PEMBERDAYAAN SENI BACA TULIS ALQUR’AN MELALUI KEGIATAN QIRO’AH DAN KALIGRAFI PADA SISWA KELAS VI MI NU MIFTAHUT THOLIBIN MEJOBO KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Ida Vera Sophya Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus
Abstract: Teaching al-Qur’an needs to be started to learn and be read by children at early age, because deep reading Qur’an would instill their faith. The benefits of reading and memorizing the Quran for them are straightening out their tongue, reading the right letter, and pronouncing it in accordance with its makhraj. An art of reading Qur’an is one way to learn it more interesting and fun so that children are easier to understand and practice it. Calligraphy as one of working art emphasizes a beauty found in the forms of letters which have been modified or stylized so as to have an aesthetic value. The purpose of studying calligraphy is to develop talent and students’ creativity in the field of Arabic literary art, preserve Islamic culture, and provide life skills provision in the form of calligraphy. By the art of Qur’a reading and writing empowerment program through qiro’ah and calligraphy at NU MI Miftahut Tholibin during fasting month, the students find it helpful to increase their motivations. The empowerment program is supported by the sufficient learning infrastructure of MI. While the problems in service activities of MI NU Miftahut Tholibin Mejobo are the limited time, as well as differences in intelligence and students’ character. Then, the obstacles can be overcome by approaching individuals and groups as well as forming peer in service activities. Key words: analysis of community empowerment programs, reading and writing of the Qur’an, Qiro’ah, calligraphy
A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan adalah usaha atau proses perubahan dan
38
perkembangan manusia menuju ke arah yang lebih baik dan sempurna.1 Pendidikan agama Islam merupakan kegiatan pendidikan dan pengajaran agama di sekolah yang bertujuan membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji.2 Selain itu juga tujuan yang tidak kalah penting adalah mempersiapkan peserta didik untuk memahami Al-Qur’an dan Hadist yang berisi ajaran Islam, sehingga menjadikan seorang muslim yang bertakwa, beriman, dan berakhlak mulia. Dengan demikian, peran guru agama Islam di sekolah sangat berpengaruh dalam pembinaan karakter/ kepribadian siswa yang dididiknya. Sebab materi pendidikan agama yang diajarkan lebih sering menyentuh masalah moral dan perilaku manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Dalam hal ini, guru agama diharapkaan dapat mengembangkan potensi positif yang dimiliki oleh setiap siswanya. Menurut Abdul Majid menyatakan bahwa agar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, strategi pembelajaran harus lebih variatif sehingga mampu menyentuh dasar lubuk hatinya. Oleh karena itu diharapkan dengan kesadarannya sendiri bisa menghayati norma-norma dan nilai-nilai agamanya, sehingga secara tidak langsung dapat membentuk kepribadian untuk menjadi siswa yang beriman dan bertaqwa bagi dirinya, masyarakat maupun negaranya. Pada umumnya, Madrasah Ibtidaiyah memberlakukan muatan lokal khususnya muatan lokal keagamaan dengan standar evaluasi yang tidak terukur sehingga evaluasi dilakukan tanpa standarisasi sesuai kurikulum yang ideal. Evalusi sebagai komponen penting dalam kurikulum juga sering tidak dirumuskan secara jelas, meskipun tidak semua aspek penilaian itu di ukur dengan angka. Amalan membaca al-Quran merupakan suatu keperluan dan juga tanggung jawab secara fardhu ain bagi umat Islam agar menguasai dalam membaca al-Quran, memahami dan mengamalkannya. Oleh karena itu, tidak hanya isi al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup manusia, tetapi membaca juga dapat menenangkan jiwa dan merupakan suatu ibadat. Hal ini dapat dilihat dalam hadis: 1 Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Sekolah,Keluarga, dan Masyarakat LKis, Yogyakarta, 2009, hlm.18. 2
1995.
pendidikan Integratif di
Zakiyah Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, CV Ruhama, Jakarta,
Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
39
”…Tidak berhimpunnya satu-satu kaum itu dirumah Allah membaca ayat-ayat al-Quran dan mempelajarinya melainkan turun ke atasnya ketenangan, diliputi dengan rahmat Allah dan Allah sentiasa menyebut mereka”3 Belajar Al-Qur’an adalah keharusan bagi setiap muslim dan merupakan suatu tanggungjawab untuk membaca, mempelajari dan mengamalkan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Setiap mukmin yakin bahwa membaca dan mendengarkan Al-Qur’an sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT pada surat Al A’rof ayat 204 yang berbunyi:
)٤٠٢ : صتُوالَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْرح ُم ْونَ )االعرف ِ َو اِذا َ قُ ِرا َء ْالقُ ْر انُ فاَس ِ ْتمعُواْ لَه َوا َ ْن Artinya : “Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik – baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”4 Pengajaran Al-Quran itu perlu dipelajari dan dibaca oleh anak-anak pada usia sejak dini, kerana membaca al-Quran akan menanamkan keimanan mereka. Manfaat membaca dan menghafal Al Quran bagi mereka adalah, mereka dapat belajar meluruskan lidahnya, membaca huruf dengan tepat, dan mengucapkannya sesuai dengan makhrajnya. Quraish Shihab (2004) menyatakan bahawa, Allah s.w.t memuliakan umat Islam dengan kitab alQuran sebagai kalam terbaik. Dalam al-Quran telah dikumpulkan segala yang diperlukan oleh manusia berbentuk kisah terdahulu, nasihat-nasihat, pelbagai perumpamaan, adab, kepastian hukum, hujah-hujah yang kuat dan jelas sebagai bukti keesaan-Nya. Allah s.w.t mewajibkan manusia supaya bersikap baik terhadap kitab-kitab-Nya, termasuk perlakuan ini adalah menjelaskan adab-adab pembaca, membimbing mereka melaksanakan ajaran al-Quran serta megingatkan manusia dengan nasihat-nasihat yang baik. Dalam rangka menumbuh - kembangkan dan mempermudah dalam membaca ayat – ayat suci Al Qur’an perlu kiranya disampaikan pelajaran 3 Http://engkizarquran.wordpress.com/2011/11/05/konsep pengajaran dan pembelajaran membaca al-qur’an dalam pendidikan Islam 4 Lembaga Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd, Al-Qur,an dan Terjemahnya, Saudi Arabia,1424 H, hlm. 256
ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
40
seni baca Al Qur’an. Pembelajaran Qiro’atul Qur’an diupayakan mampu menumbuhkan gairah peserta didik terhadap Al-Qur’an untuk lebih mempelajari, memahami dan menyakini kebenarannya serta mengamalkan ajaran-ajaran atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.5 Karena membaca AlQur’an merupakan langkah awal dalam memahami isi Al-Qur’an. Setelah memahami isi Al-Qur’an dan mengamalkan ajaran isi Al-Qur’an dengan baik kelak akan mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Dari Ibnu Majah Nabi bersabda” Belajarlah Al-Qur’an dan bacalah 6 Di sini Nabi menyuruh membaca Al-Qur’an setelah belajar terlebih dahulu. Karena belajar membaca Al-Qur’an merupakan hal yang sangat dasar untuk mampu atau memiliki ketrampilan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah-kaidah yang ada, serta memiliki ketrampilan tilawah yang indah, karena seringkali kita jumpai banyak orang yang bisa membaca Al-Qur’an, tetapi tidak sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, bahkan jarang sekali yang memiliki ketrampilan tilawah yang indah. Oleh karena itu diperlukan suatu belajar atau latihan Qiro’atul Qur’an yang bersifat rutinitas agar dapat mengembangkan keterampilan tilawah atau Qiro’atul Qur’an. Pada umumnya setiap siswa memiliki ketrampilan tilawah yang berbeda-beda dalam ketrampilan Qiro’atul Qur’an, untuk itu seorang guru diharapkan mampu untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Karena pada dasarnya Qiro’atul Qur’an dalam hal ini merupakan seni baca Al-Qur’an yang dimaksudkan melagukan bacaan Al-Qur’an. Secara umum, lagu Al-Qur’an adalah setiap lagu apa saja dapat diterapkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dengan berbagai variasi dan nada suara yang teratur dan harmonis, tanpa menyalahi hukum-hukum bacaan yang digariskan dalam ilmu Tajwid.7 Keberadan Qiro’atul Qur’an tidak sekedar realisasi dari firman Allah dalam surah Al-Muzammil ayat 4 ” Dan bacaalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” akan tetapi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi manusia sebagai makhluk yang berbudaya yang memilki cipta, rasa, dan karsa. Hubungan antara cara baca tartil dan lagu demikian erat, secara proporsional saling mengisi dan melengkapi. Tartil 5 Adri Eferi, Materi Dan Pembelajaran Qur’an Hadist MTs- MA, Stain Kudus Press, Kudus, 2009, hal 2 6
Ibnu Majah, Al-Hafidz Muhammad bin Hafidz, Sunan Ibnu Mjah, Darul Fikr, juz 10, hal.
7
Saiful Mujab, Ilmu Nagham Kaidah Seni Baca Al-Qur’an, STAIN Kudus, Kudus. 2011, hal.
780 13
Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
41
memberikan batasan-batasan panjang atau pendek dalam melagukan AlQur’an. Membaca Al-Qur’an dengan tartil atau dengan menerapkan kaidah ilmu Tajwid hukumnya wajib dan melagukan bacaan Al-Qur’an dengan nagham Al-Qur’an atau seni baca Al-Qur’an dan kaidah-kaidah lagu-lagu AlQur’an hukumnya adalah sunnah. Jadi, irama nagham Al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah Al-Qur’an harus mengikuti kaidah ilmu Tajwid. Adapun lagulagu dalam nagham Al-Qur’an atau seni baca Al-Qur’an antara lain sebagai berikut : Bayyati, hijaz, shobaa, rast, jiharkah, sika, nawahand.8 Selain ketrampilan membaca al-Qur’an, dalam pembelajaran BTQ juga diterapkan ketrampilan menulis. Menulis dan membaca adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca dan dijembatani melalui lambang bahasa yang ditulis. Menurut Kompskin dan Hoskisson, baca tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca adalah sebagai penulis.9 Penulisan kaligrafi merupakan salah satu bentuk keindahan Alquran yang disebut juga seni menulis indah. Kaligrafi diciptakan dan dikembangkan oleh kaum Muslim sejak kedatangan Islam. Dibandingkan seni Islam yang lain, kaligrafi memperoleh kedudukan yang paling tinggi dan merupakan ekspresi semangat Islam yang sangat khas. Oleh karena itu, kaligrafi sering disebut sebagai ‘seninya seni Islam’. Peningkatan pembelajaran seni baca tulis al-Qur’an bisa dilakukan dengan cara seni membaca (qiro’ah) dan seni menulis (kaligrafi). Harapannya dengan pemberdayaan ini akan membantu keefektifan mereka dalam pembelajaran baca tulis al-qur’an terutama siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus. B. Perumusan Masalah Di dalam penelitian ini, perumusan masalahnya yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan seni baca tulis Al-Qur’an melalui kegiatan Qiro’ah dan kaligrafi pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus tahun pelajaran 2012/2013? 2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat keberhasilan program pelaksanaan pemberdayaan seni baca tulis Al-Qur’an melalui kegiatan Qiro’ah dan kaligrafi pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo 8 9
Ibid, hal. 33 Suparno, Mohamad Yusuf,Ketrampilan Dasar Menulis, Universitas Terbuka, 2009, hlm. 17 ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
42
Kudus tahun pelajaran 2012/2013? 3. Bagaimana solusi dalam menangani hambatan-hambatan program pelaksanaan tentang pemberdayaan seni baca tulis Al-Qur’an melalui kegiatan Qiro’ah dan kaligrafi pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus tahun pelajaran 2012/2013? C. Kajian Teori 1. Pengertian Al-Qur’an Al Qur’an bagi umat Islam mempunyai arti yang sangat penting, yaitu sebagai kitab suci dan pedoman bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat. Sebagai kitab suci, Al Qur’an perlu dipahami secara sempurna baik lafal maupun artinya agar dapat dihayati dan diamalkan ajaran-ajarannya, membaca Al-Qur’an ada keistimewaannya dibanding dengan membaca pada lainnya Al-Qur’an, keistimewaan itu adalah membaca saja ada pahalanya apabila benar dalam membacanya . Al Qur’an menurut Subhi Al Shalih berarti “bacaan”. Al Qur’an berasal dari kata Qoro’a. Kata Al Qur’an berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’un (dibaca). Di dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” seperti tersebut dalam surat Al Qiyamah ayat 17 – 18 :
.}81{ ُ} فَإِذَا قَ َرأْنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْرآنَه71{ ُعلَ ْينَا َج ْمعَهُ َوقُ ْرآنَه َ إِ َّن Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya, (karena itu) jika kami telah membacanya, hendaklah kamu ikuti bacaannya. (QS. Al Qiyamah : 17 – 18).10 Adapun definisi Al Qur’an adalah kalam Allah SWT, yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis, dimushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.11 Selain Al Qur’an Allah juga memberikan nama lain seperti : Al Kitab atau Kitabullah, Al Furqan dan Al Dzikir. “Sedangkan di MI bahan pelajaran Qur’an Hadits diarahkan untuk mendorong, membimbing, dan membina 10 Al Qur’an Surat Al Qiyamah Ayat 17-18, Yayasan Penyelenggara Penerjemah / Penafsir Al-Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama, 1992, hal. 999. 11
15.
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Surya Cipta Aksara, Surabaya, hlm.
Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
43
kemampuan siswa membaca Al-Qur’an, suka membaca Al-Qur’an, mengerti arti dan pokok kandungan ayat–ayat Al-Qur’an dan Hadits, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, iman dan taqwa ”.12 a. Fungsi dan Tujuan Al Qur’an Mata pelajaran Al Qur’an Hadits berfungsi untuk mengarahkan pemahaman dan penghayatan pada isi yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadits diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Allah SWT sesuai dengan tuntunan Qur’an dan Hadits. Sedangkan tujuannya “untuk memberikan kemampuan dasar kepada siswa dalam membaca, menulis, membiasakan dan menggemari membaca Al-Qur’an dan Hadits serta menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat – ayat Al-Qur’an dan Hadits.”.13 b. Baca Tulis Al Qur’an Mata pelajaran ini bertujuan untuk mengenalkan keterampilan membaca dan menulis Al qur’an sejak usia dini, menumbuhkan kecintaan dan kegemaran untuk membaca Alqur’an. Ruang lingkup mata pelajaran ini meliputi pengenalan huruf hijaiyah dan tanda baca, pelatihan membaca huruf hijaiyah yang dipisah maupun disambung, pengenalan bacaan-bacaan tajwid dalam Al Qur’an dan pengenalan bacaan-bacaan gharib dalam Al Qur’an 2. Pengertian Membaca a.
Membaca kalimat dalam Al Qur’an
Sebelum membaca huruf-huruf Al Qur’an, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :14 -
Membaca Al Qur’an dimulai dari sebelah kanan
-
Mengucapkan huruf Al Qur’an harus sesuai mahrajnya
-
Mengucapkan huruf Al Qur’an dalam kata atau kalimat harus sesuai dengan tanda baca atau harakat
12 Kurikulum Pendidikan Dasar, Landasan Program dan Pengembangan, DEPAG RI, 1994/1995 , hlm. 10 13 Kurikulum Pendidikan Dasar, Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, DEPAG RI, 1995, hlm. 45 14 Masran Ali, Pendidikan Agama Islam Untuk SD Kelas III, PT.Inti Prima Aksara, 2010, Edisi II, hlm.2
ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
44
Kalimat atau jumlah mufidah adalah rangkaian huruf yang mengandung arti. Dalam Bahasa Indonesia, rangkaian huruf yang mengandung arti disebut kata. Huruf-huruf hijaiyah bisa dibaca apabila diberi harakat. Tanda baca adalah kode/sandi untuk membantu pemula belajar membunyikan huruf. 1. Membaca huruf berharakat fathah [ ----َ ] Yaitu tanda baca satu baris atas tidak dibaca. ً ما-- س – َل َ
Contoh : sa – la – man
2. Membaca huruf berharakat Kasrahtain adalah tanda baca dua baris bawah. Kasrahtain berbunyi “ in “ [---ٍ---] Contoh : Ra – ju – lin
[ ٍل- ] َر – ُج
3. Membaca huruf berharakat Dhammahtain [ -----ٌ----- ] Dhammahtain adalah tanda baca dua baris depan. Dhammahtain berbunyi “ un “ . Contoh : Sa – la – mun
[ ُس __ َل __ ٌم َ ]
4. Membaca huruf berharakat sukun [ mati ] Contoh : qul :
ُق ْل
bis :
س ْ ب ِ
5. Membaca huruf berharakat tasydid Contoh : iyya
assa :
6. Membaca panjang Jika ada fathah diikuti alif [ َ ا--- ] ada dammah diikuti wau sukun [ --- ُْو-- ] dan jika ada kasrah diikuti ya’ sukun [ ى--ِ ْ - ] Contoh : juu – ruu ُجو ُر ْوbaa – taa :
بَا ت َا
mii :
ِم ْى
7. Membaca huruf melalui kalimat Al Qur’an
ب النّا ِس َ ُقُ ْل ا َ ع ُْو ذ ِ ِبر Dibaca : qul a’uuzu birabbin-naasi b.
Seni Baca Al-Qur’an (Qiro’ah)
Dalam rangka menumbuh - kembangkan dan mempermudah dalam membaca ayat – ayat suci Al Qur’an perlu kiranya disampaikan pelajaran seni baca Al Qur’an. Hal ini harus mulai ditanamkan untuk anakanak usia dini. Dengan menggunakan berbagai seni dalam membaca AlQur’an maka anak akan merasa senang dalam membaca al Qur’an. Seni Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
45
baca Al Qur’an ialah bacaan Al Qur’an yang bertajwid yang diperindah oleh irama dan lagu. Al Qur’an tidak lepas dari lagu. Di dalam melagukan Al Qur’an atau taghonni dalam membaca Al Qur’an akan lebih indah bila diwarnai dengan macam-macam lagu. Untuk melagukan Al Qur’an , para ahli qurro di Indonesia membagi lagu atas 7 ( tujuh ) macam bagian. Antara lain sebagai berikut : 1. Bayati 2. Shoba 3. Hijaz 4. Nahawand 5. Rost 6. Jiharkah 7. Sikah Dari ketujuh macam lagu di atas masih dibagi lagi dalam beberapa cabang. Macam – macam lagu dan cabangnya antara lain : 1. Bayati a. Qoror b. Nawa c. Jawab d. Jawabul jawab e. Nuzul f. Shu’ud
: rendah : sedang : naik : naik tertinggi : turun : naik
2. Shoba a. Dasar b. Ajami/Ala Ajam c. Quflah Bustanjar/Qofiyah 3. Hijaz a. Dasar b. Kard c. Kurd d. Kard-Kurd e. Variasi 4. Nahawand a. Dasar b. Jawab ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
46
c. Nakriz d. Usysyaq 5. Rost a. Dasar b. Nawa/Rost ala Nawa 6. Jiharkah a. Nawa b. Jawab 7. Sikah a. Dasar b. Iraqi c. Turki d. Ramal (fales) Dalam hal penilaian seni membaca al-Qur’an ada beberapa materi penilaian yang harus diperhatikan. Misalnya dalam perlombaan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) antara lain: 1.
Materi penilaian bidang tajwid, terdiri dari: a. b. c. d.
Makharijul huruf Shifatul huruf Ahkamul huruf Ahkamul mad wal qoshr
2. Materi penilaian bidang fashohah dan adab, terdiri dari: a. b. c. d.
Al Waqf wal – ibtida Muroatul kalimat wal kharokat Muroatul kalimat wal ayat Adabut tilawah
3. Materi penilaian bidang irama dan suara, terdiri dari: a. Suara b. Irama dan variasi c. Keutuhan dan tempo lagu d. Pengaturan nafas Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi ketika membaca alQur’an dengan menggunakan lagu disebabkan karena 3 hal, diantaranya adalah dalam bidang suara dan irama, serta tajwidnya. Adapun kesalahankesalahan itu antara lain: Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
47
1. Kesalahan di dalam bidang suara a. b. c. d.
Suara kasar Suara pecah Suara parau Suara lemah
2. Kesalahan dalam irama terdiri dari: a. b. c. d.
lagu yang tidak utuh tempo lagu yang terlalu cepat atau terlalu lambat irama dan variasi yang tidak indah pengaturan nafas yang tidak terkendali
3. Kesalahan dalam bidang Tajwid serta Fashohah dan adab ada dua macam: a. Kesalahan Jali, yaitu kesalahan yang dapat merusak makna dan merusak ketentuan Tajwid/ qiroat yang sah. Disebut Jali karena kesalahan itu diketahui oleh ahli qiroat maupun yang bukan ahlinya b. Kesalahan Khafi, yaitu kesalahan yang merusak ketentuan tajwid/qiroat, tetapi tidak merusak makna. Disebut Khafi karena hanya diketahui oleh ulama qiroat saja. c.
Seni Menulis a. Menulis Kalimat Dalam Al Qur’an Ada perubahan bentuk huruf ketika di awal, di tengah dan di akhir kalimat. Cara menulis huruf bersambung:
ٌقَلَم ٌم
َل
َق
mun
La
qa
Qalamun Dengan berharakat fathah [ -----َ-- ] Dibaca
Akhir
Tengah
Awal
Tunggal
ba
َـــب
ـــبَـــ
بَـــ
َب
ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
48
ta
َــــت
ـــتَـــ
تَـــــتَـــ
َت
Dengan berharakat kasrah [ --ِ---- ] Dibaca
Akhir
Tengah
Awal
Tunggal
ji
ـــج ِ
ِ ـــجـــ
ِجـــ ـــ
ِج
khi
ــــخ َِ
ـــخِـــ
خِـــ ــ
ِخ
Dengan berharakat dammah [ ----ُ-- ] Dibaca
Akhir
Tengah
Awal
Tunggal
su
ُـــس
ـــسُـــ
سُـــ
ُس
syu
ُـــش
ـــشُــــ
شُـــ
ُش
b. Seni Menulis (Kaligrafi) Kaligrafi berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah “tulisan indah”. Dalam sejarah peradaban Islam, seni tulis huruf Arab yang isinya berupa potongan ayat Alqur’an atau Hadits Nabi SAW ini mempunyai tempat yang sangat istimewa. Setiap muslim percaya bahwa Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan oleh Tuhan ketika menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad SAW. Bahasa ini juga digunakan dalam seluruh tata peribadatan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Karena di dalam ajaran Islam lukisan berupa mahluk hidup adalah termasuk sesuatu yang dilarang, maka kaum muslimin mengeskpresikan gairah seninya antara lain lewat seni kaligrafi ini. Karya-karya kaligrafi ini banyak menjadi hiasan di banyak bidang, mulai dari bangunan, koin, seni dekoratif, permata, tekstil, senjata sampai manuskrip. Kaligrafi merupakan salah satu jenis karya seni rupa yang menekankan keindahan yang terdapat pada bentuk-bentuk huruf yang telah dimodifikasi atau digayakan sehingga mempunyai nilai estetika. Keindahan bentuk ini mempunyai pengertian yang umum, artinya bentuk huruf tersebut tidak hanya berlaku untuk hurufhuruf tertentu atau asal dari jenis huruf tertentu. Salah satu contoh, Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
49
misalnya kaligrafi tidak hanya berlaku untuk bentuk atau jenis huruf Arab (Hijaiyyah) saja, tetapi dapat juga berlaku untuk jenisjenis huruf yang lain. Sehingga kata kaligrafi berlaku untuk umum, keindahan hurufnya bersifat umum, universal dan global. Tujuan dari mempelajari seni kaligrafi diantaranya adalah untuk mengembangkan bakat dan kreatifitas peserta didik di bidang seni tulis arab, melestarikan budaya Islam, dan memberikan bekal kecakapan hidup berupa seni kaligrafi. Kaligrafi tidak hanya untuk mengungkapkan secara visual ayat atau surat-surat yang ada di Al Quran dan Al Hadits saja, tetapi juga bisa untuk mengungkapkan kalimat-kalimat sastra yang berbentuk huruf Latin, huruf China, huruf Jepang, huruf India, huruf Sansekerta maupun huruf Jawa. Pengertian masyarakat umum memang mempunyai pandangan dan pengertian yang kurang tepat, yang mengartikan bahwa kaligrafi adalah modifikasi keindahan pada bentuk-bentuk huruf Arab saja. Walaupun hal itu juga tidak dapat dipungkiri lagi karena yang berkembang pesat di wilayah kita (Indonesia) adalah banyaknya kreasi-kreasi kaligrafi yang ada merupakan bentuk keindahan huruf Arab. Hal ini memang sangat erat kaitannya dengan mayoritas seniman kaligrafi yang ada di Indonesia kebanyakan hanya mengembangkan kaligrafi Arabic. Memang tidak dapat dipungkiri seniman berkarya juga terikat dengan penikmat seni yang ada di suatu wilayah. Penikmat kaligrafi Indonesia karena kebanyakan kaum muslimin, senimanpun menciptakanya disesuaikan dengan keadaan tersebut. Dalam perkembangannya kaligrafi dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis kaligrafi. Kaligrafi tersebut antara lain, Kaligrafi Tradisional, Kaligrafi Klasik, Kaligrafi Modern, Kaligrafi Ekspresif dan Kaligrafi Kontemporer. Semua jenis kaligrafi tersebut mempunyai kelebihan dan keunikan tersendiri tergantung dari jenisnya. Sebagai seni tulis yang melahirkan karya artistik yang bermutu tinggi, kaligrafi memiliki aturan dan teknik khusus dalam pengerjaannya. Bukan hanya pada teknik penulisan, tetapi juga pada pemilihan warna, bahan tulisan, medium, hingga pena. Secara teknis kaligrafi juga sangat bergantung pada prinsip geometri dan aturan tentang keseimbangan. Aturan keseimbangan ini secara fundamental ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
50
didukung oleh huruf alif dan titik yang menjadi penanda dan pembeda bagi beberapa huruf Arab. Meski dalam perkembangannya muncul ratusan gaya penulisan kaligrafi, tidak semua gaya tersebut bertahan hingga saat ini. Ada sembilan gaya penulisan kaligrafi yang populer yang dikenal oleh para pecinta seni kaligrafi, antara lain15: 1.
Kufi
Gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan AlQuran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya penulisan kaligrafi yang diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku, patahpatah, dan sangat formal. Gaya ini kemudian berkembang menjadi lebih ornamental dan sering dipadu dengan ornamen floral 2. Tsuluts Seperti halnya gaya Kufi, kaligrafi gaya Tsuluts diperkenalkan oleh Ibnu Muqlah yang merupakan seorang menteri (wazii) di masa Kekhalifahan Abbasiyah. Tulisan kaligrafi gaya Tsuluts sangat ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan mudah dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia. Karya kaligrafi yang menggunakan gaya Tsuluts bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat. Karena keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak digunakan sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi interior. 3. Naskhi Kaligrafi gaya Naskhi paling sering dipakai umat Islam, baik untuk menulis naskah keagamaan maupun tulisan sehari-hari. Gaya Naskhi termasuk gaya penulisan kaligrafi tertua. Sejak kaidah penulisannya dirumuskan secara sistematis oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10, gaya kaligrafi ini sangat populer digunakan untuk menulis mushaf Alquran sampai sekarang. Karakter hurufnya sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah ditulis dan dibaca. 15
Nikinisa.blogspot.com
Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
51
4. Riq’ah Kaligrafi gaya Riq’ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts. Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari. Riq’ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat. 5. Ijazah (Raihani) Tulisan kaligrafi gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab). 6. Diwani Gaya kaligrafi Diwani dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif. Kemudian, disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan. Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya bergantung pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu meninggi atau menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya. Model kaligrafi Diwani banyak digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul buku. 7.
Diwani Jali
Kaligrafi gaya Diwani Jali merupakan pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk
ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
52
aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias. 8. Farisi Seperti tampak dari namanya, kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang Persia dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi sampai sekarang. Kaligrafi Farisi sangat mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya ditentukan oleh kelincahannya mempermainkan tebal-tipis huruf dalam ‘takaran’ yang tepat. Gaya ini banyak digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, yang biasanya dipadu dengan warna-warni arabes. 9. Moalla. Walaupun belum cukup terkenal, gaya kaligrafi Moalla merupakan gaya yang tidak standar, dan tidak masuk dalam buku panduan kaligrafi yang umum beredar. Meski tidak begitu terkenal, kaligrafi ini masih masuk dalam daftar jenis-jenis kaligrafi dalam wikipedia Arab, tergolong bagian kaligrafi jenis yang berkembang di Iran. Kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hamid Ajami, seorang kaligrafer kelahiran Teheran. D. Metode Penelitian Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengunaan metode kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa permasalahan yang akan dipecahkan lebih tepat bila menggunakan metode kualitatif, karena dengan menggunakan metode kualitatif lebih sensitif (aktif-reaktif dan dapat diadaptasikan) dengan mempertimbangkan saling perpindahannya pengaruh dan pola nilai yang mungkin harus dihadapi dalam penelitian.16 Adapun lokasi dalam penelitian ini yang peneliti ambil adalah siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian adalah berasal dari lapangan dan kepustakaan Untuk mengumpulkan data yang diperlukan tentang upaya pemberdayaan seni baca tulis al-Qur’an melalui kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah, peneliti menggunakan metode yang sesuai 16
Nasution. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya, 1990. hal 57
Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
53
dengan luas dan sempitnya obyek yang diteliti. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi. Dokumentasi dari kata asalnya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang melalui pencatatan terhadap dokumen-dokumen yang sesuai dengan obyek yang diteliti. E. Hasil Penelitian Pelaksanaan kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah) dan seni menulis Al-Qur’an (kaligrafi) pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus ini dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu dua kali untuk kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah) dan dua kali pula untuk kegiatan seni menulis Al-Qur’an (kaligrafi). Untuk kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah) dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa, sedangkan untuk kegiatan seni menulis Al-Qur’an (kaligrafi) dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis. Pelaksanaan kegiatan tersebut dimulai pukul 07.00-08.30 WIB. Pada kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah) penulis merekrut guru qira’ah, yaitu Bapak Sufyan Zuhad untuk menjadi tutor dalam kegiatan tersebut. Selain menjadi tutor/pelatih seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah), Bapak Sufyan Zuhad juga penulis minta untuk menjelaskan tentang ilmu qira’ah, seperti hukum bacaan dan teknik melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an yang baik dan benar. Pembelajaran seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah) dilakukan dengan tahap. Tahap pertama adalah penjelasan materi seputar hukum bacaan ayatayat Al-Qur’an dan teknik qira’ah. Sedangkan tahap kedua adalah praktik melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sebelum siswa mempraktikkan qira’ah terlebih dahulu guru memberikan contoh qira’ah dengan berbagai model bacaan (variasi). Dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, tutor tidak memaksa siswa untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan satu macam model bacaan, akan tetapi tutor memberikan kebebasan bagi siswa untuk memilh model bacaan yang disenanginya. Kemudian dalam kegiatan seni menulis Al-Qur’an (kaligrafi), penulis juga merekrut tutor yang ahli di bidang kaligrafi yang bernama Muhammad Amin. Pembelajaran seni menulis Al-Qur’an (kaligrafi) pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo juga dilaksanakan pada jam 07.00 – 08.30 namun hari pelaksanaannya saja yang berbeda. Kegiatan seni menulis AlQur’an (kaligrafi) dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis. ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
54
Bapak Muhammad Amin dalam mengajar kaligrafi diawali dengan pengenalan terhadap bentuk-bentuk tulisan kemudian menjelaskan teknik menulis huruf Hijaiyah yang baik dan benar sesuai dengan model kaligrafi. Setelah itu baru memberikan contoh penulisan kaligrafi. Semua model kaligrafi diajarkan oleh Bapak Muhammad Amin mulai dari bentuk naskhi sampai pada khufi. Melihat cara penyampaian materi dan pemberian contoh dalam kegiatan seni baca Al-Qur’an (Qira’ah) dan seni menulis Al-Qur’an (kaligrafi), siswa menjadi tertarik untuk mendalaminya lebih jauh. Di akhir pembelajaran tutor mengadakan evaluasi secara tertulis. a. Tingkat Pencapaian Keberhasilan suatu kegiatan dapat diukur dari tingkat pencapaian. Dalam pengukuran keberhasilan terdapat beberapa kategori yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian seseorang dalam suatu kegiatan. Pengkategorian tingkat pencapaian dalam kegiatan qira’ah dan kaligrafi pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah sebagai berikut: 1) Baik Sekali: apabila bahan/materi yang diajarkan itu dapat dikuasai 90 – 100%. 2) Baik: apabila sebagian besar bahan/materi yang diajarkan dapat dikuasai 70% – 89% 3) Cukup/sedang: apabila bahan/materi yang diajarkan dapat dikuasai sekitar 50% – 69%. 4) Kurang: apabila bahan/materi yang diajarkan kurang dari 50%. Suatu kegiatan dikatakan memiliki tingkat pencapaian yang tinggi/baik apabila: 1) Daya serap siswa terhadap bahan/materi tinggi. 2) Siswa mamiliki keterampilan/skill setelah melaksanakan kegiatan. b. Faktor Pendukung, Penghambat, dan Solusinya 1) Faktor Pendukung Faktor pendukung kegiatan seni membaca dan menulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrafi) pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah: a)
Motivasi belajar siswa
Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
55
Proses belajar mengajar merupakan kesatuan antara belajar siswa dengan mengajar guru, yang keduanya terjalin hubungan saling menunjang. Proses mengajar guru tidak akan berarti tanpa diikuti dengan motivasi belajar siswa. Aktivitas belajar yang disertai motivasi kuat, akan menghasilkan hasil belajar yang baik. Motivasi menentukan intensitas usaha anak dalam belajar. Demikian sebaliknya, bila motivasi belajar rendah, dengan sendirinya hasil belajar kurang memuaskan. Dengan demikian semakin kuat motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan qira’ah dan kaligrafi, maka semakin baik pula hasil yang akan diperolehnya (keterampilan/skill). Siswa memiliki keinginan yang kuat untuk belajar manakala dalam dirinya tumbuh motivasi yang tinggi. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa melakukan sesuatu karena motivasi. Adanya motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa mampu melahirkan stimulus yang baik dan menumbuhkan minat belajar. b) Sarana prasarana yang memadai Keberhasilan siswa dalam belajar tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor siswa saja, seperti kecerdasan intelektual dan motivasi belajar siswa semata, tetapi benyak faktor yang mempengaruhinya termasuk keterpenuhan kebutuhan sarana belajar di sekolah seperti ruang belajar yang nyaman dan fasilitas pembelajaran yang lengkap (buku, media audio-visual, alat-alat multimedia, alat peraga, dll). Proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar, jika ditunjang dengan sarana yang memadai, baik jumlah, fungsi maupun kelengkapannya. Dengan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo, maka siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan dapat mengembangkan potensinya dengan maksimal, termasuk dalam mengembangkan seni qira’ah dan kaligrafi. Sarana dan prasarana yang memadai yang dimiliki oleh MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus sangat membantu siswa dalam belajar dan mengikuti kegiatan keagamaan yang penulis lakukan.
ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
56
2) Faktor Penghambat Faktor penghambat kegiatan pemberdayaan seni membaca dan menulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrafi) pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah: a) Keterbatasan waktu dalam kegiatan pengabdian. Waktu yang sangat minim/singkat dalam pembelajaran seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrafi) merupakan suatu kendala yang dapat menghambat jalannya kegiatan pembelajaran. Mengajar seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrafi) selain membutuhkan kesabaran juga membutuhkan alokasi waktu yang cukup banyak. b) Perbedaan intelegensi dan latar belakang siswa Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki inteligensi tinggi, kreativitas, inovatif dan ada yang intelegensinya rendah, pasif, dan kurang inovatif. Hal ini menyebabkan tingkat penerimaan dan penguasaan materi yang diberikan oleh tutor bervariasi. Ada yang cepat menguasai, sedang dan ada pula yang lambat. Intelegensi, karakter, latar belakang siswa berbeda-beda merupakan faktor yang berpengaruh terhadap akselerasi dan penguasaan materi ajar yang disampaikan oleh tutor. Bagi siswa yang cerdas intelegensinya, kreatif dan inovatif, hanya membutuhkan satu atau dua kali penjelasan guru untuk memahami suatu materi. Namun bagi siswa yang kurang intelegensi, pasif dan kurang inovatif akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami materi yang sama. Belum lagi untuk kegiatan pengayaan, remedial, dan evaluasi juga membutuhkan alokasi waktu yang banyak. 3) Solusi Untuk mengatasi keterbatasan waktu, penulis melakukan beberapa upaya, yaitu: a) Melakukan pendekatan individual dan kelompok Pendekatan yang penulis lakukan adalah pendekatan secara individual dan secara kelompok. Pendekatan penulis lakukan agar terjadi komunikasi yang intensif serta adanya penguatan emosional dengan siswa. Apabila kedua aspek ini dapat berjalan dengan baik, Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
57
maka pembelajaran akan berlangsung optimal sehingga keterbatasan waktu dapat teratasi. Atau dengan kata lain, dengan waktu yang terbatas, tujuan dan target pembelajaran dapat tercapai. b) Membentuk teman sejawat Adanya teman sejawat sangat membantu dalam mengelola kelas dan menyampaikan materi. Kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrafi) dalam praktiknya kurang efektif kalau dilakukan oleh seorang tutor saja. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang pendamping tutor untuk membantu dan membimbing siswa. Kemudian untuk mengatasi hambatan karena perbedaan intelegensi dan latar belakang siswa, dilakukan dengan membentuk beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa, di mana setiap kelompok ditunjuk satu teman sejawat. Dengan membentuk kelompok setiap aktivitas siswa akan lebih mudah dipantau. Di samping itu, dapat ditemukan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dicarikan solusinya. c. Kegiatan Pemberdayaan 1. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Bentuk pengabdian masyarakat yang penulis lakukan di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah pemberdayaan potensi siswa dalam hal peningkatan keterampilan seni membaca dan menulis AlQur’an (qira’ah dan kaligrafi). Dengan adanya pemberdayaan tersebut sangat bermanfaat bagi siswa kelas VI dalam meningkatkan keterampilan membaca dan menulis Al-Qur’an, menumbuhkan jiwa seni dalam dirinya, terutama seni yang bercorak khas Islam. 2. Pelaksanaan Pemberdayaan Madrasah Ibtidaiyah NU Miftahut Tholibin merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang cukup berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat khususnya di Desa Mejobo Kudus. Peran nyata MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah sebagai tempat mendidik, mengajar dan membimbing serta membekali siswa dengan berbagai ilmu-ilmu (agama dan umum) yang berguna dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pengabdian dan pemberdayaan di MI NU ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
58
Miftahut Tholibin Mejobo Kudus, penulis berperan sebagai fasilitator (fasilitas pertemuan), katalisator (sumber ide perubahan), dan dinamisator (penggerak masyarakat) dalam menjawab problematika yang dihadapinya. Sebagai katalisator, peran yang penulis lakukan adalah: a. Mengadakan sosialisasi kepada subyek kegiatan tentang program pemberdayaan untuk mendukung efektifitas program pemberdayaan yang akan dilakukan. b. Mengadakan komunikasi dan pendekatan dengan subyek kegiatan dalam upaya mencari alternatif pemecahan masalah. c. Melakukan diskusi secara intensif untuk mengungkapkan dan menyelesaikan berbagai problematika bagi subyek kegiatan. Sebagai katalisator, penulis berperan: a. Memberikan pengetahuan yang cukup dalam hal program kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan tentang materi seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrafi) yang baik dan benar. b. Membantu menemukan teknik dan strategi yang tepat dalam pembelajaran seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrafi). Berperan sebagai Dinamisator, penulis melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Memberikan motivasi secara terus menerus kepada subyek kegiatan. b. Memberikan saran dan bantuan kepada subyek kegiatan dalam melaksanakan tugas. 3. Evaluasi Evaluasi yang penulis lakukan dalam kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrafi) adalah model unjuk kerja (praktik) melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an masing-masing siswa dan membuat seni kaligrafi dengan berbagai macam model. F. Penutup Berdasarkan analisa data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa program pemberdayaan masyarakat di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_
59
Kudus terkait dengan pemberdayaan baca tulis Al-Qur’an adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan pengabdian dalam rangka pemberdayaan potensi siswa di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin meliputi dua bentuk kegiatan, yaitu seni membaca Al-Qur’an (Qira’ah) dan seni menulis Al-Qur’an (Kaligrafi). 2) Faktor pendukung kegiatan pengabdian di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah motivasi belajar siswa yang tinggi dan sarana prasarana pembelajaran yang memadai. Sedangkan hambatan dalam kegiatan pengabdian di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah terbatasnya waktu, serta perbedaan intelegensi dan karakter siswa. 3) Solusi yang penulis lakukan dalam pemberdayaan di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah dengan melakukan pendekatan individual dan kelompok serta membentuk teman sejawat dalam kegiatan pengabdian.
ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
60
DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Surya Cipta Aksara. Surabaya. Http://engkizarquran.wordpress.com/2011/11/05/konsep pengajaran dan pembelajaran membaca al-qur’an dalam pendidikan Islam. Kurikulum Pendidikan Dasar. Landasan Program dan Pengembangan. DEPAG RI. 1994/1995. Kurikulum Pendidikan Dasar. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. DEPAG RI. 1995. Lembaga Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd. Al-Qur,an dan Terjemahnya. Saudi Arabia. 1424 H. Munawir Yusuf dkk. Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar Cet.I. PT Tiga Serangkai Mandiri. Solo. 2003. Moh. Roqib. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Lkis. Yogyakarta. 2009. Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2001. Nasution. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. 1990. Saiful Mujab. Ilmu Nagham Kaidah Seni Baca Al-Qur’an. STAIN Kudus. Kudus. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta. 1998. Syaifudin Azwar. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2001. Zakiyah Drajat. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. CV Ruhama. Jakarta. 1995. Suroso. SMART BRAIN. Metode Menghafal Cepat dan Meningkatkan Ketajaman Memori. SIC. 2010. Cet.:2.
Ida Vera Sophya Pemberdayaan Seni Baca Al-Qur’an melalui Kegiatan Qiro’ah dan Kaligrafi pada Siswa Kelas VI MI NU Miftahut Tholibin_