Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 ANALISIS KEKUATAN TUNGKAI, KESEIMBANGAN STATIS DAN KEMAMPUAN SPLIT TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN KEKOMI PADA SISWA SMA NEGERI 1 BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS
OLEH : WAHYU JAYADI
ABSTRAK Gerakan kecepatan tendangan kekomi membutuhkan pergerakan yang sangat singkat dalam proses pelaksanaannya. Segala sesuatu yang dilakukan dengan aktifitas tinggi membutuhkan kemampuan fisik yang baik, dengan demikian proses pelaksanan kecepatan tendangan kekomi merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara cepat yang tentunya membutuhkan kemampuan fisik seperti kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split. Hasil dalam unsur fisik tersebut sangat membantu dalam pergerakan kecepatan tendangan kekomi, sebab dengan ditopang keseimbangan statis, pergerakan kecepatan tendangan kekomi akan lebih terarah. Kekuatan tungkai adalah kemampuan otot pada tungkai untuk dapat melakukan gerakan secara maksimal. Tungkai sebagai penggerak dalam gerakan tendangan akan selalu bergerak untuk melakukan tendangan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan telah mengungkapkan bahwa kecepatan tendangan kekomi meiliki hubungan dengan kekuatan otot tungkai. Keagresifan seorang atlet dalam perubahan-perubahan arah gerakan tendangan sangat membutuhkan sebuah kekuatan pada otot tungkainya. Agar kemampuan tendangan ini diperoleh dengan cepat maka dibutuhkan kecepatan. Pada cabang olahraga karate khususnya teknik tendangan kekomi, tungkai merupakan sebagai pukulan kaki. Sebab seorang atlet yang tidak memiliki kekuatan otot tungkai, maka tidak dapat melakukan gerakan dengan cepat atau tiba-tiba sehingga tendangan yang dilakukan sia-sia, terbuang percuma atau akan tidak efektif dan efesien dan biasanya ini akan muncul ketidak seimbangan. Untuk itu keseimbangan bagi atlet karate harus dimiliki guna mempertahankan segala gerakan baik yang ingin dilakukan maupun setelah melakukan gerakan. Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan sistem tubuh baik dalam posisi statis maupun dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan. Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh baik dalam keadaaan diam maupun pada saat bergerak. Oleh karena itu disaat melakukan gerakan kecepatan tendangan, maka membutuhkan kestabilan posisi tubuh di saat melakukan tendangan tersebut. Posisi kaki yang satu dalam melakukan tendangan tentu akan memberikan beban yang berat bagi kaki yang menjadi penopang titik berat badan. Dalam keadaan seperti ini, bila atlet tidak )* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
167
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 memiliki keseimbangan statis tentu dalam pelaksanaannya akan kurang maksimal, disebabkan tidak mampu menahan titik berat badan. Disamping itu bahwa gerakan yang dilakukan perlu adanya keluwesan dalam melakukannya sehingga gerakan tersebut tidak kaku. Oleh karena itu kemampuan split akan membantu dalam mencapai target serta gerakan akan lebih akurat. Pergerakan kecepatan tendangan kekomi merupakan kecakapan melakukan tendangan secara cepat, sehingga dalam mencapai target perlu jangkauan dan keluwesan gerakan secara baik. Dengan demikian kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split akan membantu hasil pencapaian gerakan kecepatan tendangan kekomi yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split dengan kecepatan tendangan kekomi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas XI SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros dengan jumlah sampel penelitian 40 orang yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai dengan kecepatan tendangan kekomi, terbukti ro = 0,507 (P = 0,000 < 0,05); (2) ada hubungan yang signifikan keseimbangan statis dengan kecepatan tendangan kekomi, terbukti ro = 0,893 (P = 0,000 < 0,05); (3) ada hubungan yang signifikan kemampuan split dengan kecepatan tendangan kekomi, terbukti ro = 0,832 (P = 0,000 < 0,05); dan (4) ada hubungan yang signifikan antara kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split dengan kecepatan tendangan kekomi, terbukti Ro = 0,952 (P = 0,000 < 0,05). Kata kunci ; Kekuatan Tungkai, Keseimbangan Statis, Kemampuan Split Kecepatan Tendangan Kekomi
ABSTRACT Movement speed kick kekomi require a very short movement in the process of implementation. Everything is done with high activity requires good physical abilities, thus speed the implementation process kicks kekomi an activity carried out quickly which would require physical abilities such as leg strength, static balance and the ability to split. The results of the physical elements are very helpful in kick kekomi movement speed, because with sustained static balance, movement speed will be more focused kekomi kick. Strength is the ability of the leg muscles in the legs to be able to move optimally. Limbs as a force in motion will always move to kick to kick. According to the research conducted has revealed that the kick velocity kekomi has particularly relations with leg muscle strength. Aggressiveness of an athlete in motion direction changes kick in desperate need of a leg muscle strength. In order to kick this capability is needed quickly gained speed. In particular sport karate kick technique kekomi, the leg is a foot blow. For an athlete who does not have leg muscle strength, it )* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
168
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 can not move quickly or suddenly kicks performed so futile, wasted or will not be effective and efficient, and normally this would appear imbalance. For that balance for karate athletes should have to defend well and came in to do and after the motion. The balance is the body's ability to maintain the system operates in both static and dynamic movements in a position where the balance is also very important in making a move for a good balance, then one is able to coordinate the movements and in some agility. Balance is the ability to maintain a good body position in circumstances still or on the move. Therefore, when doing the kick velocity, it requires stability in body position during the kick. Position one foot in kick would be a heavy burden for the feet that became the backbone of the point of weight. In these circumstances, if the athlete does not have a static equilibrium would in practice be less than the maximum, because the point is not able to withstand the weight. Besides, the movement made the need for flexibility in doing so the movement is not rigid. Therefore the ability to split would help in achieving the target and the movement will be more accurate. Movement speed is a skill kekomi kick kick quickly, so as to reach the target range and flexibility of movement needs to be good. Thus leg strength, balance and the ability to split the static will help kick velocity movement results achieving optimal kekomi. This study aimed to determine the relationship of leg strength, static balance and the ability to split the kick velocity kekomi. This research includes descriptive research. The study population was all male students of class XI SMA Negeri 1 Bantimurung Maros study with a sample of 40 people selected by random sampling. The data analysis technique used is the technique of correlation analysis 0.05.using SPSS system version 15:00 on 95% significance level or Departing from the results of the data analysis, the study concluded that: (1) there was a significant leg strength to kick kekomi speed, proved ro = 0.507 (P = .000 < 0.05), (2) there was a significant static equilibrium kekomi kick speed, proved ro = 0.893 (P = .000 < 0.05), (3) there was a significant split with speed capabilities kekomi kick, proved ro = 0.832 (P = .000 < 0.05), and (4) there is a significant relationship between leg strength, static balance and the ability to split the kick velocity kekomi, proved Ro = 0.952 (P = .000 < 0.05).
Keyword : Leg strength, static balance, ability Speed Split Kick Kekomi
PENDAHULUAN Salah satu usaha untuk menghidupkan cabang olahraga karate, seorang harus menguasai teknikteknik dasar cabang olahraga karate serta peraturan-peraturan yang berlaku. Salah satu diantaranya adalah tendangan kekomi. Dalam cabang olahraga karate, tendangan kekomi merupakan salah satu teknik yang
mempunyai peran penting. Untuk mencapai tingkat keterampilan tendangan kekomi yang baik dibutuhkan penguasaan gerakan teknik tendangan kekomi baik dengan pola latihan yang bervariasi. Jika ditinjau dari aspek pelaksanaan gerakan tendangan kekomi, tentunya perlu ditunjang kemampuan tungkai. Tungkai sebagai pelaku utama dalam melakukan tendangan, sangat perlu
)* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
169
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 didukung oleh kemampuan kondisi fisik seperti kekuatan, keseimbangan dan koordinasi. Kekuatan merupakan dasar dari komponen fisik yang ada. Kekuatan adalah kemampuan dalam menggunakan tenaga semaksimal mungkin, kekuatan di dalam penelitian adalah kemampuan seorang karateka didalam melakukan pergerakan tungkai dengan menggunakan tenaga semaksimal mungkin. Kekuatan tungkai pada cabang olahraga karate khususnya disaat melakukan gerakan tendangan kekomi akan mempengaruhi hasil yang dicapai. Keseimbangan merupakan keterampilan seseorang mempertahankan sistem tubuh baik dalam posisi statis maupun dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting didalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik, maka gerakan yang dilakukan akan mencapai dari kesempurnaan. Kemampuan split merupakan bentuk dari aktifitas kelentukan. Kelentukan adalah kemampuan dalam menggerakkan tubuh atau organ-organ persendian secara luwes dan luas. Karate Setiap perguruan atau aliran beladiri memiliki tradisi dan tata cara (etiket). Meskipun sama-sama karate, tradisi dan tatacara yang ada pada suatu aliran atau suatu perguruan kadang-kadang tidak sama. Misalnya, sumpah atau janji perguruan karate yang satu berbeda dengan sumpah atau janji perguruan yang lain. Begitu pula seragam dan sistem sabuknya. Tradisi dan tata cara suatu aliran beladiri ini sangat dihubungani oleh latar belakang sejarah, falsafah hidup dan agama suatu bangsa dimana aliran beladiri itu dilahirkan dan
dibesarkan, kebudayaan, tingkat kemajuan suatu bangsa dan lain sebagainya. Dengan mengetahui ddan melaksanakan tradisi dan tata cara tersebut, akan meningkatkan kesadaran terhadap sifat-sifat dan tujuan yang baik, yang aada dan senantiasa diharapkan oleh para pendahulu atau leluhurnya. Prinsip semua teknik dalam karate adalah memaksimumkan konsentrasi pada kekuatan seluruh tubuh dengan tujuan menangkis dan menyerang. Arah pukulan adalah tempat dari konsentrasi dari kekuatan ini. secara teoritis, semua permukaan keras pada tubuh dapat dipertimbangkan sebagai arah pukulan, tetapi hanya bagianbagian dan posisi yang dimana kekuatan tubuh dapat dikonsentrasikan dengan mudah. Arah pukulan adalah senjata utama seorang karate-ka. Tidak seperti senjata lain, tidak dapat dibeli langsung, tetapi harus ditempa disebuah landasan pelatihan dan disiplin seseorang. Pengertian Karate-Do menurut bahasa Jepang yaitu: Kara = kosong, te = tangan, Do = jiwa, jika dirangkaikan pengertian dari kata tersebut maka bermakna sebagai seni beladiri tangan kosong sedangkan pengertian karateDo menurut majelis sabuk hitam (MSH) Lemkari Sulawesi Selatan sebagai berikut: Karate-Do adalah seni keperkasaan yang tujuan akhirnya bukan menentukan sikap menang dansiapa kalah melainkan mencapai perpaduan antara ucapan dan usaha menuju kesempurnaan karakter, melalui tahapan yang dimulai dari pengalaman latihan yang paling besar. Dengan demikian dari segi arti memberikan gambaran bahwa KarateDo mengandung pengertian yang tinggi. Oleh karena merupakan suatu upaya untuk memadukan antara kemampuan jiwa dan fisik.
)* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
170
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 Teknik Dasar Tendangan Kekomi Dalam olahraga karate dikenal beberapa gerkan yang merupakan gerakan teknik dasar atau dalam karate dikenal dengan istilah Ki-hon. Menurut Siswojo (1976) membagi teknik dasar karate menjadi empat yaitu: “pukulan, tendangan, tangkisan, dan elakan.” Sedangkan Sangkala (1989) mengungkapkan sebagai berikut: “teknik menyerang, teknik serangan dengan kaki, teknik menangkis dan teknik serangan dengan kepala.” Dari keempat teknik dasar yang menjadi fokus dalam penelitian adalah teknik dasar serangan dengan kaki. Didalam teknik dasar serangan dengan kaki terbagi lagi beberapa bentuk tendangan, menurut Sangkala (1989) membagi tendangan menjadi: 1. Maegeri (tendangan lurus ke arah depan) 2. Mawashi Geri (tendangan melingkar) 3. Haisoku/Kogen Geri (tendangan ke arah kemaluan) 4. Sakuto Geri (tendangan ke samping) 5. Kansetsu Geri (tendangan ke arah lutut) 6. Hiza Ate (tendangan dengan lutut) 7. Kekomi (tendangan menginjak ke bawah) 8. ushiro Geri (tendangan ke arah belakang) 9. Kakato Gedan Geri (tendangan melingkar ke arah paha bagian belakang) 10. Mawashi Gedan Geri (tendangan melingkar ke arah pha bagian belakang) 11. Tae Tobi Geri (tendnagan ke depan sambil meloncat) 12. Yoko Tobi Geri (tendangan ke samping sambil meloncat) Jenis tendangan tersebut dapat diklasifikasikan menurut teknik dan perkenaan pada kaki seperti: punggung, kaki, ujung telapak kaki, pisau kaki dan tumit. Dengan menganalisa teknik
dan efektifitas teknik-teknik tendangan di atas maka dalam penelitian yang menjadi fokus adalah kekomi (tendangan menginjak ke bawah). Masutatsu Oyama dikutip oleh Sajoto (1995) mengemukakan bahwa: “kira-kira 70% bela diri menggunakan teknik tendangan dan kekuatan tendangan kurang lebih lima kali lebih besar dari pukulan”. Teknik tendangan kekomi yang menjadi objek dalam penelitian menggunakan ujung telapak kaki sebagai perkenaan pada sasaran. Masutatsu Oyama dikutip oleh Sajoto (1995) mengemukakan bahwa tendangan kekomi sebagai berikut : Tendangan ini ditujukan pada sasaran ke muka, perut, dada, dan paha lawan bagian samping. Kekomi adalah tendangan lurus ke samping. Tendangan ini mempergunkan kaki pedang. Dengan mempergunakan kaki pedang alirkan tenaga dari pinggul bersama-sama dengan tenaga lecutan dari kaki, tendangan langsung ke arah sasaran Hal ini harus diperhatikan dalam melakukan teknik tendangan adalah menendang dengan cepat, keras dan segera ditarik ke psoisi semula. Perlu diperhatikan adalah tempo yang tepat dalam melancarkan teknik tendangan, demikian juga dengan faktor balance (keseimbangan) harus tetap dijaga. Teknik kekomi yang menggunakan ujung samping telapak kaki bagian luar sebagai perkenaan pada sasaran memiliki keunggulan dibandingkan teknik tendangan lainnya. Jika dianalisis teknik tendangan kekomi, maka bentuk kuda-kuda yang digunakan yaitu, kibadachi, teknik kuda-kuda ini yakni sikap mengangkang. Tumit diletakkan kuat-kuat di lantai, jari-jari kaki menghadap langsung ke muka, kedua kaki dibuka. Berat badan terletak di kedua kaki. Masing-masing kaki memikul beban berat yang sama.
)* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
171
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 Lutut ditekuk membentuk sudut, dan jarak antara kedua kaki yaitu dua k ali lipat lebar bahu. Menurut Herman Kaus (1995) bahwa ; “pembagian berat badan pada kaki depan dan kaki belakang berbanding tujuh dan tiga (7-3). Kuda-kuda belakang yang baik pinggul sebaiknya membentuk sudut 450 pada arah yang dituju dan kedua pinggul harus dijaga seluwes mungkin. Kaki belakang sebaiknya membentuk sudut 900 ke kaki depan dan lutut belakang jangan melewati jari-jari kaki, garis pusat lutut depan harus sejajar dengan kaki depan. Untuk meningkatkan gerakan lebih lanjut, maka fokus berikutnya adalah meningkatkan kecepatan. peningkatan dalam pembentukan kecepatan ditekankan pada anggota tubuh yang diinginkan untuk cepat. Sehingga dapat memberikan momentum yang besar dalam tubuh obyek untuk membawa tubuh tersebut pada titik yang diinginkan. Kecepatan merupakan keahlian yang sering dianggap sangat berharga dalam olahraga karate. Menurut Harsono (1988) bahwa: “kecepatan adalah keterampilan untuk melakukan gerakan-gerakan secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Kecepatan pada cabang olahraga karate erat kaitannya dengan gerakan kaki dan tangan. Kecepatan bukan berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada gerakan-gerakan anggota tubuh dalam waktu yang singkat. Jika dianalisis proses tendangan kikome maka dapat digambarkan bahwa persendian lutut (articulatio genu) berfungsi sebagai sumbu (axis), tulang paha (os femor) berfungsi sebagai lengan gaya tulang betis (os fibula), tulang kering (os tibia) sebagai lengan beban. Gaya (force) berasal dari kontraksi otot (muscular) seperti:
vastus externus, rectus femoris, vastus internus, adductor longus, pectineus, biceps femoris sebagai otot penggerak utama, sedangkan otot-otot seperti semimembranosus, semitendinosus, gastrocnemius, tibialis anterior, tibialis tuberosity sebagai penghalus gerkan atau penggerak pembantu. Cabang olahraga karate adalah suatu permainan yang banyak menuntut kesiapan fisik dan kemantapan mental setiap atletnya, terutama saat menerapkan keterampilan yang dimilikinya. Utamanya dalam melakukan tendangan kekomi, ini harus betul-betul didukung oleh kondisi fisik yang prima. Kekuatan Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan suatu tahanan”. Moch. Sajoto (1988) memberikan defenisi sebagai berikut: “Kekuatan adalah kemampuan kondisi fisik yang menyangkut kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot-otot yang menerima beban dalam waktu tertentu”. Annarino (1986) mengemukakan bahwa : “Strength is the maximum amount of force exerled by muscle group”. Jika diterjemahkan secara bebas, kekuatan adalah jumlah makismum dari penggunaan force oleh otot atau sekelompok otot. Sedangkan menurut Fox (1984) mengemukakan bahwa: “Strength as the force or tension a muscular”. Artinya kekuatan adalah sebagai tegangan suatu otot, yaitu kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Berdasarkan teori di atas, dapat dikemukakan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan untuk pengembangan tenaga maksimum dalam kontraksi yang maksimal untuk mengatasi tahanan atau beban. Kekuatan sangat penting dalam
)* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
172
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 menunjang aktivitas-aktivitas olahraga seperti karate. Dalam cabang olahraga karate, meskipun diperlukan kecepatan, kelentukan, keseimbangan, koordinasi dan sebagainya, akan tetapi komponen kondisi fisik tersebut di atas haruslah ditunjang oleh kekuatan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsono (1988) bahwa: “Kekuatan tetap merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik”. Jadi dengan memiliki kekuatan, maka komponen kondisi fisik lainnya dapat dikembangkan sesuai kebutuhan. Rachimi Ruma (1992) mengatakan bahwa : Kontraksi otot dibedakan atas dua macam kekuatan masingmasing : (1) kekuatan statis dan (2) kekuatan dinamis. Kekuatan statis adalah kekuatan efektif maksimal yang dilakukan oleh orang dalam kegiatan terhadap benda yang tidak bergerak. Dan kekuatan dinamis adalah kekuatan daya otot-otot, untuk memindahkan posisi suatu benda dari suatu tempat ke tempat lain. Jadi kekuatan yang digunakan dalam melakukan tendangan kekomi pada cabang olahraga karate adalah kekuatan dinamis. Karena dalam melakukan tendangan kekomi, maka atlet berusaha untuk memindahkan posisi kaki dari suatu sasaran. Kontraksi otot ini digunakan untuk menghasilkan tenaga eksternal untuk menggerakkan anggota tubuh. Menurut Pate, Rotella dan Mc Cleghan yang diterjemahkan oleh Kasiyo Dwijowinoto (1993) bahwa: Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau bentuk dari suatu benda. Gerak mendorong atau menarik dapat mengakibatkan suatu benda mulai bergerak, berhenti atau berubah arah, tergantung kepada sifat fisik benda dan besarnya kekuatan. Kebanyakan penampilan dalam berolahraga melibatkan gerakan-
gerakan yang disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi otot. Kontrakis otot digunakan untuk menghasilkan tenagan internal yang mengatur gerakan bahagian-bahagian badan. Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah atau disebut juga dengan “extrimitas inferior”, yang mana terdiri dari pinggul, paha, betis dan kaki. Dengan demikian kekuatan otot tungkai meliputi pengukuran anggota tubuh bagian bawah mulai dari pinggul hingga ke telapak kaki. Besarnya tahanan atau beban yang diterima oleh otot merupakan ukuran dari kekuatan otot. Makin berat suatu beban yang diangkat atau diatasi, makin kuat otot tersebut. Dengan kata lain makin tinggi tingkat pengembangan ketegangan otot, makin berkualitas otot tersebut. Kekuatan tungkai merupakan komponen yang sangat penting dalam meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Hal ini dimungkinkan karena kekuatan tungkai merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, disamping itu juga memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cedera tungkai. Keseimbangan Keseimbangan merupakan keterampilan seseorang mempertahankan sistem tubuh baik dalm posisi statis maupun dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting didalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbanagan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan–gerakan dan dalam beberapa ketangkasan seperti yang dikemukakan Harsono (1986) bahwa:” keseimbangan berhubungan dengan koordinasi dari dan dalam beberapa keterampilan. Juga dengan agilitas”. Dengan demikian untuk menjaga
)* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
173
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 keseimbangan dalam melakukan kegiatan jasmani, maka gerakan-gerakan yang dilakukan perlu dikoordinasikan dengan baik, sebagai usaha untuk mengontrol semua gerakan. Moch. Sajoto (1988) tentang letak titik berat badan yang lebih dikenal dengan istilah keseimbangan bahwa: Keseimbangan atau balance adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan gerakangerakan yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan yang cepat pula baik dalam keadaan statis maupun lebih–lebih dalam gerakan dinamis. Harsono (1988), mengemukakan bahwa keseimbangan atau balance adalah: “Kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem neuormuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita bergerak”. Spesifikasi keseimbangan dalam tendangan kekomi merupakan unsur fisik yang cukup berperan, seluruh teknik dari awal sampai akhir memerlukan keseimbangan. M. Kasmad Yahya (1994), mendefenisikan keseimbangan sebagai berikut: “Keseimbangan atau balance adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromuscular tubuh dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem neuromuscular”. Dalam suatu posisi atau sikap yang efisien sementara bergerak. Dari berbagai pengertian tentang keseimbangan diatas, maka dapat di katakan bahwa keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot untuk menahan beban yang dilakukan didalam beraktivitas, baik secara ststis maupun secara dinamis, seperti pada saat melakukan tendangan kekomi karate.
Kemampuan Split Untuk cabang olahraga karate khususnya tehnik tendangan kekomi, kelentukan sangat dibutuhkan utama nya pada saat melakukan gerakan jangkauan tendangan. Harsono, (1988) memberikan definisi sebagai berikut : “Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen”. Kelentukan merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendo, ligamen, dan struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psikologis dalam berolahraga. Jadi perlu pertimbangan yang baik terhadap kelentukan, sebab cenderung akan mengurangi kemampuan otot dalam amplitudo gerakan responden otot, jika kelentukan tidak dilatih dengan baik agar gerakan yang dilakukan bebas dan lentur, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul Uram (1986) bahwa: “Latihan dalam program atlet tanpa pertimbangan yang memadai bagi pengembangan kelentukan cenderung untuk mengurangi jangkauan normal dari gerakan dan membatasi responden otot”. Sadoso Sumosardjono (1986) juga mengatakan bahwa : “Menambah kelentukan dan peregangan ada pula kontribusinya dengan kenaikan kekuatan. Ada yang berpendapat bahwa dengan lebih banyak melakukan peregangan otot dan menjadi lebih kuat”. Begitu juga halnya dalam melakukan tehnik tendangan kekomi pada cabang olahraga karate, kelentukan memiliki peran yang besar dimana pada saat melakukan gerakan tersebut kelentukan otot pada tungkai dan togok harus
)* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
174
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 lentur agar pergerakan yang dilakukan tidak terasa kaku dan tegang yang akan mengakibatkan fatal bagi yang melakukannya. Dari uraian diatas tentang pengertian kelentukan maka dapat disimpulkan bahwa, kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakangerakan dengan mudah dan efisien. Sehingga dalam melakukan gerakan tendangan kekomi karate utamanya, itu akan lebih mudah dilakukan bila didukung kelentukan yang baik.
METODE PENELITIAN Metode merupakan cara yang di pergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat bantu. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas : variabel bebas yaitu kekuatan tungkai, keseimbangan statis, dan kemampuan split, serta variabel terikat yaitu kecepatan tendangan kekomi. Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas XI di SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros dengan sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 orang siswa laki-laki dengan menggunakan random sampling. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun inferensial dengan uji korelasi dan regresi dengan taraf signifikan 95% atau = 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Ada hubungan kekuatan tungkai terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros. Hipotesis statistik : Ho : rx1y = 0 H1 : rx1y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data kekuatan tungkai terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros, diperoleh nilai korelasi ( r0 ) 0.507 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0.257. Hal ini berarti 25.7% kecepatan tendangan kekomi dijelaskan oleh kekuatan tungkai. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 13.136 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kecepatan tendangan kekomi (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 3.624 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kekuatan tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan tendangan kekomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros. Ini membuktikan bahwa kecepatan tendangan kekomi pada cabang olahraga karate membutuhkan ke kuatan tungkai. Kekuatan merupakan
)* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
175
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 kemampuan dasar dari komponen fisik yang memiliki peran sangat penting. Dalam melakukan kecepatan tendangan kekomi dapat tercapai dengan baik bilamana siswa memiliki kekuatan tungkai, sebab gerakan kecepatan tendangan kekomi merupakan kemampuan untuk bergerak secara agresif dalam merubah arah pergerakan tendangan. Oleh karena itu kekuatan tungkai yang dimiliki siswa akan sangat membantu dalam pergerakan yang dibutuhkan pada saat melakukan tendangan kekomi. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai dengan kecepatan tendangan kekomi pada cabang olahraga karate.
berlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 12.241 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau keseimbangan statis benarbenar berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan tendangan kekomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan keseimbangan statis terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros. Ini membuktikan bahwa keseimbangan statis sangat penting bagi siswa, posisi dalam melakukan tendangan kekomi adalah salah satu kaki akan menendang dengan gaya samping sehingga kaki yang satu akan bertumpu untuk menopang titik berat badan. Dengan demikian keseimbangan statis berfungsi untuk menjaga agar supaya hasil tendangan kekomi dapat dilaksanakan dengan baik. Kecepatan dalam melakukan tendangan kekomi membutuhkan kemampuan waktu yang singkat, oleh karena itu dengan adanya keseimbangan statis yang dimiliki bagi siswa akan menunjang hasil optimal dalam melakukan kecepatan tendangan kekomi tersebut.
2. Ada hubungan keseimbangan statis terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros. Hipotesis statistik : Ho : rx2y = 0 H1 : rx2y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data keseimbangan statis terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros, diperoleh nilai korelasi ( r0 ) 0.893 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0.798. Hal ini berarti 79.8% kecepatan tendangan kekomi dijelaskan oleh keseimbangan statis. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 149.838 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kecepatan tendangan kekomi (dapat di
3. Ada hubungan kemampuan split terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros. Hipotesis statistik : Ho : rx3y = 0 H1 : rx3y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data kemampuan split terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung
)* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
176
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 Kabupaten Maros, diperoleh nilai korelasi ( r0 ) 0.832 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0.693. Hal ini berarti 69.3% kecepatan tendangan kekomi dijelaskan oleh kemampuan split. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 85.713 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kecepatan tendangan kekomi (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 9.258 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kemampuan split benar-benar ber pengaruh secara signifikan terhadap kecepatan tendangan kekomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan yang signifikan kemampuan split terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros. Ini membuktikan bahwa kemampuan split sangat penting bagi siswa, karena kemampuan split berfungsi disaat posisi tendangan dalam menjangkau sasaran yang dituju akan memberikan ruang gerak yang lebih luas. Kecepatan tendangan kekomi membutuhkan jangkauan gerakan yang lebih luas dan luwes. Oleh karena itu, kemampuan split bagi siswa akan membantu gerak kecepatan tendangan kekomi agar bergerak lebih halus, luwes tanpa merasakan ketegangan dan kekakuan dalam pergerakannya. Disamping itu dengan kemampuan split akan lebih meringankan gerakan yang dilakukan.
Dengan demikian kemampuan split bagi siswa sangat berhubungan terhadap hasil kecepatan tendangan kekomi. 4. Ada hubungan kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros. Hipotesis statistik : Ho : Rx1,2,3y = 0 H1 : Rx1,2,3y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data antara kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros, diperoleh nilai regresi ( R0 ) 0.925 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0.856. Hal ini berarti 85.6% kecepatan tendangan kekomi dijelaskan oleh kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 71.108 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kecepatan tendangan kekomi (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 10.373 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan tendangan kekomi. Dengan demikian
)* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
177
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros.
PENUTUP Sesuai dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan berdasar pada masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros. 2. Ada hubungan yang signifikan keseimbangan statis terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros. 3. Ada hubungan yang signifikan kemampuan split terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros. 4. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split terhadap kecepatan tendangan kekomi pada siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek. Jakarata: Rineka Citra. Barry L. Johnson dan J.K Nelson. 1986. Practical Meassurements for Evaluation in Physical Education. New York : Fourth Edition Mac Millan Publishing Company.
Bompa. 1983. Theory and Methodology of Training the Key to Athletic Performance. Iowa Kendall/Hunt Publishing Company. Dwijonowinoto Kasiyo, 1993. DasarDasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP: Semarang. Edward Rahantoknam. 1988. Belajar motorik: Teori dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: P2LPTK Depdikbud Fox. 1984. The Physiological Basic of Physical Education and Athletic. Toronto: Sounders College Publishing. Harsono, 1988. Coaching dan AspekAspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti. Lutan, dkk. 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung: Diterbitkan atas kerjasama ITB dan FPOK IKIP Bandung Nakayama, Masatoshi. 1995. Karate Yesteday and Today. Kodansa Internasional, Tokyo, New York, San Frasisco: Japan Karate Association, Translated By Herman Kauz Namiek. S. 1992. Belajar Karate Secara Sistematis. Semarang: Aneka Ilmu Oyama, Masutatsu. 1994. Teknik Oyama Karate Seri Kihon. Penerjemah JB. Sujoto. 1996. Jakarta: Elex Media Komputindo Gramedia Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Soekarman. 1985. Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Bandung : Tarsito. Subroto, Ilham Hakim. 1996. DasarDasar Karate, Melatih Kemampuan Fisik dan Mental Sebagai Atlet Karate. Solo: CV. Aneka
)* Dosen Pendidikan Kepelatiihan Olahraga FIK UNM
178