Bayar Dimuka
Bahasan Utama
SIAKAD, Digitalisasi Sistem Akademik
2015
Laporan Utama
UKT, Solusi Baru Masalah Baru
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 1
Sajian
B
erangkat dari sebuah desa di pinggiran kota kecil Ponorogo, sosok Eko Mulyadi belakangan makin di kenal hingga ke level nasional karena karyanya yang menginspirasi. Bertahun tahun berjuang memperbaiki stigma masyarakat terhadap tanah kelahiranya yang oleh media sering disebut kampung idiot, Eko Mulyadi sukses membawa perubahan hingga desa nya kini dikenal sebagai kampung prestasi. Perjuangan dan jatuh bangun sosok eko, panggilan akrabnya dalam membawa perubahan akan menjadi fokus reportase sosok kali ini.
B
erkembangnya sistem informasi dan komunikasi memungkinkan segala sesuatu kebutuhan dan urusan manusia diatur dan diselesaikan secara mudah dan cepat. Begitu pula dalam lembaga pendidikan, sistem pengaturan dan pengelolaan data dan informasi dapat pula dilakukan dengan mudah dan praktis ketika menggunakan sistem informasi dan komunikasi. Seperti SIAKAD (Sistem informasi akademik) yang merupakan program baru di STAIN Ponorogo
Eko Mulyadi...
SIAKAD....
Baca Kisah Selanjutnya di rubrik Sosok, halaman 30...
Baca Bahasan Utama Di halaman 8..
Dan permasalahan yang timbul di Dalamnya
Secara sederhana ma’had bisa kita artikan sebagai pondok, asrama atau sebuah tempat untuk menuntut ilmu. Tema perbincangan mengenai ma’had cukup beragam di kalangan mahasiswa,salah satu point utamaya adalah “sepi”
Selain objek alam berupa telaga, wilayah Ngebel masih menyimpan potensi wisata yang tak kalah menarik namun masih belum banyak dikenal. Baca kisah liputan tim redaksi di Rubrik Alamku Halaman 51
Baca ulasannya di rubrik Kampusiana Halaman 49
“Jadilah pribadi yang mandiri dan bermanfaat buat sesama” ~nasehat orang tua Eko Mulyadi~ 2 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
SUSUNAN REDAKSI Majalah Mahasiswa STAIN Ponorogo Edisi 31 Diterbitkan oleh: LPM aL-Millah STAIN Ponorogo Pelindung: Ketua STAIN Ponorogo Penanggung jawab: LPM aL-Millah Pimpinan Umum: Romdhoni Faiz Pimpinan Redaksi: Dafiq Shofi Jauhari Sekretaris redaksi: Mar’atus Sholechah Editor: Tim Editor Lay Outer: Samsul, Khafidh Staf Redaksi: Romdhoni Faiz, Nur Cahyani, Mar’atus Sholechah (Echa), Afif Alauddin, Ihsan Fauzi, Rendi Mahendra, Ilyas, Widya, Anisa, Yopy, Vivi, Nilta, Nurhayati, Muhammad Alamat Redaksi: Jl. Pramuka No. 156 Ponorogo Email:
[email protected] Contact Person: 085736976096 (Joe)
Salam Redaksi Salam persma..!!! Semoga limpahan rahmat dan kasih sayang selalu mengiringi langkah kita bersama di dunia yang sudah memasuki era global. Puji dan syukur selalu kita haturkan pada Sang Khalik karena dengan ridho-Nyalah LPM aL-Millah masih tetap eksis dan bertahatan untuk selalu menyampaikan berita. Untuk itu kami segenap crew LPM aLMillah hadir untuk mengisi dan mengobati kehausan kawan-kawan akan informasi dan kabar berita disekitar STAIN Ponorogo melalui majalah aL-Millah edisi 31. Dalam kehidupan ini, kita tak akan pernah terlepas dari aturan dan sistem yang telah ada. Begitu pula dalam lembaga pendidikan, terdapat aturan dan sistem yang harus ditaati, khusuya di STAIN Ponorogo. Tentunya semua itu dijalankan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Baru-baru ini, STAIN Ponorogo menjalankan sistem administrasi yang berbeda dari biasanya. Tahun ajaran 2013/2014 yang lalu telah diterapkan sistem administrasi akademik atau yang biasa dikenal dengan SIAKAD untuk mahasiswa baru. Akan tetapi, sistem administrasi tersebut belum bisa diterapkan secara sempurna. Pasalnya memasuki semester 2 terdapat sistem SIAKAD tidak dijalankan, hanya beberapa sistem saja yang dilanjutkan. Setelah SIAKAD mulai diterapkan, kini STAIN mengusung sistem pembayaran baru juga. Jika dulu seluruh mahasiswanya membayar biaya kuliah sama rata, kini tak demikian lagi. Mulai tahun ajaran 2014/2015 mahasiswa baru memiliki termin yang berbeda dalam pembayaran biaya kuliah. Sistem tersebut dikenal dengan istilah UKT atau uang kuliah tunggal. Keadaan tersebut mendorong crew aLMillah untuk membahasnya dan dikemas dalam majalah edisi 31. Berbagai proses telah kami (crew) jalankan dengan segala keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat kami (crew). Dalam proses pembuatan majalah ini terdapat tantangan dan permasalahan yang muncul tentunya mempengaruhi deadline majalah terbit. Tentunya masih terdapat pula kekuranagan dalam majalah ini. Oleh karena itu, mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk ke depannya. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih yang sebanyakbanyaknya kepada seluruh kawan-kawan crew majalah aL-Millah yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam menyelesaikan majalah ini. Terimakasih juga kami haturkan kepada semua pihak terkait atas kerjasamanya dalam proses liputan dan penggarapan majalah edisi 31 ini. Akan tetapi majalah ini tak akan berarti tanpa partisipasi kawan-kawan yang setia membaca majalah aL-Millah. Semoga dengan terbitnya majalah edisi 31 ini memberikan manfaat bagi semua pihak, sehingga majalah aL-Millah akan selalu ditunggu dan dirindu kehadirannya untuk dibaca oleh kawan-kawan.
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 3
Daftar Isi Sajian Salam redaksi Daftar Isi Aspirasi Bahasan Utama Laporan Utama Liputan Khusus Khazanah Sosok SKSD Kolom Budaya Kampusiana Alamku Fiksi Resensi Film Resensi Buku
Intermezzo Kegilaan, menurut Michel Foucault, merupakan gejala yang dibentuk oleh kelompok elite di suatu masyarakat. Kelompok elite ini bisa dalam wujud pemerintah, ilmuwan, dokter, agamawan dan lain sebagainya. Kelompok elite ini menggunakan kategori “gila” sebagai senjata untuk menyingkirkan pihakpihak yang tidak dikehendaki oleh mereka. Ketika seseorang dikatakan “gila” maka ia akan disingkirkan dari masyarakat umum. Akhirnya, komposisi suatu masyarakat diatur oleh kelompok elite ini. Kelompok elite ini men ciptakan simbol-simbol tertentu un tuk klasifikasi gila dan waras. Simbolsimbol tersebut disusun sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang ilmiah dan diakui secara umum. Michel Foucault memper tahankan pandangannya ini dengan memaparkan kategori gila dari masa ke masa. Ternyata, kategori gila berbeda-beda untuk setiap masa. Ini
....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... .......................................
2 3 4 6 8 14 19 26 30 35 39 45 49 51 54 67 69
"Gila" dari zaman ke zaman berarti memperkuat pandangannya tersebut. Berikut ini kategori gila pada tiga masa yang dipaparkan oleh Michel Foucault: Periode renaissance (abad ke15 s.d ke-16), pada masa ini “gila” tidak dipertentangkan dengan akal. Maksudnya, orang gila bukan berarti orang yang tidak berakal. Kegilaan adalah kebebasan imajinasi dan masih menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat. Kegilaan pada masa ini dianggap dekat dengan kebahagiaan dan kebenaran. Kegilaan menjadi cermin yang mencopot kedok dari pengetahuan semu dengan segala pretensi dan ilusinya. Singkatnya, kegilaan menempati tempat yang tinggi karena dianggap mampu mencapai kebenaran lebih dari yang dicapai oleh akal (rasio). Pada masa ini orang gila masih berbaur dengan masyarakat umum. Periode klasik (abad ke-17 s.d ke-18), pada masa ini “gila” dipertentangkan dengan rasio. Orang
4 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
gila adalah orang yang tidak berakal (unreason). Kegilaan dianggap sebagai kemunduran manusia ke taraf binatang. Periode pasca klasik (akhir abad ke-18), pada masa ini “gila” dipertentangkan dengan moralitas. Orang gila adalah mereka yang tidak patuh terhadap moralitas. Mari kita mencari hubu ngannya dengan kondisi kita saat ini. Saat ini ada usaha-usaha serupa untuk menyingkirkan pihak-pihak yang tidak dikehendaki gagasannya beredar di dalam masyarakat meng gunakan kategori yang serupa de ngan gila, yakni “nyeleneh”. Bia sa nya kasus ini muncul ketika membahas isu agama. Ketika muncul pendapat yang berbeda dengan ke lompok mayoritas mengenai to pik keagamaan, maka kelompok mino ritas yang mengeluarkan pendapat tersebut dicap sebagai “orang-orang nyeleneh”.***Team_Redaksi
Buku Perpus Kurang....? Buku di perpustakaan terbatas dan kurang lengkap sehingga menyulitkan mahasiswa memperoleh bahan belajar. Padahal buku-buku tersebut dicantumkan dosen di CO sebagai referensi utama. Apakah ada tindak lanjut dari perpustakaan “terpadu” STAIN Ponorogo misalnya menambah jumlah buku atau pengadaan buku-buku baru? (Khusnul Khotimah TA.A Semester 4 TBA) Jawaban: Menanggapi hal tersebut ada beberapa point yang ingin kami sampaikan. Pertama, buku yang sudah tertera secara umum ada. Tapi yang jelas jika buku tidak ditemukan itu karena beberapa hal. Pertama, ada mahasiswa yang usil, misal buku yang harusnya ditaruh di rak 2X.0 tapi ditaruh di 2X.9. Kedua, buku sedang diperbaiki karena rusak. kebiasaan mahasiswa kampus sini masih kurang baik dalam hal kedisiplinan. Jadi, setelah baca buku, hanya ditumpuk saja tidak ditata rapi. Jadi, kita menghabiskan dana lumayan banyak untuk perawatan buku. Sebenarnya sudah sering kita sampaikan lewat corong serta pendekatan baik-baik ke mahasiswa untuk menjaga ketertiban dan kerapian buku perpustakaan. Selain itu, kita kerahkan OB pada pergantian jam untuk membantu menata dan merapikan buku perpustakaan. Kedua: soal penempatan. jumlah rak sudah tidak cukup menampung buku perpustakaan. Jadi, sebagian buku kita taruh di tandon (gudang penyimpanan dan tempat cadangan buku). Misalnya satu judul ada lima buku, yang kita pasang di rak, empat, yang satu buku ditaruh di tandon. Nah, tandon itu bisa diakses dan selama ini belum ada mahasiswa, yang punya inisiatif untuk mencari ke tandon. Kongkritnya, mahasiswa bisa minta ke petugas dengan sistem pesan, nanti kita akan carikan, tapi tidak merta saat itu juga karena kita juga berbagi tugas. (Pak Kardi Ketua Perpustakaan terpadu STAIN Ponorogo)
KHS,Kok Telat... Nilai KHS di siakad ada yang belum keluar, padahal sudah masuk semester berikutnya. Hal ini tentu menyulitkan mahasiswa kalau mau daftar beasiswa. Apa penyebabnya? (Pipit Eliana TI B semester 4 TBI) Jawaban: Penyebabnya, dosen belum menyerahkan nilai. Kalau dulu, di lembar jawaban tertulis harap diselesaikan pada tanggal sekian. Lalu, di SIAKAD sudah ada pengumuman kalau terakhir menyetorkan nilai itu pada tanggal ini. Jadi, sebenarnya sudah ada deadline dari akademik untuk penyetoran nilai mahasiswa. Jadi, hal itu dari kesalahan dosen. Mahasiswa bisa melihat sendiri di SIAKAD nama-nama dosen yang belum setor nilai dan akhirnya, deadline harus diundur lagi karena dosen belum menyelesaikan penilaiannya. Memang, mahasiswalah yang dirugikan dari hal itu. Untuk punishmentnya, dari jurusan tidak ada karena jurusan bisanya menagih saja agar dosen segera menyerahkan nilainya. Jadi, tanggung jawab jurusan hanya mengingatkan. Kalau wewenang dalam menindak atau memberi sangsi itu dari atasan (Pembina). Menurut saya seharusnya memang ada mekanisme punishment untuk dosen yang belum menyerahkan nilai pada waktunya. Di sini ada sistem namanya penilaian dosen dan karyawan. Jadi, kalau nilai dosen dan karyawan tidak bagus, mereka tidak bisa naik pangkat. Kalau soal itu (dosen yang belum menyerahkan nilai), pemberian sangsi dan menindak lanjuti atau semacamnya, silahkan tanya ke pembina secara langsung. (Pak Mukhlison Effendi Kajur Tarbiyah)
Widya_crew 2213.130 Aspirasi merupakan sebuah media publikasi keluhan dan masukan dari mahasiswa STAIN Ponorogo atas kampus yang aL-Millah usahakan untuk ditanyakan langsung ke pihak terkait. Mohon maaf tidak semua aspirasi bisa kami publikasikan mengingat keterbatasan tempat.
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 5
Isu
Perbankan Syariah, Menolak Lupa!
W
acana STAIN menuju IAIN perlahan mulai menunjukkan langkah nyata meski sedikit terlambat dari keinginan semula. Langkah dalam “menyambut” IAIN antara lain pembangunan asrama mahasiswa sebagai sarana pengembangan dan perluasan kampus, juga dibukanya empat prodi baru di STAIN Ponorogo. Prodi yang dimaksud adalah S1 Manajemen Pendidikan Islam, S1 Pendidikan Guru RA, S1 Ekonomi Syariah, serta S1 Perbankan Syariah. Yang membuat menarik adalah, salah satu dari empat prodi baru tersebut ternyata adalah Prodi Perbankan Syariah. Prodi ini sempat dibuka sekitar empat tahun lalu di jurusan Syariah namun karena berbagai alasan prodi ini mesti ditutup dan mahasiswanya ditransfer ke prodi Muamalah. Mungkin bisa dimengerti ketika prodi-prodi ini bermunculan sebagai langkah
menyambut STAIN menuju IAIN, namun perlukah mahasiswa baru khawatir, mengingat dalam sejarah perjalanannya prodi Perbankan Syariah pernah mengalami “merger” dengan Muamalah. Berkaca Di Cermin Retak Membuka kembali memori, di tahun ajaran 2011 sebuah prodi baru dibuka di jurusan Syariah STAIN Ponorogo. Tertera di brosur yang disebarkan pihak akademik bahwa prodi tersebut adalah D3 Perbankan Syariah. Mahasiswa yang mendaftar di jurusan tersebut tentunya adalah mereka yang memang mengincar prodi tersebut karena alasan mereka masing-masing. Hal yang secara umum bisa difahami, Program Diploma berbeda dengan Strata dimana pada program diploma lebih menekankan pada ilmu-ilmu aplikasi. Mahasiswa program diploma diasah dalam kemahiran praktis dengan harapan outputnya
6 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
adalah SDM yang siap pakai sebagai tenaga teknis, sedangkan S1 ditekankan pada ilmu-ilmu untuk kepentingan perkembangan IPTEK, dan SDM. “Saat itu ada sembilan orang yang mendaftar di prodi tersebut,” tutur Mirza salah satu mantan mahasiswa Perbankan Syariah pada kami. Perkuliahan sempat berjalan selama satu semester, hingga pihak jurusan memanggil mahasiswa-mahasiswa D3 Perbankan Syariah untuk sebuah pengumuman (baca: ultimatum). Isinya, bahwa D3 Perbankan Syariah tidak memenuhi syarat sebagai sebuah prodi karena jumlah mahasiswa yang memang tak terlalu banyak. Dan karena itu, jurusan akan ditutup. Kesembilan mahasiswa tersebut ditawari, apakah ingin ditransfer ke salah saut dari dua prodi yang lain (Ahwalus Syahsiyah dan Muamalah). Namun, tanpa konfirmasi lanjutan, nama mereka
Isu
“Saat itu ada sembilan orang yang mendaftar di prodi tersebut,” tutur Mirza salah satu mantan mahasiswa Perbankan Syariah pada kami. Perkuliahan sempat berjalan selama satu semester, hingga pihak jurusan memanggil mahasiswamahasiswa D3 Perbankan Syariah untuk sebuah pengumuman (baca: ultimatum). Isinya, bahwa D3 Perbankan Syariah tidak memenuhi syarat sebagai sebuah prodi karena jumlah mahasiswa yang memang tak terlalu banyak. Dan karena itu, jurusan akan ditutup. Kesembilan mahasiswa tersebut ditawari, apakah ingin ditransfer ke salah saut dari dua prodi yang lain (Ahwalus Syahsiyah dan Muamalah). Namun, tanpa konfirmasi lanjutan, nama mereka telah berada di Muamalah begitu saja.
telah berada di Muamalah begitu saja. “Kalau memang tidak memenuhi syarat, ngapain diterusin? Bahkan sampai satu semester” keluhnya saat itu. Masih menurut sumber yang sama, pihak kampus tak memberikan kompensasi apapun. ‘Kecelakaan’ ini seperti pudar begitu saja, tak disadari, padahal di depan mata kepala semua orang. Yang ironis, pihak akademik selaku pihak yang bertanggung jawab dalam kasus ini, seakan bersikap inocent tentang hal ini. Bahkan ketika disinggung soal tanggung jawab SKS, menurut narasumber, pihak akademik malah bersikap tak tahu-menahu. Ditemui di kantornya, Basuki selaku Waka I bagian Kurikulum telah mengkonfirmasi kebenaran pembukaan beberapa prodi baru tersebut, sekaligus memberikan alasan mengapa prodi tersebut yang dibuka lebih dulu. “Sebenarnya bukan hanya soal IAIN, mas. Tapi ya, memang sudah dibutuhkan”, jelasnya. “Prodi-prodi ini sebenarnya dibuka untuk mengatasi jumlah yang membludak dari prodiprodi lain, mas. Contohnya ya, PAI itu. Pendaftarnya hampir 500, tapi hanya memiliki kuota 300”, imbuhnya. Beliau juga menjelaskan maksudnya, jika pendaftar PAI nanti tidak diterima di prodi yang diinginkan, bisa menggunakan prodi Manajemen Pendidikan Islam sebagai cadangan. Pun dengan Ekonomi Syariah dan Perbankan Syariah, yang menjadi ‘back-up’ dari Muamalah. Karena itu beberapa prodi yang dibuka ini memiliki sedikit ‘hubungan’ dengan prodi
yang sudah ada. Terkecuali untuk PGRA, merupakan hasil saran atas belum adanya prodi tersebut di STAIN Ponorogo. Bahkan, terkait pembukaan prodi baru ini, pihak akademik telah cukup optimistis untuk membuka pula beberapa jurusan yang bersifat umum. IAIN Ponorogo, Mimpi Indah yang Berlubang. STAIN Ponorogo akan berubah menjadi IAIN dalam beberapa bulan lagi. Wacana yang kita impi-impikan bersama kini nyata seakan telah mampu kita genggam. Evaluasi-evaluasi yang terus kita semua dengungkan telah dijawab dengan koreksi di sana-sini atas keluhan-keluhan. Termasuk pembukaan prodi baru ini. Layaknya bekas luka yang dijadikan pengingat atas kesalahan kita di masa lalu, hendaknya seluruh civitas kampus melakukan introspeksi, serta koreksi atas kesalahankesalahan. Maka bukan hanya renovasi infrastruktur yang terlihat, namun juga revolusi mental para penghuninya. Hingga kita benar-benar matang menjadi kampus yang naik kastanya. Ditambah, mengutip jargon ‘The Humanist University’-nya STAIN Ponorogo tahun ajaran 2015-2016, sudah sepatutnya kita memfokuskan perhatian kita terhadap para manusia yang ada di STAIN Ponorogo. Agar ketika menjadi IAIN nanti, tak ada lagi sembilan mahasiswa yang dikhianati oleh janji brosur kampus mereka sendiri. Amin. *** _________________ Faiz_crew 21.11.099
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 7
SIAKAD...
Bahasan Utama
Dari Manual Menjadi Digital “SIAKAD dimaksudkan untuk pengelolaan dan bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat pengelolaan informasi"
B
erkembangnya sistem informasi dan komunikasi memungkinkan segala sesuatu kebutuhan dan urusan manusia diatur dan diselesaikan secara mudah dan cepat. Begitu pula dalam lembaga pendidikan, sistem pengaturan dan pengelolaan data dan informasi dapat pula dilakukan dengan mudah dan praktis ketika menggunakan sistem informasi dan komunikasi. Seperti SIAKAD (Sistem informasi akademik) yang merupakan program baru di STAIN Ponorogo. SIAKAD merupakan suatu pengelolaan data-data akademik serta segala sesuatu informasi terkait kebijakan dan peraturan dari akademik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dengan tujuan memudahkan pengguna dalam kegiatan administrasi kampus. SIAKAD meliputi pengelolaan data secara menyeluruh dan diperuntukkan kepada seluruh civitas akademika, baik dosen, mahasiswa, jurusan maupun unsur–unsur yang lain yang berada di lembaga pendidikan ini. Tujuan dari adanya SIAKAD ini adalah penataan data dalam pengelolaan akademik serta
mempercepat dan memudahkan penyampaian informasi. Seperti yang disampaikan oleh Suyud, S.kom yang merupakan Staff Kasubbag akademik yang secara khusus mengelola SIAKAD ini. “SIAKAD dimaksudkan untuk pengelolaan dan bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat pengelolaan informasi mulai dari registrasi mahasiswa baru, informasi-informasi penting, pengisian KRS, jadwal kuliah hingga diwisudanya mahasiswa dapat dikelola dengan sistem ini. Bukan hanya mahasiswa yang dapat memanfaatkan SIAKAD, dosen-dosen serta seluruh civitas akademika juga dapat menggunakannya”, tuturnya.
8 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
SIAKAD diibaratkan layaknya seperti sebuah kurikulum dalam dunia pendidikan. Sistem ini berpusat pada sebuah induk data yang disebut PPDT atau Pangkalan Data Perguruan Tinggi yang dikelola oleh DIKTI atau direktorat jendral pendidikan tinggi. Aturan tentang prodi, tentang kode-kode yang digunakan serta batasan-batasan dalam pengelolaan SIAKAD secara keseluruhan diatur oleh DIKTI. Secara otomatis pula dari masing-masing perguruan tinggi memiliki kewajiban berupa melaporkan pengelolaan SIAKAD kepada DIKTI. Pelaporan tersebut dilakukan secara berkala yaitu 6 bulan sekali atau per semester.
Bahasan Utama
“SIAKAD dimaksudkan untuk pengelolaan dan bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat pengelolaan informasi mulai dari registrasi mahasiswa baru, informasiinformasi penting, pengisian KRS, jadwal kuliah hingga diwisudanya mahasiswa dapat dikelola dengan sistem ini. Bukan hanya mahasiswa yang dapat memanfaatkan SIAKAD, dosendosen serta seluruh civitas akademika juga dapat menggunakannya”
Kebijakan program SIAKAD ini baru diterapkan sejak tahun pelajaran 2013/2014. Sebelumnya pengelolaan informasi akademik masih berbasis manual seperti pembayaran daftar ulang dijadwalkan menurut program studi masing-masing dan dilakukan secara bersama di gedung Indrakila, pengisian kartu rancangan studi atau KRS yang menuliskan sendiri pada lembar yang diberikan oleh akademik setelah daftar ulang, pemberian kartu hasil studi atau KHS kepada mahasiswa diharuskan mengambil langsung kepada PRODI yang bersangkutan baik secara individu ataupun kolektif. Dari data inilah yang menyebabkan pentingnya pengelolaan akademik berbasis jaringan. Pada mulanya? Umumnya peningkatan sarana dan prasarana dalam sebuah lembaga harus sebanding dengan kemajuan yang dicapai oleh subjek dari lembaga pendidikan (dosen, mahasiswa serta keseluruhan orang-orang yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam lembaga pendidikan yang dimaksud). Seperti dalam perekonomian, antara kebutuhan dengan kemampuan disejalankan agar memperoleh keseimbangan. Bagi mahasiswa semester 3 (angkatan 2013-2014) yang mengikuti program SIAKAD online pertama kali di STAIN Ponorogo memiliki beragam pendapat tentang adanya SIAKAD ini. Dari semula tentang penentuan dosen yang sudah ditentukan berubah menjadi pemilihan dosen dilakukan sendiri bagi masing-masing mahasiswa. Hal ini membuat banyak mahasiswa
kebingungan dalam mengikuti mata kuliah karena setiap hari mahasiswa berganti – ganti kelas serta berubah-ubahnya teman dalam satu kelas. Seperti yang diungkapkan oleh Ghulam, salah satu mahasiswa PGMI semester 3. “Peraturan tentang pemilihan dosen sendiri serta pembelajaran yang berubah-ubah baik kelas maupun teman – teman satu kelas membuat kami kebingungan, terkadang penetuan mata kuliah ketika kresdengan mata kuliah lain, salah satu mata kuliahnya harus mengalah dahulu”, tutur Ghulam. Program SIAKAD dengan pemilihan dosen yang dilakukan masing-masing individu oleh mahasiswa serta dengan adanya kelas yang berubah-ubah tersebut setelah berjalan 1 semester pada angkatan 2013-2014 ini akhirnya diputuskan untuk dikembalikan seperti program sebelumnya yaitu sistem penentuan dosen dan kelas yang telah dibuat menetap. Meskipun demikian bukan berarti program SIAKAD online dihentikan. “Dalam penyusunan KRS dapat dilakukan secara online tetapi prosedurnya sama. Ya, sekedar memberi tanda/ centang untuk mata kuliah yang akan diambil tahun depannya, jadi mahasiswa tidak dapat menentukan sendiri mata kuliah yang diambilnya”, imbuhnya. Dalam penentuan KRS tetap dilakukan secara online yaitu mahasiswa masuk ke akun masing-masing untuk mengisi KRS serta KHS dari masingmasing mahasiswa dapat dilihat secara online (tentunya dengan akun yang dimiliki masing-masing mahasiswa) dan dapat diprint sendiri. Dari hasil print out tersebut kemudian disetorkan pada jurusan
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 9
Bahasan Utama untuk mendapat tanda tangan dari prodi sebagai bukti lembar KHS telah sah. Mengkonfirmasi terkait belum maksimalnya pengelolaan SIAKAD ini Suyud menjelaskan, program SIAKAD di STAIN ini kurang lebih baru berjalan 2 tahun. “SIAKAD di STAIN ini baru berjalan dua tahun, tidak dapat dipungkiri banyak permasalahan-permasalahan serta hambatan berkaitan dengan sistem baru ini”, tuturnya. Dilihat dari pemberlakuan sistem secara online ini secara otomatis ketepatan waktu dan pengelolaan data dilakukan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Misalkan penyetoran nilai ujian semester dari dosen untuk mahasiswa harus tepat pada waktu
Melihat dari fakta lapangan yang terjadi, pemberlakuan SKS secara murni kiranya belum dapat dilaksanakan. Hal ini terjadi karena beberapa kendala. “pemberlakuan SKS secara murni di STAIN ponorogo masih sulit dikarenakan salah satu kelas akan menjadi overload disebabkan pemilihan dosen yang tidak merata. Ada sebagian dosen yang dipilih oleh banyak mahasiswa dan disisi lain dipilih sedikit manusia. Dalam penyusunan jumlah kelas pun menjadi sulit. Dari beberapa kendala inilah yang membuat pemberlakauan SKS tidak optimal sehingga setelah berjalan satu semester dikembalikan kepada sistem paket”
10 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
yang telah ditentukan. Jika tidak demikian maka data akan ditolak oleh sistem dan tidak dapat dimasukkan. Ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misal dosen yang telat dalam menyetorkan nilai maka untuk mengatasi kejadian semacam ini dalam SIAKAD yang tergolong sistem baru di STAIN Ponorogo diberikan hak akses khusus dan petugas khusus untuk menanganinya. Jadi, secara perlahan akan diatur dan dikembangkan oleh kampus. Pada percobaan awal dari SIAKAD dilakukan perombakan. Pada mulanya sistem penyusunan KRS mahasiswa berupa paket diubah menjadi SKS. Sebenarnya dengan adanya SKS dapat menjadikan mahasiswa memilih secara pribadi dan sesuai kemampuan masing-masing untuk memilih jumlah beban mata kuliah dalam satu semester. Selain itu pemberlakuan ini tidak mamaksakan sebelah pihak yang memang belum memiliki kemampuan untuk segera lulus. Aturan tentang SKS akan dapat dijalankan, khususnya di STAIN Ponorogo ketika keseluruhan civitas akademika bekerja sama dalam pemberlakuan aturan ini. Melihat dari fakta lapangan yang terjadi, pemberlakuan SKS secara murni kiranya belum dapat dilaksanakan. Hal ini terjadi karena beberapa kendala. “Pemberlakuan SKS secara murni di STAIN ponorogo masih sulit dikarenakan salah satu kelas akan menjadi overload disebabkan pemilihan dosen yang tidak merata. Ada sebagian dosen yang dipilih oleh banyak mahasiswa dan disisi lain dipilih sedikit manusia. Dalam penyusunan jumlah kelas pun menjadi sulit. Dari beberapa kendala inilah yang membuat pemberlakauan SKS tidak optimal sehingga setelah berjalan satu semester dikembalikan kepada sistem paket”, tutur Suyud. Terjadinya beberapa kendala; salah satunya kelas yang overload tersebut merupakan kendala secara teknis. Pemberlakuan batasan atau kuota mahasiswa untuk mengikuti dosen mata kuliah sejak awal telah ditentukan. Dengan kebebasan memilih dosen mata kuliah serta jadwal masuk kuliah mengakibatkan tertumpunya mahasiswa pada hari-hari dan jam-jam tertentu. “Kebijakan tentang kuota mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dosen dalam mengampu mata kuliah pada awalnya telah ditentukan. Kemudian pada realitanya dengan dibebaskan mahasiswa untuk memilih tersebut mengakibatkan banyak mahasiswa memilih jam perkuliahan pagi dan biasanya memilih di hari-hari awal dalam minggu awal. Dengan
Bahasan Utama
demikian kebijakan pembatasan kuota tersebut disesuaikan dengan fakta lapangan,” tuturnya. Kemudian bagi mahasiswa angkatan 2012-2013 ke bawah bukan berarti tidak dapat menggunakan SIAKAD. Seperti yang dijelaskan oleh Suyud, pengumuman-pengumuman serta informasi terkait akademik dapat dilihat di SIAKAD tanpa masuk ke dalam akun. Mahasiswa pada angkatan ini akan tetap menggunakan sistem manual seperti sebelumnya karena akan kesulitan ketika mengikuti sistem baru tidak dari awal. Babak baru SIAKAD Masa satu tahun merupakan satu periode yang dapat dikatakan “cukup” untuk penyusunan program baru, sekaligus sebagai evaluasi satu tahun program yang sebelumnya dijalankan. Program SIAKAD yang telah berjalan satu semester (pada angkatan 2013-2014) dengan banyak permasalahan yang telah disebutkan di atas secara bertahap dimaksimalkan. Tanggapan tentang adanya SIAKAD disampaikan oleh mahasiswa baru, yaitu
angkatan 2014-2015. Seperti yang diungkapkan Muslim, salah seorang mahasiswa dari program studi Bahasa Arab semester 1, program SIAKAD sangat membantu dalam memperoleh segala informasi dari akademik kampus. Akan tetapi bagi yang jarang membuka internet secara otomatis akan ketinggalan informasi. “Adanya SIAKAD sangat membantu karena dapat melihat informasi dari kampus kapan saja kita mau, terlebih SIAKAD dapat juga diakses menggunakan handphone, tetapi bagi yang jarang menggunakan internet akan ketinggalan informasi”, jelasnya. Dalam hal KHS dalam pemberlakuan SIAKAD ini secara teknis hampir sama seperti pada manual, yaitu mata kuliah yang belum diambil ataupun mata kuliah yang tidak diikuti pada sebuah semester maka untuk mengambil mata kuliah tersebut berlaku kelipatan semesternya. Misalkan mata kuliah pada semester satu yang belum diikuti maka dapat diambil pada semester tiga dan seterusnya. Pada angkatan 20142015 sosialisasi SIAKAD telah
dilakukan sejak awal, yaitu ketika penerimaan mahasiswa baru. Ketika proses orientasi pengenalan akademik dan kemahasiswaan atau OPAK diberikan waktu khusus bagi jurusan, prodi serta pihak akademik untuk “memperkenalkan diri” kepada mahasiswa baru. Alur pengelolaan SIAKAD bagi dosen pun hampir sama yaitu, dosen yang mengajar mahasiswa angkatan 2013 ke atas masuk dengan menggunakan nomor identitas dan password yang telah ditentukan kemudian setelahnya password tersebut dapat dirubah sesuai keinginan dosen yang dimaksud. Sudah siapkah STAIN memberlakukan sistem ini? Sebagai sebuah lembaga pendidikan berbasis negeri dengan pengawasan pengelolaan pendidikan secara langsung dilakukan oleh menteri pendidikan maka sistem informasi berbasis online sangat dibutuhkan. Pengelolaan kegiatan akademik akan lebih mudah dan cepat ketika menggunakan sistem yang dimaksud. Program SIAKAD ini menggunakan pengelolaan berbasis online, yaitu pemanfaatan jaringan sebagai media dalam pengelolaanya. Hal ini senada dengan pernyataan dari Athok Fuadi, dosen STAIN Ponorogo, bahwa SIAKAD terprogram online yang idealnya dalam sebuah kampus hendaknya terdapat ruangan khusus komputer yang digunakan untuk mengakses segala informasi dari akademik. Idealnya sebenarnya dalam ruangan khusus komputer itu lebih difokuskan untuk mahasiswamahasiswa yang belum memiliki
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 11
Bahasan Utama
Melihat dari fakta lapangan yang terjadi, pemberlakuan SKS secara murni kiranya belum dapat dilaksanakan. Hal ini terjadi karena beberapa kendala. “pemberlakuan SKS secara murni di STAIN ponorogo masih sulit dikarenakan salah satu kelas akan menjadi overload disebabkan pemilihan dosen yang tidak merata. Ada sebagian dosen yang dipilih oleh banyak mahasiswa dan disisi lain dipilih sedikit manusia. Dalam penyusunan jumlah kelas pun menjadi sulit. Dari beberapa kendala inilah yang membuat pemberlakauan SKS tidak optimal sehingga setelah berjalan satu semester dikembalikan kepada sistem paket”
komputer sendiri sehingga dapat menggunakan fasilitas tersebut dan dibuat jadwal khusus bagi masing–masing program studi untuk menggunakannya. Lebih jauh Athok menambahkan bahwa antara pemberlakuan SIAKAD kepada mahasiswa yang sudah diterapkan program ini sejalan dengan dosen yang mengajar dimata kuliah tersebut. Dosen–dosen sebelum mengajar (mengajar mahasiswamahasiswa yang sudah diterapkan program SIAKAD) diberikan sebuah password untuk mengakses SIAKAD serta dilakukan training khusus tentang tata cara penggunaan SIAKAD ini. “Dosendosen yang mengajar mahasiswa diberikan password dan dilakukan training untuk menggunakan SIAKAD serta untuk memasukkan nilai,”terangnya. Dilihat dari mahasiswa sebagai salah satu unsur yang menggunakan SIAKAD, sebagai sebuah informasi sistem ini sangat membantu kegiatan pembelajaran mahasiswa– kegiatan pembelajaran
12 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
yang meliputi; jadwal kuliah, pengisian KRS dan segala macam pengumuman–karena akses yang memudahkan. Dari beberapa keterangan dosen menyebutkan, di antaranya Anan Luthfi salah seorang dosen luar biasa yang mengajar mata kuliah pengantar ilmu komunikasi menyebutkan adanya SIAKAD memberikan kemudahan bagi penggunanya, baik dosen maupun mahasiswa. Dengan kemudahankemudahan tersebut akses informasi lebih dimudahkan. Hanya saja beberapa hal yang memerlukan perhatian tentang sosialisasi SIAKAD terhadap dosen masih belum maksimal. “Secara umum SIAKAD memberikan kemudahan bagi civitas akademika, terlebih jika dilihat sekarang ini merupakan zaman teknologi yang menuntut adanya penggunaan jaringan, hanya saja dalam beberapa hal yang belum diperhatikan seperti sosialisasi kepada dosen-dosen baru dalam penggunaan SIAKAD ini," tuturnya. Pendapat senada juga
Bahasan Utama disampaikan oleh Arif Rahman Hakim, M.Pd.I dosen luar biasa yang mengajar mata kuliah pengelolaan kelas yang secara kebetulan datang dan menyampaikan pendapatnya. Respon positif juga disampaikan akan adanya SIAKAD ini. Arif menambahkan sebagai perbaikan diperlukan langkah dalam sosialisasi secara menyeluruh tentang SIAKAD serta sebagai masukan kepada akademik untuk lebih baik lagi dibuatkan buku pedoman penggunaan SIAKAD. Bukan hanya dosen dan mahasiswa saja, kiranya buku panduan tentang SIAKAD ini juga dibuatkan bagi pengguna perpustakaan sehingga prosedur dalam pelayanan dan pelaksanaan SIAKAD di perpustakaan juga berjalan semakin baik. Langkah menyambut IAIN Cita–cita peningkatan “harga jual” sebuah produk merupakan keinginan bagi keseluruhan “produsen”. Dalam peningkatan “harga jual” tersebut dibutuhkan peningkatan pula dalam hal kualitas dan kuantitas. Dalam dunia pendidikan, khususnya lembaga pendidikan
tinggi dikenal 3 istilah lembaga pendidikan yaitu Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas. Ketiga istilah tersebut secara berurutan menyebutkan tingkatan jenjang yang semakin tinggi. Dalam waktu dekat, STAIN Ponorogo akan segera beralih “status” lembaga pendidikannya, yaitu dari sekolah tinggi menuju institut. Segala macam persiapan dilakukan, bahkan pada 9 desember 2014 lalu telah dilakukan visitasi dari kementrian agama yang diwakili oleh kepala biro organisasi dan tata laksana kemetrian agama republik Indonesia Dr. H. Basidin Mizal, M.si. Kemudian apakah kaitannya dengan SIAKAD yang diterapkan STAIN Ponorogo dengan alih status menuju IAIN?. Menjawab pertanyaan ini Suyud menjelaskan bahwa SIAKAD secara tidak langsung berhubungan dengan alih status STAIN menjadi IAIN. Prosedurnya adalah SIAKAD merupakan syarat terakreditasinya jurusan serta prodi dalam perguruan tinggi, dengan penerapan SIAKAD yang baik maka akreditasi yang dimaksud akan diperoleh. Ketika akreditasi “baik” sebuah jurusan atau prodi
diperoleh, maka hal ini akan menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan “cepat atau tidaknya” proses menuju IAIN. Peralihan status tersebut sangat diharapkan oleh segenap civitas akademika. Banyak mahasiswa yang berharap, alih status terlaksana segera. Seperti yang disampaikan oleh Lia, Mahasiswa semester 5 prodi pendidikan agama islam. “Alih status STAIN menjadi IAIN semoga segera terlaksana sehingga meskipun kami masuk masih berupa STAIN tetapi lulus sebagai IAIN,” tuturnya. Bukan hanya para mahasiswa yang berdiskusi tentang harapan alih status ini “segera” terwujud, bahkan dijumpai dari organisasi mahasiswa di STAIN mencantumkan nama IAIN pada jasket “kebesaran” mereka. Ada pula dari pihak akademik yang menuliskan logo IAIN Ponorgo pada mobil dinasnya. Istilah “tinggal menunggu saja” kiranya benar adanya dan harapan baik ini terwujud.*** ________________ Afif_crew 2112.115
“jika kau memberikan peralatan pada seseorang, dan mereka menggunakan kemampuan alami mereka dan rasa ingin tahu mereka, mereka akan mengembangkan sesuatu dengan cara yang akan mengejutkanmu jauh dari yang kau bayangkan.
(Bill Gates – CEO microsoft corp.) Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 13
Laporan Utama
LAPORAN LAPORAN UTAMA UTAMA
UKT
Solusi Dan Masalah Baru
P
onorogo yang dikenal sebagai Kota Reog ini memiliki beberapa perguruan tinggi, salah satunya adalah STAIN Ponorogo. Kampus dengan sebutan kampus hijau ini merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Ponorogo. Tentunya masingmasing Perguruan Tinggi memiliki sistem administrasi yang berbedabeda, begitu juga halnya dengan STAIN. Sebagai PTN kini STAIN mulai menerapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Kebijakan yang kini diberlakukan, pada dasarnya merujuk pada Peraturan Menteri Agama (Permenag) RI nomor 96 tahun 2013 tentang Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi mahasiswa baru pada Perguruan Tinggi Agama Negeri di lingkungan Kementrian Agama tahun akademik 2013/2014. Lebih spesifik lagi diatur dalam Permen Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) RI nomor 55 tahun 2013 tentang BKT dan UKT bagi mahasiswa
Dalam Permenag nomor 96 tahun 2013 pasal 5 tertulis bahwa, “Uang Kuliah Tunggal sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 (pengklasifikasian UKT 1, 2 dan 3.red) merupakan keseluruhan biaya pendidikan per semester yang ditanggung oleh mahasiswa”. baru pada Perguruan Tinggi Agama Negeri di lingkungan Kemendikbud. Pada dasarnya UKT merupakan sistem baru yang diterapkan pemerintah untuk mengatasi problem pendidikan,
14 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
khususnya yang berhubungan dengan ekonomi. Adanya UKT diharapkan bisa memperluas kesempatan belajar, terutama bagi mahasiswa yang memiliki ekonomi rendah. Di sisi lain, dengan adanya sistem tersebut
Laporan Utama
Dengan adanya UKT tentunya dapat memberikan kepastian biaya bagi mahasiswa juga para orang tua yang akan menyekolahkan anaknya di PTN. Dengan demikian, mereka dapat menghitung biaya yang harus dikeluarkan selama masa perkuliahan diharapkan bisa menghindari anggapan bahwa biaya pendidikan di perguruan tinggi itu mahal. Dalam Permenag nomor 96 tahun 2013 pasal 5 tertulis bahwa, “Uang Kuliah Tunggal sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 (pengklasifikasian UKT 1, 2 dan 3.red) merupakan keseluruhan biaya pendidikan per semester yang ditanggung oleh mahasiswa”. Dengan adanya sistem UKT mahasiswa hanya dikenakan biaya satu kali per semester yang jumlahnya sama selama masa kuliah dan tidak dikenakan berbagai biaya yang lainnya. Sebagaimana
yang dituturkan oleh Heru Bitono selaku Kasubag Akademik, “Dengan adanya UKT, mahasiswa tidak membayar biaya yang lainnya seperti registrasi, SKS, ujian baik UTS maupun UAS, PPL, KPM bahkan wisudanya pun gratis”, tuturnya. Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh Kabag Administrasi, Fachruddin Lathif, “Mahasiswa hanya bayar satu kali dalam satu semester uang kuliahnya jadi satu. Mahasiswa tidak perlu lagi bayar OSPEK, praktikum, wisuda. Di situ maunya pemerintah memberikan pendidikan yang murah dan berkualitas”, jelasnya saat ditemui crew aL-Millah di ruangannya Sebenarnya sistem UKT sama halnya dengan sistem kredit di mana mahasiswa mencicil biaya kuliahnya selama 8 semester dengan jumlah yang sama. Mahasiswa hanya mengeluarkan biaya satu kali dalam satu semester tanpa harus memikirkan biaya yang lainnya sampai lulus sarjana. “Intinya dengan UKT, mahasiswa bisa menghitung biaya untuk kuliah di STAIN berapa biaya yang harus dikeluarkan tanpa ada uang lain,” tegas Fachruddin. Dengan adanya UKT tentunya dapat memberikan kepastian biaya bagi mahasiswa juga para orang tua yang akan menyekolahkan anaknya di PTN. Dengan demikian, mereka dapat menghitung biaya yang harus dikeluarkan selama masa perkuliahan, sehingga para orang tua bisa menyesuaikan pendidikan anak dengan kondisi ekonominya. Pada dasarnya biaya UKT yang harus dibayar dari masing-masing PTN berbeda-beda. Setiap PTN menghitung besaran UKT sesuai dengan kondisi masing-masing, kemudian diserahkan ke Dirjen Dikti untuk mendapatkan persetujuan. Kecuali untuk UKT 1, sudah ditentukan oleh pemerintah yaitu dengan pembayaran maksimal Rp. 400.000,-. Jumlah biaya UKT yang ditetapkan untuk STAIN Ponorogo yaitu, UKT 1; Rp. 400.000,-, UKT 2; Rp. 905.000,-, dan Rp. 1.117.500,- untuk UKT 3. Jika sebelumnya terdapat biaya pendidikan berupa Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP) sejumlah Rp. 600.000,- dan praktikum sejumlah Rp. 200.000,- yang nominalnya sama untuk semua mahasiswa, kini tak lagi demikian. Sebelumnya seluruh mahasiswa harus membayar biaya kuliah dengan jumlah yang sama, baik mahasiswa dengan ekonomi rendah, sedang maupun kaya. Akan tetapi kini mereka harus membayar sesuai masing-masing UKT sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 15
Laporan Utama Di STAIN Ponorogo sebenarnya sudah menerapkan sistem pembayaran yang hanya dibayarkan satu kali dalam satu semester sejak tahun 2010, akan tetapi belum dibuat perjenjang. Pembayaran SPP mahasiswa angkatan 2013 pun sudah tidak diperinci lagi. Hanya terdapat uang SPP sejumlah Rp. 800.000-,. Hal tersebut dikarenakan tahun ajaran 2012/2013 merupakan masa transisi dari pembayaran sistem SPP ke sistem UKT. Mengenai masa transisi tersebut, Fachruddin menjelaskan bahwa pada TA 2013 Kementrian Agama sudah memberikan sosialisasi untuk STAIN Ponorogo bahwa akan diberlakukan UKT sekaligus mengkoordinir untuk menghitung besaran UKT di Ponorogo. Akan tetapi hingga heregistrasi berlangsung, Surat Keputusan (SK) menteri belum ditandatangani. Oleh karena itu, agar tidak menyalahi aturan karena telah menerima sosialisasi dan draft UKT, maka sistem pembayaran yang diterapkan menjadi satu nama SPP sejumlah Rp. 800.000,- dan menghapuskan uang praktikum. “Ada keterlambatan SK menteri agama tentang ketentuan UKT itu dan baru kami terima sekitar bulan Oktober,” ujarnya. Menyoal tentang perbedaan biaya UKT yang ditetapkan di setiap PTN, Kasubag Akademik menyebutkan hal itu dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah mahasiswa dalam satu angkatan, kemampuan ekonomi orang tua, biaya hidup di daerah PTN dan juga SPP yang sudah berjalan. Semakin mahal biaya hidup di lingkungan PTN, maka jumlah UKT pun semakin besar. Begitu juga dengan SPP yang sudah berjalan sebelum diberlakukannya
UKT, menjadi acuan penting pada penentuan biaya UKT. “Di STAIN Ponorogo SPP yang sudah berjalan itu kan delapan ratus ribu, maka itu membuat UKT Ponorogo sedikit lebih tinggi dibanding dengan UKT perguruan tinggi yang lain”, tambahnya. Syarat UKT Sebagaimana peng klasifikasian yang telah ditentukan, masing-masing golongan memiliki syarat yang dijadikan dasar untuk menentukan mahasiswa sesuai dengan kemampuan ekonominya. Pada dasarnya, syarat tersebut ditentukan dari data mahasiswa baru yang dikumpulkan pada saat registrasi. STAIN Ponorogo memilih 2 syarat yang utama untuk menentukan kelompok UKT pada mahasiswa tahun ajaran 2014, yaitu besarnya daya listrik dan penghasilan orang tua. Hal tersebut dikarenakan 2 syarat tersebut dirasa lebih mudah dalam mengukurnya daripada harus menggunakan standar Badan Pusat Statistik (BPS) yang lainnya. Sebagaimana persyaratan yang ada UKT 1 diperuntukkan bagi mahasiswa yang memiliki daya listrik sebesar 450 watt dan penghasilan orang tua berkisar dari Rp. 500.000-, sampai dengan Rp. 1.000.000- (ekonomi rendah). Mahasiswa yang tergolong dalam kelompok UKT 3 yaitu minimal orang tuanya PNS golongan 4. Mahasiswa yang tidak memiliki syarat-syarat seperti persyaratan UKT 1 maupun UKT 3, maka termasuk dalam kelompok UKT 2 yang merupakan golongan ekonomi rata-rata. Secara logika bisa disimpulkan bahwa persyaratan UKT 2 yaitu yang tidak termasuk dalam keduanya. “Ya untuk rata-
16 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
rata watt listrik besarnya 900 dan untuk pendapatan berkisar dari 1 juta sampai 2 juta atau 2 juta lima ratus,” tegas Fachruddin. Masalah Baru Pada umumnya subsidi silang yang terjadi, bisa mensejahterakan mahasiswa yang berkeadilan. Di mana mahasiswa kurang mampu bisa terbantu, sehingga tujuan untuk memperluas kesempatan pendidikan bisa terwujud. Terlebih mahasiswa yang dianggap mampu tidak merasa keberatan. Mahasiswa UKT 1 mungkin bisa merasakan murahnya pendidikan karena jika dikalkulasi biaya pendidikan yang dikeluarkan hanya setengah dari biaya sebelum ditetapkan sistem UKT. Namun, apakah hal tersebut juga dirasakan oleh UKT 2 dan 3? Karena SPP yang berjalan sebelumnya menjadi salah satu dasar untuk menetukan besaran UKT, maka secara otomatis biaya UKT 2 dan 3 akan lebih tinggi daripada sistem yang sebelumnya. Sistem yang diterapkan mulai tahun ajaran baru 2013/2014 lalu, kini menuai pro dan kontra di kalangan mahasiswa. Maka dari itu, mari kita tilik sejenak terkait penerapan UKT sesuai dengan persyaratan tersebut di atas, apakah sudah tepat pada sasaran? Pada kenyataannya masih banyak mahasiswa yang tergolong kurang mampu secara ekonomi, tetapi mereka masuk dalam UKT 2 bahkan UKT 3. Salah satu mahasiswa program studi PGMI menyebutkan bahwa dirinya masuk dalam UKT 3, sedangkan secara persyaratan tidak termasuk dalam UKT on top (UKT 3.red). Daya listrik yang dimilikinya hanya 450 watt yang mana berdasarkan syarat masuk
Laporan Utama dalam UKT 1. Di sisi lain, mata pencaharian orang tua juga bukan PNS. Pasalnya PNS golongan 4 merupakan syarat minimal untuk bisa masuk dalam UKT On top. “Penghasilan orang tua yang saya tulis kemarin kurang lebih lima ratus ribu”, terang Maulida Ilham Hal serupa juga dialami oleh Widya, mahasiswi prodi PGMI ini juga masuk dalam UKT 3. Secara persyaratan sama sekali tidak masuk dalam UKT 3 karena memang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Berdasarkan keterangannya, dia pun mencantumkan penghasilan orang tuanya kurang dari lima ratus ribu pada saat mengisi form pendaftaran. Mata pencaharian orang tuanya adalah petani dan besar daya listriknya hanya 450 watt. Hal ini sangat dikeluhkan oleh Widya, ia pun juga merasa sangat keberatan karena kebijakan yang ia terima tidak sesuai dengan persyaratan dan juga kondisi ekonomi keluarganya. “Ya kalau bisa, sebenere pengen pindah UKT mbak,” terangnya. Bukan hanya UKT 3 yang menuai kontra, tetapi hal tersebut juga terjadi di UKT 2. Nurul Fahimah, mahasiswi prodi Tadris Inggris ini termasuk dalam UKT 2. Dia mengeluhkan ketidak jelasan persyaratan yang digunakan untuk menentukan klasifikasi UKT. Menurutnya, persyaratan yang ia kumpulkan sama dengan mahasiswa lain yang masuk dalam UKT 1. “Aku juga nggak tau kenapa bisa masuk UKT 2, besar daya listrik di rumah 450 watt dan penghasilan orang tua yang saya tulis lima ratus ribu," jelasnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Ririn, ia pun juga mengumpulkan syaratsyarat yang sama halnya Nurul
Bukan hanya UKT 3 yang menuai kontra, tetapi hal tersebut juga terjadi di UKT 2. Nurul Fahimah, mahasiswi prodi Tadris Inggris ini termasuk dalam UKT 2. Dia mengeluhkan ketidakjelasan persyaratan yang digunakan untuk menentukan klasifikasi UKT. Menurutnya, persyaratan yang ia kumpulkan sama dengan mahasiswa lain yang masuk dalam UKT 1. “Aku juga nggak tau kenapa bisa masuk UKT 2, besar daya listrik di rumah 450 watt dan penghasilan orang tua yang saya tulis lima ratus ribu”, jelasnya. Fahimah, namun dia juga masuk dalam UKT 2. Akibat dari teori dan kenyataan di lapangan yang berbeda ini, muncul banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang dasar yang digunakan untuk mengklasifikasikan kelompok UKT. Aulia menyebutkan dia juga tidak tahu secara pasti mengapa ia termasuk dalam UKT 3. Mahasiswi prodi Bahasa Arab tersebut mengira bahwa ia masuk dalam UKT 3 karena ikut seleksi reguler. Tetapi ternyata satu kloter seleksi hanya tiga mahasiswa yang masuk dalam UKT 3 termasuk dirinya. “Nggak tau sih kenapa bisa masuk UKT 3. kalau dilihat
dari rekening listrik, saya kan ngumpulinnya setelah tahu kalau masuk di UKT 3," ujarnya. Aulia juga menegaskan jika ayahnya memang PNS, akan tetapi bukan termasuk golongan 4. Tidak apa-apa jika ia tergolong UKT 3, akan tetapi ia meminta ada keterangan yang jelas jika termasuk UKT golongan 3. Di sisi lain mahasiswa tidak hanya mengeluhkan prosedur pengklasifikasian yang dirasa membingungkan, akan tetapi juga merasa keberatan dengan UKT yang dinilai tidak sesuai dengan tingkat ekonominya. Sudah Adilkah UKT?
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 17
Laporan Utama Jika UKT memang disetting untuk memberikan biaya pendidikan yang murah dan juga memperluas kesempatan belajar, lalu bagaimana dengan penerapan di lapangan yang –terkesan– asalasalan. Kalau sudah menetapkan syarat-syarat dari masingmasing jenjang, lantas kenapa masih banyak mahasiswa yang seharusnya masuk dalam UKT 1, tetapi masuk dalam UKT 2 bahkan UKT 3. Lalu, bisakah mendapatkan data yang akurat dalam pengklasifikasian golongan UKT jika persyaratannya dikumpulkan setelah mendapatkan ketentuan masuk di UKT tertentu. Mungkinkah ada dasar lain yang diterapkan di lapangan? Dalam hal ini Kabag Administrasi menjelaskan bahwa ada beberapa fakta. Ada kemungkinan mahasiswa salah dalam mengisikan pendapatan orang tua. Fakta yang kedua, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada saat proses masuk STAIN. Pewawancara tidak hanya untuk mengetahui kemampuan baca tulis al-Qur’an, akan tetapi mereka dibekali untuk mengetahui kemampuan ekonomi mahasiswa. Hal inilah yang disebutkan menjadi bahan pertimbangan untuk mengklasifikasikan golongan UKT. Sehingga mahasiswa yang –mungkin– mengumpulkan persyaratan untuk masuk di UKT 1, namun masuk UKT yang selanjutnya (UKT 2 dan UKT 3.red).
Menurut keterangan Fachruddin, wawancara ini diterapkan ke semua mahasiswa baik itu jalur SPAN atau pun jalur reguler. Namun sebaliknya, mahasiswa menyebutkan bahwa tidak ada wawancara dari dosen pada saat tes baca al-Qur’an. “Pas dites itu nggak ditanya apaapa kok, cuma tes baca al-Qur’an doang," terang Husna, mahasiswi angkatan 2014. Lalu di manakah peran wawancara dalam penentuan jenjang UKT? Kuota UKT Beralih dari syaratsyarat yang diterapkan untuk pengklasifikasian besaran UKT, mari kita tilik mengenai kuota dari masing-masing jenjang UKT. Pada dasarnya tidak hanya persyaratan UKT saja yang telah sebelumnya ditentukan, akan tetapi kuota untuk masing-masing UKT pun juga telah ditetapkan. Sebagaimana yang ada pada pasal 3 ayat 1 tercatat bahwa “Uang Kuliah Tunggal kelompok 1 diperuntukkan bagi mahasiswa miskin di luar penerima beasiswa pendidikan mahasiswa miskin dan berprestasi (bidikmisi) dan paling sedikit diberikan sebanyak 5 (lima) persen dari jumlah mahasiswa.” Pada praktiknya di STAIN Ponorogo masih menggunakan standar minimal untuk UKT 1 yaitu 5% dari jumlah mahasiswa baru yang diterima. Mahasiswa baru angkatan 2014 diambil 64 mahasiswa dari 1212 mahasiswa. Sedangkan UKT 3 diperoleh sekitar 3% dari jumlah
mahasiswa yaitu 35 mahasiswa dan sisanya sekitar 92% dengan jumlah 1113 mahasiswa masuk dalam kelompok UKT 2. Dari data jumlah pengklasifikasian data tersebut bisa disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa angkatan 2013/2014 memiliki kemampuan ekonomi sedang karena lebih dari 90% masuk dalam kategori ekonomi rata-rata. Namun, jika kita mengingat sejenak fakta yang terjadi menyimpang dari teori, benarkah sebagian besar mahasiswa kita mempunyai ekonomi rata-rata? Dan bukankah ada sekian mahasiswa yang juga merasa terbebani dengan adanya UKT? Seyogyanya kebijakan penerapan penggolongan UKT lebih dicermati lagi oleh para pemangku kebijakan. Pada dasarnya perlu adanya transparansi di antara pihak yang berwenang maupun segenap panitia untuk merumuskan persyaratan yang benar-benar bisa menjadi patokan. Dan diharapkan bisa terlaksana sesuai dengan prosedur yang jelas dan tepat sasaran. Selain itu tidak hanya menerapkan batas minimal 5% untuk UKT 1, tetapi juga meningkatkan kuota bagi mahasiswa yang kurang mampu. Jangan sampai sistem baru yang digadang menjadi solusi justru menjadi masalah baru.*** ] _____________________ Echa_Crew. 2112.116
Sering kali, tanpa disadari jurang pemisah status sosial antara si kaya dan si miskin terbentuk di lingkungan pendidikan yang hendaknya di sanalah manusia di sadarkan bahwa semua manusia adalah sama. 18 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Liputan Khusus
ADMINISTRASI A
dministrasi adalah suatu istilah yang sering kali dijumpai dalam sebuah lembaga, kelompok, maupun organisasi. Administrasi bisa diartikan sebagai usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. Administrasi juga diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan, yang bila dikaitkan dengan suatu
lembaga ataupun organisasi berarti sistem/ manajemen yang mengelola lembaga tersebut. Administrasi mengatur seluruh aspek, yang termasuk di dalamnya. Mengatur kepengurusan, tugas kerja, keuangan, hubungan masyarakat serta pengembangan lembaga itu sendiri. Sedangkan dalam arti sempit administrasi diartikan sebagai pencatatan atau tata usaha. Dalam hal ini sering kali orang menganggap jika administrasi adalah pekerjaan
mengurusi hal-hal yang terkait surat-menyurat, padahal itu hanyalah bagian kecil dari administrasi itu sendiri. Berbicara tentang administrasi, tentunya sebagai mahasiswa yang tengah belajar di lembaga pendidikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo (STAIN Ponorogo), tahu bahwa lembaga yang ditempati juga memiliki administrasi yang kompleks. Administrasi yang mengatur dan mengelola lembaga; tata kelola organisasi, kurikulum,
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 19
Liputan Khusus
Sedikit menengok ke belakang, dalam sejarahnya kampus yang juga sering disebut Kampus Hijau ini sudah berdiri sejak tahun 1997. Dalam perjalanannya, sistem administrasi STAIN Ponorogo sudah tiga kali berganti STATUTA. Pertama pada tahun 1997, bertepatan dengan awal berdirinya STAIN Ponorogo, kedua pada tahun 2002, dan pergantian ketiga pada 2008 yang hingga saat ini masih diterapkan di STAIN Ponorogo.
perencanaan dan pengelolaan keuangan, penentuan mata kuliah, bahkan menentukan dosen yang mengajar seluruh mahasiswa di kelas pada setiap harinya. Administrasi adalah salah satu indikator untuk melihat baik-tidaknya lembaga pendidikan itu. Jika administrasi sebuah lembaga itu baik, maka besar kemungkinan output/produk yang dikeluarkan (lulusan) oleh lembaga tersebut juga baik/bagus. Jika sebuah lembaga pendidikan memiliki kepala atau ketua yang ahli dalam mengatur dan mengelola lembaganya, maka lembaga tersebut akan lebih maju dan berkembang. STAIN Ponorogo, saat ini diketuai oleh Dr. Hj. S. Maryam Yusuf, M. Ag. STAIN Ponorogo adalah salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang terletak di wilayah kabupaten Ponorogo. Karena STAIN Ponorogo merupakan lembaga pendidikan negeri, oleh karenanya sebagian besar sistem administrasinya ditentukan oleh pusat PTAIN Indonesia, yakni Departemen Agama. Seperti halnya IAIN Tulung Agung, IAIN Sunan Ampel Surabaya, dan PTAIN-PTAIN se-Indonesia, sebagian besar administrasinya diatur oleh negara. Peraturan administrasi yang menjadi acuan oleh semua Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia sudah ada dalam STATUTA, sementara untuk peraturan terkait kerja dan tugas-tugas dalam pelaksanaan tiap-tiap bagian sudah diatur dalam ORTAKER (Organisasi dan Tata Kerja). Sedikit menengok ke belakang, dalam sejarahnya kampus yang juga sering disebut Kampus Hijau ini
20 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
sudah berdiri sejak tahun 1997. Dalam perjalanannya, sistem administrasi STAIN Ponorogo sudah tiga kali berganti STATUTA. Pertama pada tahun 1997, bertepatan dengan awal berdirinya STAIN Ponorogo, kedua pada tahun 2002, dan pergantian ketiga pada 2008 yang hingga saat ini masih diterapkan di STAIN Ponorogo. Sedangkan ORTAKER STAIN Ponorogo baru dua kali berganti, yang pertama juga bertepatan dengan berdirinya STAIN Ponorogo tahun 1997 dan yang kedua pada tahun 2013 lalu hingga sekarang masih diberlakukan. “STATUTA STAIN sudah berganti 3 kali, yang pertama 1997, kedua 2002, dan yang terakhir tahun 2008 hingga sekarang. Sedangkan ORTAKER masih 2 kali berganti,” kata Fahruddin Latif selaku Ketua bidang ADMINSTRASI. Fahruddin selaku bagian administrasi di STAIN Ponorogo menyatakan bahwa untuk mempermudah kinerja dalam menjalankan tugas administrasi di STAIN Ponorogo, Administrasi dibagi menjadi tiga bagian utama; yaitu Bidang Akademik dan pengembangan lembaga, Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, serta Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. Ketiga Bidang tersebut sering disebut Waka 1, Waka 2, dan Waka 3. Sedikit mengulas kembali STAIN Ponorogo yang kian lama semakin terlihat jelas visinya menuju IAIN. Kabar terakhir peralihan status tersebut adalah acara visitasi alih status STAIN menuju IAIN pada 9 Desember 2014 lalu. Dalam hal administrasi, tentunya peralihan status tersebut akan memberi
Liputan Khusus dampak yang cukup besar pada STAIN Ponorogo. Karena tidak mungkin status STAIN berganti menjadi IAIN, sedangkan administrasinya tidak berubah. Bicara tentang perubahan, tentunya tidak berhenti hanya di tataran konseptual saja, dalam tataran praktis pun harus tetap diperhatikan. Contoh kecilnya adalah pembagian KHS yang hampir selalu telat berbulan-bulan dari jadwal semula. Sebagai seorang mahasiswa yang telah berproses dan belajar, tentu mereka ingin mengetahui hasil belajarnya setelah ujian akhir dilakukan. Sayangnya, hasil tersebut selalu saja keluar sekitar 2-3 bulan lebih lama, atau bahkan di pertengahan semester berikutnya. “KHS-nya belum keluar mas sampai sekarang, padahal UAS-nya sudah selesai bulan Januari lalu dan sekarang sudah bulan Maret, biasanya juga selalu telat mas, mungkin sekitar pertengahan semester nanti baru keluar,” kata Pras mahasiswa jurusan Tarbiyah semester 6. Jika hal sekecil itu saja STAIN Ponorogo belum bisa memperbaikinya, bagaimana dengan permasalahan-permasalahan yang lebih kompleks ketika sudah menjadi IAIN pada nantinya, karena perubahan memang diawali dari hal kecil macam ini. Di bagian lain, baru-baru ini STAIN Ponorogo menerapkan sistem baru dalam administrasi registrasi mahasiswa baru, yaitu UKT (Uang Kuliah Tunggal). Sistem ini secara teknis memang sudah bagus, pembagian pembayaran SPP mahasiswa dibagi menjadi 3 golongan, yaitu golongan UKT 1, 2, dan 3. UKT 1 diperuntukkan bagi mereka yang memiliki orang tua kurang mampu, sedang UKT 2 bagi mereka yang kedua orang tuanya berpenghasilan sedang, dan UKT 3 untuk mereka yang termasuk golongan mampu atau kaya. Tetapi pada tataran praktis, masih ada saja ketimpangan, baik itu pada penggolongan UKT 1 yang kurang merata ataupun UKT 3 yang kurang ketat penyeleksiannya. Terlebih lagi spesifikasi syarat-syarat tiap golongan UKT-nya yang masih kurang jelas. Ada sebagian mahasiswa yang tidak tahu bagaimana proses penyeleksian penggolongan UKT tersebut, sebagai sampel saja Aulia yang masuk golongn UKT 3, tetapi ia tidak tahu prosedurnya bagaimana. “Nggak tahu kenapa bisa masuk UKT 3, kalau dilihat dari rekening listrik, saya kan ngumpulinnya setelah tahu kalau saya masuk UKT 3”, kata Aulia yang terpilih masuk UKT
3 yang ktika itu ia belum mengumpulkan semua
berkas syarat registrasi, tapi sudah dimasukkan di golongan UKT 3. Maka memang, secara konseptual apa yang diterapkan di STAIN memang telah bagus. Dilihat dari pencanangan sistem UKT yang mendukung segala kalangan untuk tetap dapat mengenyam pendidikan. Setidaknya, kata egaliter di visi misi STAIN dapat terwujudkan. Namun, seperti halnya kendala di semua konsep, implementasi dari apa yang direncanakan seringkali jauh berbeda. Perlu adanya perbaikan di segala lini STAIN Ponorogo sebelum naik kasta, terutama dari segi teknis. Kurikulum Kurikulum adalah rancangan rencana atau pedoman pembelajaran untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Secara teoritis kurikulum adalah semua hal yang terkait dalam pembelajaran. Termasuk didalamnya materi apa saja yang akan diajarkan pada peserta didik, keilmuan dan kompetensi apa saja yang harus dan akan dikuasai mereka; bahkan perencanaan pembelajaran, kegiatan mengajar dan evaluasinya pun sudah ada dalam kurikulum. Di dalam lembaga pendidikan, kurikulum adalah mutlak adanya, tidak terkecuali STAIN Ponorogo. Di STAIN Ponorogo, “Kurikulum merupakan rancangan seluruh kegiatan pembelajaran mahasiswa sebagai rujukan seluruh program studi dalam merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 21
Liputan Khusus
untuk mencapai tujuan program studi,” dikutip dari buku pedoman penyelenggaraan pendidikan TA 2014/2015. Bicara soal kurikulum, STAIN pun memiliki kurikulumnya tersendiri, yaitu kurikulum berbasis Kompetensi untuk mahasiswa S1 maupun S2. Kompetensi-kompetensi tersebut meliputi kompetensi kepribadian, keilmuan, serta kompetensi sosial dan budaya. STAIN Ponorogo menerapkan kurikulum berbasis kompetensi, yang artinya jika seorang mahasiswa masuk pada jurusan tertentu maka dia akan mendapat materi/mata kuliah yang juga mendukung mereka untuk memiliki kompetensikompetensi yang sesuai dengan jurusannya masing-masing. Mengenai hal ini, Basuki berpendapat untuk masalah penentuan mata kuliah pada tiaptiap prodi di STAIN ditentukan oleh pihak kampus sendiri, itu pun dengan mengacu pada
logika keilmuan yang sudah ada. Ditambah lagi mata kuliah yang ada di tiap jenjang semesternya pun harus sesuai dengan porsinya, pada tahun pertama perkuliahan mahasiswa STAIN Ponorogo akan mendapat mata kuliah kompetensi dasar; di antaranya meliputi mata kuliah pendidikan dan kewarganegaraan, Bahasa Arab dan Inggris, serta mata kuliah akhlak tasawuf, dsb. “Itu berlaku untuk semua prodi, tidak terkecuali prodi Bahasa Arab dan Prodi Bahasa Inggris,” kata Basuki selaku ketua bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga. Beliau juga menjelaskan bahwa kompetensi dasar itu wajib diambil/ dipelajari oleh masing-masing mahasiswa STAIN Ponorogo. Selain menjadi pondasi dasar keilmuan, juga karena STAIN Ponorogo merupakan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Ponorogo, yang karenanya menjunjung tinggi kebudayaan Islam dan nasionalisme menjadi
22 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Dalam administrasi penentuan dosen, STAIN Ponorogo juga memiliki hak penuh untuk menentukan dosen. Penentuan dosen vak pun disesuaikan dengan keahlian dosen yang ada. “Penentuan dosen sesuai dengan Serdos (Sertifikasi Dosen), jadi per dosen punya SK yang mereka ajukan dan penentuannya ya dari SK tersebut,” Basuki Wa.Ka I STAIN Ponorogo
Liputan Khusus sebuah kewajiban. Di sisi lain, meskipun STAIN Ponorogo merupakan Perguruan Tinggi negeri, yang secara umum sebagian besar administrasinya diatur oleh PTAI pusat se-Indonesia, dalam hal penentuan mata kuliah di tiap-tiap jurusan/Prodinya tetap ditentukan sendiri oleh pihak kampus. “Penentuan mata kuliah di STAIN Ponorogo adalah otoritas kampus berdasarkan logika keilmuan,” kata Basuki. Disisi lain pula, dalam administrasi penentuan dosen, STAIN Ponorogo juga memiliki hak penuh untuk menentukan dosen. Penentuan dosen vak pun disesuaikan dengan keahlian dosen yang ada. “Penentuan dosen sesuai dengan Serdos (Sertifikasi Dosen), jadi per dosen punya SK yang mereka ajukan dan penentuannya ya dari SK tersebut,” kata Basuki. Prosedur penentuan dosen diawali dari dosen tetap yang sudah ada, lantas para dosen diberi kebebasan untuk mengajukan untuk mengajar mata kuliah apa nantinya. Dalam pengajuan yang dikirim ke PTAI pusat yang berada di Jakarta, tentunya pengajuan tersebut harus sesuai dengan ijasah S1 dan S2 mereka. Setelahnya, jika pengajuan mengajar dosen tersebut disepakati oleh PTAI Pusat, maka Surat Keputusan (SK) nya pun akan dikeluarkan oleh PTAI Pusat dari Jakarta. Untuk itu, SK dosenlah yang lantas digunakan untuk menentukan dosen vak di STAIN Ponorogo. Namun, jam kerja dan kelas jenjang semester mengajar dosen diatur oleh tiap jurusan yang ada di STAIN Ponorogo secara otonom. Mengulas mengenai DLB
atau Dosen Luar Biasa yang berada di STAIN Ponorogo tentang status dosen, Basuki menjelaskan bahwa DLB juga memiliki SK dari PTAI pusat dari Jakarta. Karena pada dasarnya STAIN sendirilah yang mengajukan pada PTAI Pusat siapa saja yang akan mengajar pada tiap periode semester di STAIN. Akan tetapi SK DLB tersebut hanya bersifat periodik dan hanya berlaku satu periode (satu semester) saja. “Untuk DLB di STAIN Ponorogo itu memakai sistem kontrak, satu semester habis,” ujar Basuki selaku ketua bidang pengembangan lembaga. DLB hanya dikontrak untuk mengajar mahasiswa guna memenuhi kekurangan tenaga dosen pengajar di STAIN Ponorogo. Jika dosen tetap STAIN Ponorogo sudah mampu dan mencukupi untuk mengajar di semua jurusan dan prodi, maka sistem DLB pun tidak akan lagi diberlakukan. Tapi pada kenyataannya STAIN Ponorogo masih sangat kekurangan Dosen. Untuk saat ini saja, STAIN Ponorogo telah memiliki lebih kurang 110 dosen tetap, itupun masih ditambah sekitar 20-an Dosen Luar Biasa. Jumlah yang cukup sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang sudah mencapai lebih kurang 4300 mahasiswa yang harus diajar oleh dosen-dosen tersebut. Belum lagi dengan akan dibukanya program studi baru di jurusan Tarbiyah dan Syariah, yakni PGRA dan Manajemen Pendidikan untuk prodi baru di jurusan Tarbiyah, serta Perbankan Syariah dan Ekonomi Syariah untuk prodi baru di jurusan Syariah. Dalam upaya
menambahkan Prodi baru, STAIN Ponorogo masih berusaha dalam penambahan tenaga dosen pengajar mahasiswa S1. Khususnya untuk 4 prodi baru yang akan dibuka mulai bulan September tahun ajaran baru 2015/2016 mendatang. Walau belum memiliki dosen vak untuk prodi baru yang akan dibuka. Basuki pun membenarkan akan kekurangan dosen tersebut, apalagi untuk dosena PGRA. “Kita yang kurang banyak itu dosen PGRA, ketika berdiri dosennya belum ada, tapi masih ada waktu masihan. PGRA kan buka kelasnya bulan September, berarti masih ada Maret, April, Mei sampai Agustus untuk kita mengajukan kebutuhan dosen PGRA,” kata Basuki dalam upaya mencari dosen vak untuk prodi baru PGRA, dan prodi baru lainnya. Berkaitan tentang kurikulum di STAIN Ponorogo akan berganti menjadi kurikulum berbasis pasar. Menurut informasi yang didapat oleh crew aL-Millah, mulai tahun ajaran 2015/2016 mendatang STAIN akan menerapkan kurikulum baru, yaitu Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, atau sering disebut Kurikulum berbasis KKNI. “Target Saya tahun ajaran baru pada bulan September, kurikulum di STAIN Ponorogo sudah mengacu pada Kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, atau kurikulum berbasis KKNI,” kata Basuki. Pergantian kurikulum ini juga dikarenakan adanya aturan baru yang mewajibkan semua perguruan tinggi untuk menerapkan kurikulum tersebut. “KKNI wajib diterapkan mulai tahun ajaran baru oleh semua
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 23
Liputan Khusus
Apakah benar kurikulum di STAIN Ponorogo akan berganti menjadi kurikulum berbasis kebutuhan pasar? Menurut informasi yang didapat oleh crew aL-Millah, mulai tahun ajaran 2015/2016 mendatang STAIN akan menerapkan kurikulum baru, yaitu Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, atau sering disebut Kurikulum berbasis KKNI.
perguruan tinggi, dan untuk STAIN Ponorogo sudah siap,” tegas Basuki untuk menyatakan kesiapan STAIN Ponorogo yang akan menerapkan kurikulum tersebut mulai tahun ajaran baru mendatang. Basuki optimis walau kurikulum KKNI belum bisa diterapkan oleh semua perguruan tinggi di Ponorogo, akan tetapi STAIN Ponorogo sebagai satusatunya perguruan tinggi negeri di Ponorogo harus mengawali program tersebut. Menurutnya, dengan diberlakukannya kurikulum KKNI —kurikulum yang berbasis pada kebutuhan pasar, maka semua alumni STAIN Ponorogo dan semua alumni seluruh Indonesia tidak akan menemui kesenjangan antara lini akademik dengan masyarakat, karena adanya titik temu antara pengguna lulusan dengan akademisi pendidikan. Akan tetapi Kurikulum baru tersebut akan diterapkan hanya kepada mahasiswa baru tahun ajaran baru 2015/2016 dan seterusnya. Sedangkan mahasiswa yang sudah lama akan tetap menggunakan kurikulum yang lama. “Yang selama ini ya kita habiskan dulu, karena tidak bisa mengganti kurikulum di tengah jalan, yang lama ya menyelesaikan dulu sampai selesei dan mahasiswa baru menggunakan kurikulum KKNI,” tegas Basuki. Mengenai mata kuliah pasar sendiri Basuki menjelaskan akan adanya pelatihan-pelatihan bagi
mahasiswa dalam kegiatan extra. “Sedangkan untuk mata kuliah pasar, itu nanti kita gunakan dimata kiliah pilihan, adanya pelatihan-pelatihan itu nanti masuk di kegiatan-kegiatan extra, dan di masing-masing prodi berbeda-beda,” tambahnya untuk mata kuliah pasar. Sedangkan untuk pedoman kurikulum baru tersebut Basuki juga menjelaskan bahwa untuk saat ini masih dalam proses perancangan dan akhir-akhir ini juga sering rapat untuk persiapan perancangan pedomannya. “Untuk lebih lanjut bagaimana pedomannya, kami komitmen untuk menyelesaikan dan merapikan kurikulum KKNI. Pada bulan September sudah jadi,” kata Basuki selaku ketua Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga di STAIN Ponorogo. Pada intinya kurikulum yang diterapkan STAIN Ponorogo untuk mahasiswa S1 dan S2 saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi. Sedangkan untuk tahun ajaran baru 2015/2016 mendatang akan menggunakan kurikulum baru, yaitu kurikulum KKNI atau kurikulum berbasis kebutuhan pasar untuk mahasiswa baru. Serta mulai bulan September 2015 mendatang STAIN Ponorogo juga mulai membuka 4 Prodi baru di jurusan Tabiyah dan Syariah.*** ___________________ Joe_crew | 2112.112
Seharusnya administrasi bukan untuk mempersulit sebuah prosedur namun administrasi untuk menata sebuah struktur, agar rapi dan mudah dipahami... 24 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Khazanah Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 25
KONSEP PENDIDIKAN TAN MALAKA DALAM
“SI Semarang Dan Onderwijs” *Oleh: Muhammad Hamka Arifin
“Siapa yang mau mencapai kemerdekaan dengan jalan anarki, itu hanya jalan pikiran orang yang lagi demam” ~Tan Malaka~ Sekapur Sirih Nama Tan Malaka boleh dikatakan sebuah nama yang cukup asing bagi masyarakat Indonesia kecuali bagi para aktifis gerakan mahasiswa ataupun peminat kajian kiri di Indonesia. Bukan tanpa
sebab nama Tan Malaka menjadi asing. Pertama, sebagai pribadi Tan Malaka memang merupakan sosok “misterius” yang lebih banyak bergerak di belakang layar, dan memilih “jalan sunyi” melalui penyamaran. Kedua, sosok Tan
26 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Malaka memang mengalami “pengasingan” di berbagai jaman. Meski mendapat gelar pahlawan Nasional dari presiden Sukarno, selama Orde Baru nama Tan Malaka seolah terhapus karena memang Orde Baru sangat getol
memberangus segala hal berbau kiri. Minat terhadap berbagai karya Tan Malaka kembali mengemuka pasca reformasi. Salah satu penulis dari negeri kincir angin Belanda, Poeze, termasuk yang paling serius berusaha menelusuri jejak dan pemikiran Tan Malaka. Beberapa orang kerap memberi sebutan Tan Malaka sebagai “Che Guevara” dari Indonesia. Memang, ada banyak kesamaan antara kisah kehidupan Che dan Tan Malaka. Keduanya terlahir dari kelas menengah kemudian tertarik ideologi kiri sejak remaja. Jika Che dikenal karena perjalananya menjelajahi Amerika Selatan yang tercantum dalam the Motorcycle Diaries, Tan Malaka melanglang buana dari tanah kelahiranya hingga Belanda,Soviet, negara negara Asia Tenggara dan dibuat menjadi cerita novel berjudul “Patjar Merah Indonesia”. Selama ini Tan Malaka biasanya dikenal dengan karya masterpiece-nya yakni Madilog (Materialisme, Dialektika Dan Logika) sebuah buku yang konon, di tulis selama pelarian di jaman Jepang dengan hafalan dan referensi diluar kepala. Karya tulis Tan Malaka yang lain cukup beragam, Dari Nar De Republik mengenai konsep awal pembentukan bangsa Indonesia, hingga buku “manual” gerakan ekonomi politik dan militer semisal Gerpolek. Di antara karya Tan Malaka, terselip sebuah tulisan menarik tentang konsep dan pandangan Tan Malaka tentang pendidikan. Brosur ini di tulis pada masa Tan Malaka bekerja sebagai guru di sebuah sekolah swasta milik
Sarekat Islam di Semarang. Latar belakang tulisan SI Semarang dan Onderwijs adalah kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang mempersulit sekolah sekolah swasta termasuk sekolah SI Semarang. Meski di tulis hampir di permulaan abad yang lampau, tulisan dan pandangan Tan Malaka terhadap problematika pendidikan yang tertulis dalam SI Semarang dan Onderwijs terasa masih relevan untuk dibahas dan digunakan sebagai pisau analisa hingga saat ini. Perubahan situasi politik dimana kemerdekaan Indonesia telah diraih, masih menyisakan problem klasik yang menjadi pokok pikiran Tan Malaka yakni adanya tekanan dunia kemodalan (istilah ini merujuk pada pemilik modal/faham kapitalisme) terhadap si kromo (sebutan untuk rakyat kecil). Tulisan singkat ini berusaha memaparkan bagaimana konsep Tan Malaka tentang pendidikan ideal bagi bangsa Indonesia. Biografi Tan Malaka Sempat merasakan dinginya penjara kota Ponorogo (tempat di mana ia menulis Otobiografi Dari Penjara Ke Penjara) Tan Malaka terlahir dengan nama asli Ibrahim di negeri Pandan Gadang, Minangkabau, Sumatra Barat. Tokoh komunis ini berasal dari sebuah keluarga yang religius. “Ibu Bapa saya keduanya orang taat, takut kepada Allah dan jalankan sabda Nabi,” demikian kisah Tan Malaka. Sisi religius kedua orang tua Tan Malaka tercermian dalam kehidupan mereka sehari hari. Suatu ketika ayahnya ditemukan orang pingsan ketika hendak mengambil air wudhu
Meski tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan diri untuk “bekerja”, ia juga menekankan kepekaan terhadap seni yang dianggap bisa membentuk karakter. Ia bercerita bahwa dalam 2-3 hari saja sekolahnya sudah penuh lukisan wayang dari anak anak Jawa. Sebagai guru ia mengaku kalah dalam kepandaian menggambar. “Kalau bangsa Eropa khusunya Belanda meninggikan betul keahlian menggambar, kenapa tidak dikeluarkan kepandaian yang tersembunyi dari bangsa Jawa itu, Jawabnya: barangkali sebab pabrik gula atau kantor post lebih suka sama yang pandai menyalin kopi, atau menghitung uang masuk dan keluar, dari pada sama orang yang pandai menggambar Doso Muko.”tulisnya. saat menjalankan ritual tarekat, dan bercerita bahwa ia bertemu (secara ruhani) dengan Tan Malaka di negeri Belanda. Ibunya menghadapi sakaratul maut dengan membaca yasin dan ayat ayat al-Qur’an yang dihafalnya luar kepala. Di usia yang masih muda Tan Malaka telah menjadi “ustadz” karena kepandaianya dalam ilmu ilmu agama termasuk tafsir al Qur’an. Sebagai anak seorang pegawai pemerintah dan mempunyai status sosial yang cukup baik, Tan Malaka mendapat
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 27
KHAZANAH pendidikan yang cukup baik untuk ukuran masanya. Tahun 1908 saat usia 11 tahun ia didaftarkan di Kwekschool (Sekolah Guru Negara) dan tamat tahun 1913. Melihat potensinya, terutama kemampuanya berbahasa Belanda maka guru nya menyarankan agar Tan Malaka melanjutkan sekolah di negeri Belanda. Dengan dana yang dikumpulkan dari para engku (tokoh) di desanya, Tan Malaka melanjutkan pendidikan dengan kuliah di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah). Terpisah dari tanah kelahiran dan berada di sebuah negeri yang jauh berbeda dari tempat asalnya Membuat Tan Malaka mengalami culture shock. Di tengah kegamangan inilah ia mengenal sosialisme dan ideologi komunis pasca peristiwa revolusi Rusia. Secara otodidak Tan Malaka membaca buku buku Marx, Engels dan Lenin. Pemikir Barat yang juga sangat mempengaruhi Tan Malaka adalah Friederich Nietze. Tergerak oleh kemajuan dan kekuatan Jerman, Tan Malaka sempat mendaftar menjadi tentara Jerman namun ditolak karena alasan kesehatan. Pada saat inilah ia bertemu dengan tokoh pembawa ideologi komunisme dari Belanda ke Indonesia yakni Snevliet. Tahun 1919 lulus dan mendapat gelar sebagai pengajar, lalu pulang ke desa kelahiranya dan menerima tawaran untuk mengajar anak para buruh di Sumatra Utara lalu mendaftar menjadi anggota volskraad. Perjalanan tan malaka kemudian mencapai babak baru setelah ia memilih mengundurkan diri dari jabatanya dan memilih jalan hidupnya sebagai seorang pejuang politik.
Era 1920an Tan Malaka mulai menulis berbagai buku disamping secara aktif bergerak di bidang politik. Sebagai pemikir “merdeka” Tan Malaka kerap berselisih bahkan dengan kawan separtai seperti ketidak setujuanya terhadap pemberontakan PKI 1926. “Siapa yang mau mencapai kemerdekaan dengan jalan anarki, itu hanya jalan pikiran orang yang lagi demam” kecamnya. Selama beberapa tahun Tan Malaka berada di Soviet lalu kembali ke Indonesia melalui Singapura pada saat perang dunia ke 2. Hidup dalam penyamaran selama penjajahan Jepang, Tan Malaka menulis karya besarnya MADILOG. Pasca kemerdekaan, terbawa gelombang politik ia sempat di tahan di Ponorogo sekitar tahun 1947 dan hidup berpindah pindah hingga ia ditembak mati tahun 1949 di Kediri.
sehingga anak-anak tidak bisa cari jalan sendiri untuk menjawab persoalan. Meski tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan diri untuk “bekerja”, ia juga menekankan kepekaan terhadap seni yang dianggap bisa membentuk karakter. Ia bercerita bahwa dalam 2-3 hari saja sekolahnya sudah penuh lukisan wayang dari anak anak Jawa. Sebagai guru ia mengaku kalah dalam kepandaian menggambar. “Kalau bangsa Eropa khusunya Belanda meninggikan betul keahlian menggambar, kenapa tidak dikeluarkan kepandaian yang tersembunyi dari bangsa Jawa itu, Jawabnya: barangkali sebab pabrik gula atau kantor post lebih suka sama yang pandai menyalin kopi, atau menghitung uang masuk dan keluar, dari pada sama orang yang pandai menggambar Doso Muko,” tulisnya.
Pokok Pikiran Tan Malaka Tentang Pendidikan. Secara garis besar Tan Malaka merumuskan konsep pendidikanya ke dalam 3 hal yakni:. I. Memberi senjata cukup, buat mencari penghidupan dalam dunia kemodalan (berhitung, menulis, membaca, babad, ilmu bumi, bahasa Jawa, Melayu, Belanda dan sebagainya). Segaris dengan jalan fikiran yang ia tuangkan dalam Madilog, Tan Malaka selalu menjelaskan cita citanya berdasar sesuatu yang kongkrit. Tujuan pertama pendidikan menurut Tan tak pelak lagi adalah memberi murid bekal untuk mencari nafkah di dunia kerja. Sejak awal murid harus diberi semangat belajar secara mandiri. Ia mengkritik guru yang ia sebut mabuk methode (cara mengajar),
II.Memberi haknya murid-murid, yakni kesukaan hidup, dengan jalan pergaulan
28 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Pada pokok pikiran kedua, Tan mulai menyoroti pendidikan yang membentuk murid menjadi sosok yang individualis sejak usia anak anak. Ia menyebut bahwa semakin sukar mencari geest (hawa) yang baik buat anak anak karena sejak awal “dipaksa” belajar seperti mesin pabrik gula yang terus bekerja tanpa ada waktu untuk bergaul dengan anak yang lain. "Siang malam anak-anak mesti belajar dan menghafalkan pelajaran, sehingga tiadalah berapa waktu tinggal untuk bermain-main. Lain dari pada waktu uitspanning (main-main di pelataran) tiadalah ada mereka sanggup bercampur-campur. Satu sama lain kenalnya di kelas saja, sehingga kanak-kanak tiada merasa
KHAZANAH enaknya kumpul-berkumpul. Sifat ini kelak kalau besar akan terbawabawa juga, sehingga tiap-tiapnya orang suka mencari kesenangan sendiri-sendiri saja” demikian Tan Malaka menggambarkan kondisi anak anak. III.Menuju kewajibannya kelak, terhadap pada berjuta-juta Kaum Kromo “Ini maksud mudah dituliskan, tetapi tiada mudah disampaikan” demikian Tan menggambarkan konsepnya yang ke 3. Anak anak dengan pikiran yang masih suci, belum pernah merasakan membanting tulang untuk menghidup keluarga disebutnya akan mudah “kemasukan Iblis” dan “pecah iman”. jika berhadapan dengan “neraka kemodalan”. Hal ini menurutnya karena sifat didikan sekolah governement (pemerintah kolonial) yang memisahkan murid dari problematika kehidupan di masyarakat sehari hari. Dari hal sederhana Tan memberikan contoh, di sekolah sekolah para murid diajarkan kebersihan, kepandaian, dan etika kesopanan di sisi lain ia bertemu dengan masyarakat yang sering disebut kotor, bodoh dan tak beradab. Jika tak dijelaskan apa sebab masyarakat menjadi demikian, murid akan terbawa pikiran bahwa memang sudah demikian sifat si Kromo (rakyat jelata) tanpa mempunyai keinginan untuk memperbaiki. Perkara kedua adalah lahirnya pendapat bahwa sekolah cuma dianggap buat mencari
kepandaian otak. Anak anak yang dulunya rajin membantu orang tuanya dengan mencangkul kini hanya melihat kegiatan mencangkul di gambar buku pelajaran. Jika hal ini dibiarkan, anak akan terbawa pendapat bahwa “kerja tangan” adalah profesi rendah karena menjadi bagian si kromo yang bodoh dan tak berpendidikan. “Memandang rendah pada pekerjaan tangan, yakni kerja ibu bapaknya hari-harian, itulah yang mau kita perangi dengan sekuat-kuatnya. Anak-anak mesti cinta pada segala macam pekerjaan yang disahkan (halal),” tegas Tan Berkaca di Cermin Lama. Meski di tulis hampir 100 tahun lalu (brosur SI Semarang dan Onderwijs di tulis tahun 1921) terasa bahwa problematika yang kita hadapi sampai saat ini masih belum banyak berubah (bahkan lebih kompleks) dan tugas kita semakin berat. Dalam hal memberi kecakapan murid untuk menghadapi dunia kerja, sudah menjadi rahasia umum bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih tertinggal bahkan dari negara negara tetangga. Perubahan kurikulum di Indonesia seringkali membuat banyak pihak mengerutkan dahi tanda berfikir. Beberapa kali program yang sedang berjalan di hentikan ditengah jalan seiring bergantinya kebijakan akibat pergantian kekuatan politik yang berkuasa. Pendidikan yang mencetak sosok individualis dengan banyaknya tugas dan pelajaran yang mesti dihafal siang dan malam saat ini bukanya berkurang malah semakin bertambah. Jika pada masa
“Seorang yang mempunyai hati dan pikiran yang suci mudah kemasukan iblis, kalau sudah ditimpa bahaya kemelaratan hidup...
dahulu kegiatan belajar mengajar hanya berlangsung dari pagi sampai siang, kini dengan konsep full day school anak berada di sekolah hingga sore hari. Kemampuan ekonomi yang secara umum makin bertambah membuat orang tua merasa “perlu” memberikan beragam les tambahan kepada anak . Persoalan lain yang kini kian berat, adalah menunjukan kewajiban kepada murid sekolah bahwa ia tak hanya menuntut ilmu untuk menafkahi keluarga namun juga mempunyai sebuah tugas kepada masyarakat terutama kaum kromo (masyarakat miskin). Berbicara tentang kewajiban pada generasi yang tiap hari disuguhi tontonan yang menuntun mereka menjadi generasi “alay” di mana seluruh fikiran dan energinya difokuskan bagaimana agar ia menjadi pusat perhatian adalah tugas yang tidak ringan. Penutup Mengutip ungkapan Tan Malaka “Seorang yang mempunyai hati dan pikiran yang suci mudah kemasukan iblis, kalau sudah ditimpa bahaya kemelaratan hidup. Demikian juga kelak anak-anak keluaran SI tentu akan ada juga yang pecah iman, kalau mesti masuk pada neraka kemodalan. Hal itu tentu tiada boleh menakuti kita; hanyalah menambah memaksa memikirkan daya upaya, supaya anak-anak keluaran sekolah SI jangan kelak membelakangi Rakyat’ semoga konsep pendidikan Tan Malaka bisa digunakan sebagai sebuah cermin sekaligus pisau analisa untuk memahami keadaan dan menentukan langkah ke depan.***
* Penulis Adalah alumni LPM AlMillah serta mantan Pemimpin Umum LPM Al-Millah
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 29
Sosok
Biografi Nama Eko Mulyadi TTL Karang Patihan 18 Agustus 1982 Riwayat Pendidikan: SDN 4 Karang Patihan SMPN Balong SMKN 1 Ponorogo Unmuh Ponorogo jurusan Menegemen Ekonomi Pengalaman Organisasi Aktivis IMM, Presma, Persma LPM Sinergi. Saat ini menjadi ketua perkumpulan: 1. Karang Patihan Bangkit 2. BMPB 3. Sinoman Ponorogo 4. Kepala Desa Karang Patihan Ayah: Maijo Ibu: Lasmi Istri: Yuliana Anak: 1. Victoria exana bintang leorenza 2. Alexandria exana queen maritza
30 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
EKO MULYADI:
Membangun Harapan di Tengah Keterbatasan Sepenggal Kisah Berangkat dari sebuah desa di pinggiran kota kecil Ponorogo, sosok Eko Mulyadi belakangan makin di kenal hingga ke level nasional karena karyanya yang menginspirasi. Bertahun tahun berjuang memperbaiki stigma masyarakat terhadap tanah kelahiranya yang oleh media sering disebut kampung idiot, Eko Mulyadi sukses membawa perubahan hingga desa nya kini dikenal sebagai kampung prestasi. Perjuangan dan jatuh bangun sosok eko, panggilan akrabnya dalam membawa perubahan akan menjadi fokus reportase sosok kali ini Eko lahir di tengah sebuah keluarga sederhana di Dusun Tanggung Rejo Karang Patihan, Balong 18 Agustus 1982. Persentuhan langsung dengan kondisi masyarakat yang memprihatinkan membuat jiwa sosialnya terpupuk. Bagaimana tidak, dari usia anak anak dirinya telah bersinggungan langsung dengan warga Karang Patihan yang perekonomiannya masih rendah. Tak sedikit warga yang berada di garis kemiskinan. Bahkan, banyak warga desa yang mengalami kurang gizi, hingga perkembangannya tidak normal. Mereka biasanya dike-
nal sebagai para penyandang tunagrahita. Semasa kecilnya, Eko menempuh pendidikan di sebuah SD yang di ujung barat dari rumahnya. SD 4 Karang Patihan, yang hingga kini masih nampak bersahaja di tengah-tengah lingkungan yang sejuk. Masih banyak pepohonan di sekitarnya. Menginjak remaja, ia meneruskan sekolahnya di SMP N 2 Balong dan SMK N 1 Ponorogo. Tidak berhenti di situ saja, Eko melanjutkan pendidikannya di salah satu perguruan tinggi di Ponorogo di tahun 2004. “Saya dulu sempat kuliah manajemen ekonomi di UNMUH. Sebenarnya tinggal skripsi, tapi belum lulus sampai sekarang,” terang Eko. Ia juga menjelaskan bahwa semasa kuliahnya disambi bekerja. Meskipun di tahun itu, ia telah menikah, suami dari Yuliana ini masih aktif di berbagai UKM di kampusnya. Sekitar tahun 2006, Eko dan kawan-kawannya melakukan demonstrasi di depan gedung DPRD Ponorogo. Pemuda yang pernah menjadi presiden mahasiswa ini, mengusung isu kemiskinan di Ponorogo, khususnya di Karang patihan. Aktivis IMM ini, memimnta pemerintah memperhatikan para
tunagrahita yang ada di desanya. Begitu juga dengan masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Akan tetapi usahanya tak membuahkan hasil yang memuaskan. Akhirnya pada tahun 2009, Eko yang pernah aktif di LPM Sinergi menggandeng para awak media yang ada di Ponorogo. Ia meminta agar awak media mempublikasikan keadaan para tuna grahita yang berada di bawah garis kemiskinan. Para awak media menjulukinya sebagai kampung idiot. Bukan tanpa tujuan, akan tetapi agar mereka mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dan masyarakat luar. Pemberitaan tentang tunagrahita tersebut memberikan dampak yang cukup besar. Bahkan, Gubernur Soekarwo pun datang mengunjungi para tua grahita dan memberikan bantuan bagi para tunagrahita setelah mengetahui pemberitaan tersebut. Tidak puas dengan itu saja, Eko mulai mencari donatur ke berbagai instansi untuk mencari bantuan bagi para tunagrahita, agar mampu meperbaiki kebutuhan gizi mereka. Di sisi lain, ia juga meminta lem-
baga keagamaan untuk melakukan penyembelihan qurban, dilakukan di kampungnya. Sebenarnya, berbagai macam usaha ia lakukan sejak di bangku SMK. Dan perlahan usahanya mulai membuahkan hasil. Anak dari Pak Maijo dan Ibu Lasmi ini, memang berdedikasi tinggi dalam berbagai macam hal. Tidak hanya di kampus saja ia aktif. Tapi, di rumahpun ia sangat aktif dalam berbagai kegiatan. Terbukti, Eko menjadi ketua perkumpulan warga Karang Patihan Bangkit. Membangun Kemandirian Tunagrahita “Jadilah pribadi yang mandiri dan bermanfaat buat sesama,” demikian nasehat orang tua yang begitu melekat pada diri Eko. Hal inilah yang mendorong dirinya sejak usia remaja untuk mengurus keluarga dan para warga yang menyandang tunagrahita. Istimewa memang, karena ia memiliki pemikiran tunagrahita mampu hidup mandiri dan terus berkarya. Pemuda yang memiliki hobi membaca ini, memiliki pandangan yang unik tentang warga
tunagrahita. Baginya tunagrahita sama seperti kita manusia pada umumnya. Dalam arti juga berhak mendapatkan penghidupan yang layak. “Sebenarnya, tunagrahita itu muncul karena lahir di dalam keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan. Pada akhirnya mereka mengalami kekurangan gizi”, terangnya saat kami temui di kantor kelurahan. Tunagrahita yang ada di kampungnya sejumlah 98 orang dan rata-rata berusia di atas 40 tahun. Sejak kecil ia berinteraksi dengan warganya yang tunagrahita. Bahkan ketika sekolah di SD, ia tak jarang diantar salah seorang penyandang tunagrahita. Misidi, salah seorang warga tunagrahita yang ikut bekerja pada orangtua Eko. Jadi, ia memang sudah sangat paham dan mengerti tentang warga kampungnya yang menyandang tunagrahita itu. Ayah dari Victoria Exana B. L ini menganggap para penyandang tunagrahita sebenarnya mampu berkarya. Ada banyak hal bermanfaat yang bisa mereka lakukan. Hanya saja mereka membutuhkan dukungan dan pendampingan yang lebih. Jika mereka hanya mengandalkan bantuan makanan atau sembako dari orang lain, maka mereka akan terbiasa tergantung pada orang lain. Harapan Eko, tunagrahita pun juga mampu hidup mandiri. Banyak kegiatan yang ia lakukan untuk para tunagrahita. Salah satunya adalah proses pengaspalan jalan, Eko mengajak para tunagrahita untuk memecah batu. Dengan demikian mereka bisa mendapatkan penghasilan. Perlahan, para tunagrahita mulai berkarya. Pada tahun 2010 dilaku-
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 31
kan program pemberdayaan bagi tunagrahita, dengan modal Rp. 3.000.000,- dari Coorporate Social Respobility (CSR) Bank Indonesia Kediri. Dengan modal tersebut, Eko dan kawan-kawan mulai menggerakkan sektor perekonomian tunagrahita. Langkah awal yang dilakukan dengan modal tersebut adalah dengan membangun kolam lele di dekat rumah warga penyandang tunagrahita. Usaha yang ia lakukan tidaklah selalu berjalan mulus. Tentu banyak juga kesulitan dan kendala yang dialami, baik dari tunagrahita, masyarakat, bahkan dari keluarganya. Akan tetapi sosok Eko tetap semangat memberdayakan para tunagrahita. Dan hasil dari usaha lele selain untuk kebutuhan pokok tunagrahita, tetapi juga terus dikembangkan. Sehingga pemberdayaan tersebut bisa berjalan terus menerus. Tidak hanya itu saja, Eko terus berinisiatif untuk mengembangkan perekonomian tunagrahita. Lele hanyalah sebagian dari usahanya. “Untuk penghasilan jangka tahunan, mereka juga diberi kambing babonan (induk), kalau sudah beranak, maka anaknya diberikan dan induknya diberikan ke warga yang lain secara bergantian,” jelasnya. Di samping itu, didirikan juga Balai Latihan Kerja (BLK) di rumah saudara Eko. Di BLK ini para penyandang tunagrahita diajarkan membuat keset dan seni menempel kain perca. Untuk sebuah keset dihargai Rp. 7.000,dengan demikian mereka memiliki penghasilan harian. “Uang yang mereka dapatkan sangat berarti bagi mereka, karena selama ini mereka tidak pernah megang uang sendiri,” tutur Eko. Ia juga menambahkan, uang yang mungkin sangat sedikit bagi kita, tapi
sangat berharga bagi mereka. Saat kami mendatangi BLK, ada beberapa keset karya tunagrahita. Luar biasa, karena hasilnya tak kalah dengan karya pengrajin keset pada umumnya. Ini merupakan bukti jika tunagrahita memang mampu untuk berkarya. Akan tetapi kami belum melihat langsung mereka beraktivitas di BLK. “Mereka tidak mengenal hari, entah minggu atau senin. Mereka beraktivitas sesuai dengan kemauan mereka. Kalau nggak mud ya gak berangkat,” jawab Eko saat kami datang untuk melihat langsung aktivitas mereka. Untuk kegiatan di BLK, didatangkan pengajar dari luar. Bahkan tidak jarang Karang Patihan didatangi mahasiswa dari berbagi perguruan tinggi. Pernah juga mahasiswa UGM, UNAIR, dan kampus-kampus lain datang di Karang Patihan. Selain memberikan bantuan, mereka juga melatih tunagra-
32 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
hita menanam hidroponik. Akan tetapi sebagian besar mahasiswa datang dari luar daerah, justru dari Ponorogo baru beberapa. Melatih para tunagrahita bukanlah hal yang mudah. Memang dibutuhkan ketekunan dan kesabaran untuk mengajari mereka. Seperti awal mula mengajak mereka berkarya, bapak satu anak ini dan kawan-kawannya berupaya untuk mendatangi setiap warga tunaagrahita dalam waktu yang tidak singkat. Bahkan untuk berkomunikasipun membutuhkan bahasa isyarat. Seperti yang sempat diceritakan Eko, memang sulit menggambarkan bgaimana cara berkomunikasi dengan para tunagrahita. Misalkan saja untuk memberikan intruksi memberi pakan lele, mereka diberikan isyarat dengan menunjuk arah matahari. Keadaan tunagrahita yang berada dalam kesulitan berinteraksi dan intelektual yang rendah dulu
membuat mereka berada dalam lingkar kemiskinan. Akan tetapi, semenjak Eko dan kawan-kawan memberikan kesempatan serta pelatihan bagi mereka, kini mereka menjadi bisa berkarya. Setidaknya mereka bisa hidup mandiri tanpa bergantung pada pemberian orang lain dan mampu untuk bangkit dari kemiskinan. Lebih dari itu, meskipun mengalami keterbelakangan mental dan kendala kemampuan kognitif, mereka tetap memiliki semangat untuk berkarya. Menuju Swadaya Desa Bersama kita bisa, itulah motto yang menjadi semangat bagi Eko. Sejak SMK ia memulai usahanya untuk membantu warga kampungnya yang terkenal sebagai kampung idiot. Banyak hal yang ia lakukan sebagaimana yang telah digambarkan di atas. Sosok Eko merupakan pribadi yang ulet, sosialis, dan cerdas. Berbagai macam upaya yang ia lakukan membuahkan hasil, namun tidak habis digunakan untuk makan saja. Akan tetapi terus dikembangkan hingga saat ini. Selain itu, jiwa enterpreuner dan kepemimpinan melekat pada dirinya. Di bangku kuliah eko dikenal sebagai aktivis kampus, begitu juga di lingkungan masya rakat. Perjuangannya sebagai aktivis tidak berhenti meskipun ia bukan lagi seorang mahasiswa. Di usianya yang haampir 33 tahun ini, ia masih sangat aktif dengan kegiatan sosial dan enterpreunernya. Ketua perkumpulan warga Karang Patihan Bangkit ini juga menjadi ketua Barisan Muda Peduli Bangsa (BMPB) dan Sinoman Ponorogo. Organisasi yang ia kawal ini bergerak pada bidang sosial kemasyarakatan. Biasanya Eko dan kawan-kawannya melakukan ke-
“Sebenarnya ini belumlah mencapai hasil, akan tetapi ini masih merupakan rangkaian proses,” terang Eko. Baginya proses itu terus berlangsung, karena jika merasa sudah puas dan mencapai hasil maka usahanya akan berhenti karena rasa puas tersebut. giatan bakti sosial dan penggalangan dana untuk membantu masya rakat yang membutuhkan. Akan tetapi bantuan yang biasa mereka berikan bukan sembako yang siap makan. Akan tetapi beruapa ayam atau barang lain yang bisa untuk dikembangkan. Sehingga, mereka bisa menjaga keberlasngsungan hidup dengan beternak ayam. Di hari ke-3 kami liputan ke rumah Eko, di sana juga sedang ada kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh BMPB. Mereka melakukan bakti sosial pada kor-
ban angin puting beliung di beberapa desa di kecamatan Balong. Kamipun sempat mengikuti kegiatannya. Dan memang benar, ketua BMPB ini diketahui sebagai sosok yang ramah dan sosialis. Kepemimpinan Eko tidak hanya berada pada organisasi itu saja. Tahun 2013 lalu ia dipilih warga kampungnya untuk menjadi kepala desa Karang Patihan. Jabatan tertinggi di desanya itu ia sandang setelah hampir seluruh warganya menobatkan Eko sebagai Kepala Desa. Awalnya ia menolak ketika diminta untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa. Akan tetapi, setelah duduk bersama beberapa warga dan kemudian diijinkan oleh orangtuanya iapun lantas maju mencalonkan diri sebagai kepala desa. Alhasil, Eko pun terpilih sebagai kepala desa di Karang Patihan. Kepala Desa yang dilantik bulan Juni 2013 lalu, memiliki berbagai macam inisiatif untuk mengembangkan perekonomian warganya. Berada di desa yang sebagian warganya berada di bawah garis kemiskinan membuat Eko berusaha keras untuk melakukan swadaya. Sebelum dinobatkan sebagai kepala desa, memang ia mengembangkkan perekonomian bagi warga tunagrahita. Akan tetapi setelah menjadi kepala desa iapun mengembangkan perekoniam untuk seluruh warga Karang Patihan. Besar harapan Eko untuk memajukkan perekonomian warganya. Ternak lele, ayam, kambing dan usaha yang sebelumnya ia upayakan untuk para tunagrahita kini ia terapkaaan juga baagi warga miskin lainnya. Bahkan kini, kepala desa yang masih muda ini juga mulai mengembangkan ternak kelinci, meskipun belum seberhasil
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 33
usahanya yang lain. “Sebenarnya ini belumlah mencapai hasil, akan tetapi ini masih merupakan rangkaian proses,” terang Eko. Baginya proses itu terus berlangsung, karena jika merasa sudah puas dan mencapi hasil maka usahanya akan berhenti karena rasa puas tersebut. Di tahun 2013 Kepala Desa Karang Patihan ini tidak hanya dikenal di desanya saja. Akan tetapi hampir seluruh masyarakat Indonesia mengenalnya. Berkat upaya dan kerja kerasnya untuk mengembangkan warga kampung idiot ia menjadi sorotan media. Eko pernah diundang pada acara Kick Andy Metro Tv, sosok SCTV, dan merajut asa Trans7. Tidak hanya itu saja, masih banyak juga tulisan di media
sosial yang membahas tentang perjuangannya untuk para tunagrahita. Berkat perjuangannya bapak 2 anak ini, ia juga mendapatkan berbagai macam penghargaan. Eko mendapatkan penghargaan Danamon Awards 2013 atas usa hanya dalam mengatasi masa lah perekonomian dan sosial di kampung idiot. Peraih Danamon Awards ini juga mendapatkan penghargaan dari Kick Andy Hero. Mendapatkan penghargaan bukan berarti dirinya berhenti untuk melakukan upayanya. Ia juga sering keluar kota datang berbagai kampus. Eko sering diundang untuk mengisi materi leadhership dan juga enterpreu ner. Di tengah kesibukannya
34 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
menjadi kepala desa dan mengisi materi, Eko juga masih aktif mengikuti kegiatan warganya. “Dalam satu bulan, terdapat sekitar 40 kegiatan di satu desa ini. Padahal dalam satu bulan hanyaada 30 hari, jadi nggak bisa mengikuti seluruh kegiatan warga,” terang Eko. Menjadi kepala desa mempermudah usahanya untuk mengembangkan desa. Karena kepemimpinannya, Eko juga menetapkan peraturan untuk warga desanya. “Setiap ada acara hajatan, warga tidak boleh beli makanan dari luar. Mereka harus beli di desanya sendiri, di tetangganya,” terangnya. Eko juga menjelaskan maksud dari peraturan tersebut adalah untuk memajukan warganya. Menuju swadaya desa dengan mengembangkan segala potensi yang ada memanglah tidak mudah. Itu semua merupakan suatu rangkaian proses. Meskipun belum semua warganya ter-entas dari kemiskinan, tetapi setidaknya perekonomian mereka membaik. Pesan kepala desa Karang Patihan ini kepada kami sungguh bermakna. Jadilah orang yang mengkayakan tetanggamu. Belilah sesuatu di tetanggamu. Kebanyakan orang-orang sekarang, apalagi mahasiswa jarang beli sesuatu di toko tetangga. Hanya beli sabun saja datang ke mall. Mall, supermarket dan semacamnya itu milik siapa? Itu miliknya orang luar, sahamnya orang-orang kaya. kalau beli di tetangga, biarlah tetanggamu yang kaya. bukan orang lain. Nasehat Eko saat kami temui, penuh dengan makna dan ketegasan. *** ______________________ Cahyani | Crew_20.11.086
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 35
36 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 37
38 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Tantangan Administrasi Di Era Global
S
ekarang ini administrasi telah memasuki aspek kehidupan yang luas, baik masalah pribadi, pendidikan, ekonomi, pemerintahan dan lainnya. Maka dalam kehidupan yang dinamis ini perubahan terjadi di mana-mana. Perubahan telah mewarnai semua lekuk hidup kita. Oleh karena itu, hidup yang terencana, terorganisir, dan sebagainya sulit untuk dihindarkan. Maka cara-cara dalam menangani masalah dengan santai dan semau gue, sebaiknya mulai disudahi sampai di sini. Sebagaimana dinyatakan dalam sepotong kalimat bijak sebagai berikut, “static condition mean death” (sikap santai berarti kematian). Apa itu Administrasi? Dalam keseharian masyarakat, pemakaian istilah administrasi sering digunakan dalam artian yang keliru. Sebagai perumpamaannya, ketika mengurus kartu tanda penduduk di kecamatan, sering pegawainnya berkata “administrasinya Rp 10.000”, berarti biayanya Rp. 10.000. Bagaimana arti yang benar/ seharusnya untuk administrasi? Secara harfiah administrasi berasal dari bahasa latin, ad artinya to (kepada), sedangkan minitrare artinya to serve, to conduct (melayani, mengarahkan). Adapun secara istilah ada dua, secara sempit dan luas. Secara sempit, administrasi berasal dari
(oleh Edhy Mahfudh, MM) bahasa Belanda “administratie”, biasanya menyentuh masalah pengetikan, catat-mencatat, data tentang pribadi dan sebagainya. Ini yang biasanya kita sebut sebagai Tata Usaha. Dalam artian luas, administrasi berasal dari Bahasa Inggris, administration yaitu proses kerjasama dua orang atau lebih, berdasarkan rasionitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Hingga saat ini para ahli administrasi masih belum sepakat tentang definisi administrasi. Mereka dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat ilmu, waktu menulis dan filsafat serta pendidikan mereka. Sebagai contoh Arthur Grager menyatakan, adminstrasi adalah fungsi tata penyelenggaraan terhadap komunikasi dan pelayanan warkat suatu organisasi. George Terry berpendapat bahwa, administrasi adalah perencanaan, pengendalian, dan pengorganisasian pekerjaan pemantauan serta pergerakan mereka yang melaksanakan, agar mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu Sondang P.Siagin memandang, administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atau rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Administrasi, telah merambah dan memasuki di berbagai bidang hidup yang luas.
Karena itu, kenyataan yang bisa kita lihat bahwa, jika administrasi di semua bidang dikelola dengan baik dan benar, pasti organisasinya akan berjalan sengan baik dan berprestasi. Adapun jenis dan ragam administrasi antara lain adalah Administrasi Publik; Administrasi Lingkungan Hidup; Administrasi Negara; Administrasi Niaga; Administrasi Pembangunan; Administrasi Keuangan; Administrasi Kependudukan; dan Administrasi Pendidikan. Bagaimana fungsi administrasi? Mengenai fungsi administrasi terdapat beberapa pendapat. Di antaranya adalah, Quible (2001) berpendapat bahwa administrasi mempunyai 5 pokok yang mendukung dalam tugasnya, antara lain : 1. Fungsi rutin, yaitu fungsi perkantoran yang membutuhkan pemikiran minimal menyangkut pengarsipan dan penggandaan . biasanya fungsi ini dilaksanakan oleh staff administrasi yang bertanggung jawab atas kegiatan administrasi sehari-hari. 2. Fungsi teknis, yaitu fungsi administrasi yang membutuhkan keputusan dan ketrampilan perkantoran yang memadai, seperti mampu menggunkan
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 39
3.
4.
5.
beberapa progran komputer. Fungsi ini biasanya digunakan oleh staff administrasi yang bergabung dalam departemen teknologi informasi. Fungsi analisis, yaitu fungsi administrasi yang membutuhkan pemikiran yang kritis-kreatif disertai dengan kemampuan pengambilan keputusan, seperti membuat keputusan untuk membeli alat perkantoran. Fungsi interpersonal, yaitu fungsi administrasi yang membutuhkan penilaian dan analisis sebagai dasar pengambilan keputusan serta ketrampilan yang berhubungan dengan orang lain, seperti mengkoordinasi tim. Fungsi manajerial, yaitu fungsi administrasi yang membutuhkan perencanaan pengorganisasian, pengukuran, dan motivasi.
Apa tantangan administrasi, di era global? Proses perubahan terjadi dengan cepat tentunya berdampak luas dan mempengaruhi penyelenggaraan administrasi negara. Oleh karena itu, nilai inti dalam ilmu administrasi publik juga mengalami perubahan dan harus menyesuaikan diri dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat luas. Setidaknya terdapat 21 tantangan, yang harus dihadapi dalam administrasi sekarang ini, yaitu: globalisasi ekonomi, pendidikan, pengangguran, tanggung jawab sosial, pelestarian lingkungan hidup, peningkatan kualitas hidup, penerapan norma-norma moral dan etika, keanekaragaman tenaga kerja, pergeseran konfigurasi demografi, pengusaan dan pemanfaatan IPTEK, tantangan politik, bencana alam, pemanasan global, manajemen multikultural, kesenjangan sosial, paperless bureaucracy, global competition, customer loyality problem, knowledge-base economy, time to market, serta kualitas kepemimpianan. ______________________________________ Referensi: Accekof, Rusel. 1997. National Development Planning Revited. Operating Research. Blau, Petter. 1972. Bureaucracy in Modern Society. New Jersey. Linkfiel Adam & Co. Daryanto. H.M. 1998. Administrasi Pendidikan. Rineka Cipta. Gie, The Liang. 1962. Pengertian Administrasi. Yogyakarta. Kadarmanto, Ibnu. 2005. Bahan TOT Perencanaan Partisipatif Bagi Tenaga-tenaga Perencana. Lembaga Swadaya Masyarakat. www.santipamungkan.blogspot.com/2003/ administrasi-perkantoran.html
40 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
EFISIENSI RUANGAN PERPUSTAKAAN Oleh: Mujiati, SE.
D
alam dunia pendidikan, perpustakaan merupakan sebuah kewajiban dan keharusan yang harus ada, terutama pada ranah pendidikan tinggi seperti kampus STAIN Ponorogo. Secara garis besar tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi adalah memenuhi keperluan informasi civitas akademika meliputi: mahasiswa, dosen, karyawan. Selain itu menyediakan ruang belajar di perpustakaan, menyediakan jasa peminjaman yang tepat bagi pemakainya, dan menyediakan jasa informasi aktif maupun pasif untuk masyarakat luas. Perkembangan ilmu yang dikemas dalam informasi merupakan satu kebutuhan dalam kehidupan, karena dengan bertambahnya informasi seseorang, maka akan dapat meningkatkan kemampuan, dapat menambah wawasan, mendapatkan solusi atau jalan keluar apabila berhadapan dengan suatu masalah serta bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Demi terciptanya pendidikan yang berkwalitas, maka diperlukan unit penunjang pembelajaran. Salah satu unit tersebut adalah perpustakaan yang memiliki tugas menghimpun, mengolah, menyimpan, melestarikan serta menyebar luaskan informasi kepada masyarakat. Perpustakaan dibentuk dari berbagai macam asas, di antaranya bahan koleksi, SDM (Sumber Daya Manusia), gedung, sarana prasarana, organisasi, dan lain sebagainya. Jumlah koleksi yang memadai akan memperkaya wawasan, keberadaan SDM yang mumpuni, professional, bersikap ramah dan bersahabat akan membuat pengunjung perpustakaan (pemustaka) menjadi betah laksana rumah sendiri. Perpustakaan menjadi tempat idola untuk menyelesaikan tugas dan mencari informasi yang seluas-luasnya. Sarana prasarana
yang lengkap untuk mendukung pelayanan seperti rak buku, meja dan kursi baca, AC (Air Conditioner), pencahayaan yang cukup, computer OPAC dan internet, mesin fotokopi, dan loker berkunci. Pemustaka tidak akan khawatir kalau barang-barangnya hilang saat mencari-cari buku dan informasi lainnya. Untuk menambah informasi terdapat juga berbagai media, di antaranya surat kabar, majalah, buku, televisi, internet, dan radio. Selain itu di perpustakaan– khususnya STAIN Ponorogo–juga banyak terdapat jurnal, penelitian dosen individu maupun kelompok, koleksi tercetak seperti CD, koleksi rekaman seperti kaset, koran, kliping, disertasi, tesis, maupun skripsi. Tidak bisa dipungkiri, jika keberadaan perpustakaan sangat membantu mahasiswa, dosen, civitas akademika, maupun masyarakat umum. Di STAIN ponorogo sendiri, setahun dua kali menghasilkan minimal 800 judul skripsi, maka diperlukan rak display yang representatif. Di sisi lain, bertambahnya prodi baru dan jurusan pascasarjana juga menambah sesaknya jumlah bahan pustaka, tentu ini menjadi masalah dalam pengelolaannya. Meskipun telah diupayakan sedemikian rupa, namun untuk mengatasi kendala ruangan yang terbatas perlu dilakukan solusi untuk jangka panjang ke depan secara terus menerus. Salah satu upaya yang sudah dilaksanakan adalah dengan cara alih media. Alih media ini berasal dari CD yang disertakan bersama skripsi yang di serahkan kepada perpustakaan. Alih media sangat membantu mengatasi persoalan terbatasnya lahan
Untuk menambah informasi terdapat juga berbagai media, di antaranya surat kabar, majalah, buku, televisi, internet, dan radio. Selain itu di perpustakaan– khususnya STAIN Ponorogo–juga banyak terdapat jurnal, penelitian dosen individu maupun kelompok, koleksi tercetak seperti CD, koleksi rekaman seperti kaset, koran, kliping, disertasi, tesis, maupun skripsi. rak display dan ruangan, serta membuat koleksi tetap terpelihara, rapi dan berada di tempat yang aman. Upaya selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah dengan cara pengurangan display koleksi yang kurang berbobot. Maksudnya adalah mahasiswa yang mendapat nilai “A” saja yang karyanya akan didisplay. Selain alasan efisiensi tempat, diharapkan mahasiswa lain yang akan menjadikan sebagai sumber rujukan dapat terhindar dari pola yang salah. Artinya dari tahun ke tahun seandainya koleksi skripsi tersebut berbobot dan patut untuk dijadikan rujukan, maka mahasiswa yang menggunakan skripsi tersebut akan berusaha membuat skripsi yang sama berbobotnya dengan skripsi sebelumnya itu. Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut, perlu koordinasi dan sosialisasi kepada pihak terkait, antara lain mahasiswa, pihak jurusan atau bahkan pihak
pembantu ketua bidang akademik. Melalui tulisan ini saya berharap mahasiswa terutama yang sedang mengerjakan skripsi, benar-benar berusaha mempersembahkan karya terbaiknya untuk kampus ini dan tentunya untuk diri mereka sendiri. Mahasiswa seharusnya juga menjadi orang yang literate yaitu orang yang mandiri, sadar akan kebutuhan informasinya, tahu cara menemukan bahkan mampu menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan dengan cara-cara yang sah (tidak menjiplak), kalaupun mengutip karya orang lain, mereka akan menganalisa ulang sesuai pemikirannya namun tetap pada koridor kutipan yang benar. Demikian harapannya semoga kita semua dapat bijak memanfaatkan perpustakaan, dan akhirnya tercipta perpustakaan yang ideal, representatif dan nyaman untuk mencari ilmu demi menyongsong masa depan yang lebih baik.***
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 41
JURNALISME KPI “I still believe that if your aim is to change the world, journalism is a more immediate short-term weapon.” -Tom Stoppard, penulis.
T
iga periode sudah berlalu sejak prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) resmi menjadi salah satu prodi pilihan di STAIN Ponorogo. Dari awal prodi ini dibuka, sudah terlihat antusiasme yang tinggi dari mahasiswa baru di tiap tahunnya. KPI telah menjelma menjadi salah satu prodi diminati dalam tempo yang tak terlalu lama—tiga tahun—, jika dibandingkan dengan prodi yang lain. Sebuah prestasi yang
bagus jika mempertimbangkan bahwa KPI adalah prodi paling muda, namun telah mendapat tempat di mata civitas akademik STAIN Ponorogo. Salah satu indikator yang bisa dijadikan pertimbangan adalah status prodi KPI yang telah terakreditasi B. Bukankah sangat cepat jika mengingat prodi ini baru diresmikan beberapa tahun lalu, sementara—taruhlah contoh—prodi tadris Inggris status akreditasinya hingga kini masih C juga.
42 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Di sisi lain, bicara soal prodi baru, STAIN pernah membuat prodi Perbankan Syariah yang dibuka setahun lebih awal dari prodi KPI. Namun sayang, prodi Perbankan Syariah tersebut tak berumur panjang. Hanya setahun dibuka, dan prodi tersebut ditutup. Hingga membuat kalang kabut mahasiswa dan eksodus ke prodi Muamalah yang— mungkin—memiliki basic pendidikan yang mirip. Syarat menjadi IAIN
lantas muncul menjadi jawaban. Tersebut bahwa, penambahan prodi KPI itu adalah antisipasi pihak akademik dalam menyongsong wacana berubahnya kampus ini menjadi IAIN. Selain itu terdapat wacana perundangan bahwa kampus yang masih berstatus sebagai sekolah tinggi seharusnya hanya mempunyai satu jurusan saja, misalkan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE). Begitupun dengan STAIN, harus mematuhinya apabila benar-benar diberlakukan. Dan jika memang STAIN berwacana untuk menjadi IAIN maka harus ada prodi yang ditambahkan. Namun pertanyaannya adalah; mengapa harus KPI? KPI=Jurnalistik?
Media, dari awal sepak terjangnya di bumi Indonesia telah dianggap memiliki potensi yang tak sedikit. Apalagi sejak masa reformasi yang mengusung jargon ‘Kebebasan Berpendapat’, yang secara tak langsung mensyaratkan adanya informasi, pada akhirnya membuat media informasi seperti naik derajatnya. Dan akhirnya, membuat sebuah lembaga jurnalistik yang notabene adalah pelaku media, sebagai sebuah aset. Sementara itu di lain pihak, KPI yang menjadi salah satu wadah mempelajari ilmu komunikasi, memang mengkader para mahasiswanya sebagai para jurnalis muda
Sudah seyogyanya seorang jurnalistik itu independen, dan sudah seharusnya pula mereka memiliki nurani yang bersih sebagai manusia. Namun, bukankah berbeda nantinya jika kita membicarakan jurnalis— yang istilahnya—masih ‘on training’? Mahasiswa jurnalistik, tentu pada praktiknya akan menulis berita jurnalistik juga. Namun bagaimana akademik memberikan kebijakan terhadap hal tersebut? islami. Hal inipun dibuktikan dengan adanya bulletin sebagai media mahasiswa KPI STAIN Ponorogo yang mulai merambah dunia jurnalistik praktis. Di satu sisi, hal ini menambah kembali catatan baik dari prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, namun di sisi lain, menambah kewaspadaan. Sudah seyogyanya seorang jurnalistik itu independen, dan sudah seharusnya pula mereka
memiliki nurani yang bersih sebagai manusia. Namun, bukankah berbeda nantinya jika kita membicarakan jurnalis—yang istilahnya— masih ‘on training’? Mahasiswa jurnalistik, tentu pada praktiknya akan menulis berita jurnalistik juga. Namun bagaimana akademik memberikan kebijakan terhadap hal tersebut? Ketika kita melihat kembali bagaimana mahasiswa
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 43
kita memandang perkuliahan dan dosen, sebagian besar akan sepakat bahwa seakan pendapat pribadi kita sebagai manusia telah tercerabut. Kita seakan kehilangan hak untuk memberikan pendapat, ketika itu bertentangan dengan pendapat dosen. Dengan pertimbangan nilai yang telah menjadi kewenangan dosen, kita seperti dipaksa untuk patuh. Dan ketika kita menghubungkan semua ini, apa yang akan terjadi jika akademik-lah —dalam kasus ini dosen— yang mengevaluasi tulisan berita mahasiswa jurnalistik kita? Apakah kita masih memiliki cukup independen dalam pemberitaan? Calon jurnalis di tengah tekanan kampus
Posisi mahasiswa KPI yang tergantung kepada kampus, kiranya akan membuat implementasi jurnalisme sejati mereka sedikit tersendat. Mengingat betapa iklim kita— STAIN Ponorogo—yang masih jauh dari kebebasan berpendapat yang ideal. Memang, pada
awalnya program studi KPI memiliki lebih dari satu fokus, yakni dakwah (penyiaran Islam) dan jurnalistik. Namun, ketika melihat jejak rekamnya akhirakhir ini, mahasiswa KPI lebih cenderung untuk fokus ke arah jurnalistik. Dan jika memang begitu, sudah menjadi konsekuensi bagi para mahasiswanya untuk menjadi seorang jurnalis yang ‘ideal’. Sementara itu dalam 9 elemen jurnalistik yang dirumuskan Bill Kovach (2001), disebutkan bahwa seorang jurnalis haruslah berpihak kepada kebenaran, serta menjadi pemantau independen kekuasaan. Yang secara tidak langsung mensyaratkan jurnalis itu sendiri untuk tak bergantung terhadap pihak lain, dan bertindak objektif. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi mahasiswa KPI dalam perjalanan mereka
menuju dunia jurnalistik yang sebenarnya. Namun, pada akhirnya segala keputusan akan kembali ke pribadi para mahasiswa KPI itu sendiri sebagai pelakon dari status yang kini mereka sandang—seorang jurnalis. Apakah mereka akan menjadi jurnalis yang membiarkan nuraninya mengubah dunia, atau justru tenggelam dalam doktrinasi.***
________________ R. Faiz | 2011.099
Independen, bukanlah berarti tidak memiliki keberpihakan sama sekali. Namun independen memihak pada kebenaran yang telah disepakati bersama. 44 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
GELIAT SANG NAGA DI TANAH HARIMAU
K
#Budaya
(Bangkitnya Seni Jaranan Thek Di Ponorogo)
ehidupan manusia memang tidak terlepas dari adanya kebudayaan yang menjadi identitas masing-masing. Kabupaten Ponorogo, salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur bagian barat dan dahulu dikenal sebagai bumi Wengker, sejak dahulu memiliki suatu kesenian yang terkenal dan menjadi icon serta identitas masyarakatnya yaitu kesenian Reyog, atau dikenal dengan Reyog Ponorogo. Ada sebuah fenomena me
narik di kalangan ma syarakat, sebuah fenomena yang secara se derhana bisa disebut geliat naga di tanah singa yakni menjamurnya ke senian Jaranan Thek di Ponorogo. Naga adalah ikon dari kesenian jaranan dan sosok harimau adalah ikon kesenian Reyog ponorogo. Di tengah kesenian Reyog yang begitu dominan, kesenian Jaranan Thek yang selama puluhan tahun bisa dikatakan hilang dari peredaran kembali bangkit dan bertambah secara signifikan.
Fenomena ini bukannya tanpa polemik di sana sini. Polemik pertama lahir dari persoalan identitas dimana kesenian jaranan di anggap sebagai kesenian “asing” di tanah Ponorogo karena kesenian Jaranan lekat dengan daerah “Etanan” alias Kediri, Tulungagung dan sekitarnya. Polemik kedua adalah persoalan kesenian jaranan yang identik dengan peran serta roh halus dan atraksi “kesurupan”. Perkembangan kesenian
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 45
fto jaranan
Jaranan ini dapat digambarkan dari belasan grup yang muncul di Ponorogo selama beberapa tahun ini. Saat ini menurut Supri, salah satu pengurus kesenian Jaranan Turonggo Wengker ada sekitar 15 kelompok kesenian Jaranan yang yang tersebar di beberapa wilayah Ponorogo, salah satunya Turonggo Wengker yang ada di desa Coper, Jetis, grup yang ia rintis bersama 2 saudaranya yang lain. Kebangkitan kesenian Jaranan di Ponorogo mungkin tak bisa dipisahkan dari kiprah grup Turonggo Wengker. Dengan pengemasan dan tampilan yang menarik, animo masyarakat untuk melihat kesenian Jaranan meningkat hingga banyak bermunculan grup grup baru yang secara kultural masih berhubugan dengan grup Turonggo Wengker. Menurut Kang Pri, beberapa tahun terakhir ini kesenian Jaranan memang mulai bermunculan dan berkembang pesat di wilayah Ponorogo, dan menjadi warna tersendiri bagi kesenian tradisional Ponorogo. “Sak jane kesenian
jaranan neng Ponorogo kuwi wes enek suwi, nangeng pernah mati gek saiki mulai urip neh.Neng Coper iki ndisek yo wes enek tapi mati, trus karo konco-konco nduwe karep nguripne neh. Neng nggon liyane yo mulai enek Jaranan neh, koyo Ngindeng, Sambit lan liya-liyane (Sebenarnya kesenian jaranan di Ponorogo sudah ada sejak lama, tapi pernah mati dan sekarang mulai hidup lagi. Di Coper dahulu juga ada kesenian jaranan, tapi mati, kemudian teman-teman mempunyai keinginan menghidupkannya lagi. Di tempat lainpun juga mulai ada kesenian Jaranan, seperti di Ngindeng, Sambit dan lain-lain)," ujar Supri. Akulturasi Kesenian Jaranan di Bumi Reyog Kesenian Jaranan sebenarnya sudah lebih dahulu terkenal di luar Ponorogo, seperti Kediri dan Tulungagung. Beberapa tahun terakhir kesenian ini mulai berkembang dan menarik animo masyarakat ponorogo di samping
46 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Kesenian jaranan yang terkesan lekat dengan hal-hal mistis seperti adanya adegan kerasukan roh halus, dikemas dan ditampilkan dengan cara baru, yaitu dengan media tenaga dalam. Sehingga atraksi-atraksi ekstrim berupa makan kaca dan sebagainya bukan karena kerasukan roh halus. Hal inilah yang membedakan dengan kesenian jaranan lainnya. Seperti yang diungkapkan Supri, bahwa Turonggo Wengker ingin menampilkan kesenian yang tidak memberikan kesan negatif bagi masyarakat yang menyaksikannya. Alasan ini pula menjadikan kesenian Jaranan Turonggo Wengker dapat diterima masyarakat sekitarnya yang dikenal sebagai lingkungan pesantren.
kesenian Reyog yang sudah mendarah daging bagi masyarakat Ponorogo. Menurut Supri, kesenian Jaranan yang ia tekuni sebenarnya memiliki benang merah dengan cerita Reyog Ponorogo, hanya saja tokoh yang diceritakan berbeda. Jika pada Reyog terdapat Singo Barong yang menjadi tokoh utama, pada kesenian Jaranan yang menjadi tokoh utamanya adalah Naga. Selain itu juga ada atraksi-atraksi yang dikenal cukup “ekstrim”, seperti memakan kaca dan sebagainya. Perbedaan penafsiran sebuah cerita dan melahirkan bentuk budaya yang berbeda, menurut Supri bisa saja terjadi karena pemahaman atau cara yang digunakan masing-masing orang berbeda. Inilah yang menjadikan Jaranan memiliki ciri khas masingmasing, baik Jaranan Kediri, Tulungagung dan Ponorogo. “Mungkin mergo pemahaman lan corone uwong kuwi bedo-bedo, dadi yo enek bedone antara seni Jaranan kene karo kono. Enek Jaranan Kediri, Tulungagung, Ponorogo, bahkan Jaranan Ponorogonan iku akeh seng gag eruh, soale anggepane
uwong-uwong kuwi Jaranan ki enek e neng Kediri utowo Tulungagung kono (Sebenarnya kesenian Jaranan itu sama, tapi mungkin karena pemahaman yang berbeda dan cara yang digunakan masing-masing orang juga beda, jadi ya ada perbedaan antara seni Jaranan yang ada di sini dan di sana. Ada Jaranan Kediri, Tulungagung dan Ponorogo, bahkan kesenian Jaranan Ponorogonan itu masih banyak yang belum tahu, karena orang-orang menganggap bahwa Jaranan itu adanya di Kediri atau Tulungagung)," ujar Supri. Turonggo Wengker, Penggiat Jaranan Ponorogo Turonggo yang berarti “kuda” dan Wengker berasal dari nama wilayah yang sekarang bernama Ponorogo. Menurut Supri nama tersebut memiliki makna sebagai prajurit Wengker atau prajurit Ponorogo. Kelompok kesenian Jaranan yang berada di desa Coper, Jetis ini pada mulanya berdiri dari keinginan serta greget Supri bersama teman-temannya untuk membentuk kelompok kesenian Jaranan. Ia menuturkan, bahwa sebelumnya sudah ada ada kelompok serupa di Coper, namun karena beberapa
“Mungkin mergo pemahaman lan corone uwong kuwi bedobedo, dadi yo enek bedone antara seni Jaranan kene karo kono. Enek Jaranan Kediri, Tulungagung, Ponorogo, bahkan Jaranan Ponorogonan iku akeh seng gag eruh, soale anggepane uwonguwong kuwi Jaranan ki enek e neng Kediri utowo Tulungagung kono (Sebenarnya kesenian Jaranan itu sama, tapi mungkin karena pemahaman yang berbeda dan cara yang digunakan masingmasing orang juga beda, jadi ya ada perbedaan antara seni Jaranan yang ada di sini dan di sana. Ada Jaranan Kediri, Tulungagung dan Ponorogo, bahkan kesenian Jaranan Ponorogonan itu masih banyak yang belum tahu, karena orangorang menganggap bahwa Jaranan itu adanya di Kediri atau Tulungagung)," ujar Supri.
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 47
“Jaranan neng Turonggo Wengker iki, sak isoku ora dingge nggon ndem-ndeman, tapi aku tetep terbuka karo sopo ae seng moro, lek trah enek seng moro trus ngombe, tetep tak trimo. Aku ora terang-terangan ora ngolehi tapi tak ngehi nggon neng mburi ben gag ngganggu liyane latian, suwisuwi wong-wong seng ngono kuwi sungkan bahkan mari geg wes ora ngombe neh permasalahan, kelompok itu vakum dan akhirnya mati. Melihat hal tersebut, Supri beserta teman-temanya bertekad mendirikan kelompok kesenian Jaranan kembali. Dari pengalaman dan berbagai permasalahan yang dapat menghancurkan kelompok kesenian Jaranan di berberapa tempat, ia menciptakan model kelompok kesenian yang berbeda pada umumnya. Jika pada umumnya kelompok kesenian
terikat hanya sebatas lingkungan atau desa, tetapi Supri menjadikan kelompoknya ini terbuka bagi semua orang. Siapapun diperbolehkan bergabung, bahkan sampai saat ini jumlah anggota aktif yang terdata ada 70 orang, tersebar di berbagai wilayah Ponorogo. Selain itu, juga ada perbedaan lain yang membedakan kelompok Jaranan besutannya dengan kelompok lain. Pada kelompok Turonggo Wengker ini Supri mencoba menampilkan kesenian yang bebas dari unsur ndem-ndeman (minum-minuman keras) yang kadang mencederai pementasan kesenian tradisional. “Jaranan neng Turonggo Wengker iki, sak isoku ora dingge nggon ndem-ndeman, tapi aku tetep terbuka karo sopo ae seng moro, lek trah enek seng moro trus ngombe, tetep tak trimo. Aku ora terang-terangan ora ngolehi tapi tak ngehi nggon neng mburi ben gag ngganggu liyane latian, suwi-suwi wong-wong seng ngono kuwi sungkan bahkan mari geg wes ora ngombe neh (Jaranan di Turonggo Wengker ini sebisa saya tidak digunakan sebagai tempat mabuk-mabukan, tetapi saya tetap terbuka bagi siapa saja yang datang, jika memang ada yang datang kemudian minum (mabuk red.) tetap saya terima. Saya tidak terang-terangan melarang, tetapi saya beri tempat di belakang (belakang rumah, red.) supaya tidak mengganggu yang lain latihan, lama-lama orang-orang seperti itu kemudian sungkan bahkan sembuh dari minumminum)," ujarnya. Kesenian Jaranan yang terkesan lekat dengan hal-hal mistis seperti adanya adegan kerasukan roh halus, dikemas dan ditampilkan dengan cara baru,
48 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
yaitu dengan media tenaga dalam. Sehingga atraksi-atraksi ekstrim berupa makan kaca dan sebagainya bukan karena kerasukan roh halus. Hal inilah yang membedakan dengan kesenian Jaranan lainnya. Seperti yang diungkapkan Supri, bahwa Turonggo Wengker ingin menampilkan kesenian yang tidak memberikan kesan negatif bagi masyarakat yang menyaksikannya. Alasan ini pula menjadikan kesenian Jaranan Turonggo Wengker dapat diterima masyarakat sekitarnya yang dikenal sebagai lingkungan pesantren. Turonggo Wengker juga menjadi wadah bagi para generasi muda yang ingin berkecimpung dalam dunia kesenian Jaranan. Selain itu, dengan adanya Turonggo Wengker juga membawa dampak positif bagi remaja-remaja di sekitarnya yang mengikuti kelompok ini. Karena mereka dapat menggunakan waktu dan energinya pada kegiatan yang bermanfaat, yaitu dengan mengikuti kesenian Jaranan. Jadwal latihan pada malam minggu pun juga memiliki tujuan agar para anggota yang pada umumnya anak-anak muda agar menggunakan waktunya dengan positif.*** ____________________ (Ihsan_crew 2213.121)
Tradisi akan lebih "bernyawa" dengan adanya ritual, dan ritual akan lebih indah bersama dengan tradisi
Membincang Ma`had STAIN Ponorogo
Kampusiana
S
alah satu topik yang cukup menarik perbincangan mahasiswa STAIN Ponorogo adalah ma’had. Secara sederhana ma’had bisa kita artikan sebagai pondok, asrama atau sebuah tempat untuk menuntut ilmu. Tema perbincangan mengenai ma’had cukup beragam di kalangan mahasiswa, salah satu point utamaya adalah “sepi” nya ma’had. Dengan kapasitas gedung yang drancang untuk menampung 1500 mahasantri (alias mahasiswa santri), saat ini ma’had baru terisi 10%. Banyak pendapat disampaikan mengenai sepinya ma’had mulai dari faktor jarak yang lumayan jauh yakni sekitar 1 KM dari kampus, hingga kurang familiernya mahasiswa dengan konsep ma’had sehingga mahasiswa yang ada memilih untuk tinggal di kos,maklum,pemaparan tentang ma’had sekedar disampaikan dalam orientasi akademik selama beberapa jam
sedangkan mahasiswa belum pernah diajak melihat secara langsung kondisi dan kehidupan ma’had. Latar belakang mahasiswa STAIN yang tidak semuanya dari sekolah berbasis keagamaan namun juga sekolah umum bahkan kejuruan membuat sebagian di antara mereka cukup “enggan” untuk memilih tinggal di ma’had yang secara umum terkesan ketat. Mencoba menelisik hal ini, tim al millah mencoba melakukan penelusuran mulai “sejarah” berdirinya ma’had hingga wawancara dengan para pemegang kebijakan di STAIN Ponorogo. Asrama yang diberi nama Ma`had Ulil Abhsar Jami’ah STAIN Ponorogo ini diresmikan pada tanggal 1 Pebruari 2013 oleh Prof. Dr Nursyam M.Si bertempat di Jalan Letjend Soeprapto Gang III Siman Ponorogo. Bangunan ini dibangun mulai tahun 2010 dan selesai pada tahun 2012 (Ma’had Timur)/ 2014 (Ma’had
Barat). Ma`had timur difungsikan untuk mahasiswa putra sedangkan ma`had barat difungsikan untuk mahasiswa putri. Ma`had ini merupakan sebuah progam yang difungsikan Untuk mempercepat penguasaan bahasa Arab dan membaca AlQur`an bagi mahasiswa STAIN Ponorogo yang ketika masuk butuh percepatan penguasaan bahasa Arab dan membaca Al-Qur`an. Hal ini menindaklanjuti beberapa peristiwa yang terjadi, banyak mahasiswa yang notabenya bukan berasal dari pondok pesantren, entah itu SMK, SMA mapun STM kemudian masuk STAIN. Dan menjadikan akan terhambatnya proses belajar mahasiswa. Ma`had merupakan satu program tersendiri STAIN Ponorogo untuk meningkatkan kualitas mahasiswa, bukan seperti yang kita dengar selama ini yang berawal dari asrama bahasa Arab anak-anak PBA. “Pendirian ma`had tidak secara otomatis
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 49
merupakan kelanjutan dari Asrama bahasa Arab. Ma`had merupakan semangat tesendiri dimana untuk membekali mahasiswa kemampuan bahasa Arab dan membaca Al-quran.” Kata bapak Mudir ma`had menjelaskan hal tersebut ketika dimintai kejelasan kronologi di dirikannya ma`had. Selain membaca Alqu`an yang menjadi program utama ma`had, bahasa Arab juga merupakan hal yang ingin dikembangkan oleh pihak ma`had, karena Sekali lagi menuruut beliau penguasaan bahasa Arab merupakan hal sangat penting untuk dapat dimilki oleh mahaiswa STAIN karena banyaknya kajian agama yang ada di stain ponorogo. “Stain yang banyak kajiankajian agama . merupakan hal mutlak mempunyai kemampuan berbahasa Arab, sangat penting bagi mahasiswa stain untuk menguasai bahasa Arab” kata beliau. Dengan program-program dan kegiatan yang ada seperti Ta`limul Qur`an, Shobahul lughah, ta`limul lughah dan ta`limul kitab dan kegiatan-kegiatan yang lain menjadi tindak lanjut dari keinginan tersebut. Hal senada juga diungkapkan oleh ketua stain ponorogo dan juga memberikan konfirmasi untuk sekarang ini mengapa selain membaca Al-qu`an hanya bahasa Arab yang dikembangkan,“Bahasa yang lain sudah tahu, sudah diajarkan disekolah. sudah di smp, sma. Masih awal fokus untuk bahasa Arab entah nanti kedepannya. Karena bahasa Arab diambang batas kemampuannya, artinya sangat minim kemampuan mahasiswa untuk bahasa Arab. Mahasiswa STAIN banyak yang
tidak bisa Arab, banyak yang berasal dari SMA dan SMK, dan tidak bisa bahasa Arab” kata ibu ketua. Mengenai jangka waktu 2 semester Ibu ketua juga menjelaskan bahwa dalam tempo satu tahun anak-anak sedikit banyak bisa dapat membaca Alqur`an dan bahasa Arab. “Cukup untuk satu tahun, wong dari awal, hanya dasar-dasarny saja dan full tiap hari bahasa arab. Itu makanya kalau dibarengi dengan bahasa inggris gak nuntut,” kata beliau menjelaskan. Terkait dengan siapa saja yang boleh berproses di ma`had bapak mudir ma`had menjelaskan bahwa semua mahasiswa boleh tinggal dan berprose di ma`had, tetapi yang wajib dan diutamakan adalah anak-anak semester satu yang belum dapat membaca Alqur`qan. “Semua mahasiswa boleh berproses di ma`had, yang penting bisa mentaati peraturan ma`had selama sarana prasana masih memungkinkan, prinsipnya semua mhasiswa boleh berproses di ma`had. yang wajib adalah mahasiswa yang ketika masuk dilihat perlu untuk mendapat advoksi membaca AlQur`an,” kata beliau. Hal senada juga dikatakan oleh ibu ketua menanggapi pertanyaan serupa, dan mengenai pengembangan bahasa mahasiswa pendidikan bahasa Arab (PBA) dimana merupakan prodi yang secara khusus mempelajai bahasa Arab . “Kalau yang tidak wajib juga boleh Ada juga yang suka rela, kesana boleh, tapi jika tempat masih ada.” kata Maryam. Beliau juga menjelaskan untuk anak-anak yang secara sukarela masuk ma`had, seperti
50 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
halnya anak PBA yang ingin mengembangkan kemampuanya menguasai bahasa Arab setelah semester satu bisa menjadi musyrifin dan tentunya dengan kualifikasi tertentu dalam perekrutnya. Untuk saat ini mahasiswa yang tinggal di ma`had 160 dengan perincian 50 putra dan 112 putri dan 40 pengurus dengan perincian 25 putri dan 15 putra. Dengan kapasitas 1500 mahasantri jumlah penghuni ma`had relatif kecil. Salah satunya disebabkan oleh mahasiswa karena suatu hal tidak bisa tinggal di ma`had meskipun jika melihat hasil test menunjukkan bahwa ia wajib tinggal di ma`had. manggapi hal itu ibu ketua menjelaskan memang untuk tahun ini belum maksimal. ‘Tahun ini memang belum maksimal” “Tahun depan wajib masuk. Kalau yang tidak mau masuk wajib lebih baik tidak heregistrasi. Bisa dibuktikan, misalnya tidak mau di ma`had karena mondok. Itu tidak apa-apa. Tapi harus ada keterangan dan akan kami survei. Apakah betul-betul di pondok dan benar-benar ada buktinya,” kata ibu ketua . “tapi kalau tidak bisa bahasa Arab, jangan masuk STAIN, Mas, tamatan STAIN harus bisa bahasa Arab dan bisa membaca Al-Qur`an,” kata ibu ketua menambahkan, menanggapi mahasiswa yang tidak bisa tinggal di ma`had dan berkaiatan dengan mahasiswa yang kuliah sambil bekerja boleh tidak tinggal di ma`had tetapi harus berproses juga di pondok yang lain. ____________________ ***Ilyas_crew 2213.122
Alamku
JELAJAH POTENSI WISATA NGEBEL, dari widodaren hingga sumber air 3 rasa
Mendengar kata ngebel, bagi warga Ponorogo dan sekitarnya akan selalu di asosiasikan dengan telaganya yang indah dan menjadi icon wisata kebanggaan kota Ponorogo. Telaga ngebel memang menyimpan keunikan tersendiri dari keindahan alamnya yang masih asri hingga cerita legenda yang melingkupinya. Selain objek alam berupa telaga, wilayah ngebel masih menyimpan potensi wisata yang tak kalah menarik namun masih belum banyak dikenal. Perjalanan tim reportase al millah edisi ini berusaha menggali potensi tersebut termasuk memetakan problematika yang ada dalam usaha pengembangan wisata di
Ngebel. Berangkat dari kampus hijau, perjalanan tim al millah menyusuri jalanan menuju kawasan wisata ngebel relatif lancar dan menyenangkan hingga memasuki kawasan jenangan. Pemandangan berbeda mulai Nampak akibat penambangan pasir yang sejak beberapa tahun terakhir berkembang di wilayah ngebel dan jenangan. Jalur jalan menuju ngebel Nampak dihiasi lubang lubang cukup lebar akibat hilir mudik kendaraan pengangkut pasir. Meski saat ini relative sudah agak berkurang arena sorotan berbagai pihak, dampak kerusakan jalan akibat truk pengangkut pasir ini masih menyisakan kerusakan
yang belum diperbaiki hingga saat ini. Tiba di kawasan ngebel sekitar setengah jam dari kampus, tim al millah menuju objek pertama yakni sumber air 3rasa. Fenomena alam sumber air 3 rasa terletak di desa talun kecamatan ngebel. Bagi anda yang belum pernah berkunjung, terdapat 1 buah plang penunjuk jalan menuju lokasi sumber air 3 rasa. Untuk mencapai sumber air 3 rasa kita harus berjalan menyusuri jalan di pinggir lahan persawahan warga dengan rute jalanan yang menurun. Tidak seperti gambaran awal dimana kami mengira bahwa sumber air 3 rasa terdiri dari 3 sumber air dengan rasa berbeda
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 51
yang terpisah pisah, air terjn 3 rasa adalah 1 sumber air yang jika kita rasakan airnya akan memberikan rasa yang berbeda antara tawar, asin,dan masam (kecut). Air yang keluar dari sumber air terjun 3 rasa ditampung di sebuah kolam kecil dan dialirkan ke rumah rumah warga untuk memenuhi kebutuhan air warga. Debit air dari sumber cukup banyak terbukti dari air yang mengalir cukup deras dari pipa air sebesar 3 dim. Bagi anda yang ingin merasakan rasa air di tempat tersebut terdapat sebuah pipa air yang terpisah dari saluran yang dialirkan bagi warga. Perjalanan kami selanjutnya kemudian berlanjut ke sebuah sumber air panas alami yang berada tak jauh dari air terjun 3 rasa. Sumber air panas tersebut dinamakan sumber tirta husada yang jika diartikan adalah air yang menyembuhkan atau mengandung obat. Hal ini karena secara alamiah sumber air panas tersebut memiliki kandungan belerang yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit terutama penyakit kulit. Sumber air hangat tirta husada adalah sebuah sumber air yang ada di sebuah aliran sungai pegunungan yang khas dengan batu batu besar sepanjang alur sungai. Dari dasar sungai kita bisa melihat gelembung udara yang menandakan hawa panas menyembul keluar. Suhu air di sumber air bisa berubah ubah dimana saat pagi suhu air relative lebih tinggi daripada siang hari. Jika kita datan pagi hari kita bisa melihat pemandangan indah uap air yang mengepul
dan membentuk semacam uap kabut. Saat ini kawasan sumber air panas tirta husada sedang di bangun oleh kelompok sadar wisata desa talun ngebel. Menurut rencana di kawasan sumber air panas akan dibangun tempat untuk mandi bagi warga, baik bagi warga yang bertujuan demi pengobatan ataupun kesehatan maupun sekedar merasakan kesegaran mandi dengan air hangat. Di dekat sumber air panas terdapat sebuah warung sederhana tempat kita melepas penat dengan menikmati minuman maupun makanan. Karena berada di pedesaan, harga makanan maupun minuman di tempat ini sangat murah dan terjangkau bagi kantong. Di warung ini kita juga bisa menikmati masakan khas pedesaan seperti nasi pecel dan sayuran. Menikmati secangkir kopi dan bercengkerama dengan penduduk sekitar menjadi sebuah moment yang mengasyikan . yakni air terjun widodaren yang berada di desa wager lor kecamata ngebel. Untuk
52 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Sumber air hangat tirta husada adalah sebuah sumber air yang ada di sebuah aliran sungai pegunungan yang khas dengan batu batu besar sepanjang alur sungai. Dari dasar sungai kita bisa melihat gelembung udara yang menandakan hawa panas menyembul keluar. Suhu air di sumber air bisa berubah ubah dimana saat pagi suhu air relative lebih tinggi daripada siang hari. Jika kita datan pagi hari kita bisa melihat pemandangan indah uap air yang mengepul dan membentuk semacam uap kabut.
mencapai air terjun ini kita harus melewati jalanan pegunungan yang berkelok-kelok tajam dan naik turun yang cukup menantang terutama bagi yang belum familier dengan jalur ini. Untuk mencapai air terjun widodaren diperlkan waktu sekitar 15 menit mengendarai sepeda motor dari kawasan telaga ngebel ke arah selatan. Di jalan menuju area air terjun terdapat sebuah tempat parkir dimana kita bisa memarkir sepeda motor kita. . Perjalanan menuju air terjun belum selesai, karena untuk tiba di lokasi air terjun kita harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 1 KM di lereng perbukitan. Sebaiknya kita membawa perbekalan makanan dan minuman saat menuju air terjun karena di sekitar lokasi tidak terdapat took/warung mengingat jaraknya yang agak jauh dari pemukiman warga. Air terjn widodaren. Ya, air terjun di desa talun ngebel yang menjadi tjuan pertama kami memang bernama widodaren. Bagi warga Ponorogo, nama widodaren lebih familier dikenal sebagai sebuah air terjun yang berada di kawasan barat Ponorogo tpatnya kecamata jambon. Kesamaan nama ini terlahir dari legenda yang cukup dikenal masyarakat Jawa yakni legenda joko tarub. Tempat tempat yang indah dan berupa air terjun biasanya disebut masyarakat lkal sebagai widodaren alias tempat bidadari mandi dan juga tempat dimana joko tarub mengambil selendang bidadari sehigga sang bdadari harus tinggal di bumi menjadi istri joko tarub. Kondisi air terjun widodaren sendiri masih sangat alami karena tempat ini belum banyak dikenal
oleh wisatawan dan mungkin baru dikenal oleh beberapa komunitas seperti pecinta alam maupun fotografer yang hoby mengabadikan keindahan alam. Ada 2 tingkat airterjun di widodaren, tingkat pertama berada di sebelah atas dengan ketinggian sekitar 10 M.untuk mencapai tingkat pertama kita bisa mendaki melalui akar pohon raksasa yang ada di tepi air terjun. Meski di tingkat pertama membentuk kolam air alami,ada baiknya anda tidak mandi di tempattersebut arena kolam air cukup dalam. Menurut penuturan mbah wo,alias sesepuh dusun warga pernah mengukur kedalaman air di kolam tingkatan pertama menggunakan batang bamboo. 1 batang bamboo dari ujung dibenamkan ke bawah, sampai 1 batang masih belum mencapai dasar kolam. Tingkatan kdua ar terjun widodaren setinggi kurang lebih 5 meter dan cukup lebar serta membentuk kolam air alami yang cukup nyaman untuk berenang. Saat crew millah mencoba berenang dan mengukur kedalaman air kolam, menurut perkiraan kolam air tersebut sekitar 2 meter. Air kolam terasa sejuk dan cenderung dingin karena berada di pegunungan. Sekitar 1 jam berada di kawasan ai terjun crew al millah memutuskan untuk pulan ke kampus. Problematika pengembangan wisata ngebel. Meski memiliki potensi wisata yang indah,unik dan beragam, pengembangan kawasan ngebel menjadi sebuah kawasan wisata yang terpadu masih membutuhkan proses panjang dan berliku. Kerjasama dan dukungan berbagai pihak
diperlukan agar potensi wisata ini bisa tersinergi dengan baik. Salah satu contoh problematika pengembangan wisata di telaga ngebel adalah kurang sinkronya berbagai kebijakan dari pemerintah. sukar dibayangakn bahwa di kawasan menu telaga ngebel yang notabene adalah kawasan wisata unggulan namun di sisi lain diberikan ijin untuk membuka penambangan pasir berskala besar. Hilir mudik kendaraan pengangkut pasir selain membuat polusi berupa debu juga membuat para pengunjung yang ingin berwisata menjadi perlu ekstra waspada terhadap kendaraan besar yang rata rata berkecepatan tinggi demi mengejar setoran. Hal yang kini juga menjadi point yang perlu diperhatikan adalah kondisi alam dan lingkungan di sekitar telaga yang kian mengkhawatirkan. Fenomane banjir bandang dan tanah longsor di sekitar telaga ngebel pada bulan februari 2015 mengejutkan banyak warga Ponorogo. Banjir tersebut elain karena tinginya curah hujan juga akibat banyaknya kayu dan material tanah yang terbawa aliran sungai sehingga sungai tersumbat tak mampu menampung curah hujan dan membanjiri kawasan sekitaran dermaga telaga ngebel. Berbagai persoalan dan problematika yang kini hadir memang memerlukan sebuah solusi yang komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak. Sebagai contoh, bagaimanapun kerasnya pengembangan kawasan wisata menjadi indah dan menarik jika prasrana jalan menuju kawasan ngebel masih penuh lubang dan membahayakan pengendara tentu saja pengembangan wisata yang dilakukan akan kurang maksimal.***Samsul_22.13.120
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 53
Fiksi
Dia Bukanlah Dia
Oleh: Muhammad Muhklisin Mahasiswa JurusanUshuludin Prodi Tafsir Hadis, Semester 2. 54 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
D
alam perjalanan itu kamu malu-malu bertanya padaku. Aku melihat kedua tanganmu kau satukan dan kau apit di antara dua lututmu, dan kau tak pernah berhenti mesem kepadaku. Meski aku menduga kau gila, tetapi kau tetap waras menghadapi pak kondektur menarik ongkos perjalanan Sumatra-Jawa. Di bangku yang lain perhatian penumpang terculik oleh sikapmu. Karna tempat yang kau duduki kurang nyaman, kau memintaku untuk bertukar tempat “Maaf, bisa tukar tempat? Aku di dekat jendela boleh?” Dan aku mempersilahkanmu. Sedangkan anakmu yang baru berumur lima tahun itu, mengomeli kelakuanmu, “Ibu mengganggu kenyaman orang!” Aku tersenyum kagum pada anakmu, sebaliknya anakmu malah memberikan wajahnya yang biasa. Tersenyum sedikitpun tidak. “Ah, bayi ajaib dari mana ini, baru umur kemarin sore sudah mengenal budi, sudah mengenal adab tanpa paham ingin dipuji atau diakui kebenaran darinya,” batinku. Tapi kamu malah me marahinya. Dengan bisikan kau memakinya. Aku melihat kau me nyimpan kegeraman kepada anakmu. Sampai-sampai ludah yang kau tahan muncrat membasahi kuping anakmu. Anakmu yang diam saja tanpa tahu harus berbuat apa karena dia belum pernah mengenal membantah. Di tanah rantaumu suasana sepi dan bernuansa alami telah diserap jiwanya. Anakmu tak pernah mengenal orang marah. Hanya kesejukan yang damai dan belaian kesunyian. Dia masih suci
ibarat kertas kosong yang belum tercoret tinta apapun. Kemudian kau melirik ke arahku kau melempar senyum sembari mengemis ampun terhadapku. Meng-atasnama-kan kelakuan anakmu. Dalam batin aku masih belum bisa melepas perhatian terhadap anakmu. Dia bertanya pada jendela, “Ah, air darimana datangmu dan siapa yang menjatuhkan kamu dari langit nun jauh di sana? Apakah ada makhluk lain di ruang biru itu?” ketika melihat hujan turun membasahi kaca jendela. Kau malah menjawab ketus, “Sudah tidur saja kau, tak pantas bertanya seperti itu!” Entah apa alasanmu menyuruhnya tidur. Apakah kau juga menyuruhnya tidur ketika ia sedang memegang buku di rumah? Apakah kau yang tak paham arti belajar yang sesungguhnya? Tak pernah menyadari betapa anak yang kau sanding itu, sudah mengenal kecerdasan berfikir falsafi dan kau hanya mengerti anak banyak tanya itu adalah anak yang kurang ajar. Menurut pengetahuan dari jargon nenek moyangmu, tingkah laku banyak tanya akan melahirkan akal pembantah dan pembangkang perintah orang tua. Padahal di luar sana, kelak dia akan berjalan dituntun waktu untuk melewati zamannya dan kau masih saja menanam jargon-jargon yang datang turun-temurun dari nenek moyang. Kau tak pernah menyadari betapa kamu ini orang tua konservatif tak mau maklum terhadap perubahan kehidupan. Hingga pada akhirnya kau malah mencoretkan kisah kuno yang akan merusak rasionalitasnya.
Entah menurutmu itu tidak keji. Kau hanya berdalih. Nenek moyang itu junjungan kami. Sesuatu yang tidak dituruti maka itu kecelakaan besarlah baginya. Dan tiba-tiba anakmu yang lucu itupun bangun lalu mengajakmu berjalan kaki, “Ibu, kita jalan kaki saja, bu. Aku bermimpi bertemu kakek. Katanya dia ingin kita berjalan kaki saja, karna itu lebih alamiah. Sedangkan bus yang kita kendaraan ini buatan manusia. Kata kakek, itu akan melupakan sejarah leluhur kita.” Kau malah memukul anakmu yang baru saja terbangun dari tidur. Sebagai ibu, kau merasa perlu untuk memberikan pendidikan pukulan itu, mengatasnama-kan adat yang telah kau junjung tinggi dari nenek moyang. Karena pendidikan dengan memukul akan menciptakan ketertundukan. Meski kau sadar betul, tentu saja lewat pengalaman batinmu. Jika kemarahan itu ter-endap dalam ketakutan dan ketertundukan maka akan muncul ledakan yang sangat luar biasa. Luapan yang akan menyimpan kekuatan pemberontakan yang disokong oleh kekuatan hati karena telah terpenuhi dengan api kemarahan. Kau tak pernah menyadari betapa dengan kemarahan hati akan membenuh kemurnian jiwa yang bersih di dalamnya, kebaikankebaikan yang murni akan kalah dengan kekeruhan suasana yang lebih banyak mendominasi. Pukul sepuluh, hari yang cerah. Matahari menganga. Anakmu melihat lautan yang luas dan berkata “ Ibu, aku melihat Tuhan.”
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 55
Kau malah mengkafirkan anakmu. Kau memakinya mentahmentah kau menuduhnya yang bu kan-bukan. Kau mengklaim anak mu akan besar dengan pemikiran yang absurd dan abnormal, melepas nilai-nilai nenek moyang. Khawatir akan kewibawaan keluarga maka atas nama politik keadaan kau tak bisa membiarkan itu ter jadi. Kau ingin anakmu tumbuh men jadi anak yang lazim seperti anak yang lainnya, menguasai yang perlu dikuasai tanpa harus ada penyimpangan dalam kehidupan bermasyarakat.
Mempertahankan nilai-nilai kebudayaan di dalamnya. Pada bulan dingin, tahun salju kau duduk di kursi. Anakmu sudah tunduk oleh kekerasan yang kau sisipkan dalam perilakunya. Ketertundukkanya padamu itu membuatmu terharu. Kau bertutur kepada anakmu., “Pergilah kau merantau dan belajarlah kau tentang agama di se buah pondok pesantren. Kuasai ilmu agama sebanyak-banyaknya. Dan jadilah kyai yang agung di tempat kelahiranmu.” Meski secara bungkus tu juan mu itu menegakkan agama, akan tetapi anakmu yang sudah
56 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
beralih waktu itu menyadari betul, betapa tujuanmu itu mengatasnama-kan kewibawaan hidup. Agar disegani oleh masyarakat. A gar status di ma sya rakat na ik. Agar dianggap 'wah' oleh se sama hidup. Maka atas na ma kemunafikan anakmu patuh. Bukan kepatuhan yang mur ni, melainkan kepatuhan akan ke ta kutan yang telah kau tanamkan, sehingga timbullah penolakan da lam hati yang dikekang oleh nafsu itu sendiri. Pada akhirnya, terla hir lah sebuah pemahaman politik kehidupan. Anakmu yang kadung terce koki ideologi pangkat, kemewahan dan kewibawaan hidup tumbuh menjadi orang yang mengejar kese nangan sesaat. Hedonisme. Sebatas yang kau cita-citakan 'pandai aga ma', tanpa bisa menemukan dzuq di dalamnya. Anakmu sangat pandai da lam beragama akan tetapi batin nya lumpuh. Dikekang politik kehidupan. Anakmu tak punya kemurnian jiwa. Sudah terkoyak oleh taklid yang kau tanamkan. Dan pada saat itulah anakmu me lahirkan aliran kehidupan baru. Politik kehidupan penggenggam kehidupan. Bulan gugur, tahun ma tahari. Angin bertiup kencang me le bihi batas normal. Hutanhutan gundul dilalap kering. Jejati-an meranggas, pohon randu gugur daun. Kelaparan menjarah ke hidupan manusia. kehidupan telah dikuasai yang berkuasa, lumbung-lumbung padi telah dikuasai penguasa. Dari atas bukit terlihat asap mengepul. Terjadi kebakaran hutan. Anakmu berdiri angkuh, berkacak pinggang.***
SMJ TARBIYAH Sarana Aspiratif Mahasiswa Tarbiyah
S
enat Mahasiswa Jurusan (SMJ) Tarbiyah merupakan organisasi tertinggi di tingkat jurusan. SMJ Tarbiyah ini menaungi beberapa Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) di Jurusan Tarbiyah, yaitu HMPS PAI, HMPS PGMI, HMPS TBI dan HMPS PBA. SMJ Tarbiyah tidak hanya fokus dalam bidang pendidikan, melainkan juga memperhatikan eksternal pendidikan yang berfungsi sebagai wadah untuk mengembangkan nalar kritis mahasiswa terhadap dunia pendidikan atau dunia luar. SMJ Tarbiyah adalah organisasi kemahasiswaan yang menjadi sarana aspiratif bagi Mahasiswa Jurusan Tarbiyah dalam mengembangkan bakat, ide ataupun gagasan, pengetahuan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam organisasi ini mahasiswa akan merubah mindset mereka, bahwasannya ke kampus tidak hanya kuliah saja, akan tetapi ada kegiatan positif yang bisa menambah pengalaman. Sebagai sebuah organisasi tentunya SMJ Tarbiyah memiliki kegiatan yang bermanfaat bagi
mahasiswa. Misalkan saja, yaitu seminar nasional dengan narasumber DR. Harun, M.SI, MM, Prof dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Dr, Sudarwan Danim, M.Pd dari tim ahli BNSP, dan Prof, Dr, I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd. dari Praktisi Pendidikan dan Direktur pasca sarjana Universitas Negeri Malang dengan tema “analisis kebijakan program PPG dan optimalisasi profesionalitas pendidik”. Selain itu juga diadakan dialog publik dengan tema “menjawab kegelisahan mahasiswa dalam menghadapi liberalisme masa depan ” yang diisi oleh Eko Prasetyo M.H.I.*** Yopy 2113.128
UKM KSR-PMI Sadarkan Masyarakat Bahaya HIV-AIDS
UKM KSR PMI UNIT STAIN Ponorogo berdiri atas ide Susanto –mahasiswa STAIN Ponorogo– dengan mendirikan organisasi di bawah naungan PMI kabupaten. Maka terbentuklah UKM KSR PMI UNIT STAIN Ponorogo pada tangal 31 Mei 1998 . UKM KSR merupakan organisasi intra kampus yang bergerak di bidang kemanusiaan. Sebagaimana visi-misinya, UKM KSR
telah bergerak dalam berbagai macam kegiatan kemanusiaan. Salah satu kegiatan UKM KSR PMI UNIT STAIN Ponorogo adalah peringatan hari HIV AIDS sedunia. Kegiatan ini diikuti oleh 6 institusi, diantaranya KSR STAIN Ponorogo, Fakultas Kesehatan UNMUH Ponorogo, STIKES Buana Husada, AKPER PEMKAB Ponorogo, AKBID Harapan Mulya, dan AKAFARMA Sunan Giri. Kegiatan ini selain bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya virus HIV AIDS. Beberapa kegiatan lain yang tidak kalah penting yaitu: pendeklarasian FKMK (Forum Komunikasi Mahasiswa Kesehatan Ponorogo) yang ditandatangani oleh perwakilan dari setiap institusi, bakti sosial yang diadakan di Desa Ngilo-ilo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, ada juga Pelatihan Penanganan Korban KSR PMI UNIT STAIN Ponorogo yang diadakan di balai desa Ronowijayan.*** Icha_crew 22.13125
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 57
UKM MAPALA PASCA PRESTASI DARI SALAM LESTARI Salam Lestari.!!! Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang pecinta alam, MAPALA PASCA STAIN Ponorogo ber¬keinginan menjadi salah satu organisasi yang berciri, bercitra dan berbuat demi Pelestarian Alam dengan segala bentuknya. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya peletarian alam, Sarana pengembangan bakat dan minat. Kemudian keinginan itu dijadikan sebagai visi guna membentuk MAPALA PASCA STAIN Ponorogo untuk lebih kuat dan bersatu terhadap pelestarian alam. Selama 18 tahun MAPALA PASCA menjelajahi alam dalam rangka mengenali negeri ini, telah banyak sekali prestasi yang diraih oleh organisasi, para anggota, bahkan siswa SD/SMP/SMA yang dilatih oleh MAPALA PASCA. Di antara prestasi yang berhasil diraih pada tahun 2014 adalah: 1. Juara II Panjat Dinding Speed Putra IPPBMM PTAIN se-Jawa di Surakarta 2014.
2. Juara III Panjat Dinding Speed Putri IPPBMM PTAIN se-Jawa di Surakarta 2014. 3. Juara II Speed Putra U-19 Sirkuit Panjat Tebing MAHIPA UNMUH 2014. 4. Peringkat I lomba Administrasi dan Peran Pencinta Alam Se-Wilayah Madiun, Bojonegoro dan Kediri oleh Kementerian Kehutanan 2014. 5. Peringkat I lomba Administrasi dan Peran Pencinta Alam Se-Jawa Timur oleh Kementerian Kehutanan 2014. Dan masih banyak prestasi lainnya.*** Nilta_crew 22.13124
FORMAHI Bentuk kontribusi mahasiswa akhwal syahsiyah untuk bangsa
HMPS Akhwal Syakhsiyah merupakan sebuah wadah interaksi bagi mahasiswa program studi akhwal syakhsiyah dalam rangka mengembangkan basic keilmuan –khususnya yang diajarkan di prodi akhwal syaksiyah– dan keilmuan lainnya secara umum. Mewujudkan misi tersebut, pada tanggal 20 sampai 21/9/2014, organisasi mahasiswa yang dikomando oleh Sugeng Wibowo mengikuti
58 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
pertemuan mahasiswa Akhwal Syahsiyah se-Jawa Timur dalam rangka musyawarah akbar mahasiswa akhwal syahsiyah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempererat tali silaturrahmi dan persatuan mahasiswa akhwal syahsiyah dari kampus negeri maupun swasta se-Jawa Timur. Musyawarah akbar yang diikuti oleh empat delegasi dari pengurus HMPS akhwal syahsiyah STAIN Ponorogo tersebut, juga merumuskan rekomendasi dan solusi cerdas bagi permasalahan yang dihadapi bangsa khususnya untuk wilayah jawa timur. Selain itu, juga merumuskan forum kesatuan mahasiswa akhwal syahsiyah yang disebut FORMAHI (Forum Kesatuan Mahasiswa Hukum Indonesia). FORMAHI diharapkan menjadi wadah bagi mahasiswa akhwal syahsiyah dalam memberikan konstribusi dan pengadvokasian eksistensi hukum yang selanjutnya menjadi sarana pembaharu bagi masyarakat agar tercipta tatanan masyarakat madani.***Widya_crew 22.13130
UKM UKI Perpaduan IMTAQ dan IPTEK
Unit Kegiatan ke-Islaman (UKI) Ulin Nuha merupakan organisasi mahasiswa intra kampus yang bergerak dan berdedikasi pada ranah ke-Islaman. Program dan kegiatan yang ada di UKM UKI Ulin Nuha ditujukan untuk membangun dan melestarikan nilai-nilai ke-Islaman, baik itu melalui kegiatan-
kegiatan keagamaan ala pesantren salaf, kegiatan kajian maupun pengembangan bakat khususnya pada aspek seni Islam. Sebagai organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, UKM UKI Ulin Nuha memiliki visi yang mulia yaitu berupaya untuk membentuk insan kamil dalam IMTAQ dan IPTEK. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka UKM ini berupaya untuk mensinergikan hablum minallah, hablum minannas dan hablum minal ‘alam. Adapun motto organisasi: dengan bersholawat, lestarikan syi’ar Islam, galang solidaritas ummat dan kukuhkan ukhuwah Islamiyah menuju Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Dengan demikian, UKI Ulin Nuha yang memiliki karakter khas ini, selalu berupaya mengoptimalkan peran dan fungsinya untuk mewujudkan nuansa serta tatanan kehidupan yang Islami di kampus STAIN Ponorogo, khususnya bagi mahasiswa dan bagi civitas akademika pada umumnya.***Widya_crew 22.13130
ADVOKASI MUTLAK BAGI JURUSAN SYARI’AH Dalam periode tahun ini, Senat Mahasiswa Jurusan (SMJ) Syari’ah telah berhasil mewujudkan program kerja yang sesuai tupoksi mahasiswa, sesuai visi dan misi pada awal kepengurusan yaitu mengembalikan kedaulatan dan memberikan porsi yang sama kepada seluruh mahasiswa syari’ah. Di akhir kepengurusan ini ada beberapa program kerja yang sudah terlaksana yaitu diantaranya: Diklat Management Organisasi (DMO) yang dilaksanakan di awal kepengurusan, sebagai pembekalan dalam menjalankan organisasi tertingi di jurusan syari’ah. Kegiatan berikutnya adalah advokasi mahasiswa Syari’ah, dalam kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk Seminar Hukum Tata Usaha Negara, sehingga menghasilkan beberapa rekomendasi yang ditindak lanjuti melalui audiensi di gedung rektorat lantai 3 sebagai penyelesaian dari keresahankeresahan mahasiswa syari’ah yang termaktub dalam rekomendasi. Selain kegiatan yang diselenggarakan oleh SMJ Syari’ah sendiri ada juga kegiatan undangan dari luar
kampus, di antaranya Lomba Debat Hukum Keluarga di Uin Sunan Kalijaga Jogjakarta dan Gebyar pekan raya Syari’ah yang kesmuanya turut menghadiri sebagai peserta delegasi dari SMJ Syari’ah STAIN Ponorogo. Tidak hanya itu saja, SMJ Syari’ah juga memiliki media bulettin yang bernama Tashwirul afkar.***Rendi_crew 22.13119
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 59
Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (HMPS PBA)
Salam ta’aruf dari pengurus HMPS PBA. HMPS Pendidikan Bahasa Arab (PBA) merupakan organisasi intra kampus dibawah naungan Senat Maha Siswa Jurusan (SMJ) Tarbiyah. Sebagai sebuah organisasi, HMPS PBA mempunyai program andalan berupa, mengadakan ta’lim; mengadakan
halaqoh tarjamah; mengadakan workshop tarjamah; menerbitkan buletin; dan mengisi mading di Ma’had Ulil Abshor STAIN Ponorogo. Selain itu, pada pekan raya kampus 2014 HMPS PBA juga mengadakan bazar buku dan kreatifitas kaligrafi. Tidak hanya itu saja, HMPS PBA juga mengadakan rihlah tahunan dan study banding, seperti tahun 2013 lalu yang telah sukses mengadakan rihlah dan studi banding dengan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rihlah tersebut diikuti oleh mahasiswa semester 1, semester 3 serta pengurus HMPS PBA; serta Tahayun al-‘arabiyah yang sudah terlaksana pada pertengahan desember 2014 di Telaga Ngebel yang diikuti oleh perwakilan OSMA. Melalui HMPS PBA ini kami mengajak seluruh insan Prodi PBA untuk bersama-sama menjunjung bahasa Arab agar mampu menyandingi bahasa asing lainnya dan dapat menghantarkan insan prodi PBA menjadi insan Ulul Albab.***Retno_crew 22.13131
Himpunan Mahasiswa Program Studi Tadris Bahasa Inggris (HMPS TBI) HMPS TBI merupakan unit kerja atau unit kegiatan kemahasiswaan, khususnya bagi mahasiswa prodi Tadris Bahasa Inggris. HMPS ini berperan aktif dalam pemahaman dan sosialisasi terhadap kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya belajar berbahasa Inggris tetapi juga berorganisasi, ini adalah bekal untuk terjun kemasyarakat nantinya. HMPS TBI ini mempunyai dua program, yaitu mingguan dan tahunan. Program mingguan
60 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
dikelola oleh devisi keintelektualan dan buletin, dengan menerbitkan buletin berbahasa Inggris untuk dibagikan ke mahasiswa program studi bahasa Inggris khususnya. Adapun devisi study club yang diadakan setiap 2 kali dalam seminggu yang mempelajari grammar dan speaking dengan metode yang berbeda dengan di kelas, serta diskusi tentang tugas kuliah jika ada kesulitan menerima materi ketika berada di dalam kelas. Program tahunannya antara lain English Debate training dan Orientasi HMPS TBI dengan pemateri dari dosen bahasa Inggris STAIN Ponorogo yang terlaksana pada 9 Juni 2014; English Seminar yang terlaksana pada tanggal 1 Oktober 2014 pada pekan raya kampus dengan narasumber dari USA; serta Fantastic learning English atau sering disebut juga English Camp yang merupakan pembelajaran bahasa Inggris bernuansa fun, tidak hanya belajar materi bahasa Inggris tetapi juga mengenal alam. Di samping itu masih banyak terdapat kegiatan yang merupakan program HMPS TBI.*** Retno_crew 22.13131
SMJ USHULUDIN Dorong Mahasiswa Menjadi Inovator, Motivator, Dinamisator, dan Katalisator
M
ahasiswa Ushuluddin diharapkan dapat mendalami dan mewariskan keilmuan, memiliki integritas moral, kepekaan social, keterbukaan, semangat menyerap informasi yang intens dan analisis yang tajam. Idealisme ini disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang muncul di masa yang akan datang, berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi sekarang. Kalau
bisa diibaratkan keadaan masyarakat sekarang adalah “Rakyat sudah tidak lagi butuh demokrasi akan tetapi mereka butuh makan. Karena rakyat sudah tidak betah di negeri sendiri (negara demokrasi), mereka lebih memilih mencari sandang pangan d iluar negeri (yang notabene bukan negara demokrasi)”. Oleh karena itu, negara ini membutuhkan orang yang cerdas dan bukan sekedar orang yang rajin. Di sinilah letak SMJ Ushuluddin sebagai pendorong mahasiswa untuk menjadi seorang inovator, fasilitator, dinamisator, motivator, katalisator atau menjembatani semua cita-cita atau harapan dari mahasiswa Ushuluddin. Hal itu ditujukan agar kelak mahasiswa mempunyai daya saing serta daya jual sesuai dengan tuntutanya untuk selalu kompetitif dalam segala hal. Meskipun begitu SMJ Ushuludin tetap eksis dengan program kegiatan yang telah dicanangkan.*** Samsul_crew 22.13120
HMPS Tafsir Hadits Prioritas ‘Kerukunan Antar Aliran’
Dengan semboyannya ‘Unity in Diversity’ HMPS Tafsir Hadits mengepakkan sayap keintelektualan di bidang Qur’an, Hadits dan Filsafat. Hal tersebut merupakan wujud realisasi konsep Islam Rahmatan lil Alamin yang dibawa nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, kerukunan antar aliran dalam
Islam menjadi prioritas utama. Dalam rangka merealisasikan semboyan dan visi misinya HMPS Tafsir Hadits mengemasnya dalam beberapa agenda acara yaitu bedah buku “CANDY’S BOWL: Politik Kerukunan Umat Beragama di Indonesia” karya Munawar Ahmad pada tgl 14 Juni 2014. Pada acara tersebut dihadiri oleh beberapa organisasi Islam dan mahasiswa serta aliran Islam, di antaranya Lakpesdam NU, HMI, PMII, Ahmadiyah dan beberapa komunitas kajian seperti Gusdurian dan KKP. Di samping itu HMPS TH HMPS Th juga mengadakan agenda pelatihan epistemologi se-Jawa Timur yang diisi oleh para dosen STAIN Ponorogo. Acara yang dilaksanakan 7-9 Sept 2014 lalu, diikuti oleh Perguruan Tinggi Islam di jawa Timur yaitu STAIN Ponorogo, IAIN Tulung Agung, INKAFA Gresik, dan STAIN Kediri yang dilaksanakan pada tanggal 7-9 September 2014.*** viky_mahasiswa HMPS TH
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 61
Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (HMPS PGMI)
HMPS PGMI adalah sebuah organisasi intra mahasiswa khusus program studi PGMI. HMPS ini merupakan wadah bagi mahasiswa PGMI untuk berinovasi dan berkreasi. Periode ini, HMPS PGMI telah mengadakan pameran ketrampilan handmade yang telah sukses berpartisipasi dalam pekan raya kampus 2014 kemarin. Ketrampilan handmade tersebut merupakan
hasil tindak lanjut dari mata kuliah pendidikan ketrampilan pada semester 4. Handmade tersebut merupakan karya mahasiswa PGMI STAIN Ponorogo. Selain itu HMPS PGMI juga menyelenggarakan workshop ketrampilan, yang mana kali ini fokus pada ketrampilan menggambar. Workshop ketrampilan tersebut sudah terlaksana pada Selasa 7 Oktober 2014. Kegiatan tersebut merupakan bekal mahasiswa PGMI dalam mengajar kelak, karena seperti yang diketahui bahwasannya usia seolah tingkat SD/MI adalah usia anak suka menggambar dalam rangka pengembangan kognitifnya dari segi motorik halus. Tidak hanya itu saja, HMPS PGMI juga turut andil menyukseskan acara pertunjukan pentas seni tahunan oleh mahasiswa/i semester 5 PGMI, yang juga bekerjasama dengan dosen kesenian. Pensi tersebut telah terselenggara pada hari Senin, 12 Januari 2015 di Graha Watoe Dhakon, STAIN Ponorogo.*** Retno_crew 22.13131
UKM SEIYA (Martir, Perpaduan Maha Karya Teater dan Tari) UKM SEIYA atau kepanjangan dari Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Budaya adalah UKM yang bergerak di bidang seni dan budaya di kampus STAIN Ponorogo. UKM ini mulai ada sekitar tahun 2004. Awalnya UKM ini hanya menekuni satu bidang yakni musik saja. Akan tetapi, kini UKM SEIYA juga menekuni bidang paduan suara mahasiswa, teater, dan yang baru adalah seni tari. Salah satu rogram kerja, yang paling dahsyat di tahun ini adalah Martir. Berbeda dengan pementasan sebelumnya, kali ini UKM SEIYA menampilkan dua maha karya besar. Perpaduan seni antara Teater Pojok dan Tari Surya Kartika yang dilaksanakan pada 3 Desember 2014. Pementasan Martir ini memerlukan persiapan yang matang dan tidak main-main, khususnya teater. Teater dibilang cukup menguras segala kreatifitas dan sulit, lantaran harus berakting
62 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
dengan memakai peran orang lain, seolah-olah nyata. Selain itu tari Surya Kartika juga memerlukan latihan yang cukup agar karya yang ditampilkan maksimal dan mampu menghibur para penonton.*** Vivi _crew 22.13126
Jambore nasional dan workshop pelatihan menjadi interprener UKM KOPMA “al hikmah” STAIN Ponorogo merupakan UKM yang bergerak di bidang usaha dan koperasi. UKM ini telah banyak meraih prestasi yang membanggakan untuk kampus hijau. Di antaranya mendapat juara II pada jambore tingkat nasional di UNY Jogjakarta dalam rangka menambah wawasan dan keuletan para peserta dalam berusaha. Banyak pula workshop dan pelatihan yang diadakan untuk meningkatkan pengetahuan para anggota, serta memberikan motivasi kepada peserta maupun anggota untuk menjadi entertraner yang sukses di bidang bisnis beserta cara mengelolanya. Untuk meningkatkan mutu anggota kopma maka diadakan pertemuan rutin dua kali dalam sebulan. Tidak hanya itu saja, UKM kopma juga melakukan kunjungan usaha ke tempat-tempat usaha kecil dan menengah yang ada di Ponorogo maupun sekitarnya. Untuk regenerasi kepengurusan bulan November 2014 telah diadakan penerimaan anggota
baru yang diikuti lebih dari 50 mahasiswa dan para calon anggota. Pada acara tersebut terdapat banyak wawasan tentang wirausaha, mulai dari inovasi membuat makanan yang nikmat, menarik, murah dan sehat dengan bahan yang telah disediakan oleh panitia.***Nurhayati_crew 22.13132
Pekan Raya Kampus Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) sebagai organisasi intra kampus STAIN, memiliki peran penting dalam mengakomodir kegiatan mahasiswa baik berupa seminar, pelatihan maupun kegiatan lintas UKM. Di bawah komando Elvin Rofikhana selaku Presiden Mahasiswa, DEMA menyelenggarakan
event akbar yang melibatkan berbagai lapisan KBM STAIN Ponorogo, yaitu Pekan Raya Kampus yang dilaksanakan pada 29 September–10 Oktober 2014. Event yang menarik antusiasme dari mahasiswa ini diikuti seluruh organisasi intra kampus dengan menampilkan beragam kegiatan, mulai dari lomba, seminar, dan bazar lalu ditutup dengan pentas seni. Penyelenggaraan Pekan Raya Kampus ini memiliki tujuan untuk mengenalkan organisasiorganisasi intra kampus kepada para mahasiswa dan menarik minat para mahasiswa dalam berorganisasi. Dengan adanya Pekan Raya Kampus ini diharapkan akan memunculkan minat para mahasiswa dalam berorganisasi dan melahirkan mahasiswa-mahasiswa yang tidak hanya cakap dalam akademik tapi juga terampil dalam berorganisasi. Momen Pekan Raya Kampus ini diharapkan bisa menjadi acara rutin yang dapat diselenggarakan setiap tahunnya dan semakin baik dari tahun ke tahun. Serta mampu mewujudkan organaisasi mahasiswa yang semakin baik dan maju.***Ihsan_crew 22.13121
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 63
UKM Olah Raga (OLGA) Raih 3 Medali PIONER
UKM Olah Raga adalah salah satu dari organisasi Intra kampus yang ada di STAIN Ponorogo. Organisasi ini mempunyai tujuan untuk penyaluran dan pengembangan minat serta bakat mahasiswa dalam bidang olah raga. Di dalamnya ada beberapa divisi cabang olah raga, yaitu Sepak Bola, Futsal, Bola Voli, Badminton, dan Tenis Meja.
Untuk meraih prestasi dan engalaman bertanding secara rutin UKM OLGA mengirimkan perwakilannya dari setiap divisi untuk mengikuti event-event kompetisi, baik yang dilaksanakan di wilayah ponorogo maupun karesidenan madiun. Dalam beberapa tahun ini secara rutin UKM OLGA mengirimkan wakilnya dari setiap divisi untuk mengikuti Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset (Pionir) Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) dan Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI). Salah satunya adalah pada pelaksanaan PIONER IV yang diselenggarakan Departemen Agama RI di IAIN “Sultan Maulana Malik Ibrahim” Banten. Pada agenda tersebut UKM OLGA menorehkan prestasi yang cukup membanggakan dengan membawa pulang 3 medali. Dua medali dipersembahkan oleh cabang bola voly setelah menempati juara 2 untuk putra dan 3 untuk putri, dan satu medali didapatkan dari cabang tenis meja.***Ilyas_crew 22.13122
UKM PRAMUKA RACANA RONGGO WARSITO-NIKEN GANDINI Sebagaimana program kegiatan yang ada, UKM Pramuka mengadakan KMD (Kursus Mahir Dasar) pada tanggal 17-20 April 2014 di kampus STAIN Ponorogo. Kegiatan KMD dilanjutkan tanggal 2-7 Mei 2014 di lapangan Japan, Kec. Jenangan, Kab. Ponorogo. KMD ini dikhususkan bagi mahasiswa PGMI untuk menunjang kreatifitas saat sudah menjadi pengajar. Akan tetapi, kegiatan KMD juga dibuka bagi kalangan umum. Untuk sosialisasinya, UKM Pramuka memberikan surat delegasi kepada INSURI, STKIP Ponorogo, UNMUH Ponorogo dan UNMER Ponorogo. Selain itu ada juga pamflet-pamflet yang ditempelkan di sekitar area kampus STAIN Ponorogo. Untuk melancarkan kegiatan KMD, UKM Pramuka bekerjasama dengan KWARCAB (Kwartir Cabang) dan PUSDIKLATCAB (Pusat Pendidikan Pelatihan Tingkat Cabang). Acara ini diikuti oleh kurang lebih 170 peserta. Tidak hanya mahasiswa Program studi PGMI, tetapi ada juga peserta dari STKIP PGRI Ponorogo, Poltek Madiun dan
64 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
beberapa guru umum yang belum mengikuti KMD. Setelah acara KMD para peserta tidak langsung diberikan sertifikat, tetapi harus mengajar pramuka Siaga dan Penggalang selama 6 bulan (Narakarya) yang dibimbing oleh PUSDIKLATCAB. Baru setelah itu, PUSDIKLATCAB akan mengeluarkan sertifikat bagi para peserta.***Icha_crew 22.13125
Seminar Intregasi Tasawuf Dengan Tradisi Kejawen Pada Persaudaraan Setia Hati Terate Madiun
“Selama matahari masih bersinar, selama bumi masih dihuni manusia, selama itu juga Persaudaraan Setia Hati Terate tetap jaya selama-lamanya” Sebagai organisasi yang bergerak di bidang seni beladiri pencak silat, UKM BELADIRI Komisariat
PSHT STAIN Ponorogo tahun ini mengadakan berbagai agenda untuk melahirkan pesilat yang mumpuni baik dari segi olahraga beladiri maupun aspek kerohanian dan pembentukan karakter. Salah satu kegiatan yang cukup unik dan menarik animo adalah seminar dengan tema "Intregasi Tasawuf Dengan Tradisi Kejawen Pada Persaudaraan Setia Hati Terate Madiun" yang dilaksanakan pada tanggal 24 November 2014 di Graha Watoe Dhakon STAIN Ponorogo. Kegiatan ini adalah salah satu program kerja UKM Beladiri yang dikemas menjadi kegiatan Seminar Regional. Seminar ini merupakan salah satu program kerja yang sangat membanggakan dan secara berkala UKM Beladiri STAIN Ponorogo akan selalu berkarya demi untuk mengharumkan nama baik organisasi dan terlebih untuk lembaga STAIN Ponorogo.*** Icha_crew 22.13125
Himpunan Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam HMPS Komunikasi dan Penyiaran Islam merupakan salah satu organisasi intra kampus yang baru ada dalam lingkup STAIN Ponorogo. Hal ini dikarenakan program studi KPI memanglah baru ada pada tahun ajaran 2012/2013. Meskipun begitu semangat mahasiswa KPI tak kalah dengan organisasi lain yang telah ada sejak lama. Berkat semangat para anggotanya, beberapa program kerja telah sukses diadakan oleh HMPS KPI. Salah satunya di awal tahun ajaran baru 2014/2015 HMPS KPI mengadakan acara ICC (Information Center Completed) yang diwajibkan bagi seluruh mahasiswa baru prodi KPI. ICC ini bertujuan untuk mengenalkan materi-materi dasar tentang Jurnalistik, Sinematografi dan Broadcast. Acara ini diharapkan dapat menjadi agenda tahunan bagi HMPS KPI dengan format yang berbeda di setiap tahunnya. Sebagai program lanjutan dari ICC, HMPS KPI pun juga mengadakan agenda Internal Basic. Internal Basic merupakan pendalaman materi yang
telah diberikan sebelumnya di ICC. Pada agenda tersebut juga diadakan KOMPI Awards. KOMPI Awards merupakan bentuk apresiasi dari HMPS KPI kepada mahasiswa KPI dalam bidang jurbalistik, sinematrografi, dan broadcast.*** Icha_crew 22.13125
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 65
HMPS MUAMALAH
HMPS Muamalah adalah organisasi intrakampus yang berdiri di lingkup program studi Muamalah. Hadirnya HMPS disini adalah sebagai tempat untuk berdiskusi mahasiswa dalam mencapai kegiatan-kegiatan yang terbentuk demi meningkatkan
kualitas dalam lingkup program studi Muamalah. Dalam satu tahun ini HMPS MU berhasil melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah tersusun dalam program kerja periode 2014-2015, seperti Bazaar Buku yang diselenggarakan pada tanggal 3-7 November 2014 kemarin. Selain itu ada Kajian Kitab Fiqh Klasik, Kajian Ekonomi Islam, dan Kajian Filsafat yang merupakan kegiatan rutin mingguan. Agenda bulanan yang sudah terlaksana salah satunya adalah Seminar Regional yang diadakan pada tanggal 16 Januari 2015 lalu. Seminar ini mengangkat tema “Tantangan Ekonomi Syari’ah Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”. Acara yang bertempat di basement gedung Graha Watoe Dhakon STAIN Ponorogo ini, bertujuan untuk menyiapkan kepedulian, kesiapan, dan kesadaran mahasiswa khususnya mahasiswa prodi Muamalah untuk menghadapi MEA.*** Icha_crew 22.13125
HMPS PAI Himpunan mahasiswa program studi pendidikan agama islam ( HMPS PAI) merupakan himpunan mahasiswa yang mewadahi aspirasi mahasiswa prodi PAI. Dalam mewadahi aspirasi tersebut HMPS berupaya dengan salah satunya melakukan koordinasi dengan setiap kelas. Setiap kelas memiliki perwakilan kelas dalam melakukan koordinasi tersebut. Selain itu pola koordinasi juga dari HMPS yang juga menyampaikan program-programnya yang kemudian disampaikan kepada mahasiswa PAI. HMPS PAI telah melakukan beberapa kegiatan di antaranya workshop, kajian rutinan dan penerimaan mahasiswa baru. Salah satu kegiatan inti dari HMPS PAI adalah orientasi mahasiswa program studi atau OSMA PRODI. Kegiatan tersebut bertempat aula koramil kecamatan Ngebel pada tanggal 29-30 November 2014 lalu. Kegiatan tersebut bertemakan “meningkatkan kualitas pendidik
66 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
dalam menjalankan pendidikan di era globalisasi”. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas mahasiswa PAI sebagai calon pendidik.***Afif_crew 2112115
2006
IDIOCRAZY A
pa yang mungkin kita bayangkan, jika disuguhi sebuah film bertema masa depan? Kendaraan canggih? Metode bertani jenis baru? Atau bahkan koloni di planet lain? Idiocracy akan menepis semua bayangan
kita tentang masa depan. Tema masa depan, alternatif inilah yang coba diusung Mike Judge di Idiocracy. Ide ceritanya cukup sederhana, yakni para kaum 'pintar' mulai menjauh dari aktivitas kehidupan manusiawi mereka (termasuk bereproduksi)
dan mendedikasikan diri di ilmu pengetahuan. Singkat cerita, manusia dengan gen cerdas punah. Dan yang tersisa hanyalah para manusia gen dominan idiot. Namun, meski sederhana, ini cukup memberikan refleksi alternatif kita tentang masa
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 67
Directed by Mike Judge Writing Credits (WGA) • Mike Judge (story) • Mike Judge (screenplay) • Etan Cohen (screenplay) depan, yang selama ini terlalu dekat dengan idealisme. Cerita dimulai ketika Joe (Luke Wilson) yang seorang tentara mengikuti eksperimen, bersama seorang pelacur bernama Rita (Maya Rudolph) untuk menjalani program cryogenic (kondisi tidur statis dalam es agar dapat melewati ratusan bahkan ribuan tahun) di Pentagon. Ratusan tahun berlalu, tepatnya tahun 2505, mereka berdua bangun dari tidur panjang di tempat yang terpisah. Sebab, fasilitas tempat mereka dijadikan eksperimen (Pentagon) bahkan sudah dihancurkan. Syok menyerbu kedua penjelajah waktu ini, mereka mendapati Amerika tahun 2505 hanya berisi sekumpulan idiot yang hanya berorientasi pada seks dan makanan junk food. Mereka bahkan memberikan minuman isotonik untuk menyiram
tanaman-tanaman. Namun bukan berarti tak ada pemerintahan; pemerintahan tetap eksis, hanya saja berisi sekumpulan manusia yang sama konyol dengan rakyatnya. Ini dibuktikan dengan presiden mereka, Chamacho yang merupakan bintang film porno sekaligus pegulat. Film ini mungkin merupakan sebuah refleksi jujur kita sebagai manusia kala mendapati degradasi generasi yang makin menjadi-jadi seiring waktu. Mungkin juga, 'pemuda' di pidato bung Karno dulu tak lagi relevan dengan pemuda kita kini. Berbagai faktor menjadi akibatnya, salah satunya seperti yang tercermin dalam film ini. Jika makin lebar kesenjangan antara realita dan konsepsi, maka keseimbangan yang membuat bangsa-bangsa mampu bertahan berabad-abad mungkin saja sirna. Konsepsi akan tetap berada di
Cast • Luke Wilson as Joe Bauers • Maya Rudolph as Rita • Dax Shepard as Frito • Terry Crews as President Camacho
tatarannya yang abstrak dan realita bagaikan layang-layang yang putus benangnya. Dinamika sosial yang cenderung mengarah ke bawah seperti yang kita saksikan kini. Mungkin bagi sebagian kita, apa yang dicontohkan Idiocracy masih terlalu ekstrim. Namun, melihat gerakan dinamika kita, bukankah lima ratus tahun adalah waktu yang cukup?*** Faiz_crew2011.099
Kegilaan, bukan selalu berarti kebalikan dari ke-"waras"-an namun kegilaan bisa juga berarti karena memiliki kebiasaan yang tidak wajar layaknya lingkungan dimana ke-"waras"-an itu berkembang. 68 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Resensi
Islam Antroposentris Pergeseran paradigma epistemologi Islam di era modern tidak kalah beragam. Nurcholis Madjid adalah salah satu tokoh yang menerima sekulerisme secara posistif. Sekulerisme ini pun mendapat reaksi dari berbagai pihak, sehingga muncul epistemologi Islamisasi pengetahuan dengan tokohnya Naquib AlAttas dan epistemologi pribumisasi Islam tokohnya Abdurrahman Wahid.
Satu lagi buku lahir dari tangan Aksin Wijaya, dosen STAIN Ponorogo yang dikenal cukup intens dalam kajian study Islamnya. Sebagaimana buku buku yang ia tulis sebelumnya seperti al Qur’an Kitab Sastra Terbesar, buku ini mempunyai nuansa khas yakni perlunya sebuah pembacaan secara komprehensif sebelum kita bisa memahaminya. Aksin yang lahir di Sumenep Madura, menuliskan buku ini dengan menyuguhkan pemikiran kritis terhadap tunggalnya Islam. Latar belakang beliau menulis buku ini adalah adanya anggapan, bahwa Islam tidak lagi tunggal setelah memasuki ranah pemahaman manusia. Islam yang tunggal itu ternyata setelah memasuki ranah pemahaman manusia terpilah menjadi: Islam ideal (hanya ada di haribaan Tuhan dan Nabi Muhammad) dan Islam historis (yang berada diharibaan manusia). Islam
historis inilah yang menjadi topik pembahasan dalam buku ini. Bertolak dari kegelisahannya terhadap epistemologi Islam yang beragam Aksin menwarkan sebuah rekonsiliasi. Sebenarnya letak inti dari pembahasan epistemologi, mulai mengarah pada konteks dimulai dari bab tiga, dengan menyajikan analisis terhadap pergeseran nalar epistemologi
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 69
filsafat Islam. Dijelaskan pula bahwa filsafat Islam sejatinya hasil integrasi dengan filsafat klasik Yunani. Misalnya filsafat Plato dengan idealismenya yang mempengaruhi pemikiran tokoh Islam al-Farabi dan Ibnu Sina. Filsafat Aristotels dengan empirisnya yang mempengaruhi pemikiran Ibnu Rusyd. Pergeseran epistemologi Islam klasik dari nalarnya ditandai dengan epistemologi “parepatetik” dengan tokohnya: Al-Kindi, Al-Farabi dan Ibnu Sina. Epistemologi “skeptissufistik” dengan tokohnya AlGhazali, kemudian epistemologi paripatetik-teleologis dengan tokohnya Ibnu Rusyd, bergeser lagi ke epistemologi “iluminasionis” dengan tokohnya Suhrawardi dan epistemologi “transendential” dengan tokohnya Mulla Shadra. Pergeseran paradigma epistemologi Islam di era modern tidak kalah beragam. Nurcholis Madjid adalah salah satu tokoh yang menerima sekulerisme secara posistif. Sekulerisme ini pun mendapat reaksi dari berbagai pihak, sehingga muncul epistemologi Islamisasi pengetahuan dengan tokohnya Naquib Al-Attas dan epistemologi pribumisasi Islam tokohnya Abdurrahman Wahid. Sebenarnya ada kesamaan objek antara sekulerisasi dengan Islamisasi pengetahuan yaitu objek relasinya samasama membahas persoalan hubungan “agama dengan ilmu-ilmu sekuler,” beda dengan pribumiasai Islam yang
membahas persoalan relasi “agama dengan budaya lokal.” Jika pembahasan epistemologi Islam klasik berkutat pada persoalanpersoalan “teoretis-teosentris”, maka pembahasan epistemologi modern mulai mengarahkan kajiannya pada persoalanpersoalan “praksis”, yang dihadapi manusia. Daya tarik buku ini adalah langkah-langkah beliau yang tidak terduga dan pemikiran beliau terkesan unik, misalnya saja mengulas Islam dari epistemologinya. Pada dasarnya mengambil bahasan ini memperlukan konsentrasi tinggi. Namun, pada kenyataannya Aksin berhasil membedah epistemologi Islam secara gamblang. Tema yang diambil juga mempunyai relevansi dengan permasalah Islam kontemporer (terpecah-pecahnya aliran Islam). Meragukan keyakinan yang telah mendarah daging memang menjadi tantangan tersendiri. Namun, penulisan buku ini mampu menyamarkan tujuan utama penulis dengan memberi warna rekam jejak sejarah epistemologi Islam. Rekam jejak itu berawal dari epistemologi yang berdasar teosentris yang hanya berkutat pada agama menuju epistemologi antroposentris yang membumikan Islam sehingga berdaya guna bagi manusia. Ada beberapa manfaat membaca buku ini salah satunya memberi pemahaman
70 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015
Judul: SATU ISLAM, RAGAM EPISTEMOLOGI
(Dari Epistemologi Teosentris ke Antroposentris) Penulis: Dr. Aksin Wijaya Penerbit: Pustaka Pelajar
Cetakan Pertama: Mei 2014 Tebal buku : xiv+389 halaman tentang Islam dengan ragam epistemologi-nya juga merefleksikan kegunaan Islam itu sendiri bagi umat manusia. Bagi kalangan akademisi-Islam buku ini akan menjadi referensi segar, sedangkan bagi kalangan aktivisIslam buku ini akan menjadi alat analisis terhadap dogma fundamentalis. Kekurangan buku ini sulit dipahami bagi kalangan yang tidak punya latar belakang filsafat.***
_________________ Rendi_crew 2213.119
#HotTopic: "Tahun ini" STAIN Ponorogo jadi IAIN lhooo... Katanya, dulu pada tahun 2006, "tahun ini" juga jadi IAIN kok, jadi sudah berapa kali jadi IAIN bro...? Semakin kesini STAIN Ponorogo semakin banyak dosen luar biasa Gak apa-apa asal mahasiswa serta kampusnya tidak ikut-ikutan luar biasa. Sistem pembayaran SPP diubah jadi UKT... Tidak masalah, asal tidak salah sasaran seperti beasiswa miskin untuk si kaya. Dari tidak ada, kemudian diadakan, kemudian ditiadakan gara-gara gak laku Maklum, namanya juga usaha brooo, kadang juga tak seindah harapan. tapi sekarang ada lagi lhooo.. Drs. Kang Sentilan-e
Ambulance Zig Zag, Iwan Fals Deru ambulan memasuki pelataran rumah sakit yang putih berkilau Didalam ambulan tersebut tergolek sosok tubuh gemuk bergelimang perhiasan Nyonya kaya pingsan mendengar kabar putranya kecelakaan Dan paramedis berdatangan kerja cepat Dan langsung membawa korban menuju ruang periksa Tanpa basa-basi, ini mungkin sudah terbiasa Tak lama berselang sopir helicak datang Masuk membawa korban yang berkain sarung Seluruh badannya melepuh Akibat pangkalan bensinnya meledak Suster cantik datang mau menanyakan Dia menanyakan data si korban,
Suster cantik ngotot lalu melotot dan berkata Silakan bapak tunggu dimuka Hai modar aku.....hai modar aku Jerit si pasien merasa kesakitan Suster cantik datang mau menanyakan Dia menanyakan data si korban, Dijawab dengan jerit kesakitan Suster menyarankan bayar ongkos.... pengobatan Hai sungguh sayang korban tak bawa uang Suster cantik ngotot lalu melotot dan berkata Silakan bapak tunggu dimuka Hai modar aku..... hai modar aku Jerit si pasien merasa diremehkan
Dijawab dengan jerit kesakitan Suster menyarankan bayar ongkos.... pengobatan Hai sungguh sayang korban tak bawa uang # karena alasan administrasi kadang semakin menyusahkan yang susah.
IAIN atau STAIN tidak akan merubah apa-apa kecuali status dengan sumber daya manusia yang sama dan pola pikir yang sama Pula.
Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015 71
72 Majalah aL-Millah STAIN Ponorogo 2015