Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 ANALISIS TINGGI BADAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS SISWA SMP NEGERI 2 MAKASSAR OLEH: MUHAMMAD ISHAK )*
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan tinggi badan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis, (2) hubungan kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis, dan (3) hubungan antara tinggi badan dan kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Makassar dengan jumlah sampel penelitian 40 orang siswa putra yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan yang signifikan tinggi badan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis, terbukti nilai r0 = 0,770 (P < 0.05), (2) Ada hubungan yang signifikan kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis, terbukti nilai r0 = 0,721 (P < 0.05), dan (3) Ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis, terbukti nilai R0 = 0,845 (P < 0.05). Tinggi badan yang ideal dan kekuatan otot lengan akan berpengaruh terhadap kemampuan smash disamping itu merupakan faktor yang mendukung didalam melakukan teknik dasar smash dalam permainan bulutangkis. Tinggi badan yang ideal seorang pemain bulutangkis dapat berpengaruh terhadap kemampuan melakukan pergerakan uuntuk menjangkau gerakan bola yang ditempatkan lawan. Disamping itu didukung kemampuan otot lengan untuk melakukan pukulan seperti smash akan sangat membantu dalam penyelesaian dalam permainan bulutangkis. Dengan kekuatan otot lengan, smash akan lebih akurat dan tajam.
Kata Kunci: Tinggi Badan, Kekuatan Otot Lengan, Smash Bulutangkis
ABSTRACT This study aimed to determine (1) the relationship of height with the ability to smash in badminton game, (2) the relationship of muscle strength in the arm 73 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 with the ability to smash badminton game, and (3) the relationship between height and arm muscle strength with the ability to smash in the game of badminton . This research includes descriptive research. The study population was all students of SMP Negeri 2 Makassar with a sample of 40 students study a chosen son random sampling. The data analysis technique used is the correlation and regression analysis techniques using SPSS system version 15:00 on 95% significance level or 0.05. Departing from the results of the data analysis, the study concluded that: (1) There is a significant relationship of height with the ability to smash in badminton game, proved the value of r0 = 0.770 (P < 0.05), (2) There is a significant relationship with the arm muscle strength ability to smash in badminton game, proved the value of r0 = 0.721 (P < 0.05), and (3) There is a significant relationship between height and arm muscle strength with the ability to smash in badminton game, proved the value of R0 = 0.845 (P < 0.05). The ideal height and arm muscle strength will affect the ability to smash besides that is a factor that supports the basic techniques in the smash in badminton game. The ideal height of a badminton player can affect the ability to move the ball movement to reach ffor placed opponents. Besides, it supported the ability of the arm muscles to perform such a smash hit will greatly assist in the completion of the game of badminton. With the power of the arm muscles, smash will be more accurate and sharp. Keywords: Height, Arm Muscle Strength, Smash Badminton
PENDAHULUAN Peningkatan prestasi olah raga sebenarnya merupakan suatu hal yang selalu lama diperbincangkan dan dipermasalahkan sepanjang masa, selama olahraga itu dijadikan sebagai kebutuhan hidup manusia. Peningkatan dan perkembangan olah raga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang olahraga adalah suatu bentuk usaha yang diperoleh berdasarkan metode ilmiah yakni melalui prosedur penelitian. Oleh sebab itu peneliti akan melakukan penelitian pada salah satu cabang olahraga bulutangkis dengan menggunakan metode non eksperiman untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan dan kekuatan otot lengan terhadap kemampuan smash *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
dalam permainan bulutangkis. Dari kedua faktor tersebut di atas, diharapkan dalam penelitian dapat memberikan kontribusi yang beraarti dalam hal kemampuan me-lakukan smash dalam permainan bulu tangkis. Pukulan smash merupakan salah satu teknik yang sangat dominan yang dimiliki oleh setiap pemain atau atlet pada cabang olahraga permaian apa saja, termasuk cabang olahraga permainan bulutangkis. Pada dasarnya pukulan smash merupakan beberapa rangkaian gerakan yang dapat menimbulkan kesulitan pada saat akan memukul shuttle cock. Pukulan smash dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara forehand dan dengan cara backhand. Namun pada umumnya pukulan smash kebanyakan dilakukan dengan cara forehand, dimana pada cara tersebut sangat 74
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 memungkinkan bagi seorang pemain untuk melakukan smash dengan keras. Untuk meningkatkan gerakan smash, maka sangat diperlukan adanya pemikiran-pemikiran yang rasional dengan memberikan sistem tenaga yang optimal. Oleh karena itu secara khusus perlu diberikan latihan fisik guna meningkatkan kekuatan smash bagi para pemain, serta seorang pemain harus memiliki tinggi badan yang ideal dan kekuatan otot lengan yang baik. Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian, sebagai berikut: (1) Agar dijadikan pegangan bagi pelatih dan pembina olahraga, bahwa tinggi badan dan kekuatan otot lengan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam peningkatan pembinaan prestasi siswa dalam kemampuan smash dalam permainan bulutangkis, (2) Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat menjadikan pedoman dan penambah pengetahuan bagi guru, pelatih ataupun pembina dalam pengembangan metode-metode yang baik dalam kemampuan smash dalam permainan bulutangkis, dan (3) Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya pada peneliti yang ingin menyelesaikan studi.
Tinggi badan Kata struktur tubuh pada hakekatnya bukanlah suatu kata yang berasal dari bahasa Indonesia asli, melainkan suatu kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “Structure” yang mengandung arti bangunan atau susunan (S. Wojowasito, 1980). Jadi secara umum kata struktur selalu menggambarkan tentang bangunan atau susunan tertentu. Sebagai suatu yang kongkrit atau nampak, tubuh kita mempunyai bentuk atau *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
susunan tertentu. Susunan tubuh yang terdiri atas kerangka tulang dan otot yang terbungkus kulit itulah yang dimaksudkan struktur tubuh manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat M. Anwar Pasau (1993) mengatakan bahwa : “Struktur tubuh adalah unsur-unsur atau bagianbagian tubuh yang tersusun dan tertata rapi membentuk tubuh manusia”. Dalam setiap aktivitas manusia khususnya dalam kegiatan olahraga, struktur tubuh merupakan faktor yang penting peranannya. Hal ini sejalan dengan pendapat H. Clarke (1979) mengatakan bahwa: “The type of an individual’s structure is an essential factor ini his motor preformance”. Diartikan secara bebas bahwa: bentuk struktur tubuh seseorang adalah suatu faktor yasng sangat mendasar bagi pelaksanaan geraknya. Berarti struktur tubuh memegang peranan yang sangat menentukan di dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Pengukuran struktur tubuh manusia telah dikenal sejak zaman purba. Barry L.Johnson dan J.K Nelson (1986) bahwa : “Most of earliest research in physical education dealt with the structure and proportions of the body (antropometrics). Measurements are know to have been mode even in ancient India and Greece”. Diartikan secara bebas sebagai berikut: sejak dahulu sebagian besar penelitian dibidang pendidikan Jasmani membagi atau mengukur struktur tubuh atau antropometrik, pengukuran ini dikenal seperti di India Kuno dan Yunani Kuno. Antropometrik merupakan bentuk pengukuran struktur tubuh yang tertua dipergunakan sejak dahulu. Hal ini sejalan pendapat H. Harrison Clarke (1979) bahwa: ”Antropometry 75
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 is the the oldest type of body measurement know, dating back to beginning of recorded history”. Diartikan secara bebas bahwa Antropometrik adalah pengukuran struktur tubuh yang tertua sebagaimana tertulis dalam sejarah. M. Anwar Pasau (1993) menyimpulkan bahwa: Ada perbedaan yang sangat signifikan dalam hal struktur tubuh dan kemampuan/potensi tubuh atlet setiap cabang cabang olahraga tersebut diatas, dan ada perbedaan yang signifikan struktur tubuh atlet antara atlet yang satu ras dengan ras lain dalam setiap cabang olah raga tersebut. Untuk memudahkan pengertian dan pengkuran serta evaluasi terhadap struktur tubuh, maka Y. Mastura (1976) yang diterjemahkan oleh M. Anwar Pasau (1989) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan fisik dapat digolongkan atau diklasifikasikan dalam tiga bagian yaitu: (1) Ukuran panjang tubuh (length wise grouth) meliputi tinggi badan, tinggi duduk, panjang tungkai, panjang lengan, panjang jari-jari dan lain-lain, (2) Ukuran besar tubuh (broadth wise grouth) meliputi lingkar dada, lingkar kepala, lingkar leher, lingkar perut, lingkar pinggul dan lain-lain, dan (3) Berat badan (amunthgrouth). Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa tinggi badan seseorang tergantung pada panjang pendeknya tulang tulang yang dimiliki. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki tinggi badan yang ideal (memiliki postur yang tinggi) akan memiliki sudut gerakan yang lebih luas bila dibandingkan dengan orang atau pemain yang memiliki postur tubuh yang dibawah ideal dalam melakukan aktivitas olahraga, gerakan yang dilakukan lebih kecil *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
sudut gerakannya. Soedarminto (1992) mengemukakan bahwa: “Suatu obyek yang panjang akan memiliki kecepatan linear yangl ebih besar daripada obyek yang bergerak pada ujung radius yangpendek. Makin panjang radius makin besar kecepatan linearnya”. Dalam cabang olahraga, termasuk pada permainan bulutangkis faktor tinggi badan merupakan satu faktor terpenting dalam melakukan teknikteknik dasar dan salah satu ukuran yang harus dijadikan penentu untuk mencari atlet-atlet yang berprestasi. Tinggi badan yang ideal merupakan dambaan setiap pelatih untuk mencari bibit dalam pembinaan lebih lanjut. Sebab seorang pemain yang memiliki teknik-teknik dasar permainan bulutangksi yang baik tapi tanpa didukung oleh tingi badan yang ideal, maka prestasi yang diharapkan tidak akan tercapai. Demikian halnya pada salah satu teknik dasar smash pada permainan bulutangkis, tinggi badan sangat mempengaruhi. Sebab didalam melakukan teknik tersebut perlu adanya suatu pergerakan yang lebih luas atau jangkauan yang lebih efektif untuk mengendalikan permainan. Lain halnya jika seseorang atau pemain yang memiliki tinggi badan yang kurang ideal atau dibawah rata-rata standar bagi pemain bulutangkis, maka kemampuan gerakannya kecil walaupun dia lincah, namun pergerakan yang dilakukan tidak sebanding dengan pemain yang memiliki tinggi badan yang ideal. Maka orang yang lebih tinggi akan lebih cepat menjangkau bola yang ditempatkan dibanding dengan orang yang pendek, apalagi ditunjang dengan kemampuan fisik.
76
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 Kekuatan otot lengan Kekuatan adalah salah satu komponen fisik yang tak kalah pentingnya dalam upaya mendukung pencapaian prestasi pada umumnya, khususnya dalam cabang olahraga bulutangkis Kekuatan merupakan daya penggerak sekaligus pencegah cedera dalam suatu kegiatan atau aktivitas fisik. Kekuatan dapat pula membangkitkan ketegangan pada waktu mendapat beban dalam waktu tertentu. Harsono (1988), bahwa: “Kekuatan adalah kemampuan otot uuntuk membangkitkan ketegangan terhadap suatu tegangan”. Hal ini diperkuat lagi oleh Iwan Setiawan (1989) yang mengatakan bahwa: “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Kekuatan yang dimiliki seorang pemain bulutangkis harus mampu merespon setiap adanya tekanan-tekanan yang mengharuskan untuk diatasi. Sajoto (1988) bahwa: “Kekuatan adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut kemampuan seorang atlet pad saat mempergunakan otot-ototnya menerima beban dalam waktu tertentu”. Kekuatan otot adalah penentu yang penting pada banyak kegiatan olah raga. Seperti olahraga bulutangkis, tiap gerakan yang dilakukan dalam bermain akan menimbulkan tuntutan yang harus terpenuhi dalam melakukan teknik dasar smash. Annarino, (1976) bahwa: “maximum strength is the maximum a mount of force exerted by a muscle group”. Yang diartikan secara bebas bahwa kekuatan otot adalah jumlah maksimum dari force yang dikerahkan oleh sekelompok otot. Dengan demikian untuk melakukan suatu aktivitas fisik yang memadai, kekuatan merupakan hal yang amat penting. Oleh karena *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
mampu tidaknya pemain dalam menjalankan kegiatan khususnya berolahraga seperti melakukan smash pada permainan bulutangkis banyak ditentukan oleh faktor kekuatan fisik yang sempurna dari pemain.Mengembangkan kekuatan otot dapat diperoleh melalui latihan tahanan yaitu latihan dengan menggunakan beban anggota tubuh kita sendiri dan beban dari luar. Adapun metode pengembangan kekuatan otot secara umum, menurut Nossek (1982) yang diterjemahkan oleh Basri (1996) sebagai berikut: Pengembangan kekuatan otot harus betul-betul konsisten pada program latihan kekuatan tidak hanya tergantung pada desain program yang dirancang secara sistematis. Latihan apapun dengan konsep yang benar dapat memberikan sumbangsih yang besar jika di laksanakan secara rutin dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang benar. Dengan demikian, dalam melakukan smash pada permainan bulutangkis, kekuatan sangat berperan untuk mendukung pada saat memukul khususnya. Olehnya kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan lengan, dimana lengan adalah faktor yang berperan dalam melaksanakan pukulan smash pada permainan bulutangkis. Dengan dukungan kemampuan fisik kekuatan, maka hasil pukulan dalam melakukan smash akan lebih terarah dan kuat. Smash Bulutangkis Permainan bulutangkis merupakan salah satu keterampilan dalam memukul bola dan menerima bola, dengan mempergunakan peralatan berupa raket pemukul, bola dan net lapangan sebagai peralatan bermain. Permainan ini tidaklah sulit dilakukan, apalagi memukul bola 77
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 (cocks) dan atau menerima bola akan tetapi untuk mahir menguasai macam-macam pukulan dalam permainan bulutangkis diperlukan keterampilan menggunakan raket untuk memukul bola dengan baik. Naim Sulaiman (1995) bahwa: “Menjadi seorang pemain bulutangkis yang baik terlebih dahulu harus belajar menguasai cara memegang raket dan memukul bola dengan betul serta memperhatikan efesiensi langkah kaki.” Didalam peraturan permainan bulutangkis juga terkandung unsur-unsur pendidikan yang dapat memberikan nilai sportifitas dan sosial yang didalamnya terdapat kegembiraan. Berdasarkan penjelasan tentang permainan bulutangkis dan manfaatnya, tentu tidaklah mengherankan jika permainan ini dapat dimainkan mulai dari kelangan anak-anak, remaja, orang tua, bahkan sampai usia lanjut. Namun perlu disadari bahwa walaupun cabang olahraga ini cukup banyak peminatnya, belum tentu seluruh tujuan yang ingin dicapai dapat diperoleh dengan mudah. Oleh karena itu dalam pembinaan bulutangkis menuju pada peningkatan prestasi perlu penguasaan teknik dasar bermain bulutangkis. M. Kasmad Yahya dan Hariadi Said (1995) mengemukakan unsur-unsur permainan bulutangkis sebagai berikut: (1) Cara memegang raket (grif), (2) Cara memukul dan menerima bola, (3) Cara melangkah (foot work), (4) Cara menempatkan posisi (pemain) dalam lapangan, dan (5) Cara memainkan permainan itu sendiri. Sedangkan Sarwono (1990) bahwa ada empat komponen teknik dasar dalam permainan bulu tangkis, sebagai berikut: (1) Teknik memegang raket, (2) Teknik mengatur *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kerja kaki, (3) Teknik memukul bola, dan (4) Teknik menguasai pola-pola serangan dan pertahanan. Lain halnya apa yang dikemukakan oleh Tohar (1992) sebegai berikut: (1) Cara memegang raket, (2) Gerakan pergelangan tangan, (3) Gerakan melangkahkan kaki/foot work, dan (4) Pemusatan pikiran. Ketiga pendapat dapat disimpulkan bahwa teknik dasar merupakan suatu pokok yang harus dipelajari atau dikuasai dalam permainan bulutangkis pada kelompok pemula atau lanjutan, baik secara teori maupun praktek. Penguasaan teknik dasar sangat menentukan keberhasilan seorang atlet dalam usaha peningkatan penguasaan keterampilan bermain bulutangkis. Disamping itu perlunya menguasai teknik dasar dalam permainan bulutangkis, maka juga perlu mengenal dan menguasai jenis-jenis pukulan dalam permainan bulutangkis. Smash adalah pukulan yang utama dalam penyerangan sebagai usaha untuk mencapai kemenangan. Tohar (1992) mendefenisikan pukulan smash sebagai berikut : “Pukulan smash adalah suatu pukulan yang keras dan curam ke bawah mengarah ke bidang lapangan pihak lawan”. Gerakan awal pada pukulan smash hampir sama dengan pukulan lob. Perbedaan yang utama adalah pada saat akan impact yaitu pukulan lob shuttle cocks diarahkan ke atas sedang pada pukulan smash shuttle cocks diarahkan tajam, curam ke bawah, dengan kecepatan yang tinggi karena menggunakan tenaga sepenuhnya dan cambukan pergelangan tangan yang kuat. Pukulan smash dapat dilakukan dengan lima cara sesuai yang 78
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 dikemukakan oleh Tohar (1992) yaitu : 1) Smash Penuh 2) Smash potong 3) Smash melingkar 4) Smash cambukan 5) Backhand smash Pukulan smash dalam permainan bulutangkis merupakan salah satu pukulan yang sering menghasilkan nilai secara langsung. Sebab pukulan ini merupakan suatu gerak ayunan tangan yang cepat, mendadak dan menghasilkan pukulan yang keras serta menerjunkan shuttle cock secara curam. Tenaga yang digunakan pukulan smash ini cukup besar sehingga perlu perhitungan yang matang untuk menggunakan pukulan smash.
METODE PENELITIAN Metodologi merupakan metode yang dipergunakan untuk mencari pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam suatu penelitian, sehingga arah dan tujuan pengungkapan fakta atau kebenaran sesuai dengan apa yang ditemukan dalam penelitian dan betul-betul sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Suharsimi Arikunto (1992), mengatakan bahwa: “Variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1988) bahwa : “Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, obyek, gejala dan peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif atau *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kualitatif”. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: variabel bebas yaitu tinggi badan dan kekuatan otot lengan, sednagkan variabel terikat yaitu kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Agar lebih terarah pelaksanaan pengumpulan data penelitian, maka perlu diberi batasan atau defenisi operasional tiap variabel yang terlibat. 1. Tinggi badan yang dimaksud adalah salah satu bagian yang ada pada postur tubuh seseorang, yang pengukurannya dengan posisi berdiri tegap mulai dari alas kaki sampai atas kepala. 2. Kekuatan otot lengan yang dimaksud adalah kemampuan otot lengan untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan lengan diukur dengan menggunakan tes push up. 3. Kemampuan smash dalam permainan bulutangkis yang dimaksud adalah tingkat kemampuan melakukan smash pada permainan bulutangkis yang dinilai dari masuknya dan ketepatan mengarahkan bola setelah dipukul. Populasi menurut Sugiyono (2000) mengemukakan bahwa : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kuantitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Dengan uraian tersebut, maka populasi adalah keseluruhan individu atau obyek yang ingin diteliti. Olehnya itu yang menjadi 79
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Makassar. Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam satu penelitian. Suharsimi Arikunto (1996) bahwa: “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Alasan dari penggunaan sampel adalah keterbatasan waktu, tenaga dan banyaknya populasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dari siswa SMP Negeri 2 Makassar. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data empirik sebagai bahan untuk menguji kebenaran hipotesis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: tinggi badan, kekuatan otot lengan, dan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun infrensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. Adapun gambaran yang digunakan dalam penelitian, sebagai berikut : 1. Analisis data secara deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang data yang meliputi total nilai, range, rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum. 2. Analisis secara infrensial di gunakan untuk menguji hipotesishipotesis penelitian dengan menggunakan uji korelasi dan regresi. Jadi keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada umumnya menggunakan analisis komputer pada program SPSS versi 15.00 dengan taraf signifikan 95% atau 0,05. *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Data Analisis deskriptif data penelitian yang terdiri dari nilai tes tinggi badan, kekuatan otot lengan dan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis dilihat dalam rangkuman hasil analisis deskriptif yang tercantum pada tabel berikut : Statistics
N Mean St d. Dev iation Variance Range Minimum Maxim um Sum
Valid Missing
Tinggi Badan 40 0 151.2750 4.01911 16.153 28.00 140.00 168.00 6051.00
Kekuatan Otot Lengan 40 0 20.3750 2.78906 7.779 13.00 15.00 28.00 815.00
Kemampuan Smash Bulutangkis 40 0 23.2500 5.71884 32.705 21.00 15.00 36.00 930.00
Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskriptif data pada tabel di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut: a. Untuk data tinggi badan, dari 40 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 6051.00 dan ratarata yang diperoleh 151.2750 dengan hasil standar deviasi 4.01911 dari range data 28.00 antara nilai minimum 140.00 dan 168.00 untuk nilai maksimal. b. Untuk data kekuatan otot lengan, dari 40 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 815.00 dan rata-rata yang diperoleh 20.3750 dengan hasil standar deviasi 2.78906 dari range data 13.00 antara nilai minimum 15.00 dan 28.00 untuk nilai maksimal. c. Untuk data kemampuan smash dalam permainan bulutangkis, dari 40 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 930.00 dan rata-rata yang diperoleh 23.2500 dengan hasil standar deviasi 5.71884 dari range data 21.00 antara nilai minimum 15.00 dan 36.00 untuk nilai maksimal. Analisis Inferensial Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan tiap variabel 80
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 bebas dengan variabel terikat. Analisis data yang digunakan adalah analisis parametrik inferensial melalui uji korelasi dan regresi pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Adapun hipotesis yang diuji kebenarannya pada penelitian ini adalah, sebagai berikut : a. Hipotesis pertama b. Ada hubungan tinggi badan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada siswa SMP Negeri 2 Makassar. Hipotesis statistik : Ho : 1 = 0 H1 : 1 ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data tinggi badan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Diperoleh nilai korelasi (r0) = 0.770 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Dari uji koefesien nilai t diperoleh 7.440 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau tinggi badan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian dapat disimpulankan bahwa ada hubungan yang signifikan tinggi badan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Ini membuktikan bahwa didalam melakukan smash pada permainan bulutangkis, tinggi badan merupakan salah faktor yang mendukung dalam permainan bulutangkis, dengan jangkauan dan pergerakan yang dimiliki seorang pemain tentunya memberikan pergerakan yang lebih luas disamping kemampuan dalam melakukan smash tentunya *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
harus ditopang dengan tiinggi badan. Tinggi badan yang dimiliki akan bermanfaat dalam mengarahkan shuttlecock (bola). Dengan memiliki tinggi badan yang ideal, maka kemampuan untuk melakukan suatu pukulan akan lebih luas. Hipotesis kedua Ada hubungan kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada siswa SMP Negeri 2 Makassar. Hipotesis statistik : Ho : 2 = 0 H1 : 2 ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash dalam permainan bulu tangkis. Diperoleh nilai korelasi (r0) = 0.721 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Dari uji koefesien nilai t diperoleh 6.407 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau kekuatan otot lengan benarbenar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Ini membuktikan bahwa seorang pemain bulutangkis harus memiliki kekuatan otot lengan. Lengan merupakan penggerak raket dalam melakukan suatu pukulan smash. Smash merupakan pukulan yang harus mematikan lawan. Oleh karena itu, lengan harus didukung 81
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 kekuatan agar mampu melakukan pukulan yang keras dan terarah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Ini membuktikan bahwa tinggi badan yang ideal dan kekuatan otot lengan akan berpengaruh terhadap kemampuan smash disamping itu merupakan faktor yang mendukung didalam melakukan teknik dasar smash dalam permainan bulutangkis. Tinggi badan yang ideal seorang pemain bulutangkis dapat berpengaruh terhadap kemampuan melakukan pergerakan uuntuk menjangkau gerakan bola yang ditempatkan lawan. Disamping itu didukung kemampuan otot lengan untuk melakukan pukulan seperti smash akan sangat membantu dalam penyelesaian dalam permainan bulutangkis. Dengan kekuatan otot lengan, smash akan lebih akurat dan tajam.
c. Hipotesis ketiga Ada hubungan antara tinggi badan dan kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada siswa SMP Negeri 2 Makassar. Hipotesis statistik : Ho : 1,2 = 0 H1 : 1,2 ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara tinggi badan dan kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Diperoleh nilai regresi (R0) 0.845 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) = 0.714. Hal ini berarti 71.4% kemampuan smash dalam permainan bulutangkis dijelaskan oleh tinggi badan dan kekuatan otot lengan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah PENUTUP 46.151 dengan tingkat signifikansi 1. Ada hubungan yang signifikan 0,000. Oleh karena probabilitas tinggi badan dengan kemampuan (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, smash dalam permainan bulumaka model regresi dapat tangkis, terbukti nilai r0 = 0.770 dipakai untuk memprediksi ke(P < 0,05). mampuan smash dalam permainan 2. Ada hubungan yang signifikan bulutangkis (dapat diberlakukan kekuatan otot lengan dengan untuk populasi dimana sampel kemampuan smash dalam perdiambil). Dari uji t diperoleh mainan bulutangkis, terbukti 5.266 dengan tingkat signifikansi nilai r0 = 0.721 (P < 0,05). 0,000. Oleh karena probabilitas 3. Ada hubungan yang signifikan (0,000) jauh lebih kecil dari antara tinggi badan dan 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 kekuatan otot lengan dengan diterima atau koefesien regresi kemampuan smash dalam persignifikan, atau tinggi badan dan mainan bulutangkis, terbukti kekuatan otot lengan benarnilai R0 = 0.845 (P < 0,05). benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. 82 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek. Jakarata : PT. Rineka Citra. Barry L. Johnson dan J.K Nelson. 1986. Practical Meassurements for Evaluation in Physical Education. New York: Fourth edition Mac Millan Publishing Company. Clarke. 1979. Aplication of Measurement to Health and Physical Education. New York: Prentice Hall. Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Pasau, M. Anwar. 1993. Studi tentang Struktur Tubuh dan Potensi Tubuh Atlet Bolavoli dan Bolabasket Pra PON XIII 1993. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang. Pujianto, 1979. Dasar-dasar Permainan Bulutangkis. Jakarta: PB. PBSI Razak Abraham, 1993. Perbandingan Pengaruh Latihan Pliometrik dengan Latihan Kekuatan dan Kecepatan Terhadap Daya Ledak. Surabaya: Tesis UNAIR. Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang : FPOK IKIP. Sarwono, 1990. Badminton. Surakarta: FKIP UNS. Setiawan, Iwan. Ilmu Pengetahuan Melatih. Bandung: Proyek Pembinaan Prestasi Olahraga FPOK IKIP. Sudjana, Nana. 1985. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Soedarminto. 1992. Kinesiologi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabetha. Sulaiman Naim, 1995. Analisis Kemampuan Dasar dan Keterampilan Bermain *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Bulutangkis. Ujung Pandang: Lembaga penelitian IKIP Ujung Pandang. Surahman, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar; Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito. Tohar, 1992. Olahraga Pilihan Bulutangkis. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPTK. Yahya M. Kasmat dan Hariadi S, 1995. Mengajar dan Melatih Bulutangkis. Diktat Perkuliahan FPOK IKIP Ujung Pandang Yahya, M.Kasmad. 1988. Materi dan Sajian Latihan Bermain Bulutangkis. Ujung Pandang: FPOK IKIP. _______________. 1994, Belajar Motorik, Suatu Kajian Belajar Keterampilan Gerak, Ujung pandang. IKIP Ujungpandang.
83