Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TOGOK DEPAN DENGAN KEMAMPUAN ROLL KE DEPAN PADA SENAM LANTAI PADA MURID SD INPRES BERTINGKAT MAMAJANG II KOTA MAKASSAR
OLEH: RICARDO V. LATUHERU )*
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekuatan otot lengan dan kelentukan togok depan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Batasan atau defenisi operasional tiap variabel yang terlibat dapat diungkapkan sebagai berikut: (1) Kekuatan otot lengan yang dimaksud adalah kemampuan otot lengan untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot lengan diukur dengan menggunakan push up test, (2) Kelentukan togok depan yang dimaksud adalah kemampuan otot-otot togok depan untuk melakukan gerakan secara luwes, elastis serta ruang gerak sendi yang lebih luas atau kemampuan otot untuk terulur secara maksimal. Kelentukan diperoleh melalui tes kelentukan togok depan, dan (3) Kemampuan roll ke depan pada senam lantai yang dimaksud adalah kemampuan seseorang dalam tes roll ke depan pada senam lantai. Hasil tes ini akan dilihat hubungannya dengan kedua predictor, yakni kelentukan togok dan kekuatan otot lengan. Populasi penelitian adalah seluruh murid SD Inpres bertingkat Mamajang II Kota Makassar dengan jumlah sampel penelitian 40 orang murid putra yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 12.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan yang signifikan kekuatan otot lengan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai, terbukti nilai r0 = 0,750 (P < 0,05); (2) Ada hubungan yang signifikan kelentukan togok depan dan kemampuan roll ke depan pada senam lantai, terbukti nilai r0 = 0,767 (P < 0,05); dan (3) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dan kelentukan togok depan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai, terbukti nilai R0 = 0,778 (P < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dan kelentukan togok depan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Ini membuktikan bahwa Kemampuan atlet atau murid di saat melakukan gerakan roll ke depan adalah bagaimana gerakan tersebut dapat terangkai dengan indah dan tidak terjadi kesalahan yang fatal. Sebab gerakan roll ke depan yang dilakukan akan melibatkan kedua tangan pada saat menopang pada matras dan pada saat kedua tangan merangkul lutus sehingga berakhir dalam keadan jongkok. Demikian juga halnya pada kelentukan togok, disaat gerakan posisi kepala di bawah tentunya pantat akan lebih diatas. Oleh karena *) Dosen PGSD Dikjas S1FIK UNM
108
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 itu dengan adanya kelentukan togok akan memperlihatkan gerakan sikap roll yang lebih baik.
Kata Kunci: Kekuatan Otot Lengan, Kelentukan Togok Ke Depan, Roll Ke Depan pada Senam Lantai
ABSTRACT This study aims to determine the relationship of muscle strength and flexibility togok arm forward with the ability to roll forward on the gymnastics floor. This study includes a descriptive type of research. Limitations or operational definitions of each of the variables involved can be expressed as follows: (1) arm muscle strength is the ability to arm muscle contractions in order to raise the voltage to a prisoner. Arm muscle strength was measured using a push-up test, (2) flexibility togok next question is the ability of muscles to perform movements togok front of a supple, elastic as well as space for the larger joints or muscles for extended capabilities to the fullest. Flexibility gained through the front togok flexibility tests, and (3) ability to roll forward on the gymnastics floor in question is a person's ability to test the next roll in the floor exercise. The results of this test would be to do with the two predictors, namely flexibility and muscle strength togok arm. The study population was stratified throughout the Presidential primary school students Makassar Mamajang II study with a sample of 40 students were randomly selected men's sampling. Data analysis techniques used were correlation and regression analysis techniques using SPSS system version 12:00 on 95% or a significant level of 0,05. Starting from the results of data analysis, the study concluded that: (1) There is a significant relationship with the ability to arm muscle strength roll forward on the floor exercise, proved the value of r0 = 0.750 (P < 0,05), (2) There is a relationship significant flexibility and ability to roll forward togok forward on the floor exercise, proved the value of r0 = 0.767 (P < 0,05), and (3) There was a significant association between muscular strength and flexibility togok arm forward with the ability to roll forward the gymnastics floor, proved the value of R0 = 0.778 (P < 0,05). It can be concluded that no significant relationship between muscle strength and flexibility togok arm forward with the ability to roll forward on the gymnastics floor. This proves that the ability of the athlete or the student movement at the time of the next roll is how the movement can be strung with beautiful and not a fatal error occurs. For the roll motion is carried forward will involve both hands at the shore on the mat and at second hand, so end up embracing the objec lutus squat. Similarly, the flexibility togok, while the movement of the head down position would be much above the buttocks. Therefore, with the flexibility togok will show motion better roll attitude.
Keywords:
Arm Muscle Strength, Flexibility Togok Forward, Forward Roll in Gymnastics Floor
*) Dosen PGSD Dikjas S1FIK UNM
109
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 PENDAHULUAN Pelaksanaan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar pada dasarnya para guru melakukan praktek pendidikan yang berpegang pada kaidah pendidikan. Suasana kependidikan itu secara nyata nampak dalam wujud rangsangan atau penyediaan pengalaman belajar. Menurut Rusli Lutan (1991), pengalaman belajar yang bersifat mendidik dibagi atas beberapa kelompok yaitu: (1) Pembentukan gerak, (2) Pembentukan prestasi, (3) Pembentukan sosial, dan (4) Pertumbuhan. Pembentukan gerak berkaitan dengan keinginan anak didik untuk bergerak, mengenal kemungkinan gerak diri sendiri, serta memperkaya kemampuan gerak. Pembentukan prestasi dalam hal ini menyiapkan anak didik untuk mengembangkan kemampuannya mulai dari usia dini menuju kearah pembinaan peningkatan prestasi, termasuk mengembangkan unsur mental spritual, pembentukan sikap yang tepat terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam khidupan sehari-hari dan olahraga. Pembentukan sosial menyangkut pengembangan anak untuk mengakui dan menerima peraturan dari norma bersama, belajar bekerja sama, bertanggung jawab, pengakuan terhadap kemampuan teman atau orang lain sebagi pribadi maupun rasa hidup bermasyarakat. Pertumbuhan menyangkut membantu meningkatkan pertumbuhan anak dengan mengatasi berbagai hambatan terhadap pertumbuhan anak didik. Dengan demikian akan terjadi peningkatan kesehatan, kesegaran jasmani termasuk kemampuan bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan kebiasaan hidup sehat. *) Dosen PGSD Dikjas S1FIK UNM
Salah satu cabang olahraga yang terdapat dalam kurikulum pendidikan jasmani di Sekolah Dasar yaitu senam lantai dengan bahan pelajaran roll ke depan. Senam lantai dikembangkan bagi murid-murid Sekolah Dasar selain memberikan manfaat dan tujuan pendidikan jasmani juga bermanfaat sebagai pembinan kearah peningkatan prestasi. Cabang olah raga senam lantai terdiri dari banyak gerakan. Gerakan yang pertama menjadi materi dalam kurikulum diantaranya adalah gerakan roll ke depan. Geraka ini juga dalam senam lantai banyak dipergunakan dalam rangkaian gerakan. Oleh sebab itu diidentifikasi untuk diajarkan sebagai bahan pelajaran yang utama. Keterampilan senam lantai khususnya gerakan roll ke depan hanya dapat dicapai bila melalui proses belaja gerakan tersebut. Dalam proses belajar keterampilan senam lantai, disamping teknik gerakan perlu ditunjang oleh komponen yang meliputi kekuatan, kecepatan, kelentukan, keseimbangan, daya tahan, daya ledak, reaksi, koordinasi dan kelincahan. Tidak semua unsur-unsur kemampuan gerak ini berpengaruh pada suatu gerakan tertentu yang dapat diprediksikan sebagai komponen kesegaran fisik yang ada hubungannya dengan gerakan roll ke depan pada senam lantai. Jadi unsur-unsur tertentu yang dapat diprediksikan sebagai komponen kesegaran fisik yang ada hubungannya dengan gerakan roll ke depan pada senan lantai. Komponen-komponen kesegaran fisik yang dimaksud antara lain: kelentukan togok dan kekuatan otot lengan. Kekuatan otot lengan merupakan bagi eksterimitas 110
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 superior. Kekuatan otot lengan yang dimaksud adalah kekuatan otot triseps dan biceps yang gerakannya bersumbu pada persendian siku (articulatsio cubiti). Kekuatan otot lengan diharapkan dapat berperan dalam melakukan gerakan roll ke depan. Pada gerakan roll ke depan bagaimana peranan kedua lengan untuk menopang tubuh pada saat melakukan gerakan roll ke depan. Kelentukan togok merupakan unsur kesegaran fisik yang berperandalam hal elastisitas gerakan yang bersumbu pada arculatsio abdominalis. Kelentukan togok yang dimaksud adalah kelentukan togok depan yang diharapkan menunjang dalam pembelajaran gerakan roll ke depan. Meneliti tentang kekuatan otot lengan dan kelentukan togok dengan kemampuan melakukan roll ke depan merupakan suatu pendekatan ilmiah untuk mengetahui keterkaitan antara komponen kesegaran fisik yang dimaksud dengan kemampuan melakukan roll ke depan pada senam lantai. Kekuatan otot lengan Menurut Harsono (1988) mengemukakan sebagai berikut: Pertama, oleh karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas olahraga. Kedua, oleh karena kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cedera. Ketiga, oleh karena kekuatan atlet akan dapat lari lebih efesien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu stabilitas sendisendi. Kebutuhan kekuatan yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga, begitu pula dengan teknikteknik dasar yang dimiliki pada setiap cabang olahraga itu sendiri. Maka dari itu, untuk pengembangan *) Dosen PGSD Dikjas S1FIK UNM
unsur kekuatan perlu adanya metode latihan secara spesifik dan teratur, terarah sesuai dengan tuntutan pola gerak cabang olah raga itu. Kekuatan otot ditentukan oleh strukturil otot, khususnya volume otot, dimana kekuatan meningkat sesuai dengan meningkatnya volume otot. Berdasarkan konsep pengembangan kekuatan, dapat dijelaskan bahwa untuk meningkatkan kekuatan perlu memperhatikan beberapa hal seperti; metode latihan, jenis kontraksi, intensitas latihan, berat badan dan lain-lain. Selain itu penerapan prinsip latihan perlu juga diperhatikan seperti prinsip reversibel. Kekuatan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Moch. Sajoto (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan adalah sebagai berikut: 1. Faktor biomekanika, dari dua orang yang mempunyai jumlah tegangan yang sama (tegangan otot), akan jauh berbeda dalam kemampuannya mengangkat beban. 2. Faktor pengungkit, pengungkit diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu menurut letak sumbu pengungkit, gaya beban dan gaya gerak pengungkit. 3. Faktor ukuran, besar kecilnya otot berpengaruh terhadap kekuatan otot. 4. Faktor jenis kelamin, pria dan wanita mempunyai perkembangan kekuatan yang sama dalam program latihan, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pada akhir pubertas anak laki-laki memiliki ukuran otot lebih besar dibandingkan wanita. 5. Faktor usia, unsur kekuatan lakilaki dan perempuan diperoleh melalui proses kematangan dan kedewasaan. 111
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 Uraian tersebut, jelas bahwa untuk mengembangkan kekuatan selain penerapan prinsip-prinsip latihan yang perlu diperhatikan juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang lain yang dapat menunjang atau mempengaruhi pengembangan kekuatan itu sendiri. Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau bentuk dari suatu benda. Gerakan mendorong atau menarik dapat mengakibatkan suatu benda bergerak atau berubah arah, tergantung besarnya kekuatan dan sifat fisik dari benda yang digerakkan. Kelentukan togok Pada dasarnya semua cabang olahraga membutuhkan unsur kelentukan (fleksibilitas), karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal menurut kemungkinan gerak. Kualitas itu kemungkinan otot-otot atau sekelompok otot untuk memanjang dan memendek serta memanfaatkan sendi-sendi secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut, maka setiap cabang olahraga mempunyai persamaan mengenai pentingnya unsur fleksibilitas dalam penampilan yang optimal. Harsono, (1988) memdefiniskan sebagai berikut: “Kelentukan adalah kemampuan melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen”. Dengan demikian kelentukan merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Sadoso Sumosardjono (1986) juga mengatakan bahwa: “Menambah kelentukan dan peregangan ada pula hubungannya dengan kenaikan kekuatan. Ada *) Dosen PGSD Dikjas S1FIK UNM
yang berpendapat bahwa dengan lebih banyak melakukan peregangan otot dan menjadi lebih kuat”. Untuk itu pergerakan yang dilakukan dalam disetiap aktifitas olahraga membutuhkan kelentukan togok dalam menampilkan pola gerakan yang lebih luas. Kelentukan dititik beratkan pada luas gerak persendian dan elastisitas dari otot-otot maupun tendo dan ligamen. Artinya kelentukan merupakan kemampuan seseorang melakukan gerakan dengan pengukuran yang seluasluasnya sehingga gaya yang diarahkan akan lebih besar. Dengan pergerakan gaya yang lebih besar memungkinkan kekuatan yang dihasilkan jauh lebih besar daripada tenaga yang dipakai dalam melakukan gerakan-gerakan sehingga memungkinkan seseorang untuk melakukan kegiatan lebih lama dibandingkan bagi mereka yang tidak lentur. Dan dengan kelentukan yang tidak memungkinkan terjadinya cedera sangatlah kecil dan memulihkan tenaga setelah melakukan gerakan cepat. Hal ini dikarenakan ketegangan otot saat melakukan kegiatan tidak terlalu besar. Roll Ke Depan Pada Senam Lantai Gerakan roll kedepan pada cabang olahraga senam pada nomor lantai adalah gerakan berguling dengan arah ke depan. Pelaksanaan gerakan roll ke depan dapat diajarkan dengan mulai sikap duduk, letakkan kedua tangan di matras, kedua kaki menolak badan, kepala dilipat sehingga dagu leher bagian bawah dan badan berputar. Putaran badan ini mulai dari awal sampai kemabali ke sikap semula. Biasanya cara pertama ini diberikan bagi murid yang baru belajar roll kedepan. Bila gerakan ini telah 112
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 mahir dapat dilanjutkan dengan gerakan roll kedepan sambil berdiri.
METODE PENELITIAN Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencari pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam suatu penelitian, sehingga arah dan tujuan pengungkapan fakta atau kebenaran sesuai dengan apa yang ditemukan dalam penelitian dan dengan tujuan yang diharapkan. Metode yang di pergunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Nana Sudjana (1988) bahwa: “Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, obyek, gejala dan peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif”. Adapun variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: variabel bebas yaitu kekuatan otot lengan, dan kelentukan togok depan, sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan roll ke depan pada senam lantai Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Populasi merupakan suatu kumpulan atau kelompok individu yang dapat diamati oleh anggota populasi itu sendiri atau bagi orang lain yang memiliki perhatian dengannya. Populasi menurut Sugiyono (2000) mengemukakan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kuantitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Dengan uraian tersebut, maka populasi adalah keseluruhan *) Dosen PGSD Dikjas S1FIK UNM
individu atau obyek yang ingin diteliti. Olehnya itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid SD Inpres bertingkat Mamajang II Kota Makassar. Alasan dari penggunaan sampel adalah keterbatasan waktu, tenaga dan banyaknya populasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dari murid putra SD Inpres bertingkat Mamajang II Kota Makassar. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data empirik sebagai bahan untuk menguji kebenaran hipotesis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: tes kekuatan otot lengan, kelentukan togok depan dan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun infrensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. Jadi keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada umumnya menggunakan analisis komputer pada program SPSS versi 15.00 dengan taraf signifikan 95% atau = 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis deskriptif data penelitian yang terdiri dari nilai tes kekuatan otot lengan, kelentukan togok depan dan kemampuan roll ke depan pada senam lantai dilihat dalam rangkuman hasil analisis deskriptif yang tercantum pada tabel berikut: Statistik N Sum Mean Std. Deviation Range Min Max
Kekuatan otot lengan 40 530.00 13.2500 1.86396 7.00 10.00 17.00
Kelentukan togok depan 40 284.00 7.1000 1.89195 7.00 4.00 11.00
Kemampuan roll depan 40 290.00 7.2500 1.23517 4.00 5.00 9.00
113
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskriptif data pada tabel di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut: a. Untuk data kekuatan otot lengan pada murid SD Inpres Bertingkat Mamajang II Kota Makassar, dari 40 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 530,00 dan ratarata yang diperoleh 13,2500 dengan hasil standar deviasi 1,86396 dari range data 7,00 antara nilai minimum 10,00 dan 17,00 untuk nilai maksimal. b. Untuk data kelentukan togok depan pada murid SD Inpres Bertingkat Mamajang II Kota Makassar, dari 40 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 284,00 dan rata-rata yang diperoleh 7,1000 dengan hasil standar deviasi 1,89195 dari range data 7,00 antara nilai minimum 4,00 dan 11,00 untuk nilai maksimal. c. Untuk data kemampuan roll ke depan pada senam lantai pada murid SD Inpres Bertingkat Mamajang II Kota Makassar, dari 40 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 290,00 dan ratarata yang diperoleh 7,2500 dengan hasil standar deviasi 1,23517 dari range data 4,00 antara nilai minimum 5,00 dan 9,00 untuk nilai maksimal. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis koefesien korelasi (r) dan regresi (R) pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot lengan dan kelentukan togok depan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Adapun hipotesis yang diuji kebenarannya pada penelitian adalah, sebagai berikut: *) Dosen PGSD Dikjas S1FIK UNM
1. Hubungan kekuatan otot lengan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai murid SD Inpres bertingkat Mamajang II kota makassar. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data kekuatan otot lengan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0,750 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05.. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kekuatan otot lengan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Ini membuktikan bahwa adanya hubungan ini karena adanya keterkaitan antara gerakan roll ke depan dengan kekuatan otot lengan. Dari beberapa gerakan roll ke depan, salah satunya adalah gerakan kedua tangan menopang pada matras sambil kedua siku ditekuk dan dagu dilipat menyentuh dada, kemudian tangan menekan sambil tengkuk diletakkan atau menyentuh pada matras, saat itu terjadi gerakan statis (isometrik) pada lengan, dan otot yang bekerja adalah biceps dan triceps brachi. Namun yang lebih dominan adalah otot triceps brachi. Kemudian pada saat melakukan push up otot yang bekerja adalah triceps brachi. Dengan demikian ada kesamaan kontraksi otot pada waktu tangan menopang pinggang dengan melakukan push up. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan melakukan roll ke 114
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 depan pada cabang olahraga senam lantai terdapat hubungan yang signifikan. 2. Hubungan kelentukan togok dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai murid SD Inpres bertingkat Mamajang II kota makassar. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data kelentukan togok dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0,767 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulankan bahwa ada hubungan yang signifikan kelentukan togok dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Ini membuktikan bahwa apabila penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada. Seperti sudah dikemukakan sebelumnya bahwa kelentukan adalah kemampuan suatu persendian untuk melakukan ruang gerak seluas-luasnya. Di dalam melakukan gerakan roll ke depan akan terjadi gerakan persendian togok untuk dapat lentur guna menggulung badan ke depan. Kelentukan togok sangat dibutuhkan pada atlet senam, kelenturan togok lebih dominan digunakan untuk membuat suatu rangkaian, demikian juga halnya pada sikap roll ke depan. Tanpa adanya kelentukan togok yang baik, maka hasil gerakan yang dilakukan kurang sempurna atau *) Dosen PGSD Dikjas S1FIK UNM
tidak sama sekali terjadi gerakan roll ke depan yang sebenarnya. 3. Hubungan antara kelentukan togok dan kekuatan otot lengan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai murid SD Inpres bertingkat Mamajang II kota makassar. Berdasarkan hasil pengujian analisis data antara kekuatan otot lengan dan kelentukan togok depan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) 0,778 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) = 0,606. Hal ini berarti 60,6% kemampuan roll ke depan pada senam lantai dijelaskan oleh kekuatan otot lengan dan kelentukan togok depan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 28,414 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan roll ke depan pada senam lantai (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 7,996 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kekuatan otot lengan dan kelentukan togok depan benarbenar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dan kelentukan togok 115
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 depan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai. Ini membuktikan bahwa Kemampuan atlet atau murid di saat melakukan gerakan roll ke depan adalah bagaimana gerakan tersebut dapat terangkai dengan indah dan tidak terjadi kesalahan yang fatal. Sebab gerakan roll ke depan yang dilakukan akan melibatkan kedua tangan pada saat menopang pada matras dan pada saat kedua tangan merangkul lutus sehingga berakhir dalam keadan jongkok. Demikian juga halnya pada kelentukan togok, disaat gerakan posisi kepala di bawah tentunya pantat akan lebih diatas. Oleh karena itu dengan adanya kelentukan togok akan memperlihatkan gerakan sikap roll yang lebih baik. Dengan demikian kedua komponen yang dijadikan bahan penelitian, memiliki keterkaitan atau sangat berhubungan dengan kemampuan roll ke depan pada cabang olahraga senam.
PENUTUP Sesuai dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan berdasar pada masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan kekuatan otot lengan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai, terbukti nilai r0 = 0,750 (P < 0.05). 2. Ada hubungan yang signifikan kelentukan togok depan dan kemampuan roll ke depan pada senam lantai, terbukti nilai r0 = 0,767 (P < 0.05). 3. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dan *) Dosen PGSD Dikjas S1FIK UNM
kelentukan togok depan dengan kemampuan roll ke depan pada senam lantai, terbukti nilai R0 = 0,778 (P < 0.05). Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan, maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Agar dijadikan pegangan bagi pelatih dan pembina olahraga, bahwa kekuatan otot lengan dan kelentukan togok depan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan pada cabang olahraga senam lantai khususnya membentuk kemampuan roll ke depan pada senam lantai. 2. Merupakan informasi bagi guru olahraga dan murid tentang hasil yang dicapai murid SD Inpres bertingkat Mamajang II Kota Makassar. 3. Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya pada mahasiswa yang ingin menyelesaikan studi.
DAFTAR PUSTAKA Ateng, Abdul Kadir. 1992. Asas dan landasan pendidikan jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi. Arikunto Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan pratek. Jakarata : PT. Rineka Citra. Depdikbud. 1976. Pusat kesegaran jasmani dan rekreasi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dwijonowinoto Kasiyo, 1993. DasarDasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang : IKIP Edward Rahantoknam. 1988. Belajar motorik: teori dan aplikasinya dalam pendidikan 116
Competitor, Nomor 3 Tahun 3, Oktober 2011 Jasmani dan Olahraga. Jakarta: P2LPTK Depdikbud Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti. Herre. D, 1982. Priniciple of Sport Training Inducation to Theory and Metode of Training Sport. Verlag Berham. Nossek 1982. General Theory of training, Pan African Press Ltd Lagos. Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. Siregar M. F. 1975. Ilmu Pengetahuan Melatih. Jakarta : Proses Pembinaan Organisasi dan aktivitas Olahraga Massal. Soekarman. 1987. Dasar-Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta : Penerbit Inti Indayu Press. Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suherman, 1994. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Yudistira Surahmat Winarno. 1986. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah. Tarsito : Bandung. Widjaja, Surya. 1998. Kinesiologi (The anatomy of Motion Anatomi Alat Gerak). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
*) Dosen PGSD Dikjas S1FIK UNM
117