Distributor Majalah Al Haromain Banyuwangi Situbondo Probolinggo Jember Biltar Ponorogo Magetan Ngawi Mojokerto Gresik Tuban Jepara Kebumen NTB Kaltim Papua Batam Makassar Jakarta Malang Batu Kediri Pamekasan Tulungagung Lamongan Jombang Solo Yogyakarta Kulonprogo
Ust Muhajir 081803456281 Ust Aries 081336143977 Ust Syaifuddin 082335516343 Ust Ikhwan 085645015024 Ust Chozin 085790831283 Bpk. Karyadi 085235440759 Ust Munir 08125967912 Ust Chumaidi 081335462005 Ust Sholeh 081553438291 Ust Alam 08123196461 Ust Widi 082143624397 Ust Mundiri 085741826587 Ust Hafidz 085227990231 M. Ikhsan 081254000810 Nova Karyadi 085391301681 Ust Shomadi 081240139560 Ust Dhoifi 081336433995 Ust Ilham 085255050804 P. Andi Widodo 081314231099 Ust Jauhari 0857556 52497 P Yalik 085646549899 Bu Najwah 085233127989 Ust Muzammil 081805083343 Ust Abdul Karim 081334782076 Ust Muhyidin W. 085230412333 Ust Imam Aji 0321-4115728 Ust A. Syarifudin 081393518933 Ust Saiful A. 08155033398 Ust Sirojan M. 08156873086
ISSN 2302-1055
Sapa Redaksi Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Hamidan lillahi tabaraka wa ta’ala wa mushalliyan ‘ala rasulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amma ba’du. Bulan Pebruari terkait erat dengan salah satu momen di mana terjadi dekadensi moral di kalangan generasi muda. Dari tahun ke tahun angka peningkatannya sungguh memiriskan. Karena itu, kami coba angkat persoalan ini dalam fokus edisi ini, yang semoga bisa disambung pada fokus edisi berikutnya terkait dengan solusi yang selayaknya dilakukan. Sebagai format baru, Majalan Al-Haromain masih akan ada sedikit perubahan di sana-sini. Tentu hal ini wajar, apalagi perubahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perwajahan dan isi majalah ini. Satu di antaranya, mulai edisi Pebruari 2013 ini kami hadirkan rubrik baru yang diberi nama “Hikmah Sejarah”. Rubrik ini berisi tulisan tentang sekelumit sejarah di masa lalu, yang darinya kita bisa mengambil pelajaran hikmah yang luar biasa. Semoga berkenan di hati Anda para pembaca yang budiman. Semoga Majalah Al-Haromain selalu membawa keberkahan ilmu dan wawasan bagi Anda sekeluarga serta handai-taulan. Amin. Kritik dan Saran para pembaca tetap kami tunggu untuk perbaikan majalah ini. Bisa disampaikan via email di redaksi.alharomain@ gmail.com atau alharomainlazis @yahoo.co.id Wassalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh, Redaksi
Pemimpin umum : Handaka Indra; Pemimpin Redaksi : Bahtiar HS; Staf Redaksi: M. Qosim, Muji Sampurno, Masyhuda Al Mawwas, Masitha AS, Mishad Khoiri.; Desain Grafis : M. Mustain.; Distribusi: Siswo Widodo, Ismail, Ghozali. Majalah Al Haromain diterbitkan oleh Lazis Al Haromain. Alamat Redaksi : Ketintang Barat I/27 Surabaya 60231; Email :
[email protected] website : www.lazisalharomain.com Lazis Al Haromain
22471A86
@Peduli_Dai
[email protected]
sakti2.wordpress.com
3
serambi ... 3 Bermodal Cinta Berharap Surga fokus utama ... 4 Bershalawat Bersama Malaikat mutiara hadits ... 15 Hanya Iman dan Amal Sholeh yang dapat Menolong dan Menemani di Kubur dan Akhirat konsultasi syariah ... 19 Bagaimana Memperingati Maulid Nabi
4
mutiara al qur’an ... 22 Da’i itu Seorang Pemberani zona pendidikan ... 24 Kalau Besar Kamu Mau Jadi Apa? tombo ati ... 26 Yang Dungu dan yang Bodoh (bagian 2) technopreneur ... 28 Sudahkah Kita Menjadi Muslim yang Menghargai WAKTU? auladi ... 32 Mengajak Anak Berdo’a Sejak Dini konsultasi kesehatan ... 34 Kebiasaan Mandi Malam serba-serbi ... 36 Ulama & Salam Hormat Kita kolom niswiyah ... 38 Pengasuh Anak Yang Ideal kabar pesantren ... 40 Nurul Haromain 25 Tahun Melangkah di Medan Dakwah
teropong
Bencana Politik
M
asih kuat dalam ingatan kita tentang sosial, budaya, dan –apalagi—politik. Kita penangkapan salah satu anggota DPR RI dijauhkan dari pemimpin yang mempunyai yang berinisial ANN pada tanggal 9 April komitmen perjuangan Islam tinggi dengan cara 2008 dini hari bersama seorang perempuan di menjauhkan Islam dari kehidupan politik. sebuah kamar hotel di Jakarta oleh KPK, karena Islam agama dakwah, yang menekankan diduga terlibat kasus korupsi alih fungsi hutan keselamatan umat, sehingga sangat tidak tepat jika lindung di Bintan. Berita tersebut menggemparkan Islam dikembalikan pada ranah pribadi saja. Kita panggung politik nasional, dan yang memprihatinkan diperintahkan untuk tolong-menolong dalam adalah yang bersangkutan berasal dari sebuah kebaikan (ta’awanu ‘alal birri wat-taqwa). Juga partai yang berbasis Islam, yaitu Partai Persatuan diperintakan saling mengingatkan dan menasihati dan Pembangunan (PPP). (watawa shaubil haq watawa shaubish shabr). Jika Belum lepas dari ingatan tersebut, kita umat agama dikembalikan pada ranah pribadi masingIslam dikejutkan lagi dengan penangkapan LHI masing, maka jika ada orang tidak shalat, tidak yang merupakan presiden atau ketua Partai berzakat, atau tidak berpuasa, ya tidak boleh Keadilan Sejahtera (PKS) pada tanggal 9 Februari mengingatkan, karena itu menjadi hak pribadi 2013 oleh KPK, hasil pengembangan dari masing-masing. Jika dikembangkan terus tertangkapnya AF di Hotel Lee Meredian Jakarta pendapat ini, lha ya repot dan akan mematikan terkait kasus suap kuota daging sapi impor. PKS Islam. merupakan partai yang kita kenal memperjuangkan Kita semua prihatin dan menyesalkan atas Islam di mana anggota dan pengurusnya kasus-kasus suap, korupsi, gratifikasi didominasi anak-anak muda yang perempuan, dan lain-lain yang mendera mempunyai semangat juang tinggi dan politisi partai berbasis Islam. Hal ini anti korupsi. merupakan bencana politik yang Kasus ini telah mengundang mencoreng umat Islam. Islam dan umat komentar banyak pihak, di antaranya Islam menjadi terbawa dan tersudutkan. dalam sebuah dialog Lion Club yang Popularitas dan kepercayaan publik Handaka Indra S. ditayangkan TV One pada pertengahan terhadap partai berbasis Islam yang Direktur LAZIS al Haromain bulan Februari. Pada forum itu, seharusnya menjadi cermin dan panutan budayawan Sudjiwo Tejo mengatakan menjadi luntur. Semua pihak harus arif bahwa kasus ini menjadi pelajaran kita semua menilai bahwa kasus yang menimpa individu dan/ untuk tidak menarik agama dalam ranah politik. atau kelompok individu atau bahkan kesalahan Pada hakekatnya, agama itu baik, sedang politik suatu partai pun tidak bisa ditimpakan pada agama adalah campur-baur. Oleh karena itu, mari kita yang dianut. kembalikan agama dalam ranah pribadi masingBelajar dari hal tersebut, para politisi dan masing. aktivis Islam harus menata kembali niatan dan Komentar atau pendapat semacam ini komitmennya, serta lebih berhati-hati dalam sepertinya baik dan menyelesaikan masalah. Akan menjalankan segala bentuk kegiatannya agar tetapi, sebenarnya kurang tepat dan bisa jadi malah jangan sampai ditumpangi kepentingan pribadi menyesatkan. Bagaimana tidak? Islam sebagai dan kelompok apapun namanya. Nilai-nilai Islam ideologi dan tata nilai perlu dikembangkan dengan dan berpolitik hanya untuk Islam harus selalu berbagai cara dan strategi, termasuk dengan cara dipegang teguh. Jika tidak, Islam yang mulia dan berpolitik. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi suci akan jadi taruhannya. Islam adalah agama wasallam adalah seorang rasul yang juga kepala rahmatan lil ‘alamin yang senantiasa menerangi negara. Para sahabat Nabi mulai dari Abu Bakar ash- dan menentramkan. Islam mengajarkan untuk Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, selalu amanah dan jujur. Jadi, jika ada individu dan/ dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum di atau kelompok yang berbuat kerusakan, misalnya samping pemimpin umat, juga negarawan korupsi, terlibat suap, bermewahan dengan (khalifah). Merupakan fakta sejarah bahwa Islam jabatannya, dan lain-lain, mereka adalah oknum tersebar ke seluruh penjuru dunia di antaranya juga yang sudah menanggalkan ajaran Islam. Na’udzu melalui perjuangan politik. Musuh-musuh Islam billahi min dzalik! tentu tidak senang jika umat Islam kuat secara Wallahu a’lam.
5
fokus utama
Strategi Perbaikan Akhlaq Bangsa
K
eberhasilan dan kegagalan suatu bangsa isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain dalam berinteraksi dengan bangsa lain penyelenggara negara untuk memelihara budi terletak pada karakter dari seluruh pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang komponen bangsa, baik pemerintah, DPR teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Yang (wakil rakyat), pengusaha, penegak menarik dan patut dicermati, istilah adil dan hukum, ulama, cendekiawan dan beradab merupakan istilah khas yang anggota masyarakat yang lain. Apabila berasal dari Islam. Tidak ditemukan konsep karakter yang nampak memperlihatkan tentang istilah ini dalam pandangan hidup sikap dan perilaku yang menjunjung selain Islam. Misalnya dalam al-Qur’an tinggi nilai-nilai moral dan etika, maka disebutkan: tatanan kehidupan bangsa tersebut akan Ainul Yaqin Sekretaris MUI mengarah pada kepastian masa depan Provinsi Jatim yang baik. Namun jika yang terjadi sebaliknya, maka bayang-bayang untuk menjadi bangsa yang terpuruk dan marjinal sangat mungkin “Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku menjadi kenyataan. Berangkat dari sini, maka adil dan berbuat ihsan dan memberi kepada kesadaran terhadap fenomena dekadensi moral keluarga yang dekat dan melarang dari yang keji, dan karakter bangsa yang saat ini melanda dan dan yang dibenci, dan aniaya. Allah mengingatkan kesadaran untuk segera memperbaikinya harus kalian, supaya kalian ingat.” (QS al-Nahl [16]: 90). menjadi kesadaran bersama semua komponen bangsa—sebagaimana telah penulis sampaikan KH. Hasyim Asy’ari menulis dalam karyanya pada fokus edisi terdahulu. Adabul Alim wal-Muta’allim untuk menjelaskan Pada penjelasan umum UUD 1945 sebelum korelasi antara iman dan adab: amandemen dinyatakan dengan sangat jelas bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, UUD harus mengandung
doc istimewa
6
Tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barangsiapa tidak beriman, maka dia tidak bertauhid; dan iman mewajibkan syariat, maka barangsiapa yang tidak ada syariat padanya, maka dia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid; dan syariat mewajibkan adanya adab; maka barangsiapa yang tidak beradab, maka tiada syariat, tiada ada iman, dan tiada tauhid padanya. (Adabul Alim wal-Muta’allim, hal 11) Dengan demikian, yang dimaksud dengan memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur adalah menegakkan prinsip keadilan dan membentuk manusia yang beradab. Tugas untuk mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang bermoral dan beradab merupakan amanat dari pendiri bangsa yang harus ditunaikan. Pengabaian terhadap masalah ini dapat dianggap sebagai pengkhianatan terhadap para pendahulu negara ini. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang beradab, atau masyarakat yang ber-akhlaqul karimah dibutuhkan strategi yang efektif, antara lain: PEMBENAHAN SISTEM PENDIDIKAN Rumusan tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas yang sudah komprehensif perlu ditindaklanjuti dengan perbaikan kurikulum, mekanisme pembelajaran dan sistem evaluasinya. Bila dikaitkan dengan Islam, kurikulum pendidikan harus mencakup dua misi: pertama menanamkan pemahaman Islam secara komprehensif agar peserta didik mampu mengetahui ilmu-ilmu Islam sesuai dengan kebutuhannya, sekaligus mempunyai kesadaran untuk mengamalkannya. Misi yang pertama ini berkaitan dengan muatan pendidikan agama yang menjadi pondasi bagi perilaku anak didik. Pendidikan agama tidak semata-mata mengajarkan pengetahuan Islam secara teoritik lebih-lebih hanya bersifat ritualistik dan disajikan dengan hapalan saja, sehingga hanya menghasilkan seorang islamolog, melainkan pendidikan Islam juga menekankan pada pembentukan sikap dan perilaku yang islami, dengan kata lain membentuk manusia Islamist. Dengan pendidikan agama diharapkan peserta didik bisa mengaplikasikan bagaimana etika dan tata cara seorang muslim berhubungan dengan Allah, berhubungan dengan sesama manusia, dan berhubungan dengan lingkungannya, bahkan
sampai hal yang praktis, misalnya bagamana seorang muslim berlalu-lintas. Berkaitan dengan misi yang pertama, pendidikan agama dan etika seharusnya bukan semata-mata tanggung jawab guru agama, tetapi menjadi tanggung jawab semua guru. Setiap guru bertanggung jawab menginternalisasikan nilai-nilai agama kepada peserta didik. Hal ini tidak berati bahwa semua guru harus mengajarkan materi agama, tetapi semua guru harus bisa menjadi contoh bagaimana menjadi seorang beragama yang baik. Dengan demikian rekrutmen tenaga guru termasuk dosen, harus memperhatikan aspek moral dan kepribadiannya ini. Orang yang moralnya bermasalah seperti guru atau dosen yang homoseksual tidak patut diangkat menjadi guru. Demikian pula guru yang kedapatan melakukan perbuatan asusila seperti berzina atau selingkuh harus dipecat, tidak cukup dipindah kerja. Dalam kaitannya dengan ini, proses seleksi akan sangat baik apabila dimulai sejak dini, yaitu pada tahapan seleksi calon siswa atau mahasiswa sekolah yang mencetak calon guru. Yang kedua, misi pendidikan adalah memberikan bekal kepada peserta didik agar nantinya dapat berkiprah dalam kehidupan masyarakat yang nyata, serta survive menghadapi tantangan kehidupan melalui cara-cara yang benar. Dalam hal ini pembelajaran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berdiri sendiri, tetapi harus dikaitkan dengan kesadaran bahwa dalam penerapannya harus memperhatikan kaidah-kaidah norma yang benar. Dengan demikian, ilmu yang diajarkan bukanlah ilmu yang sekular liberal, tetapi ilmu yang dijiwai oleh semangat yang menjunjung tinggi akhlaqul karimah, dan ilmu yang dijiwai nilai-nilai agama. Evaluasi keberhasilan pendidikan harus dinilai secara komprehensif antara aspek pembentukan manusia yang bertaqwa dan berakhlaq dengan aspek pembentukan manusia yang berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Dengan demikian, ukuran keberhasilannya tidak hanya dilihat dari nilai matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia saja, tetapi juga akhlaq dan perilakunya. Maka anak didik yang kedapatan hamil di luar nikah jelas-jelas tidak dapat diluluskan sekalipun nilai matematika, IPA, dan IPS-nya seratus. Saat ini memang ada upaya untuk membangun opini bahwa sekolah-sekolah yang memberikan sanksi kepada anak didiknya yang kedapatan hamil di luar nikah dituduh melakukan
7
pelanggaran HAM. Opini seperti sengaja diciptakan oleh agen-agen liberalis, karena itu tidak boleh dibiarkan dan harus dilawan dengan mendudukkan konsep HAM secara benar yang tidak berbenturan dengan nilai-nilai agama, moral dan etika. MENGGALAKKAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI MASYARAKAT Pendidikan non formal seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an, Madrasah Diniyah, dan Majelis Ta’lim perlu digalakkan. Bahkan dalam UU RI No. 20/2003 Bab VI pasal 26 ayat 4 secara eksplisit menyebutkan Majelis Ta’lim sebagai bagian dari pendidikan non formal. Hal ini menunjukkan bahwa Majelis Ta’lim merupakan salah satu bagian penting dari sistem pendidikan nasional. Selama ini materi kajian di Majelis Ta’lim masih cenderung berorientasi tentang ritual dan belum terkurikulum. Ke depan materi kajian Majelis Ta’lim perlu dikurikulumkan sehingga lebih terarah dan
lebih efektif. Materi Majelis Ta’lim perlu juga diorientasikan untuk membentengi umat dari paham-paham yang salah, menumbuhkan kepekaan masyarakat terhadap fenomena kemungkaran dan motivasi untuk mampu melakukan pencegahan terhadap kemungkaran yang ada di sekelilingnya, dan membentengi keluarganya sendiri dari pengaruh-pengaruh yang merusak. MENGGALAKKAN KEGIATAN DA’WAH & PENANGGULANGAN MUNKARAT Ada 3 model pendekatan dakwah, yaitu dakwah bil-lisan, bil-hal, dan bil-qalam. Namun untuk mengatasi problem sekarang, selain dakwah bil-lisan, dakwah bil-hal harus lebih ditingkatkan, karena ruang lingkup dakwah bil-hal pada dasarnya menyangkut semua persoalan yang berhubungan dengan pemecahan kebutuhan pokok orangperorang atau masyarakat, terutama peningkatan kesejahteraannya. Da’wah bil-hal antara lain meliputi pengembangan kehidupan dan penghidupan masyarakat dalam rangka peningkatan taraf hidup yang lebih baik, sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Karena itu harus ada upaya-upaya: a. Mencerdaskan kehidupan masyarakat. b. Memperbaiki kehidupan ekonomi. c. Meningkatkan kualitas kemampuan dalam menghadapi tantangan zaman. d. Memberi arah orientasi yang mengintegrasikan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu wata’ala, dengan kemampuan integritas sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
doc istimewa
PEMBERDAYAAN PERAN PESANTREN Pesantren merupakan tempat pendalaman ajaran agama (bertafaqquh fi al-din) dan sekaligus lembaga perjuangan. Peran ini harus tetap dipertahankan. Ketika pesantren tergoda dan mengubah fungsinya tidak menyelenggarakan pendidikan untuk bertafaqquh fi al-din atau menurunkan tensinya sebagai lembaga tersebut hanya karena menuruti pasar, justru semakin melenyapkan jati diri pesantren itu sendiri. Pesantren harus tetap berperan sebagai penyeleksi berbagai budaya maupun pemikiran yang masuk, baik yang bersifat lokal seperti aliran-lairan sempalan, maupun yang bersifat global seperti fenomena liberalisme. Untuk itu, para santri disamping dibekali
8
dengan kemampuan untuk menyerap pemikiran para ulama terdahulu melalui kitab-kitab klasik, juga perlu dibekali kemampuan lebih untuk peka, cermat, dan kritis membaca berbagai fenomena budaya, ide, dan pemikiran yang berkembang yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan sekaligus secara sistematis mampu memberikan jawabannya. Misalnya ketika mencermati sebuah tayangan iklan di televisi, para santri seharusnya mempunyai kepekaan bahwa ternyata ada tayangan iklan yang secara tidak langsung menyusupkan paham sekular bahkan atheis. Contoh, sebuah iklan produk air minum dalam kemasan menyebutkan bahwa air yang diproduksi adalah merupakan kebaikan alam. Kata ‘kebaikan alam’ sebenarnya merupakan kata yang bernuansa sekular bahkan atheis. Kenapa si pembuat iklan tidak mengatakan dengan kalimat ‘kebaikan Tuhan’ atau lebih eksplisit ‘kebaikan Allah’ atau ‘karunia Allah’. Penyebutan kata ‘kebaikan alam’ berarti menafikan eksistensi Tuhan yang berada di balik eksistensi alam semesta. PENTINGNYA SINKRONISASI KERANGKA BERPIKIR KEAGAMAAN & KEBANGSAAN Saat ini ada kecenderungan beberapa pihak ingin membangun sikap yang alergi pada agama (khususnya Islam) yang bisa diistilahkan dengan sikap islamophobia. Hal ini tercermin dari sikap antisyari’ah dan sengaja diopinikan bahwa perjuangan syari’ah itu primordial dan sektarian. Maka ketika ada ide untuk melarang pornografi dengan undangundang, hal itu dituduh sebagai primordial dan sektarian. Lebih jauh lagi saat ini ada yang sengaja menghubungkan antara syari’ah dan terorisme. Celakanya, banyak orang Islam sendiri yang terpengaruh. Padahal seorang Islam seharusnya yakin ketika syari’ah itu diadopsi sebagai aturan akan membawa pada kebaikan. Munculnya berbagai carut-marut itu karena orang Islam banyak yang menjauh dari syari’at. Hal ini sudah disinyalir Allah Subhanahu wata’ala, misalnya dalam surat alA’raf [7]: 96,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” Demikian pula firman Allah dalam surat al-Isra’ [17]: 16,
“Dan Kami jika hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orangorang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan, penyelewengan, penyimpangan, melanggar aturan, fasik dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” Berangkat dari pemikiran di atas, yang perlu dilakukan bukan justru menjauh dari agama tetapi bagaimana melakukan sinkronisasi antara pemikiran kebangsaan dan keagamaan. Akan sangat problematis ketika penduduk Indonesia yang mayoritas Islam kemudian dipola dengan cara islamophobia. Dalam hal ini, Ijtima Ulama MUI II di Gontor Ponorogo, 26 Mei 2006, telah mengeluarkan keputusan perlunya sinkronisasi antara kerangka berpikir kebangsaan dan keagamaan (Islam). Agama seharusnya dijadikan sebagai sumber inspirasi dan kaidah penuntun di dalam kehidupan berbangsa dan benegara, bukan malah dijauhkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Keputusan Ijtima Ulama MUI II ini dipertegas lagi dengan keputusan Ijtima Ulama MUI III di Padang Panjang, 26 Januari 2009, yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara merupakan ideologi terbuka. Dalam rangka mewujudkan amanah dasar negara dan konstitusi, maka agama harus dijadikan sumber hukum, sumber inspirasi, dan kaidah penuntun dalam sistem kehidupan berbangsa dan berbegara, sehingga tidak terjadi benturan antara kerangka berpikir keagamaan dan kerangka berpikir kebangsaan. Itulah beberapa strategi yang dapat dilaksanakan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang beradab dan masyarakat yang akhlaqul karimah. Pada gilirannya, jika itu bisa tercapai, maka keutuhan dan kekokohan negara ini akan dapat dipertahankan. Wallahu a’lam.
9
reportase
K.H. Abdurrahman Navis, Lc.
“Yang Paling Berbahaya adalah doc.lazis
Narkoba dan Pergaulan Bebas” Menilik semakin maraknya dekadensi moral di masyarakat, perlu ada upaya segera mengatasi masalah ini. Muji Sampurno dari Majalah Al-Haromain menyempatkan diri berbincang dengan K.H. Abdurrahman Navis, Lc., di sela-sela kesibukan dakwahnya. Beliau adalah Ketua Dewan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.
Bagaimana Ustadz memandang dekadensi moral dan akhlaq, utamanya yang melanda generasi muda bangsa kita dewasa ini? Melihat fenomena yang ada dan realita di masyarakat, baik kita amati secara langsung maupun melalui media, moralitas dan akhlaq generasi muda kita sangat memprihatinkan. Bisa kita lihat dari beberapa hal, seperti pergaulan bebas, penggunaan narkoba, dan mulai maraknya kejahatan dilakukan oleh usia anak remaja (generasi muda). Bahkan kejahatan human trafficking pun sekarang dilakukan oleh mereka yang masih berusia muda (kasus Keyko, misalnya). Tidak itu saja, sikap terhadap orang tua dan guru yang kurang hormat bahkan sebagian mengarah pada kedurhakaan pun kini semakin biasa terjadi. Namun di sisi lain, tetap ada sebagian generasi muda yang baik. Namun saya tegaskan, keprihatinan ini dikarenakan mereka, anak-anak usia remaja (generasi muda) itu telah melakukan hal-hal yang di luar masanya (usia remaja) dan bertentangan dengan norma agama. Dari sekian banyak bentuk dekadensi moral generasi muda, bentuk apa yang paling mengkhawatirkan, Ustadz? Semua perilaku penurunan moral generasi bangsa, terutama generasi mudanya, semua berbahaya. Namun yang paling berbahaya dan
10
terkait dengan masa depan adalah bahaya dan pengaruh narkoba dan pergaulan bebas. Dikarenakan hal ini membawa dampak dan berakibat pada perilaku lainnya. Sebagai contoh, karena pengaruh narkoba berimbas pada aksi kejahatan lainnya. Serta andaikan yang bersangkutan telah mengalami sebuah penyadaran pun, hal itu tentu membutuhkan waktu untuk bisa kembali seperti semula. Apa saja faktor penyebab dekadensi moral ini menurut Ustadz? Kalau saya amati yang jelas ada 3 faktor yang sangat berpengaruh terhadap karakter dan moral anak, yaitu Usrah (Keluarga), Tarbiyah (Pendidikan), Bi’ah / Miliu (Lingkungan). Ketiga faktor inilah yang sangat berpengaruh terhadap moral anak / generasi muda. Pertama, keluarga jelas merupakan tempat pendidikan anak pertama kali sebagai mana hadist “Kullu mauludin yuladi ‘alal fitrah ... ila akhirih”. Ketika pendidikan pertama ini tidak diperhatikan oleh para orang tua atau tidak didapatkan anak, maka hal ini bisa memicu pada rendahnya moral anak. Jika ada orang tua yang menganggap bahwa kepedulian terhadap anak hanya sebatas pada segala kebutuhan materi saja, sementara kehidupan beragamanya tidak diperhatikan, maka hal itu akan mengantarkan si anak pada moral atau karakter yang cenderung negatif. Kedua adalah Tarbiyah (Pendidikan). Yang perlu kita pahami dalam pendidikan ini adalah bukan hanya tranfer ilmu mengasah otak, sementara jiwanya kosong. Hal itu juga akan menimbulkan kerusakan moral. Ketiga Lingkungan di sekitar anak, baik yang nyata maupun di dunia maya. Lingkungan yang
nyata mungkin kondisi masyarakat, pengaruh budaya, dan gaya hidup, serta tuntutan perkembangan anak. Anak muda itu mudah terpengaruh pada hal-hal yang mereka saksikan dan sangat mempengaruhi pola pikirnya. Untuk dunia maya, jelas kita sudah dapat rasakan bagaimana kemajuan teknologi ini sangat mempengaruhi anak. Andai ada anak yang tekun belajar di kamar di depan komputer atau HP, maka sebagai orang tua, kita tetap perlu curigai: apa yang ia pelajari. Jangan-jangan malah sibuk bermain jejaring sosial atau browsing internet atau bahkan main game yang tidak bermanfaat.
Menyinggung soal pendidikan Ustadz, bagaiman peran pendidikan khususnya di pesantren dalam
Dekadensi moral dalam lingkungan pendidikan salah satunya menurunnya sikap hormat kepada
profilsekolah.dispendik.surabaya.go.id
Apakah dekadensi moral yang sedemikian parah ini bisa diperbaiki ? Ikhtiar itu harus tetap kita lakukan, dan itu bagian dari keimanan. Meski hasilnya kurang dirasa, tetapi paling tidak kita telah ikhtiar dan melakukan usaha perbaikan. Sebagai contoh, ketika ada orang yang sakit, apa kita biarkan mati, kalau memang sudah waktunya? Tentu tidak demikian. Namun tetap kita upayakan semaksimal mungkin untuk mencari pertolongan. Begitu juga dengan dekadensi moral generasi muda kita.
upaya menanggulangi dekadensi moral ini? Pesantren telah melakukan fungsinya. Pendidikan di pesantren telah memadukan antara teori dan praktek uswah dari para ustadz. Dan pesantren tentu telah membuat sebuah kurikulum agar anak menjadi baik. Namun namanya proses pendidikan yang ada input – proses –output sebagimana orang membuat santan, tentu ada yang jadi santan dan ada yang jadi ampas. Namun, memang di masyarakat masih ada persepsi negatif bahwa pesantren itu sebagai solusi atas masalah anak. Bahkan jadi senjata untuk menakut-nakuti anak, “Kalau kamu ndak pinter atau nakal, tak pondokkan saja!” Hal ini tentu sangat kurang tepat mengingat betapa besar fungsi pendidikan, khususnya di pesantren. Dalam realita, pesantren juga memegang peran yang baik dalam membina generasi sehingga bisa berprestasi. Sebagai contoh, ada sekarang ini beberapa universitas memberikan beasiswa penuh kepada lulusan pesantren yang hafal Al-Qur’an, dikarenakan anak yang hafal AlQur’an ini memiliki kecerdesan dan sikap atau karakter yang baik.
11
dutaonline.com
guru. Bagaiman menurut Ustadz? Ya, hal ini sangat memprihatinkan di dunia pendidikan kita. Mungkin ini salah satu bentuk hilangnya sikap menghormati ilmu. Sedangkan kalau dulu kita diajarkan dalam Ta’lim Muta’allim itu salah satunya adalah menghormati penyampai ilmu itu atau guru. Di sisi lain ada dilema yang dihadapi oleh seorang guru, di mana jika guru berlaku keras sedikit terhadap anak sudah jadi masalah besar. Padahal jika dibiarkan, maka anak semakin menjadi berani dan “sok” pada guru. Padahal seorang yang menitipkan anaknya untuk belajar ibarat menitipkan kain pada penjahit. Jadi terserah penjahitnya mau dipotong atau dijahit apa saja, yang penting sesuai aturan. Di pesantren misalnya tentu sudah ada tahapan-tahapan hukuman/takzir bagi anak. Dan yang perlu dipahami, itu semua adalah bagian dari pembelajaran terhadap anak. Saya contohkan lagi, kalau mau buat besi jadi pisau yang tajam, maka besi harus siap ditempa, dipukul, dibakar, diasah hingga jadi pisau yang tajam. Seharusnya demikian juga posisi murid di hadapan guru. Bagaimana kaitan peran ulama dalam mengatasi permasalahan dekadensi moral generasi muda bangsa ini? Ulama telah melakukan perannya dengan berbagai cara dakwahnya, seruan kepada kebaikan, dan taushiyah-taushiyahnya. Jika memang benarbenar ulama. Sebab sekarang ini ulama mengalami
12
pengelompokan, antara lain: Ulama Sumur, yakni ulama sebagai sumber ilmu. Ulama Tutur, yakni ulama yang bertutur berdakwah keliling dari majelis ke majelis. Ulama Catur, yakni ulama yang berpolitik. Ulama Sembur, yakni ulama dengan kemampuan sembur atau penyembuhan dengan doa Ulama Campur, perpaduan dari kesemuanya. Tapi dari itu semua yang penting adalah ulama yang jujur. Artinya mereka sangat berperan di masyarakat, karena sedikit banyak di kalangan masyarakat masih percaya akan keberadaan ulama. Sebagai contoh, untuk perbaikan moral sering ada anggapan pesantrenlah solusinya. Begitu juga tempat curhat atas perilaku anak, orang tua biasanya datang kepada kyai atau ustadz. Ya, minimal minta doa. Bagaimana juga kaitan dengan para pemimpin kita, Ustadz? Mulai reformasi pemerintah justru yang mengalami dekonstruksi atau penurunan dalam melindungi generasi mudanya. Sejak reformasi semua budaya masuk berdalih HAM. Oleh karena itu, sekarang perlu dilakukan upaya membuatkan filter untuk menanggulangi itu. Misalnya melalui upaya pemerintah dengan adanya UU Anti Pornografi dan Pornoaksi. Tinggal bagaimana mengawal UU ini. Apa pesan Ustadz untuk mengatasi masalah dekadensi moral ini? Perlu kerjasama antar lini orang tua, ulama, dan pemerintah, serta masyarakat untuk terus menggiatkan filter penanggulangan ini dengan peran masing-masing. Khusus bagi ulama / para ustadz dan ustadzah, jangan bosan dan jenuh untuk terus menyiarkan perbaikan moral pada generasi muda. Begitu juga peran keluarga sebagai benteng utamanya. Wallahu a’lam.
mutiara hadits
Rahasia Al Qur’an Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Bukhari)
Status Hadits lewat lisan kenabian, bahwa mereka termasuk Derajat hadits yang cukup masyhur ini orang-orang yang dipastikan masuk surga Allah tergolong deretan hadits-hadits yang shahih. Subhanahu wata’ala. Cukup sebagai bukti bahwa pakar hadits Sebagian besar dari ‘ulama’ pemilik kitab hadits terkemuka, yaitu Imam Muhammad bin Isma’il alyang tergolong dalam kategori “kutubus sitah” atau Bukhari telah memuat dan mengabadikannya di bahkan “kutubut tis’ah” telah ikut andil dalam kitab shahih beliau Shahih al-Bukhari. mengorbitkan hadits ini di dalam kitab mereka. Abuya Prof. Dr. Al-Habib Muhammad bin ‘Alawi Menurut silsilah sanad mereka masing-masing al-Maliki al-Hasani mengatakan: Jika ada hadits sambung kepada pemilik hadits ini, yaitu: telah di riwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. kitabnya Shahih al-Bukhari, maka hadits itu tidak perlu dikoreksi atau diteliti Kandungan Hadits kembali dan tidak diragukan Lewat hadits ini Rasulullah kashahihannya. Shallallahu ‘alaihi wasallam ingin Bukti kedua, Imam Abu ‘Isa atmenjelaskan kepada umatnya tentang 3 Tirmidzi mengomentari derajat hadits (tiga) hal, yakni: ini dengan “Hadits Hasan Shahih” 1. Fadilah / keutamaan dan kemuliaan sebagaimana kebiasaan beliau ketika kitab suci Al-Qur’an. menentukan status hukum sebuah 2. Kelebihan orang yang mempelajari Alhadits di dalam kitabnya yang Qur’an. tergolong dalam kategori “kutubus 3. Keutamaan seorang pengajar AlUst. H. Fahd Abd. Lajnah Syariah sittah” (enam kitab hadits tershahih) Qur’an. Persyadha atau “kutubut tis’ah” (sembilan kitab hadits tershahih). Keutamaan Kitab Suci Al-Qur’an Berbicara keutamaan, kemuliaan, kelebihan, Perawi Jajaran Shahabat Nabi Saw. serta keistimewaan Al-Qur’an sama dengan Yang menjadikan hadits ini menjadi hadits berbicara keutamaan Dzat Allah Subhanahu yang agung, selain arti yang terkandung di wata’ala. Karena Al-Qur’an merupakan sifat Allah dalamnya, adalah dua dari keempat Khulafa’ur yang Qadim (terdahulu) yang terangkum dalam Rasyidin telah meriwayatkan hadits ini langsung sifat wajib bagi-Nya,berupa al-Kalam, yaitu dari lisan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, berbicara tanpa suara dan tanpa huruf. Jika Dzat yaitu: Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib Allah Swt. tidak terbatas dan tidak terjangkau, maka radhiyallahu ‘anhum. Perawi yang ketiga adalah begitu pula keutamaan Al-Qur’an tidak terbatas dan Sa’ad bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang dikenal sangat luas, tidak terjangkau. Hal ini karena sifat (aldengan Sa’ad bin Abi Waqqash. Kalam) dan maushuf-nya (yang memiliki sifat yaitu Mereka bertiga termasuk 10 (sepuluh) orang Dzat Allah Swt) tidak dapat dibedakan, apalagi shahabat yang memperoleh kabar baik di dunia dipisahkan.
13
Al-Qur’an bagaikan lautan samudera sangat luas yang tidak bertepi. Sehingga tidak mengherankan manakala salah seorang shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah mengatakan (semisal perkataannya): Kalau saya mau menafsiri surat alFatihah, maka tafsiran tersebut bisa sebanyak dan seberat muatan tujuh unta. Hal ini mengisyaratkan akan luasnya kandungan surat al-Fatihah yang hanya terdiri dari tujuh ayat saja. Bagaimana dengan kandungan seluruh Al-Qur’an yang terdiri dari 6236 (enam ribu dua ratus tiga puluh enam) ayat menurut sebagian pakar tafsir dan qira’at? Tentu saja siapapun tidak akan bisa menjangkau dan mengungkapkan keutamaannya secara sempurna. Apa yang akan kami utarakan dari sekian banyak keutamaan Al-Qur’an, hanyalah setetes dari air samudera yang sangat luas. Di antara keutamaan Al-Qur’an dibandingkan dengan kitabkitab samawi yang lain, sebagai berikut: 1. Allah menurunkannya melalui dua proses: a. Proses sekaligus (30 juz) turun dari Lauh al-Mahfudz ke langit bumi. b. Proses berkala dan bertahap kurang lebih selama 23 tahun,yaitu turun dari langit bumi ke permukaan bumi. 2. Al-Qur’an memiliki dua versi susunan surah dan ayat-ayatnya, yaitu: a. Susunan meurut sababun nuzul (latar belakang turunnya) surah/ayat. b. Susunan sesuai dengan susunan Al-Qur’an yang ada di Lauh al-Mahfudz, diawali alFatihah dan diakhiri an-Nas.Ini versi
14
3.
4. 5.
6.
7.
8.
susunan yang banyak dipakai umat Islam di dunia. Selain menjadi kitab panduan (QS. al-Isro’: 9), Al-Qur’an juga sebagai mu’jizat kubra yang tidak tertandingi oleh apapun. Satu-satunya mu’jizat yang masih ada saat ini dan akan kekal sampai hari Kiamat. Sekedar membacanya bernilai ibadah berpahala, bahkan terhitung dari setiap huruf. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih yang masyhur. Tetap suci dan murni dari perubahan sepanjang masa, dengan penjagaan yang dijamin oleh Allah sendiri. (QS. al-Hijr: 9). Ayat-ayatnya mengandung hipnotis yang sangat ampuh, sebagaimana terjadi pada diri shahabat Umar sebelum masuk Islam. Mengandung obat-obatan yang sangat manjur dan mujarab. (QS. al-Isro’: 82) Bahan rujukan: a. Shahih al Bukhari 15/438-439 b. Sunan at Tirmidzi 10/149-151 c. Sunan Abi Dawud 4/245 d. Musnad Ahmad 1/394,474 e. as Sunan al Kubro 5/19 f. al Mu’jam al awsath 14/99 g. Sunan ad Darimi 10/214 h. Mustakhroj Abi ‘Awanah 8/72 i. Shahih Ibnu Hibban 1/230 j. Faidlul Qodir 1/46 k. Nadzmul Mutanatsir 1/61 l. Usud al ghobah 1/37,438
15
16
17
18
19
r e f l e k s i
Lelaki Kiriman Malaikat “Astaghfirullah.” Aku berpikir mencoba menghentikan Kata itu lirih terucap berulangkali dari mikrolet. Tetapi tidak ada mikrolet yang bibirku antara sengaja dan tidak. Sepenggal langsung menuju arah Surabaya, melainkan kata itu keluar berulang bukan lantaran harus mampir dulu ke terminal Mojokerto. menyesali perbuatanku atau penggalan dzikir Tentu memakan waktu lama. Aku juga rutinan pagiku. Tapi kata itu terucap di saat mencoba mencari tukang ojek, tapi menurut aku jenuh menunggu kendaraan umum yang keterangan penjaga masjid, jarak ke mau berhenti dan mau memberiku pangkalan ojek masih cukup jauh. Apalagi ia tumpangan. tidak bisa menjamin tukang ojeknya ada Hari itu Senin pagi. Kendaraan umum, atau tidak. Di Sooko Mojokerto juga jauh terutama bus menuju arah Surabaya, sarat dari fasilitas taksi. Apalagi masih pagi dengan penumpang. Di depan masjid besar begini. Sementara, minta tolong diantar Sooko Mojokerto, aku mencegat bus mulai oleh penjaga masjid, ia baru bisa pukul dari turun shalat subuh kira-kira 06.00. Sementara jarum jam sudah pukul 04.15 sampai hampir pukul menunjukkan angka 05.15. 05.00. Tetapi belum juga ada sopir Aku semakin gelisah. Di saat bus yang merespon. Selain karena kegelisahan itu semakin akut, aku sarat penumpang, mungkin karena lalu berdo’a. Sambil membaca tempatku berdiri yang kurang shalawat taisir, hati dan bibirku strategis hingga membuat sopir bus serius berkali-kali berucap Mishad Khoiri kurang tertarik memberiku “Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Pembina Pesma tumpangan. Al Mukmin Malang Muhammadin sahhil wa yassir maa Aku semakin galau. Bukan ta’assar”. Setelah itu aku mencoba karena perjalananku yang masih lagi menghentikan bus yang lewat. Eeehh... jauh, tapi waktulah yang membatasiku. Bila ternyata sama saja. Bus itu hanya berlalu ditempuh dengan bus umum, perjalanan dari begitu saja sambil meninggalkan asap pekat Sooko Mojokerto ke arah by pass Krian tidak dan bau solar padaku. lebih dari 30 menit. Menurut penjaga masjid, Di pikiranku masih ada keyakinan yang biasanya kalau Senin pagi, penumpang bus kuat, bahwa do’aku pasti dikabulkan. Di mulai longgar setelah pukul 07.30-an. sela-sela aku menerawang, dari tempatku Kerisauanku muncul lantaran dikejar waktu. berdiri terlihat ada sesosok orang yang Targetku maksimal pukul 06.30 harus sampai sepertinya aku kenal keluar dari dalam di rumah mertua untuk sambang dan masjid. Lelaki berjaket hitam itu sedang menjemput anak-anak dan istriku yang bergegas memakai kaus kaki dan sepatu. sedang liburan akhir pekan di kampung Aku mencoba mendekatinya. Eh... ternyata Driyorejo, Gresik. Kemudian, hari Senin ini betul pria itu adalah Fulan, teman kenalanku juga kita harus kembali ke kota Malang di jama’ah pengajian dan dakwah yang sebelum dzuhur, karena setelah itu aku ada barusan istirahat dan shalat subuh. Saat itu jadwal mengajar dan istriku menghadiri Fulan dalam perjalanan dari Kediri dan undangan penting temannya di Poncokusumo, berencana menuju Sidoarjo. Setelah aku Kabupaten Malang. ceritakan apa yang kualami waktu itu, ia
20
hanya berkata, “Mari ikut saya. Kebetulan saya ke Sidoarjo. Njenengan saya antar ke by pass Krian, terus saya meneruskan perjalanan ke Sidoarjo.” Betapa leganya hati ini. Mungkin kehadiran Fulan yang menawari aku tumpangan adalah jawaban dari do’aku di waktu “kepepet” tadi. Tanpa basa-basi, aku langsung naik jok sepeda motor Fulan yang sudah diparkir di hadapanku. Sepeda motor merek Suzuki itu mulai digeber oleh Fulan sekedar untuk memanaskan mesin. “Alhamdulillah.” Kata itu yang terus keluar dari bibirku, sebagai tanda rasa syukur. Pikiranku sudah tenang dan berharap seluruh agenda pentingku akan rampung hari ini. Tidak lama, motor lisensi Jepang buatan tahun 2010 itu melaju ke arah by pas Krian. Di perjalanan, kami sempat ngobrol. Sambil terus mengendalikan setir motornya, Fulan sempat bertanya padaku, mengapa pagipagi begini aku sendirian dari Sooko. Aku ceritakan kalau aku beserta rombongan perjalanan dengan teman-teman sekantor di Malang dari sebuah acara studi lapangan di Kebumen dan Yogyakarta. Karena harus menjemput istri dan anak-anak, maka aku turun di masjid Sooko untuk shalat subuh dan berencana menjemput mereka di Driyorejo, Gresik. Aku ceritakan juga, bahwa aku agak tergesa karena setelah menjemput istri dan anak, aku harus sampai di Malang sebelum duhur karena ada amanah yang harus kami lakukan di sana. Tak lama HP dari saku bajuku berbunyi. Ternyata benar. Di tengah perjalanan, istriku sudah menelepon. Karena sebelumnya aku berjanji, kalau pagi itu aku bisa datang lebih pagi. Tidak terasa, kami sudah sampai di by pass Krian. Fulan menghentikan motornya untuk menurunkanku. “Jazakumullah, rupanya njenengan dikirim malaikat untuk saya.” Begitu kalimat yang terucap dariku. Mendengar ucapanku itu, Fulan hanya tersenyum dan bilang “Sama-sama Mas”. Setelah pamit dan mengucap salam, Fulan langsung menggeber motornya untuk melanjutkan perjalanannya ke Sidoarjo sambil
melambaikan tangannya. Singkat cerita, kira-kira 20 menit perjalanan naik mikrolet aku sudah sampai di rumah mertua sekitar pukul 06.20. Setelah bersih diri, bercengkerama dengan keluarga, dan mempersiapkan segala sesuatunya, kira-kira pukul 08.15, aku, anak-anak, dan istriku sudah bisa berangkat ke Malang. Setelah oper taksi Blue bird-bus patas Menggala Surabaya–Malang-oper taksi Agro, kami sampai di rumah Malang sekitar pukul 11.15. Alhamdulillah, semuanya diberi kemudahan. Setelah shalat dzuhur, aku dan keluarga sudah bisa sama-sama beraktivitas. Aku mengajar, sementara istri dan anak pertamaku bersama rombongan temanteman kampusnya menghadiri undangan walimah di Poncokusumo. Hasna, anak keduaku yang waktu itu masih umur setahun untuk sementara bersama “emak” (panggilan ibu tua yang membantu keseharian keluargaku di rumah). Cerita perjalananku itu semakin menguatkan keyakinanku tentang pentingnya berdo’a dan berprasangka baik. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Allah akan mengabulkan do’a siapa saja dari hambaNya, yang mau memohon kepada-Nya selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturrahim. Pengalamanku ketika jenuh menunggu bus yang mau memberiku tumpangan adalah sebagai contoh sederhana dari pentingnya do’a dan prasangka yang baik. Tentu saja do’a dan prasangka baik yang dibarengi dengan ikhtiar dan tawakkal. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Mukmin ayat 60, “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan untuk-mu”. Ketika itu, aku hanya berdo’a dengan sungguh-sungguh dan yakin akan dikabulkan-Nya. Kondisi “kepepet” dan prasangka baik telah membuatku tetap optimis. Hingga aku ditemukan dengan Fulan, lelaki kiriman malaikat yang mungkin sebagai jawaban atas do’aku. Sesungguhnya Allah itu sesuai dengan persangkaan hambaNya. Wallahu a’lam.
21
mutiara al qur’an
Oleh:
K.H. M. Ihya Ulumiddin Ketum Hai’ah Ash Shofwah Pengasuh Ma’had Nurul Haromain Malang
22
23
zona pendidikan
adinda-tirta.blogspot.com
Pembelajaran Terintegrasi
S
uatu ketika, saat saya menjadi guru di sebuah humor, saya bertanya kepada siswa bagaimana ya kalau seseorang tadi buang ingus, pasti mengenai SMA Swasta di Jogjakarta pada tahun 1997 – an, saya diberi pertanyaan oleh salah seorang matanya. Anak-anak tersenyum dan tertawa. Nah, guru agama Islam, yakni, mengapa saya mengajar saat itulah, subhanallah, saya kutipkan hadits di pelajaran seni rupa sambil menyertakan masalah atas. Bahkan sedikit berbagi pengalaman, saat itu aqidah, syariah, dan masalah akhlaq perilaku siswa. kebetulan ada petugas supervisor dari dinas yang Sekedar informasi tambahan, mungkin saya satududuk di belakang. Ia tidak bisa menahan satunya guru pelajaran “non agama” yang diminta ketawanya. Dan di pertemuan seluruh guru, ia oleh siswa untuk mengisi kajian keislaman secara bahkan mengatakan bahwa sebenarnya tidak boleh rutin saat itu, karena sebagian besar pengisi kajian tertawa. adalah notabene guru agama. Pada akhirnya, astaghfirullah, betapa dhaifnya Saat itu, masyaAllah, saya belum keilmuan saya. Kelak sepuluh tahun begitu menyadari dan bahkan tidak tahu kemudian baru saya sadari bahwa hakekat pendidikan terintegrasi, yaitu struktur bangunan keilmuan Islam suatu pendidikan yang menyatupadukan berbeda dengan struktur bangunan materi pengajaran dengan nilai-nilai dan keilmuan barat setelah saya prinsip Islam. Oleh karenanya, saya mempelajari tiga konsep filsafat cukup menjawab ‘agak’ sekenanya keilmuan, yakni epistemologi, ontologi, bahwa seni dalam artian umum dan axiologi. Epistemologi mengajarkan mengajarkan keindahan. Sebagai senjata struktur bangunan keilmuan. Ontologi Muh. Anang Prasetyo, S.Pd. pamungkas, sering saya kutipkan hadits mengajarkan tentang apa sesuatu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalaam: dan axiologi mengajarkan tentang “Innallaha jamiilun yuhibbul jamal”. Allah Maha manfaat dari sebuah ilmu. Lebih mendalam lagi, Indah dan menyukai keindahan. Keindahan Allah baru saya ketahui bahwa ketiga bagian pokok terekspresikan dalam seluruh ciptaan-Nya. Alam filsafat tersebut dibentuk oleh worldview yang semesta, manusia, hewan, dan seluruh makhluq. dimiliki oleh setiap peradaban. Jadi, dengan kata Sekedar contoh. Ketika saya mengajarkan lain, setiap peradaban memiliki worldview sendiri materi ilustrasi sketsa wajah manusia, terlebih dulu yang pada akhirnya juga memiliki epistemologi saya tunjukkan gambar dari sebuah iklan rokok. masing-masing. Gambar tersebut adalah gambar wajah manusia Struktur bangunan keilmuan Islam yang aneh dan ganjil. Bagaimana tidak ganjil, (epistemologi Islam) yang berbeda dengan karena mata terletak di bawah hidung, sementara epistemologi keilmuan barat tersebut sangatlah telinga di atas mata. Saya tegaskan lagi dengan penting untuk kita ketahui. Islam dibangun dengan menggambarkan di papan tulis. Dengan sedikit keterpaduan ilmu kasbi (pemahaman empiris/
24
indrawi) dan wahbi (pemahaman berdasarkan wahyu). Hal tersebut berbeda dengan paradigma keilmuan barat yang menarik kebenaran berdasarkan logika formal dan mengandalkan empirisme semata, yakni, ilmu hanya diperoleh dari segala sesuatu yang nampak terlihat mata atau ada wujud materinya. Inilah kemudian yang tumbuh menjadi dasar filsafat materialisme yang menyebabkan hilangnya struktur spiritualitas dalam ranah keilmuan barat atau yang kita kenal dengan istilah sekularisme. Syekh Naquib al-Athas pada tahun 1981 mengatakan bahwa sekularisme adalah suatu pandangan tentang terlepasnya dunia dari religi dan tertutupinya dunia dari hal-hal metafisis. Akibatnya, tidak heran jika kemudian di dalam ranah keilmuan, sebagaimana yang telah dikembangkan dalam kurikulum pendidikan nasional selama ini, telah tercerabut nilai kewahyuan dalam pembelajaran. Setidaknya, model pendidikan tersebut merupakan warisan kolonial Belanda yang berpegang pada arahan Snouck Hourgronje, yang mengeliminasi kekuatan pendidikan di pondok pesantren. Saat ini tengah berkembang tren sekolahsekolah Islam terpadu yang mengintegrasikan nilainilai Islam dalam struktur pendidikan. Hanya saja, di beberapa sekolah Islam terpadu, fenomena pengintegrasian tersebut hanya dipahami sebatas pada aktivitas bermain, belajar, dan beribadah, yang mungkin dilakukan karena dalam satu kesatuan keberadaan secara fisik di sekolah. Artinya, pendidikan integratif murni belumlah terjadi, karena dalam konteks peradaban keilmuan, pendidikan terintegrasi belum menjadi struktur utama bangunan keilmuan, yakni kesatupaduan nilai-nilai kasbi dan wahbi sebagaimana tersebut di atas. Mengurai benang rumit permasalahan mendasar keilmuan dalam pendidikan bukan perkara gampang. Namun, sebagai pelipur dahaga, bila kita menyaksikan VCD dan membaca bukubuku Harun Yahya, kesatupaduan ilmu kasbi dan wahbi tadi nampak dengan jelas. Yakni pemaparan penemuan fakta-fakta ilmiah (baik biologi, fisika, astronomi, paleontologi, kedokteran, sejarah, dsb.), kemudian dikonfirmasikan dengan informasi AlQur’an yang tidak ada bedanya. Artinya klop: kesatuan ayat quraniyah dan kauniyah. Sedikit mundur ke belakang, beberapa tahun lalu juga mencuat gagasan untuk memasukkan pelajaran budi pekerti ke dalam satuan pelajaran di sekolah. Hal ini mengingat kondisi bahwa anak-
anak semakin pintar namun tidak dibarengi dengan perilaku dan akhlaq yang terpuji. Hal tersebut bisa jadi berkat penelitian Daniel Goleman yang menyatakan bahwa IQ hanya menempati 20% sementara EQ 80% dalam kesuksesan seseorang. Namun, alih–alih mendapatkan anak berakhlaq mulia, yang didapat sebaliknya, tetap saja. Hal itu dikarenakan akhlaq perilaku tidak hanya bisa sekadar diajarkan secara kognitif dengan sekian bab materi pelajaran seperti halnya yang terjadi di madrasah dengan pelajaran akhlaqnya. Pelajaran akhlak mengejawantah dalam segala pola perilaku yang telah terinternalisasi dalam diri guru, sehingga yang nampak adalah keteladanan. Karakter yang kokoh dalam jiwa yang dengannya mampu memancarkan energi keberkahan dan nilai positif lainnya. Jadi, pendidikan harus integratif. Bersatu padu. Tidak saja dalam paradigma keilmuan, ataupun epistemologi Islam. Termasuk penanaman nilai akhlaq dan perilaku. Apapun pelajaran yang disampaikan guru dan bagaimanapun keadaannya haruslah menjadi pembelajaran yang holistik dan integratif. Bila hal ini dapat terlaksana, alangkah indahnya bangunan pendidikan Islam. Dengan demikian, seorang guru agama yang bertanya pada saya (di awal tulisan ini) jika memahami alur pemikiran dan epistemologi Islam, bisa dipastikan justru akan semakin bersemangat mengajarkan nilai-nilai aqidah, syariah, dan akhlaq (pelajaran yang dia kuasai dan ajarkan) dengan mengkontekstualkan dan mendukung penuh mata pelajaran “non agama” lainnya. Atau sebaliknya, manakala seorang guru mengajarkan pelajaran biologi, fisika, sosiologi, atau pelajaran lain, ia akan menjadi waliyullah. Kekasih Allah sejati. Atau, minimal ia menjadi ulul albab, seperti yang dikatakan Allah: Alladzi na yadzkurunallaha qiyaman wa qu’udan wa’ala junubihim, yang artinya pada kondisi apapun ia selalu memuji Allah, dalam keadaan berdirinya, duduknya, dan berbaringnya. Dengan demikian, tidak perlu ada lagi pengotakan ilmu agama dan ilmu umum (non agama). Yang ada barangkali pengategorisasian ilmu yang bersifat fardlu ‘ain dan kifayah sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam AlGhazali. Sebab, hal terpenting yang harus digarisbawahi adalah bahwa muara dari pendidikan adalah semata-mata penghambaan kepada Allahu Ta’ala. Wallahu a’lam.
25
tombo ati
Kelemahan Nafs
S
audaraku, ketahuilah! Sesungguhnya nafs yang terdapat dalam tubuh kita adalah ujian Apa yang dapat diperbuat oleh dia yang diusir oleh bagi kita. Jika kita seorang pencari kebenaran Tuannya yang menyadari keburukan nafs, salah satu Obat para dokter tidaklah bermanfaat baginya kelemahan nafs adalah sering membenci sesuatu yang sebenarnya tidak membahayakannya. Karena inilah para sholihin selalu berusaha Orang yang berakal saja nafs-nya segera mengobati dan memerangi nafs. Begitu bergelora ketika dihina oleh anak yang merasakan sedikit saja perubahan akhlaknya, belum mencapai usia tamyiz atau orang mereka pun segera mengobatinya. Lihatlah bodoh yang ucapannya tidak sikap Amirul Mu’minin Umar bin Khatthab diperhitungkan. Sebenarnya ia sadar radhiyallahu ‘anhu. Seorang manusia bahwa perbuatannya ini tidak yang memiliki kedudukan tinggi bermanfaat dan ucapan itu dan tabiat mulia. Saat memikul Oleh: Ayub Syafii Kepala SMK Nurul Haromain Malang tempat air di punggungnya beliau tidak membahayakannya. Semua ini terjadi karena bertemu dengan Urwah bin Zubair kelemahan dan kekurangan nafs sejak asal radhiyallahu ‘anhu. penciptaanya. Begitulah manusia, mereka menyiksa dirinya “Wahai amirul mukminin, tidak sepatutnya hal sendiri dan menghancurkan agamanya hanya ini engkau lakukan,” ucap Urwah. untuk mencari sesuatu yang tidak dibutuhkannya. “Aku harus melakukannya. Sebab, diriku merasa Lihatlah para penguasa, mereka melakukan mulia ketika sejumlah utusan Arab menemuiku berbagai hal yang berbahaya dan menanggung dengan patuh dan mendengarkan ucapanku. Aku banyak dosa, demi merebut sebuah daerah yang ingin menghancurkan perasaan ini,” jawab beliau. sebenarnya tidak mereka perlukan. Mereka melakukannya demi nafs la-ammaratu bissu’. Kemudian beliau membawa dan menuangkan Andaikata mau berpikir serta mengetahui cara air itu ke rumah seorang janda. mengobati dan mencegah nafs agar tidak Lihatlah bagaimana kekuatan manusia yang mematuhi hawa yang merusak, tentu ia akan sempurna ini. Manusia yang tidak mungkin salah menjinakkan keganasan nafs-nya. Ia akan satu akhlaknya dapat kita samai. Meskipun kuat dan menyibukkan nafs-nya, sehingga dapat melupakan mulia, beliau masih khawatir hatinya akan disusupi berbagai keinginan buruknya dan meninggalkan sesuatu yang tidak baik. Lalu, menurut pendapat dosa-dosa besar yang menghancurkan agamanya. saudara, bagaimana seharusnya sikap kita yang Ia tidak akan melakukan perbuatan yang lemah dan hidup di zaman yang penuh membahayakan makhluk lain dan kekurangan ini? berbuat kerusakan di muka bumi. Wahai saudaraku, perhatikan baik-baik Kelalaian dan bius hawa uraian berikut ini. Jika kita memang menghalangi akal untuk menolak seorang pencari kebenaran, maka keinginan nafs. Pada saat itulah berjuanglah untuk melawan nafs nafs berbuat sesukanya, kita. Jangan kita kalah dengan setan menguasai manusia, kebiasaan buruk dan nafs yang dan taufik pun sirna. keras kepala. Tempuhlah jalan Manusia akan menaati orang-orang saleh; para perintah hawa dan tidak pejuang yang memperoleh dapat melepaskan diri dari taufik dan petunjuk belenggunya. menuju jalan yang lurus. Seorang penyair Wallahu a’lam. berkata, sahabatbisnis.com
26
technopreneur
Meraih Sukses Tidak Cukup Hanya Semangat!!!
S
emangat hidup itu sangat penting untuk bisa karena kita hanya mempunyai ide/rencana, namun hidup yang luar biasa. Namun menuju tidak segera melaksanakan atau menunda ide/ kesuksesan tidak cukup hanya berbekal rencana tersebut. semangat. Masih banyak hal yang harus disiapkan Terkait istiqamah, perhatikan surat aluntuk meraih kesuksesan. Muzammil (73) ayat 8: “Sebutlah nama Tuhanmu, Pernahkah kita melihat orang menggali sumur dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh untuk mendapatkan sumber mata air? Kalau ketekunan”. Ayat ini menginpirasi kita, bahwa pernah, maka itulah beberapa syarat meraih untuk mewujudkan rencana atau cita-cita sukses, yaitu merencanakan, melaksanakan, seseorang haruslah istiqamah terus-menerus tekun terus menerus/istiqomah, sabar, dengan tekun mewujudkan ide/rencana dan fokus. Tidak akan ketemu air jika tersebut. Falsafah Jawa mengatakan penggali sumur setelah melaksanakan “Sopo temen tinemu”. Ini jelas sekali: penggalian 2 meter karena tidak ketemu siapa yang terus menerus action, maka air, lalu pindah ke lokasi lain. Jika terus akan menemukan sesuatu yang melakukan demikian, maka dijamin dia diinginkan. Drs. Soehardjoepri, M.Si. tidak akan bertemu dengan air. Terkait sabar, yakni sabar dalam Direktur Rabwa Production Terkait perencanaan, mari perhatikan meraih sukses, jelas sekali. Tidak akan surat ath-Thariq (86) ayat 16: “Dan Aku pun jadi apa-apa jika seseorang mengerjakan tanpa membuat rencana (pula) dengan sebenarkesabaran. Dengan kesabaran, jadilah apapun. Jika benarnya”. Kalau Allah Subhanahu wata’ala saja mengalami hambatan dalam mewujudkan usaha, merencanakan secara matang, masak kita tidak maka segera dekati Allah Subhanahu wata’ala. membuat perencanaan dalam meraih tujuan Perhatikan surat al-Baqarah (2) ayat 45: “Dan hidup. Siapa yang gagal merencanakan hidup, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan maka dia merencanakan kegagalan hidup ini. sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan Alhamdulillah, saya terbiasa untuk membuat sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, perencanaan hidup. Misalkan 10 tahun saya harus kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”. haji, saya harus bisa keluar negeri untuk belajar Terkait fokus, mengerjakan pekerjaan ilmu, usia 25 tahun nikah, dan lain sebagainya. mestinya harus fokus dengan konsentrasi tinggi, SubhanaAllah, semua yang saya tulis dalam agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai perencanaan hampir semuanya tercapai. Ingatlah perencanaan. Fokuskan pikiran kita dalam bahwa begitu kita merencanakan, maka seluruh mengerjakan apapun, untuk mengurangi sel yang ada dalam tubuh akan mengkondisikan kesalahan dan keteledoran diri. untuk mewujudkan rencana ini. “We becomes Semoga apa yang kita jadikan ide atau what we think about”. Kita menjadi seperti apa rencanakan akan menjadi kenyataan. Semoga yang kita pikirkan. Allah Subhanahu wata’ala akan senantiasa Terkait melaksanakan, perhatikan surat anmelindungi, memberi petunjuk, dan Nisa’ (4) ayat 66: “… Dan sesungguhnya kalau meridhai langkah kita menuju mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan sukses dunia akhirat. kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu Aamiin. lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan Wallahu (iman mereka)”. Setelah kita mempunyai ide/ a’lam. rencana, maka segera laksanakan. Jangan sampai menahan ide/rencana yang telah dibuat. Seringkali seseorang mengeluh seperti ini, “Ya Allah, itu kan ide yang pernah saya rencanakan? Kok dia sih yang gambargratis.com melaksanakan?” Kata-kata ini sering kita dengar,
27
hikmah kisah
Pemilik Tanda Putih yang Dicari
U
wais Al Qarni memiliki nama kunyah Abu ‘Amr. Nama beliau Uwais bin ‘Amir bin Juz’in bin Malik Al-Qarni Al-Muradi AlYamani. Beliau termasuk tabi’in senior, wali yang shalih, yang hidup pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kondisi masuk Islam, namun belum pernah berjumpa dengan Nabi. Beliau terhalangi dalam melakukan perjalanan ke Madinah, karena baktinya kepada ibu beliau. Uwais al-Qarni telah lama menjadi yatim. Beliau tidak mempunyai sanak saudara, kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh serta kabur penglihatannya. Untuk kehidupan sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan bersama ibunya. Apabila ada harta lebih, Uwais menggunakannya untuk membantu tetangganya yang tidak mampu. Kesibukannya sebagai penggembala dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya. Uwais tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya. Uwais al-Qarni memeluk Islam ketika seruan Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam sampai ke negeri Yaman. Seruan Rasulullah tentang agama Islam telah mengetuk pintu hatinya. Telah banyak orang Yaman yang memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi secara langsung. Setelah menimba
28
ajaran dari Rasulullah, mereka kembali ke Yaman. Mereka lalu memperbaharui urusan kehidupan, beribadah, dan bermuamalah dengan cara Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais apabila melihat setiap tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertamu dan bertemu dengan kekasih Allah, penghulu para Nabi, sedang dia sendiri belum berkesempatan. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih itu. Sebagai bukti cintanya, diceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah mendapat cedera dan giginya patah kerana dilempari batu oleh musuhmusuhnya. Khabar ini sampai ke pengetahuan Uwais. Dia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Namun apalah daya, dia tidak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah. Terlebih lagi, ibunya sedang sakit dan perlu dirawat. Siapa yang akan merawat ibunya nanti? Hari berganti dan musim berlalu. Kerinduan yang tidak terbendung dan hasrat untuk bertemu dengan Nabi tidak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, “Bagaimana dan kapankah aku bisa bertemu dengan Rasulullah dan memandang wajah beliau dari dekat?”Tetapi di sisi lain, dia mempunyai ibu yang sangat memerlukan perhatiannya dan tidak sanggup untuk ditinggal sendiri. Hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa Rasulullah. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya. Dia mengungkapkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan untuk pergi menemui Rasulullah di Madinah. Sang ibu merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau amat paham hati nurani anaknya, sehingga sang ibu mengizinkan Uwais dan berpesan agar setelah menemui Rasulullah segera pulang. Dengan rasa gembira bercampur resah, Uwais berkemas untuk berangkat. Dia tidak lupa untuk menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama dia pergi. Setelah siap pergi, Uwais mencium sang ibu. Dan berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak lebih kurang 400 km dari Yaman.
Setibanya Uwais di Madinah, segera beliau menuju ke rumah Rasulullah. Diketuknya pintu dan memberi salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha sambil menjawab salam Uwais. Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun baginda Nabi tidak ada di rumah dan sedang dalam perjalanan dari medan perang. Uwais menunggu di depan rumah Nabi. Dari pagi hingga petang. Di saat menunggu itu, terngiang-ngiang di telinga Uwais pesan ibunya agar segera pulang ke Yaman setelah berjumpa Rasulullah. Uwais galau, apakah akan menunggu Nabi atau pulang ke rumah. Akhirnya, karena ketaatan Uwais kepada ibunya, ia mohon izin kepada Aisyah untuk pulang ke Yaman. Tak lupa, Uwais menitipkan salamnya kepada Rasulullah. Begitu Uwais pergi, selang beberapa waktu Rasulullah datang dan segera menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Beliau menjelaskan bahwa yang mencarinya adalah Uwais al-Qarni, yaitu anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Rasulullah, Aisyah dan para sahabatnya tertegun. Menurut Aisyah, memang benar ada orang mencari Nabi. Beliau terpaksa segera pulang ke Yaman karena ibunya sudah tua dan tidak dapat ditinggalkannya dalam waktu yang lama. “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah: ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah tapak tangannya.” Kemudian Rasulullah memandang kearah Ali dan Umar radhiyallahu ‘anhum dan bersabda, “Suatu ketika,
apabila kalian bertemu dengannya, mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi.” Waktu terus berlalu dan Rasulullah pun wafat. Hingga saat Umar bin Khattab menjadi khalifah, beliau teringat akan sabda Rasulullah tentang Uwais al-Qarni. Beliau segera mengingatkan kepada Ali bin Abi Thalib untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap kali terdapat kafilah dagang dari Yaman, mereka selalu bertanya perihal Uwais al-Qarni. Bagi penduduk Yaman, Uwais seorang yang tidak terkenal, bahkan hanya dikenali seorang yang miskin. Hari berganti hari, rombongan kafilah dagang silih berganti. Hingga suatu saat ada kafilah dari Yaman dan Uwais al-Qarni turut serta di dalam kafilah tersebut. Diceritakan bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Sebab itulah Uwais dapat menyertai rombongan kafilah dagang saat itu. Ditanyalah ketua kafilah itu dan dijawab bahwa Uwais sedang menjaga unta di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, segera mereka berdua bergegas ke tempat Uwais berada. Sesampainya di sana, mereka berdua memberi salam. Namun Uwais sedang melaksanakan shalat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam mereka sambil bersalaman. Sewaktu bersalaman, segera Khalifah Umar membalikkan tangan Uwais untuk membuktikan tanda putih yang berada di telapak tangannya. Umar berkata “Benar seperti sabda Rasulullah! Dialah penghuni langit.” Khalifah bertanya, “Siapakah namamu?”
29
Uwais menjawab, “Abdullah.” Mendengar jawapan itu, kedua sahabat pun tertawa dan mengatakan “Kami juga Abdullah.”Tanya khalifah lagi, “Tetapi siapakah nama kamu yang sebenarnya?” Kemudian Uwais menjawab, “Nama saya Uwais al-Qarni.” Kemudian Khalifah Umar dan Ali memohon agar Uwais berkenan untuk mendoakan mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah, “Sayalah sepatutnya meminta doa daripada kalian.” Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang ke sini untuk memohon doa dan istighfar Anda.” Karena desakan kedua sahabat Nabi ini, Uwais akhirnya mengangkat kedua tangannya serta berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu khalifah Umar berjanji akan menyumbangkan uang negara dari baitul mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Namun Uwais menolak dengan halus dan berkata, “Hamba mohon agar hari ini saja hamba dikenali orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.” Sejak saat itu, nama Uwais tenggelam. Namun
30
terdapat banyak riwayat yang menceritakan perihal Uwais al-Qarni. Hingga saat meninggalnya, terjadi perkara yang mengherankan. Tampak ramai orang yang tidak dikenali datang merawat jenazahnya. Penduduk Yaman tercengang, “Siapakah engkau wahai Uwais? Uwais yang kami kenali hanyalah seorang yang fakir, penggembala kambing dan unta, tetapi pada hari wafatmu, kamu telah menggemparkan penduduk Yaman dengan dipenuhi kehadiran orang-orang yang kami tidak kenali.” Subhanallah, sebuah kisah yang luar biasa, yang patut kita ambil hikmahnya. Ketaatan pada ibu bisa mengantarkan kita dikenal Allah. Orang mungkin mengenal kita dari prestasi kita di bumi, tetapi Allah dan penduduk langit mengenal kita dari amal ibadah dan ketulusan kita. Semoga kita bisa beramal yang membuat penghuni langit kenal dan menerima sebagai penghuni surga, seperti Uwais al-Qarni. Wallahu a’lam.
auladi
“Bu, Aku Suka Sama...” (Ketika Cinta Bersemi di Usia Dini) Oleh | Ulinnuha Guru SDIT Ghilmani Surabaya
S
uatu pagi, Umi Tiya dikejutkan dengan pertanyaan putrinya yang masih berumur 4 tahun tentang pacaran. Setelah ditelusuri mengapa pertanyaan itu bisa muncul, ternyata Tiya dan teman bermainnya lagi senang bermain peran menjadi ayah dan ibu serta anak. Ketika Tiya menjadi ibu, Dito temannya tidak mau menjadi bapak, karena diolok-olok teman-teman yang lainnya kalau Dito pacaran dengan Tiya. Umi Tiya pun menjelaskan pada Tiya bahwa pacaran itu untuk orang yang sudah menikah, seperti abi dan umi. Lain halnya dengan Mama Dimas. Semenjak Dimas dibelikan HP, ia asik mengutak-atik HP-nya, sehingga lupa belajar. Yang agak menjengkelkan, bila dipanggil ia tidak segera menjawa. Pada suatu malam ketika Dimas sudah tidur, mamanya mencoba melihat apa saja yang dilakukan anaknya dengan HP tersebut. Dengan raut muka yang serius, ia membaca SMS yang tersimpan. Ternyata Dimas mulai SMS-an dengan anak perempuan. Besok paginya, mama Dimas dengan hati-hati mulai menggali informasi pada Dimas, berharap anaknya mau terbuka dengannya sambil memberikan pengertian tentang bagaimana interaksi antara laki-laki dan perempuan di atur dalam Islam. Anak Masih Dini ‘Jatuh Cinta’? Hal itu wajar saja bila usia anaknya sekitar 11-12 tahun, karena mereka sudah atau menjelang masa baligh. Salah satu tanda masa baligh adalah mulai muncul ketertarikan terhadap lawan jenis. Tapi bila masih TK, atau kelas satu-dua SD si anak sudah mulai naksir lawan jenis, hal ini dikarenakan pengaruh teman pergaulan dan sinema elektronik. Mereka sebenarnya tidak mengerti apa artinya ‘cinta’. Mereka hanya ikut-ikutan atau terpengaruh oleh teman, tayangan sinetron, ataupun film kartun yang ada di televisi. Anak-anak yang bergaul dengan anak-anak yang usianya lebih akan belajar dari mereka, baik dalam berkata-kata maupun berperilaku. Kata-kata
yang berhubungan dengan cinta-cintaan atau pacaran sering mereka dengar, sehingga jadi mengerti suka-sukaan. Demikian juga dengan tayangan televisi mulai pagi sampai malam, labelnya saja untuk anak-anak, remaja, atau semua umur. Tapi visualisasinya tentang perasaan terhadap lawan jenis, pelukan, persaingan cinta, semua menjadi tema yang diobral murah. Bahkan film kartun anak pun banyak yang isinya tentang cinta-cintaan. Tentu saja konsep yang masuk pada anak tentang percintaan semakin cepat, karena terpaan media elektronik tersebut, termasuk juga internet. Apakah Orang Tua Tahu? Ketika beberapa anak ditanya apakah orang tua mereka mengetahui kalau dirinya sedang jatuh cinta, sebagian besar dari mereka tidak mau berterus terang atau curhat dengan orang tuanya. Mereka takut dimarahi atau bahkan semakin diawasi dan dibatasi pergaulannya oleh orang tuanya. Namun ada juga anak-anak yang curhat dengan orang tuanya, tentang kejadian atau perasaan yang dialaminya, baik di sekolah maupun di lingkungan pergaulannya. Bagaimana Menyikapinya? Sebagai orang tua, ketika mengetahui buah hatinya sudah mulai terkena wabah ‘asmara’, maka perlu meningkatkan kontrol dan perhatian ekstra terhadap mereka, dengan beberapa hal sebagai berikut: · Mengajaknya dialog sambil memberi pengertian Ketika anak-anak ditanya apa arti cinta, apa maksudnya menikah, dan apa itu pacaran, beberapa anak hanya menggeleng dan tersenyum. Kita beri pengertian pada mereka, bahwa perasaan senang terhadap teman lawan jenisnya itu wajar karena Allah Subhaanahu wata’alaa menciptakan manusia dengan memberikan naluri untuk menyukai lawan jenis. Tujuannya untuk melestarikan keberadaan manusia. Namun Allah memberikan tuntunan bagaimana mewujudkan perasaan cinta tersebut, yaitu melalui pernikahan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesucian dan
31
kemuliaan manusia itu sendiri. Karena manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna dan mulia. Kalau manusia mewujudkan cinta tersebut sembarangan tanpa melalui pernikahan, maka tak ubahnya seperti binatang yang tidak mempunyai akal. Anak-anak kita arahkan untuk semakin meningkatkan kecintaannya kepada Allah. Perasaan cinta terhadap manusia hanyalah sedikit bagian dari rasa kasih sayang. Sedangkan perasaan cinta yang paling agung, hanya patut ditujukan pada Allah semata. Hal itu akan mengantarkan kita dicintai oleh Allah. Kalau Allah mencintai hambaNya, maka apapun yang diminta hamba-Nya akan dikabulkan. Dan anugerah terbesar bagi hamba yang mencintai Allah tidak lain adalah surga. Di samping itu, anak-anak kita ingatkan dengan tugas utamanya, yaitu belajar. Jangan sampai perasaan senangnya pada teman lakilakinya mengganggu konsentrasi belajarnya, terutama pada anak-anak kelas enam yang akan menghadapi ujian akhir/ ujian nasional. · Memilihkan teman yang mu’min dan sholih Orang tua perlu memerhatikan dengan siapa anaknya berteman, karena teman akan sangat berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadiannya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berpesan dalam hadits yang diriwayatkan Bukhori Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari, yang artinya “Perumpamaan antara seorang teman yang shaleh dengan teman yang buruk itu bagaikan pembawa minyak kasturi dengan peniup dapur api. Sebab, pembawa minyak kasturi itu boleh jadi akan memberimu, atau engkau membeli darinya atau engkau akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan peniup dapur api, boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau akan mendapatkan bau busuk darinya.” Disebutkan juga dalam hadits riwayat AtTirmidzi dan Abu Dawud, yang artinya: “Seseorang itu akan berada pada sifat temannya. Karenanya hendaklah salah seorang di antara kamu memperhatikan siapa yang akan ditemaninya itu.” ·
32
Mengajarkan adab-adab Islam Adab-adab Islam itu di antaranya: a. Adab memandang, yaitu memandang sebatas kebutuhan, dan menjaga pandangan. Karena setan melemparkan anak panahnya lewat
pandangan. b. Adab berpakaian, yaitu menutup aurat. c. Adab berinteraksi dengan lawan jenis, yaitu: larangan bercampur baur dan larangan berdua-duaan dengan teman lawan jenisnya. d. Adab meminta izin pada tiga waktu yang dilarang. Disyari’atkan meminta izin pada tiga waktu, yaitu sebelum fajar, di tengah hari (ba’da dzuhur) dan setelah shalat Isya’. Karena pada waktu tersebut laki-laki atau perempuan dalam keadaan yang “tidak ingin dilihat” oleh anak-anak mereka. (QS. An-Nur: 58-59). · Membatasi atau mendampingi anak ketika melihat tayangan televisi · Meminimalkan hal-hal yang dapat menimbulkan perasaan cinta pada lawan jenis. Misalnya, tidak menampakkan ‘kemesraan’ di hadapan anak. Menyeleksi kaset VCD atau buku bacaan yang dikonsumsi anak, dll. · Meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara orang tua dengan guru di sekolah Biasanya anak-anak ada yang terbuka dengan orang tua, adapula yang lebih dekat dengan gurunya. Untuk itu perlu saling kerjasama antara orang tua dan guru dalam menghadapi permasalahan anak. Demikian beberapa hal yang dapat kita lakukan. Semoga kita sebagai orang tua atau pendidik dapat bersikap bijaksana ketika menghadapi anak-anak kita yang masih ‘bau kencur’ yang sudah mulai terkena panah asmara. Wallahu a’lam. Bersedekah itu mudah... dengan membeli kaos eksklusif ini. Anda sudah berinfaq untuk da’i melalui program ABDI
Hubungi : Surabaya 031-70518810 Malang 0341-9110070
kabar pesantren
PP Darussalam Surabaya
Berkembang di Tengah Kota Metropolitan
S
urabaya adalah kota metropolitan kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota yang juga disebut sebagai pusat perdagangan untuk wilayah Timur Indonesia ini menyimpan banyak sejarah dan fenomena. Sejarah mencatat, sebutan kota pahlawan tak lepas dari perjuangan yang dilakukan oleh para ulama dan santri dengan komando pekik takbir Bung Tomo ketika berhadapan dengan tentara Sekutu. Ini salah satu bukti bahwa di kota besar ini sebenarnya banyak berdiri lembaga pendidikan Islam, utamanya pondok pesantren. Salah satu pondok pesantren yang eksis di kota pahlawan ini adalah Pondok Pesantren Darussalam. Proses Berdirinya PP Darussalam PP Darussalam dibangun dengan kerja keras dan penuh keikhlasan oleh K.H. Noer Ahmad yang diperintah langsung oleh Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki. K.H. Noer Ahmad adalah saudagar kaya yang dikenal sebagai sosok yang dermawan, muhibbin habaib, dan ahlul ‘ilmi, yang dengan sikapnya inilah beliau memiliki hubungan dekat dengan para habaib dan kyai-kyai yang ada di Jawa Timur. Hingga akhirnya beliau mendapat perintah dari Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki untuk mendirikan pesantren yang saat itu masih berupa
langgar kecil (surau). Secara resmi pondok ini didirikan pada tanggal 15 Syawwal 1402 H yang bertepatan pada tanggal 5 Agustus 1982 M dengan didanai langsung oleh K.H Noer Ahmad yang dibantu oleh Sayyid Muhammad bin Alawy AlMaliki. Sedang untuk menjalankan pesantren diamanahkan kepada putra beliau, yaitu K.H. Muhyiddin Noer. K.H. Muhyiddin Noer saat itu adalah sosok pemuda yang memiliki semangat yang sangat tinggi dalam menuntut ilmu agama. Hal itu dapat dilihat dari sepak terjang beliau sebelum memimpin PP Darussalam. Beliau pernah menjadi salah satu santri di PP Salafiyah Syafi’iyah Asembagus Sukorejo yang saat itu dipimpin oleh K.H.R. As’ad Syamsul Arifin. Lepas dari pesantren ini, beliau kemudian melanjutkan pendidikannya kepada Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki di Mekkah Al-Mukarromah. Setelah menuntut ilmu di Mekkah kurang lebih 7 tahun 4 bulan, K.H. Muhyiddin Noer pulang ke Indonesia untuk memimpin PP Darussalam atas perintah Sayyid Muhammad. Lokasi Pesantren Pesantren ini terletak di Jalan Tambak Madu Gang 2/59 Surabaya, tak jauh dari Gelora 10 Nopember, Tambaksari, Surabaya. PP Darussalam sendiri dikelilingi oleh beberapa gereja, antara lain di sebelah timur berbatasan langsung dengan gereja Betel, di utara ada gereja Protestan, dan di sebelah selatan terdapat gereja Pantekosta, di
33
samping gereja Kristus Raja. Secara geografis, PP Darussalam terletak di kawasan yang sebagian besar masyarakatnya beragama Nasrani, kawasan pemukiman padat, dan pusat perdagangan serta hiburan dengan adanya pasar dan Gelora 10 November. Selain itu, daerah ini konon juga dikenal sebagi tempat berkumpulnya para bromocorah (pelaku kejahatan). Untuk saat ini, daerah tersebut termasuk pintu gerbang menuju Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dengan pulau Madura. Tantangan dan Perkembangan Pesantren Dalam catatan sejarah kepemimpinan K.H. Muhyiddin Noer, beliau banyak sekali menemui berbagai macam halangan dan hambatan, di antaranya: sihir yang beberapa kali beliau dapatkan. Pernah satu ketika beliau sakit parah dikarenakan sihir dari salah seorang yang tidak menyukai beliau. Akan tetapi dengan kelembutan hati dan sifat pemaaf yang dimiliki, beliau tidak mau membalas perbuatan tersebut walaupun mengetahui sang pelaku. Selain kelembutan hati dan sifat pemaaf yang dimiliki, beliau juga dikenal sebagai sosok yang pemberani dalam membasmi kemungkaran, seperti perjudian, mabuk-mabukan minuman keras, dan lain sebagainya. Bahkan pernah satu ketika beliau membawa sebilah pedang kepada kumpulan orang-orang yang sedang bermain judi dan memerintahkan mereka untuk berhenti seraya berkata, “Siapa yang tidak terima dengan perbuatan saya ini, silahkan maju. Kalau tidak berani, kalian kumpulkan semua teman kalian dan tentukan tempatnya di mana. InsyaAllah, saya akan datang.” Tetapi tidak ada satu orangpun yang berani menjawab tantangan beliau. Seiring dengan berlalunya waktu, pesantren
34
ini terus berkembang sehingga menjelma menjadi satu media dan solusi pendidikan bagi umat Islam. Namun pada saat pesantren ini mengalami kemajuan yang pesat, K.H. Muhyiddin Noer berpulang ke rahmatullah. Kepemimpinan pesantren kemudian digantikan oleh menantu kesayangan beliau, yaitu K.H. Muhammad Zubair, yang juga merupakan alumnus PP Darussalam sekaligus majlis ilmi Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki. Kalau K.H. Muhyiddin Noer dikenal sebagai sosok yang memiliki semangat da’wah yang menggebu-gebu, berbeda halnya dengan sosok penerusnya, K.H. Muhammad Zubair. Beliau lebih cenderung bersifat toleransi kepada sesama. Dari sejak berdirinya sampai sekarang, PP Darussalam telah banyak melahirkan kader-kader dakwah yang mampu berperan di masyarakat dengan berbagai kemampuan mereka masing-masing. Selain dikenal dengan pendidikan agamanya yang mumpuni, PP Darussalam juga memiliki pendidikan formal mulai dari jenjang Ibtidaiyah (SD) sampai Madrasah Aliyah (SMA), yang tidak kalah bersaing dengan pendidikan formal lainnya. Kini santri Ponpes Darussalam jumlahnya semakin meningkat. Selain pondok putra, juga ada pondok putri. Dalam pembelajaran, baik formal maupun informal dalam pesantren, santri putra dan putri dipisah. Jika formal untuk santri putri dilaksanakan pagi hari, sedangkan santri putra siang hari. Begitu juga sebaliknya untuk pembelajaran materi pesantren. Secara garis besar, santri-santri yang belajar di PP Darussalam berasal dari golongan masyarakat kurang mampu yang datang dari berbagai kota di pulau Jawa. Adapun metode belajar yang digunakan di PP Darussalam tetap mengacu pada metode ulamaulama salaf, yaitu dengan menghatamkan satu kitab, kemudian pindah ke kitab yang lainnya. Untuk mengefektifkan pembelajaran, mereka dibagi dalam kelompok-kelompok kecil berdasar kemampuan. Adapun keinginan pimpinan PP Darussalam adalah agar santri-santri yang belajar selain kuat di pemahaman, juga lebih utama lagi melaksanakan pengamalan ilmu dari apa yang mereka dapatkan selama belajar di pesantren ini. Semoga para santri yang ada PP Darussalam ini bisa menjadi kader dan generasi yang baik, bisa membahagiakan orang tua, dan menjadi pejuang syiar agama Islam. Amin. Wallahu a’lam. (Reportase: Muji Sampurno)
Pujangga Besar
serbaserbi
dari Pesantren
Oleh: Ahmad Syarifuddin Pembina Al-Ghazali Islamic Study Club Solo
U
“Sulit memang hidup di zaman gemblung (zaman edan) akan mengikuti tidak sampai hati namun kalau tidak mengikuti geraknya zaman tidak mendapatkan apapun akhirnya dapat menderita kelaparan namun sudah menjadi kehendak Allah betapa orang yang lupa itu bahagia tetap masih lebih bahagia lagi orang yang selalu ingat dan waspada.”
ethnic-unique.blogspot.com
ntaian kata populer ini terdapat dalam Serat Kalatidha. Serat Kalatidha merupakan karya pujangga Jawa yang termasyhur, yaitu Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873). Selain Serat Kalatidha, pujangga Jawa penutup ini juga menulis karya-karya yang terus dikenal hingga sekarang, seperti Suluk Jiwa, Wirid Hidayat Jati, Sabdajati, Sabdatama, Jaka Lodhang, Serat
Pamoring Kawula Gusti, Suluk Sukma Lelana, Paramayoga, dan Suluk Supanala. Konon dia telah menulis karya tidak kurang dari 60 buah. Ronggowarsito memiliki nama kecil Bagus Burhan (Gus Burhan). Ia adalah cucu Yosodipuro II, cucu buyut Yosodipuro I. Yosodipuro I, Yosodipuro II, dan Ronggowarsito adalah 3 pujangga terkenal istana Surakarta. Dari jalur ayah, silsilah Bagus Burhan adalah bin Sudirodimejo bin Yosodipuro II (Tumenggung Sastranegara) bin Tumenggung Padmanegara (Bupati Pekalongan) bin Pangeran Adipati Danupa bin Pangeran Serang bin Wiromenggolo III bin Pangeran Wiromenggolo II bin Panembahan Raden (Adipati Pajang) bin Pangeran Benowo bin Hadiwijaya (Sultan Pajang) bin Kebo Kenongo bin Andayaningrat (Raja Pengging) dan puteri Majapahit binti Brawijaya. Adapun dari silsilah ibu, dia adalah putra Nyai Ageng Pajangswara dari Klaten hingga sampai pada Pangeran Tumenggung Sujanapura (pujangga Pajang). Selain dibesarkan dan dididik dalam lingkungan kepujanggaan dan kesusastraaan Jawa, seperti halnya kebanyakan priyayi Jawa, Ronggowarsito juga dikirim secara khusus ke Pondok Pesantren Gebang Tinantar, Tegalsari, Ponorogo, selama 4 tahun. Pada waktu itu, Pesantren Tegalsari diasuh oleh seorang ulama kenamaan, yaitu Kyai Hasan Besari. Dari sentuhan pesantren tua ini telah lahir tokoh-tokoh agama dan para negarawan, seperti Paku Buwono II, HOS Cokroaminoto (perintis nasionalisme Indonesia dan mentor dari Ir. Soekarno), pendiri Pesantren Tremas (KH. Abdul
35
Mannan), pendiri Pesantren Sidoresmo Surabaya (KH. Mujahid), dan pendiri Pesantren Gontor Ponorogo. Dr. Simuh, penulis disertasi berjudul Mistik Kejawen Raden Ngabehi Ronggowarsito, menyatakan bahwa semenjak masa Kerajaan Demak, Pondok Pesantren merupakan satusatunya sistem pendidikan yang cukup teratur di Jawa. Selain Ronggowarsito, Yosodipuro I juga belajar di sebuah pesantren di Kedu-Bagelen pada usia 8 tahun. Begitu pula Mangkunegoro IV dan Pangeran Diponegoro. Sementara R. Ng. Sosrodipuro (Haji Ahmad Ilhar), salah satu pujangga penulis Serat Centhini, melaksanakan haji dan belajar di Makkah. Konon di pesantren Tegalsari Bagus Burhan nampak kurang tekun mengaji dan mempelajari bahasa Arab. Hal ini memang nampak dalam cara pengungkapan unsur-unsur keislaman dalam karya-karyanya. Akan tetapi, suasana kehidupan keagamaan di Pesantren Tegalsari nampak berpengaruh besar dalam kepribadian dan alam pikirannya. Apa yang dalam tradisi Jawa disebut ‘wahyu kapujanggan’ sudah didapatkan dan dialami olehnya sewaktu di pesantren Tegalsari ini. Semula ia dikenal malas dan suka menuruti kemauan sendiri. Ia pernah keluar meninggalkan Pesantren, menuju rumah Ngasan Ngali di Madiun. Kyai Hasan Besari memanggilnya kembali untuk pulang. Sang Kyai tidak berhenti berdoa dan menasihati. Selang beberapa waktu kemudian ia sadar dan insaf dari cara hidup kemudaan yang penuh kenakalan. Di bawah bimbingan sang guru, ia belajar dengan rajin dan penuh kepatuhan. Ia mengubah diri. Ia mulai membekali diri dengan keutamaan spiritualitas. Ia sering berpuasa, berkhalwat, dan bertirakat dengan berbagai cara. Oleh sang guru, dia disuruh mengajar ngaji sekaligus disarankan untuk menjalankan riyadah. Pada puncaknya, bahkan dia pernah diangkat sebagai badal, yakni seorang kepercayaan Kyai. Di masa menemukan kesadaran diri ini, Bagus Burhan pernah melakukan tapa brata dengan berendam diri di Kedung Watu selama 40 malam. Setiap hari hanya makan sebuah pisang klutuk. Dan pada malam terakhir ia berbuka-pesta dengan menyantap ikan wader. Selepas dari Pondok Pesantren Tegalsari, ia tidak berhenti belajar. Ia diserahkan pada Panembahan Buminata untuk mempelajari ilmu kanuragan. Ia lalu melanjutkan belajar pada Kyai Tunggulwulung (Kediri), Pangeran Wijil di
36
Kadilangu (Demak), Ki Ajar Wirakanta di Ragajampi (Banyuwangi), dan Ki Ajar Sidalaku di Tabanan (Bali). Setelah itu dia mengabdi pada kesultanan Surakarta. Jabatan pertama yang disandangnya adalah Carik Kliwon dengan gelar Rangga Pujangga Anom. Ketika meletus perang Diponegoro, Bagus Burhan menerima tugas untuk mempertahankan daerah Nusupan. Pada usia 30 tahun, ia diangkat menjadi Panewu Carik Kadipaten Anom dengan nama Raden Ngabehi Ronggowarsito. Sampai akhirnya ia dinobatkan oleh Paku Buwono VII sebagai pujangga istana Surakarta (1845). Sebagai pujangga istana, tugas utama Ronggowarsito adalah menyusun dan mengembangkan kebudayaan dan kepustakaan Jawa. Kakek-kakeknya, Yosodipuro I dan Yosodipuro II, amat berjasa dalam menggubah kitab-kitab berbahasa Jawa Kuno ke dalam bahasa Jawa baru, dan menyesuaikan dengan zaman Islam. Sedangkan Ronggowarsito amat berjasa dalam menyusun karya-karya baru. Dalam berbagai karyanya, Ronggowarsito nampak melanjutkan upaya para sastrawan sebelumnya, yakni berusaha mempertemukan tradisi dan ilmu Jawa dengan unsur-unsur ajaran Islam. Dengan demikian ia telah berjasa dalam memperkenalkan nilai-nilai ajaran keruhanian dan etika Islam kepada masyarakat Jawa. Ia pernah ditawari menjadi guru bahasa Jawa di Belanda dengan gaji f 1.000 dan hak percen f 500 sebulan. Namun berkat kepribadiannya, ia menolak dan lebih memilih pengabdian pada kesultanan Surakarta dan masyarakat. Mungkin berkat dari kehidupannya di pesantren dan pengabdiannya, nama dan kata-katanya dikenang banyak orang hingga kini. R. Ng. Ronggowarsito wafat pada Rabu Pon, 24 Desember 1873 dan dimakamkan di Klaten. Ia dikatakan hidup di penghujung abad lama, karena masa sesudahnya merupakan zaman baru di mana kebudayaan Jawa mengalami kontak langsung dengan kebudayaan Barat yang ditandai dengan terbangunnya sekolah-sekolah model Barat oleh pemerintah kolonialisme Belanda. Sementara itu di masa kemerdekaan RI, model ini nampak dipilih dan dilanjutkan oleh pemerintah. Akhirnya, secara perlahan-lahan terjadilah pergeseran posisi sistem pendidikan pesantren, hingga sekarang ini. Namun, bersama dengan bergulirnya tema pendidikan karakter, mudah-mudahan kita semua lebih memperhatikan lagi Pondok Pesantren. Wallahu A’lam.
kajian niswiyah
Mereka yang Tegar Oleh: Ummu Najwa
B
erkata Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah: “Setelah menikah dengan Fathimah, aku tidak mempunyai tikar melainkan hanya kulit kambing, yang mana aku selalu kupakai tidur di malam hari dan kubasahi dengan air di siang hari. Dan juga kami tidak mempunyai pembantu kecuali dirinya, selain sebagai istriku ia juga selalu melayaniku. Sesaat setelah Rasulullah menikahkan Fathimah dengan diriku, beliau mengirimi kami berdua selimut beludru, bantal adam (berisi sabut kurma, bukan kapuk), dua gilingan gandum, dan dua tempayan air. Semua pekerjaan itu dilakukan sendiri oleh Fathimah hingga tampak di telapak tangannya bekas-bekas gilingan. Ia juga mengambil air sendiri dengan tempayan pemberian Rasulullah sampai di pundaknya ada bekas tali yang dibuat mengikat tempayan. Ia juga menyapu sendiri halaman rumahnya, sehingga baju yang dipakainya kotor oleh debu-debu yang beterbangan. Ia juga memasak sendiri dengan kayu bakar hingga bajunya terlihat kotor terkena semburan debu dan arang.” (HR. Ahmad)
titituits.blogspot.com
Diriwayatkan dari Atho’ bin Musayyib dari ayahnya dari Ali bin Abu Thalib ia berkata: “Pada suatu hari di saat Fathimah hamil dan ketika ia sedang membuat adonan roti, tiba-tiba perutnya tersenggol oleh peralatan. Kemudian Fathimah mengadu kepada Rasulullah untuk memohon pembantu. Akan tetapi Rasulullah malah bersabda, ‘Aku tidak akan mengabulkan permintaanmu, karena aku lihat ahlu shufa perutnya berlipat karena kelaparan. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari itu? Jika kamu mau berbaring di ranjangmu, kamu membaca tasbih tiga puluh tiga kali, hamdalah tiga puluh tiga kali, dan takbir tiga puluh tiga kali.’” (HR. Ahmad) Masya Allah! Seorang putri manusia agung, yang andainya mau, maka segala hal bisa saja terpenuhi dengan sempurna. Namun justru ia memilih hidup dalam kesederhanaan. Tarbiyah sabar dan syukur dalam derita berumah tangga sungguh-sungguh telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagai umatnya, sudah seharusnya kita mengambil pelajaran dari tarbiyah tersebut. Apakah mudah untuk meneladani peristiwa tersebut dalam kehidupan rumah tangga kita? Tentulah tidak semudah kita membaca kisahnya. Membangun sebuah bahtera rumah tangga ibarat membuat bangunan. Tidak bisa sak-deg-sak-nyet jadi. Harus bertahap, satu demi satu. Mulai dari pondasi lalu bata demi bata disusun menjadi tembok yang kokoh, dan atap pelindung dari hujan serta terik matahari pun harus kuat. Semuanya butuh proses, perjuangan, serta kesabaran. Perbedaan latar belakang keluarga, perbedaan karakter pasangan, keterbatasan finansial, menumpuknya pekerjaan rumah tangga, dan repotnya mengurus anak, bisa menjadi potensi pertengkaran jika tidak disikapi dengan dewasa. Ketidakdewasaan yang kadang berujung pada perceraian. Sebagai perempuan, kira-kira apa yang akan
37
kita lakukan jika ada di posisi sebagaimana Sayyidah Fathimah? Terus berjuang dan bertahan dengan penuh rasa sabar dan syukur? Atau justru menebar keluh-kesah pada orangtua dan saudara? Atau mengajukan tuntutan pada suami? Sesungguhnya nilai kita terletak pada pilihan sikap kita. Mari berkaca pada kisah di bawah ini: Awalnya, saya tidak begitu mengenal perempuan ini. Saya hanya tahu kalau dia adalah salah satu anggota jama’ah kami. Saya selalu bertemu dia setiap kali hadir di majelis ta’lim atau majelis taushiyah. Dia selalu menyapa dengan senyum ramahnya. Wajahnya yang hitam manis terasa makin manis dengan keramahannya. Dan itu membekas dalam memoriku. Bahkan sempat membuatku iri (saya selalu iri dengan perempuan lemah lembut dan ramah). Kadang kami terlibat dalam perbincangan ringan sebelum atau sesudah waktu ta’lim. Sekedar menanyakan kabar, tadi naik apa berangkat ta’lim, dan sekarang putranya sudah berapa. Walau dalam hati saya penuh tanya, siapa gerangan nama perempuan ini? Yang pasti dia tahu nama saya, dan ini benar-benar membuat saya malu. Saya bersikap seolah-olah saya sudah sangat mengenal dia sambil terus menerka-nerka, siapa gerangan namanya. Sampai akhirnya saya tahu dia adalah Fulanah dari bagaimana teman yang lain memanggilnya. Subhanallah. Dan fakta bahwa dia selalu istiqamah datang ta’lim bersama suaminya yang buta membawa serta anaknya naik sepeda motor atau bis membuatku terhenyak. Senyum dan sapa ramahnya tidak pernah sama sekali melukiskan gurat derita atau sedih! Terlempar hingga di dasar rasa malu, saya mencoba bertanya pada diri sendiri, bisakah saya setegar dia andai dalam posisinya? Mampukah saya selalu tersenyum ramah jika menanggung beban hidup seberat dia? Ah, senyum ramah saudariku ini akhirnya kubawa dalam do’a, semoga Allah selalu menjaganya beserta suami dan anak keturunannya. Semoga kesabaran dan ketegarannya menjadi washilah rahmat Allah berupa surga kelak. Memang kita hidup itu kata orang Jawa sawang-sinawang. Bukan untuk membandingkan sehingga memicu rasa tidak bersyukur, tapi justru untuk mengambil hikmah bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Mereka yang pernikahannya penuh dengan perjuangan dan kekurangan tidak selalu menderita. Dan pasangan yang kita anggap sempurna justru kadang berkutat pada konflik tak berkesudahan yang tak jarang berujung pada
38
perceraian. Pilihan ada di tangan kita dan pasangan kita, mau terus berjuang untuk menggapai ridha Allah, from zero to hero, seperih apapun derita hidup. Atau justru kita menyerah pada urusan yang sifatnya duniawi. Kita coba berkaca kembali pada seorang perempuan yang dijodohkan dengan seorang duda yang tidak dicintainya. Ia berusaha legowo, walaupun dalam perjalanan ternyata suaminya lebih sering memberikan derita. Menjadi tulang punggung keluarga demi ketujuh anaknya dilakoni dengan berjualan jajanan pasar karena suaminya tidak punya pekerjaan tetap. Andaikan mau, bisa saja dia minta cerai, toh tidak sekali suaminya menduakannya dengan perempuan lain. Namun dia tetap bertahan demi anak-anaknya. Perjuangannya tidak sia-sia, anak-anaknya menjadi orang berhasil. Sampai tua dia tetap setia pada suaminya. Semoga Allah menjaganya dan memberikan husnul khatimah kelak... Sekian peristiwa di sekitar kita bisa menjadi kaca pembelajaran. Lalu apakah yang membuat kita enggan bersabar dan bersyukur menjalani hidup ini? Alasan apa yang menjadikan kita rapuh, tidak mampu berdiri tegar menjalani biduk rumah tangga? Sungguh rugi jika hanya pesona duniawi yang tidak abadi membelokkan kita dari kekekalan nikmat surgawi. Semoga Allah menjaga kita dan pasangan kita beserta anak turun kita agar istiqamah di jalan yang diridhai-Nya. Wallahu yatawallal jami’ biri’ayatih.
REGULASI ZAKAT DI INDONESIA: Konsekuensi dan Improvisasi (bagian 2)
technopreneur
umum. Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa akumulasi dana oleh organisasi pengelola zakat baik BAZNAS maupun LAZ sebagian besar adalah dana infak dan sedekah. Regulasi zakat ini mendorong Terkait dengan zakat telah terbit dua regulasi, improvisasi dalam zakat perusahaan, dalam arti yakni UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat atas entitas bisnis bukan zakat atas sumber Zakat dan PSAK No. 109 tentang Akuntansi akat daya manusia perusahaan mulai komisaris, direksi, dan Infak/Sedekah. Dua regulasi ini diharapkan manajer, sampai dengan pekerja. dapat meningkatkan responsibilitas dan Selanjutnya obyek zakat sebagaimana akuntabilitas organisasi pengelola zakat, infak, disebutkan dalam Pasal 4 meliputi zakat mal dan dan sedekah. Regulasi ini sempat menimbulkan zakat fitrah. Zakat mal meliputi: emas, perak, logam kontra, meski kemudian terjadi kompromimulai lainnya, uang, surat berharga, perniagaan, kompromi. Berikut lanjutannya. ~redaksi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, perindustrian, pendapatan, jasa, dan rikaz. Dibandingkan dengan UU yang sebelumnya, secara umum tidak ada perbedaan. Hanya ada penambahan obyek zakat IMPROVISASI antara lain: logam mulia selain emas dan perak, surat i samping mendorong regulasi derivasi, UU berharga, serta kehutanan. Tambahan surat berharga pengelolaan zakat yang baru juga mengingat saat ini sudah ada surat berharga memberikan peluang dan potensi improvisasi syariah, baik yang diterbitkan oleh perusahaan dalam akumulasi dan pendayagunaan zakat. Di maupun Negara. Adapun pendapatan dan jasa antaranya adalah dalam ketentuan umum Pasal 1 merupakan representasi dan perluasan poin 5 UU 23/2011 menyebutkan bahwa muzaki penghasilan dari suatu profesi. Dengan adalah seorang muslim atau badan usaha yang perluasan obyek zakat ini tentunya potensi berkewajiban menunaikan zakat. Konteks zakat zakat juga akan meningkat pesat mengingat dalam badan usaha adalah pendapatan dan pendapatan dari hasil hutan dan transaksi harta (asset) badan usaha, bukan surat berharga juga sangat tinggi. pendapatan dan harta pemiliknya. Oleh Hal lain yang menjadi harapan dari karena itu, prinsip zakat pada badan pegiat zakat dalam hal ini Lembaga Prof. Dr. Nizarul Alim, usaha ini mengacu pada obyek Amil Zakat adalah adanya sanksi bagi S.E., M.Si., Ak. zakatnya yang identik dengan zakat Dekan Fakultas Ekonomi muzaki yang tidak membayar zakat perniagaan. Badan usaha dalam Universitas Trunojoyo sebagaimana sanksi bagi wajib pajak perekonomian modern bersifat tertutup yang tidak membayar pajak. Ketentuan (dimiliki individu/keluarga) dan terbuka (milik publik). ini merupakan bentuk penegakan hukum (law Jika masih dimiliki oleh individu/keluarga masih enforcement) agar realisasi peningkatan penerimaan dapat diketahui status agama. Akan tetapi untuk meningkat. Terkait dengan harapan ini, UU 23/2011, badan usaha (perusahaan) terbuka yang dimiliki Pasall 21 ayat (1) menyatakan bahwa dalam rangka publik, maka tidak bisa diidentitaskan agamanya. pengumpulan zakat, muzaki melakukan Dan perusahaan publik bukan hanya dominan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya dan jumlahnya, tetapi nilai pendapatan, share, dan ayat (2) dalam hal tidak dapat menghitung sendiri asetnya sangat besar yang potensi zakatnya menjadi kewajiban zakatnya, muzaki dapat meminta bantuan besar, sehingga tidak adil (fair) jika hartanya tidak BAZNAS. Dengan ketentuan ini, pembayaran zakat dikenakan zakat. masih bersifat sukarela bagi muzaki, bukan sebuah Jika konservatif, maka UU 38/1999 lebih sesuai kewajiban. Meskipun muzaki yang tidak membayar karena mengkhususkan zakat perusahaan yang zakat ke BAZNAS atau LAZ belum tentu tidak dimiliki oleh muslim. Untuk mensinergikan masalah berzakat, karena keduanya hanyalah amil, yaitu di atas, maka sebaiknya zakat perusahaan/badan salah satu pihak (ashnaf) yang berhak menerima usaha dibatasi hanya untuk yang dimiliki oleh zakat. muslim, sedangkan perusahaan/badan usaha Terkait dengan distribusi, Pasal 26 menyatakan diberlakukan infak, sedekah, atau dana sosial bahwa pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan keagamaan lainnya, karena ketiganya bersifat lebih skala prioritas dengan memperhatikan prinsip
D
39
pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Prinsip ini mengharuskan BAZNAS dan LAZ memperhatikan skala prioritas ashnaf karena realitanya memang tidak harus semua ashnaf dilayani. Hal tersebut bergantung pada wilayah dan kondisi. Pertimbangan wilayah juga penting mengingat jangan sampai distribusi zakat “meninggalkan” mustahik di wilayah di mana BAZNAS atau LAZ berada atau mustahik di wilayah sekitar muzaki. Di samping itu, untuk tujuan pemberdayaan mustahik (masyarakat), maka zakat harus didayagunakan sehingga diharapkan mustahik menjadi bukan mustahik dan bahkan muzaki. Pasal 27 UU 23/2011 ayat (1) menyatakan bahwa zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Selanjutnya ayat (2) menegaskan bahwa pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi. Ketentuan di atas lebih bijak mengingat mustahik harus dipenuhi kebutuhan dasarnya lebih dulu dan tidak dipaksa untuk produktif dalam arti harus berwirausaha/mempunyai usaha produktif. Istilah produktif sebenarnya tidak hanya bermakna usaha, tetapi juga bermakna tidak konsumtif, misalnya untuk dana pendidikan. Yang perlu
40
mendapat perhatian terkait dengan pendayagunaan untuk usaha produktif adalah status dana zakat sebagai hibah atau pinjaman. Hal ini menjadi penting karena menimbulkan konsekuensi yang berbeda dan menimbulkan perdebatan sehingga perlu improvisasi dalam implementasinya. Selain zakat, UU 23/2011 sebagaimana UU 38/ 1999, juga memberikan kewenangan pada BAZNAS atau LAZ untuk dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya. Yang menarik pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi. Hal ini memberikan kesempatan bagi donatur untuk menitipkan dan menunjukkan kepada siapa dana itu didistribusikan, misalnya untuk para kerabatnya yang mustahik, lingkungan rumahnya guna menghindari riya’ atau pamer. Pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dialporkan terpisah dengan laporan zakat sesuai dengan standar akuntansi. Improvisasi lain UU 23/2011 dibandingkan dengan UU 38/1999 adalah adanya ketentuan sanksi administratif dan larangan. Pasal 36 mengatur tentang sanksi-sanksi administratif berupa
peringatan tertulis, penghentian sementara dari kegiatan dan/atau pencabutan izin jika terjadi pelanggaran. Pelanggaran tersebut terkait dengan jika LAZ tidak melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala (Pasal 19) serta menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala (Pasal 29). Sanksi juga akan diberikan apabila BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzaki (Pasal 23 ayat 1) serta pendistribusian dan pendayagunaan, pembukuan tersendiri infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan yang tidak sesuai dengan syariat Islam maupun ketentuan dan peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi (Pasal 28 ayat 2 dan 3). Ketentuan sanksi di atas hanya berlaku pada amil (pengelola zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya) baik bagi BAZNAS maupun LAZ. Akan tetapi secara kelembagaan, sanksi di atas lebih dikhususkan kepada LAZ. Apabila LAZ melakukan pelanggaran, pembuktian pelanggaran, sanksi dan pemberi sanksi jelas, yaitu BAZNAS. Hal ini yang juga berpotensi resistensi bagi LAZ terhadap ketentuan tersebut, meskipun sudah seharusnya sebagai lembaga yang mengemban amanah dana masyarakat dan syariat Islam diberlakukan ketentuan sanksi sebagai wujud akuntabilitas publik. Tetapi secara umum semangat pembaruan UU pengelolaan zakat di antaranya adanya sanksi bagi muzaki yang tidak membayarkan zakat baik adminis-
tratif maupun pidana sebagaimana yang diterapkan pada pajak. Keduanya adalah sebagai bentuk kewajiban yaitu zakat kewajiban sebagai muslim dan pajak sebagai kewajiban warga Negara. Hal ini perlu menjadi pertimbangan untuk diatur dalam peraturan pemerintah sebagai upaya akselerasi peningkatan akumulasi zakat. Meskipun untuk zakat ini juga tidak semata-mata bahwa jika muzaki tidak menyerahkan zakatnya kepada BAZNAS atau LAZ dianggap tidak menunaikan zakat karena pihak yang berhak menerima zakat tidak hanya amil tetapi juga fakir, miskin, fisabilillah, ibnu sabil, muallaf sebagaimana dirinci dalam QS. At-Taubah: 60. Sehingga muzaki punya hak dan pilihan untuk menyalurkan zakat maupun infak dan sedekah mereka. Efektivitas agar muzaki bersedia dan akan menunaikan zakat ke amil adalah jika kebijakan pengelolaan zakat disinergikan dengan kewajiban pajak secara komprehensif. PENUTUP Terbitnya UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat sebagai pengganti UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat merupakan regulasi baru dalam bidang pengelolaan zakat, infak, sedekah serta dana sosial lainnya. Berlakunya UU zakat yang baru memiliki konsekuensi regulasi derivasi baik dalam bentuk PP maupun Peraturan Menteri dalam pelaksanaan teknisnya. Selain itu, regulasi zakat yang baru juga memberikan peluang dan potensi improvisasi pengelolaan zakat di Indonesia. Wallahu a’lam.
Lebih seru dan berkah klo Weekend kita isi dengan hal-hal yang bermanfaat dan menambah wawasan keislaman kita. Ikuti taklim On Weekend bersama Abina KH. Ihya Ulumiddin Setiap Sabtu Ke IV Jadwal Sebagai Berikut : Materi Tafsir Tematik Ushulut Tarbiyah (dasar-dasar pendidikan ) Qul Hadhi Sabili (khusus perempuan) Kajian Fiqh Al Ghoyah Wa Taqrib Jalaul Afham syarh Aqidatul Awam
Jam 07.30 – 09.00 WIB 10.00 – selesai 16.00 –selesai 18.00- isyak 19.30 –selesai
Tempat RSI A.YANI SURABAYA Masjid Sayyid Abbas Jl. Keputran Kejambon I/72 Surabaya Musholla Al Muhajirot Jl. Keputran Kejambon II /62 Masjid Ampel Surabaya Pesantren Mahasiswa Baitul Hikmah Kertajaya V-D/20 Surabaya
Informasi : 031-71907919 – HP 087771111597
GRATIS UNTUK UMUM 41
42