Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Hamidan lillahi tabaraka wa ta’ala wa mushalliyan ‘ala rasulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amma ba’du.
Distributor Majalah Al Haromain Banyuwangi Situbondo Probolinggo Jember Biltar Ponorogo Magetan Ngawi Mojokerto Gresik Tuban Jepara Kebumen NTB Kaltim Papua Batam Makassar Jakarta Malang Batu Kediri Pamekasan Tulungagung Lamongan Jombang Solo Yogyakarta Kulonprogo
Ust Muhajir 081803456281 Ust Aries 081336143977 Ust Syaifuddin 082335516343 Ust Ikhwan 085645015024 Ust Chozin 085790831283 Bpk. Karyadi 085235440759 Ust Munir 08125967912 Ust Chumaidi 081335462005 Ust Sholeh 081553438291 Ust Alam 08123196461 Ust Widi 082143624397 Ust Mundiri 085741826587 Ust Hafidz 085227990231 M. Ikhsan 081254000810 Nova Karyadi 085391301681 Ust Shomadi 081240139560 Ust Dhoifi 081336433995 Ust Ilham 085255050804 P. Andi Widodo 081314231099 Ust Jauhari 0857556 52497 P Yalik 085646549899 Bu Najwah 085233127989 Ust Muzammil 081805083343 Ust Abdul Karim 081334782076 Ust Muhyidin W. 085230412333 Ust Imam Aji 0321-4115728 Ust A. Syarifudin 081393518933 Ust Saiful A. 08155033398 Ust Sirojan M. 08156873086
ISSN 2302-1055
Bulan Februari terkait erat dengan salah satu momen di mana terjadi dekadensi moral di kalangan generasi muda. Dari tahun ke tahun angka peningkatannya sungguh memiriskan. Karena itu, kami coba angkat persoalan ini dalam fokus edisi ini, yang semoga bisa disambung pada fokus edisi berikutnya terkait dengan solusi yang selayaknya dilakukan. Sebagai format baru, Majalah Al-Haromain masih akan ada sedikit perubahan di sana-sini. Tentu hal ini wajar, apalagi perubahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perwajahan dan isi majalah ini. Satu di antaranya, mulai edisi Februari 2013 ini kami hadirkan rubrik baru yang diberi nama “Hikmah Sejarah”. Rubrik ini berisi tulisan tentang sekelumit sejarah di masa lalu, yang darinya kita bisa mengambil pelajaran hikmah yang luar biasa. Semoga berkenan di hati Anda para pembaca yang budiman. Semoga Majalah Al-Haromain selalu membawa keberkahan ilmu dan wawasan bagi Anda sekeluarga serta handai-taulan. Amin. Kritik dan saran para pembaca tetap kami tunggu untuk perbaikan majalah ini. Bisa disampaikan via email di redaksi.alharomain@ gmail.com atau alharomainlazis @yahoo.co.id Wassalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh, Redaksi
Pemimpin umum : Handaka Indra; Pemimpin Redaksi : Bahtiar HS; Staf Redaksi: M. Qosim, Muji Sampurno, Masyhuda Al Mawwas, Masitha AS, Mishad Khoiri.; Desain Grafis : M. Mustain.; Distribusi: Siswo Widodo, Ismail, Ghozali. Majalah Al Haromain diterbitkan oleh Lazis Al Haromain. Alamat Redaksi: Ketintang Barat I/27 Surabaya 60231; Email:
[email protected] website: www.lazisalharomain.com Lazis Al Haromain
22471A86
@Peduli_Dai
[email protected]
sakti2.wordpress.com
3
Edisi 79 | Rabiul Awal 1434 H | Februari 2013 M fokus utama ... 4 Krisis Karakter dan Moralitas Bangsa, Sebuah Tantangan Yang Harus Segera Diatasi Kerusakan moral yang melanda bangsa Indonesia sudah melewati tahap yang sangat mengkhawatirkan karena sudah masuk di segala bidang dan melanda hampir seluruh komponen bangsa. Indikasi dan faktor-faktor penyebabnya sudah sedemikian jelas. Perlu upaya segera untuk mengatasinya. profil ... 16 Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni: Ulama Mufassir yang Produktif Nama besar Syekh Muhammad Ali ash-Shabuni begitu mendunia. Beliau merupakan seorang ulama dan ahli tafsir yang terkenal dengan keluasan dan kedalaman ilmu serta sifat wara’-nya. Beliau adalah sosok ulama mufassir yang kreatif dan produktif menulis. Telah menulis beberapa kitab tafsir sebagai bentuk khidmah beliau pada Al-Quran dan Al-Hadits.
reportase ...9 Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D., M.RINA : “Keluarga Telah Kehilangan Fungsi Tarbiyahnya” Beberapa tahun terakhir ini kita menyaksikan sekolah menjadi bagian dari masalah, bukan bagian dari solusi. Sekolah hanya tempat guru mengajar, bukan tempat murid belajar. Di sinilah kesalahan pendidikan kita berdampak pada rusaknya moral anak-anak generasi muda.
TEROPONG ... 3 Potret Kelam Remaja Kita TELAAH ... 12 Berucap Baik Berbuat Baik MUTIARA HADITS ... 15 Fadhilah Amal Jariyah REFLEKSI ... 20 Suatu Malam Déjà Vu di Cianjur MUTIARA AL QUR’AN ... 22 Ketika Tradisi Menolak Dakwah ZONA PENDIDIKAN ... 24 Menjadi Guru Rabbani TOMBO ATI ... 26 Memburu Hikmah TECHNOPRENEUR ... 28 Lika-liku Menuju SUKSES!!!
4
HIKMAH KISAH ... 30 Secuplik Kisah Imam Izzuddin bin Abdus Salam AULADI ... 32 Melatih Anak Mengelola Uang Saku KONSULTASI KESEHATAN ... 34 Osteoporosis SERBA-SERBI ... 36 Santri Kelana dan Pengembaraan Mencari Ilmu KAJIAN NISWIYAH ... 38 Senyum dalam Rumah Tangga KABAR PESANTREN ... 40 Pondok Pesantren AL-WASHOYA : “Sumber Air Itu Telah Tampak”
teropong
Potret Kelam Remaja Kita
P
ada awal bulan Januari 2013, tepatnya hari menonton film porno, 97,3 mengaku pernah kamis, 4 Januari 2013 saya pergi ke berciuman, 62,7% mengaku sudah tidak perawan, Tulungagung dengan menggunakan 21,2% mengaku pernah melakukan aborsi, dan 60% kendaraan Bus dari terminal Bungurasih. Saya mengaku sudah melakukan sex pranikah. Data lain berangkat pukul 04.15 tepat setelah shalat saya temukan pada saat saya silaturrahim ke shubuh. Karena masih pagi buta, bus melaju tetangga depan rumah di Sepanjang, yaitu bapak sangat kencang, jalanan pun masih sepi. Jelang Spd dan ibu Slhh (nama samaran), yang keduanya perempatan by pass Krian, bus yang semula hakim dan jaksa di Pengadilan Agama Mojokerto melaju kencang tiba-tiba mengurangi dan Sidoarjo. Beliau mengatakan bahwa pada kecepatannya. Semua penumpang clingak-clinguk bulan April sampai Agustus pada tiap tahunnya keheranan, ada apa-ada apa? Ternyata di depan hampir bisa dipastikan adanya peningkatan kasus bus kira-kira 50 meter terlihat kerumunan banyak nikah paksa (di bawah umur) dan ini disinyalir orang, tampak satu lajur jalan dari arah Surabaya sebagai dampak dari perayaan malam tahun baru tertutup kerumunan orang tersebut. dan Valentine Day pada bulan Pebruari. Perlahan bus melintas. Ternyata Fakta dan data di atas sungguh tampak sederetan anak-anak remaja sangat mengerikan. Akankah kita belasan tahun menyaksikan balapan liar biarkan anak-anak remaja terjerumus di jalan by pass Krian tersebut. Sambil dalam lembah kehancuran? Bukankah bus melintas dengan sangat perlahan mereka semua harapan keluarga, tampak empat sepeda motor brong masyarakat, bangsa, dan negara? bersiap start memulai balapan liarnya. Mengapa hal ini terjadi? Perkembangan Handaka Indra S. Reng-reng-reng suara sangat keras sain dan teknologi mendorong Direktur LAZIS al Haromain terdengar dari dalam bus. Dalam benak pergaulan semakin bebas, interaksi saya berkata, “Edan tenan arek-arek iki! budaya antar bangsa dan negara Nyowo ge dulinan!” Bukankah balap liar semakin terbuka tanpa ada filter, di jalan raya by pass sangat berbahaya? Kendaraan dimana hal tersebut menggeser akan pentingnya besar atau kecil pasti kencang jalannya. pemahaman terhadap nilai-nilai agama. Di sisi lain, Hal lain yang mengejutkan saya adalah di bimbingan dan nasihat orang tua dan keluarga antara berderetnya remaja yang menyaksikan sangat kurang, sedang pengawasan semakin balap liar tersebut tampak anak-anak remaja longgar. cowok dan cewek berboncengan di atas sepeda Bukankan anak remaja menjadi tumpuan motor yang diparkir berjajar di tepi jalan. harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa, Kebetulan posisi duduk saya berada pada deret dan negara? Oleh karena itu, kita tidak boleh kursi sebelah kiri, sehingga dengan jelas bisa membiarkan para remaja terjerumus dalam menyaksikan. Tampak beberapa di antara mereka lembah kehancuran. Allah subhanahu wata’ala berangkulan di atas sepeda motor sambil berfirman yang artinya: Jagalah dirimu dan memegangi HP. Sungguh memprihatinkan. Berkalikeluargamu dari siksa api neraka. Mari kita kali saya pegangi dada saya sambil bergumam, dampingi mereka, kita bimbing dan arahkan untuk “Anake sopo yah mene ndek pinggir dalan pasang- memahami nilai-nilai agama secara baik dan benar. pasangan?” Bukankah waktu shubuh mestinya Jika mereka menyimpang sedikit saja, misalnya: mereka masih di masjid atau di mushalla untuk remaja kita pulang larut malam tanpa alasan yang shalat shubuh dan wiridan, atau masih di rumah jelas, apalagi remaja putri, langsung tak seganmereka masing-masing karena memang masih pagi. segan kita mengingatkan; dengan siapa anak kita Saya ingat-ingat waktu itu juga tidak bertepatan bergaul kita juga harus tahu. dengan hari libur sekolah atau kerja. Pemerintah melalui Menteri Kesehatan RI Ibu Dari peristiwa ini saya jadi teringat dengan Nafsiyah Mboy, juga tidak asal nyeplos aja dalam data yang dikemukakan Komnas Perlindungan Anak mencari solusi. Masak gara-gara data aborsi 2,5 (KPA), bahwa dari penelitian yang dilaksanakan di juta per tahun solusinya dengan kondomisasi 33 propinsi pada pertengahan tahun 2012 yang (sosialisasi kondom). Bukankah ini justru lalu terhadap siswa-siswi SMP dan SMA, hasilnya mendorong pergaulan bebas (free sex) yang sangat mengerikan; yaitu: 97% mengaku pernah menyesatkan? Wallahu a’lam.
5
sakti2.wordpress.com
fokus utama
S
alah satu persoalan yang melanda bangsa tingkat bawah sampai tingkat atas, dan Indonesia saat ini adalah adanya gejala berasal dari berbagai tingkatan usia. Bahkan dekadensi moral. Kerusakan moral yang fenomena seks bebas yang melibatkan pelajar melanda bangsa Indonesia sudah melewati dan mahasiswa kini semakin meluas. Ada tahap yang sangat mengkhawatirkan karena indikasi penjualan kondom khususnya di kota sudah masuk di segala bidang dan melanda besar mengalami peningkatan yang signifikan hampir seluruh komponen bangsa, baik setiap malam minggu, malam tahun baru, dan aparatur negara maupun masyarakat umum. malam Valentine, sementara pembelinya Banyak indikasi yang menunjukkan hal kebanyakan adalah para remaja usia pelajar tersebut, antara lain: pertama, semakin dan mahasiswa. memudarnya kejujuran dan merajalelanya Keempat, meningkatnya angka kebohongan. Kejujuran menjadi suatu kriminalitas, mulai dari pencurian, yang mahal, sementara praktik perampokan, penodongan, kebohongan secara masif telah pembunuhan, kasus miras dan menjangkiti semua aspek. Bahkan narkoba, kasus perjudian serta kasus dunia pendidikan yang seharusnya human trafficking. Pelakunya juga menjadi penjaga dan pelestari nilaisangat bervariasi, ada yang bersatus nilai moral telah terseret melakukan pelajar dan mahasiswa, bahkan oknum Ainul Yaqin skandal dusta. Indikator yang paling Sekretaris MUI Jatim petugas seperti polisi, jaksa, dan jelas adalah kasus Ujian Nasional hakim. (Unas) yang memperlihatkan adanya praktik Kelima, semakin maraknya kasus ketidakjujuran yang dilakukan oleh para perkelahian yang melibatkan berbagai praktisi pendidikan terjadi secara merata di kelompok masyarakat, mulai dari perkelahian hampir semua tempat. antarkampung, antargang, pelajar, dan bahkan Kedua, merajalelanya kasus korupsi dan mahasiswa. suap. Keduanya seolah sudah menjadi budaya. Keenam, kasus pornografi dan rekaman Korupsi yang modus operandinya adalah perbuatan mesum. Pornografi sekalipun telah kedustaan yang diwujudkan dalam bentuk ada undang-undangnya yang mengatur, tetapi manipulasi data, telah menjadi kebiasaan di praktiknya masih tetap marak. Bahkan, berbagai instansi. banyak kasus rekaman perbuatan mesum Ketiga, semakin merajalelanya perzinaan, justru dibuat oleh pelaku sendiri, khususnya perbuatan mesum, seks bebas, menggunakan HP. perselingkuhan, prostitusi, dan perkosaan. Selain gejala dekadensi moral di atas, Saat ini fenomena perzinaan telah terdapat fenomena yang memperlihatkan menjangkiti berbagai lapisan masyarakat dari adanya karakter yang bermasalah yang
6
menyelimuti bangsa ini, baik warisan lama sebagai dampak dari bekas negara jajahan, ataupun merupakan perkembangan baru. Di antara contoh karakter bermasalah itu adalah: 1. Kecenderungan hipokrit (perilaku munafik, biasa berpura-pura, tidak terus terang, dan basa basi) akibat terlalu sering mendapatkan tekanan dari kekuatankekuatan dari luar. Implikasinya adalah munculnya budaya ABS. Karakter hipokrit semakin kuat ketika penyakit cinta dunia dan takut mati semakin berjangkit di masyarakat. 2. Kecenderungan kurang bertanggung jawab atas perbuatan, putusan, kelakukan, pikiran, dan sebagainya juga melanda sampai ke tingkat aparatur negara. Karakter kurang bertanggung jawab juga merupakan implikasi dari penyakit cinta dunia dan takut mati. 3. Tidak percaya diri, suka meniru, dan takut menghadapi resiko. Akibatnya tidak kuat dalam mempertahankan atau memperjuangkan prinsip dan keyakinannya sendiri sehingga gejala pelacuran intelektual amat mudah terjadi. 4. Ingin mendapatkan sesuatu secara instant dan enggan bekerja keras. Muncul fenomena pemalsuan ijazah, membeli gelar sarjana, supaya segera dapat pangkat, dan dari kedudukan berpangkat cepat bisa menjadi kaya. 5. Rendah ketaatan pada aturan dan tidak disiplin. Hal yang paling kelihatan adalah tercermin dalam perilaku berlalu-lintas. Identifikasi Faktor Penyebab Munculnya kecenderungan karakter bermasalah dipicu oleh berbagai faktor, baik faktor lama maupun baru. Indonesia yang mengalami penjajahan begitu lama ditambah dengan karakter penjajah Belanda di Indonesia yang feodalis dan ekspoitatif telah menyebabkan kebanyakan dari elemen bangsa menjadi berwatak pecundang, kehilangan kepercayaan diri, dan hipokrit. Karakter hipokrit dan tidak percaya diri ini semakin lestari ketika pasca kemerdekaan Indonesia masih diperintah secara feudal, khususnya di masa orde baru. Contoh paling nyata, banyak orang Indonesia yang tidak percaya terhadap hasil karya
anak bangsanya sendiri, tetapi lebih suka melirik dan memuji hasil karya bangsa lain. Orang-orang kaya dan para pejabat, lebih suka berobat di luar negeri dari pada di dalam negeri, padahal dalam banyak hal, ahli-ahli di dalam negeri tidak kalah hebat dengan ahliahli dari luar negeri. Pasca reformasi keadaan bangsa ini tidak menjadi lebih baik. Karakter tidak percaya diri justru semakin menjadi-jadi. Bangsa ini menjadi bangsa peniru. Apa yang ada di bangsa lain khususnya di Barat hendak diusung semua untuk diterapkan di negeri ini seolah-olah semua yang dari Barat adalah baik dan kalau sudah mengikuti Barat menjadi modern. Maka, mulai sistem politik sampai tatanan sosial budaya masyarakat di Barat ingin diimpor semua, seperti isu-isu liberalisme, demokrasi, HAM, dan pluralisme. Maka tidak aneh ketika putra Indonesia berhasil meraih prestasi gemilang di bidang sain dan teknologi tidak menjadikan bangsa ini bangga dan tidak menarik bagi media untuk memberitakannya. Lebih-lebih lagi jika prestasi itu berkaitan dengan keagamaan, seperti prestasi di bidang tafsir dan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Sementara itu, secara latah bangsa ini justru meniru bangsa lain ikut-ikutan mengejar prestasi yang tidak jelas melalui kontes raturatuan, mulai dari Miss Universe sampai Miss World. Persoalan krisis karakter menjadi semakin komplek ketika muncul berbagai persoalan baru yang memicu krisis akhlaq yang semakin jauh. Beberapa faktor lain yang menyebabkan bangsa ini menghadapi krisis akhlaq dan karakter yang semakin mengkhawatirkan di antaranya: 1. Krisis keteladanan Krisis keteladanan yang melanda bangsa ini telah memasuki berbagai tingkatan masyarakat mulai dari krisis keteladanan pemimpin, tokoh masyarakat, guru, sampai dengan orang tua. Krisis keteladanan muncul karena adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara teori dan praktik, antara ucapan dan perbuatan. Fenomena ketidakkonsistenan ini dilakukan oleh para tokoh dan pemimpin di tingkat atas, maupun tingkat menengah, bahkan lokal. Bukan rahasia lagi ketika ada pemimpin yang menyatakan perang terhadap
7
korupsi, ternyata orang di sekelilingnya justru yang melakukan korupsi. Ketika pemimpin menyatakan harus berobat di dalam negeri, ternyata ketika istrinya sakit malah berobat ke luar negeri. Bahkan perilaku inkonsisten juga dilakukan oleh oknum yang menyandang gelar kiyai haji. Akibatnya ulama yang sebelumnya sebagai agen of change dan cultural broker pelan-pelan terlucuti peranannya. Masyarakat yang sebelumnya selalu berkonsultasi dengan ulama atau kiyai pelan-pelan bergeser meninggalkannya. 2. Problem Pendidikan Tujuan pendidikan nasional sebenarnya telah dirumuskan sangat baik dalam undangundang sistem pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun ternyata pada praktiknya ditemukan banyak hal yang tidak searah dengan rumusan tersebut. Dalam rumusan UU Sisdiknas misalnya, telah disebutkan bahwa pendidikan bersifat integral antara aspek keimanan dan ketaqwaan, akhlak, pengetahuan, kecakapan, kreativitas, dan kemandirian, namun pada praktiknya masih sangat kental adanya dikotomi dan sekularisasi ilmu. Ilmu agama dipisah dengan ilmu umum dan ilmu umum tidak dijiwai oleh agama. Pandangan dikotomis ini lebih lanjut diikuti dengan sikap minor terhadap pelajaran agama, yang menyatakan bahwa agama bukanlah ilmu, sebuah pandangan yang mengacu pada konsep filsafat ilmu ala Barat. Sikap minor kemudian diikuti dengan sikap diskriminatif bahwa agama tidak menjadi ukuran untuk menentukan kelulusan siswa. 3. Masalah Media Pasca dibubarkannya Departemen Penerangan muncul fenomena kebebasan media yang kebablasan. Media yang semestinya sebagai peran kontrol berubah menjadi provokator. Berbagai tayangan di media baik cetak maupun elektronik lebih banyak bersifat provokatif yang mengarah pada delegetimasi pemerintah di mata rakyat
8
dari pada peran kontrol dan korektif terhadap kebijakan pemerintah. Selain itu, media yang semestinya sebagai penyampai informasi yang benar berubah menjadi pendistorsi informasi. Media yang semestinya ikut membentuk karakter masyarakat justru sebaliknya di mana banyak tontonan di media yang tidak layak ditonton khususnya anak-anak, seperti menampilkan kekerasan, pornografi, dan pornoaksi. 4. Efek Negatif Globalisasi Globalisasi yang sedang berjalan saat ini mengandung dua implikasi yang bertolak belakang. Di satu pihak, telah memberi peluang terjadi penyebaran pertumbuhan internasional sehingga diharapkan dapat mengangkat derajat hidup orang banyak. Di pihak yang berbeda, dampak ekonomi globalisasi ternyata tak dapat dinikmati oleh seluruh bangsa di dunia. Globalisasi memungkinkan terjadinya kelompok bangsa yang termarjinalisasi dan menjadi sarana proses homogenisasi, yaitu menyatukan pemikiran dan memfokuskan pandangan masyarakat dunia untuk menggunakan kode etik dan nilai-nilai bersama yang bersumber dari Barat. 5. Peran Da’wah Belum Optimal. Tak dipungkiri bahwa da’wah telah dilakukan bahkan mungkin semakin semarak. Namun dalam banyak hal, da’wah masih bersifat sporadis tidak terkoordinasi dengan baik. Materi da’wah juga masih banyak berkisar pada ajakan-ajakan yang bersifat ritual kurang muatan penanaman aqidah masyarakat. Bagamana masyarakat mampu menangkal berbagai masalah yang akan mengancam aqidah dan merusak akhlaq belum banyak disampaikan. Demikian pula da’wah yang bersifat menyerukan amar ma’ruf nahi munkar juga belum banyak disampaikan. Sehingga masyarakat kurang memiliki sensitivitas terhadap fenomena kemungkaran yang terjadi di sekelilingnya. Krisis karakter dan moralitas bangsa sebagaimana di atas harus segera disadari dan diselesaikan oleh semua komponen bangsa ini, sebab jika dibiarkan tanpa upaya serius untuk menanganinya, bayang-bayang untuk menjadi bangsa yang terpuruk dan marjinal sangat mungkin menjadi kenyataan. Wallahu a’lam.
reportase
Kerusakan moral yang melanda bangsa Indonesia sudah mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan. Kerusakan itu sudah terlihat dan terdampak di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, dari tingkat pusat hingga ke daerah. Bahkan sudah masuk ke lembaga masyarakat terkecil bernama keluarga. Kerusakan moral paling genting melanda generasi muda bangsa ini. Sebab, merekalah yang kelak akan melanjutkan tongkat estafet kehidupan negara ini. Jika kerusakan moral itu tidak segera diatasi, maka kejatuhan bahkan kehancuran bangsa ini tinggal menunggu waktu saja. Terkait hal itulah di sela-sela acara Konferensi Pendidikan Islam yang diselenggarakan pada 29 Desember 2012 yang lalu oleh Divisi Pendidikan Yayasan Persyada AlHaromain, Prof. Dr. Daniel M. Rosyid, salah satu keynote speaker, menyediakan waktu berbincang dengan Bahtiar HS dari Majalah Al-Haromain. Berikut beberapa petikan perbincangan dengan Penasehat Dewan Pendidikan Jawa Timur tersebut: Pak Daniel, dekadensi moral telah melanda bangsa ini dengan begitu parah dan masif di segala bidang. Bahkan kerusakan moral pada generasi muda kita sudah sangat memprihatikan. Nah, menurut Bapak, adakah kaitan erat antara terjadinya dekadensi moral itu dengan sistem pendidikan kita? Ya, tentu saja. Kesalahan sistem pendidikan kita memberikan andil yang besar terhadap kerusakan moral bangsa ini, khususnya generasi mudanya. Hal itu bermula ketika pendidikan disamakan hanya sekedar persekolahan saja. Berbagai persoalan itu,
termasuk dekadensi moral, muncul justru karena pendekatan persekolahan yang berlebihan. Pendekatan persekolahan sering mensyaratkan instrumen teknokratik yang sentralistik dan tak-peka budaya. Korban pertama dari schoolism ini adalah lembaga keluarga. Keluarga kita kini telah kehilangan fungsi tarbiyahnya. Keluarga hanya menjadi lembaga biologis yang melahirkan anak-anak, tetapi fungsi pendidikannya atau tarbiyahnya telah direbut oleh lembaga pendidikan yang kita sebut “sekolah”. Padahal di sekolah, guru tidak tertarik dengan urusan karakter siswanya, karena guru disibukkan dengan urusan tetek-bengek administratif, sertifikasi, dan kurikulum. Sementara para orang tua memiliki mind-set bahwa urusan
danielrosyid.com
9
danielrosyid.com
pendidikan anak-anaknya telah diserahkan kepada sekolah, termasuk pendidikan karakter dan akhlak mereka. Lalu di mana mereka mendapatkan pendidikan karakter dan akhlak? Beberapa tahun terakhir ini kita menyaksikan sekolah menjadi bagian dari masalah, bukan bagian dari solusi. Tidak sedikit guru mengajarkan kebohongan justru di sekolah. Guru lebih mengharapkan jawaban
yang benar dari murid-muridnya, bukan jawaban yang jujur. Menyontek dianggap biasa. Padahal belajar adalah sebuah proses menumbuhkan kesetiaan pada kebenaran. Banyak kekerasan justru terjadi di sekolah secara fisik maupun non-fisik. Guru lebih mudah marah bila murid datang tidak berseragam daripada jika ia tidak membawa buku. Sekolah hanya tempat guru mengajar,
Daniel Mohammad Rosyid lahir di Klaten, 2 Juli 1961 dalam keluarga Jawa campuran China-India. Beliau merupakan Ph.D. holder pertama di Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya setelah lulus dari Dept. Of Marine Technology, the University of Newcastle upon Tyne, Inggris tahun 1991. Beliau merupakan Member of the Royal Institution of Naval Architects (MRINA) yang aktif mengembangkan minat di bidang Small Craft Technology. Prof. Daniel memegang beberapa jabatan fungsional di almamater ITS maupun di luar kampus. Salah satunya, beliau kini menjabat sebagai Penasehat Dewan Pendidikan Jawa Timur. Sebagai wujud kepeduliannya terhadap dunia pendidikan, beliau pernah merintis pendirian sebuah sekolah dasar di Surabaya yang merupakan model pendidikan dasar baru berbasis kecerdasan majemuk. Di samping itu, beliau juga aktif berwirausaha di berbagai lini, termasuk meneruskan usaha keluarga. Pakar Kelautan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut menyampaikan makalah berjudul “Krisis Pendidikan dan Masa Depan Sekolah” pada Konferensi Pendidikan Islam Al-Haromain.
10
bukan tempat murid belajar. Di sinilah kesalahan pendidikan kita berdampak pada rusaknya moral anak-anak generasi muda.
doc lazis
Apa itu berarti orang tua harus menyediakan waktu yang lebih banyak untuk mendidik anak-anak mereka di rumah? Sementara tuntutan hidup mereka juga cukup tinggi sehingga harus bekerja di luar rumah. Ya, inilah tantangannya: saat para istri harus meninggalkan rumah untuk bekerja mengisi lowongan di pabrik-pabrik dan kantor-
kantor, pendidikan, terutama 3-6 tahun pertama, di rumah bagi anak-anak diserahkan pada pembantu dan TV. Tetapi jika kondisi sekolah seperti itu, justru tidak membuat anak-anak belajar, hanya menjadi penjara kreativitas dan penjelajahan gagasan baru, tidak juga ada pendidikan karakter dan akhlak anak-anak, orang tua harus mengambil peran lebih. Bentuk-bentuk sekolah homeschooling yang melibatkan orang tua secara aktif bisa dipilih sebagai salah satu solusi. Mungkin juga bisa memilih sekolahsekolah yang bagus, yang memang menerapkan metode belajar yang integral dan holistik. Bukan begitu, Pak? Bisa juga, tetapi jumlahnya sedikit dan biayanya seringkali sangat mahal. Hanya anakanak mereka yang kaya saja yang dapat bersekolah di sini.
Bagaimana dengan pesantren, Pak? Bisakah menjadi alternatif? Sebenarnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang lebih baik daripada sekolah dalam arti seperti sekarang ini. Di pondok pesantren, santri tidak saja dibekali dengan ilmu-ilmu umum, tetapi juga ilmu-ilmu agama, termasuk akhlak. Di pesantren, santri juga praktik langsung. Ini yang penting. Hanya saja, pondok pesantren masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang tua yang sudah “tersekolahkan” (schooled). Ya itu tadi. Mereka masih memandang bahwa anak-anak perlu bersekolah, karena syarat memasuki jabatan-jabatan publik adalah ijazah mereka. Tujuan mereka bersekolah masih untuk mengisi lowongan pegawai; yang itu tidak berbeda jauh dengan sekolah pada masa kolonial. Karena itu, pesantren perlu memperbaiki diri agar dapat bersaing dengan sekolah-sekolah umum. Lalu, apa usulan langkah untuk memperbaiki kondisi ini, Pak? Pertama, kurangi pendekatan persekolahan, karena di zaman internet ini pendidikan bisa di mana saja, terutama di keluarga. Kedua, kalau keluarga memiliki usaha sendiri, anak-anak perlu dilibatkan agar mereka mengalami belajar yang sesungguhnya. Ketiga, libatkan anak-anak dengan lingkungan alam dan masyarakat di sekitarnya. Qoryah Thoyyibah Solo bisa dijadikan contoh. Keempat, Kepala Sekolah dan guru harus berani keluar dari zona nyaman model pembelajaran teacher-centered sekarang ini. Di tangan guru yang cakap, kurikulum yang “seadanya” akan diubah menjadi pembelajaran yang luar biasa. Kelima, sertifikasi guru itu seharusnya dikelola dan dikeluarkan oleh organisasi profesi guru seperti PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), agar lebih independen seperti sertifikasi dokter dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Bukan dilakukan oleh LPTK eks-IKIP seperti sekarang ini. Proses sertifikasi guru harus credible di mana sertifikat tidak bisa diperjualbelikan. Kalau begitu caranya, kualitas mereka tidak akan meningkat.
11
telaah
Ust. Masyhuda Al-Mawwas Ketua Pengurus Mahad Nurul Haromain Malang
Berucap Baik Berbuat Baik
inspirasis.wordpress.com
Akan datang kepada manusia suatu masa saat ada orang di antara mereka yang teguh memegang agamanya, maka ia seperti menggenggam bara. (HR. Turmudzi no 2361)
M
engamati realitas moral umat manusia pada dewasa ini, khususnya para remaja dan anak muda, tentu kita dengan mantap memutuskan bahwa kerusakan moral yang terjadi telah sampai pada tingkat fitnah agama yang bernama Fitnah Duhaima’, yakni fitnah di mana darah, harta, dan kemaluan bebas diperjualbelikan telah terjadi. Atau kita telah memasuki Zaman al-Harj, zaman campur aduknya kebaikan dan keburukan. Bagi insan beriman, hal demikian merupakan masalah besar yang menguji kekuatan dan ketangguhan iman. Pada masa seperti ini, menjadi orang baik semakin sulit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
12
Seperti halnya segala penyakit pasti ada obatnya, maka demikian pula halnya dengan masalah yang berupa ujian-ujian beragama. Bagi kita yang menginginkan keselamatan bagi diri dan anak-anak kita dari kerusakan moral, maka sebenarnya ada banyak pula solusi yang sudah disiapkan Allah. Di antara solusi itu yang bisa dan mudah dilaksanakan adalah mentradisikan ucapan yang baik dalam lidah kita. Dalam Al-Qur’an, ucapan yang baik muncul dengan bahasa al-kalim at-thayyib, al-qaul at-thayyib , qaulan sadidan, dan ahsanu qaulan, yang bila dicermati pasti bahasa-bahasa ini disebutkan bersama bahasa amal shaleh yang maknanya bahwa dengan ucapan yang baik seseorang akan dibimbing oleh Allah bisa berbuat baik, yang berarti ia selamat dari keburukan. Jadi ucapan yang baik adalah sebuah kontrol moral yang sangat efektif sebagaimana difirmankan Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan hendaknya mereka mengucapkan yang baik, niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian, dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian…” (QS. al-Ahzab: 70-71).
Ucapan baik yang harus menghias lidah kita adalah: 1. Laa ilaaha illallah, selaku bacaan dzikir yang paling utama 2. Bacaan Al-Qur’an. Jadi membaca Al-Qur’an bukan semata-mata karena pahala, tetapi juga terkait dengan keyakinan kita bahwa membaca Al-Qur’an berarti mengucapkan yang baik, yang artinya kita membangun sistem kontrol diri dalam diri kita. Apalagi telah dikatakan bahwa Al-Qur’an adalah solusi. “Ingat, akan ada fitnah.” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah jalan keluar (Makhraj) dari fitnah itu?” Beliau bersabda, “Kitab Allah, di dalamnya ada berita segala sebelum kalian, kabar (apa yang terjadi) setelah kalian, hukum apa yang ada di antara kalian. Ia (Kitab Allah) adalah pemisah, bukan permainan… Barang siapa yang mencari petunjuk pada selainnya, maka Allah pasti menyesatkannya. Ia adalah tali Allah yang kokoh. Ia adalah dzikir yang mulia. Ia jalan yang lurus. Ia (penuntun) keinginan–keinginan (agar) tidak melenceng (dari kebenaran). Lisan–lisan tidak repot dengannya. Ulama tidak pernah merasa kenyang darinya. Ia tidak usang karena seringnya diulang-ulang. Keajaiban–keajaibannya tidak pernah habis. Ia yang ketika Jin mendengarnya senantiasa berkata, “Sesungguhnya kami mendengar AlQur’an sebagai keajaiban yang menunjukkan kepada kebenaran” (QS. al-Jin: 1-2). Barang siapa berkata dengannya, maka dia benar. Barang siapa yang mengamalkannya, maka dia diberi pahala. Barang siapa memutuskan dengannya, maka dia adil. Dan barang siapa yang mengajak kepadanya, maka dia menunjukkan kepada jalan yang lurus.” (HR. Turmudzi / 3070). Inilah di antara hikmah mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendidik umat agar senantiasa dekat dengan Al-Qur’an dengan memberikan dorongan agar ia dibaca tuntas dari mulai al-Fatihah hingga al-Baqarah. Agar sebagian surat-surat Al-Qur’an dibaca pada setiap malam atau pada hari-hari tertentu. Surat al-Kahfi misalnya yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam supaya dibaca pada setiap
hari jum’at. Beliau bersabda:
“Barang siapa membaca surat al-Kahfi pada hari jum’at, maka ia terjaga dari segala fitnah sampai delapan hari kemudian. Jikalau pun Dajjal keluar, niscaya ia terjaga darinya.” (HR. al-Hafizh Dzhiyauddin al-Maqdisi dari Ali radhiyallahu ‘anhu) 3. Bacaan Shalawat Nabi, Istighfar, alAsma’ul Husna dan seluruh bacaan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh kita patut berterima kasih dan berdo’a semoga Allah membalasnya dengan kebaikan berlipat ganda kepada Imam Abdullah bin Alawi alHaddad yang mengumpulkan bacaanbacaan yang warid dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu kumpulan seperti al-wird al-lathif dan al-Hishnu al-Hashin yang kemudian terkenal dengan Rotib al-Haddad. Dan juga kepada Imam al-Hasan al-Banna yang membuat kumpulan dzikir/wirid yang kemudian diberikan nama al-Ma’tsuuraat. Sesungguhnya apa yang beliau berdua lakukan ini termasuk dalam kategori bid’ah hasanah.Tanpa kumpulan-kumpulan semacam ini barang kali khalayak tidak banyak mengenal dan mengamalkan bacaan-bacaan yang diajarkan secara langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sangat disayangkan jika kemudian sebagian kelompok kaum muslimin, semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita, membatasi ucapan yang baik hanya pada Laa ilaaha illallahu dan membaca Al-Qur’an dengan dalih tidak ada yang lebih utama dari keduanya. Hal demikian ini secara langsung menafikan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang keutamaan bacaanbacaan yang diajarkan oleh beliau. Atau bahkan menafikan ajaran kitab suci Al-Qur’an yang juga mendorong supaya manusia memperbanyak memohon ampunan kepada Allah dengan membaca Istighfar.
13
4. Ucapan yang baik. Ucapan yang baik memiliki kriteria salah satunya jujur. Untuk bisa berbuat baik dan terhindar dari keburukan moral, berkata jujur menjadi suatu pilihan yang tidak bisa ditawar. Karena jika tidak jujur, maka berarti kita berbohong. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan: “Tetapilah oleh kalian kejujuran, sebab kejujuran menuntun kepada bisa berbuat kebaikan… Waspadailah oleh kalian kebohongan, sebab kebohongan menuntun kepada perbuatan nista…” (Muttafaq alaih).
tidak kondusif untuk itu semua, maka marilah kita mencari untuk mereka instansi pendidikan yang menjadikan al-kalim atthayyib sebagai kurikulum wajib. Wallahu A’lam, Ya Allah berikanlah pertolongan!
Ketika seseorang sudah tidak bisa lagi mengontrol ucapan sehingga berbelok-belok ke sana kemari, dari satu kedustaan kepada kedustaan lain, berkelana dalam ghiibah (menggunjing) dan mengadu domba, maka sebenarnya ia telah menggali lubangnya sendiri. Barangkali bukan lubang kematian, tetapi justru lebih berbahaya, yaitu lubang kehancuran akhlak dan buruknya perilaku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak lurus iman seorang hamba sebelum lurus hatinya. Dan tidak lurus hatinya sebelum lurus lidahnya.” (HR. Imam Ahmad). Dalam sebuah hadits disebutkan yang artinya: Kala anak Adam memasuki waktu pagi, maka seluruh anggota tubuh memberikan peringatan kepada lidah: “Takutlah kepada Allah tentang kami, karena sesungguhnya terserah dirimu; jika kamu lurus, maka kami lurus, dan jika kamu bengkok, maka kami pun bengkok.” (HR. Turmudzi). Jadi ucapan adalah petunjuk perbuatan, bukan sebaliknya. Maka bagi kita para orang tua yang mendamba dan berharap anak-anak kita diselamatkan oleh Allah dari fitnah kerusakan moral, maka keempat poin di atas menjadi salah satu materi wajib yang harus diberikan kepada mereka. Jika iklim keluarga
14
Ralat: Pada edisi Januari 2013 kemarin terjadi kesalahan pada Daftar Isi. Judul Zone Pendidikan yang benar adalah “Mewujudkan Generasi Rabbani: Memulai dari yang Kecil-kecil”. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Pada rubrik Kata Mereka tertulis Keluarga Besar BSM Nganjuk seharusnya Keluarga Besar Bank Mandiri Cabang Nganjuk. ~ Redaksi
Fadhilah
Amal Jariyah
2. 3. 4. 5. 6. 7.
mutiara hadits
Amal shaleh yang ia tinggalkan. Mushaf yang telah ia wariskan. Masjid yang telah ia bangun. Sebuah rumah yang telah ia bangun untuk ibnu sabil (musafir). Sungai yang telah ia alirkan. Sedekah yang telah ia keluarkan dari hartanya ketika ia masih sehat.
Itulah amal jariyah (amal yang mengalir) walaupun ia sudah wafat akan tetapi pahalanya masih tetap menyertainya. Demikianlah jalan-jalan amal kebaikan bagi orang yang beriman dalam menjalani kehidupan untuk meraih kesuksesan dan keberuntungan serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Ternyata Artinya: “Sesungguhnya di antara amal atau banyak sekali jalan kebajikan yang dapat perbuatan-perbuatan baik seorang mukmin yang akan menyusulnya setelah mati adalah ilmu yang dijalankan oleh orang-orang yang beriman, yang telah ia ajarkan dan ia sebarkan, anak shaleh yang menyebabkan ia selamat dan bahagia dunia dan ia tinggalkan, mushaf yang ia wariskan, masjid akhirat. yang telah ia bangun, sebuah rumah untuk ibnu Marilah kita ambil pelajaran dalam hadits tsb: sabil yang telah ia bangun, sungai yang telah ia a. Marilah kita sama-sama bersemangat untuk alirkan, sedekah yang telah ia keluarkan dari hartanya ketika ia masih sehat, semua itu akan menuntut ilmu. Karena hanya dengan ilmulah menyertainya setelah ia mati.” manusia tidak terjerumus ke dalam (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Al-Baihaqi) kebodohan dan kesesatan, terutama ilmu ma’rifatullah. Keterangan. b. Jangan lupa untuk senantiasa mendidik anakBetapa besar kasih sayang Allah Subhanahu anak kita dengan pendidikan Dinul Islam, agar wata’ala dengan diutusnya Rasulullah menjadi anak yang shaleh dan shalihah. Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagi c. Begitu juga mewakafkan atau rahmatan lil’alamin (sebagai rahmat mewariskan kitab suci Al-Qur’an di masjiduntuk semesta alam) agar manusia masjid atau mushalla agar dapat dalam kehidupan di dunia ini benar| Ust. Abdul Fatah mempermudah anak-anak kita belajar Albenar nyaman, bahagia, dan sejahtera, Oleh Pembina MT Al Isyroq Qur’an. serta selamat dari dahsyatnya siksa api Gresik d. Sumbanglah masjid-masjid atau mushalla neraka di akhirat kelak ketika dan pesantren yang sedang dibangun, agar menghadapi keadilan Allah Subhanahu wata’ala. dapat mempercepat selesainya pembangunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diutus tersebut. oleh Allah di muka bumi ini adalah untuk memberi e. Perlu juga membangun rumah untuk para khabar gembira dengan amalan-amalan dan musafir yang sedang beristirahat. perbuatan serta ucapan yang menyebabkan kita f. Buatlah sungai-sungai yang dapat mengalirkan ini mendapatkan surga dan ridha-Nya. air ke sawah ladang dan tanaman yang lain Di samping membawa kabar gembira, sehingga tanaman itu menjadi subur. Rasulullah juga membawa peringatan atau g. Tidak kalah pentingnya bershadaqah, karena ancaman terhadap umat manusia yang berpaling dengan bershadaqah itu kaum fakir miskin dari ajaran syari’at yang telah ditetapkan oleh dapat tertolong hidupnya dan dapat ibadah Allah dan Rasulullah, yaitu ancaman berupa siksa dengan tenang dan khusyu’. api neraka. Na’udzubillahi min dzalik. Demikianlah amal kebajikan yang dapat Sehubungan dengan hadist di atas, Rasulullah menghasilkan balasan pahala yang kuar biasa Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan besarnya karena kasih sayang Allah dan penjelasan tentang kabar gembira yang akan keistimewaan yang dianugerahkan oleh Allah diterima oleh umatnya yang mau berbuat amal kepada umat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi shaleh yang pahalanya luar biasa besarnya sampaiwasallam. Semoga Allah senantiasa memberikan sampai pahala tersebut dapat menyusul dan jalan kemudahan dalam mengemban dakwah ini. mendampinginya setelah ia wafat. Amin. Di antara amal kebajikan bagi seorang mukmin Wallahu a’lam. yang dapat mengantarkannya sampai mati adalah: Referensi. 1. Ilmu yang telah diajarkan dan Khashais al-Ummah Muhammad Dr. Muhammad Alawi Al-Maliky Al-Hasani didakwahkan kepada orang lain.
15
profil
Biografi Singkat eliau adalah Muhammad Ali ash-Shabuni. Lahir di kota Aleppo, Suriah, pada tanggal 1 Juli 1930. Syekh Ali ashShabuni bersama Syekh Yusuf al-Qaradlawi pernah ditetapkan sebagai Tokoh Muslim Dunia 2007 oleh DIQA. Nama besar Syekh Muhammad Ali ashShabuni begitu mendunia. Beliau merupakan seorang ulama dan ahli tafsir yang terkenal dengan keluasan dan kedalaman ilmu serta sifat wara’nya. Nama lengkap beliau adalah
B
Muhammad Ali Ibn Ali Ibn Jamil ash-Shabuni. Syekh ash-Shabuni dibesarkan di tengahtengah keluarga terpelajar. Ayahnya, Syekh Jamil, merupakan salah seorang ulama senior di Aleppo. Sejak usia kanak-kanak, ia sudah memperlihatkan bakat dan kecerdasan dalam
doc ash shofwah
16
doc ash shofwah
menyerap berbagai ilmu agama. Di usianya yang masih belia, Ash-Shabuni sudah hafal Alquran. Tak heran bila kemampuannya ini membuat banyak ulama di tempatnya belajar sangat menyukai kepribadian Syekh ashShabuni. Riwayat Pendidikan Salah satu guru beliau adalah sang ayah, Jamil ash-Shabuni. Ia memperoleh pendidikan dasar dan formal mengenai bahasa Arab, ilmu waris, dan ilmu-ilmu agama di bawah bimbingan langsung sang ayah. Ia juga berguru pada ulama terkemuka di Aleppo, seperti Syekh Muhammad Najib Sirajuddin, Syekh Ahmad ash-Shama, Syekh Muhammad Said al-Idlibi, Syekh Muhammad Raghib alTabbakh, dan Syekh Muhammad Najib Khayatah. Untuk menambah pengetahuannya, Syekh ash-Shabuni juga kerap mengikuti kajiankajian para ulama lainnya yang biasa diselenggarakan di berbagai masjid. Setelah menamatkan pendidikan dasar, Syekh ashShabuni melanjutkan pendidikan formalnya di sekolah milik pemerintah, Madrasah alTijariyyah. Kemudian, ia meneruskan pendidikan di sekolah khusus syariah, Khasrawiyya, yang berada di Aleppo. Saat bersekolah di Khasrawiyya, ia tidak hanya mempelajari bidang ilmu-ilmu Islam, tetapi juga mata pelajaran umum. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di Khasrawiyya dan lulus tahun 1949. Atas beasiswa dari Departemen Wakaf Suriah, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, Mesir, hingga selesai
strata satu dari Fakultas Syariah pada tahun 1952. Dua tahun berikutnya, di universitas yang sama, ia memperoleh gelar master pada konsentrasi peradilan Syariah (Qudha asySyariyyah). Studinya di Mesir merupakan beasiswa dari Departemen Wakaf Suria. Aktivitas Mengajar Selepas dari Mesir, Syekh ash-Shabuni kembali ke kota kelahirannya, beliau mengajar di berbagai sekolah menengah atas yang ada di Aleppo. Pekerjaan sebagai guru sekolah menengah atas ini ia lakoni selama delapan tahun, dari tahun 1955 hingga 1962. Setelah itu, ia mendapatkan tawaran untuk mengajar di Fakultas Syariah Universitas Umm al-Qura dan Fakultas Ilmu Pendidikan Islam Universitas King Abdul Aziz. Kedua universitas ini berada di Kota Makkah. Ia menghabiskan waktu dengan kesibukannya mengajar di dua perguruan tinggi ini selama 28 tahun. Karena prestasi akademik dan kemampuannya dalam menulis, saat menjadi dosen di Universitas Umm al-Qura, Syekh ashShabuni pernah menyandang jabatan ketua Fakultas Syariah. Ia juga dipercaya untuk mengepalai Pusat Kajian Akademik dan Pelestarian Warisan Islam. Hingga kini, ia tercatat sebagai guru besar (Professor) Ilmu Tafsir pada Fakultas Ilmu Pendidikan Islam Universitas King Abdul Aziz. Di samping mengajar di kedua universitas itu, Syekh ash-Shabuni juga kerap memberikan kuliah terbuka bagi masyarakat umum yang bertempat di Masjidil Haram.
17
Selain itu, Syekh Ali ash-Shabuni telah nampak keistimewaannya dalam tulisan ini tentang keterusterangannya dan penjelasannya dalam menetapkan keobjektivan agama Islam mengenai pengertian ayat-ayat hukum, dan tentang sanggahannya terhadap dalil-dalil beberapa orang musuh Islam yang menyalahgunakan penanya dengan mempergunakan dirinya dengan menyerang Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam hal pernikahan beliau dengan beberapa orang istri (poligami). 2. Al-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Pengantar Studi Al-Qur’an) Awal mulanya, buku ini adalah diktat kuliah dalam Ilmu Al-Qur’an untuk para mahasiswa fakultas Syari’ah dan Dirasah Islamiyah di Makkah al-Mukarramah, dengan maksud untuk melengkapi bahan kurikulum Fakultas serta keperluan para mahasiswa yang cinta kepada ilmu pengetahuan dan mendambakan diri dengan penuh perhatian kepadanya. doc ash shofwah
Kuliah umum serupa mengenai tafsir juga digelar di salah satu masjid di Kota Jeddah. Kegiatan ini berlangsung selama sekitar delapan tahun. Karya Tulis Beliau adalah sosok ulama mufassir yang kreatif dan produktif menulis. Beliau telah menulis beberapa kitab tafsir sebagai bentuk khidmah beliau pada Al-Quran dan Al-Hadits, di antaranya: 1. Rawa’I al-Bayan fi Tasair Ayat al-Ahkam min Al-Qur’an Kitab ini mengandung keajaiban tentang ayat-ayat hukum di dalam Al-Qur’an. Kitab ini dalam dua jilid besar. Ia adalah kitab terbaik yang pernah dikarang perihal soal ini, sebab dua jilid ini telah dapat menghimpun pemikiran klasik dengan isi yang melimpahruah serta ide dan pikiran yang subur, di samping pemikiran modern dengan gaya yang khas dalam segi penampilan, penyusunan, dan kemudian uslub di pihak lain.
18
3. Al-Nubuwah wa al-Anbiya (Para Nabi dalam Al-Qur’an) Buku yang mengupas tentang Para Nabi dalam Al-Qur’an. Buku ini dikemas secara ringkas, lantaran karya ini merupakan sebuah karya saduran dari sebuah kitab berbahasa Arab yang ditulis oleh Syekh Ali ash-Shabuni . 4. Qabasun min Nur Al-Qur’an (Cahaya alQur’an) Kitab tafsir ini, di antaranya disajikan ayat-ayat Al-Qur’an dari awal hingga akhir secara berurutan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Sehingga pola ini memberikan kemaslahatan tersendiri yang tidak didapatkan di kitab-kitab tafsir lain. Adapun bentuk penyajiannya ialah ayatdemi-ayat atau beberapa ayat yang terangkum dalam satu kelompok maknanya dan tema, yang karena itulah kitab ini disebut tafsir tematik. 5. Shafwah al-Tafasir Salah satu tafsir Syekh Ali ash-Shabuni yang paling popular. Kitab ini terdiri dari tiga jilid, di dalamnya menggunakan metodemetode yang sederhana, mudah dipahami, dan
tidak bertele-tele (tidak menyulitkan para pembaca). Syekh Ali ash-Shabuni telah merampungkan tafsir ini (Shafwah al-Tafasir) secara terus menerus dikerjakannya non-stop siang malam selama lebih kurang menghabiskan waktu lima tahun. Beliau tidak menulis sesuatu tentang tafsir sehingga dia membaca dulu apa-apa yang telah ditulis oleh para mufasir, terutama dalam masalah pokok-pokok kitab tafsir, sambil memilih mana yag lebih relevan (yang lebih cocok dan lebih unggul). Shafwah al-Tafsir merupakan tafsir ringkas, meliputi semua ayat A-Qur’an sebagaimana yang terdapat dalam judul kitab: Jami’ baina al-Ma’tsur wa al-Ma’qul. Shafwah al-Tafasir ini berdasarkan kepada kitab-kitab tafsir terbesar seperti al-Thabari, al-Kasysyaf,
doc ash shofwah
al-Alusi, Ibn Katsir, Bahr al-Muhith, dan lainlain dengan uslub yang mudah, hadits yang tersusun ditunjang dengan aspek bayan dan kebahasaan. Shafwah al-Tafasir merupakan kumpulan materi-materi pokok yang ada dalam tafsir-tafsir besar yang terpisah, disertai ikhtisar, tertib, penjelasan, dan bayan. Adapun karya yang lainnya adalah: Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir, Mukhtashar Tafsir al-Thabari, Jammi al-Bayan, al-Mawarits fi alSyari’ah al-Islamiyah ‘ala Dhau al-Kitab, dan Tanwir al-Adham min Tafsir Ruh al-bayan. Beberapa kitab beliau di atas telah tersebar dan diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa dan dipakai sebagai rujukan dalam kajian Islam, khususnya tafsir, di dunia Islam.
Kunjungan ke Jawa Timur Beberapa waktu lalu, Syekh Ali AshShabuni berkesempatan bersilaturahim ke Jawa Timur. Tak kurang berbagai pesantren, masjid, dan komunitas muslim mendapat kehormatan kunjungan beliau, seperti: PP Dalwa Pasuruan, PP Lirboyo Kediri, PP Darussalam Surabaya, PP Tebu Ireng Jombang, PP Langitan Tuban, LPI Al-Azhar Tulungagung, Sentra Dakwah Al-Haromain Surabaya, Masjid Al-Akbar Surabaya, Universitas Negeri Surabaya, dan sebagainya. Dalam kunjungannya, beliau menyampaikan taushiyah untuk mengajak kaum muslimin memegang teguh ajaran ahlu sunnah wal jamaah. Beliau juga menyampaikan situasi dan kondisi negara Timur Tengah pada umumnya dan Suriah pada khususnya yang kini tengah dilanda perang tak berkesudahan, seraya menyampaikan keprihatinannya akan tragedi kemanusiaan yang terjadi. “Aqidah ahlu sunnah tidak pernah mengajarkan membunuh anak-anak, para wanita, dan mencela para shahabat,” kata Syekh Ash-Shabuni ketika menjadi khatib shalat Jum’at di Masjid AlAkbar Surabaya. Meski sudah berusia 82 tahun, namun Syekh Ali Ash-Shabuni masih luar biasa ketahanan fisiknya. Bahkan ketika para pengantar beliau sudah kecapekan seharian mendampingi ke manapun pergi, beliau masih terlihat kuat menjalani aktivitas. Satu hal lagi keutamaan beliau yang sangat mengesankan: di setiap ada kesempatan, beliau menyempatkan diri untuk menulis dan menulis. Karena itu tidak mengherankan jika beliau begitu produktif menelorkan karya, baik tafsir al-Quran, alHadits, maupun lainnya, yang tersebar dan menjadi rujukan muslimin di seluruh dunia. Wallahu a’lam. Bahtiar HS, dari berbagai sumber.
19
refleksi
r e f l e k s i
Suatu Malam Déjà Vu di Cianjur
H
ujan deras baru saja usai. Maghrib lahap, saya mendengar lantunan ayat-ayat telah berlalu. Kini gelap turun Surat Yaasin dibaca orang ba’da Maghrib. Tak melingkupi bumi Cianjur. hanya dari satu masjid, tetapi lebih. Karena Dalam rinai sisa hujan, saya pulang jalan saya juga mendengar hal yang sama kaki dari tempat kerja di bilangan Jalan dilantunkan meski dengan suara yang Perintis Kemerdekaan menuju penginapan terdengar lebih lirih di kejauhan. dekat Masjid Agung. Di sebuah gang bilangan Suasana ini langsung membuat seperti Dewi Sartika yang saya lewati, berdiri berjajar deja vu, setidaknya itulah yang saya rasakan. puluhan warung kuliner. Mie ayam, bebek Jadi teringat kenangan masa kecil dulu di goreng, aneka seafood, masakan khas Sunda, kampung kota kecil Ponorogo; yang begitu sop iga sapi, pempek Palembang, berbagai Maghrib tiba, semua rumah seperti ditutup gorengan, martabak, masakan padang, sate buat tetamu siapa saja. Begitula petatahayam dan kambing, sate Padang, bubur petitih orang tua dahulu. Keluar rumah di ayam. Pada warung yang disebut terakhir waktu Maghrib seakan tabu dan terlarang inilah saya mampir. Memesan semangkuk buat anak-anak. Kami sendiri waktu itu bubur ayam khas Cianjur dan segelas teh manut tanpa bertanya dan karena hangat manis. Hari hujan begini malas dibiasakan lantas menjadi kebiasaan. rasanya keluar dari penginapan sekedar Mereka, tidak saja anak-anak, ibu dan untuk mencari makan malam. bapak pun membuka Alqur’an dan Sambil menunggu bubur ayam membaca ayat-ayat hingga Isya’ disiapkan, saya sempatkan tiba. Surat Yaasin menjadi meneruskan membaca buku “Chairul langganan untuk dibaca di Oleh: Bahtiar HS Tanjung Si Anak Singkong”. Teman malam Jum’at seperti ini, di Wadir Media dan Informasi LAZIS AL HAROMAIN duduk selama perjalanan singkat samping Surat Al-Kahfi. Bahkan ini. Tetapi itu tak lama. Bubur ayam tidak saja di rumah-rumah, panas kini sudah dihidangkan di hadapan saya. tetapi juga di masjid dan mushala melalui Bubur yang nyaris tak terlihat sebagai bubur, pengeras suara. Malam dengan taburan karena di atasnya penuh taburan kacang bacaan Alquran tentu sangat berbeda dengan kedelai goreng, daun seledri, bawang goreng, malam sepi dari kalimat Allah. ayam suwir, dan remahan krupuk warna-warni. Tetapi Surabaya kemudian mengubah Tak ketinggalan sambal hijau dan kecap segalanya. Dua puluh tahun hidup di kota itu, menghiasinya. semakin jarang saya jumpai masjid Di tengah mengaduk bubur itu untuk memperdengarkan Yaasin di malam Jum’at. mempercepat dingin, lamat-lamat terdengar Bahkan hampir tak ada bedanya waktu suara yang amat saya kenal. Suara yang Maghrib dan bukan Maghrib. Tak ada bedanya kiranya lama sekali telinga ini tidak malam Jum’at dan bukan malam Jum’at. mendengarnya dilantunkan di menara-menara Semua malam nyaris sama. Pada saat Maghrib masjid atau mushala-mushala, seperti masa tiba, orang-orang masih berada di jalan; kecil dulu di desa. Suara-suara yang menghiasi dalam perjalanan pulang dari kerja seharian, langit malam Jum’at, sebagaimana malam ini. terjebak macet yang semakin memarah di Ya, di sebuah tempat jauh dari rumah, di setiap ruas jalan, atau masih ada janjian antara kepulan asap bubur ayam yang saya bertemu relasi bisnis di mall, hotel, atau
20
restoran. Tak jarang mereka masih harus mengantar dan melayani pejabat —tempat mereka mendapatkan atau akan mendapatkan proyek— untuk keperluan ini-itu, semata menjaga hubungan agar proyek itu tidak jatuh ke tangan orang lain. Atau lebih parah lagi, agar pekerjaan proyeknya yang bermasalah tidak dipermasalahkan. Pada waktu Maghrib tiba, anak-anak masih berkeliaran di luar rumah; bermain dengan teman sebaya, mencari ini-itu untuk menyelesaikan PR dari sekolah yang bejibun, atau sibuk mengikuti aneka les demi mengejar prestasi akademik di sekolah yang kedodoran. Dan kini, pada waktu Maghrib tiba, saya... masih teronggok di warung kaki lima, menyantap bubur Cianjur sepulang kerja. Sungguh, kesibukan duniawi telah mengubah tatanan segala. Kebiasaan baik yang dulu menjadi tradisi setiap keluarga, kini tergeser dengan berbagai aktivitas duniawi yang seperti tak bisa ditunda. Sungguh, apa yang mesti kita kerjakan serasa lebih banyak dari waktu 24 jam yang tersedia. Saya jadi teringat kata Imam Ali karramallahu wajhah, bahwa dunia laksana seekor ular. Lembek bila disentuh, tetapi racunnya sangat membunuh. Anak kecil yang tak mengerti suka menyentuhnya, sedangkan orang yang cerdik-pandai berhati-hati terhadapnya. Karena itu, berpalinglah dari apaapa yang menakjubkanmu di dunia, begitu nasihat sang Imam, karena hanya sedikit yang bersahabat denganmu. Masih beruntung ada lantunan ayat-ayat suci memenuhi langit di temaram Maghrib di
kota santri ini. Meski masih berkeliaran di jalan, tetapi setidaknya apa yang didengar telinga masih bisa menyirami hati. Bubur pun tandas. Selesai membayar, saya bersegera ke penginapan. Di kejauhan, lantunan shalawat bersahutan seiring langkah kaki menggantikan Yaasin yang telah usai. Sesampai di penginapan, adzan Isya’ dari Masjid Agung pun terdengar. Saya lalu meletakkan bawaan, mengambil air wudhu, menyambar sandal, dan berlari kecil menuju masjid besar itu. Betapa diri menjadi kecil jika teringat apa yang dikatakan Imam Ali kepada dunia, sambil menggigil dalam munajat di mihrabnya, “Kepadaku kau datang mencumbu. Kepadaku kau merayu. Enyahlah dan pergi! Tipulah orang selain aku. Aku telah menjatuhkan talak tiga kepadamu. Usiamu pendek, kedudukanmu rendah. Betapa sedikitnya bekal. Betapa jauhnya perjalanan. Dan betapa sepinya perantauan.” Imam telah bertakbir, shalat sudah ditegakkan. Surat al-Fatihah dan An-Nazi’at pun dibaca syahdu. Suaranya yang jernih dan fasih menusuk hingga ke dalam kalbu. Tak terasa deja vu malam ini begitu membekas di hati. Melemparkan kenangan pada masa kecil dulu, pada kebiasaan baik yang pernah diajarkan ayah dan ibu, tapi banyak ditinggalkan kini. Betapa telah jauh diri ini berjalan. Namun, sungguh sedikit bekal yang telah disiapkan. Dalam sungkur sujud di hamparan sajadah biru, diri mengaku. Dengan mata basah. Wallahu a’lam.
21
Mutiara Al-Qur’an
Oleh:
K.H. M. Ihya Ulumiddin Ketum Hai’ah Ash Shofwah Pengasuh Ma’had Nurul Haromain Malang
Ketika Tradisi Menolak Dakwah QS. al Al Baqoroh: 170 Allah azza wajalla berfirman:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah!’ Mereka menjawab: ‘(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun dan tidak pula mendapatkan petunjuk?”
Analisa Ayat Ketika orang-orang musyrik mendapatkan seruan dan arahan berupa nasihat agar mengikuti Al-Qur’an yang telah diturunkan Allah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan meninggalkan kesesatan dan moral buruk, mereka langsung menyatakan menolak karena apa yang mereka lakukan hanyalah sekedar menjalankan kepercayaan dan tradisi yang sudah secara turun temurun mereka warisi dari nenek moyang. “…tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami….” Begitulah kiranya sejarah dakwah mulai umat-umat terdahulu. Ketika diajak beranjak dari kepercayaan yang salah tentang Sang Pencipta, mereka menolak dengan alasan bahwa keyakinan mereka sama seperti keyakinan nenek moyang. Seperti umat Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang ketika dilarang
22
dari menyembah berhala dan agar menyembah Allah, mereka menjawab: “(Bukan karena itu) tetapi kami telah mendapati nenek moyang kami berbuat demikian.” (QS. As-Syu’ara’: 74). Atau bangsa Mesir yang ketika diserukan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalam supaya meninggalkan tradisi paganisme, mereka justru menuduh: “Mereka mengatakan; apakah kamu datang kepada kami hanya untuk memalingkan kami dari apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami, dan lalu kalian berdua akan memperoleh kekuasaan di muka bumi, dan (sungguh) kami tidak akan pernah beriman kepada kalian berdua.” (QS. Yunus: 78). Selain kepercayaan yang salah, para da’i pasti pula akan menemui di kalangan masyarakat tradisi dan budaya yang salah dan berlawanan dengan prinsip-prinsip Islam di mana ketika dakwah disampaikan supaya tradisi dan budaya tersebut ditinggalkan
niscaya mereka enggan dan menyampaikan alasan yang sama sekali tidak menggunakan nalar dan akal sehat. “Tradisi ini sudah turuntemurun. Artinya ini sesuatu yang baik dan tidak perlu dipermasalahkan.” Sebagaimana difirmankan Allah azza wajalla:
“Dan ketika melakukan perbuatan yang buruk, maka mereka mengatakan: ‘Kami telah mendapati nenek moyang kami menetapinya (yang berarti) Allah juga memerintahkannya kepada kami’.” (QS. Al-A’raf: 28). Jadi salah satu hal yang menyebabkan obyek dakwah menolak dakwah adalah kepercayaan, pemikiran, dan tradisi yang sudah berurat berakar yang mereka warisi dari nenek moyang mereka yang pada akhirnya membuat mereka bersikap tertutup, tidak mau menerima kepercayaan baru, sehingga membuat mereka berlaku kolot, ogah menerima masukan dan penjelasan, dan bersikap fanatik, tidak sudi menerima hal baru yang berbeda dengan tradisi mereka. Para da’i adalah pewaris para nabi ‘alaihimussalaam. Dakwah adalah menjalankan aktivitas dan tugas mereka. Maka para da’i harus terus belajar memiliki rasa optimisme yang tinggi dan sikap kesabaran yang tangguh bahwa tradisi yang menolak dakwah suatu saat dan dengan cara yang tepat serta bijaksana akan bisa dikalahkan. Syekh Abdurrahman Hasan Habannakah al-Maidani dalam Ghazwun fis Shamim hal 147-148 menyebutkan cara-cara dakwah mengubah tradisi yang ringkasan dan kesimpulannya adalah sebagaimana berikut: [Dan termasuk halangan yang merintangi dakwah adalah tradisi dan budaya di mana hal demikian ini dimaklumi sangat susah membebaskan jiwa-jiwa yang telah terkungkung di dalamnya. Karena itulah diperlukan metode-metode yang bijaksana dan efektif yang menurutku di antara yang
terpenting ialah: 1. Menggunakan cara-cara yang bisa membuat obyek dakwah mempercayai bahwa apa yang didakwahkan kepadanya adalah lebih baik, lebih banyak menguntungkan, dan lebih menenteramkan jiwanya di dunia dan akhirat daripada tradisi dan budaya dalam lingkungannya atau yang ia mewarisi dari nenek moyangnya. 2. Menggunakan cara-cara tidak langsung di mana yang paling utama dilakukan adalah dengan memberikan keteladanan yang baik. Hal ini bisa terjadi jika seorang da’i berada dekat dengan obyek dakwah, hidup dan berinteraksi bersama mereka, dan tidak mengambil jarak dari mereka yang pada akhirnya tanpa sadar obyek dakwah telah mengambil pelajaran dan arahan darinya secara langsung dalam kehidupan umum tanpa mereka merasa bahwa pelajaran dan arahan tersebut didapatkan mereka dari seorang guru, penasihat, atau orang yang memerintah dan melarang. 3. Berusaha menyenangkan hati obyek dakwah dengan sarana-sarana yang diperbolehkan yang bisa menjadi pelipur atau pengganti dari kesenangan dan hobi obyek dakwah sebelumnya. 4. Terus berusaha mendesak dan menggeser tradisi dan budaya lama obyek dakwah dengan tradisi dan budaya baru yang selaras dengan dakwah, sehingga mencapai tingkat obyek dakwah menjadi akrab dan menyenangi tradisi dan budaya baru tersebut. Sekali lagi hal ini terjadi apabila da’i dan obyek dakwah memiliki hubungan dekat pertemanan dan kebersamaan. 5. Memindahkan atau menjauhkan obyek dakwah dari lingkungan mereka semula menuju lingkungan dan suasana lain, sehingga mereka kemudian melupakan secara total tradisi dan budaya lama mereka.] Wallahu a’lam.
23
zona pendidikan
Menjadi Guru Rabbani Masitha Achmad Syukri Kadiv. Pendidikan Yayasan Persyada Al-Haromain Staf Pengajar Fak. Ilmu Budaya Unair
S
uatu hari, teman saya A bercerita tentang anaknya yang suatu ketika pulang sekolah dengan raut muka sedikit bersungut. Ibunya bertanya ada apa dan dia menjawab bahwa dia sedikit kesal dengan gurunya. Ujung-ujungnya, ternyata sang guru tidak mau menjawab ketika dia bertanya tentang sesuatu yang menjadi bagian dari bab yang masih akan dibahas minggu depan. Akhirnya, berikutnya si anak tidak mau lagi membaca bagian buku yang belum diajarkan. Di lain hari, teman saya B juga bercerita tentang anaknya yang menjadi tidak lagi ingin datang ke sekolah lebih awal sebagaimana yang selalu dia inginkan sebelumnya dengan maksud agar tidak terlambat datang ke sekolah. Papanya bertanya kenapa demikian dan setelah melalui sekian pertanyaan, si anak akhirnya berkata bahwa dia malas datang ke sekolah lebih awal karena dia melihat satu dua gurunya sering datang
doc lazis
24
terlambat kurang lebih 15 menit dan bisa masuk kelas begitu saja tanpa ditegur kepala sekolah. Sementara dia dan temannya ketika pernah sekali dua kali terlambat harus berdiri selama hampir satu jam sebagai bentuk hukuman sebelum diijinkan masuk ke kelas, padahal dia terlambat hanya 3-5 menit. Motivasi, Keteladanan, dan Inspirasi Kedua kisah di atas menunjukkan betapa besar pengaruh guru terhadap anak didiknya, baik dalam hal semangat untuk belajar, kedisiplinan, maupun inspirasi untuk berbuat sesuatu. Dengan kata lain, guru memiliki kekuatan membuat anak bersemangat untuk selalu belajar apapun dan kapanpun. Guru memiliki posisi yang sangat kuat memberi teladan kepada anak untuk berlaku disiplin. Guru juga memiliki potensi menginspirasi murid melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif. Akan tetapi, tampaknya guru masih belum melakukan atau mengoptimalkan potensi, posisi, atau kekuatan yang dimilikinya itu. Akibatnya, murid menjadi tidak bersemangat untuk belajar, meniru ketidakdisiplinan, hingga sama sekali tidak terinspirasi untuk melakukan aktivitas yang lahir
dari daya kreatif dan atau inovatif mereka. Kondisi semacam ini tentu sangat disayangkan, karena upaya membuat anak selalu termotivasi untuk belajar tidaklah mudah. Jadi, ketika motivasi itu muncul dari diri murid sendiri, sudah selayaknya guru mendukungnya, bukan mematahkannya. Selain itu, potret keteladanan juga melekat pada diri guru. Bahkan, murid terkadang lebih percaya pada guru dari pada percaya kepada orang tua. Jadi, sudah semestinya guru mawas diri dari melakukan suatu tindakan yang tidak tepat yang nantinya akan dicontoh oleh si murid. Guru Rabbani untuk Generasi Rabbani Pada dasarnya, ihwal di atas terkait dengan hal-hal kecil yang disorot, dialami, dan dirasakan murid, tapi memiliki dampak yang cukup signifikan pada diri mereka. Pada saat yang sama, ketika murid diharapkan menjadi generasi rabbani, yakni untuk dapat meneladani kasih sayang Rabb dengan memperhatikan berbagai hal dari yang kecilkecil, sudah selayaknya pula guru juga menjadi guru rabbani, dengan terlebih dulu meneladani sifat kasih sayang Rabb tersebut dengan memperhatikan dan merawat berbagai hal yang kecil-kecil sebagai wujud kepedulian untuk suatu keteraturan. Secara khusus, terkait dengan hal-hal yang kecil-kecil yang ada di dalam ranah akademik, motivasi, keteladanan, dan inspirasi yang diberikan guru semakin melekat dalam setiap tindakan tradisi keilmuan dalam Islam yang sudah ditetapkan Allah Subhanahu wata’ala dalam 5 ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni membaca, menulis, dan mengajar. Membaca dalam konteks luas mencakup berbagai kegiatan mencari ilmu, sementara menulis dan mengajar mencakup berbagai kegiatan menyebarkan ilmu. Jadi, dalam lingkup mencari ilmu, guru juga selalu rajin untuk menimba ilmu dari berbagai forum (seminar, pelatihan, majlis ilmu, dan sebagainya) serta rajin membaca buku dan berbagai fenomena untuk menambah iman dan pengetahuan. Kemudian, mentransfer kebiasaan tersebut kepada muridnya, mengajak murid untuk rajin membaca agar bertambah iman dan ilmunya, hingga murid memahami betul arti penting
untuk belajar sepanjang hidup mereka. Selanjutnya, guru juga rajin menyebarkan ilmu melalui tulisan baik dalam bentuk artikel, makalah hasil riset, atau makalah tentang gagasan kreatif, inovatif, dan inspiratif. Dalam hal ini, guru dapat mengajak murid untuk selalu menulis apa yang akan mereka lakukan dan yang sudah mereka lakukan, sehingga murid terlatih untuk menjadi produktif, khususnya dalam menghasilkan suatu karya atau karya tulis. Masih dalam lingkup menyebarkan ilmu, guru selalu mengajar dengan sepenuh hati dengan menyadari peran sebagai pengganti orang tua di sekolah. Hal yang serupa yang bisa ditanamkan pada murid adalah guru dapat mengajak murid untuk selalu menerapkan dan menyebarkan ilmu atau menyampaikan kebaikan kepada orang lain, sehingga mereka memahami arti penting dakwah Islamiyah, yakni menegakkan kebenaran dan kebaikan pada saat dewasa nanti. Upaya Guru Rabbani Tidaklah Lekang oleh Waktu Memberi motivasi, keteladanan, dan inspirasi untuk selalu meneladani sifat Rabb semesta sepatutnya dilakukan secara istiqamah, terus-menerus, diulang-ulang tanpa mengenal bosan dan putus asa. Proses habituasi ini sebenarnya juga meneladani cara Allah Subhanahu wata’ala di dalam Al Qur’an yang juga berulang-ulang, misalnya dalam menyampaikan ciri-ciri orang yang beriman yang menegakkan sholat dan membayar zakat atau juga dalam mengingatkan untuk tidak mendustakan nikmat yang telah diberikan Allahu ta’ala dalam kehidupan manusia. Keistiqamahan itu insyaAllah akan dimudahkan oleh Allah ta’ala jika diiringi dengan upaya untuk selalu mempertautkan hati dan pikiran kepada Rabb Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Pertautan itu hadir manakala kejernihan pikiran terbina dengan bingkai pikiran positif dan kerelaan atas ketetapan Allahu ta’ala, kesucian hati terawat dengan bacaan dzikir, dan lebih-lebih lagi jika kesucian fisik juga terjaga dengan basuhan air wudlu. InsyaAllah, guru akan siap menjadi guru rabbani yang dimudahkan dan dilancarkan untuk menghasilkan generasi rabbani. Wallahu a’lam.
25
tombo ati
Memburu Hikmah Jika engkau menghadiri majelis ilmu dan hikmah, lalu engkau kembali pada kesalahan Allah subhanahu wata’alaa berfirman, dan kelalaian, jangan berputus asa dengan berkata, “Apa gunanya hadir?” Tetap, hadirlah “Allah menganugerahkan al-hikmah ke majelis ulama dan perhatikanlah mereka kepada siapa yang Dia kehendaki. agar engkau sadar, mendapat manfaat, dan Barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah selamat dari dosa. Barangkali dalam dirimu ada penyakit yang berarti telah dianugerahi karunia yang sudah berumur puluhan tahun. Mungkinkah banyak. Hanya orang yang berakallah engkau menghilangkan penyakit itu dalam yang dapat mengambil pelajaran.” (QS. sekejap atau dalam sehari? Sabarlah dan tekunlah minum obat serta periksalah dirimu Al-Baqarah: 269) kepada dokter. Bagaimana menurut pendapat engkau, kalau ada seseorang yang meninggalkan ikmah bukanlah nubuwwah, melainkan sumurnya di padang pasir selama bertahunilmu, pemahaman dan Al-Qur’an Altahun kemudian angin yang berhembus Karim. Ada yang berpendapat bahwa membuat sumur tersebut tertimbun oleh tanah hikmah adalah rasa takut dan cemas kepada dan pasir. Bisakah orang itu sampai ke Allah. Imam Malik ra. berkata, “Yang tersirat dasarnya guna mengambil air dalam sehari dalam benakku, hikmah adalah pemahaman atau seminggu? Tentu saja tidak bisa. terhadap agama, serta rahmat dan karunia Demikian juga dengan bashirah yang telah Allah yang dimasukkan ke dalam kalbu.” dibiarkan diterpa oleh angin maksiat dan Hal itu menjadi jelas manakala kita menyaksikan seseorang yang pandai dosa. Tertimbun di dalamnya kotorankotoran maksiat dan dosa selama puluhan dalam urusan dunia, namun tak tahun hingga padam. Kemudian memahami agama sama sekali. Sementara ada lagi orang kotoran-kotoran tersebut Oleh: Ayub Syafii dilenyapkan serta dibersihkan yang lemah dalam urusan Kepala SMK Nurul Haromain Malang dunia, tapi paham dalam dalam satu kali pertemuan? Apa masalah agama dan peka itu mungkin? terhadap urusan akhirat. Wahai hamba Allah, dalam diri kita ada Janganlah kita menjauh dari majelis kecintaan terhadap kekuasaan, jabatan, harta hikmah walau engkau telah terjerumus dalam benda, dan lainnya. Lalu kita berkata, “Kami maksiat. Janganlah berkata, “Apa gunanya sudah hadir dalam majelis Syekh Fulan. Kami menghadiri majelis ilmu dan hikmah kalau aku juga sudah mendengar nasihatnya. Tetapi, masih tak bisa meninggalkan maksiat?” sama sekali tak menggugah hati dan tak ada Seorang pemburu haruslah tetap membidik manfaatnya.” Kita tidak boleh mengecam sang sasarannya. Walaupun ternyata tak mendapat Syekh. Yang salah adalah diri kita sendiri. apa-apa sekarang, barangkali ia besok dapat. Sebab, jika cahaya tertutup oleh pintu ia takkan bisa masuk ke dalam rumah. Oleh
H
26
karena itu, akuilah bahwa penghalang masuknya ilmu adalah diri kita sendiri. Apabila sejak pertama, kita menyiapkan diri dan menjauhkan semua penghalang dari kalbu, pastilah kalbu kita itu tergugah dan tak perlu lagi hadir ke majelis-majelis lain. Yang kita butuhkan hanyalah pergi ke majelis tersebut secara kontinu sebab karat yang ada di kalbu kita memang banyak. Sehingga, pada setiap kepergianmu ke sana ada cahaya yang masuk. Oleh karena itu, bersabarlah, ambil pelajaran, serta tekunlah. Ketahuilah, setiap kali kita mendatangi majelis hikmah, di leher kita terdapat rantai cahaya rabbani. Sebaliknya, setiap kali kita mendatangi tempat maksiat, di leher kita terdapat rantai kegelapan. Inilah timbangan-timbangan hikmah. Timbanglah akalmu dengannya sebagaimana kita menimbang benda-benda duniawi. Kalau Allah telah membuat timbangan jual beli, tidak layakkah Dia kalau kemudian membuat timbangan kebenaran? Anehnya, justru kebanyakan manusia bertanya kepada para orang pintar, dukun atau paranormal tentang kondisinya. Ia tak pernah bertanya kepada Kitab Allah dan sunnah Rasul tentang tempat kembalinya. Wahai saudaraku, usahakan untuk selalu dapat duduk di majelis hikmah. Sebab, di
dalamnya terdapat hembusan aroma surga. Rasakanlah hal itu secara jelas di hati kita, dalam setiap perjalanan yang kita lakukan, di dalam rumah dan toko kita, di dalam shalat, tilawah Al-Qur’an, dzikir, dan dalam semua ibadah kita. Perlu diketahui, para ulama dan ahli hikmah mengajarkan kita bagaimana cara berinteraksi dengan Allah, cara menghadapNya. Seumpama seseorang yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan dikirim ke luar negeri berangkat begitu saja? Tentu saja tidak. Dia harus mengikuti pelatihanpelatihan yang diselenggarakan lembaga tertentu. Di pelatihan tersebut diajarkan tata krama dan sopan santun serta adat istiadat setempat agar dapat melayani secara baik. Kalau sudah layak, terlatih, dan mengenal adab, barulah ia dipakai sebagai pelayan. Jika tidak, ia akan ditolak karena tidak pantas. Begitulah kedudukan para ulama dan wali Allah. Para murid senantiasa menyertai mereka sekaligus belajar dari mereka. Di sisi lain, para ulama itu mendidik para murid tersebut, mengajarkan amal saleh dan memperbaiki jiwa serta akhlak mereka. Sehingga, dengan begitu diharapkan mereka bisa dekat dengan Allah, dapat meniti jalan istiqamah dan petunjuk. Wallahu a’lam.
27
technopreneur
Liku-liku Menuju
SUKSES!!!
satu pembantu. Uang dari orang tua lebih dari ernah kita melihat anak kecil yang lagi cukup. Namun saya lihat di kanan kiri ada mulai belajar untuk bisa berdiri? Coba tanaman sirih, kenitu, mangga, dll. Mulai saat perhatikan bagaimana berjuangnya dia, itu saya dengan pembantu mulai memetik mulai dari ongkong-ongkong (Bhs. Jawa) daun sirih, ditali, lalu suruhan orang untuk persiapan mau merangkak, sebelum bisa dijual di pasar. Dapatlah uang. Buah kenitu dan merangkak dengan dua kaki dan dua mangga juga demikian. Kalau libur di tangannya, berapa kali tersungkur ke depan rumah tinggal nunggu kayulantai…. Ehm sering kali. Namun kayu yang dibonceng sepeda, untuk belum pernah kita lihat adik kecil saya beli lalu di-pooling. Setelah mengatakan, “Aku capek, Ma!” Dia banyak panggil orang lain untuk dijual terus dan terus mencoba sampai dengan truk. Terus saya coba lagi ikut akhirnya bisa merangkak, kadang Drs. Soehardjoepri, M.Si. menangis dan berdarah, namun demi Direktur Rabwa Production ngedok (buruh kerja) di sawah orang tua. Ehm, saat panen asyik rasanya suatu cita-cita bisa berdiri dan ada uang lagi. Kadang ngecharge baterai berjalan. dengan accu, ada saja yang ngecharge-kan, Lalu mendekat ke meja, dengan demikian dan seterusnya hingga 3 tahun tidak berpegangan kaki meja, tarik-tarik taplak terasa, jiwa bisnis mulai muncul. Setiap Hari (penutup meja), terjatuh, mencoba lagi, lagi, Raya saya sudah tidak mau dibelikan baju, dan lagi sampai bisa berdiri…. “Yess… aku kecuali beli uang sendiri. Tidak lupa, kalau bisa sekarang,” gumamnya. sore, mengaji di langgar, kadang juga Itulah sekelumit menuju sukses pergi ke pondok walalu tidak menetap, yang senantiasa melatih, mencoba, namun rutin. Ada hal yang tidak bisa dan mengulang beberapa kali saya pungkiri, hingga sukses. Tidak sukses sekali sejak SD ada coba!!! Bagaimana kita menuju kebiasaan sukses, sesemangatkah seperti adik menulis impian, kecil itu, yang tidak pernah lelah saya bisa ke luar untuk mencoba, melatih, dan negeri, saya bisa sekolah mengulang terus, terus, dan terus yang tertinggi, saya bisa ini, hingga terwujud? Kenapa kita cepat bisa itu, dan itu saya tulis, letih, cepat lelah, cepat lesu kadang di buku, kadang di bahkan diperparah dengan ilmu tembok. yang hanya sedikit, bagaimana mungkin sukses bisa di raih? Kenapa kita tidak ingat surat AlInsyirah (94): ayat 5-7: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. Inilah yang saya lakukan ketika waktu SMP kelas satu. Semua keluarga pindah ke kota, saya satriyadiwibowo.wordpress.com di rumah yang besar dengan
P
28
Sudah ada survey bahwa siapa yang menuliskan cita-cita (harapannya), maka 80%100% akan tercapai. Tentu hal ini harus dibarengi dengan Doa, Kemauan mengubah diri menjadi yang terbaik dengan kerja keras (Allah tidak akan mengubah kecuali diri kita sendiri), lalu tawakal total hanya kepada Allah, maka hasilnya akan luar biasa. Jika kita GAGAL merencanakan hidup kita, maka kita merencanakan keGAGALan hidup kita. Hingga saat ini saya senantiasa sebelum tidur mencoba menulis dan evaluasi diri (mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam), apa yang sudah dikerjakan, apa yang belum, harus bagaimana, dan lainnya.
Ada pertanyaan yang nakal, apakah tidak pernah mengalami GAGAL? Kalau kita takut GAGAL, maka janganlah HIDUP. Hidup senantiasa naik turun, ada gagal ada sukses, ada sehat ada sakit, ada senang ada sedih demikian seterusnya silih berganti. Justru ini yang namanya hidup, asyik, bagaikan naik kapal atau perahu di tengah-tengah laut, kena ombak, kena angin, asyik bukan!? Begitu senangnya jika sudah di tepi pantai kehidupan. Jangan takut GAGAL. Mulai hari ini hapus itu kata “GAGAL”, ganti dengan “BELAJAR” dan “SUKSES”. Bisnis yang lakukan tidak semuanya mulus alias SUKSES, ada yang dibohongi orang lain, ada yang difitnah, ada yang dibawa lari dan lain sebagainya, namun itulah indahnya Hidup. Yang membuat kita BAHAGIA adalah KASIH SAYANG, yang membuat kita DEWASA adalah MASALAH, yang membuat kita HANCUR adalah PUTUS ASA, yang membuat kita MAJU adalah USAHA, yang membuat kita KUAT adalah DO’A. Sebarkanlah KASIH SAYANG kepada sesama, bersahabatlah dengan MASALAH, jangan PUTUS ASA, terus berUSAHA... dan selalu berDO’A kepada ALLAH Subhanahu wata’ala. Ucapkanlah Alhamdulillahi rabbil alamiin (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam), apapun hasilnya, karena itu yang terbaik untuk kita. Mau hasil positif (menurut kita) atau negatif (menurut kita). Stop mengeluh, stop galau, stop mencaci maki keadaan. Hari ini kerja keras, wujudkan mimpimu. Bersama Allah Subhanahu wata’ala semua bisa diraih, percayalah! Sukses itu hak kita untuk SUKSES, maka raihlah!!! Demikian catatan kecil, ikuti seri berikutnya, semoga bermanfaat. Baarakallaahu fikum. Aamiin. Wallahu a’lam.
29
hikmah kisah
Secuplik Kisah
Imam Izzuddin bin Abdus Salam Oleh: Drh. H. Mukrom (Dewan Pakar Persyada)
“Ya Allah, kuatkanlah umat ini dengan kekuatan petunjuk-Mu yang akan memuliakan para kekasih-Mu, menghinakan musuh-musuh-Mu, menggerakkan ketaatan kepada-Mu, dan mencegah berma’siat kepada-Mu.”
I
tu adalah salah do’a Imam Izzudin bin Abdus Salam dalam salah satu khutbah Jum’atnya di masjid Damaskus. Do’a ini terlihat biasa saja kalau tidak dikaitkan dengan kondisi dan suasana yang terjadi saat do’a itu dipanjatkan. Tetapi kalau do’a itu diungkapkan pada saat terjadi terjadi ketidakselarasnya hubungan antara beliau dengan amir Damaskus saat itu –Shalih Isma’il—tentu akan menjadi lain. Karena dengan do’a itu tersirat maksud seakan-akan sang imam hendak menganjurkan pencabutan bai’at kepada penguasa kota Damaskus. Do’a itu dilantunkan ketika terjadi pengkhianatan amir Shalih Isma’il terhadap kesatuan umat Islam dengan menjalin kerjasama militer dengan pasukan salib yang berada di Palestina, untuk memberikan bantuannya dalam perselisihan dia dengan penguasa Mesir, Najamuddin Ayyub. Dalam perjanjian itu dia bersepakat kalau terjadi peperangan antara dirinya dengan Najamuddin, pasukan Salib akan membantunya. Kalau dia menang, maka imbalannya kota Qal’ah Shafd akan diberikan kepada pasukan Salib. Pasukan salib lalu diperbolehkan memasuki Damaskus untuk membeli segala perlengkapan perang. Dan ini tentu selain berkhianat kepada persatuan umat Islam juga membahayakan umat Islam secara langsung, karena memperkuat kekuatan pasukan salib dengan segala perlengkapan perang dan
30
informasi yang luas yang dapat digali pasukan salib saat dibolehkannya memasuki Damaskus. Apalagi kalau dikaitkan dengan kondisi umat Islam yang sedang melemah dan pasukan salib sedang menguat –terbukti dengan dikuasainya beberapa daerah oleh pasukan Salib. Dengan perjanjian yang demikian itu sang Imam bangkit menentangnya baik terhadap pembuat perjanjian itu maupun terhadap para pendukungnya secara terbuka melalui fatwafatwanya. Para hadirin shalat Jum’at itu tentu mengamini sang Imam atas do’a tersebut; tetapi sayang sang amir pada hari itu sedang berada di luar Damaskus. Dia tidak dapat mendengarkan khutbah itu. Meskipun demikian, para pejabat pendukungnya yang hadir di masjid menyampaikan hal itu kepada amir Shalih. Akibatnya sang Imam Izz dipecat sebagai imam masjid dan dijebloskan ke penjara bersama Syaikh Ibnu Hajib al-Maliki – yang ikut mendukung fatwa sang Imam. Di dalam penjara, beliau masih sempat menerima kunjungan para murid dan sahabatnya. Para sahabat dan kenalannya menyarankan agar sang imam menyelamatkan diri dari intimidasi sang amir dengan sekaligus menyiapkan segala bantuan (cara, jaringan, dan perbekalan) untuk melaksanakan hal itu. Tetapi Imam Izz menolak saran dan bantuan itu dengan berkata: “Demi Allah, aku tidak akan melarikan diri dan bersembunyi. Kita sedang memulai perjuangan. Sebelumnya kita melakukan apa-apa, aku telah mempersiapkan diri untuk menanggung segala akibat dalam perjuangan ini. Allah tidak akan menyianyiakan perbuatan orang-orang yang sabar.” Dari pernyataan beliau, dapat dilihat betapa tegar, siap, tawadhu’, mengajak, memotivasi, dan yakinnya beliau atas apa yang dilakukannya dengan segala konsekuensi dan akibatnya, serta bagaimana menyikapinya
secara lahir maupun batin. Setelah amir Shalih kembali ke Damaskus, dia mengubah status beliau menjadi tahanan rumah. Amir mengizinkan beliau shalat Jum’at, menemui dokter, dan ke pemandian air hangat dengan pengawalan ketat untuk menghindari kontak beliau dengan para sahabat dan muridnya. Menghadapi intimidasi dan pengekangan ini beliau akhirnya mengajukan pindah dari Damaskus ke Mesir. Proses ini setelah melalui interogasi dan dialog yang berliku-liku, meski akhirnya sang amir mengijinkannya. Imam al-Izz kemudian keluar dari Damaskus menuju Baitul Maqdis. Tetapi amir setempat –An-Nashir Dawud—tiba-tiba mencegat dan menangkapnya dan membawanya ke Nablus. Karena sang amir mengalami beberapa masalah, maka dia melepas kembali sang imam untuk meneruskan perjalanannya ke Baitul Maqdis. Setelah beberapa lama Imam al-Izz tinggal di Baitul Maqdis, amir Shalih Isma’il dan beberapa sekutunya termasuk beberapa pangeran dari Perancis dalam pasukan salib dapat menduduki Baitul Maqdis dan sekitarnya. Amir Shalih mengutus salah seorang cerdik istana dengan membawa sapu tangan amir dan pesan: “Berikan sapu tanganku pada Syaikh. Bersikaplah sehalus mungkin kepadanya. Bujuk dia dengan halus agar mau menduduki kembali jabatannya semula. Jika dia menyetujuimu, maka bawa dia kepadaku. Jika dia menolaknya, tahanlah dia di kemah di dekat kemahku.” Ketika utusan dan pengawalnya sampai ke hadapan Imam Izz dan dilakukannya seluruh perintah amir terhadap sang imam, terjadilah dialog berikut: Utusan: “Wahai Syaikh, amir meminta untuk menduduki jabatan Anda semula dengan segala fasilitasnya. Anda hanya diminta untuk bekerja-sama dan mencium tangannya, tidak yang lain.” Imam al-Izz: “Demi Allah, hai miskin! Dia saja tidak rela mencium tanganku, apalagi aku mencium tangannya. Hai kaumku, kalian berada di sebuah jurang dan aku berada di jurang yang lain. Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari bencana yang menimpa kalian!” Utusan: “Wahai Syaikh, amir
menitahkanku agar Anda mematuhi permintaannya. Jika tidak dia akan menahan Anda!” Imam al-Izz: “Lakukan apa yang kalian mau !” Utusan itu lalu menangkap sang imam dan menahannya di sebuah kemah di dekat kemah sang amir. Sang imam karena dibatasi gerak dan aktivitasnya, maka yang dapat beliau lakukan adalah membaca hafalan qur’annya selain ibadah-ibadah nafsi lainnya. Dan secara diamdiam sang amir sering mendengar bacaan beliau. Suatu saat sang amir berbincang-bincang dengan para sekutu Perancisnya dan berkata kepada mereka: “Apakah Anda semua mendengar Syaikh ini membaca suatu bacaan?” “Ya!” jawab mereka. “Dia adalah pendeta kaum Muslimin terbesar. Aku sedang menahannya, karena dia menentang kebijakanku untuk menyerahkan beberapa benteng kepada Anda semua. Dan aku mencopotnya sebagai khatib di Masjid Damaskus dan beberapa jabatan lainnya, lalu aku mengusirnya. Lalu dia pergi ke Baitul Maqdis. Kini aku menahannya kembali karena Anda semua!” kata amir Shalih. “Andaikan Syaikh ini pendeta kami, pasti kami sudah membasuh kedua telapak kakinya dan kami minum air basuhannya,” jawab para pangeran Perancis menimpali. “Ya Allah kami dapat memahami sekarang, bagaimana para saudara kami sempat kalah dalam perang Salib saat itu kalau kondisi batin saudara-saudara kami – terutama yang jadi penguasa- sedemikian itu; sedangkan kondisi batin para pemimpin pasukan salib dalam keadaan demikian.” “Ya Allah, berikanlah kepada kami, para ulama’ yang patut dicontoh, umara’ yang amanah dan melindungi, bukan ulama’ dan umara’ yang sebaliknya.” “Ya Allah, jadikanlah pada diri kami ketegasan, ketegaran, kesiapan, ketawadhu’an, keikhlasan, dan keyakinan dalam berjalan di jalan-Mu untuk menuju kepada-Mu. Amin.” Wallahu a’lam.
31
auladi
Melatih Anak Mengelola Uang Saku Oleh | Ulinnuha Guru SDIT Ghilmani Surabaya
Tet...tet...tet... bel istirahat telah berbunyi. Anak-anak pada berhamburan keluar kelas. Sebagian besar menuju ke kantin, ada juga yang menuju lapangan bermain sepak bola, dan ada beberapa anak tetap berada di dalam kelas, menikmati bekal yang dibawa dari rumah. Zuna kembali ke kelas sambil membawa jajanan yang dibeli dari kantin. Sementara Awa nyeletuk, “Kamu bawa uang saku berapa, kok jajan yang kamu beli buanyak sekali?” “Aku dikasih Mama lima belas ribu, karena aku tidak sarapan pagi. Kubelikan jajan sepuluh ribu, sisanya buat beli jajan sepulang sekolah,” jawab Zuna. “Kalau aku dikasih Ayahku uang tiga ribu,” kata Awa. “Kalau aku bawa bekal dari rumah, karena kata Ibuku aku tidak boleh jajan sembarangan, agar tidak mudah terkena penyakit,” kata Nisa sambil memakan bekal yang sudah disiapkan ibunya dari rumah.
Sikap Orang Tua Sebagian orang tua ada yang berlebihan dalam memberi uang saku, atas dasar cinta dan kasihan bila anaknya kekurangan. Akibatnya, anak berlebihan dalam membeli jajan atau bahkan membeli sesuatu yang tidak begitu penting sehingga terjadi kemubadziran dan secara tidak langsung mengajari anak sifat konsumtif. Islam mengajarkan kepada kita untuk menjauhi hal yang mubadzir (boros) karena hal itu termasuk perbuatan setan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Isra’ (17) ayat 27, yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” Sebaliknya, ada orang tua yang sangat membatasi dalam memberi uang saku, atau bahkan tidak memberi sama sekali, dengan alasan agar anaknya tidak terbiasa jajan di luar rumah atau karena keterbatasan ekonomi. Akibatnya, si anak menjadi anak yang minder atau suka meminta pada temannya atau bahkan suka mengambil barang atau uang temannya karena tidak tercukupi kebutuhannya (na’udzubillaahi min dzaalik, semoga anak kita terhindar dari hal tersebut). Sikap yang bijak bagi orang tua adalah melakukan dialog dengan anak tentang kebutuhan mereka, tawar-menawar jumlah uang saku, dan melakukan pengamatan serta pengawasan terhadap penggunaan uang tersebut. Bila keadaan ekonomi orang tua terbatas (pas-pasan), orang tua perlu memberi pengertian pada anak bahwa uang saku yang
C
erita di atas adalah kejadian yang banyak kita jumpai di sekolah dengan berbagai kondisi, yakni ada sebagian anak yang membawa uang saku berlebih, ada yang bawa bekal dari rumah, ada yang bawa uang pas-pasan; bahkan ada yang sama sekali tidak membawa bekal ataupun uang saku. Menentukan besarnya uang saku yang diberikan pada anak bisa jadi agak sulit dilakukan, karena banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu tingkat ekonomi orang tua, harga barang dan makanan tiap daerah, waktu anak belajar di sekolah, tingkat konsumsi anak, jenis kebutuhan anak, dan sebagainya. doc lazis
32
diberikan tidak banyak, dan melatih mereka untuk mensyukuri apa yang ada, serta berusaha menahan diri dan bersabar bila keinginannya belum bisa terpenuhi. Selain itu, yang perlu kita lakukan adalah melatih anakanak untuk mengelola uang saku yang kita berikan. Jadi tidak sekedar mencukupi kebutuhan mereka. Manfaat Latihan Mengelola Uang Saku Miftahul Jinan dalam bukunya “Smart Parent for Smart Student” menjelaskan bahwa dengan melatih anak-anak mengelola uang saku mereka, sebenarnya banyak manfaat yang bisa kita ambil, khususnya bagi anakanak kita, di antaranya: 1. Anak belajar membuat anggaran Ketika memberi uang saku, kita latih anak untuk membuat anggaran. Misalnya, mereka menuliskan apa saja yang akan dibeli dalam satu pekan. Hal ini sangat berguna bagi mereka setelah dewasa nanti. Setiap kali menerima uang, mereka memiliki sebuah rencana penggunaan dana. Dengan adanya anggaran, pengelolaan uang akan lebih mudah dan penggunaannya lebih bisa dikendalikan. Untuk anak yang relatif masih kecil, misalnya kelas tiga sekolah dasar, uang saku bisa diberikan per minggu. Anggaran yang dibuat juga lebih sederhana. Sebaliknya, untuk anak yang lebih besar, SMP atau SMA, uang saku bisa diberikan sebulan sekali. 2. Anak mampu menahan diri Setelah anak membuat anggaran, kita beri pengertian pada mereka bahwa tidak semua keinginannya bisa terpenuhi. Anak akan belajar bahwa ia tidak selalu bisa membelanjakan semua uang semaunya, sesuai dengan keinginannya. Ia akan belajar menahan diri, dan ini merupakan salah satu aspek dalam membangun kecerdasan emosional anak. 3. Anak belajar disiplin Dengan membuat anggaran, anak akan mengetahui batasan-batasan yang perlu diikuti dan dipatuhi agar pemakaian uang tidak melampaui anggaran yang ada. Ia akan belajar disiplin dalam menggunakan uang. 4. Anak belajar menentukan prioritas Ketika anak menginginkan sesuatu, tapi anggaran tidak memadai, maka ia akan belajar menentukan prioritas, dengan memilih
mana yang harus didahulukan, mana yang masih bisa ditunda, dan mana yang mungkin dilupakan atau diabaikan saja. 5. Anak belajar lebih bertanggung jawab Waktu anak menerima sejumlah uang untuk dikelola sesuai dengan kebutuhannya, ia merasa dipercaya bahwa ia mampu melakukannya. Saat seseorang dipercaya, ia cenderung akan membuktikan bahwa ia memang bisa dipercaya dan mampu. Selain itu, dengan adanya anggaran, anak bisa mengevaluasi apakah penggunaannya sudah sesuai atau terlalu banyak yang melenceng hingga perlu diperbaiki dan diperbarui. Di samping itu kita beri pengertian pada mereka bahwa harta yang kita dapatkan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat dari mana asalnya dan dibelanjakan untuk apa. 6. Anak belajar menabung Anak perlu dilatih untuk menabung, baik untuk membeli barang-barang yang memang dibutuhkan dengan jumlah yang cukup besar ataupun menghadapi situasi yang tidak terduga. Dengan menabung, anak juga disiapkan untuk menghindari kebiasaan meminjam atau berhutang yang berpotensi memunculkan konflik di dalam keluarga atau sesama teman. 7. Anak belajar bersedekah Ketika anak diberi uang saku, kita latih mereka menyisihkan uang saku mereka untuk sedekah. Kita tanamkan pada mereka bahwa harta yang diberikan Allah bila disedekahkan, tidak akan habis, karena akan dilipatgandakan dan menjadi tabungan akhirat. Dengan bersedekah, rezeki akan bertambah dan hidup akan menjadi berkah. InsyaAllah, bila sejak dini mengenal dan memahami konsep tersebut, anak umumnya akan menerapkan sedekah dalam hidup mereka tanpa mengalami banyak hambatan. Semoga kita dapat melatih anak-anak kita dalam mengelola uang saku mereka, sehingga kelak ia akan terbiasa mengelola uang yang mereka dapatkan dan menjadi orang yang mampu mengendalikan diri, disiplin, dan bertanggung jawab. Wallahu a’lam 1. 2. 3.
Referensi: “Smart Parent for Smart Student”Miftahul Jinan, Filla Press, Sidoarjo, 2010. Buletin “Auladi”, edisi 10, 2006 Terjemah Al Qur’an
33
konsultasi kesehatan
Osteoporosis Tanya: Ibu saya usia sekitar 70 tahun, dan saya baru menyadari tiap tahun ibu saya semakin pendek. Apa itu termasuk osteoporosis? Karena ada benjolan di punggungnya. Kalau iya, bagaimana cara pencegahan atau pengobatannya? Apakah harus dioperasi? Mohon penjelasan. Nur Jannah, Jember. Jawab: Saudari Nur Jannah di Jember. Sangat mungkin ibu Anda memang terkena osteoporosis. Untuk memastikan sebaiknya diperiksa kepadatan tulangnya dengan densitometri. Bila ternyata normal, bisa juga keluhan sejenis adalah akibat dari penyakit lain, misalnya TBC yang menyerang tulang belakang. Tapi kemungkinan yang paling besar, ibu Anda menderita osteoporosis. Apa itu osteoporosis? Osteoporosis adalah keadaan yang umumnya terjadi sejalan dengan pertambahan usia yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh / mudah patah. Biasanya osteoporosis tanpa gejala,
Oleh dr. Nurhadji Kabid Oraganisasi PDUI Cabang Jatim
sehingga baru diketahui setelah ada kerusakan pada tulang, yaitu mudah terjadi patah tulang atau terjadi kompresi pada tulang. Bahaya osteoporosis adalah mudahnya terjadi patah tulang pada penderita. Osteoporosis tidak bisa diobati. Obatobatan yang ada hanyalah untuk memperlambat proses dan menghentikan proses penipisan tulang, meningkatkan densitas tulang, serta mengurangi risiko patah tulang. Hal-hal berikut ini adalah yang mempengaruhi risiko terjadinya osteoporosis: • Usia; umumnya terjadi pada usia tua. • Kekurangan hormon • Faktor keturunan / genetik • Wanita; lebih mudah terjadi osteoporosis dari pada laki-laki. • Kurang asupan kalsium dan vitamin D • Kurang bergerak / olah raga • Perokok • Peminum alkohol • Terlalu kurus • Gangguan terhadap nafsu makan • Penggunaan obat-obat tertentu (steroid, antiepilepsi, heparin) • Penyakit hati / ginjal • Kurang terpapar sinar matahari • Penyakit kanker (utamanya pada tulang) • Kelumpuhan Bagaimana mencegah osteoporosis? Harus diingat bahwa risiko osteoporosis tergantung pada kepadatan tulang yang Anda miliki saat usia 25 – 35 tahun, dan seberapa cepat Anda kehilangannya. Untuk itu menjaga agar tulang menjadi kuat sejak muda dan mencegah supaya tidak menjadi keropos adalah hal yang sangat penting dalam upaya pencegahan ini. Berikut adalah upaya-upaya yang disarankan untuk mencegah osteoporosis: Perkuatlah tulang selagi masih kanakkanak dan remaja! Makanlah makanan seimbang yang kaya
doc penulis
34
akan kalsium dan vitamin D. Olah raga teratur utamanya olah raga yang mengandalkan bobot tubuh. Peliharalah gaya hidup sehat, tanpa rokok, dan konsumsi alkohol berlebihan. Periksalah kepadatan tulang utamanya bila memiliki faktor risiko.
susu dan produk olahannya merupakan sumber kalsium terbaik. Selain itu, kacang kedelai dan produk olahannya juga merupakan sumber yang baik. Sumber protein hewani, sepanjang dapat dimakan beserta tulangnya merupakan sumber kalsium yang baik, alternatif pengganti susu bila manula tak biasa minum susu atau intoleransi laktosa.
RESEP TULANG KUAT : Bahan makanan yang banyak kalsium yaitu:
Dan Pastikan vitamin D yang cukup untuk absorbsi kalsium yang optimal. Tubuh kita memiliki pro vitamin D yang membutuhkan sinar matahari untuk mengaktifkannya menjadi vitamin D yang dapat digunakan oleh tubuh. Sumber vitamin D adalah kuning telur, hati, dan ikan laut. Saat ini ada banyak produk bahan makanan yang telah difortifikasi / ditambahkan vitamin D, sehingga hal ini juga dapat menjadi sumber vitamin D yang baik. Jadi pastikan : 1. Konsumsi makanan yang kaya akan kalsium. 2. Dapatkan vitamin D yang cukup. 3. Berolah raga yang teratur. 4. Jangan merokok dan tidak konsumsi alkohol. 5. Pertimbangkan terapi hormon pengganti atau obat-obatan lain, setelah berkonsultasi dengan dokter. Wallahu a’lam.
doc penulis
35
serbaserbi bawah langit ini setelah Kitab Allah yang lebih sahih daripada kitab-nya Imam Malik.” Dikatakannya juga, “Tidak ada satu kitab di bumi yang lebih banyak kebenarannya daripada Muwattha’-nya Imam Malik.” Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur dikenal memberikan apresiasi yang istimewa terhadap kitab karya pendiri Madzhab Malikiyah tersebut. Seorang tokoh generasi tabiin bernama Makhul (w. 113 H) menuturkan tentang pengembaraannya, “Aku telah berkeliling bumi dalam rangka mencari ilmu.” Makhul adalah tokoh ulama negeri Syam, ahli fiqh, sekaligus erkelana dalam rangka mencari ilmu hafal ratusan ribu hadits. Awalnya beliau (rihlah ilmiyah) merupakan tradisi yang seorang hamba sahaya yang dimerdekakan diwariskan dari masa ke masa oleh oleh seorang wanita dari suku Hudzail. Beliau generasi Islam. Untuk keperluan mencari ilmu, menuturkan, “Aku dimerdekakan di Mesir, dan mereka merantau, mengembara, pergi jauh, aku tidak membiarkan ilmu yang ada di situ meninggalkan kampung halaman. Demi kecuali aku menangkapnya secara penuh, mencari mutiara berharga, kewaskitaan, dan sepengetahuanku. Aku lalu pergi ke Irak ilmu adiluhung, mereka merasa tidaklah kemudian ke Madinah, dan aku tidak cukup hanya dengan berdiam diri di rumah. membiarkan ilmu di 2 negeri itu kecuali aku Model dalam hal ini adalah Imam menangkapnya secara totalitas, Muhammad bin Ismail Al-Bukhari (194sepengetahuanku. Aku lalu pergi ke Syam, dan 256 H). Tokoh ulama ahli hadits ini aku masih mengembara juga.” mengembara meninggalkan negerinya Tradisi berkelana dalam mencari ilmu di Turkistan selama 16 tahun. (akademi) merupakan respon umat Islam Beliau berkelana tidak hanya ke terhadap firman Allah Ta’ala yang Baghdad –sebagai pusat terdapat dalam Kitab Suci Al-Qur’an: pengajaran terbesar pada “Tidak sepatutnya bagi orang-orang Oleh: masanya—tetapi juga berkelana mukmin itu pergi semuanya (ke Ahmad Syarifuddin medan perang). Mengapa tidak pergi ke jantung Jazirah Arab Makkah Pembina Al-Ghazali Islamic Study Club Solo dan Madinah serta ke Mesir dan dari tiap-tiap golongan di antara Syria. Hasil dari mereka beberapa orang untuk pengembaraannya, beliau memperoleh memperdalam pengetahuan mereka tentang keahlian yang tinggi di bidang ilmu hadits. agama dan untuk memberi peringatan kepada Karya terbesarnya, Al-Jami’ Ash-Shahih kaumnya apabila mereka telah kembali (Shahih Al-Bukhari), berisi 7.397 hadits kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga shahih, disebut-sebut sebagai kitab paling dirinya.” (QS. At-Taubah: 122) otentik setelah Kitab Suci Al-Qur’an. Beliau Juga respon mereka terhadap firman Allah menuturkan, “Aku menyusun Kitab Shahih-ku Azza wa Jalla dalam ayat lain,”Barangsiapa selama 16 tahun. Aku menyeleksinya dari keluar dari rumahnya dengan maksud 600.000 hadits. Dan aku menjadikannya berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagai hujjah antara aku dan Allah.” kemudian kematian menimpanya, maka Sebelumnya, Imam Malik bin Anas (w. 179 sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.” H) juga demikian. Demi menyusun kitab induk (QS. An-Nisaa’: 100) utama hadits berjudul Al-Muwattha’, beliau Kisah pengembaraan Nabi Musa ditemani telah melakukan pengembaraan pada seorang murid bernama Yusya’ bin Nun untuk tenggang waktu yang tidak tanggungberguru ilmu pada Khidir yang termaktub tanggung, yakni selama 40 tahun. Usai dalam Kitab Suci Al-Qur’an surat Al-Kahfi penyusunan, dihaturkannya kitab induk hadits makin menambah kuat motivasi umat Islam itu pada 70 fuqaha kota Madinah, dan mereka untuk berkelana memburu ilmu. semua sama-sama setuju dan merestuinya. Berkelana mencari ilmu dalam Islam Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Tidak ada di merupakan kegiatan yang ekselen, karena
Santri Kelana dan Pengembaraan Mencari Ilmu
B
36
aktivitas ini menjadi bagian integral dari ibadah. Berkelana mencari ilmu tak ubahnya seperti melaksanakan shalat Tahajjud, berpuasa Senin-Kamis, menyantuni anak yatim-janda, menjaga benteng pertahanan umat Islam, dan bekerja mencari sumber penghidupan. Dengan hidupnya ilmu, hidup pula agama Islam. Untuk memburu ilmu, Nabi kita yang agung shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutus sang sekretaris handal, yakni sahabat Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, untuk pergi mempelajari bahasa orang-orang Yahudi sebagai upaya penjagaan dari penipuan kaum Yahudi. Setelah 2 minggu belajar, sang sekretaris utama pulang dan berhasil menulis surat kepada kaum Yahudi dan membaca apa yang mereka tulis kepada Nabi. Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang agung mendorong umat Islam menuntut ilmu sejauh mungkin, bahkan kalau perlu hingga ke negeri China. Seperti tokoh kita: Ajisaka, Ceng Ho, Sunan Giri, Fatahillah (Pendiri Kota Jakarta), Syeikh Yusuf AlMakassari, Bagus Burhan (Ranggawarsita), KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Abdul Karim (Mbah Manab, Pendiri Lirboyo), BJ. Habibie, Gus Dur, dan tokoh-tokoh kita yang lain. Mereka mengembara mencari ilmu ke negeri seberang dan berhasil, yakni ilmunya berguna untuk banyak orang. Tradisi berkelana mencari ilmu ternyata tidak hanya merupakan tradisi akademi Islam, tetapi dikatakan juga sebagai syarat utama menuntut ilmu. Imam Al-Haramain Al-Juwaini (w. 1085), seorang Sunni ahli Kalam kenamaan, sebagaimana dikutip oleh George Makdisi dalam The Rise of Colleges (1981), memberikan 6 kriteria yang melambangkan sebuah tradisi dinamis dalam mencari ilmu: 1. Kecerdasan; 2. Semangat; 3. Hidup dalam kemiskinan; 4. Merantau di negeri asing; 5. Inspirasi seorang guru; 6. Sepanjang hayat. Dalam aktivitas berkelana, terdapat aspek keteguhan mental (niat yang kuat), kemandirian dan keuletan, pengalaman interaksi budaya, kesegaran suasana, memancarnya inspirasi, dan ketrengginasan (semangat). Hal-hal ini menjadikan sang pengembara (perantau) dalam meraih yang dicita-citakan umumnya lebih berhasil. Imam Asy-Syafi’i dalam gubahan syairnya bertutur, “Merantaulah jauh dari kampung halaman demi mencari keluhuran.
Dan berpetualanglah karena ada 5 keuntungan dalam berpetualang: (1) hilangnya kesusahan (refreshing), (2) teraihnya sumber penghidupan, (3) ilmu, (4) etika, dan (5) berjumpa teman yang baik.” Dalam gubahannya yang lain, Imam AsySyafii juga bertutur, Orang pandai dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkanlah negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan mendapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, karena manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Dan Imam Asy-Syafi’i sendiri telah melakukan kegiatan pengembaraan yang panjang dalam hidupnya, seperti tergambar dalam syairnya: “Aku akan berpetualang panjang-lebar ke berbagai negeri. Demi meraih harapanku atau aku mati sebagai seorang perantau. Jika hancur diriku (mati), maka memang kepada Allah-lah ia kembali. Dan jika selamat diriku, maka masa pulang kampung benar-benar telah dekat.” Dahulu untuk para perantau pencari ilmu (Al-Ghuraba), Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang agung menyediakan Shuffah (selasar) di sebelah Masjid Nabawi sebagai tempat tinggal mereka. Tidak kurang 70 sahabat pernah tinggal di situ, yang karenanya mereka disebut Ashabus Shuffah (Penghuna Shuffah). Di antara mereka adalah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Sedang termasuk guru mereka adalah Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu. Hamidullah merujuk Shuffah sebagai ‘Universitas’ Islam pertama. Adapun kini telah berdiri ratusan ribu Pondok Pesantren, Rangkang, Surau, Kampus, atau Meunasah di Nusantara, sebagai pelanjut institusi Shuffah di masa kenabian. Lembaga ini sejatinya merupakan wahana untuk menampung para perantau (santri mukim dan santri kalong) yang akan melanjutkan kesinambungan keilmuan Islam. Wallahu a’lam.
37
kajian niswiyah
Senyum dalam Rumah Tangga
Oleh: Ummu Fakhriyah Jama’ah Persyada Al Haromain Surabaya
A
da banyak faktor untuk dapat membina keberlangsungan sebuah rumah tangga. Setidaknya, kesadaran akan peran dan tugas masing-masing anggota menjadi kunci untuk dapat menghadapi dan mengatasi berbagai aral yang melintang. Yang menakjubkan, modal awal untuk dapat menghadapi itu dari sisi fisik ternyata adalah senyum yang hadir sebagai buah untuk selalu husnudzdzan atas segala ketetapan Allah Subhanahu wata’ala. Peran dan Tugas Wanita Wanita diciptakan dengan peran dan tugas utama sebagai ibu, istri, dan pengatur rumah tangga. Sebagai ibu, wanita menjalani kodratnya untuk dapat mengalami hamil, melahirkan, menyusui, dan mengasuh serta mendidik anak-anaknya. Ini adalah peran dan tugas yang sangat mulia dalam menjaga kesinambungan ras umat manusia. Sebagai istri, seorang wanita harus taat kepada suami dan siap mendampingi suami dalam kondisi apapun dalam mengarungi biduk rumah tangga. Sebagai pengatur rumah tangga, seorang wanita selama 24 jam harus siap membantu suami mengatur rumah tangga agar rumah menjadi ‘syurga’ bagi suami, dirinya, dan anak-anaknya. Tidak ringan memang untuk dapat mengatur
38
phinueisal.wordpress.com
urusan mulai dari urusan di dapur di pagi hari hingga tidur kembali di malam harinya. Setidaknya, ada daftar menu yang harus disusun dan itupun harus disesuaikan dengan anggaran yang ada. Ada jadwal memandikan si kecil. Ada saat membersihkan dan merapikan rumah. Ada saat merawat diri untuk bisa menyenangkan bila dipandang suami atau bila melayani suami. Ada saat mengasuh dan mendidik anak. Ada saat membina hubungan baik dengan saudara dan tetangga. Ada saat bersama suami (jika memungkinkan) untuk menimba ilmu agama dan dakwah li i’la li kalimatillah. Dan ada pula saat membantu suami untuk meringankan beban keuangan rumah tangga. Tentunya, masih banyak lagi hal yang lain yang tak mungkin diurai satu-satu di sini yang harus dilakukan oleh wanita sebagai istri, ibu, dan pengatur rumah tangga. Dengan tugas-tugas rumah tangga tersebut, lelah secara fisik adalah hal yang dapat dipastikan hadir pada diri wanita sebagai ibu, istri, dan pengatur rumah tangga. Hal itu akan sangat terlihat jelas dari minimal raut wajahnya. Bahkan, untuk senyum pun, terutama terhadap suami, terkadang menjadi perilaku yang sangat sulit ataupun sangat
berat untuk dilakukan. Padahal, pada saat sebelum menikah, di dalam benak pikiran seorang wanita bisa jadi muncul pikiran bahwa terseyum kepada suami adalah ibadah yang sangat ringan untuk dilakukan pada saat berumah tangga, selain senyum itu sendiri merupakan ibadah shadaqah yang sangat murah, karena tanpa ada harta yang harus dikeluarkan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Senyummu kepada saudaramu adalah shadaqah.” (HR. Tirmidzi). Peran dan Tugas Laki-laki Laki-laki diciptakan sebagai pemimpin rumah tangga. Dia harus bertanggungjawab penuh untuk rumah tangganya di dunia dan menjaga istri dan anak-anaknya dari api neraka. Lantaran itu, laki-laki harus memenuhi kebutuhan istri dan anaknya melalui aktivitas bekerja yang sebagian besar dilakukan di luar rumah atau wilayah nondomestic, yang notabene sangat keras, penuh tantangan, cobaan, bahkan gesekan yang bisa berujung pada perseteruan tertentu. Karena kerasnya kehidupan di luar rumah itu, sudah menjadi sunnatullah juga bahwa lelaki ditetapkan untuk hidup berpasangan dengan wanita yang juga telah diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kelembutan. Senyum untuk Belahan Jiwa Dalam aktifitas keseharian, kepenatan fisik selepas bekerja baik di dalam rumah maupun di tempat kerja bisa jadi menyebabkan ketidakstabilan emosi. Dalam hal ini, suami-istri diuji kesabarannya. Bagi pihak suami, begitu sampai di rumah selepas bekerja, dia tentu akan sangat lelah dan membutuhkan sambutan yang hangat nan lembut dari seorang istri. Sebelum secangkir teh atau kopi hadir, tentu hadirnya senyum sang istri akan jauh lebih bermakna dan menyejukkan. Dengan senyuman itu, seorang istri telah memberikan kebahagiaan kepada suami. Senyuman itu menjadi bukti cinta kasih, mendamaikan jiwa, dan menentramkan hati. Bahkan, senyuman istri itupun dapat meredam atau meluluhkan emosi suami yang sedang marah. Sementara itu, tugas-tugas domestik istri yang bisa jadi juga sangat melelahkan,
selayaknya pula diapresiasi oleh suami. Kedatangan suami dengan raut wajah yang diukir dengan senyum pun akan membuat kepenatan fisik, berbagai kegalauan, dan atau kejenuhan istri menjadi sirna. Dampak senyum untuk belahan jiwa ini tentu sangat luar biasa untuk keberlangsungan rumah tangga. Suami dan istri saling tersenyum, mendamaikan, dan menentramkan satu sama lain. Senyum dan Kesehatan Betapa junjungan kita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, selalu memberi keteladanan dengan cara menghiasi bicara beliau dengan senyuman di bibir. Itu menjadi tanda keagungan jiwa beliau. Hikmah di balik itu ternyata sangat besar bagi kesehatan. Riset membuktikan bahwa pada saat tersenyum, tubuh melepaskan endorfin, serotonin, dan senyawa yang dapat mengurangi rasa sakit. Ketiga hal tersebut dapat membuat pikiran menjadi lebih positif, sekaligus menjadi obat alami bagi tubuh. Jadi, sebaiknya berusahalah untuk selalu berpikir positif dalam memandang hidup. Sebenarnya, diperlukan usaha lebih keras untuk cemberut dari pada tersenyum. Pada saat cemberut terdapat 43 otot yang bekerja, sedangkan untuk tersenyum hanya dibutuhkan 17 otot saja. Selain itu, tersenyum mampu mendorong sistem kekebalan tubuh untuk bekerja dengan lebih baik. Saat tersenyum, akan dirasakan sensasi rileks yang dihasilkan oleh fungsi imun yang melonjak tinggi. Sensasi rileks ini juga dihasilkan oleh tekanan darah yang menurun saat tersenyum. Dengan demikian, seseorang yang murah senyum akan lebih sehat karena jauh dari stress, jantungnya berdetak normal, peredaran darahnya juga mengalir dengan baik. Dia akan terhindar dari berbagai ketegangan hidup yang biasanya dapat membuat seseorang jenuh dan mudah stress. Dengan senyum ikhlas, kita akan merasakan manfaat dan keajaiban bagi diri kita dan bagi orang-orang sekitar kita. Senyum menjadi shadaqah kita untuk suami kita, untuk istri kita. Dengan shadaqah itu, insyaAllah kita akan mendapat kebaikan dari Allah Subhanahu wata’ala untuk rumah tangga kita. Wallahua’lam.
39
kabar pesantren
P
doc lazis
ondok pesantren AL-WASHOYA adalah sebuah pondok yang terletak di desa Kertorejo Kec. Ngoro, 20 Km dari kota Jombang. Pondok pesantren ini dirintis oleh KH. Ahmad Mubin yang berasal dari Lamongan. Beliau telah lama mengembara menuntut ilmu dari ujung timur hingga ujung barat pulau Jawa. Pondok pesantren terakhir yang beliau ikuti sebelum bertugas dakwah di Kertorejo ini adalah pondok pengembangan dan dakwah NURUL HAROMAIN Pujon Malang yang diasuh KH. Ihya’ Ulumiddin, alumni dari pesantren Langitan yang melanjutkan belajar di Makkah dibawah asuhan Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki. Atas perintah guru beliau ini pada akhir tahun 2003 pondok ini beliau rintis dan oleh guru beliau diberi nama Al-Washoya. Berbagai macam rintangan dan hambatan dialami pada awal pendirian pondok ini. Apalagi
40
lokasi pondok berada di daerah mayoritas non muslim. Begitu besarnya rintangan yang dihadapi KH. Ahmad Mubin, hingga ada cerita bahwa beliau sempat patah arang dan bilang kepada guru beliau, KH Ihya’ Ulumiddin, agar tetap dijadikan sopir beliau saja dan menunda tugas dakwah ini. Sebelumnya memang selain belajar di pondok Nurul Haromain, beliau mempunyai amanah khidmah sebagai sopir KH. Ihya ‘Ulumiddin. Jawaban dari guru beliau, “Sumur yang sudah digali ini tidak boleh berhenti. Harus diteruskan, karena sumber air telah dekat.” Jawaban tersebut kembali menguatkan tekat beliau untuk terus berjuang melanjutkan dakwah di pondok pesantren AlWashoya. Alhamdulillah berkat pertolongan Allah Subhanahu wata’ala pondok bisa berjalan dengan baik sampai saat ini. Sebagaimana lazimnya pesantren lainnya, pondok pesantren AL-WASHOYA tumbuh dan berkembang secara alami, yang diawali beberapa santri yang ingin belajar ngaji. Di
doc lazis
awal tahun pendirian, perjuangan untuk biaya sepeser pun, baik biaya kehidupan meyakinkan keberadaan pesantren di warga sehari-hari maupun biaya sekolah. Biaya masyarakat tentu tidak mudah. Terlebih diperoleh melalui upaya dan usaha pengasuh melihat kondisi masyarakat di sekitar pondok dan pengurus yang tentu bersandarkan kepada yang mayoritas non Muslim dan bahkan andai bantuan Allah Subhanahu Wata’ala. ada yang muslim pun sebagian besar mereka Untuk proses pembelajaran, Pondok bekerja pada tempat kerja orang-orang non Pesantren al-Washoya mendirikan beberapa muslim. Tidak jarang perintah agama jenjang pendidikan. Non Formal ada madrasah dikalahkan oleh perintah majikan. diniyah, sedang pendidikan formal meliputi Salah satu cerita, ketika pesantren Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak membuat kegiatan dzikir dan shalawat dengan (KB/TK), Sekolah Dasar Islam (SDI), Madrasah pengeras suara, justru yang memohon agar Tsanawiyah (MTs), dan SMK Al-Washoya. Dari dikecilkan adalah warga muslim yang merasa sekian jenjang pendidikan tersebut, “sungkan” dan tidak enak dengan alhamdulillah telah memiliki gedung sendiri. majikannya. Maka beliau pun secara aktif Untuk Materi kurikulum Tingkat bersilaturrahim ke berbagai pihak, utamanya Pendidikan diterapkan berdasarkan standar kepada warga masyarakat. nasional untuk membentuk wawasan Seiring berjalannya waktu, masyarakat pengetahuan umum kepada anak didik. mulai tahu dan mendukung pondok pesantren Materi-materi tersebut sebagai sarana untuk Al-Washoya. Bahkan yang dulu memusuhi, kini mendidik intelektualitas anak-anak didik, ada di barisan depan untuk mendukung sehingga memiliki life skill dan mampu perkembangan pondok pesantren. mengikuti perkembangan sains Kegiatan shalat Jum’at yang dulu dan ilmu pengetahuan umum di sebelum ada pesantren diikuti era global. kurang dari 40 jamaah, dan Adapun kurikulum Kemenag terkadang tidak ada shalat dan Pesantren (lokal) diterapkan Jum’at, dengan adanya pesantren sebagai sarana untuk dengan masjidnya yang mengarahkan anak didik agar merupakan satu-satunya di desa memiliki sikap spiritual dan itu, kini bisa melaksanakan shalat mental atau akhlaq yang baik Jum’at dengan istiqamah. Demi sebagaimana yang dikehendaki KH. Ahmad Mubin untuk menjaga keistiqamahan oleh agama dan nilai-nilai Pengasuh PP Al Washoya tersebut, meski di pondok telah moralitas. doc lazis dibangun sebuah masjid, namun Upaya aktif dalam berdakwah santri dan asatidz tetap melaksanakan shalat tetap menjadi dasar dalam setiap aktivitas Jum’at di masjid desa tersebut, meski pesantren ini. Peran pondok pesantren dalam jaraknya hampir 2 km dari pondok pesantren. membangun masyarakat sudah mulai sedikit Kepercayaan masyarakat pun mulai dirasakan, semoga ini bagian dari amal baik tumbuh. Santri Pondok Pesantren semakin dan tanda “sumber” akan kehidupan Islami di bertambah baik dari warga kampung maupun daerah Ngoro khususnya. dari luar daerah, mulai dari usia balita hingga Wallahu a’lam. Reportase: Muji Sampurno dewasa. Santri-santri tersebut tidak dipungut
41
42