.
IV. Daftar Pustaka a. mangtolib.blogspot.com/.../budidaya-srikaya-atau-sarikayabuah.htm... 21 Nov 2011. b. Soedarso, 2012. Srikaya, Buah Unik Pelindung Serangan Jantung. c. www.scribd.com/doc/74767661/PRINT-Srikaya 5 Des 2011.
Pedoman Budidaya Tanaman Buah-buahan
Page 185