Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Hamidan lillahi tabaraka wa ta’ala wa mushalliyan ‘ala rasulillahi . Amma ba’du. Tahun baru. Wajah baru. Inilah yang sedang kami lakukan pada perwajahan Majalah Al-Haromain tercinta. Tentu untuk lebih memperkuat image majalah kita di hadapan para pembaca sekalian dan menjadi bagian peningkatan kualitas majalah kita dari sisi konten dan penampilan. Kritik dan saran terhadap wajah baru majalah ini sangat kami harapkan.
Sapa Redaksi
Tahun Baru, Tahun 2014
Dibuka bertepatan dengan bulan Maulud Baginda Nabi Muhammad dan tahun pesta demokrasi di negeri ini, kami ketengahkan fokus utama perbincangan seputar bagaimana memilih pemimpin yang sesuai dengan tuntutan Nabi. Kita, kaum muslimin menjadi umat mayoritas di negara ini, tetapi masih banyak yang keliru dalam memilih pemimpin. Padahal, pemimpin dan kepemimpinan, apalagi pada sebuah negeri seperti Indonesia, memiliki posisi dan peranan sangat penting, terutama bagi kaum muslimin. Semoga bisa menjadi penghangat menapaki tahun baru ini. Kritik dan saran para pembaca tetap kami tunggu untuk perbaikan majalah ini. Bisa disampaikan via email di
[email protected] atau alharomainlazis @yahoo.co.id Semoga Majalah AL-HAROMAIN selalu membawa keberkahan ilmu dan wawasan bagi Anda sekeluarga serta handai-taulan. Amin. Wassalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh, Redaksi
Distributor Majalah Al Haromain BANYUWANGI: Ust Muhajir(081803456281); SITUBONDO: Ust Aries (081336143977); PROBOLINGGO: Ust Syaifuddin (082335516343); JEMBER: Ust Ikhwan (085645015024); BLITAR: Ust Chozin (085790831283); PONOROGO : Bpk. Karyadi (085235440759); MAGETAN: Ust Munir (08125967912); NGAWI: Ust Chumaidi (081335462005); MOJOKERTO: Ust Sholeh (081553438291); GRESIK: Ust Alam (08123196461); TUBAN: Ust Widi (082143624397); JEPARA: Ust Mundiri (085741826587); KEBUMEN: Ust Hafidz (085227990231); NTB: M. Ikhsan (081254000810); KALTIM: Nova Karyadi (085391301681); PAPUA: Ust Shomadi (081240139560); BATAM: Ust Dhoifi (081336433995); MAKASSAR: Ust Ilham: (085255050804); JAKARTA: P. Andi Widodo (081314231099); MALANG: P. Yudi (085725213126); BATU: P Yalik (085646549899); KEDIRI: Suli Mardliyah (085233127989); PAMEKASAN: Ust Muzammil (081805083343); TULUNGAGUNG: Ust Abdul Karim (081334782076); LAMONGAN: Ust. Muhyidin W. (085230412333); JOMBANG: Ust Imam Aji (0321-4115728); SOLO: Ust A. Syarifudin (081393518933); YOGYAKARTA: Ust Jauhari (0857556 52497); KULONPROGO: Ust Sirojan M. (08156873086); BOJONEGORO: Ust. Suwarno (081515913717); SUMEDANG : Ust. Dede Djaelani (082130521107); PALEMBANG: Habib M. Abdullah (082183455999); CILACAP: Ust. Nur Kholis (085731787550); MAKKAH: Ust Fatah (+966597414775); SINGAPURA: Mr. Madini (+6590876700).
Lazis Al Haromain
2AEB0645
@official_haromain
+6285230169991
Penasehat: KH.M.Ihya Ulumiddin, Indra Djati Sidi, Ph.D., Drs.R. Arif W., M.Si, H.Djunaidi Sahal, S.Ag., Prof.DR.H. Nizarul Alim, H. A. Fatkhurokhman, SE. Pemimpin umum: Handaka Indra Pemimpin Redaksi: Bahtiar HS Staf Redaksi: M. Qosim, Muji Sampurno, Masyhuda Al Mawwas, Masitha AS, Mishad Khoiri. Desain Grafis: M. Mustain. Distribusi: Siswo Widodo, Maulana, Ismail, Ghozali. Majalah AL-HAROMAIN diterbitkan oleh LAZIS AL-HAROMAIN. Alamat Redaksi: Ketintang Barat I/27 Surabaya 60231 Telp. 031-81111841 Email:
[email protected] website: www.lazisalharomain.com
ISSN: 2302-1055
3
FOKUS UTAMA ... hal 6
Taat Nabi di Kala Memilih Pemimpin Negeri Umat Islam kurang mempedulikan panduan agamanya ketika memilih pemimpin. Padahal, Islam telah mengajarkan tentang arti penting seorang pemimpin dan sekaligus juga memberi panduan tentang kriteria pemimpin yang wajib dipilih. Apa saja itu? TELAAH... hal 15
Memaknai Ucapan “Insya Allah” Sering kita mendengar bahwa sebagai awal untuk menunaikan sebuah aktivitas atau tanggungan terhadap orang lain kita ucapkan “InsyaAllah”. Bagaimana sebenarnya makna insyaAllah yang sering kita ucapkan ini? MUTIARA AL-QUR’AN... hal 24
Dakwah Da’i dan Hidayah Allah Hidayah (petunjuk) dan dhalalah (kesesatan) sepenuhnya menjadi hak Allah. Allah berkehendak memberikan dan mencegahnya kepada dan dari siapapun orang yang dikehendaki-Nya. Karena hidayah sepenuhnya berada dalam kuasa Allah, maka seorang da’i tidak perlu merasa terbebani dan bersedih hati di kala usaha dakwah yang dilakukan tidak kunjung memperoleh hasil. Ini karena kewajiban da’i hanya sekedar menyampaikan dakwah.
TEROPONG .... 5 Teladan Kesederhanaan Rasulullah Untuk Kemajuan Bangsa REPORTASE ... 9 Prof. DR. H. Muhammad Baharun, S.H., M.A. : “Pemimpin Ke Depan Harus Visioner” PROFIL ... 12 Habib Ali Kwitang : Pejuang dan Penggerak Maulid Nabi di Nusantara ZONA PENDIDIKAN ... 17 Mengasah Keterampilan Berpikir Siswa (Bagian 3) REFLEKSI ... 19 Bekerja di Negeri Sendiri ENTREPRENEUR ... 21 Masihkah Ada Alasan untuk TIDAK ACTION? TOMBO ATI ... 23 Yang Lalu Biarlah Berlalu KONSULTASI KESEHATAN ... 26 Jantung Berdebar KELUARGA SAKINAH... 28 Gadis Tak Lagi Gadis AULADI... 32 Bunda, Adik Keluar Dari Mana? (Ketika Anak Bertanya tentang Alat Reproduksi) SERBA-SERBI ... 35 D.N. Aidit dan Jejak Leluhur Ahlul Bait di Indonesia (Bagian II) KONSULTASI SYARIAH ... 37 Perbedaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh KELANA... 39 Raden Fattah: Dari Bintoro untuk Nusantara
doc. ash shofwah
KISAH ... 42 Al-Qur’an Melunakkan Hati Yang Keras EKONOMI ISLAM ... 44 Gerakan Ekonomi Syariah
4
teropong
Teladan Kesederhanaan Rasulullah
Untuk Kemajuan Bangsa
P
erkembangan zaman modern, serba sederhana, hanya dihiasi beberapa perabot yang canggih, yang tidak dibarengi dengan nilai- murah harganya. Baju beliau tidak lebih dari nilai moral dan agama telah mempenga- tiga. Suatu saat Sayyidah Hafshah menyiapkan ruhi pola dan gaya hidup masyarakat kita. tempat tidur Rasulullah yang terbuat dari kulit Masyarakat kita menjadi konsumeristik, boros, hewan berisi serabut pohon kurma dengan mementingkan penampilan, suka pamer, melipat empat agar lebih empuk. Keesokan hedonis, dan menumpuk-numpuk harta. harinya Rasulullah bertanya, “Apa yang engkau Yang membuat prihatin kita adalah untuk siapkan untuk tidurku, wahai Hafshah?” memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut segala Sayyidah Hafshah menjawab, “Seperti biasa, ya usaha akan dilakukan tanpa memperhatikan Rasulillah, hanya aku lipat empat agar empuk.” apakah usaha tersebut halal atau haram. Sering Rasulullah selanjutnya berkata, “Kembalikan kita dengar seorang anak tega membunuh or- seperti biasanya. Empuknya justru menghalangi ang tuanya gara-gara minta dibelikan hp atau aku untuk shalat malam.” sepeda motor tidak dituruti orang tuanya. Kita Suatu saat Umar bin Khathab menemui juga sering mendengar remaja putri Rasulullah yang sedang bangun tidur yang masih di bawah umur menjual dan tampak garis-garis bekas tikar. keperawanannya demi sejumlah uang. Melihat yang tampak pada badan Dari berbagai media sering Rasulullah , Umar bin Khathab yang memberitakan motif tindak kejahatan disegani seluruh orang Arab menangis pencurian, perampokan, korupsi, dan di hadapan Rasulullah . Kemudian lain-lain adalah untuk bersenangRasulullah pun bertanya, “Mengapa senang (pesta miras, ketagihan engkau menangis, shahabatku?” Umar Handaka Indra S. narkoba, kencan dengan perempuan, pun menjawab, “Wahai Rasulullah, Direktur LAZIS AL-HAROMAIN dan lain-lain). bukankah engkau adalah utusan Allah? Sikap tamak, menumpuk-numpuk Apapun yang engkau minta dikabulkan harta, bermewah-mewahan ditunjukkan oleh Allah, engkau tidur seperti ini sementara para para pejabat negeri ini. Hal ini tampak dari gubernur dan kaisar tidur beralaskan sutra.” tingginya kasus korupsi yang dilakukan para Rasulullah pun menenangkan Umar bin pejabat walau mereka telah digaji tinggi. Khathab, “Wahai shahabatku, kita ini orang Menurut data KPK, pada tahun 2013 sampai yang menunda kesenangan yang sementara bulan Oktober telah diproses 54 kasus korupsi untuk meraih kesenangan yang abadi. Kehidupan yang dilakukan para pejabat. Seorang kepala SKK di dunia ini ibarat orang yang bepergian Migas Ruby Rudiandini dengan gaji 250 juta kemudian berteduh di bawah pohon sebentar perbulan dan Akil Mochtar sebagai ketua MK kemudian melanjutkan perjalanan lagi.” Dengan dengan gaji lebih dari 100 jt, toh keduanya juga kesederhanaan dan kebersahajaan tersebut, masih tersangkut korupsi. Dengan gaji berapa Rasulullah telah berhasil mewujudkan sebuah pun seharusnya berkata NO terhadap korupsi, negeri yang baldatun thayyibatun ghafur kala itu. mengapa mereka masih korupsi di tengah gaji Realitas masyarakat kita masih jauh dari melimpah? Ya mereka telah terjangkiti sikap prinsip sederhana. Yang miskin senantiasa tamak dan menumpuk-numpuk harta. memaksakan diri seperti orang kaya, yang kaya Sebagai bangsa yang mayoritas muslim tidak puas dengan kekayaan yang sudah seharusnya tidak mudah terpengaruh oleh bujuk dipunyainya. Adapun pejabatnya tamak dan suka rayu perkembangan zaman. Bukankah kita menumpuk-numpuk harta, digaji tinggi masih mempunyai teladan sebaik-baik teladan, idola juga korupsi. Oleh karena itu, mari kita semua sebaik-baik idola, segala yang dikatakan sudah komponen bangsa sungguh-sungguh meneladani terbukti dan dunia pun mengakui, yaitu kesederhanaan dan kebersahajaan Rasulullah , Rasulullah ? Rasulullah adalah pemimpin umat InsyaAllah kemajuan bangsa yang haqiqi bisa (spiritual) dan pemimpin negara yang kita wujudkan. kekuasaannya meliputi hampir seluruh jazirah Wallahu a’lam. Arab. Rumah Beliau sangat sempit dan
5
fokus utama
Taat Nabi di Kala Memilih Pemimpin Negeri
M
encermati sejumlah pemilu yang telah lewat, tampak banyak umat Islam yang memilih pemimpin yang berasal daripartai politik (parpol) nasionalis-sekular. Fenomena seperti ini tentu menyedihkan. Mengapa?
M. Anwar Djaelani
Dosen Univ. Muhammadiyah Malang dan Peneliti InPAS Surabaya
Pemimpin itu sangat menentukan warna dan akhlak masyarakat.
6
YANG ‘KEMARIN’ Berangkat dari asumsi bahwa parpol nasionalis-sekular tak akan pernah menjadikan syariat Islam sebagai landasan utama perjuangannya, maka sangat mengherankan jika banyak umat Islam yang memberikan amanah kepada kaum nasionalis-sekular. Hal di atas adalah persoalan aqidah dan dakwah yang serius, yaitu bahwa umat Islam kurang mempedulikan panduan agamanya ketika memilih pemimpin. Padahal, Islam telah mengajarkan tentang arti penting seorang pemimpin dan sekaligus juga telah memberi panduan tentang kriteria pemimpin yang wajib dipilih. Islam –lewat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi - telah memberikan panduan lengkap memilih ulil amri atau pemimpin karena pemimpin itu strategis. Pemimpin strategis karena berperan sangat besar dalam proses rekayasa sosial di sebuah komunitas. Sedemikian besar peran pemimpin, sampai-sampai Allah menempatkannya pada posisi ketiga setelah Allah dan Nabi dalam hal ketaatan yang harus ditunjukkan oleh kaum beriman.
”Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan ulil amri di antara kamu” (Q.S. AnNisaa’ [4]: 59). Hal ini sangat bisa dipahami sebab berdasarkan H.R. Hakim, ”Pemimpin itu sangat menentukan warna dan akhlakmasyarakat”. Sebagai misal, jika di sebuah komunitas sang pemimpin korup, maka minimal akan ada dua implikasi. Pertama, sang pemimpin tak akan punya keberanian untuk memberantas korupsi sebab dia juga melakukannya. Kedua, sebagai akibat dari yang pertama itu, maka bagian-bagian di bawah sang pemimpin akan merasa punya ‘tempat berlindung’ untuk melestarikan perilaku korupnya. Sebenarnya, dalam konteks ini, banyak ayat Allah (termasuk yang tak tertulis), yang dapat mengilhami kita dalam usaha pemberantasan korupsi. ‘Ayat tak tertulis’ itu, misalnya, ikan busuk dimulai dari kepalanya. Artinya, jika kepala seekor ikan mulai tampak busuk, segera buang kepala itu agar tak menjalar ke bagian tubuh di bawahnya. Mengingat peran strategis pemimpin, maka Islam meminta kita agar ‘mengurus’ masalah pemimpin itu sampai ke komunitas yang terkecil. ”Apabila tiga orang keluar (bepergian), maka hendaklah seorang di antara mereka itu diangkat sebagai pemimpin.” (H.R. Abu Dawud). Artinya, jika hanya untuk mengurusi keperluan tiga orang
saja Islam telah merokomendasikan untuk mengangkat seorang pemimpin, maka apatah lagi untuk mengurus keperluan sebuah negara. Pelajaran yang bisa kita petik adalah bahwa di tiap komunitas itu perlu pemimpin. Sebab, tanpa adanya pemimpin yang ditaati maka tak akan ada pula aturan yang bisa ditegakkan. Jadi, pemimpin itu benar-benar strategis sebab ia bisa mendesain sekaligus mengusahakan semua hal yang dapat menuju ke arah pemenuhan kesejahteraan orangorang yang dipimpinnya, mulai dari soal ekonomi sampai ke masalah pengamalan ajaran agama. YANG BOLEH DAN TIDAK BOLEH Kualifikasi pokok pemimpin yang wajib kita pilih adalah: Muslim, beriman, bertakwa, serta berakhlak terutama dalam hal ia menegakkan shalat dan menunaikan zakat. ”Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)” (Q.S. Al-Maaidah [5]: 55). Berikutnya, pemimpin yang harus kita pilih itu memiliki kualifikasi yang terbaik dan
termampu (sesuai H.R. Hakim). Sedapatdapatnya, pemimpin yang kita pilih mendekati sifat-sifat kepemimpinan Nabi yang shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Ia harus shiddiq (jujur), amanah (terpercaya), abligh (menyampaikan kebenaran kepada siapa saja), dan fathanah (cerdas). Islam tak hanya memberi kriteria tentang pemimpin yang wajib kita pilih. Tetapi, juga memberi kriteria orang-orang yang tak boleh kita pilih. Berikut ini kriteria orang-orang yang tak boleh kita pilih sebagai pemimpin kaum Muslim. 1. Orang Kafir. “Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman akrab, pemimpin, pelindung, penolong) sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mu’min.Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan, hanya kepada Allah kembali(mu)” (Q.S. Ali ‘Imraan [3]: 28).
ahmadmuhaiminalfarisy.wordpress.com
7
Ayat di atas menjadi dasar tak bolehnya kita mengambil kaum kafir menjadi pemimpin kaum beriman. Adapun sebab turunnya Q.S. Ali ‘Imraan [3]: 28 itu karena adanya kejadian berikut ini. Suatu ketika, segolongan kaum Anshar tertarik kepada Hajaj bin Amrin, seorang pemuka Yahudi. (Tertarik, dalam pengertian bisa membuat segolongan kaum Anshar itu berpaling dari agama mereka). Melihat hal yang tak benar itu, maka segolongan kaum Anshar diingatkan Rif’ah bin Mundzir bersama dua sahabat lainnya. Rif’ah mengatakan: “Wahai Saudaraku kaum Anshar, berhati-hatilah terhadap bujuk rayu orangorang Yahudi dan janganlah kamu berpaling dari ajaran agamamu.” Sayang, segolongan kaum Anshar itu menolak nasihat Rif’ah. Maka, turunlah Q.S. Ali ‘Imraan [3]: 28 itu sebagai peringatan untuk tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung kaum Mu’min (diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas ). 2. Yahudi dan Nasrani. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpinpemimpin(mu). Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang zalim” (Q.S. Al-Maaidah [5]: 51). Larangan di atas semakin beralasan, jika kita hubungkan dengan firman Allah di Q.S. AlBaqarah [2]: 120, bahwa: ”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”. Jika kita memilih mereka sebagai pemimpin, maka sama saja seperti kita memberi jalan kepada mereka untuk memimpin dan mempengaruhi kaum Muslim. Padahal, seharusnya, kita bisa ‘mengamankan’ ketetapan Allah: ”Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orangorang beriman.” (Q.S. An-Nisaa’ [4]: 141).
8
3. Yang Mempermainkan Agama. “Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu orangorang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir (orangorang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Maaidah [5]: 57). 4. Musuh Allah dan Musuh Mu’min. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad) karena rasa kasih sayang.” (Q.S. Mumthahanah [60]: 1). BERHATI-HATILAH! Bagi seorang Mu’min, taat adalah satusatunya pilihan jika menghadapi Firman Allah dan Sunnah Nabi . ”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat, sesat yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 36). Kita harus taat kepada panduan Nabi dalam hal memilih pemimpin. Sebab, jika tak taat, akan ada akibat buruk yang akan menimpa. Maka, jangan pernah ada penyesalan jika kita menuai akibat yang serius, seperti: 1. Allah memberi adzab. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir sebagai wali (teman akrab, pelindung, penolong) dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu).” (Q.S. AnNisaa’ [4]: 144). ”Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (Q.S. Al-Anfaal [8]: 73).
2. Allah menghentikan pertolongan-Nya. “Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman akrab, pemimpin, pelindung, penolong) sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan, hanya kepada Allah kembali (mu).” (Q.S. Ali ‘Imraan [3]: 28). 3. Kaum muslimin kalah. “(Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah” (Q.S. An-Nisaa’ [4]: 139). Berhati-hatilah! Janganlah sekali-kali berani mengambil resiko dengan cara memilih
pemimpin yang tak direkomendasikan Allah dan Nabi . Akhirnya, yaa Allah, kami sering menganiaya diri sendiri –antara lain- dengan memilih pemimpin yang tak sesuai dengan syariat-Mu. Maafkan kami. Yaa Allah, datangkanlah kepada kami seorang pemimpin dari kalangan kami sendiri, yang istiqomah membacakan ayat-ayat-Mu dan konsisten menegakkan syariat-Mu. Sesungguhnya hanya Engkau yaa Allah, yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Yaa Allah, beri kami kebaikan di dunia – antara lain- dengan mendapatkan pemimpin yang sesuai panduan Nabi . Berilah kami kebaikan di akhirat dengan Engkau pertemukan kami dengan Pemimpin Utama kami, Muhammad . Dan, bebaskan kami dari siksa neraka, yang –kelak- bisa saja menjadi tempat hunian kami, jika kami salah memilih pemimpin. Wallahu a’lam.
9
reportase
z Prof. DR. H. Muhammad Baharun, S.H., M.A.
“Pemimpin Ke Depan
Harus Visioner”
M
enapaki bulan kelahiran Baginda Nabi Muhammad , bulan Maulud, ada satu hal penting yang perlu kita gali dari sosok besar ini. Yakni, bagaimana sosok tauladan utama kita ini memberikan inspirasi dalam aspek kepemimpinan. Untuk itu, Handaka Indra dari Majalah AlHaromain berkesempatan berbincang melalui media komunikasi dan sosial media dengan Prof. DR. H. Muhammad Baharun, S.H., M.A. Beliau adalah Ketua Komisi Hukum dan Perundangundangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sekaligus Rektor Universitas Nasional PASIM Bandung. Berikut petikan wawancaranya: Apa arti “kepemimpinan” menurut Profesor? Dan bagaimana Islam memandang “kepemimpinan” dalam kehidupan ini? Kepemimpinan adalah pengelolaan organisasi yang teratur untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama. Khalifah keempat Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib r.a. mengatakan: “Alhaaqqu bila nidzam yaghlibuhu al-Batil bi Nidzam”. Kebenaran yang tidak dikelola dengan teratur/baik, akan dikalahkan kebatilan yang dikelola secara teratur. Bagaimana pandangan Profesor terhadap pola kepemimpinan yang ada di Indonesia dari dulu hingga sekarang? Kepemimpinan nasional di sini terjadi pasang surut. Sekarang sedang surut. Kepemimpinan bangsa ini mengalami masa “pasang” pada masa pra-kemerdekaan dulu. Segenap komponen masyarakat kompak, ikhlas, dan istiqamah untuk mencapai kemerdekaan dari cengkeraman penjajah Belanda. Para pemimpin bangsa menjadi teladan (uswah) yang baik bagi rakyat/jama’ahnya. Setelah itu berubah semuanya, bukan berubah lebih baik, tetapi lebih buruk seperti yang dirasakan belakangan ini. Menurut Profesor, karakter pemimpin yang ideal itu seperti apa? Menurut saya sederhana saja. Pertama, seorang pemimpin, siapapun, karena prinsipnya “Kullukum Ra’in, wa Kullu Ra’in Mas’ulun ‘an Ra’iyyatihi” (Setiap kamu bisa jadi pemimpin, namun setiap kamu harus bertanggung jawab atas kepemimpinannya). Kedua, pemimpin harus menjadi teladan yang baik (uswah hasanah) bagi jama’ah atau rakyat yang dipimpinnya.
10
Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah uswah dan qudwah hasanah kita, bagaimana contoh dan teladan beliau dalam hal kepemimpinan ini? Keberhasilan beliau dalam kepemimpinan adalah karena uswah atau qudwah hasanah itu. Inilah yang semestinya menjadi sumber inspirasi mereka yang memimpin masyarakat. Apa poin-poin penting kepemimpinan ala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk diterapkan di masa kini? Pertama ya tadi itu keteladanan (menjadi usawah hasanah). Kedua, kesederhanaan, sebab umumnya pemimpin yang gagal adalah mereka yang ‘hubbuddunya’. Harus menjadi bagian dari “Alladzi ‘ath’amahum min ju’in wa amanahum min khouf” (Q.S. 106:4). Ketiga, amanah dan fathanah, shidiq dan tabligh serta berani membuat keputusan yang populis apapun risikonya, karena asas kemaslahatan bersama. Keempat, istiqamah – artinya konsisten dengan keputusan-keputusan yang diambil. Menghadapi pergantian kepemimpinan nasional kita tahun 2014 ini, pemimpin seperti apa menurut Antum yang diperlukan Indonesia dengan segala macam permasalahannya dewasa ini? Pemimpin yang beriman (taqwa) dan dan amanat (jujur, jernih dan bersih). Pemimpin yang baik harus berpikir visioner. Ketika bangsa kita menganut paham demokrasi, ada kemungkinan pemimpin yang terpilih adalah bukan seorang yang terbaik, melainkan yang dipilih kelompok/partai yang kuat. Bagaimana jika hal ini terjadi dan bagaimana sikap kita? Belum tentu yang terbaik. Karena demokrasi itu bukan tujuan melainkan cara. Nah, jika cara untuk mencapai tujuan itu sudah bisa “diatur” dan terdistorsi, maka tujuan yang sebenarnya tidak akan pernah tercapai. Jadi demokrasi seperti yang diterapkan di negara-negara modern termasuk Indonesia sekali-kali bukanlah cara yang terbaik. Justru Pancasila yang menawarkan musyawaroh dalam pemerintahan itu sejalan dengan ajaran Islam. Karenanya kita mesti kembali ke nilai-nilai itu.
Bagaimana pandangan Antum terhadap kepemimpinan seorang wanita, khususnya kepemimpinan puncak sebuah negara? Idealnya pemimpin itu adalah pria (Arrijalu Qawwamuna ‘alan Nisa’). Pria memiliki kelebihan karena kemampuan fisik dan psikologis. Ini kenyataan yang tidak dapat dimungkiri. Namun jika tidak ada kaum pria yang “mampu” sesuai kriteria itu, menurut saya secara darurat wanita bisa jadi pemimpin. Kepemimpinan sesungguhnya diperlukan pada semua unit sosial di level mana pun. Tentu juga dalam keluarga sebagai unit sosial terkecil. Nah, bagaimana teladan kepemimpinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam lingkup keluarga? Ya memang kepemimpinan itu harus dimulai dari unit terkecil yang ada di tatanan sosial masyarakat ini. Jika gagal dalam keluarga, bagaimana mungkin seseorang bisa berhasil untuk memimpin masyarakat dalam skala yang lebih besar?
Pemimpin yang gagal adalah mereka yang ‘hubbuddunya
Biodata singkat narasumber: Nama
: Prof. DR. H. Muhammad Baharun, SH, MA Pendidikan : S3 IAIN Sunan Ampel, Angkatan Pertama Amanah yang pernah/sedang diemban: 1. Rektor Unas PASIM Bandung 2. Ketua Komisi Hukum dan Perundangundangan MUI Pusat 3. Penasihat Basyarnas (Badan Abitrase Syariah)
11
profil
id.wikipedia.org
Habib Ali Kwitang
S
uatu malam rumah Habib Ali Kwitang diketuk seseorang yang bermaksud mengundang untuk acara selamatan sekaligus Maulidan. Kali ini beliau sedang kurang enak badan dan dalam keadaan akan tidur. “Tolonglah, Habib, jamaah sudah berkumpul di tempat saya. Sementara ustadz kampung saya yang sedianya memimpin acara itu berhalangan hadir.” Mendengar penuturan yang memelas itu, beliau segera mengajak sang pengundang untuk berangkat.
Letak rumah pengundang itu ternyata di kawasan kumuh dekat rel kereta api. Habib Ali memimpin pembacaan Maulid dan menyampaikan taushiyah. Betapa senangnya sang tuan rumah dan para tamu, acara sederhana mereka ternyata dihadiri ulama ternama nan kharismatik dari Jakarta. Kemudian tibalah acara penutup, yakni makan bersama. Hidangan malam itu adalah nasi putih hangat dengan lauk belut goreng. Habib Ali pun tertegun. Ia tak suka belut. Tapi ia tak
Ahmad Syarifuddin Pembina Al-Ghazali Islamic Study Club Solo
ingin mengecewakan tuan rumah, yang tentu sudah bersusah-payah menyiapkan makanan itu. Maka Habib berkata, “Wah, menunya lezat sekali. Saya jadi teringat istri dan anak-anak saya. Maaf, Pak. Bolehkah makanan ini dibungkus dan saya bawa pulang agar saya bisa menikmatinya bersama keluarga?” Tuan rumah yang mengira Habib Ali menyukai belut segera membungkusnya untuk dibawa pulang. Esok harinya, pagi-pagi sekali rumah Habib Ali diketuk seseorang. Bergegas Habib membukakan pintu. Ternyata sang pengundang Maulid tadi malam. “Maaf, Habib…. Tampaknya Habib menyukai belut… Kebetulan saya pedagang belut. Ini sekadar untuk Habib sekeluarga…,” katanya sambil menyerahkan seember belut segar. Kembali Habib Ali tertegun menyaksikan kepolosan tamunya itu. Dengan menampakkan senyum gembira, ia pun menerima pemberian itu sambil mengucapkan terima kasih. ******* Tokoh teladan kita yang berakhlak mulia ini adalah Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Abdurrahman bin Husein bin Abdurrahman bin Hadi bin Ahmad AlHabsyi (Shahib Syi’ib) bin Muhammad bin Alwi bin Abu Bakar Al-Habsyi…. Dan mata rantai nasabnya terus bersambung hingga pada Rasulullah r. Ia lahir di Kwitang, Jakarta Pusat, pada 1286 H/1870 M. Ayahnya (Habib Abdurrahman bin Abdullah Al-Habsyi), kelahiran Semarang, adalah kerabat pelukis terkenal Raden Saleh Bustaman, seorang sayyid dari keluarga Bin Yahya. Ayahnya wafat pada 1881 dan dimakamkan di sebidang tanah di Cikini, belakang Taman Ismail Mazuki, yang kala itu milik Raden Saleh. Sesuai dengan wasiat sang ayah, Habib Ali yang saat itu masih berusia 10 tahun, dikirim ke Hadramaut untuk belajar. Tempat pertama yang dituju adalah Rubat Habib Abdurrahman bin Alwi Alaydrus. Gurunya di Hadramaut antara lain adalah Habib Ali bin Muhammad AlHabsyi (penyusun kitab Maulid, Simtud Durar). Selama 4 tahun Habib Ali tinggal
di Hadramaut. Pada tahun 1303 H./1886 M, beliau pulang. Sesampainya di Indonesia, ia melanjutkan ‘perburuan ilmu’ dengan berguru pada Habib Usman bin Yahya (Mufti Batavia), Habib Husein bin Muhsin Alatas (Kramat Bogor), Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas (Pekalongan), dan Habib Ahmad bin Muhammad AlMuhdor (Bondowoso). Bersamaan dengan itu, ia mulai berdakwah dan mengajar. Masyarakat Jakarta menyambut antusias dakwahnya. Makin hari kian banyak masyarakat yang belajar. Maka ia pun mendirikan sebuah Majlis Taklim di Kwitang Jakarta yang belakangan ini berkembang menjadi Islamic Center Indonesia. Majlis Habib Ali Al-Habsyi di Kwitang merupakan Majlis Taklim pertama di Jakarta, karena kegiatan dakwah waktu itu sangat dibatasi oleh kolonial Belanda. Barulah setelah wafatnya Habib Ali, bermunculan banyak Majlis Taklim di Jakarta. ******* Pada tahun 1919 M, guru beliau AlHabib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya) wafat. Sang guru merupakan pelopor peringatan Maulid Nabi dengan membaca Simtud Durar yang populer dengan sebutan Maulid Habsyi ini. Beliau berpesan kepada Habib Ali Kwitang agar melanjutkan tradisinya. Berdasar mandat dari gurunya itu, Habib Ali Kwitang mulai merintis pembacaan Maulid Habsyi pada tahun 1920 M, yakni setiap hari Kamis terakhir bulan Rabiul Awal. Penyelenggaraan Maulid ini pertama kali diadakan di Masjid Al-Makmur Tanah Abang. Ketika organisasi Rabithah Alawiyah berdiri, perkumpulan itu mendukung Maulid tersebut dan penyelenggaraan Maulid dipindahkan ke Jamiat Al-Khair. Sejak tahun 1937, acara Maulid diselenggarakan di Masjid Riyad Kwitang, masjid yang dibangun Habib Ali, yang kemudian disiarkan secara khusus oleh RRI Studio Jakarta. Habib Ali wafat tahun 1968 dalam usia 102 tahun dan dimakamkan di sebelah Masjid Riyad yang dibangunnya. Selama hidup, ia telah menyelenggarakan acara
13
http://ajipangestu-irrsad.blogspot.com
Maulid Nabi di Kwitang selama 51 kali tanpa henti. Betapa pun pada masa penjajahan Jepang ia pernah dipenjara bersama KH. Agus Salim (Pahlawan Nasional). Melalui Majlis Maulidnya ini pada era tahun 1965/Gestapu, ia mempopulerkan Shalawat Badar untuk menandingi Genjer-genjer dari Gerwani/PKI. Keistiqamahan menyelenggarakan Maulid ini lalu dilanjutkan oleh sang putra, Habib Muhammad (w. 1993), sebanyak 26 kali alias 26 tahun Hijriyah. Kemudian kini dilanjutkan oleh cucunya, yakni Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali Al-Habsyi. Jadi, acara Maulid di Kwitang pada tiap Kamis akhir bulan Rabiul Awwal telah berusia lebih dari 95 tahun dan tetap lestari hinggi kini bahkan terus berkembang. Jika tiba acara itu, kampung Kwitang seakan menjadi lautan manusia. Tidak hanya merintis majlis Maulid di Kwitang, Habib Ali juga menggerakkan dan menyemarakkan majlis-majlis Maulid di berbagai tempat yang lain. Majlis Maulid yang dipadu dengan acara Haul di Solo yang dirintis oleh Habib Alwi bin Ali bin Muhammad Al-Habsyi (putera penyusun Simtud Durar), misalnya, rutin beliau hadiri. Bahkan pada waktu sudah tidak dapat berjalan lagi, sehingga harus ditandu, ia masih menyempatkan hadir. Karena itulah pihak tuan rumah Maulid (Shohibul Maulid) di Solo menyediakan kursi khusus untuknya. Dengan demikian Habib Ali termasuk penerus dan pelanjut tradisi syiar dakwah yang
14
telah semarak dimulai sejak zaman Wali Songo dahulu, yaitu Grebek Maulid Nabi dan Sekaten (Syahadatain) di Masjid Demak, yang terus dikenang hingga kini di Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Solo. ******* Sementara Majlis Taklim Kwitang yang dirintisnya sekitar satu abad yang lalu juga tetap ramai dan mempesona hingga kini. Tiap Ahad pagi, majlis ini dihadiri sekitar 20 ribu sampai 30 ribu kaum muslimin. Ketua MUI Jakarta, KH. Syafii Hadzami, termasuk di antara yang aktif menghadiri majlis taklimnya selama 41 tahun (1935-1976). Maulid Nabi dan Majlis Taklim yang dibina Habib Ali Kwitang bisa bertahan dan terus berjaya lebih dari 1 abad, karena ajaran Islam yang disuguhkan berlandasakan tauhid, kemurnian iman, solidaritas sosial, dan nilai-nilai keluhuran budi atau akhlakul karimah. Habib Ali mengajarkan latihan kebersihan jiwa melalui tasawuf. Dia tidak pernah mengajarkan kebencian, dengki, ataupun fitnah. Tapi justru mengembangkan tradisi Ahlul Bait yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghormati hak setiap manusia, tanpa membedakan status sosial, seperti kisah di atas. Dalam dakwahnya, selama 80 tahun, Habib Ali selalu menganjurkan agar kita senantiasa berbudi luhur, memegang-teguh ukhuwah Islamiyah, dan meneladani keluhuran budi Nabi Muhammad . Beliau juga menganjurkan kepada kita, kaum ibu khususnya, untuk tidak lupa mendidik anak-anak agar menjadi generasi yang taat kepada Allah dan Rasulullah . Pada periode 1940-1960 M, bersama dengan Habib Ali bin Husein Alatas (Bungur) dan Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, ia dikenal di Jakarta sebagai TIGA SERANGKAI ULAMA. Karena dalam berdakwah, mereka bertiga selalu seiring, sejalan, dan selangkah. Hampir semua masyarakat Betawi kala itu berguru kepada mereka. KH. Abdullah Syafii (Pendiri Perguruan AsySyafiiyah), KH. Thahir Rahili (Pendiri Perguruan At-Thahiriyah), KH. Fathullah Harun (Ulama terkenal di Malaysia), serta banyak ulama Jakarta yang lain merupakan di antara tokoh-tokoh besar hasil tempaan beliau. Semoga cahaya tokoh besar nan kharismatik, penggerak acara Maulid Nabi ini, terus memancar pada kita dan anak cucu kita semua. Aamiiin.
telaah
Memaknai Ucapan
“Insya Allah”
S KH. M. Ihya Ulumiddin Ketum Hai’ah Ash Shofwah Pengasuh Ma’had Nurul Haromain Malang
Dalam pernikahan, seharusnya niat mendapatkan generasi yang akan memperjuangkan agama Allah menjadi prioritas utama
ering kita mendengar bahwa sebagai awal untuk menunaikan sebuah aktivitas atau tanggungan terhadap orang lain kita ucapkan “InsyaAllah”. Bagaimana sebenarnya makna insya Allah yang sering kita ucapkan ini? Dari Abu Hurairah , Nabi Sulaiman u bersabda yang artinya, “Sungguh pada malam ini aku pasti akan mengelilingi (menggauli) seratus wanita (para isterinya, dengan harapan) setiap wanita akan melahirkan seorang anak lelaki yang akan berperang di jalan Allah.” Malaikat berkata kepada Nabi Sulaiman, “Ucapkanlah Insya Allah!” Nabi Sulaiman lupa dan tidak mengucapkannya. Maka ketika dia menggauli isteri-isterinya, tak ada yang melahirkan kecuali seorang isteri yang hanya melahirkan bayi separuh manusia (keguguran).” (H.R. al-Bukhari). Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini. Antara lain, dalam menjalani pernikahan hendaknya seseorang tidak semata– mata menjadikan kepuasan libido sebagai rencana utama. Tetapi dalam pernikahan, seharusnya niat mendapatkan generasi yang akan memperjuangkan agama Allah menjadi prioritas utama. Demikian yang bisa dipelajari dari seorang Nabi Sulaiman . Dengan jelas hadits di atas juga mengajarkan agar dalam setiap kali mengabarkan akan menjalani suatu aktivitas yang diharapkan hasilnya, seseorang hendaknya tidak meninggalkan ucapan ”Insyaa Allah”. Allah Mengajarkan dalam firmanNya: ”Dan jangan sekali–kali
kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi’, kecuali (dengan menyebut) ‘Insyaa Allah’.” (Q.S. alKahfi: 23). Dengan begitu, hasil yang ditargetkan akan lebih bisa diharapkan dapat tercapai. Mengomentari kealpaan Nabi Sulaiman , Rasulullah bersabda: “Andai Sulaiman berkata, ‘Insyaa Allah’ maka dia tidak melanggar sumpah dan lebih besar peluang mendapatkan keinginannya.” (H.R. al-Bukhari). Kegagalan Nabi Sulaiman memperoleh seratus anak dari seratus isterinya adalah pelajaran berharga bagi siapa saja bahwa usaha bukanlah sebab yang memastikan hasil. Semua hasil yang didapat dan target yang terpenuhi tidak lebih adalah anugerah Allah semata. Inilah maksud ucapan Insyaa Allah yang artinya “Jika Allah Menghendaki.” Kendati demikian, setiap orang dianjurkan –bahkan diwajibkan— berusaha dan mengambil sarana. Setiap orang diwajibkan bekerja supaya mendapatkan harta benda untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan orang–orang yang menjadi tanggung jawabnya. Meski begitu, ia tidak selayaknya meyakini bahwa harta benda yang ia peroleh adalah karena pekerjaannya. Sebab pada kenyataannya tidak semua orang yang bekerja memperoleh harta benda. Bahkan tidak sedikit seorang yang bekerja harus pulang dengan tangan hampa. Bila ingin memiliki ilmu kepandaian, maka seseorang harus mencarinya. Tetapi kelak jika ilmu didapat jangan sampai meyakini bahwa itu hasil dari pencariannya. Sungguh banyak orang yang telah menghabiskan
15
sharethetales.blogspot.com
waktu, tenaga, dan harta benda untuk mendapatkan kepandaian, tetapi ternyata tidak seluruh dari mereka bisa memiliki kepandaian. Ini menunjukkan bahwa kepandaian adalah anugerah dari Allah semata, dan bukan dari usaha dan pencarian yang dilakukan. Seorang yang ingin mempunyai anak juga demikian halnya, dia harus menikah dan berkumpul dengan isterinya. Meski begitu, realita membuktikan tidak semua pasangan mendapatkan keturunan. Ini artinya, anak yang menjadi buah hati orang tua tidak lain adalah anugerah dari Allah . Akhirnya harus diketahui, disadari, dan selalu diingat bahwa setiap manusia diwajibkan berusaha dan menjalankan sarana untuk memperoleh anugerah dari-Nya. Dalam hikmah disebutkan, “Sebab anugerah kamu mendapat kemuliaan, tetapi anugerah tidak bisa didapatkan kecuali dengan kesungguhan (usaha dan mengambil sarana)”. Dalam hikmah lain juga disebutkan, “Ambil sebab/sarana, tetapi jangan pernah bersandar kepada sarana tersebut.” Ketika seseorang meyakini bahwa segala yang ia dapatkan adalah sebagai hasil dari usaha yang
16
dilakukan, berarti ia termasuk orang yang sombong, mengkufuri nikmat Allah, dan yang paling berbahaya lagi ialah menjadikan apa yang telah didapatkan berada di ambang kehancuran. Orang seperti inilah yang layak diberi stigma sebagai pewaris Qarun yang menyatakan kesombongannya: “Sesungguhnya aku diberi harta itu adalah karena ilmu yang ada padaku.” (Q.S. alQashash: 78). Dari sabda Rasulullah di atas –yang memberikan harapan besar kepada orang yang mengucapkan Insyaa Allah – dapat dipahami bahwa seseorang yang mengucapkan Insyaa Allah akan tertuntun hatinya untuk menyandarkan hasil dari usaha yang dilakukan kepada Allah. Hatinya dengan mudah menyadari bahwa hasil yang ia peroleh semata atas kehendak Allah. Ini adalah bentuk kepasrahan, tawakkal kepada Allah. Dan barang siapa ber-tawakkal kepadaNya, maka Dia pasti mencintai dan mencukupinya. “Sesungguhnya Allah mencintai orang–orang yang bertawakkal.” (Q.S. Ali Imran: 159). “Barang siapa ber-tawakkal kepada Allah, maka Allah pasti mencukupinya.” (Q.S. ath-Thalaaq: 3).[]
zona pendidikan
Mengasah Keterampilan Berpikir Siswa (Bagian 3)
B
agian pertama dan kedua tulisan ini telah mengulas tentang melatih keterampilan berpikir kritis siswa yang merupakan satu dari bagian penting dalam aspek kehidupan seseorang karena diperlukan dalam berbagai situasi dan kesempatan dalam upaya memecahkan persoalan kehidupan. Selanjutnya, bagian ketiga dan keempat tulisan ini akan membahas kemampuan berpikir kreatif dan inovatif siswa yang juga penting dikembangkan agar mereka dapat menjalani hidup dengan gagasangagasan yang baru nan cemerlang. Masitha Achmad Syukri Dosen Fakultas Ilmu Budaya Univ. Airlangga
APAKAH BERPIKIR KREATIF ITU? Setiap dari kita memiliki kekuatan untuk menjadi kreatif. Allah I sudah menciptakan manusia dengan kemampuan kreativitasnya. Berpikir kreatif adalah suatu kemampuan berpikir ataupun melakukan tindakan yang bertujuan untuk mencari pemecahan sebuah masalah secara cerdas dengan perspektif yang tidak umum berdasarkan pemikiran sendiri/orisinil, serta membawa hasil yang tepat dan bermanfaat. Di dalam taksonomi Bloom edisi revisi (sebuah deskripsi suatu proses pembelajaran dalam memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari), berkreasi merupakan cara berpikir yang memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil dengan proses memunculkan ide atau gagasan baru, kemudian merencanakan tahapan untuk mewujudkannya, dan pada akhirnya berwujud tindakan untuk menghasilkan karya. Berkreasi berada pada tahapan paling tinggi dalam proses berpikir karena sebelum berkreasi
sesuatu, seseorang harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui. MENGAPA PERLU MENCETAK SISWA YANG BERPIKIR KREATIF? Pemikir kreatif tentu akan banyak menghasilkan gagasan atau sesuatu yang baru dan bermanfaat atau bahkan lebih bermanfaat dari sebelumnya. Hal itu menunjukkan bahwa berpikir kreatif tidaklah seperti bentuk-bentuk berpikir lain. Dalam berpikir kreatif, seseorang perlu melepaskan diri dari pola-pola yang biasa atau dominan di dalam otak sehingga diperlukan sikap khusus untuk itu, yakni, bersikap positif, terbuka (siap dan suka menerima informasi dan penjelasan hal-hal yang baru), semangat (untuk memecahkan masalah), dan berani mengambil risiko. Dengan sikap tersebut, siswa akan senang berimajinasi dan bereksplorasi untuk memecahkan masalah dan memperbanyak bergaul dengan orangorang yang memiliki minat yang sama, terlebih dengan minat yang berbeda. Dengan kata lain, siswa tumbuh menjadi pribadi yang selalu berpikir positif, tidak mudah putus asa, dan memiliki cakrawala berpikir yang luas dan solutif. Tentunya, karakter semacam ini sangat diperlukan sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan yang tidak lepas dari berbagai masalah selain dengan rasa sabar dan syukur sebagai energi dasar menjalani hidup. OTAK PEMIKIR KREATIF Pemikir kreatif akan banyak menggunakan otak kanan, yakni bagian otak yang berperan penting dalam kreativitas. Otak kanan berhubungan dengan fungsi-fungsi emosi, intuitif, dan spasial serta berpikir lateral
17
BERPIKIR KREATIF DAN BERPIKIR TIDAK KREATIF Joy Paul Guilford, seorang ahli studi psikometrik inteligensi manusia dari University of Nebraska di Lincoln Nebraska USA, membedakan antara berpikir kreatif dan takkreatif dengan konsep berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen merupakan kemampuan berpikir untuk menghasilkan sebuah solusi untuk sebuah permasalahan berdasarkan suatu aturan secara umum. Sementara itu, berpikir divergen berkaitan dengan kreativitas, yakni merupakan kemampuan menghasilkan solusi yang beraneka ragam untuk sebuah permasalahan. Sebagai contoh, pertanyaan guru “Apa manfaat buku bacaan?” akan mengarahkan siswa berpikir konvergen, yakni gaya berpikir yang terkait dengan kecerdasan intelektual siswa. Sementara itu, pertanyaan “Apa manfaat buku bacaan yang sangat besar?” akan mengarahkan siswa berpikir divergen, yakni gaya berpikir yang terkait dengan kreativitas siswa. URGENSI MELATIH KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA Selain kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif pada diri siswa juga penting untuk diprogram secara khusus sedini mungkin agar semakin terasah. Mengapa demikian? Sebagaimana berpikir kritis, seseorang tidak serta merta mampu berpikir kreatif tanpa melalui proses belajar. Ia merupakan sebuah keterampilan yang didapatkan melalui proses, bukan merupakan sifat yang diwariskan orang
18
doc. lazis
(mempertimbangkan masalah dari berbagai sudut pandang hingga hal yang berbeda). Pemikiran-pemikiran yang tidak konvensional, tidak sistematis, dan tidak terstruktur akan dihasilkan oleh otak kanan. Akan tetapi, hal itu tidak berati bahwa hasil kerja otak kanan bersifat sembarangan, hasil yang ada justru berkaitan dengan sesuatu yang baru dan tidak biasa serta berbeda dari yang ada sebelumnya. Gagasan kreatif akan mudah mengalir pada saat otak dalam kondisi tidak tertekan. Pada kondisi rileks tersebut otak kaya akan gelombang theta dan unsur kimiawi yang akan menghasilkan zat endorfin atau ‘molekul bahagia’ dan itu terjadi pada saat berpikir kreatif dalam konsentrasi tinggi.
tua kepada anaknya. Untuk itu, upaya untuk mengajarkan tentang bagaimana berpikir kreatif kepada siswa di sekolah perlu dilakukan sedini mungkin agar siswa mampu menghasilkan ideide cemerlang. Agar terlatih berpikir kreatif, siswa dilatih untuk melontarkan pertanyaan yang ditanyakan pada dirinya sendiri sebagaimana lontaran pertanyaan yang melintas pada pikiran para penemu atau orang yang pertama kali menciptakan suatu desain tertentu. Pemikir kreatif akan dengan cermat mengamati berbagai desain manusia dan alam di sekitarnya dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan mengapa sesuatu memiliki bentuk, bahan, ukuran, bagian, warna, dan fungsi/kegunaan tertentu. Berikut contoh pertanyaan tersebut: · Apa tiga kegunaan sebuah buku selain untuk dibaca? (kegunaan kreatif) · Mengapa buku biasanya memiliki empat sisi, mengapa tidak tiga atau sepuluh sisi? (analisa desain kreatif) · Apa kesamaan antara buku dan kardus? (perbandingan kreatif) · Di mana kita tidak dapat menemukan sebuah buku? (berpikir sebaliknya) · Mengapa pohon memiliki ribuan daun, bukannya tiga atau tujuh? (analisa desain kreatif) · Apa kesamaan antara pohon dan gajah? (perbandingan kreatif) Dengan pertanyaan itu, tentu siswa akan melihat dunia dengan cara yang sama sekali berbeda (berpikir divergen). Selanjutnya, adakah di dalam Islam ajaran untuk berpikir divergen seperti itu? (Bersambung)
Bekerja
di Negeri Sendiri
Mishad Khoiri Pembina Pesma Al Mukmin Malang
Kira-kira sudah 2 jam saya berkeliling di sebuah sekolah yang lahannya cukup luas dan berasrama. Karena badan sudah capek saya berteduh di area kantin sekolah unggulan SMKA Hamidiah Kajang, negeri Selangor yang memiliki luas lahan sekitar 27 hektar itu. “Mas-mas saking pundi?” sapa seorang petugas kebersihan kantin pada saya dan pak En Efendi, seorang teman. “Saking Malang, Jawa Timur, Mas,” sahut kami berdua. Terus terang saya agak kaget karena tidak mengira kalau cleaning service (CS) itu ternyata masih teman sebangsa. Terus terang, antara salut dan kasihan, saya melihat bapak muda ini harus merantau menjadi TKI ke negeri jiran Malaysia, hanya untuk sebuah pekerjaan CS. Saya sempat bertanya tentang berapa gajinya. “Sehari saya digaji 50 ringgit, Mas,” kata Budi, sebut saja TKI ini, sambil menyuguhi kami 2 gelas minuman. Lumayan besar juga kalau dirupiahkan, hampir 200 ribu rupiah perhari. Tapi biaya hidup di sana juga mahal. Sekali makan dengan menu standar saja sekitar 10 ringgit atau hampir 40 puluh ribu rupiah. Belum lagi mereka harus mencukupi kebutuhan lainnya. Singkatnya, gaji Budi cukup besar, tapi pengeluarannya juga tidak kalah besar. Ternyata TKI yang bekerja di sekolah ini tidak hanya bapak muda itu. Kami juga sempat dikenalkan Budi dengan juru masak kantin asal Tuban dan sejumlah tukang bangunan dari beberapa daerah di Jawa Timur. Saya lebih prihatin lagi ketika
http://www.aai.or.id
refleksi mereka menyebut dirinya “budak/belia”. “Budak/belia” adalah sebutan TKI kasar yang bekerja di Malaysia. Ada juga orang Malaysia yang menyebut para TKI itu dengan sebutan “Indon”. Sepertinya sebutan-sebutan itu kurang layak bagi martabat dan kehormatan WNI, terutama TKI di sana. Tantangan terberat bagi mereka tidak hanya karena faktor harga diri dan ekonomi, tapi juga jaminan keamanan dan faktor psikologis mereka yang jauh dari keluarga mereka di Indonesia. Budi hanyalah salah satu potret kecil dari ratusan ribu TKI yang bekerja di Malaysia. Atau bahkan jutaan TKI yang bertebaran di seluruh dunia. Kita juga sering mendengar dan melihat berita, banyak TKI yang diperlakukan tidak manusiawi oleh majikannya, bahkan ada yang harus rela mati dihukum pancung. Sebenarnya, menjadi tenaga kerja di luar negeri tidak hanya tren bagi warga negara Indonesia, tapi juga terjadi pada warga negara Malaysia. Ketika pagi hari saya melintas dari perbatasan Malaysia (Johor Baharu) – Singapura, ada pemandangan yang sangat menarik. Ribuan kendaraan, mayoritas sepeda motor padat merayap memasuki wilayah Singapura. Mereka adalah pekerja asal Malaysia yang setiap hari pergi ke tempat kerjanya di Singapura. Di jok belakang sepeda mereka dipasang box yang ternyata isinya adalah makanan. Mereka membawa makanan dari Malaysia karena makanan di Singapura cukup mahal, sekitar 6 dollar, atau hampir 60 ribu rupiah sekali makan. Jika mereka berbekal dari rumah, maka bisa sedikit berhemat. Para pekerja harian asal Malaysia ini mengejar dollar Singapura yang nilainya cukup fantastis, yaitu 1 dollar Singapura, hampir bernilai 3 ringgit Malaysia. Bagi warga Malaysia bekerja di Singapura gajinya bisa 3 kali lipat dari gaji bekerja di Malaysia. Keuntungan pekerja lintas perbatasan ini adalah karena mereka mendapatkan gaji Singapura tapi tetap bertempat tinggal di Malaysia. Sehingga penghasilannya besar tapi pengeluarannya
19
bisa ditekan. Tapi, benarkah bekerja itu hanya semata-mata menghitung keuntungan materi saja? Tentu saja tidak. Itulah cerita Budi dan para TKI lainnya. Saya lantas tidak bisa membayangkan lagi ketika harus mengorek cerita dari TKW, apalagi kalau TKW tersebut bermasalah di luar negeri. Berapa banyak TKW kita yang menjadi korban trafficking, penyiksaan, pemerkosaan, dan kejahatan lainnya? Tampaknya bekerja di luar negeri dengan resiko yang tinggi, seperti yang terjadi pada TKI dan TKW ini, patut untuk dijadikan pelajaran berharga bagi kita. Jangan sampai mencari nafkah harus memporak-porandakan masa depan keluarga, terutama anak-anak kita. Bagi TKI laki-laki seperti Budi dan temantemannya tentu saja sedih rasanya jauh dari keluarga, meski hal itu disebabkan untuk memberikan masa depan ekonomi yang lebih baik bagi keluarga. Karena jarak yang jauh juga membuat peranan bapak sebagai suami dan ayah menjadi terbatas, termasuk tak dapat menjalankan kewajiban dalam memberikan nafkah batin kepada isteri tercinta dalam jangka waktu yang demikian lama. Kita tentu masih ingat kejadian di masa khalifah Umar bin Khattab t. Beliau mendengar keluhan seorang wanita yang ditinggalkan suaminya berjihad, hingga wanita itu mengatakan jika bukan karena rasa takut kepada Allah maka niscaya ranjangnya akan “bergoyang”. Sejak itu Umar tidak memperbolehkan lelaki meninggalkan isterinya, meski untuk berjihad, lebih dari 4 bulan. Mungkin demikian pula halnya batas maksimal meninggalkan isteri untuk bekerja sebagai TKI di negeri orang. Tentu lebih rumit lagi bagi TKW. Mereka memiliki batasan yang lebih banyak; terutama wajibnya didampingi mahram jika perjalanan jauh (safar) dan terkait bagaimana dengan keamanan mereka sendiri ketika bekerja di rantau. Keberadaan TKW sendiri yang tanpa mahram dan perlindungan cukup telah menjadi perantaraan munculnya berbagai kejahatan. Misalnya, pelecehan seksual, perkosaan, kekerasan, pembunuhan, pemotongan upah, dan pungutan liar. Na’udzubillahi min dzalik. Kiranya sudah saatnya pemerintah Indonesia harus berpikir lebih dan bekerja ekstra keras memperjuangkan nasib rakyatnya di luar negeri. Negeri kita yang “gemah ripah loh jinawi” tentunya sangat menjanjikan bagi pemerintah dan rakyatnya untuk mengelolanya dengan
20
sebaik-baiknya. Jangan sampai terjadi negeri yang seharusnya bisa menjamin kesejahteraan dan pekerjaan bagi rakyatnya ternyata tidak mampu. Pemerintah wajib membuka lapangan pekerjaan seoptimal mungkin untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya. Jangan sampai mereka berbondong-bondong menjadi TKI/TKW ke luar negeri. Dengan menjamin kesejahteraan dan pekerjaan yang layak di dalam negeri, tak ada alasan lagi mereka kecuali memilih bekerja di negeri sendiri. Termasuk TKI sukses sekalipun. Seperti Hasan. *** Ketika penerbangan pulang dari Kuala Lumpur ke Surabaya, kebetulan saya duduk bersebelahan dengan TKI Malaysia asal Surabaya. Namanya Hasan, sebut saja begitu. Hasan adalah TKI yang bekerja di perusahaan Plywood di Serawak, Malaysia Timur. Dia sudah bekerja di Malaysia belasan tahun. Saya sempat bertanya tentang berapa besar gajinya? Dia bilang 3000 ringgit sebulan atau sekitar 10 juta rupiah lebih. Selain gaji, Hasan juga mendapatkan fasilitas asrama/mess dan sekali makan siang. Dia juga dapat jatah cuti setahun 12 hari plus pulang naik pesawat, tapi baliknya perjalanan darat lewat Kalimantan. “Mas, memangnya apa nyaman bekerja sebagai TKI di Malaysia?” tanya saya. Dia tersenyum. “Ya, harus nyaman, Mas. Habis, gimana lagi?” Tapi dia tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Dia sadar kalau tidak selamanya harus menjadi TKI, apalagi kalau usianya sudah senja. “Sebenarnya saya diminta isteri untuk bekerja di Surabaya saja, Mas,” curhat Hasan pada saya. “Tapi saya jadi mikir, kerja apa, ya?” Hasan sempat bercerita kalau khawatir dengan masa depan keluarganya. Maklum, 2 anaknya semakin beranjak besar dan naik jenjang sekolahnya. Istrinya juga sempat menyarankan agar dia kerja apa adanya saja di Surabaya, sehingga masih bisa mengawasi dan mengantar anak-anaknya ke sekolah. Kali ini dia balik ke Surabaya dengan perasaan bimbang, apakah harus balik lagi menjadi TKI di Malaysia ataukah tidak. “Piye, Mas? Jadi balik lagi ke Serawak?” tanya saya sebelum berpisah di Juanda. Hasan, laki-laki itu, hanya menjawabnya dengan senyum. Wallahu a’lam.
entrepreneur
Masihkah Ada Alasan untuk TIDAK ACTION? “Orang GAGAL Mencari Alasan Untuk Berhenti” “Orang SUKSES Berhenti Mencari-cari Alasan”
B
Hasbi Maula
Direktur Rabwa Production
erapa banyak di antara kita yang senantiasa mencari alasan saat kita GAGAL? Berapa banyak pula kita berhenti mencari alasan? Ada banyak cerita orang sukses, demikian juga orang yang gagal. Namun bisa dipastikan secara hitungan manusia, bahwa kesuksesan itu berpangkal dari bagaimana diri ini memperjuangkan sebuah cita-cita/harapan. Kegagalan sering kali terjadi dikarenakan diri ini sudah merasa gagal di awal pergerakan dengan kata-kata yang sering muncul adalah: “Saya tidak bisa!”, “Saya tidak berbakat di bidang ini!”, “Saya tidak punya potensi di bisnis ini!”, “Saya tidak yakin bisa melakukan ini!”, “Ini bukan bidang saya!”, “Saya tidak begitu mengetahui hal ini!”, dan “Saya tidak berpengalaman di bidang ini!” Kata-kata ini telah membelenggu seseorang untuk semakin dekat pada kegagalan dirinya. Padahal dirinya belum membaca aturan mainnya, belum mencoba, dan belum melatih. Kalau sedemikian halnya, bisa dipastikan diri ini akan menjadi seperti yang dipikirkannya. Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum, jika kaum tersebut tidak mengubahnya. Sebagaimana firman Allah, “... Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Anfaal: 53). Mari kita lihat kondisi seseorang, pernahkah kita menolak suatu peluang, membuang kesempatan, melepas karir, mengabaikan tawaran, menghindari tantangan, dan melempar amanah dengan “alas an”? Jika pernah, pantas kita tidak pernah beranjak dari posisi saat ini. “You never know, if you never try” Dari Abu Hurairah t Rasulullah r bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman kepadaku: “Aku adalah sesuai prasangka hamba-Ku, dan aku bersama dengan mereka saat mereka berdoa.” (H.R. al-Bukhari-Muslim). Menjadi sukses memang sulit, memang susah. Namun lebih sulit/susah jika kita tidak sukses. Menjadi sukses diperlukan adanya Pengorbanan, Kerja Keras, Ketekunan, dan Perjuangan. Tentu hal ini setelah adanya niat positif dan doa kepada sang Maha Pencipta, itulah Allah. Contoh-contoh di bawah ini semoga menginspirasi kita semua untuk mengubah dari negatif menjadi positif dengan “Take Action”: • Dr. Usamah Syabaksyi, miskin, jualan es, kerja sambil kuliah Æ Lulus dengan Summa cumlaude, menjadi Menteri Kesehatan Arab Saudi 2005 • Khalid bin Walid, “Jagoan Lokal” Æ Panglima penakluk Bynzantium Romawi dan Persia • Abdul Mun’im Idris, orang yang mudah jijik Æ Ahli Forensik ternama Indonesia • Sahid Gitosarjono, berasal dari keluarga prihatin Æ Pendiri jaringan
21
• • • • • •
•
•
•
22
Hotel Sahid Jaya Internasional (14 Hotel, 2750 kamar yg terus berkembang) Mooryati Soedibyo, putri kraton yang manja Æ Pendiri Mustika Ratu Steve Jobs, menjual mobil untuk modal usaha di garasinya Æ Pendiri Apple Charles Goodyear, pengusaha terlilit utang hingga di penjara Æ Pemilik Perusahaan Karet Goodyear Jackie Chan, dari keluarga sangat miskin, hampir dijual saat bayi Æ menjadi Aktor Laga terkemuka dunia. Lakshmi Mittal, anak India dari keluarga miskin Æ Pendiri salah satu Perusahaan Baja terbesar di Dunia Ir. Ciputra, anak keluarga miskin jaman penjajahan, ayahnya di penjara karena difitnah Æ Kontraktor terhebat di Indonesia bahkan Dunia Dr. Kuttab ibn Id al-Utaibiy, menggembala kambing, kerja sambil sekolah dengan jalan kaki Æ menjadi dokter, dan menjabat Direktur Umum Pusat DinKes Angkatan Bersenjata dengan Pangkat Jendral bintang lima (Riyad) Thomas Alva Edisson, saat sekolah menjadi anak terbodoh, sampai dikeluarkan Æ Penemu paling produktif Dunia dengan 1.093 penemuan Ford, dari keluarga Petani, hanya lulus SD dengan nilai pas-pasan Æ Pencipta Mobil
• • • •
pertama di Amerika, Pelopor Industri masal Otomotif Albert Einstein, penderita disleksia Æ Menjadi salah satu orang terjenius di Dunia Soichiro Honda, ulangan sekolahnya selalu buruk (bodo) Æ Pendiri Perusahaan Honda Bill Gates, tidak selesai kuliahnya à Pendiri Microsoft, dan menjadi salah satu orang terkaya di Dunia Taufik Ismail, Lulusan Kedokteran Hewan IPB Æ Penyair Indonesia yang mendunia
Hidup adalah pilihan, terserah kita untuk memilihnya, maka TENTUKAN mulai hari ini pilihan kita mau jadi orang GAGAL / SUKSES? Kita renungkan sejenak firman Allah: “Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl: 97). Semoga tulisan singkat ini menggugah kita untuk menjadi lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih berarti tidak saja untuk sesama namun juga untuk sekitar kita. Wallahu a’lam.
Sebuah catatan awal tahun
tombo ati
Yang Lalu Biarlah Berlalu
M
Ayyub Syafii Kepala SMK Nurul Haromain Malang
engingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengibiri masa depan yang belum terjadi. Bagi orang yang berpikir, berkasberkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam ‘ruang’ penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam ‘penjara’ pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi. Keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali. Kegundahan tidak akan mampu mengubahnya menjadi terang. Dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada. Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan dirimu dari bayangan masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempat terbitnya, seorok bayi ke perut ibunya, air susu kembali ke tempatnya dihasilkan, dan air mata ke dalam kantungnya? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naïf, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan. Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Dalam Al-Qur’an, setiap kali
usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, “Itu adalah umat (yang) lalu.” Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah. Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu. Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang selalu meratapi masa lalu demikian, “Janganlah engkau mengeluarkan mayatmayat itu dari kuburnya.” Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, “Mengapa engkau tidak menarik gerobak?” “Aku benci khayalan,” jawab keledai. Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunnah kehidupan! Wallahu a’lam.
23
mutiara al-qur’an
Dakwah Da’i
dan Hidayah Allah Q.S. al-A’raaf: 178 Allah berfirman:
K.H. M. Ihya Ulumiddin Ketum Hai’ah Ash Shofwah Pengasuh Ma’had Nurul Haromain Malang
24
“Barang siapa yang Allah memberinya petunjuk, maka dialah orang yang mendapatkan petunjuk. Dan barang siapa yang Allah menyesatkannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” ANALISA AYAT Ayat ini menegaskan satu hakikat bahwa hidayah (petunjuk) dan dhalalah (kesesatan) sepenuhnya menjadi hak Allah. Allah berkehendak memberikan dan mencegahnya kepada dan dari siapapun orang yang dikehendaki-Nya. Terkhusus hidayah, maka perlu diingatkan kembali di sini bahwa ia memiliki beberapa jenis: a. Al-Hidayah al-Aammah Maksud hidayah ini adalah hidayah taklim dan irsyad, petunjuk bagi seluruh makhluk kepada segala sesuatu yang membuat kehidupan, penghidupan, dan segala urusannya berjalan baik sebagaimana difirmankan Allah: “Dan Dzat yang telah menentukan lalu menunjukkan.” (Q.S. al-A’la: 3). b. Hidayatut Taklif Karena hidayah inilah Allah lalu mengutus para rasul untuk menyampaikannya kepada manusia. Hidayah inilah yang kelak menjadi alasan (hujjah) bagi Allah di mana Dia tidak akan menyiksa seseorang kecuali setelah hidayah ini sampai dan diperdengarkan kepadanya. “...para rasul yang memberi kabar gembira dan peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia kepada Allah setelah para rasul (datang kepada mereka).” (Q.S. An-Nisa’: 165). Maka barang siapa yang tidak mau menerima hidayah taklif, maka akan dipertanyakan kepadanya kelak di sisi Allah, karena ia telah menyesatkan diri dari hidayah Allah. Ia akan disiksa sebab kesesatan yang diikutinya.
c. Hidayatut Taufiq Allah berfirman : “... Lalu Allah menyesatkan orang yang dikehendaki-Nya dan menunjukkan orang yang dikehendakiNya.” (Q.S. Ibrahim: 4). Artinya, sesungguhnya Allah menyesatkan orang– orang yang dikehendaki-Nya, yaitu mereka yang berpaling dari hidayatut taklif. Penyesatan ini dinamakan pula dengan Khidzlan. Dan sebaliknya, Allah memberikan petunjuk kepada orang yang menerima hidayatut taklif di mana petunjuk ini kemudian dinamakan taufiq. Begitu pentingnya manusia memperoleh seluruh macam hidayah dari Allah, maka kita pun diajarkan memohon hidayah dan agar bisa teguh menetapinya minimal dalam sehari 17 kali dalam shalat fardhu dan minimal dua belas kali dalam 12 rakaat shalat sunnah rawatib: “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus.” (Q.S. al-Fatihah: 6). Karena seluruh jenis hidayah sepenuhnya berada dalam kuasa Allah, maka seorang da’i yang memang diajarkan memiliki semangat tinggi menyelamatkan manusia dari kekafiran dan kemaksiatan kiranya tidak perlu merasa terbebani dan bersedih hati di kala usaha dakwah yang dilakukan tidak kunjung memperoleh hasil. Ini karena kewajiban da’i hanya sekedar menyampaikan dakwah. Dan ketika dakwah itu sudah tersampaikan, maka ia sudah mendapatkan nilai pahala dari
Allah. Terlepas apakah obyek dakwah menerima ataukah menolak sebagaimana ditegaskan oleh Allah:
“Jika mereka berpaling, maka Kami tidaklah mengutusmu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah)...”(Q.S. As-Syura: 48). Ini sebagaimana perintah agar setiap orang (khususnya seorang da’i) yang memiliki kemampuan dan kesempatan memberikan pertolongan supaya memberikan pertolongan itu kepada orang lain yang membutuhkan tanpa terbebani apakah nanti pertolongan yang ia berikan bisa bermanfaat memenuhi kebutuhan orang lain atau bisa menyelamat-kannya dari bahaya dan kesulitan. Artinya Ia harus berkomitmen memberikan pertolongan tanpa berpikir pada hasil akhir. Hal yang terpenting proses dilakukan. Abu Musa al Asy’ari meriwayatkan: [Adalah Rasulullah biasa setiap kali kedatangan orang yang memiliki kebutuhan, maka beliau menghadap orang-orang yang sedang duduk bersamanya, lalu bersabda:
“Berikanlah pertolongan, maka kalian akan mendapatkan pahala. Dan Allah senantiasa memutuskan, melalui lisan nabi-Nya, apa yang Dia suka.” (H.R. al-Bukhari no: 1432. Muslim no: 2627)] Penegasan Allah di atas menjadi penting karena pada kenyataannya seorang da’i tulen yang telah berdakwah dengan serius dan penuh semangat, pasti merasa sangat bersedih hati dan berat terasa olehnya ketika menyaksikan dakwah yang dilakukan tidak memperoleh hasil seperti yang ditargetkan. Artinya penegasan ini merupakan bentuk tasliyah, pelipur lara dari Allah kepada para rasul, pada Rasulullah dan orang-orang yang mewarisi dakwah mereka. Kepada Rasulullah, Allah berfirman:
“Kiranya kamu akan membunuh dirimu (sendiri) karena mereka tidak mau beriman?!” (Q.S. AsSyu’ara’: 3). Syekh Ahmad Mushthafa al-Maraghi dalam tafsirnya (19/45-46) menjelaskan dua makna ayat ini:
[“Apakah kamu akan membunuh dirimu sendiri karena sedih dan sangat menyesalkan realitas Islam yang terlewat dari kaum-mu?!” “Janganlah kamu membunuh dan menghancurkan dirimu sendiri karena meratapi mereka yang tidak mau beriman”. Padanan ayat ini adalah firman Allah: “...maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka...” (Q.S. Fathir: 8). Kemudian pada lanjutan ayat Allah menjelaskan alasan mengapa seorang da’i dilarang merugikan diri sendiri: “Jika Kami menghendaki, niscaya Kami menurunkan kepada mereka suatu tanda (mukjizat) dari langit, sehingga menjadilah kuduk-kuduk mereka tunduk kepada tanda itu.” (Q.S. As-Syu’ara’: 4). Artinya jika saja Kami berkehendak niscaya Kami menurunkan atas mereka tanda dari langit yang bisa memaksa mereka untuk beriman. Akan tetapi telah berlaku sunnah dari Kami agar keimanan terwujud melalui proses memiliki (ikhtiyari) dan bukan dengan proses pemaksaan sebagaimana Allah berfirman:
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang yang di muka bumi beriman seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus: 99). Karena itulah Kami mengutus para utusan yang datang dengan membawa nasihat-nasihat sekaligus juga larangan-larangan serta pula Kami menurunkan kitab-kitab yang bisa menunjukkan mereka ke jalan yang benar. Akan tetapi mereka tersesat dan berusaha menyesatkan orang lain. Maka tiadalah Tuhanmu berlaku zhalim kepada makhluk-Nya.] Demikianlah, para da’i sekali lagi hanya dituntut menjalankan proses tanpa berpikir pada target. Tentu saja proses itu wajib dijalani dengan semangat, jujur, dan ikhlas. Dengan prinsip-prinsip ini InsyaAllah dakwah, meski seperti berjalan lambat, tetapi pasti akan memperoleh hasil. Ibarat keong, karena lurus menatap ke depan yang istiqamah dalam berjalan akhirnya sampai juga pada tujuan. Dalam hikmah dikatakan: Barang siapa yang ikhlas karena Allah pasti akan tampak berkah upayanya. Wallahu a’lam.
25
konsultasi kesehatan
Jantung Berdebar PERTANYAAN: Saya laki-laki 48 tahun, berat badan 75 kg, tinggi 170 cm. Jika saya naik tangga ke lantai 3 kok jantung saya berdebar (berdetak kencang) dan seperti kehilangan tenaga. Apa penyebabnya dan bagaimana mengatasi serta terapinya? Indro - Kediri
dr. Nurhadji
Kabid Oraganisasi PDUI Cabang Jatim
Pembaca bisa mengirimkan pertanyaan seputar kesehatan melalui rubrik konsultasi kesehatan dengan cara berikut : SMS/WA ke no.: 087771111597 Email : redaksi.alharomain @gmail.com PIN 2AEB0645 twitter : @official_haromain InsyaAllah akan dijawab oleh tim dokter profesional
26
JAWAB: Normalnya dalam keadaan santai, jantung berdenyut 60-100 kali per menit, dengan rata-rata 70 – 80 kali per menit. Normal denyut jantung akan meningkat dan makin kuat bila kita beraktivitas, makin berat aktivitas makin kuat dan cepat jantung berdebar. Hal ini berkaitan dengan upaya mengalirkan darah ke seluruh badan kita, supaya sirkulasi oksigen dan nutrisi sesuai dengan kebutuhan. Namun jantung juga bisa berdetak lebih cepat bila kita kaget, cemas, tegang atau takut, karena dalam hal ini hormon adrenalin meningkat sehingga mempengaruhi denyut jantung. Apabila jantung berdebar pada saat beraktivitas yang berat seperti menaiki anak tangga, hal tersebut masuk kategori normal bila tidak sampai mengganggu. Apalagi bila kita jarang berolah raga atau jarang melakukan aktivitas yang berat lainnya. Karena kekuatan jantung kita bergantung pada latihan atau beban aktivitas yang biasa kita kerjakan. Seseorang yang terbiasa berolah raga akan sanggup dengan mudah menaiki anak tangga sampai ke lantai 3 bahkan dengan berlari sekalipun. Namun pada orang yang tidak pernah berolah raga, pasti tidak kuat dan akan merasakan jantung berdebar-debar. Bila diteruskan bisa pingsan, karena otak dan jaringan tubuh
lainnya kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi. Hal seperti ini yang paling sering dialami banyak orang. Ada beberapa hal lain yang menyebabkan seseorang mudah berdebar, yaitu: ¾ Adanya kelainan pada jantung, misalnya kelainan katub jantung, kelainan pada dinding jantung (pembesaran otot jantung akibat hipertensi yang lama), kelainan pembuluh darah jantung (arteri koronaria yang menyempit atau mengeras), dan kelainan pada pembuluh darah besar dekat jantung (biasanya kelainan bawaan / sejak bayi). ¾ Adanya kelainan hormonal seperti peningkatan kadar hormon adrenalin dan hormon thyroid, di mana hormon tersebut berpengaruh langsung maupun tidak langsung kepada pengaturan irama jantung. ¾ Kelainan tekanan darah, seperti hipertensi atau sebaliknya pada saat terjadi hipotensi atau sebab lain seperti dehidrasi (kekurangan cairan dan elektrolit). ¾ Kelainan lain seperti kadar hemoglobin darah yang rendah atau di bawah
normal, padahal haemoglobin darah inilah yang bertugas mengambil oksigen dari paru-paru lalu menghantarkannya ke seluruh tubuh, dengan bantuan jantung sebagai pompanya. ¾ Konsumsi kopi (caffeine), makanan yang berlemak (junk food) maupun nikotin dari asap rokok, apalagi minuman beralkohol, juga berpotensi menyebabkan jantung berdebar-debar, baik efek langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan tersebut. Pada kasus Bapak, yang berusia 48 tahun, berat badan 70 kg, dan tinggi badan 170 cm, berarti Bapak mengalami obesitas grade I, dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) Anda 24,2 kg/m2 sehingga beban kerja jantung memang meningkat. Hal ini akan diperberat bila kadar
lemak darah (cholesterol dan trigliserida) juga meningkat. Akan lebih berbahaya bila ternyata tensi darah juga tinggi. Bila ini berlangsung lama bisa menyebabkan pembengkakan otot jantung. Bila ini yang terjadi, maka berdebardebar saat beraktivitas seperti naik tangga tersebut bisa jadi merupakan gejala awal dari penyakit jantung yang dinamakan decompensatio cordis atau gagal jantung grade I. Untuk itu saya sarankan berkonsultasi dengan dokter. Pengobatan diperlukan bila ditemukan penyakit yang mendasari terjadinya perasaan berdebar-debar tadi. Bila tidak ditemukan kelainan atau penyakit yang mendasari, berarti untuk kasus di atas terjadi karena Bapak kurang latihan atau kurang berolah raga. Untuk itu cukup dengan berolah raga yang rutin dan mengkonsumsi gizi yang tepat dan seimbang. Olah raga yang baik dilakukan adalah dimulai dari olah raga yang ringan saja, seperti senam, jalan cepat atau jogging, minimal tiga kali dalam sepekan selama 30 – 60 menit. Hindari olah raga permainan atau olah raga berat lainnya, kecuali bila Anda sudah terbiasa rutin berolah raga. Karena olah raga yang berat dengan ritme yang naik turun secara cepat (kadang berlari kencang kadang berhenti) bisa membahayakan jantung dan sirkulasi darah Anda, terutama bagi yang tidak rutin berolah raga. Semoga bermanfaat. Wallahu alam.
27
keluarga sakinah
Gadis Tak Lagi Gadis
S
uatu saat, ketika sedang iseng menonton televisi saya tertarik dengan sebuah acara bertajuk Spotlight di Trans7 yang sedang membahas Duck Face. Pembahasan yang ternyata mampu menjawab pertanyaan batin saya selama ini. Selama ini saya heran kenapa banyak tampang-tampang monyong mulutnya di foto dunia maya. Terutama para remaja putri. Ternyata gaya seperti itu disebut Duck Face (muka bebek). Bahkan ada penyanyi yang khusus menyanyikan fenomena ini dalam lirik bahasa Inggris. MasyaAllah… sudah sempurna diciptakan sebagai sebaikbaiknya ciptaan koq malah suka meniru gaya bebek! Menurut pembahasan dalam acara tersebut, kecenderungan seseorang bergaya Duck Face jika ditinjau dari sisi psikologi merupakan salah satu penyakit kurangnya rasa percaya diri sehingga ingin menyamarkan wajah aslinya dengan wajah bebek. Aneh, kan? Fenomena Duck Face bisa kita jadikan salah satu indikasi bahwa remaja (putri) kita saat ini banyak mengalami krisis kepribadian. Penampilan fisik menjadi sesuatu yang amat sangat merisaukan mereka. Gempuran iklan produk kecantikan yang mengidentikkan cantik itu
Ummu Najwa
kristolog.blogspot.com
Ketua Lazis Al-Haromain Kota Kediri
28
dengan kulit putih mulus, wajah indo, rambut lurus menjadi salah satu faktor pengaruh. Begitu pun dengan sinetron dan film yang lebih sering menampilkan artis dengan ciri fisik seperti di atas. Akhirnya, ketika merasa wajah dan tubuh tak secantik yang dibayangkan, muncullah rasa kurang percaya diri dan merasa perlu bergaya yang mereka anggap bisa menyamarkan kekurangan dan menarik lawan jenis. Perilaku Duck Face bisa kita pahami sebagai sebuah upaya pemenuhan akan kebutuhan untuk diakui eksistensi dirinya (gharizatul baqa’) sekaligus hasratnya kepada lawan jenis (gharizatun nau’). Dorongan-dorongan dari dalam diri yang menuntut untuk dipenuhi dan menimbulkan kegelisahan saat belum terpuaskan. Namun sangat disayangkan ketika pemenuhan hasrat itu tidak dalam jalur yang semestinya. Mungkin mereka bisa merasa puas, namun tanpa disadari harkat diri telah diturunkan. Fenomena lain yang lebih mengejutkan ketika kita melihat, mendengar, dan membaca berita beberapa waktu yang lalu bahwa ada remaja (putri) SMP dan SMA yang menjadi mucikari dan penjaja seks di Surabaya. Na’udzu billahi min dzalik! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Salah
satu alasan utamanya adalah materi. Uang! Mereka perlu uang untuk memenuhi kebutuhan hidup ala remaja masa kini. Tengoklah remaja kita! Gadget canggih seolah harus, pergi nonton film di bioskop dan menghadiri konser artis pujaan menjadi agenda wajib, hang out bareng teman di café atau mall tidak terlewatkan, pakaian harus selalu up to date, belum lagi kalau sudah mengenal obat-obat terlarang sebangsa narkotika. Jika berasal dari keluarga ekonomi sedang ke bawah, bagaimana bisa memenuhi gaya hidup seperti itu? Maka salah satu jalan pintas adalah menjual diri. Uang didapat, kesenangan pun diraih. Ironis! Memang. Di luar rumah, gadis-gadis belia bertebaran di mall, café, panggung konser, taman wisata, dan tempat hiburan. Dengan suara cekikak-cekikik, pakaian yang serba minim, dandanan menggoda, berboncengan dengan teman cowok sangat rapat, bahkan banyak yang sudah tidak malu lagi untuk unjuk kemesraan di depan umum. Saat di rumah mereka asyik dengan televisi, game, facebook, dan twitter lewat gadged yang tak pernah lepas dari tangan, CD atau DVD lagu kesayangan, dan film favorit. Benar-benar kehidupan ala gadis metropolis. Miris melihat fenomena di atas mengingat para gadis itulah yang kelak akan melahirkan generasi penerus. Generasi macam apa yang dihasilkan dari pribadi-pribadi galau? Lalu di manakah kepedulian orangtua akan anak gadisnya? Mungkin mereka sibuk bekerja atau tenggelam dalam rasa bangga memiliki anak gadis yang tidak ketinggalan jaman. Menjamurnya ajang pencarian bakat dan kontes kecantikan selalu dibanjiri peminat dan orangtua berbondong-bondong mendukung anaknya untuk ikut acara tersebut. Saat anak gadisnya mulai menjalin kedekatan dengan teman prianya, banyak orangtua yang tidak khawatir. Bahkan kadang mereka bangga jika putrinya sudah punya pacar, apalagi jika pacarnya pria mapan dari keluarga berada. Orangtua pun mulai banyak yang kehilangan ghairah/ghirah. Tidak ada lagi kecemburuan sebagai wujud kepedulian akan kehormatan putrinya. Ketika anak-anak gadis sudah menipis rasa malunya, maka membuka aurat sudah tidak lagi merasa jengah, bercampur-baur dengan lawan jenis menjadi biasa, bahkan kehilangan keperawanan tidak membuat mereka merasa malu. Akhirnya kita akan menemui banyak
perempuan yang berstatus gadis namun sesungguhnya sudah tidak gadis lagi. Bagaimana bisa dikatakan masih gadis jika keperawanannya sudah diserahkan pada pria yang belum halal? Apakah masih layak disebut gadis jika bibirnya sudah tidak perawan, setiap lekuk tubuhnya sudah dipandang mata laki-laki sepanjang jalan, suaranya yang mendayu telah melambungkan angan lelaki akan hasrat, dan keharuman parfumnya telah menembus hidung setiap lelaki yang dilewatinya serta memunculkan desir menggoda? Rasanya sulit saat ini mencari gadis yang benar-benar terjaga lahir batin. Seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Mungkin keprihatinan akan kondisi para gadis di zaman ini yang mendorong Dr. Muhammad Sa’id Ramdhani Al-Buthi untuk menulis sebuah kitab yang khusus ditujukan kepada para gadis, yaitu Ila Kulli Fatatin Tu’minu Billah. Mengapa para gadis yang dituju? Karena para gadis adalah tempat cobaan/sesuatu yang paling membahayakan bagi kaum pria. Mereka menjadi fitnah bukan karena dzatnya, tapi karena memang mereka disukai. Dan mereka adalah fitnah terbesar di muka bumi ini. Oleh karenanya, nilai ibadah paling agung bagi seorang gadis adalah menjaga kemuliaannya. Dengan menjaga kemuliaan diri artinya mereka telah beriman. Mengimani perintah Allah I untuk menjaga pandangan, menutup aurat dengan sempurna, menjaga kemaluannya, dan menghiasi diri dengan akhlak mulia, serta tidak berlaku tabarruj sebagaimana tabarruj-nya perempuan masa jahiliyyah awal. Mengimani tuntunan Rasulullah agar tidak memakai kerudung yang menerawang, menjaga diri dengan memakai pakaian rangkap dalam, dan menjauhkan diri dari majelis-majelis konser yang penuh maksiat. Perjuangan untuk menegakkan kembali panji-panji Islam yang kini banyak ternoda pemahaman hedonis-kapitalis-sinkritisme membutuhkan kader-kader yang handal. Dan keberadaan kader handal tidak bisa dilepaskan dari pencetaknya, yaitu para orang tua terutama ibu sebagai madrasah pertama dan utama. Ibu yang hebat bukan hanya ibu biologis, namun mampu juga menjadi ibu ideologis bagi puteraputerinya. Dan ibu hebat ini berawal dari gadis yang kuat keimanannya, sehingga teguh menjaga kemuliaan dirinya. Wallahu yatawallal jami’ biri’ayatih.
29
mutiara hadits
Perhatian pada Hal-hal yang Bermanfaat Rasulullahi bersabda:
Artinya: Hendaklah setiap muslim bershadaqah, maka mereka (para shahabat) bertanya, “Wahai Nabiyallah, bagaimana dengan orang yang tidak mendapati sesuatu (untuk shadaqah)?” Beliau menjawab, “Bekerjalah dengan tangannya, maka itu akan bermanfaat bagi dirinya dan (berarti dia) bershadaqah.” Mereka bertanya, “Jika mereka tidak mendapatinya?” Nabi memjawab, “Tolonglah orang yang membutuhkan yang teraniaya.” Mereka bertanya lagi, “Jika dia tidak mendapatinya?” Nabi menjawab, “Lakukanlah hal-hal yang baik dan tahanlah diri dari berbuat buruk, karena sesungguhnya sikap tersebut adalah shadaqah baginya.” (H.R. al-Bukhari–Muslim)
Ust. Abdul Fatah Pembina MT Al Isyroq Gresik
30
KETERANGAN. Di antara jalan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam adalah dengan cara mengikuti manhaj (cara) yang digariskan oleh Rasulullah yakni berpegang teguh pada beberapa pedoman di antaranya: 1. Berusaha untuk mendapatkan mashlahah syar’iyyah (kebaikan bagi agama), dan menjadikanya sebagai maksud dan tujuan yang dicapai. Ada ungkapan insyaAllah dalam hadits: Artinya: “Berilah perhatian kepada hal-hal yang bermanfaat bagimu.” Maka hal ini berarti Rasul kita menghendaki kebaikan kita, keluarga, masyarakat, dan bagi ummat ini semuanya. Jadi perhatian kita kepada hal-hal yang bermanfaat berarti mencakup dua hal, yaitu kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Dan hendaknya kita membiasakan sikap penuh perhatian sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita sendiri, keluarga, masyarakat, bahkan bagi umat seluruhnya, termasuk di dalamnya bershadaqah sesuai dengan kemampuannya.
Bukan berarti bershadaqah itu harus dengan uang saja, akan tetapi seluruh potensi yang kita miliki akan menjadikan pahala shadaqah ketika kita pandai mengoptimalkan dan berniat dengan setulus-tulusnya, apa yang kita miliki dan apa yang kita mampu kita persembahkan untuk perjuangan Islam. Sikap penuh perhatian kepada hal-hal yang bermanfaat ini meliputi beberapa macam, sebagaimana sebagian ulama’ memberikan nasihat di antaranya: a. Perbaikilah niat dalam aktivitas dunia dan dalam usaha mendapatkan manfaat dunia. Janganlah seorang muslim itu menjadikan aktivitas dan usahanya hanyalah untuk mendapatkan kemaslahatan dunia saja, tetapi hendaklah bila dia mencari harta (bekerja) agar menjaga dari perbuatan minta-minta dan perkaraperkara yang haram. Begitu juga berniat untuk menjaga kehormatan dirinya, keluarganya, serta untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jika demikian, maka aktivitas dunianya akan menjadi ibadah yang akan mendapatkan pahala di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah,
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dengan niatnya.” (H.R. al-Bukhari) b. Hendaknya kemaslahatan-kemaslahatan tersebut dapat mengantarkan kepada manfaat ukhrawi dan menjadikannya sebagai washilah (sarana) untuk menggapainya. Bukan untuk mendapatkan manfaat duniawi semata. Jadi harta yang kita kumpulkan, usaha yang kita lakukan, pekerjaan dan tugas yang kita laksanakan, serta apa yang kita raih baik berupa kedudukan, kekuasaan, dan sebagainya, semua itu digunakan sebagai jembatan untuk menuju kebahagiaan akhirat. Dan dunia hanyalah ladang untuk akhirat. Kita nanti akan memetik hasil di akhirat sesuai dengan apa yang kita tanam pada waktu hidup di dunia. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, Kami akan tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu (kebahagiaan) di akhirat. (Q.S. Asy-Syura: 20). c. Hendaknya kita jadikan usaha ini tetap berada dalam koridor syar’i. Karena itu, janganlah kita melakukan hal-hal yang diharamkan, terjatuh dalam kemungkaran, dan menempuh jalan yang salah. Dalam bermuamalah, janganlah kita menipu, berdusta, dan melakukan transaksi dengan curang, akan tetapi hendaknya bersikap jujur dan amanah. d. Janganlah urusan dunia kita melalaikan ketaatan kepada Allah . Hendaknya kita bermunajat dan memohon perlindungan kepadanya dari segala sesuatu yang melalaikan dari ketaatan dan kepatuhan kepada Allah . Allah mengingatkan dalam firman-Nya yang artinya: “Hai orang–orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al-Munafiqun: 9).
e. Hendaklah kita melakukan dengan mantap setiap aktivitas yang dikerjakan, karena Rasulullah menyuruh untuk memberikan perhatian terhadap hal-hal yang bermanfaat agar mendapatkan hasil yang maksimal. Semakin pekerjaan itu dilakukan dengan mantap, maka manfaatnya akan semakin besar dan langgeng. 2. Di antara hal-hal yang tercakup dalam sikap penuh perhatian ini adalah penuh perhatian untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi seseorang untuk di akhirat nanti. Akhirat merupakan tujuan yang utama, sedangkan dunia ini tidak lain hanyalah tempat untuk melakukan ibadah kepada Allah di muka bumi ini semata. Jadi maksud dan tujuan yang tertinggi adalah hal-hal yang bermanfaat bagi seseorang di akhirat kelak, sedang dunia ini hanyalah perantara untuk menuju akhirat. Karena itu, kabar gembira hanyalah bagi orang yang menjadikan kehidupan dunia ini sebagai tempat singgah, perantara untuk mencari ampunan dan keridhaan dari Allah. Maka beruntunglah bagi orang yang selalu berusaha melakukan hal-hal yang dapat mencapai kemaslahatan akhiratnya dan tempat peristirahatannya pada kehidupan yang abadi nanti. Barang siapa berusaha menggapai kebahagiaan akhiratnya, niscaya Allah akan memudahkan urusan-urusan dunianya. Allah berfirman, yang artinya: “Adapun orang yang memberikan hartanya (di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami (Allah) akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Q.S. Al-Lail: 5-7) Wallahu a’lam. Bersambung Referensi: 1. ‘Al-mu’min al-qowi khoirun wa ahabbu ilallah’ waqafaat wata’ammulaat. Prof. Dr. Falih bin Muhammad bin Falih AshShughoyyir. 2. Taushiah, Abina KH. Muhammad Ihya’ Ulumiddin.
31
auladi
Bunda, Adik Keluar Dari Mana? (Ketika Anak Bertanya tentang Alat Reproduksi)
“ Ulinnuha (Guru SDIT Ghilmani Surabaya)
32
B
unda, darimana asalnya aku? Adik keluar dari mana? Pertanyaan-pertanyaan ini sering kita temui. Mereka yang belum memiliki rasa malu seperti yang dimiliki orang dewasa dengan polos dapat bertanya tentang apa yang menjadi perhatiannya, termasuk yang berkaitan dengan masalah seks. Apa yang harus kita katakan ketika anak-anak bertanya seputar hal tersebut? Masalah pendidikan seks bagi anak masih menjadi dilema yang dihadapi orang tua. Anggapan bahwa masalah seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, anggapan bahwa masalah seks pada akhirnya akan diketahui anak dengan sendirinya, atau kekhawatiran bahwa informasi tentang seks yang kita berikan pada anak akan mendorong mereka bereksperimen merupakan sebagian fenomena yang muncul dalam benak para orang tua. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, setiap anak memiliki berbagai macam kebutuhan termasuk di antaranya kebutuhan seksual. Namun tentunya kebutuhan seksual anak berbeda dengan kebutuhan seksual orang dewasa. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa masalah pendidikan seks adalah yang tabu untuk dibicarakan. Apalagi di tengah derasnya arus informasi baik media cetak maupun elektronik yang tanpa kenal batas, mendorong anak-anak sekarang memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang hal ini. Untuk itu, kita sebagai orang tua hendaknya dapat memberikan jawaban yang tepat, sesuai dengan kondisi atau usia anak dan tentunya sesuai dengan adab Islam.
sp
ir
it
is
la
m
.n
et
PENDIDIKAN SEKS DALAM ISLAM Yang dimaksud dengan pendidikan seks dalam Islam adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penjelasan tentang masalah-masalah seksual yang sesuai dengan adab-adab Islam yang diberikan kepada anak-anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkaitan dengan seks. Naluri ini merupakan manifestasi dari naluri ketertarikan pada lawan jenis (gharizah an-nau’), di mana naluri ini adalah sarana Allah dalam melestarikan kehidupan manusia melalui pernikahan. Adab-adab Islam yang perlu diajarkan pada anak di antaranya: a. Adab memandang, yakni memandang sebatas kebutuhan, dan menjaga pandangan. Karena setan melemparkan anak panahnya lewat pandangan. b. Adab berpakaian, yakni menutup aurat.
c. Adab berinteraksi dengan lawan jenis Dalam berinteraksi dengan lawan jenis, ada rambu-rambu yang harus kita kenalkan pada anak-anak, di antaranya: larangan bercampur-baur dan larangan berduaduaan dengan teman lawan jenisnya. d. Adab meminta izin pada tiga waktu yang dilarang. Disyari’atkan meminta izin pada tiga waktu, yaitu sebelum Fajar, di tengah hari (ba’da zhuhur) dan setelah shalat Isya’. Pada waktu-waktu tersebut laki-laki atau perempuan (dewasa) dalam keadaan yang “tidak ingin dilihat” oleh anak-anak mereka. Hal ini disebutkan dalam surat anNur ayat 58-59. e. Pemisahan tempat tidur antara anak lakilaki dan perempuan. Dengan memiliki pengetahuan ini diharapkan ketika anak tumbuh dewasa, ia dapat mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan yang dihalalkan. Bahkan mampu menerapkan perilaku Islami sebagai akhlaq dan kebiasan hidupnya, serta dapat menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang memperturutkan hawa nafsu atau melanggar syari’at agama. Pada dasarnya, pendidikan seks meliputi sikap, contoh pribadi, dan cara hidup. Oleh karena itu yang paling berperan dalam pendidikan seks ini adalah orang tua anak sendiri. Pendidikan seks yang perlu diberikan kepada anak meliputi informasi tentang seks, kesehatan, dan masalah reproduksi yang benar. Sepatutnya kita berikan dengan carayang wajar dalam memberikan bimbingan yang sehat dan pantas ketika memberikan pendidikan seks pada anak. Sikap sambil lalu atau marah ketika anak bertanya tentang masalah seks justru merupakan contoh sikap yang perlu dihindari. Yang terpenting, selain menunjukkan sikap penuh kasih sayang, kita harus memberikan jawaban yang ringkas, sederhana, dan sesuai dengan tingkat pemahaman anak. TAHAPAN PENDIDIKAN SEKS A. USIA 1-4 TAHUN Pada usia ini, anak mulai dikenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genital. Perlu
juga ditekan pada anak bahwa setiap orang ciptaan Allah adalah unik, dan berbeda satu sama lain. Jelaskan juga bahwa anak laki-laki dan anak perempuan diciptakan berbeda dengan keunikannya masing-masing. Bila perlu kita pergunakan istilah “kemaluan lakilaki” dan “kemaluan perempuan”. Pada tahap usia ini sebaiknya kita beritahukan kepada anak bahwa alat kelamin itu merupakan bagian yang paling pribadi. Untuk itu kita harus berpakaian dan menutup aurat. Sampaikan bahwa kita tidak boleh memperlihatkan alat kelamin pada yang lain. Bila sesekali mereka memamerkan tubuh, jangan langsung panik. Tapi jika berulang, berilah pengertian dengan penuh kesabaran, jangan beri perlakuan yang menakutkan atau hukuman yang berat. Kita ajarkan pada anak bahwa tubuhnya adalah “HAK MILIK PRIBADI MEREKA”, sehingga tidak ada seorang pun yang berhak menyentuh mereka ataupun menyakiti mereka. B. USIA 5-7 TAHUN Pada usia ini rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual meningkat. Dimulai dengan menanyakan kenapa temannya mempunyai organ yang berbeda dengan dirinya, dari mana asal dirinya, dan bagaimana adik keluar. Oleh karena itu, para orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif dalam menjelaskan. Misalnya ketika menjelaskan masalah reproduksi, tentang kehamilan dan asal bayi, bisa dibantu dengan melihat kelahiran anak kucing atau binatang peliharaan yang lain. Disamping itu perlu kita ajarkan adab meminta izin. C. USIA 8-11 TAHUN Usia ini disebut masa tamyiz (masa prapubertas). Informasi yang perlu dimiliki anak adalah informasi seputar perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada masa pubertas. Sebaiknya kita jelaskan kepada anak bagaimana perubahan-perubahan fisik yang akan terjadi, seperti tumbuhnya rambutrambut, payudara, jakun, perubahan yang terjadi karena proses hormonal. Selain itu, informasi yang sistematis tentang proses reproduksi, menstruasi, dan mimpi basah,
33
perlu diketahui anak. Pada usia ini perlu diajarkan tentang adab memandang, adab dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Karena pada usia ini, sudah mulai muncul ketertarikan pada lawan jenis. Oleh karena itu, orang tua perlu mendampingi dan membatasi anak dalam melihat TV maupun internet, untuk menghindarkan anak dari rangsangan-rangsangan seksual. D. USIA 12-16 TAHUN Pada usia remaja ini, pendidikan seks difokuskan untuk membimbing anak menemukan identitas dirinya, sehingga anak bisa menjawab pertanyaan, “Siapakah aku?” atau “Orang seperti apakah aku?” Sehubungan dengan penemuan identitas diri, maka perlu bagi seorang remaja menjalin komunikasi dan hubungan yang lebih dekat dengan orang tua yang memiliki jenis kelamin yang sama dengan diriya. Seorang remaja putri seyogyanya memiliki hubungan dengan ibunya daripada sang ayah. Pada masa ini, banyak perubahan yang terjadi pada diri anak. Orang tua harus menerima perubahan diri anaknya sebagai bagian yang wajar dari pertumbuhan seorang anak-anak menuju tahap dewasa. Kita ajarkan hukum dan tata cara yang berkaitan dengan haid dan mimpi basah E. DI ATAS 16 TAHUN Bimbingan dari orang tua sangat diperlukan anak pada masa ini untuk siap
RALAT Ada kekeliruan pada Profil edisi yang lalu(edisi 89/Desember 2013), bahwa foto yang ditampilkan ternyata bukanlah foto Kyai Kholil. Redaktur sudah berusaha mencari foto asli/otentik tetapi tidak menemukan. Termasuk bersilaturahmi ke PP Kademangan Bangkalan dan bertemu dengan KH. Rahbini Kholil, cucu ke-8 Kyai Kholil. Beliau menyampaikan memang foto asli Kyai Kholil sulit didapat. Oleh karena itu, para pembaca harap maklum.
34
menerima tanggung jawab sebagai seorang dewasa, misalnya persiapan menghadapi kehidupan berumah tangga, anjuran untuk isti’faf (menjaga kesucian diri) bila belum mampu menikah, melalui puasa atau mengimbangi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, serta kita sampaikan bahaya dan penyakit yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas. Demikian beberapa hal yang dapat kita lakukan, semoga kita sebagai orang tua atau pendidik dapat bersikap bijaksana ketika menghadapi anak-anak kita yang bertanya seputar hal-hal yang berkaitan dengan masalah seks. Orang tua diharapkan bisa membantu anak agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi seorang pria dan wanita dewasa yang matang, bertanggung jawab, dan mampu menyesuaikan diri sesuai dengan nilai-nilai agama. Wallahu a’lam.
serba-serbi
D.N. Aidit dan Jejak Leluhur Ahlul Bait di Indonesia (Bagian II) Firman Allah menyatakan,
Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali (yang aku minta adalah) kasih sayang terhadap keluarga.” (Q.S. Asy-Syuura: 23)
A Oleh: Ahmad Syarifuddin Pembina Al-Ghazali Islamic Study Club Solo
yat ini bermakna bahwa Nabi kita atas titah Allah berseru tidak akan meminta upah atau imbalan atas misi risalah yang beliau emban, hanya saja beliau meminta (juga atas titah Allah) agar kita mencintai dan mengasihi terhadap Ahlul Bait (anak cucu dan keluarga beliau). Atas dasar seruan ini, kita (umat Islam) di Nusantara memiliki sejarah yang tidak baru mengenai penampakan kecintaan yang dalam kepada Ahlul Bait. Sejarah Sayidina Hasan dan Husein merupakan sesuatu yang disukai masyarakat kita. Di Minangkabau, bulan Muharram disebut bulan Hasan-Husein. Mereka memperingatinya dalam bentuk pembuatan bubur Syura. Di Sumatera Tengah sebelah Barat, ada peringatan tabut Hasan-Husein. Makam-makam Ahlul Bait, lebih-lebih tokoh ulama dan muballigh mereka, ramai diziarahi. Pada setiap majlis, anak cucu Sayidina Hasan-Husein senantiasa diposisikan dan diperlakukan terhormat. Jika bershalawat kepada Nabi, kita menyertakan juga bershalawat kepada Ahlul Bait. Dan sebagainya. Hal ini oleh sebagian orang dipandang bahwa ajaran Islam yang pertama kali masuk ke Nusantara adalah ajaran Islam yang berpaham Syiah. Asal-usul Islam di negeri ini
dikatakannya bersumber dari Persia. Pandangan ini tentu tidak dapat dibenarkan. Islam Indonesia pertama kali dibawa oleh orang-orang Arab dan langsung dari pusatnya, yaitu Makkah. Kecintaan kepada Ahlul Bait memang bagian dari ajaran agama Islam seperti termaktub dalam ayat di atas dan diaplikasikan oleh umat muslim di sini. Kalaulah akar keislaman kita benar berasal dari negeri Persia, niscaya mayoritas umat di negeri ini bukan bermadzhab Syafiiyah (salah satu madzhab Sunni terbesar), melainkan berpaham Syiah, sebagaimana dianut mayoritas penduduk Persia (Iran). Kalaulah masyarakat muslim kita dikatakan cenderung berpaham Syiah, niscaya kita tidak hanya berbudaya menampakkan kecintaan kepada Ahlul Bait, namun pada saat yang sama kita juga akan suka melepas lidah kita untuk mencela generasi sahabat Nabi dan melukai diri hingga berdarah-darah kala memperingati kesyahidan Sayidina Husein. Naudzu billah. Dan itu tidak berlaku di sini. Pada kantong-kantong pendidikan Islam, kitab-kitab rujukan yang digunakan sejak berabad-abad juga kitab-kitab Sunni, bukan kitabkitab yang biasa dirujuk kalangan Syi’i (pengikut Syiah). Memang, ada sebagian pihak suka mencap orang yang cinta Nabi dan Ahlul Bait sebagai penganut Syiah. Bukan. Sunni pun dia harus memiliki performa cinta Nabi dan Ahlul Bait. Bahkan setiap orang Islam standarnya adalah cinta Nabi dan Ahlul Bait, berdasarkan surat Asy-Syuura ayat 23 tersebut di atas dan nash-nash lainnya. Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan, “Barangsiapa membenci Ahlul Bait, maka dia orang munafiq.” Muhammad bin Al-Hanafiyah
35
www.blog.barakatsidin69.web.id
menuturkan, “Tidak akan engkau dapati orang beriman kecuali dia pasti mencintai Ali dan anak cucu keturunannya.” Al-Farazdaq, dalam Jawahirul Adab halaman 406, menggubah, “Mereka berasal dari golongan (Ahlul Bait), di mana mencintai mereka adalah agama. Membenci mereka adalah kekufuran. Mendekat mereka adalah jalan keselamatan dan andalan. Jika disebut ahli takwa, maka mereka adalah imam-imamnya. Atau jika ditanyakan, ‘Siapakah sebaik-baik penduduk bumi?’ ‘Mereka!’ jawabnya.” Bukan hanya itu, standar orang Islam sejati mestinya juga melestarikan jejak-jejak petilasan Nabi dan Ahlul Bait, berdasarkan keumuman firman Allah Ta’ala:
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa (petilasan) dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat.” (Q.S. Al-Baqarah: 248) Dan juga berdasarkan keumuman firmanNya yang lain:
Dan barangsiapa mengagungkan syiarsyiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (Q.S. Al-Hajj: 32) Cap buruk sebagai pengikut aliran Syiah gara-gara menampakkan kecintaan yang dalam kepada Ahlul Bait pernah dialami juga oleh Imam Asy-Syafii, sebagaimana diabadikan dalam antologi syairnya berikut ini,
36
Jika dalam forum kita menuturkan Ali, Hasan-Husein, dan Fathimah Sang Putri yang Suci, kita ditegur, “Kalian kelewatan, wahai kaumku, ini termasuk tradisi kaum Syiah Rafidhah?!” Sungguh, aku berlepas diri pada Allah, dari orang-orang yang memandang cinta anak cucu Fathimah sebagai kelompok Rafidhah. Karena gerah dengan stigma yang tidak berdasar tersebut, Imam Asy-Syafii juga menegaskan dalam gubahan syair populernya yang lain,
Jika cinta keluarga Nabi itu dikatakan sebagai (Syiah) Rafidhah, maka hendaklah kalangan manusia dan jin sama mempersaksikan bahwa sesungguhnya aku adalah Rafidhah. Demikianlah masyarakat muslim di Nusantara berikut tokoh-tokoh teladan mereka mencintai Nabi dan Ahlul Bait. Semoga hal ini menjadi budaya kita seterusnya. Aamiin. Hal yang kiranya patut kita cermati adalah kemunculan penguasa atau calon penguasa yang bervisi menghancurkan budaya Ahlus Sunnah wal Jamaah ini berikut situs-situs petilasan Ahlul Bait yang ada, jika mereka dapat berkuasa. Naudzu billah. Karena jika itu terjadi, mungkin sebagaimana dialami negerinegeri muslim yang lain belakangan ini, karunia keamanan dicerabut dari negeri-negeri tersebut, berganti keonaran, kisruh, dan huruhara sepanjang zaman. Indikasi hal tersebut telah mulai tampak di sini dengan serangan cap haram dan syirik pada tradisi-tradisi melestarikan jejak petilasan Ahlul Bait. Kembali kita harus mengingat ungkapan Imam Ibnul Qayyim sebelumnya dalam bagian I tulisan ini. Pada tulisan berikutnya (bagian III) Insyaallah kita akan ketengahkan margamarga Ahlul Bait yang ada di Nusantara dan juga perihal kontroversi sosok D.N. Aidit, adakah dia Ahlul Bait ataukah bukan. Wallahu a’lam. (bersambung)
konsultasi syariah
Perbedaan
Zakat, Infaq dan Shadaqoh
Pertanyaan : Assalamu’alaikum Wr. Wb. Mohon bantu dijelaskan terkait tentang Shadaqoh, infaq, dan Zakat. Kata-kata itu bagi kita mungkin tidak asing. Apakah ketiganya ini ada perbedaan ataukah sama? Mohon bantuan dijelaskan. Terima kasih Adi, Sidoarjo Diasuh oleh Lajnah Syariah Persyada Al Haromain
Jawaban : Wa’alaikumussalam Wr. Wb. Terimakasih atas perhatiannya. Ketiga kata tersebut memang ada perbedaan. Penjelasannya sebagai berikut: Pertama, shadaqah itu bersifat umum, karena kullu ma’rufin shadaqah (muttafaq alaih). Semua kebajikan bisa menjadi sedekah bagi pelakunya. Sebagai contoh, sering kita dengar memberikan senyuman yang manis pada temannya itu pun shadaqah. Dan itu bisa dilakukan kapan saja, baik di kala susah maupun senang. Karena shadaqah itu pada prinsipnya memberikan kesenangan dan berbagi kebahagiaan pada orang lain. Dan pada kenyataan di masyarakat, manusia itu bisa sangat senang dan bahagia jika mendapatkan harta. Maka memberikan kesenangan berupa uang atau harta lainnya tentu itu menjadi shadaqah yang paling baik di tengah-tengah masyarakat yang berkekurangan saat ini.
Pembaca bisa mengirimkan pertanyaan seputar agama melalui rubrik konsultasi syariah dengan cara berikut : SMS/WA ke no.: 087771111597 Email : redaksi.alharomain @gmail.com PIN 2AEB0645 twitter : @official_haromain InsyaAllah akan dijawab oleh tim lajnah Syariah Persyada Al-Haromain doc. wildani kebumen
37
Kedua, infaq lebih bersifat khusus,yaitu mengeluarkan harta/uang di jalan Allah I. Dan ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan kalimat infaq selalu dikaitkan dengan shadaqah harta/uang. Karena kalimat infaq berasal dari na-fa-qa yang berarti “habis atau membelanjakan”. Jadi orang yang berinfaq artinya orang yang menghabiskan atau membelanjakan hartanya di jalan Allah. Namun manusia yang beriman tidak perlu khawatir habis hartanya untuk berinfaq. Karena yang diinfaqkan tidak semua hartanya, namun harta “lebihnya” saja, yang di dalam Al-Qur’an disebut dengan harta “Al-Afwu”. “Dan mereka bertanya kepadamu, (harta) apa yang mereka infaqkan. Katakanlah: yang lebih dari keperluanmu (al-afwu)…” (Q.S. AlBaqarah: 219). Yang dimaksud dengan “yang lebih dari keperluan” adalah harta lebih yang dimiliki seseorang setelah dikurangi
Kebutuhan Minimal Hidup (KMH) dan hutangnya. Jadi setelah dipotong kebutuhan hidup minimalnya dan hutangnya. Misalnya seseorang masih memiliki harta lebih 20 juta. Maka harta lebih itu yang harus dikeluarkan infaqnya. Itupun tidak semua, kan? Maka tidak ada ceritanya orang yang berinfaq akan jatuh miskin! Dan tidak sopan rasanya (kepada Allah) untuk berinfaq saja masih harus menunggu dari sisa hartanya. Ketiga, zakat merupakan kewajiban dan harus dikeluarkan dengan berpedoman pada syarat dan ketentuan yang berlaku. Zakat secara umum ada 2, yaitu: Zakat Nafs (Jiwa) / Zakat Fitrah yang diwajibkan kepada setiap jiwa dan dikeluarkan ketika bulan Ramadhan dan Zakat Maal (Harta) yang wajib dikeluarkan dari mereka yang mampu dan memiliki harta dengan syarat dan ketentuan sesuai syariah. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Kaleidoskop Muslim Bulan Desember Desember 630
Ekspedisi perang ke Tabuk. Rasulullah mengirim 30.000 pasukan Islam sejak Oktober 630 untuk menghadapi pasukan Romawi. Perang Tabuk dinilai perang paling besar melibatkan pasukan dan perang paling berat, karena jauhnya perjalanan dan cuaca panas saat itu. (alghifarie.wordpress.com)
10 Desember 1198
Ibnu Rusyd wafat. Beliau sering disebut sebagai “Avicenna dari Barat” yang mencurahkan pemikirannya di bidang filsafat, matematika, kedokteran, logika, dan hukum Islam. Beliau menulis kitab Fi Harkat alFalak yang mengurai gerakan bintang-bintang. Kitabnya di bidang filsafat, Tahafut at-Tahafut merupakan bantahan atas kitab al-Ghazali yang memicu reaksi sengit di kalangan muslim. (Dari Penakluk Yerusalem Hingga Angka Nol, R.A. Goenadi et.all.)
Desember 1917
Penaklukan Inggris atas Palestina. Jenderal Allenby memasuki Yerusalem, menyusul keruntuhan Kekhalifahan Usmaniyah pada Perang Dunia I, dengan menyatakan, “Baru sekaranglah Perang Salib berakhir!” (www.akhirzaman.info)
24-27 Desember 1924
Kongres al-Islam Luar Biasa diadakan di Surabaya. Kongres ini merupakan respon atas jatuhnya kekhalifahan Turki Usmani oleh Mustafa Kemal Ataturk. Kongres dihadiri oleh para ulama dan 68 organisasi Islam yang mewakili pimpinan pusat maupun cabang. Ada tiga keputusan yang dihasilkan dari kongres ini. Pertama, wajib hukumnya terlibat dalam perjuangan Khilafah. Kedua, disepakati akan terus didirikan Comite-Chilafaat di seluruh Hindia-Timur (Indonesia). Dan terakhir, diputuskan akan mengirimkan tiga orang utusan sebagai wakil umat Islam di Indonesia ke Kongres di Kairo. (myQuran.com)
3 Desember 1934
Gerakan Intifadah pertama, yang dimulai dengan huru-hara di Gaza yang diprakarsai oleh HAMAS. (www.akhirzaman.info)
9 Desember 1987
Turki di bawah Mustafa Kemal Ataturk mengesahkan UU tentang larangan memakai busana tradisional yang Islami. (pondok24.wordpress.com
7 Desember 1990
Sekitar 500 orang pakar dan cendekiawan berkumpul di Universitas Brawijaya, Malang, menghadiri Simposium Nasional Cendekiawan Muslim dengan tema “Membangun Masyarakat Indonesia Abad 21”. Puncak dari acara itu adalah terbentuk Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dengan Menristek Prof BJ Habibie sebagai Ketua Umumnya. (daulah4islam.wordpress.com)
21 Desember 2012
Sebagian penduduk bumi kecele dengan batalnya Kiamat sebagaimana ramalan suku Maya. Kata peneliti, ini bukan berarti Kiamat takkan terjadi, tetapi semata-mata karena salah tafsir suku Maya. Mereka memiliki siklus kalender penciptaan setiap 5.128 tahun. Tetapi, berakhirnya satu siklus itu tidak lantas menyebabkan Kiamat. Ada-ada saja. (www.tempo.co)
38
kelana
Muji Sampurno Staff Redaksi
P
agi diselimuti mendung dan hujan rintik- rintik. Saya mulai menapakkan kaki di tanah wali, yaitu kota Demak Jawa Tengah. Tidak ada tempat yang lebih menarik untuk saya tuju di kota ini selain Masjid Agung Demak. Bagaimana pun masjid ini pernah menjadi tonggak penyebaran Islam, khususnya di tanah Jawa, dan umumnya di tanah air. Keberadaan Masjid Demak tidak bisa dilepaskan dari eksistensi kerajaan Islam Demak, yang tentu tak asing lagi di telinga kita. Berdasarkan info yang saya dapat dari Museum di Masjid Demak, Demak merupakan kerajaan Islam yang pertama didirikan di Jawa. Ia berdiri pada tahun + 1478 M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi tanda candra sengkala: Sirna Ilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M. Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah pesisir utara Jawa Tengah. Sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Letak Demak di kala itu sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik, sehingga kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang. Kerajaan ini sering dikunjungi pedagang pedagang Islam dan pedagang asing untuk membeli beras, madu, lilin, dan lain-lain. Pada perkembangannya, Demak berkembang pesat sebagai tempat penyebaran agama Islam dan tempat perdagangan yang ramai.
39 doc. lazis
PENDIRI KERAJAAN DEMAK Berbincang dengan seorang sumber di museum tersebut –yang mengaku masih ada keturunan dari kerajaan Majapahit—bahwa sejarah Kerajaan Demak tak bisa dilepaskan dari sejarah Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak bemula dari upaya yang dilakukan seorang pemuda bernama Raden Fattah. Kala itu, ia sempat tinggal beberapa lama di Ampel Denta, bersama para saudagar muslim lainnya. Raden Fattah mendalami agama Islam bersama pemuda-pemuda lainnya, seperti Raden Paku (Sunan Giri), Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Qosim (Sunan Drajat), di bawah asuhan Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Setelah dianggap lulus, Raden Fattah mendapatkan perintah dari sang guru (Sunan Ampel) untuk membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah Glagah Wangi. Raden Fattah melaksanakan tugas ini dengan sebaik-baiknya. Terbukti, lama kelamaan desa Glagah Wangi ramai dikunjungi banyak orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan agama Islam, tetapi kemudian juga menjadi pusat perdagangan. Karena wilayah Demak masih di bawah kekuasaan Majapahit dan Raden Fattah sendiri memang ada darah keturunan Raja Majapahit, maka atas ijin sang guru Sunan Ampel, Raden Fattah menghadap kepada Raja Majapahit pada waktu itu, yakni Prabu Brawijaya V. Setelah bertemu dan menyampaikan tentang diri beliau yang masih ada keturunan Majapahit, maka Raden Fattah pun diangkat sebagai Adipati Nata Praja di Glagah Wangi Bintoro.
doc. lazis
40
Selaku Adipati Nata Praja di Glagah Wangi Bintoro, Raden Fattah dinilai oleh para Wali saat itu sangat berhasil dalam membangun pemerintahan dan menjadi panutan dan abdi seorang ksatria yang tampan, cerdas, santun, bersahaja, dan halus budi pekertinya. Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu lalu membentuk suatu persekutuan di bawah pimpinan Demak, di mana sebagian besar wilayah tersebut sudah menganut agama Islam. Setelah kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Oleh karena itu, Majlis wali sembilan (Wali Songo) secara bulat mengambil fatwa dan memutuskan untuk mengangkat dan mengizinkan Raden Fattah menduduki tahta kerajaan Islam di Pulau Jawa yang berkedudukan di Bintoro Demak itu pada tahun 1478 M. Ia dikukuhkan dengan gelar atau sebutan Sultan Raden Abdul Fattah Al-Akbar Sayyidin Pranotogomo. Tahta kerajaan Islam ini berjalan dengan lancar dan gemilang. Setelah setahun menjadi sultan kerajaan Islam Demak Bintoro, Sultan Fattah membersihkan Purnapugar Kesultanan Bintoro yang sekarang diberi nama Masjid Agung Demak dengan ditandai prasasti bergambar bulus. Ini merupakan candra sengkolo memet “Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M. NASAB RADEN FATTAH Agak rumit juga menelusuri nasab Raden Fattah ini. Dari info yang saya dapat, ada beberapa versi cerita tentang nasab beliau. Namun yang paling populer di masyarakat berdasarkan cerita Babat Tanah Jawa, Raden Fattah adalah keturunan Raja Majapahit, yakni Prabu Brawijaya V. Diceritakan pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan seorang puteri kepada raja Brawijaya V di Majapahit sebagai tanda persahabatan kedua negara. Puteri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja Brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang puteri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana Majapahit. Pasalnya sang puteri telah berakidah tauhid memeluk agama Islam. Saat itu, Brawijaya sudah
memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama Kamboja), masih kerabat Raja Champa. Sang permaisuri memiliki ketidakcocokan dengan putri pemberian Kaisar Yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja “menyingkirkan” puteri cantik ini dari istana. Dalam keadaan mengandung, sang puteri dihibahkan kepada Adipati Pelembang –yang merupakan daerah bawahan Majapahit—bernama Arya Damar. Nah, di sanalah Raden Fattah dilahirkan dari rahim sang puteri China. Nama kecil Raden Fattah adalah Pangeran Jimbun. Pada masa mudanya, Raden Fattah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik serta mendalami agama Islam di bawah asuhan ayah tiri beliau, yaitu Arya Damar yang telah memeluk Agama Islam. Tak kurang 20 tahun lamanya beliau hidup di istana adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke Majapahit. Ada juga versi cerita yang menyatakan bahwa Raden Fattah adalah putera cucu dari Brawijaya. Ayah Raden Fattah adalah Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau Raja Champa) ibni Ali Alam (Ali Nurul Alam ) ibni Jamaluddin Al-Husain (Sayyid Hussein Jamadil Kubra) ibni Ahmad Syah Jalal ibni Abdullah ibni Abdul Malik ibni Alawi Amal AlFaqih ibni Muhammad Syahib Mirbath ibni ‘Ali Khali’ Qasam ibni Alawi ibni Muhammad ibni Alawi ibni Al-Syeikh Ubaidillah ibni Ahmad Muhajirullah ibni ‘Isa Al-Rumi ibni Muhammad Naqib ibni ‘Ali Zainal Abidin ibni Al-Hussein ibni Sayyidatina Fatimah (Ali bin Abi Thatib) binti Rasulullah r. Ayah Raden Fattah yaitu Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau Raja Champa) ini menikah dengan puteri Brawijaya V (Bhre Kertabhumi). Panggilan “putera Brawijaya” terhadap Raden Fattah bukan dalam arti “anak”, tetapi dalam bahasa Jawa kata “putra” biasa dipakai untuk memanggil anak, cucu, cicit, dan keturunannya. Salah satu sumber menyebutkan bahwa Sayyid Abu Abullah (Wan Bo atau Raja Champa) memiliki istri: 1. Isteri pertama: Syarifah Zainab binti Sayyid Yusuf Asy-Syandani (Pattani Thailand) yang melahirkan 2 anak laki-laki: yaitu: a. Sayyid Abul Muzhaffar, yang melahirkan para sultan Pattani, Kelantan lama, dan Malaysia. b. Sayyid Babullah, yang melahirkan Sultansultan Ternate.
2. Isteri kedua: Nyai Rara Santang binti Prabu Siliwangi Raja Pajajaran, yang melahirkan 2 anak, yaitu: Sultan Nurullah (Raja Champa) dan Syarif Hidayatullah (Raja Cirebon) bergelar Sunan Gunung Jati. 3. Istri ketiga: Nyai Condrowati binti Raja Brawijaya V, yang melahirkan seorang anak yaitu: Raden Fattah, yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fattah. Gelar Akbar dinisbatkan pada gelar ayahnya, yaitu Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau Raja Champa) ibni Ali Alam (Ali Nurul Alam ) ibni Jamaluddin Al-Husain (Sayyid Hussein Jamadil Kubra atau Syekh Maulana Al-Akbar) Terlepas dari berbagai versi nasab Raden Fattah yang jelas beliau adalah pejuang Islam yang telah berjuang dan berjasa dalam penyebaran Agama Islam di Nusantara khususnya Jawa, bersama para Wali Songo. *** Sultan Raden Abdul Fattah Sayyidin Pranotogomo adalah Amirul Mukminin yang alim, adil, serta bijaksana. Setelah wafat, kepemimpinan di Demak dilanjutkan oleh Pangeran Patiunus putera pertama Raden Fattah pada tahun 1518 - 1521 M atau selama 3 tahun. Selanjutnya pemerintahan dilanjutkan oleh adiknya, yaitu Raden Trenggono. Sepeninggal Raden Trenggono, Kesultanan Bintoro sempat terjadi kekosongan kepemimpinan karena terjadi perselisihan keluarga. Akhirnya Raden Hadiwijaya berhasil memegang tampuk pemerintahan mulai 1560 sampai 1582 M. Atas dasar nasihat Wali Songo, guna mengakhiri konflik keluarga, ia disarankan untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang. Maka pemerintahan atau Kerajaan Demak akhirnya dipindahkan oleh Sultan Hadiwijaya ke daerah Pajang. Demikianlah sejarah singkat Sultan Abdul Fattah Al-Akbar Sayyidin Pranotogomo beserta keluarganya. Semoga Allah I memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada beliau. Dan kita sebagai generasi penerus dapat melanjutkan dan mempertahankan nilai sejarah yang beliau tinggalkan/wariskan sehingga Demak sebagai kota wali menjadi sentral kemajuan bangsa Indonesia, khususnya Islam. Aamiin. Wallahu a’lam.
41
kisah
Al-Qur’an Melunakkan Hati Yang Keras
K
*** Inilah bahasa Al-Qur’an. Inilah kalamullah, yang mampu menghancurkan gunung yang
42
kokoh, karena takut dan tunduk kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya, “Seandainya AlQur’an ini Kami turunkan kepada gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.” (Q.S. Al-Hasyr: 21) Berkenaan dengan ayat yang dibaca Hajjaj di atas, Ibnu Katsir berkata, “Allah memberikan sebuah kabar umum yang universal dan berlaku bagi seluruh makhluk, bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Dalam firman-Nya disebutkan,
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q.S. Ar- Rahman: 26-27) Hanya Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, yang akan abadi dan kekal, dan Dia adalah Maha Akhir sebagaimana Dia yang Maha Awal. Ayat ini mengandung peringatan bagi seluruh manusia, karena manusia pasti akan
usrahkeluarga.blogspot.com
isah berikut ini adalah kisah tentang seseorang yang memiliki hati yang keras, mudah membunuh, zalim, dan sifat-sifat kejam lainnya. Kisah ini adalah kisah tentang Hajjaj bin Yusuf. Hajjaj adalah gubernur Irak di zaman pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Sebelumnya ia adalah gubernur Madinah. Hajjaj dikenal sebagai pemimpin zalim dan sangat mudah menumpahkan darah rakyatnya. Ada yang mengatakan, Hajjaj telah membunuh kurang lebih 3000 jiwa. Di antara nyawa yang ia hilangkan adalah seorang sahabat yang mulia Abdullah bin Zubair t dan seorang tabi’in Said bin Jubair. Hajjaj wafat pada tahun 95 H. Dengan rekam jejak yang kelam itu, sangat jarang kita mendengarkan kisah yang baik dari perjalanan kehidupan Hajjaj bin Yusuf. Namun siapa sangka, ternyata ia memiliki “sisi lain”. Imam adz-Dzahabi mengatakan, “Dia orang yang sangat zalim, tiran, ambisius, perfeksionis, nista, dan kejam. Di sisi lain, ia adalah seorang yang pemberani, ahli strategi dan rekayasa, fasih dan pandai bernegosiasi, serta sangat menghormati Al-Qur’an.” Ya, Hajjaj sangat mudah tersentuh ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur’an. Diriwayatkan dari Abu Sa’id, ia berkata, “Hajjaj pernah berkhutbah di hadapan kami. Dia berkata, ‘Wahai anak Adam, sekarang kamu dapat makan, tapi besok kamu akan dimakan’. Kemudian dia membaca ayat, ‘Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.’ (Q.S. Ali Imran: 185). Kemudian ia menangis hingga air matanya membasahi surbannya.”
mati. Apabila batas waktunya berakhir, maka manusia akan dikembalikan kepada Rabb mereka dengan amalan mereka masingmasing. Kemudian Allah menciptakan Kiamat dan akan membalas seluruh amal perbuatan semua makhluk. Oleh karena itu, setelah berfirman bahwa semua manusia akan mati, Allah lanjutklan firman-Nya,
“Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali Imran: 185) *** Orang yang dikenal sangat zalim pun – seperti Hajjaj—masih menangis mendengar ayat-ayat tentang kematian. Bagaimana dengan kita? Apakah hati kita merasa takut dan bergetar ketika mendengar ayat-ayat tentang kematian? Ataukah hati kita lebih keras dari pada gunung?
Tidak boleh men-cap seseorang yang senantiasa berbuat keburukan sebagai penghuni neraka. Sebagaimana Hajjaj –kita serahkan kepada Allah keadaannya di akhirat— dikatakan Hajjaj pernah berdoa di akhir hayatnya, “Ya, Allah, ampunilah aku. Walaupun manusia menyangka Engkau tidak mengampuniku.” Allah menjadikan Al-Qur’an itu mudah untuk di-tadabbur-i bagi orang-orang yang ingin merenungkan kandungan maknanya. Seseorang hendaknya mengamalkan apa yang ia ketahui dan ia dakwahkan. Sebagaimana Hajjaj yang mengetahui bahwa Allah akan menghisab amalan manusia, hendaknya ia berbuat kebaikan sebagai realisasi dari apa yang ia ketahui dan yakini. Hajjaj memang pemimpin yang zalim dan mudah membunuh, tapi dari sisi keyakinannya terhadap Al-Qur’an ia lebih baik daripada orang-orang liberal yang tampil bersahaja namun mengingkari ayat Al-Qur’an yang bertentangan dengan akal mereka dan menafsirkannya sesuai dengan hawa nafsu mereka. Wallahu a’lam. *** (Disadur dan diedit oleh Ust. Zainal Arifin dari “Tangisan Salaf Ketika Membaca dan Mendengarkan AlQur’an”, karya Muhammad Syauman bin Ahmad arRamali.)
43
ekonomi syariah
Gerakan Ekonomi Syariah
Guru Besar Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo dan Dewan Pengawas LAZIS Al Haromain
rri.co.id
Prof. Dr. H.M. Nizarul Alim
P
ada 17 Nopember 2013 Presiden SBY mencanangkan Gerakan Ekonomi Syariah (GRES) di Lapangan Silang Monas, Jakarta. Dalam sambutannya, ada pernyataan menarik Presiden yang di antaranya menyatakan bahwa ekonomi syariah tidak berjarak dengan sektor riil, sistem bagi hasil dalam ekonomi syariah memiliki akar yang serupa dengan budaya Indonesia pada masa lalu, misalnya sistem membagi empat dan membagi dua. Oleh karenanya, membangun ekonomi syariah merupakan bagian dari membangun ekonomi nenek moyang. Pernyataan bahwa ekonomi syariah tidak berjarak dengan sektor riil dapat diartikan bahwa ekonomi syariah memang sangat identik dengan sektor riil. Pergerakan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi seharusnya merupakan cerminan pergerakan dan pertumbuhan transaksi komoditas/
44
barang baik domestik maupun ekspor / impor. Keberadaan sektor keuangan seharusnya menjadi pendorong perkembangan sektor riil, yaitu sektor industri dan perdagangan di mana industri dan perdagangan juga mendasarkan pada prinsip syariah dengan memperhatikan input (bahan baku) dan output (barang jadi / dagang) yang memenuhi unsur syariah, yaitu halal dan thayib serta meminimalisasi dan meniadakan unsur gharar, subhat, spekulasi, dan riba dalam sistem dan proses bisnisnya. Apabila salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi, maka hal itu berpotensi tidak sesuai dengan syariah. Selama ini, ekonomi syariah yang dominan adalah sektor keuangan yang mana di mata masyarakat lebih dikenal dengan bank syariah. Hal ini dapat dimaklumi, karena perbankan merupakan lembaga yang paling mudah
kalbar.antaranews.com
“...sistem bagi hasil serupa dengan budaya Indonesia pada masa lalu dan bagian dari ekonomi nenek moyang...” diakses oleh masyarakat. Sektor perbankan merupakan salah satu lembaga investasi yang menggerakan sektor produksi dan konsumsi. Perbankan sebagai lembaga intermediate berperan sebagai sarana investasi dan sangat berperan dalam pembiayaan syariah ketika muamalah antar pihak tidak tercukupi dananya. Pertumbuhan sektor riil yang syariah juga dapat didorong oleh perbankan syariah apabila dalam membiayai usaha, perbankan syariah tidak hanya menerapkan sistem pembiayaan syariah, tetapi juga mengawasi dan mengendalikan usaha dan bisnis yang dibiayai agar sesuai dengan syariah. Dengan demikian, perbankan syariah tidak hanya berhenti pada aspek pembiayaan, tetapi juga peduli dengan proses bisnis nasabahnya sesuai dengan syariah.
Sistem syariah dalam bentuk bagi hasil dan jual beli merupakan manifestasi dari sektor riil. Adapun jenis-jenis pendanaan yang diberikan oleh perbankan syariah bukan dalam bentuk kredit serta transaksi-transaksi lembaga keuangan syariah tetapi berbentuk transaksi bagi hasil, jual beli, sewa menyewa, dan ujrah (fee based income). Dalam keuangan syariah, instrumentinstrumen keuangan/finansial juga harus diback-up dengan aset riil. Perkembangan aset keuangan merupakan cerminan aset riil, bukan sebaliknya seperti yang sekarang ini terjadi. Sebagai contoh, apabila institusi/ industri menerbitkan saham 1 juta lembar dengan nilai nominal Rp. 10.000/lembar saham, maka harus dipastikan tersedianya aset riil senilai Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar Rupiah). Praktik penerbitan saham dan surat berharga konvensional saat ini bukan didukung oleh aset riil tetapi hanya biaya riil untuk penerbitan saham tersebut. Selanjutnya pernyataan Presiden yang menyebutkan bahwa sistem bagi hasil serupa dengan budaya Indonesia pada masa lalu dan bagian dari ekonomi nenek moyang, dari segi historis, bumi nusantara merupakan warisan dari kerajaan-kerajaan Islam sehingga memungkinkan praktik-praktik muamalah yang dilakukan kerajaan dan masyarakat pada saat itu menggunakan prinsip-prinsip syariah. Dan praktik-praktik tersebut masih terwariskan sampai saat ini meskipun bentuk dan sifatnya tradisional. Gerakan ekonomi syariah yang seharusnya tidak hanya regulasi dan aplikasi ekonomi, tetapi juga menyangkut aspek ilmu ekonomi (economics aspects) serta sistem ekonomi (economic system). Karena economics merupakan pilar economy. Berkembangnya economy sangat dipengaruhi dan dilandasi oleh economics yang berkembang dan dikembangkan. Oleh karena itu, keberhasilan gerakan ekonomi syariah tidak hanya menjadi tanggung jawab regulator dan pelaku ekonomi syariah baik sektor riil, keuangan, dan moneter, tetapi juga para akademisi dan peneliti. Para stakeholder ekonomi syariah harus bersinergi. Wallahu a’lam.
45