SEGORES TINTA UNTUK NEGERI: Pemberdayaan Dalam Konteks Ketahanan Pangan Guna Mencapai Kemandirian dan Kedaulatan Pangan
Oleh: Ahmad Satori Copyright © 2014 by Ahmad Satori
Penerbit Wafda Press www.kliksatori.blogspot.com
[email protected]
Desain Sampul: Tita Juwita
Foto Sampul: http:blogs.unpad.ac.idfiknutfiles201006padi.jpg
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................
3
DAFTAR ISI ....................................................................
5
BAB I
BAB II
BAB III
2
PENDAHULUAN ………………….……
9
1.
Krisis Pangan ……….……………....
9
2.
Pemenuhan Pangan Masyarakat ……
11
REVOLUSI HIJAU ……………………...
15
1.
Sejarah Revolusi Hijau .......................
15
2.
Revolusi Hijau di Indonesia ...............
17
3.
Dampak Revolusi Hijau ....................
19
3.1. Dampak Positif Revolusi Hijau ..
19
3.2. Dampak Negatif Revolusi Hijau
19
KETAHANAN, KEMANDIRIAN, DAN KEDAULATAN PANGAN …………….. 1. Pangan ..............................................
23 23
2.
Ketahanan Pangan
..........................
24
3.
Kemandirian Pangan
.......................
32
4.
Kedaulatan Pangan
..........................
33
5.
Indikator Ketahanan Pangan
...........
35
BAB IV
PEMBERDAYAAN ……………………..
39
1.
Konsep Pemberdayaan …………….
39
2.
Konsep Pemberdayaan dlam konteks Pembangunan Pertanian ……………. Pemberdayaan dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan …………………..
3.
BAB V
49 58
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA LOKAL ………………………………….. 1. Sumber Daya Alam Indonesia ......... 2. 3.
Kepunahan Plasma Nutfah Asli Indonesia …......................................
63
Pemberdayaan Kearifan Lokal ……..
67
3.1. Kearifan dalam Konsumsi Pangan ……………………….. 3.2. Kearifan dalam Menjaga Pasokan Pangan ……………... BAB VI
61 61
68 72
PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT ………………………...
87
1.
Kelembagaan Masyarakat (Desa) …..
87
2.
Peran Kelembagaan Masyarakat Dalam Mendukung Ketahanan Pangan ……………………………...
101
2.1. Peran Kelompok Tani ………….
101
2.2. Peran Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) ………………...
102
3
2.3. Peran Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) …………………... 2.4. Peran Pemerintah Desa dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) ……..
3. 4.
BAB VII
BAB VIII
4
103
2.5. Peran Lembaga Keuangan Desa ..
103
2.6. Peran Multimedia Desa ………..
103
2.7. Peran Pihak Ketiga (Rekan Kerja) ………………………….. Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ………………….... Pemberdayaan Teknologi Tepat Guna (TTG) Perdesaan ………………….
PENGEMBANGAN SISTEM PANGAN DESA ……………………………………. 1. Pengembangan Sistem Pangan Desa (Lokal) …………………………….. 2. Prinsip Sistem Pangan Desa ………. 3.
102
104 107 122
134 134 136
Strategi Pemberdayaan dengan Sistem Pangan Desa ……………...……….
138
PEMBERDAYAAN PETANI …………...
141
1.
Petani dan Pertanian ……………….
141
2.
Petani dan Pengelolaan Tanaman Terintegrasi …………..……………..
145
3.
Petani dan Benih ……………………
154
4.
Petani dan Budaya Organik …………
159
4.1. Pertanian Organik dan Keamanan Pangan ……………... 4.2. Prinsip Pertanian Organik ……...
161 166
4.3. Kebersamaan hilang, budaya organik terhapus ………………
168
Petani dan Pengembangan Kultivar Unggul Lokal ……………………...
169
PEMBERDAYAAN PEKARANGAN …..
175
1.
Fungsi Pekarangan ………………….
186
1.1. Penyedia kebutuhan pangan ........
186
1.2. Sumber gizi ……………………..
189
Program Pemberdayaan Pekarangan
191
2.1. Konsep M-KRPL ……………….
192
2.2. Tahapan Pelaksanaan M-KRPL ..
196
PEMBERDAYAAN KELUARGA, PEREMPUAN, DAN GENERASI MUDA 1. Pemberdayaan Keluarga …………….
217 217
2.
Pemberdayaan Perempuan ………….
222
3.
Pemberdayaan Generasi Muda ……...
227
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….
233
TENTANG PENULIS …………………………………
238
5.
BAB IX
2.
BAB X
5
BAB I PENDAHULUAN
1.
Krisis Pangan
"Tidak ada cerita Indonesia kekurangan pangan kalau kita pandai mengelolanya. Mari kita kelola kembali, go local, back to nature, agar kita betul-betul bisa membangun ketahanan pangan. Swasemba dan kemadirian bukan ilusi.Kita bisa mewujudkan mimpi ini," ujar Presiden pada pembukaan konferensi nasional dan pameran bertema Kearifan Lokal Perempuan Indonesia Menuju Ketahanan Pangan di Jakarta, tahun 2008 silam. Persoalan rawan pangan yang menimpa penduduk negara-negara berkembang termasuk Indonesia perlu segera ditangani dan diantisipasi karena proyeksi penduduk pada tahun 2030 nanti ternyata memperlihatkan jumlah yang cukup fantastis, naik kurang lebih 160% dibandingkan jumlah penduduk pada tahun 1990. Indonesia yang berpenduduk 237 juta jiwa sudah pasti memerlukan bahan makanan yang banyak pula dan akan meningkat terus setiap tahun. Dengan jumlah penduduk yang besar dan laju pertambahan penduduk yang cepat tersebut, mau tidak mau upaya peningkatan produksi pangan harus meningkat pula. Namun yang terpenting bagaimana manusia Indonesia dapat berdaya dalam menghidupi diri, 6
keluarga dan lingkungannnya menghadapi perubahan. Indonesia masih menyebut diri sebagai Negara agraris walaupun dari usaha-usaha dalam bidang pertanian belum sepenuhnya mampu mencukupi kebutuhan hidup rakyatnya sendiri. Hal ini terbukti dari terus dilakukan import produk pertanian strategis seperti beras, jagung, gandum dan kedelai. Kondisi sumber daya alam (SDA) pertanian di Indonesia sebenarnya cukup mendukung kearah pengembangan yang lebih baik. Berdasarkan jumlah produksi pangan, bila dihitung dengan kalori seharusnya mampu mencukupi secara Nasional bahkan hingga mencapai surplus. Namun, saat ini masalah ketidaktahanan pangan (Food Insecurity) tetap saja menjadi problematika bangsa. Sehingga tidak hanya polemik pemenuhan kebutuhan yang menjadi potret buram kondisi pangan bangsa, masalah keterbatasan akses masyarakat dan pemerataan pangan juga terkesan terabaikan. Kualitas dan mutu pangan selama ini terkesan kurang diperhatikan. Hal ini terlihat dari adanya beberapa kasus gizi buruk, busung lapar, dan kelaparan. Selain itu kasus keracunan pangan dan maraknya kandungan bahan kimia berbahaya pada produk pangan menjadi bukti rendahnya ketahanan pangan bangsa ini. Dilema ini menjadi sangat serius, jika kita membandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia ± 1,45% per tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 mencapai 315 juta
7
jiwa, namun seperti masih belum ada sebuah pencapaian dalam menyelesaikannya. 2.
Pemenuhan Pangan Masyarakat
Menurut Abraham Maslow, pakar psikologi humanistic, yang terkenal dengan teori Hierarki Kebutuhan (Hierarchy of Needs) yang hingga saat ini masih banyak dipakai, manusia itu mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan, mulai dari yang paling penting hingga yang tidak penting, dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang mendesak untuk dipenuhi, baru setelah itu meningkat kepada hal yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan, perlu dipuaskan terlebih dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat dibawahnya. Kelima kebutuhan tersebut adalah: Pertama, kebutuhan fisiologis (dasar). Kita punya istilah sandang-pangan-papan untuk menggambarkan kebutuhan dasar manusia ini. Kedua, kebutuhan keamanan dan keselamatan. Seperti, bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari terror, dan lain sebagainya. Ketiga, kebutuhan sosial. Seperti, memiliki teman, memiliki keluarga, cinta kepada lawan jenis, dan lain-lain. Keempat, kebutuhan penghargaan. Seperti pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya. Kelima, kebutuhan aktualisasi diri. Seperti kebutuhan
8
dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya. Secara primitif, manusia memang mampu memenuhi kebutuhan makanan bagi dirinya sendiri. Tapi dalam konteks hidup bermasyarakat, tentu perlu kerja sama, manajemen, dan strategi bersama, baik dari pihak masyarakat maupun pemerintah. Dengan begitu, akan tercipta keberlangsungan dan keberlanjutan (sustainable) penyediaan pangan. Ini berarti jaminan kesejahteraan bagi setiap orang, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Dilevel masyarakat perdesaan, keberlangsungan kehidupan suatu komunitas sangat tergantung pada kearifan lokal (local wisdom) masyarakat setempat, agar tetap mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan, baik karena faktor alam maupun perubahan manusianya, berupa perkembangan dan persentuhan budaya. Disamping itu, masyarakat perdesaan juga mengambil peran strategis sebagi tulang punggung ketahanan pangan nasional. Karena sebagian besar lahan pertanian berada di desa, dan desalah yang menyuplai kebutuhan pangan atau kebutuhan bahan dasar pembuatan berbagai jenis panganan masyarakat perkotaan. Di perkotaan, masyarakatnya juga seharusnya dapat memanfaatkan potensi yang ada untuk mengambil peran dalam kemandirian pangan misalnya dengan pemanfaatan pekarangan. Penanganan lahan pekarangan yang dilakukan secara baik berpotensi sebagai penopang untuk menunjang 9
kebutuhan bagi kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan pekarangan dilakukan untuk mewujudkan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga dan tercapainya penurunan kemiskinan melalui pemberdayaan keluarga. Kemandirian pangan dan kedaulatan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan merupakan aspek paling strategis bagi daerah yang memiliki jumlah penduduk besar. Kemandirian, kedaulatan dan ketahanan pangan berkaitan erat dengan kemandirian dan ketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan. Tantangan peningkatan kemandirian pangan berkaitan dengan permintaan kebutuhan pangan yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kesejahteraan. Sementara dari sisi penyediaan, dihadapkan pada permasalahan ketersediaan sumberdaya alam terutama sumberdaya lahan, air, upaya pendistribusian pangan dan konsumsi pangan masyarakat. Tantangan dalam pembangunan ketahanan pangan adalah adanya kecenderungan meningkatnya permintaan pangan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, sehingga dibutuhkan ketersediaan pangan yang bertambah dari tahun ke tahun. Dari sisi aspek ketersediaan dituntut untuk mampu meningkatkan kapasitas produksi dari waktu ke waktu, sementara di lain pihak ketersediaan lahan baik secara kuantitas maupun kualitas semakin terbatas, ditambah masih tingginya kekurangan pangan diperdesaan pada musim paceklik, terjadinya fluktuasi harga 10
pangan, rendahnya produksi padi, daging sapi, jagung, telur, dan impor bahan pangan yang masih tinggi. Sedangkan tantangan kedepannya adalah diperkirakan konsumsi pangan masyarakat meningkat dan berkurangnya faktor produksi pertanian serta produktivitas lahan yang terus menurun. Sejalan dengan betambahnya jumlah penduduk di Indonesia membawa konsekuensi logis adanya permintaan bahan pangan yang terus meningkat. Hal ini didorong oleh adanya peningakatan pendapatan, kesadaran akan kesehatan dan pergeseran pola makan, serta sebagai akibat meningkatnya aktifitas masyarakat yang menuntut penyediaan pangan yang cukup dan bermutu. Pada sisi lain kemampuan dan daya dukung sumberdaya alam untuk menyediakan pangan semakin berkurang, sebagai akibat tekanan penduduk dan persaingan pemanfaatan lahan antara sektor pangan dengan sektor non pangan. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah harus mengambil peran aktif dalam penyediaan infrastruktur, sarana dan prasarana transportasi, pengairan, penyediaan air bersih, kesehatan,dan pendidikan, serta peningkatan sumberdaya manusia, agarsetiap warga negara dapat berperan aktif dalam meningkatkan peran partisipasi aktif masyarakatdalam rangka pemenuhan pangan dan mempersiapkan masyarakat agar dapat secara mandiri memenuhi pangan mereka sehingga dapat mandiri dan berdaulat penuh terhadap pangan mereka. 11