Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Di Kelas VI Semester II Sekolah Dasar Negeri Tegalombo IV Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan Tahun Pelajaran 2015-2016 (Penelitian Tindakan Kelas Pokok Bahasan Perpindahan dan Perubahan Energi Listrik). Arif Romadhoni, Umi Rohmah. Tarbiyah STAIN Ponorogo
[email protected]
ABSTRAK Dalam pembelajaran IPA siswa dituntut untuk mampu memahami secara maksimal tentang apa yang mereka pelajari dengan cara percobaan langsung. Pada kenyataannya pembelajaran IPA lebih berpusat kepada guru sehingga siswa terkesan hanya sebagai pemerhati tentang apa yang dijelaskan oleh guru. Hal ini terbukti dalam proses pembelajaran materi pokok bahasan perpindahan dan perubahan energi listrik kelas VI SDN Tegalombo IV Pacitan yang ternyata belum mencapai tujuan pembelajaran. Tingkat penguasaan materi belum maksimal sehingga hasil belajar menunjukkan nilai kurang masksimal. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah: (1) untuk mengetahui keaktifan belajar melalui penerapan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDN Tegalombo IV Pacitan dan (2) untuk mengetahui hasil belajar melalui penerapan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDN Tegalombo IV Pacitan. Peneliti telah melakukan penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan teknik pengumpulan data observasi, tes dan dokumentasi serta teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif . Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan (1) Proses belajar dalam pembelajaran IPA kelas VI SDN Tegalombo IV Pacitan, yakni pada siklus I mencapai (66,66%), siklus II mencapai (76,18%) dan siklus III mencapai (100%) dan (2) Hasil Belajar dalam pembelajaran IPA kelas VI SDN Tegalombo IV Pacitan, yakni pada siklus I mencapai (42,85%), siklus II mencapai (71,42%) dan siklus III mencapai (100%). Kata Kunci: Proses dan hasil belajar, Metode Eksperimen.
A. PENDAHULUAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan dari bagaimana perkembangan pendidikan bagi anak bangsa itu. Kemajuan dalam satuan waktu jangka panjang akan dapat memprediksi kualitas suatu bangsa pada sekian puluh tahun ke depan.1 Negara yang sudah maju, pendidikan dipandang sebagi sarana utama untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Untuk masalah tertentu, kesejahteraan bangsa dibebankan ke pundak sekolah dan universitas.2 Belajar adalah sebuah proses perubahan untuk menjadi lebih baik. Sudjana berpendapat bahwa belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.3 Soemanto berpendapat bahwa belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada yang mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan.4 Sehingga belajar merupakan hal yang penting untuk setiap manusia. Proses belajar disebut pembelajaran. Dalam pembelajaran dapat dikatakan bahwa ada tiga komponen yakni sesuatu yang dipelajari, proses belajar dan hasil belajar.5 Dalam kegiatan pembelajaran yang terjadi di sekolah dan lembaga pendidikan lainnya pasti terjadi interaksi sosial antara pendidik dan terdidik, interaksi tersebut terjadi berulang kali dan rutin sehingga membentuk sebuah rutinitas yang dilakukan oleh guru. Rutinitas pembelajaran tersebut tentunya terdapat banyak metode untuk jalannya proses pembelajaran. Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bisa juga dikatakan sebagai alat atau cara untuk mencapai sebuah tujuan. Sudjana mengatakan metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Tarigan mengungkapkan bahwa metode adalah cara atau teknik pengajaran merupakan komponen proses belajar mengajar yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran6. Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh guru dalam penggunaan metode pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh Sabri adalah: metode yang digunakan harus dapat membangkitkan motif, minat dan gairah belajar siswa, metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, metode yang digunakan harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya, metode yang 1
Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 1. Farida Yusuf T, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 1. 3 Muhammad Fathurrohman & Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras, 2012), 9. 4 Ibid, 10. 5 Ibid, 11. 6 Ibid, 49. 2
digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa, metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan dengan cara pribadi dan metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran tentang ilmu pasti yang dimana pembelajaran tersebut seharusnya tidak hanya mengetahui jawaban dari setiap soal yang ada di lembar kerja atau lembar evaluasi tetapi peserta didik harus benar-benar memahami tentang materi yang diajarkan, sekaligus peserta didik juga harus mengetahui bukti nyata dari apa yang dijelaskan di dalam materi pelajaran atau bacaan. Dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD), supaya pembelajaran lebih menarik dan dapat memahami materi dengan melibatkan usaha dari peserta didik sendiri serta mampu membekas ke dalam ingatan, maka diperlukan metode yang sesuai dengan materi ajar. Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan
di
lapangan,
peneliti
menemukan
ketidaksesuaian antara metode mengajar guru dengan materi yang diajarkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pada Pokok Bahasan perpindahan dan perubahan energi listrik. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Namun yang terjadi di lapangan banyak siswa yang kurang aktif dan kurang memahami terhadap mata pelajaran IPA, faktor yang menyebabkan hal tersebut diantaranya metode pembelajaran yang kurang tepat, siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan siswa kurang kerjasama seperti yang dialami oleh siswa SDN Tegalombo IV Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan.7 Dunia anak adalah dunia ingin mencoba, penasaran dengan sesuatu yang baru. Maka dia cenderung untuk melakukan hal-hal yang ia suka dan kadang dia juga merasa jenuh untuk belajar ketika pembelajarannya tegang dan monoton. Sehingga perlu diadakan pembelajaran yang menarik yang menimbulkan rasa penasaran dan rasa ingin mencoba. Dari informasi yang peneliti dapat, peserta didik belum mengerti kerja nyata dari penjelasan yang ada dalam buku mata pelajaran IPA, karena IPA yang seharusnya banyak diadakan praktik memang belum diadakan.8 Oleh karena itu menurut peneliti hal ini perlu untuk diteliti pada kelas VI terutama pada pokok bahasan Perpindahan dan Perubahan Energi Listrik dengan menggunakan metode Eksperimen. Dalam metode 7
Wawancara dengan Bapak Bibit Widodo Guru SDN Tegalombo IV Tegalombo pada tanggal 16 februari 2016 pukul 09.00-09.30 WIB. 8 Ibid.
eksperimen kita mencoba dan mempraktikkan langsung materi ajar sehingga peserta didik akan lebih memahami dan mengerti dari materi yang disampaikan oleh guru atau pendidik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti menganggap fenomena tersebut perlu untuk diteliti dengan mengangkat judul penelitian yaitu: UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI
METODE EKSPERIMEN DI KELAS VI SEMESTER II SEKOLAH DASAR NEGERI TEGALOMBO IV KECAMATAN TEGALOMBO KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2015-2016 (Penelitian Tindakan Kelas Pokok Bahasan Perpindahan dan Perubahan Energi Listrik) Definisi proses belajar Proses dalam pengertian di sini adalah interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Yang termasuk komponen belajar mengajar antara lain tujuan intruksional yang hendak dicapai, materi pelajaran, metode mengajar, alat peraga pengajaran, dan evaluasi sebagai alat ukur tercapai tindakannya tujuan pengajar.9 Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara atau langkah-langkah yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu, sedangkan belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan lingkungannya.10 Dalam bukunya Muhibbin Syah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ada berbagai macam diantaranya: Faktor internal a) Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.11 b) Aspek psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran Faktor sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan dan perilaku yang simpatik dapat memperlihatkan suri tauladan 9
Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), 45. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 113. 11 Ibid.,145. 10
yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi data dorongan yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Faktor non sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.12 Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.13 Definisi hasil belajar Hasil belajar dibedakan atas empat macam yaitu pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motorik dan sikap. Untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa diadakan penilaian. Penilaian tersebut dapat dilakukan setiap saat selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, dapat pula dilakukan setelah siswa siswi menyelesaikan suatu program pembelajaran dalam waktu tertentu. Penilaian hasil belajar menggunakan alat ukur berupa test hasil belajar yang merupakan test yang dapat mengukur kemampuan seseorang dalam bidang tertentu sebagai hasil dari proses hasil belajar yang khas yang dilakukan dengan sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan sikap dan nilai.14 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.15 Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.16 Metode Eksperimen yaitu cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dan mengalaminya sendiri, membuktikan sendiri, melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati obyek, menganalisa, menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Misalnya eksperimen dalam merawat jenazah, eksperimen tentang tanah/debu untuk tayamum, eksperimen dibidang IPA dan lain-lain.17 12
Sumadi Subyarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta:PT Radja Grafindo Persada, 2010), 67. Euis Karwati & Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Bandung: Alfabeta, 2014), 219. 14 Ibid.,29. 15 Nana Sujana, Penilaian Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1995), 22. 16 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 37. 17 Ibid. 13
Kebaikan-kebaikan metode eksperimen: Membuat siswa lebih percaya pada kebenaran, kesimpulan berdasarkan percobaan sendiri daripada hanya menerima penjelasan dari guru/buku, Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratif tentang sains dan teknologi; yakni suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan., Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, Siswa terhindar dari verbalisme, Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan realistis, Mengembangkan sikap berfikir ilmiah, Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi18 Kekurangan-kekurangan metode eksperimen: Memerlukan peralatan percobaan yang komplit, Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang membutuhkan waktu yang lama, Menimbulkan kesulitan pada guru dan siswa apabila kurang berpengalaman dalam penelitian, kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen berakibat pada kesalahan dalam menyimpulkan.19, Langkah-langkah metode eksperimen sebagai berikut:, memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen, menentukan langkah pokok dalam membantu siswa dalam eksperimen Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah metode eksperimen dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan perpindahan dan perubahan energi listrik di kelas VI SDN Tegalombo IV Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan Tahun Pelajaran 2015 – 2016 ? 2. Apakah metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA pokok bahasan perpindahan dan perubahan energi listrik di kelas VI SDN Tegalombo IV Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan Tahun Pelajaran 2015 – 2016 ? Manfaat penelitian: Manfaat Teoretis Hasil penelitian
ini diharapkan dapat
memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar IPA pada pokok bahasan listrik dapat dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen, Manfaat Praktis Bagi Siswam agar siswa lebih berminat dan termotivasi terhadap mata pelajaran IPA terutama pada pokok bahasan listrik, agar siswa lebih menyadari adanya keterkaitan pelajaran IPA dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari, memudahkan siswa dalam mempelajari pokok bahasan perpindahan dan perubahan energi listrik 18 19
Ibid, 97. Ibid.97.
Bagi Guru: Memudahkan guru dalam menyampaikan materi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik, guru dapat mengetahui masalah yang ada dalam proses pembelajaran khususnya pelajaran IPA Pokok Bahasan perpindahan dan perubahan energi listrik sehingga mengetahui cara pemecahannya Bagi Peneliti: Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas, peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, mencari alternatif pemecahan masalah, dan mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal IPA pada materi listrik Bagi Sekolah: Dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang dapat digunakan sebagai masukan untuk lebih meningkatkan mutu dan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah, sebagai inovasi dalam usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal IPA melalui metode eksperimen, Sebagai acuan untuk melakukan kegiatan yang sejenis.
B. METODOLOGI PENELITIAN Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas (PTK) yang peneliti gunakan adalah observasi dan tes. Teknik Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan tentang kejadian yang berlangsung.20 Observasi digunakan untuk mengetahui proses belajar siswa-siswi yang dalam hal ini di fokuskan pada keaktifan pada saat mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pokok Bahasan perpindahan dan perubahan energi listrik kelas VI SDN Tegalombo IV Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan Tahun Pelajaran 2015-2016. Teknik Tes. Pengertian Kata tes berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, yang dimaksud disini adalah dengan menggunakan alat berupa piring akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang bernilai tinggi. Dalam perkembangannya dan seiirng kemujuan zaman tes berarti ujian atau percobaan. Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas yaitu tes, testing, tester dan testee, yang masing-masing mempunyai
20 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 220.
pengertian berbeda namun erat kaitannya dengan tes.21. Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Testing berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian atau saat pengambilan tes. Tester artinya orang yang melaksanakan tes atau orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes. Tes juga dapat diartikan cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta didik.22 Ciri-ciri tes yang baik menurut Arikunto, Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memilki persyaratan tes, yaitu memiliki: Validitas sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh, untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya.23, reliabilitas Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.24, objektivitas. dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadi pada sistem scoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.25, praktikabilitas. Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.26
21 Subino, Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori Tes Dan Pengukuran (Jakarta : Depdikbud, 1987),79. 22 Ibid., 82. 23 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 47 24 Ibid. 25 Ibid. 26 Ibid.
Ekonomis. Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.27 Teknik Dokumentasi yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah foto pada saat mengikuti proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas dan sebagai dokumen pelengkapnya adalah menggali data mengenai visi, misi dan tujuan SDN Tegalombo IV Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan, letak geografis, struktur organisasi dan data guru,data siswa dan dokumen lain yang relevan.28 Teknik analisis data penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu meliputi proses, makna tindakan dan pemaknaan. Menurut konsep Miles dan Huberman dalam bukunya Zainal Aqib yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, kegiatan analisis data ada tiga jalur kegiatan. 1. Reduksi data, yaitu merupakan proses penelitian, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data yang muncul dari catatan lapangan yang berlangsung terus menerus selama pengumpulan data, antara lain penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian singkat. 2.Penyajian data, yang merupakan sekumpulam informasi yang tersusun secara sistematis dan digunakan untuk penarikan kesimpulan dan tindakan. 3. Penarikan kesimpulan29 Pada penilaian proses dan hasil belajar pokok bahasan perpindahan dan perubahan energi listrik standar minimal yang harus diperoleh adalah 70. Sebagai acuan indikator proses yang terfokus pada keaktifan adalah sebagai berikut. Visual: membaca acuan praktik, melihat dan mengamati eksperimen dan mengamati orang lain bekerja. Lisan: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengungkapkan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. Metrik: Melakukan percobaan, memilih alat-alat dalam kegiatan eksperimen Keterangan: Siswa-siswi keaktifannya langsung dihitung dari setiap indikator berdasarkan ceklis setiap siswa-siswi yang telah memenuhi indikator yakni menggunakan cara menghitung rata-rata dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Mx =
∑fx
𝑁
Keterangan Mx = Rata-rata (mean) 27
Ibid. Lampiran Transkip Dokumentasi. 29 Zainal Aqib Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Yrama Widya, 2007), 32. 28
∑fx = Jumlah Seluruh Skor = Banyaknya subyek30
N
Sedangkan untuk melihat seberapa besar tingkat kualifikasi nilai rata-rata yang telah diperoleh siswa-siswi dapat ditunjukkan perinciannya sebagai berikut: 31 Interval
Kualifikasi
0 - 39,9
Kurang sekali
40,0 – 54,9
Kurang
55,0 – 69,9
Cukup
70,0 – 84,5
Baik
85,0 – 100
Baik Sekali
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran pada siklus I materi yang disampaikan adalah listrik statis dan listrik dinamis. guru ceramah untuk pengenalan materi dan mengawali praktik. Kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, karena seluruh siswa berjumlah 7 maka kelompok terdiri dari 4 siwa dan 3 siswa. Karena siswa hanya sedikit guru membagi langsung dengan cara barisan membagi berdasarkan tempat duduk yang berdekatan. Langkah selanjutnya masing masing kelompok mempraktikkan LKS yang telah disiapkan dan peralatan yang dibutuhkan bisa diambil sendiri di meja guru sesuai apa yang dia butuhkan. Karena siswa yang sedikit semua melaksanakan tugas yang diperintahkan namun ada beberapa anak yang pasif dan lebih suka hanya melihat temannya yang praktek daripada dia sendiri yang memegang alat praktik dan mempraktikannya. Setelah seluruh siswa telah selesai praktik guru memberikan soal evaluasi yang berupa lembar fotocopy soal. Kemudian guru mewawancarai siswa-siswi sebanyak tiga anak dan hasilnya menunjukkan bahwa ketiganya menyukai kegiatan eksperimen hari ini akan tetapi materinya belum bisa dikuasai sepenuhnya. 3
Prosentase siswa-siswi yang tuntas: x 100% = 42,85% 7
4
Prosentase siswa-siswi yang belum tuntas: x 100% = 57,14% 7
Rata-rata hasil belajar siklus I:
30
450 7
= 64,28
Retno Widyanigrum, Statistik Pendidikan (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007), 49. Wayan Santyasa, Metodologi penelitian Tindakan Kelas (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2007), 24. 31
Pembelajaran pada siklus II pengenalan materi dan alat lebih singkat karena materi yang disampaikan adalah rangkaian listrik seri dan rangkaian listrik paralel untuk pengenalan materi dan mengawali praktik dengan ceramah. Kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok sebagaimana siklus pertama kelompok 1 terdiri dari 4 siswa dan kelompok 2 terdiri dari 3 siswa. Langkah selanjutnya masing-masing kelompok mempraktikkan LKS yang telah disiapkan dan peralatan yang dibutuhkan bisa diambil sendiri di meja guru sesuai apa yang dia butuhkan. Pada siklus II ini siswa terlihat lebih serius dan lebih aktif membagi tugas untuk praktik pada materi rangkaian listrik seri dan paralel. Pada siklus II siswa yang berani bertanya dan mengemukakan pendapat mengalami peningkatan. Setelah seluruh siswa telah selesai praktik guru memberikan soal evaluasi yang berupa lembar fotocopy soal. 5
Prosentase siswa-siswi yang tuntas:
7
x 100% = 71,42% 2
Prosentase siswa-siswi yang belum tuntas: Rata-rata hasil belajar siklus I:
533 7
7
x 100% = 28,57%
= 76,14
Pembelajaran pada siklus III materi yang disampaikan adalah konduktor dan isolator untuk pengenalan materi dan mengawali praktik guru menjelaskan dengan ceramah. Kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yang sama dengan siklus I dan siklus II, kelompok 1 terdiri dari 4 siswa dan kelompok 2 terdiri dari 3 siswa. Langkah selanjutnya masing-masing kelompok mempraktikkan LKS yang telah disiapkan dan peralatan yang dibutuhkan bisa diambil sendiri di meja guru sesuai apa yang dia butuhkan. Pada siklus III ini semua melaksanakan tugas dengan baik karena semua sangat tanggap dan saling bekerja sama untuk melaksanakan praktik sesuai LKS yang telah ditentukan. Setelah seluruh siswa telah selesai praktik guru memberikan soal evaluasi yang berupa lembar fotocopy soal. Prosentase siswa-siswi yang tuntas:
7 7
x 100% = 100%
Prosentase siswa-siswi yang belum tuntas: Rata-rata hasil belajar siklus I:
649 7
0 7
x 100% = 0%
: = 92,71
Pembahasan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa-siswi kelas VI semester II SDN Tegalombo IV kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan
dalam
memahami materi yang tercakup dalam Pokok Bahasan perpindahan dan perubahan energi listrik pada mata pelajaran IPA melalui metode eksperimen adalah memuaskan. Hal tersebut dikarenakan dengan metode eksperimen maka proses belajar yang dalam hal ini difokuskan pada keaktifan terjadi peningkatan secara signifikan pada setiap siklusnya dan hasil belajar yang diperoleh meningkat secara maksimal sehingga siswa-siswi tidak hanya menguasai materi saja, akan tetapi mampu membuktikan melalui kegiatan praktik yang dilakukan pada setiap siklusnya. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan perubahan dengan peningkatan mengenai proses maupun hasil belajar yang terlihat pada tabel berikut:
keaktifan siswa-siswi
Hasil belajar siswa-siswi
Siklus
I
66,66%
Siklus
II
76,18%
Siklus
III
100%
Siklus
I
42,85%
Siklus
II
71,42%
Siklus
III
100%
Penghitungan persen (%) diperoleh dari: 1. Keaktifan = Jumlah siswa-siswi aktif dalam proses x 100 Jumlah siswa seluruhnya
2. Hasil Belajar = Jumlah siswa-siswi yang hasil belajarnya tuntas x 100 Jumlah siswa seluruhnya
Salah satu hasil observasi selain dua hal di atas yang menjadi sasaran tindakan penelitian adalah dengan berkembangnya pemahaman terhadap materi pelajaran sejalan dengan berkembangnya aktivitas dan keterampilan siswa-siswi dalam bekerja sama dalam proses pembelajaran Adapun hasil penelitian diatas juga dapat disajikan pada grafik 4.11 sebagai berikut:
Grafik Hasil Penelitian 100 90 80 70 60 proses belajar
50
hasil belajar
40
30 20 10 0 siklus I
siklus II
siklus III
D. PENUTUP Kesimpulan Keaktifan siswa kelas VI SDN Tegalombo IV kecamatan Tegalombo kabupaten Pacitan pada mata pelajaran IPA pokok Bahasan Perpindahan dan Perubahan Energi Listrik meningkat melalui Metode Eksperimen. Hal ini dapat ditunjukkan pada peningkatan keaktifan belajar siswa pada siklus I mencapai 66,66%, siklus II mencapai 76,18% dan siklus III mencapai 100% dan Hasil belajar siswa kelas VI SDN Tegalombo IV kecamatan Tegalombo kabupaten Pacitan pada mata pelajaran IPA pokok Bahasan Perpindahan dan Perubahan Energi Listrik meningkat melalui Metode Eksperimen. Hal ini dapat ditunjukkan pada peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 42,85%, siklus II mencapai 71,42% dan siklus III mencapai 100%
Saran Bagi guru pembelajaran IPA yang selama ini hanya menggunakan cara-cara konvensional sudah waktunya seorang guru menerapkan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa-siswi lebih kreatif, aktif dan melakukan sendiri apa yang dipelajari, yakni salah satunya menerapkan metode eksperimen berdasarkan prosedur yang tepat. Sehingga pengalaman bertambah sesuai apa yang ia dapat dari proses pembelajaran dan hasil belajar siswa-siswi meningkat. Bagi siswa-siswi setelah mengikuti proses pembelajaran IPA dengan metode eksperimen di harapkan siswa-siswi mampu membuat dirinya untuk selalu belajar dengan semangat, aktif dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Bagi peneliti berikutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode eksperimen berhasil meningkatkan proses dan hasil belajar mata pelajaran IPA. Kepada peneliti berikutnya disarankan agar meneliti penerapan metode eksperimen pada mata pelajaran yang lainnya (selain IPA)
E. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PTRineka Cipta, 2003. Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya, 2007. Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Fathurrohman, Muhammad & Pembelajaran.Yogyakarta:Teras, 2012.
Sulistyorini.
Belajar
dan
Hamzah, Ali. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2014 Karwati, Euis & Priansa, Donni Juni. Manajemen Kelas. Bandung: Alfabeta, 2014. Kunandar. Langkah – langkah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2012. Mufarrokah, Anissatul. Srategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras, 2009. Muslich, Masnur. Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: PT BumiAksara,2009. Sanjaya,Wina. Penelitian MediaGroup,2011.
Tindakan
Kelas.
Jakarta:
Kencana
Prenada
Santyasa, Wayan. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas, Singaraja: UniversitasPendidikan Ganesha, 2007. Subino, Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori Tes danPengukuran, Jakarta : Depdikbud, 1987. Subyarta,Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2010. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2006. Sujana, Nana. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 1995. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2007. Syah, Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2008. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003.
T,Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta: PT Rineka Cipta,2008. Usman, Moch Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2009. Wardani, Igak dan Wihardit, Jakarta:Universitas Terbuka, 2010.
Kuswaya.
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Widyanigrum, Retno. Statistik Pendidikan, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007. Zain, Ahmad Zulkifli & Rahman, Asep. Mengenal Alam IPA Untuk SD/MI kelas VI,Jakarta: PT Leuser Cita Pustaka, 2009.