DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
KAKAO
Penyebaran Kakao Nasional Produksi (Ton)
Luas Areal (HA) Jawa, 104.241 ha
NTT,NTB,Bali, 79.302 ha
Kalimantan, 44.951 ha
Jawa, Maluku, 32.285 ton Papua, 32.667 ton
NTT,NTB, Bali 13.458 ton
Kalimantan, 10.190 ton
Maluku, Papua, 118.449 ha
Sumatera, 427.619 Ha
Sulawesi, 958.079 Ha
Sumatera, 154.688 ton Sulawesi, 468.942 ton
Perkembangan Areal Tanaman Kakao Tahun 2007 - 2011 (Ha) No
Pengusahaan
2007
1
PR
1,272,782
1,326,784
1,491,808
1,558,421
1,638,329
6,56
2
PBN
57,342
50,584
49,489
48,932
48,935
-3,77
3
PBS
49,156
47,848
45,839
43,268
45,377
-1,90
1,379,280
1,425,216
1,587,136
1,650,621
1,732,641
5,92
Total
2008
2009
2010
2011
Rata2 pertb/th (%)
Perkembangan Produksi Kakao Tahun 2007 - 2011 (Ton) No
Pengusahaan
1
Rata2 pertb/th (%)
2007
2008
2009
2010
2011
PR
671,370
740,681
741,981
772,771
644,688
-0,48
2
PBN
34,643
31,130
34,604
34,740
34,373
0,09
3
PBS
33,992
31,783
32,998
30,407
33,170
-0,36
740,005
803,593
809,583
837,918
712,231
-0,54
Total
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, Ditjen Perkebunan
Kondisi Tanaman Kakao Berdasarkan Umur Tanaman Tahun2011 No
Pengusahaan
1
PR
2 3
TBM
TM
TT/TR
Jumlah
673,202
804,431
162,810
1,639,443
PBN
8,740
36,400
3,794
48,935
PBS
8,830
31,927
2,507
44,264
690,772
872,758
169,111
1,732,641
Nasional
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, Ditjen Perkebunan Keterangan : TBM : Tanaman Belum Menghasilkan TM : Tanaman Menghasilkan TT/TR : Tanaman Tua / Tanaman Rusak
Pantai Gading 1,4 juta ton (35%)
Produksi Kakao Dunia (4 juta ton)
Ghana: 0,860 juta ton (21,5%) Indonesia: 0,712 juta ton (17,8%) Lainnya: 1,028 juta ton (25,7%)
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TAHUN 2008 - 2012
No
EKSPOR
1
Volume (ribu ton)
2
Nilai (US$ juta)
No
IMPOR
2008
2009
2010
2011
2012
515,5
535,2
552,8
410,2
387,8
1.268,9
1.413,4
1.643,6
1.345,3
1.053,4
2008
2009
2010
2011
2012
1
Volume (ribu ton)
53,3
46,9
47,4
43,7
48,2
2
Nilai (US$ juta)
118,7
121,3
164,6
175,5
176,9
Sumber: BPS diolah Kementerian Perdagangan
1
Penurunan tingkat produktivitas akibat sebagian besar tanaman tua/rusak, belum menggunakan bibit unggul, kurangnya perawatan tanaman, serangan OPT utama (VSD dan PBK);
2
3
Kualitas biji kakao masih rendah (sebagian besar biji kakao yang dihasilkan belum difermentasi);
5
Kelembagaan petani belum kuat;
6
Terbatasnya akses terhadap permodalan; Masih terbatasnya kemitraan antara pengusaha/industri dengan petani pekebun; Tata niaga biji kakao yang masih panjang (didominasi oleh tengkulak);
Meningkatnya permintaan kakao dunia (terbukanya pasar baru di China, Rusia, India, Jepang dan Timur Tengah) Tersedianya teknologi budidaya
Minat masyarakat untuk menanam kakao cukup tinggi
Terbuka peluang untuk pengembangan industri kakao menjadi produk jadi dan produk setengah jadi serta pengembangan pasar dalam negeri
PROSPE K& POTENSI
Kakao Indonesia memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki negara lain yaitu rasa fruity dengan melting point yang tinggi
Keterbatasan negara produsen utama (Pantai Gading dan Ghana) untuk meningkatkan pasokan biji kakao Tersedianya peneliti dan tenaga ahli di bidang kakao Masih tersedianya lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman kakao
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAKAO
Kebijakan Umum
• Mensinergikan seluruh potensi sumberdaya tanaman kakao dalam rangka peningkatan daya saing usaha, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk, melalui partisipasi aktif para pemangku kepentingan dan penerapan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintah
Kebijakan Teknis
• Pengembangan komoditi kakao • Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) • Pengembangan kelembagaan dan kemitraan • Peningkatan investasi usaha • Pengembangan sistem informasi manajemen
Revitalisasi Lahan Revitalisasi Perbenihan
S T R A T E G I
Revitalisasi Insfrastruktur dan Sarana Revitalisasi SDM Revitalisasi Pembiayaan Petani Revitalisasi Kelembagaan Petani Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Kakao Berkelanjutan
Gernas Kakao mulai dilaksanakan tahun 2009 di sentra produksi kakao dengan kegiatan utama yaitu peremajaan 70.000 ha, rehabilitasi 235.000 ha, intensifikasi 145.000 ha serta kegiatan pendukung
upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman dengan pembiayaan melalui kredit perbankan (KPEN-RP) dengan subsidi bunga dari pemerintah
pengembang an kakao rakyat dengan sumber dana APBN melalui Tugas Pembantuan (TP) dengan bantuan bibit unggul bermutu dan pupuk, kegiatannya meliputi perluasan.
usaha tani terpadu kakao dan ternak melalui pemanfaaatan limbah tanaman (sebagai pakan) dan limbah ternak (sebagai pupuk). Kegiatan ini meliputi bantuan kepada kelompok tani berupa 10-15 ekor ternak (sapi/kerbau) dan 1 set alat pengolah limbah kakao (alat pencacah dan alat penepung kulit buah kakao).
GERNAS KAKAO Sharing Pembiayaan • • • • • •
Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten Perbankan Swasta Petani
Permasalahan • Kelembagaan : petani tidak ditopang kelembagaan yang kuat • Pemasaran : Rantai pemasaran panjang • Pengolahan : petani enggan melakukan fermentasi • Budidaya : serangan PBK
(Upaya percepatan peningkatan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao nasional dengan memberdayakan seluruh pemangku kepentingan dan sumber daya yang ada)
Realisasi Tahun 2013 seluas 463.733 ha terdiri dari peremajaan 84.720 ha, rehabilitasi 220.023ha, intensifikasi 158.990 ha.
Tujuan Meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil kakao.
Sasaran • • • • • •
Peremajaan tanaman seluas 70.000 ha Rehabilitasi tanaman seluas 235.000 ha Intensifikasi tanaman seluas 145.000 ha Pemberdayaan 450.000 petani Pengendalian hama seluas 450.000 ha Perbaikan mutu sesuai SNI
Bahan Tanam Unggul - Peremajaan : bibit unggul dengan teknologi perbanyakan SE - Rehabilitasi : entres/bahan tanam unggul
Ruang Lingkup A. Kegiatan Utama Peremajaan , Rehabilitasi dan Intensifikasi B. Kegiatan Pendukung • Pemberdayaan petani • Pembangunan 3 substasiun penelitian dan pengutuhan 1 substasiun penelitian • Pembangunan Laboratorium lapangan dan penguatan lababoratorium • Rekriutmen dan pelatihan petugas pendamping • Perbaikan mutu kakao • Penyediaan sarana pendukung
Latar Belakang Kakao salah satu komoditi andalan nasional Produktivitas kakao cenderung menurun beberapa tahun terakhir 94% dikelola rakyat Terdapat 450.000 ha tanaman kakao rusak besar, sedang dan tak terawat • Perlunya gerakan terpadu & serentak dalam skala luas • Pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao pada Agustus 2008 • • • •
Pendekatan Gerakan • • • • • • • •
Dilaksanakan oleh petani Lahan hamparan/berkelompok Pemberdayaan petani Melakukan peremajaan, rehabilitasi dan Intensifikasi tanaman Menyediakan bahan tanam Insentif benih tanaman pangan untuk petani yang mengikuti kegiatan peremajaan Bantuan upah kerja Biaya sarana produksi untuk pemeliharaan tahun ke-2 dan ke-3 dengan fasilitas kredit KPEN-RP
POTENSI PRODUKTIVITAS BERDASARKAN HASIL EVALUASI PELAKSANAAN GERNAS KAKAO 2009-2010 OLEH TIM INDEPENDENT (KERJASAMA DITJENBUN, BAPPENAS, KEMENKEU) No
Kegiatan
Produktivitas Awal Potensi Produktivitas (kg/ha) (kg/ha)
Nilai
%
1.
Peremajaan
442
1.100
249
2.
Rehabilitasi
567
1.600
282
3.
Intensifikasi
950
1.100
157
PRAKIRAAN PRODUKSI KAKAO DARI GERNAS KAKAO (2011-2015) Produksi (TON) No
Kegiatan
1
Peremajaan
2 3
2011
2012
2013
2014
2015
-
3.400
8.457
24.443
31.765
Rehabilitasi
53.550
103.092
206.001
276.110
346.536
Intensifikasi
80.900
112.060
128.990
138.490
148.490
134.450
218.552
343.448
439.043
526.791
Jumlah
MENJADIKAN INDONESIA PRODUSEN KAKAO TERBESAR DUNIA
PUSAT KONDISI PENDUKUNG
- Tataniaga yang baik - Harga barang
- Kebijakan - Anggaran Pengungkit
DAERAH
- Penyediaan Lahan - Infrastruktur - Sertifikasi Kebun - Pemberdayaan Petani - Petugas Lapang
PER BANKAN
PELAKU USAHA
- Fasilitas Kredit
- Membeli Bahan Baku Petani - Kemitraan Usaha - Petugas Lapang/Tenaga - Pendampingan Petani/ Pelatihan
- Kondisi lahan dan iklim yang sesuai - Minat petani - Teknologi - Tenaga peneliti yang handal
INSTITUSI PENDUKUNG
- Perguruan Tinggi - Lembaga Penelitian
- Produktivitas Tinggi - Kualitas Baik
- Eksportir - Industri - Kuantitas - Kualitas Kontinyuitas Kerjasama : -PEMASARAN - PEMASARAN DAN PENYEDIAAN SARANA PRODUKSI
DESAIN PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS KAKAO
•
•
• • •
PERBAIKAN TANAMAN MELAUI PEREMAJAAN, REHABILITASI, INTENSIFIKASI PERLUASAN TANAMAN
KELEMBAGAAN •
GAPOKTAN
• KOPERASI
BIBIT TANAMAN UNGGUL BERMUTU SUMBER ENTRES UNGGUL PUPUK DAN PESTISIDA
• •
UNIT PENGOLAHAN BIJI FERMENTASI KAKAO • Bangunan Unit Pengolah Kapasitas 1 ton/50 ha/4 hr
PEMBERDAYAAN PETANI PENINGKATAN MANAJEMEN ADMINISTRASI
INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO 1) Output : * Cocoa Powder * Cocoa Pasta * Cocoa Cake 2) Output : Industri kecil pengolahan coklat (consume product) 18
Kepastian Jumlah Produksi Kakao Yang Sustain
Pembangunan perkebunan dilaksanakan dengan azas berkelanjutan
Selisih harga antara biji kakao non fermentasi dengan biji kakao fermentasi sangat rendah. Sebagian besar kualitas biji kakao yang diproduksi petani belum memenuhi standar mutu yang ditetapkan, Sebagian produk komoditas kakao masih dalam bentuk bahan baku sehingga nilai tambah dan daya saingnya masih rendah. Pengembangan kakao berkelanjutan/sertifikasi produk kakao menjadi tuntutan global bagi konsumen terkait dengan kepastian jumlah produksi kakao yang memenuhi standar mutu, keamanan pangan dan lingkungan. Rantai tata niaga biji kakao masih panjang. Pengembangan kakao menjadi prioritas untuk memenuhi kebutuhan industri kakao dalam negeri dan luar negeri
Kata Orang Bijak :
Cara terbaik untuk mengundang campur tangan Tuhan adalah mengupayakan kebaikan yang berada diatas kemampuan kita.
PERMASALAHAN GERNAS KAKAO 1.
2.
3.
4.
Sesuai konsepsinya seharusnya provinsi/kabupaten menyediakan APBD untuk sertifikasi dan pemberdayaan petani dari kegiatan pendukung lainnya, namun dalam pelaksanaannya dukungan pendanaan dari pemerintah daerah tersebut tidak optimal. Pembiayaan pemeliharaan lanjutan melalui fasilitas kredit KPEN-RP dan ABPBD I/II tidak optimal. Peningkatan mutu kakao (non fermentasi menjadi fermentasi) belum dilaksanakan optimal meskipun fasilitas/peralatan sudah tersedia. Koordinasi antara provinsi dan kabupaten kurang optimal.
UPAYA TINDAK LANJUT 1. Mengupayakan sertifikasi lahan petani melalui Pemda setempat serta memfasilitasi kelembagaan petani oleh Pemda setempat. 2. Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah berkoordinasi agar bantuan perbankan melalui KPEN-RP dan ABPD I/II dapat direalisasikan. 3. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian sedang memproses tentang wajib fermentasi biji kakao. 4. Pemerintah Pusat mendorong dan memfasilitasi koordinasi antara provinsi dan kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan di daerah.
2008
2009
2010
2011
2012*
Rata2 pertb/th (%)
No
Pengusahaan
1
PR
779
811
793
808
811
0,26
2
PBN
834
941
958
944
929
0,72
3
PBS
884
994
944
959
961
0,58
Nasional
832
822
898
821
820
-0,04