Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 STUDI ANALISIS TINGGI BADAN DAN KOORDINASI MATA TANGAN DENGAN KEMAMPUAN SHOOTING DALAM PERMAINAN BOLABASKET PADA SISWA SMP NEGERI 2 SINJAI
OLEH: WAHYU JAYADI )*
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lain (1) tinggi badan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket, (2) Untuk mengetahui hubungan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket, dan (3) Untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan dan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Sinjai dengan jumlah sampel penelitian 60 orang siswa yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan yang signifikan tinggi badan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket, terbukti nilai r 0 = 0.645 (P < 0,05), (2) Ada hubungan yang signifikan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket, terbukti nilai r 0 = 0.686 (P < 0,05), dan (3) Ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket, terbukti nilai R0 = 0.699 (P < 0,05). Dengan tinggi badan akan memudahkan jangkauan bola ke keranjang atau basket, sedangkan koordinasi mata tangan akan membantu memasukkan bola lebih maksimal. Oleh karena itu dengan dukungan dua unsur tersebut, maka hasil shooting di bawah basket akan lebih maksimal. Kata Kunci: Tinggi badan, Koordinasi Mata Tangan, Kemampuan Shooting Bolabasket
ABSTRACT This study aims to determine the relationship between the other (1) with height in the game of basketball shooting skills, (2) To determine the relationship with the hand eye coordination in the game of basketball shooting skills, and (3) To determine the relationship between height and hand eye coordination with the shooting ability of basketball games. This study includes a descriptive type of *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
117
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 research. The study population was all students of SMP Negeri 2 Sinjai a sample of the study 60 students chosen at random sampling. Data analysis techniques used were correlation and regression analysis techniques using SPSS system version 15:00 on 95% or a significant level of 0.05. Starting from the results of data analysis, the study concluded that: (1) There was a significant association with height in the game of basketball shooting skills, proven value r0 = 0,645 (P < 0.05), (2) There is a significant relationship coordination eyes with a hand in the game of basketball shooting skills, proven value r0 = 0,686 (P < 0.05), and (3) There is a significant relationship between height and hand eye coordination by shooting in the game of basketball ability, proved the value of R0 = 0,699 (P < 0.05). With a height range will allow the ball to the basket or the basket, while the hand eye coordination will help to put the ball over the maximum. Therefore, with the support of two elements, then the shooting under the basket will be maximal. Keywords:
Height, Eye Hand Coordination, Ability Basketball Shooting
PENDAHULUAN Permainan bolabasket merupakan salah satu cabang olahraga yang paling banyak digemari, karena hampir seluruh dunia mengenal dan memainkan olahraga bolabasket. Di Indonesia telah banyak cabang olahraga yang kenal oleh masyarakat baik olahraga yang baru berkembang maupun olahraga yang telah lama berkembang di Indonesia dan salah satu yang paling banyak digemari adalah bolabasket. Sebagaimana yang dituliskan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993) Sebagai berikut: Kalau ada olahraga moderen yang begitu cepat perkembangannya dan menarik kehidupan manusia umumnya dan pemudapemuda khususnya maka olahraga itu adalah permainan bolabasket atau basket ball dalam bahasa aslinya. Dan menurut Vic Ambler (1988) dalam bukunya yang telah diterjemahkan menerangkan bahwa: Permainan bolabasket sangat menarik, oleh karena dapat dimainkan oleh semua golongan umur. Di-
samping para pemain dituntut keterampilan bermain, kesegaran fisik dan kekuatan atau daya tahan tubuh yag tinggi. Dan permainan ini dapat dimainkan oleh beberapa pemain tergantung kondisi. Sesuai dengan pernyataan tersebut di atas, maka olahraga semakin banyak penggemarnya yang bukan hanya sebagai prestasi tetapi juga sebagai olahraga pendidikan maupun sebagai olahraga rekreasi atau hiburan. Demikian juga tempat pelaksanaannya dapat kita lakukan pada tempattempat terbuka maupun dalam ruangan tertutup. Dalam meningkatkan prestasi cabang olahraga bola basket maka penguasaan bentuk latihan, teknik maupun taktik dalam permainan bolabasket perlu dikuasai oleh setiap pemain, seperti yang dikemukakan oleh Surayin (1984) sebagai berikut: Teknik dan taktik adalah dua bagian khusus yang harus diolah para pemain bola basket. Latihan teknik adalah bagian dari olahraga yang dalam pelaksanaannya memerlukan ketangkasan.
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
118
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 Kemahiran atau penguasaan teknik dasar akan menjadikan seorang atlit memiliki keterampilan yang handal dalam suatu cabang olahraga khususnya olahraga permainan bolabasket. Kemahiran atau penguasaan teknik dasar akan menjadikan seorang atlit memiliki keterampilan yang handal dalam suatu cabang olahraga khususnya olahraga permainan bolabasket. Salah satu teknik dasar dalam permainan bolabasket yang harus dan sangat penting untuk dikuasai oleh setiap atlit adalah mengoper bola (passing). Seperti yang dikemukakan oleh Gerhard Stocker dkk (1988) sebagai berikut: Cara mengoper dalam permainan bolabasket berbeda sekali dari cara yang lazim dalam jenis-jenis olahraga lainnya. Permainan di lapangan yang relatif kecil, memerlukan teknik pengoperan pendek, yang dilakukan dengan lemparan keras dan tepat. Gerakan menangkap lalu mengoperkan bola sedapat mungkin harus cepat dan tanpa berhenti. Berdasarkan uraian tersebut, maka jelaslah bahwa teknik mengoper bola merupakan salah satu fondasi untuk dapat bermain bolabasket dengan baik. Pengertian teknik dasar yaitu semua kegiatan yang mendasari keterampilan untuk dapat bermain bolabasket. Pelaksanaan taktik dalam permainan bolabasket sangat tergantung kepada kematangan dan penguasaan teknik dasar dari setiap individu dalam satu regu. Penampilan teknik seseorang sangat tergantung kepada kaitan antara kematangan teknik serta daya fikir dalam mengambil suatu keputusan. Perlu diingat bahwa dalam menguasai teknik dasar maupun usaha untuk meingkatkan prestasi olahraga harus mempunyai
kemampuan fisik yang dimaksudkan adalah kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, daya tahan, power, dan koordinasi. Kemudian potensi tubuh yang dimaksud adalah tinggi badan, panjang tungkai, panjang lengan dan berat badan. Dalam permainan bolabasket salah satu bagian teknik dasar mengoper (passaing) yang paling sering dilakukan adalah operan dada dengan dua tangan (two hand chest pass). Operan ini sangat cocok untuk operan jarak pendek dan sangat bermanfaat dalam menyusun serangan. Seperti apa yang dikatakan oleh Imam Sodikun (1992) yaitu: Operan dada dengan dua tangan merupakan operan yang sngat sering dilakukan dalam permainan. Jarak pendek dengan perhitungan demi kecepatan dan kecermatan bila kawan yang akan menerima bola tidak dijaga dengan ketat. Penguasaan teknik dasar ini hanya dapat diwujudkan bila atlit memiliki kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik merupakan salah satu syarat yang diperlukan untuk mencapai prestasi bahkan dikatakan kondisi fisik merupakan komponen dasar dari usaha peningkatan prestasi karena kondisi fisik merupakan suatu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan baik peningkatannya maupun pemeliharaannya. Dengan demikian bentuk latihan yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan kondisi fisik atlit dalam cabang olahraga permainan bolabasket adalah dengan memberikan bentuk latihan beban. Bentuk latihan beban yang penulis maksudkan adalah latihan bench press dan latihan push up. Kedua bentuk latihan ini mempunyai tujuan yang sama yaitu penguatan otot-otot lengan, bahu dan dada yang satu
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
119
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 menggunakan beban luar (bench press) dan yang lainnya menggunakan beban dalam (push up). Kedua bentuk latihan ini dapat menunjang peningkatan keterampilan (teknik dasar two hand chest pass). Teknik dasar ini merupakan teknik dasar yang banyak dan paling sering digunakan dalam permainan bolabasket. Tinggi badan Dalam setiap aktivitas manusia khususnya dalam kegiatan olah raga, struktur tubuh merupakan faktor yang penting peranannya. Hal ini sejalan dengan pendapat H. Clarke (1979) mengatakan bahwa: “The type of an individual’s structure is an essential factor ini his motor preformance”. Diartikan secara bebas bahwa : bentuk struktur tubuh seseorang adalah suatu faktor yang sangat mendasar bagi pelaksanaan geraknya. Berarti struktur tubuh memegang peranan yang sangat menentukan di dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Pengukuran struktur tubuh manusia telah dikenal sejak zaman purba. Sebagaimana dijelaskan oleh Barry L.Johnson dan J.K Nelson (1986) bahwa : “Most of earliest research in physical education dealt with the structure and proportions of the body (antropometrics). Measurements are know to have been mode even in ancient India and Greece”. Diartikan secara bebas sebagai berikut : sejak dahulu sebagian besar penelitian dibidang pendidikan Jasmani membagi atau mengukur struktur tubuh atau antropometrik, pengukuran ini dikenal seperti di India Kuno dan Yunani Kuno. Dari penjelasan ini nampak bahwa perhatian manusia terhadap struktur tubuh sudah ada sejak dahulu
kala.pengukuran struktur tubuh dikenal dengan istilah antropometrik. Antropometrik merupakan bentuk pengukuran struktur tubuh yang tertua dipergunakan sejak dahulu. Hal ini sejalan pendapat H. Harrison Clarke (1979) bahwa: ”Antropometry is the the oldest type of body measurement know, dating back to beginning of recorded history”. Diartikan secara bebas bahwa Antropometrik adalah pengukuran struktur tubuh yang tertua sebagaiman tertulis dalam sejarah. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa tinggi badan seseorang tergantung pada panjang pendeknya tulang yang dimiliki. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki tinggi badan yang ideal (memiliki postur yang tinggi) akan memiliki sudut gerakan yang lebih luas bila dibandingkan dengan orang atau pemain yang memiliki postur tubuh yang dibawah ideal dalam melakukan aktivitas olahraga, gerakan yang dilakukan lebih kecil sudut gerakannya. Soedarminto (1992) bahwa: “Suatu obyek yang panjang akan memiliki kecepatan linear yangl ebih besar daripada obyek yang bergerak pada ujung radius yangpendek. Makin panjang radius makin besar kecepatan linearnya”. Dalam cabang olahraga, termasuk pada permainan bolabasket faktor tinggi badan merupakan satu faktor terpenting dalam melakukan teknik-teknik dasar dan salah satu ukuran yang harus dijadikan penentu untuk mencari atlet-atlet yang berprestasi. Tinggi badan yang ideal merupakan dambaan setiap pelatih untuk mencari bibit dalam pembinaan lebih lanjut. Sebab seorang pemain yang memiliki teknik-teknik dasar permainan bolabasket yang baik tapi tanpa didukung oleh tingi badan yang ideal,
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
120
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 maka prestasi yang diharapkan tidak akan tercapai. Demikian halnya pada salah satu teknik dasar shooting pada permainan bolabasket, tinggi badan sangat mempengaruhi. Sebab didalam melakukan teknik tersebut perlu adanya suatu pergerakan yang lebih luas atau jangkauan yang lebih efektif untuk mengendalikan permainan. Lain halnya jika seseorang atau pemain yang memiliki tinggi badan yang kurang ideal atau dibawah rata-rata standar bagi pemain bolabasket, maka kemampuan gerakannya kecil walaupun dia lincah, namun pergerakan yang dilakukan tidak sebanding dengan pemain yang memiliki tinggi badan yang ideal. Maka orang yang lebih tinggi akan lebih cepat menjangkau bola yang ditempatkan dibanding dengan orang yang pendek, apalagi ditunjang dengan kemampuan fisik. Koordinasi Mata Tangan Moch. Sajoto (1988) bahwa: “Koordinasi adalah kemampuan untuk menyatukan berbagai sistem syaraf gerak, yang terpisah, ke dalam suatu pola gerak yang efesien”. Makin kompleks gerak yang dilakukan, makin besar tingkat koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan ketangkasan tersebut. “Koordinasi berhubungan dengan kemampuan motorik yang lain, seperti keseimbangan, kecepatan dan agility” (Moch. Sajoto, 1988). Pendapat Zernicke (1979) yang dikemukakan Harsono (1988) bahwa : “Koordinasi adalah perpaduan fungsi beberapa otot secara tepat dan seimbang menjadi satu pola gerak. Koordinasi mata-tangan sangat penting baik di lapangan maupun di luar lapangan, terutama permainan beregu seperti bolabasket yang membutuhkan berbagai macam
gerakan kompleks. Koordinasi matatangan adalah suatu kemampuan biometric yang kompleks yang mempunyai hubungan erat dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan kelentukan. Dalam permainan bolabasket khususnya teknik dasar shooting membutuhkan gerakan yang kompleks, yang merupakan syarat utama dalam teknik tersebut. Seorang pemain dituntut untuk trampil bergerak ke segala arah dan mampu mengkoordinasikan gerakan pada saat shooting bola, bertahan dari lawan, dan mengumpan pada teman. Broes dan Zernicke (1977) menjelaskan sebagai berikut: Koordinasi pada kemampuan untuk mengkoordinasikan beberapa gerakan tanpa kelengahan dengan urutan yang besar dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa pengeluaran energi yang berlebihan, dengan demikian hasilnya adalah gerakan yang efesien, halus, mulus, dan terkoordinasi dengan baik. Koordinasi gerak mata dan tangan adalah gerak yang terjadi dari informasi yang diintegrasikan ke dalam gerak anggota badan. Semua gerakan tangan harus dapat dikontrol dengan penglihatan dan harus tepat, sesuai dengan urutan yang direncanakan untuk melakukan gerakan shooting bola. Melakukan shooting bola, semua memerlukan sejumlah input yang dapat dilihat, kemudian input tadi diintegrasikan ke dalam gerak motorik sebagai output, agar hasilnya merupakan gerakan yang terkoordinasi secara luwes. Seorang pemain bolabasket yang memiliki koordinasi mata-tangan yang baik, maka mampu mengkoordinasikan komponen penggerakan tubuh, otototot, tendo dan persendian sebagai komponen utama dalam permainan
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
121
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 bolabasket khususnya dalam melakukan teknik shooting bola. Shooting Dalam Permainan Bolabasket Kemampuan shooting adalah kemampuan seseorang untuk melakukan lemparan atau tembakan ke kerangjang dengan memasukkan bola secara efektif dan efisien berdasarkan aturan permainan yang berlaku, kemampuan shooting yang baik harus didukung oleh kemampuan fisik yang baik pula. Shooting merupkan sasaran akhir setiap bermain keberhasila suatu regu dalam permainan selalu ditentukan oleh keberhasilan dalam shooting. Untuk dapat berhasil dalam tembakan perlu dilakukan teknik-teknik yang betul. Menembak dalam permainan bolabasket merupakan hal yang sangat penting dan banyak mendapat perhatian dari para pelatih atau pembina cabang olahraga ini. Karena suatu regu yang memiliki pemain dengan kemampuan shooting atau menembak yang baik pada setiap daerah, merupakan ancaman berat pada setiap pertandingan. Seperti pada cabang olahraga pada umumnya, tembakan dari regu yang mempunyai nilai banyak merupakan penentu kemenangan dalam setiap pertandingan. Dalam cabang olahraga bolabasket dikenal beberapa macam teknik dasar sebagaimana yang telah disebutkan terlebih dahulu. Namun dari sekian banyak teknik dasar dalam permainan bolabasket tersebut yang paling penting dan mendapat perhatian seorang pelatih atau pembina cabang olahraga bolabasket adalah teknik menembak. Sebagaimana pendapat dari Pete Newell dan John Benington (1962) mengatakan bahwa: “Probably no aspect of the game of basket ball has developed to such a degree of comon skill as shooting”.
Diterjemahkan secara bebas sebagai berikut: “Kemungkinan tidak ada aspek lain dari permainan bola basket yang sama tingkatannya dengan keterampilan menembak”. Sedangkan Vic Ambler (1982) dalam bukunya menyatakan bahwa: “Shooting merupakan suatu keterampilan yang paling penting”. Dari sekian banyak macam-macam tembakan dan untuk memperoleh hasil kemampuan menembak dengan baik maka dibutuhkan suatu latihan yang berlangsung lama dan berulang-ulang serta penggunaan metode yang dapat mempengaruhi pemain yang akan melakukan tembakan. Karena untuk melakukan tembakan dibutuhkan suatu penggabungan gerakan yang kompleks.Vic Ambler (1982) berpendapat bahwa: Gerakan shooting ini bukan hanya sekedar asal melempar saja, tetapi juga gerakan mengarahkan dan mengusahakan agar bola jatuh tepat pada sasaran”. Untuk memperoleh berhasil tidaknya suatu tembakan, selain dipengaruhi oleh setiap posisi tubuh juga dipengaruhi oleh adanya papan pantul. Dengan berdasarkan adanya papan pantul, maka teknik atau cara menembak dapat dibagi dua yaitu : a) Tembakan tanpa menggunakan papan pantul adalah tembakan di mana bola langsung menuju ke ring. Perbedaan jarak tembakan di dalam permainan bolabasket, akan menunjukkan perbedaan lintasa parabola yang berbedabeda pula. Dalam pelaksanaan shooting (menembak) 30 derik pada dasarnya adalah untuk memasukkan bola sebanyak mungkin ke basket selama 30 detik. Olehnya itu pada umumnya berusaha untuk melakukan tembakan dari bawah ring basket. Lintasan jalannya bola yang ditembakkan dari bawah ring basket menunjukkan
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
122
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 suatu lintasan parabola yang mendekati garis vertikal. Hal ini sesuai dalam buku Biomekanika Olahraga (1983) menyatakan bahwa: Di dalam praktek olahraga jarang dijumpai gerakan itu tepat pada arah vertikal yang sering terjadi adalah gerakan pada sudut dengan garis vertikal atau gari shorizontal merupakan gerakan parabola. Gerakan menembak (shooting) 30 detik tanpa menggunakan papan pantul dengan jarak tembakan yang dekat atau mendekati ring basket menunjukkan parabola tidak terlalu jauh atau tidak berat bola bergerak ke arah yang tidak terlalu jauh dari ketinggian ring basket. Dengan demikian kecepatan waktu dari setiap tembakan lebih tinggi, sehingga pada akhirnya akan memberikan tingkat kesulitan yang tinggi dan nilai rendah. b) Tembakan dengan menggunakan papan pantul adalah suatu teknik menembak ke basket yang sering digunakan dalam permainan bolabasket, di mana bola tidak secara langsung masuk ke basket, akan tetapi bola sengaja dipantulkan pada papan pantul sebagai bantuan agar bola dapat masuk ke basket dengan baik. Untuk melakukan tembakan dengan menggunakan papan pantul, maka seorang pemain harus mengetahui titik sasaran bola pada papan pantul tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku Biomekanika Olahraga (1995) bahwa: “Titik sasaran pada papan pantul yang dipakai sebagai pantulan bola seharusnya dapat ditentukan masing-masing penembak dan tergantung dari
cara masing-masing penembak”. Selanjutnya dikatakan dalam buku permainan bolabasket (1998) bahwa: “Dalam menggunakan papan sebagai pantulan tembakan, penembak harus mahir menetapkan sudut yang diperlukan agar tembakan itu berhasil”. Adapun penggunaan papan pantul dalam melakukan tembakan biasanya dipakai dari arah jarak dekat atau khususnya tembakan dari bawah ring basket. Karena pada jarak tersebut pemain lebih mudah membuat sudut pantul pada papan pantul, sehingga pada akhirnya akan memberikan tingkat kesulitan yang rendah dan nilai tinggi.
METODE PENELITIAN Winarno Surahman (1998) menjelaskan bahwa: “Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat bantu”. Metode yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Nana Sudjana (1988) bahwa : “Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, obyek, gejala dan peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif”. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: Variabel bebas yaitu tinggi badan dan koordinasi mata tangan, serta Variabel terikat yaitu Kemampuan shooting dalam permainan bolabasket. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah korelasional. Agar lebih terarah pengumpulan data penelitian, maka perlu defenisi operasional tiap variabel yang terlibat. (1) Tinggi badan yang dimaksud adalah salah
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
123
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 satu bagian yang ada pada postur tubuh seseorang, yang pengukurannya dengan posisi berdiri tegap mulai dari alas kaki sampai atas kepala, (2) Koordinasi mata tangan yang dimaksud adalah kemampuan untuk memadukan antara mata dengan tangan dalam melakukan gerakan. Dalam hal ini tes yang digunakan adalah kemampuan untuk melakukan passing ketembok atau dinding dalam waktu 30 detik, (3) Kemampuan shooting dalam permainan bola basket yang dimaksud adalah usaha yang dilakukan untuk memasukkan bola ke keranjang atau melakukan tembakan ke basket. Namun dalam penelitian ini yang digunakan adalah kemampuan shooting 30 detik. Shooting 30 detik dilakukan dengan berdiri di bawah ring basket sambil memegang bolabasket, kemudian dengan mendengar aba-aba “ya” maka melakukan tembakan ke basket, boleh dengan dua tangan atau satu tangan dengan cepat dalam waktu 30 detik. Hasil yang dicapai adalah jumlah bola yang masuk selama 30 detik. Populasi menurut Sugiyono (2000) bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kuantitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Dengan uraian tersebut, maka populasi adalah keseluruhan individu atau obyek yang ingin diteliti. Olehnya itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Sinjai. Penelitian ilmiah tidak selamanya mutlak harus meneliti jumlah keseluruhan obyek yang ada (populasi), melainkan dapat pula mengambil sebagian dari populasi yang ada. Dengan kata lain bahwa yang
dimaksudkan yaitu sampel. Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam satu penelitian. Pengertian tentang sampel didasari oleh pandangan Suharsimi Arikunto (1996) bahwa: “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Alasan dari penggunaan sampel adalah keterbatasan waktu, tenaga dan banyaknya populasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dari siswa SMP Negeri 2 Sinjai. Teknik atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah disiapkan adalah alat yang sudah baku, agar hasil pengukuran yang diperoleh mendekati normal. Soekidjo Notomodjo (1993) menyatakan bahwa: suatu alat ukur harus mempunyai kriteria validitas dan reliabilitas. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data empirik sebagai bahan untuk menguji kebenaran hipotesis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: tinggi badan, koordinasi mata tangan, dan kemampuan shooting dalam permainan bola basket. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun infrensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. Adapun gambaran yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: (1) Analisis data secara deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang data yang meliputi total nilai, range, rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum, dan (2) Analisis secara infrensial digunakan untuk menguji hipotesishipotesis penelitian dengan menggunakan uji korelasi dan
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
124
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 regresi. Jadi keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada umumnya menggunakan analisis komputer pada program SPSS versi 15.00 dengan taraf signifikan 95% atau = 0,05. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis deskriptif data penelitian yang terdiri dari nilai tes tinggi badan, koordinasi mata tangan dan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket dapat diuraikan sebagai berikut: a. Untuk data tinggi badan, dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 9370.00 dan ratarata yang diperoleh 156.1667 dengan hasil standar deviasi 4.22730 dari range data 20.00 antara nilai minimum 145.00 dan 165.00 untuk nilai maksimal. b. Untuk data koordinasi mata tangan, dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 698.00 dan rata-rata yang diperoleh 11.6333 dengan hasil standar deviasi 2.20912 dari range data 8.00 antara nilai minimum 7.00 dan 15.00 untuk nilai maksimal. c. Untuk data kemampuan shooting dalam permainan bolabasket, dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 655.00 dan rata-rata yang diperoleh 10.9167 dengan hasil standar deviasi 2.14943 dari range data 8.00 antara nilai minimum 7.00 dan 15.00 untuk nilai maksimal. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis koefesien korelasi (r) dan regresi (R) pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan dan koordinasi mata
tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket. Adapun hipotesis yang diuji kebenarannya pada penelitian, sebagai berikut : a. Hipotesis pertama Ada hubungan tinggi badan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket pada siswa SMP Negeri 2 Sinjai. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data tinggi badan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0.645 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Dari uji koefesien nilai t diperoleh 6.430 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau tinggi badan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket. Dengan demikian dapat disimpulankan bahwa ada hubungan yang signifikan tinggi badan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket. Ini membuktikan bahwa didalam melakukan shooting pada permainan bolabasket, tinggi badan merupakan salah faktor yang mendukung dalam permainan bolabasket, dengan jangkauan dan pergerakan yang dimiliki seorang pemain tentunya memberikan pergerakan yang lebih luas disamping kemampuan dalam melakukan shooting tentunya harus ditopang dengan tinggi badan. Tinggi badan yang dimiliki akan bermanfaat dalam mengarahkan bola ke basket. Dengan memiliki tinggi badan yang ideal, maka kemampuan
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
125
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 untuk melakukan suatu shooting akan lebih maksimal. Sebab peran postur yang tinggi atau seorang pemain yang memiliki badan yang tinggi akan lebih cepat mendekatkan bola dengan basket guna memasukkan bola, disamping itu bahwa dengan hal tersebut akan memudahkan memasukkan bola ke ring basket. b. Hipotesis kedua Ada hubungan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket pada siswa SMP Negeri 2 Sinjai. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0.686 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Dari uji koefesien nilai t diperoleh 7.179 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau koordinasi mata tangan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan shooting dalam permainan bola basket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket. Ini membuktikan bahwa bahwa di dalam melakukan shooting bola dalam permainan bolabasket maka koordinasi mata tangan sangat diperlukan guna mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan, dengan urutan yang benar, dan melakukan gerakan yang kompleks secara
lancar (mulis) tanpa pengeluaran energi yang berlebihan. Dalam melakukan shooting bola di bawah ring dibutuhkan kemampuan seorang siswa untuk memasukkan bola dengan mengkoordinasikan antara mata untuk melihat posisi pantulan atau keranjang dengan tangan untuk melakukan shooting guna memasukkan bola ke keranjang atau basket. c. Hipotesis ketiga Ada hubungan antara tinggi badan dan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket pada siswa SMP Negeri 2 Sinjai. Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara tinggi badan dan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) 0.699 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) = 0.489. Hal ini berarti 48.9% kemampuan shooting dalam permainan bola basket dijelaskan oleh tinggi badan dan koordinasi mata tangan. Sedangkan sisanya (100% 48.9% = 51.1%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 27.299 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan shooting dalam permainan bola basket (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 7.175 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
126
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau tinggi badan dan koordinasi mata tangan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bola basket. Ini membuktikan bahwa dengan tinggi badan dan koordinasi mata tangan yang baik dalam melakukan shooting dalam permainan bolabasket maka akan memperoleh keberhasilan dalam suatu regu. Disamping itu akan memperoleh salah satu keterampilan dalam menyerang yang paling ampuh, dan terpenting dalam menyerang karena objek dari permianan bolabasket adalah memasukkan bola ke dalam keranjang sebanyak mungkin. Dengan tinggi badan akan memudahkan jangkauan bola ke keranjang atau basket, sedangkan koordinasi mata tangan akan membantu memasukkan bola lebih maksimal. Oleh karena itu dengan dukungan dua unsur tersebut, maka hasil shooting di bawah basket akan lebih maksimal. PENUTUP 1. Ada hubungan yang signifikan tinggi badan dengan kemampuan shooting dalam permainan bola basket, terbukti nilai r0 = 0.645 (P < 0.05). 2. Ada hubungan yang signifikan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam
permainan bolabasket, terbukti nilai r0 = 0.686 (P < 0.05). 3. Ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan koordinasi mata tangan dengan kemampuan shooting dalam permainan bolabasket, terbukti nilai R0 = 0.699 (P < 0.05). DAFTAR PUSTAKA Amber, Vic, 1988, Petunjuk untuk Pelatihan dan Pemain Bola basket, Penerbit CV. Pioner Jaya Bandung. Arikunto, Suharsimi, 1992, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. Barnet, Dick, 1971, Inside Basket ball, Conteporary Books Inc. Chicago. Barry L. Johson and Jack K. Nelson, 1979, Pratical Measurement for Evalution in Physical Education Burgess Publishing Company. Minneapolis Minnesota American. Brittenham Greg, 1996. Bolabasket Latihan Khusus, Pemantapan, Penerbit PT. Raja Grafinso Persada, Jakarta. Daryl, Siedentop and John, M. Cooper, 1975, The Teori and Science of Basketball, LEA and Febiber, Philadelphia. Dep. P &K Republik Indonesia, 1983, Pengajaran Remedial, Proyek Pengadaan Buku Sekolah Pendidikan Guru Jakarta. Dirjen Olahraga dan Pemuda, 19691970, Coaching Bolabasket, diterbitkan Proyek Pendidikan Olahraga STO/SMOA DCI Djakarta Raya. Hadi, Sutrisno, 1981, Statistik Jilid II, Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
127
Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011 Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching, Depdikbud Dirjen Dikti, P2LPTK, Jakarta. Kusyanto, Yanto, 1994, Penuntun Belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan I, Penerbit Ganeca Exact Bandung. Mc. Clenaghan, Rotella, Pate, 1993, Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan, Penerbit IKIP Semarang Press. Neuman, Hannes, 1988, Bolabasket Pendidikan Dasar dan Latihan, Penerbit Gramedia Jakarta. Pasau M. Anwar, 1986, Simposium Olahraga. Bandung. PERBASI, 1988, Kumpulan Tehnik dan Taktik Permainan Bola basket, Penerbit PERBASI, Jakarta. Pete Newel and John Benington, 1962, Basket Ball Methodes, The Ronald pres co. New York. Pete dkk., 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan, IKIP, Semarang Press. Sodikum, Imam, 1992, Olahraga Pilihan Bolabasket, Departemen P & K, Dirjen Pendidikan Tinggi, P2LPTK. Sajoto Moch, 1988, Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Tinggi Proyek LPTK Jakarta. Stocker, Gerhand, dkk, 1988, Bolabasket dari Permainan Sampai Pertandingan, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. Supomo, Racmat, 1970, Coaching Bolabasket, Proyek Pendidikan Olahraga STO/SMOA DKI Jakarta. Surayin, 1984, Penuntun Pelajaran Orkes, Penerbit Exact, Bandung. *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
128