Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 PENGARUH LATIHAN PULL UP DAN LATIHAN PUSH UP TERHADAP KEMAMPUAN PANJAT TEBING KATEGORI SPEED PADA MAHASISWA UNM
OLEH: H. ABRAHAM )*
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan pull up dan latihan push up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed pada mahasiswa UNM. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen lapangan. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UNM dengan jumlah sampel penelitian 20 orang dari mahasiswa UNM dengan memiliki karakteristik hampir sama yaitu terdaftar sebagai anggota mahasiswa pemanjat tebing yang dipilih secara proposive random sampling, kemudian dilanjutkan pembagian kelompok dengan menggunakan machid ordinat. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis uji-t dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) ada pengaruh yang signifikan latihan pull up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed pada mahasiswa UNM, terbukti nilai t0 = 39,845 > tt = 2,262 atau (P < α0,05); (2) ada pengaruh yang signifikan latihan push up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed pada mahasiswa UNM, terbukti nilai t0 = 22,945 > tt = 2,262 atau (P < α0,05); dan (3) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan pull up dan latihan push up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed pada mahasiswa UNM, terbukti nilai t0 = 3,037 > tt = 2,101 atau (P < α0,05). Kata Kunci: Pull Up, Push Up, Panjat Tebing Kategori Speed
ABSTRACT
This study aims to determine the effects of exercise training pull ups and push ups on the ability of rock climbing speed category at UNM students. These studies include the type of field experimental studies. The study population was all UNM students study a sample of 20 people from UNM students with similar characteristics that is registered as a student member of the rock climber who is selected by random sampling proposive, then continued division of the group by using machid ordinate. Data analysis technique used is the t-test analysis techniques using SPSS system version 15:00 on 95% or a significant level of 0.05. Starting from the results of data analysis, the study concluded that: (1) no *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
20
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 significant effect on the ability of exercise pull up a rock climbing speed category at UNM student, proved the value of t 0 = 39.845 > tt = 2.262 or (P < α0,05); (2) no significant effect on the ability of exercise push up rock climbing speed category at UNM student, proved the value of t 0 = 22.945 > tt = 2.262 or (P < α0,05), and (3) no significant difference in effect between the pull exercises ups and push-up exercises for rock climbing skills on the speed category UNM student, proved the value of t0 = 3.037 > tt = 2.101 or (P < α0,05). Key words: Pull Up, Push Up, Rock Climbing Speed Category
PENDAHULUAN Pelaksanaan gerak fisik (olahraga) merupakan salah satu bentuk aktifitas manusia yang merupakan gerak manusia yang secara langsung dilakukan dan dirasakan manfaatnya, dengan melakukan dan merasakan maka manusia akan mendapatkan pengalaman mengenai olahraga. Menurut Soepartono dalam seminar olahraga di Jogyakarta, mengatakan bahwa ”Olahraga merupakan aktifitas fisik manusia yang penuh dengan tantangan dan resiko (Soepartono 1991)”. Ini didukung oleh UNESCO-ICSPE yang di terjemahkan oleh Abdul Kadir Ateng (1993) sebagai berikut: “Olahraga merupakan aktifitas fisik berupa permainan yang dilakukan dalam bentuk perjuangan, melawan orang lain, unsur-unsur alam, atau diri sendiri adalah merupakan aktifitas Olahraga”. Jadi secara logika aktifitas olahraga pelaku utamannya adalah manusia. Manusia berolahraga tidak semata-mata melakukan aktifitas fisik belaka, melainkan karena manusia merupakan makhluk seutuhnya yang terdiri dari rohani dan jasmani, olahraga merupakan aktivitas kompleks bagi manusia. Berbagai macam olahraga yang digeluti manusia sepereti halnya: atletik,
sepak bola, renang dan lain-lain, namun olahraga di alam bebas atau alam terbuka perlu di lirik, karena ada nuangsa tersendiri yang didapatkan dari pelaku olahraga dialam terbuka. olahraga di alam bebas atau terbuka banyak diminati oleh generasi muda seperti: Arung jeram, terbang laying, sepeda gunung, dan panjat tebing. Hal ini terbukti dengan semakin besarnya frekuensi perlombaan yang dilakukan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Terkhusus pada olahraga panjat tebing yang merupakan obyek penelitian pada penulisan skripsi ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ini terbukti dengan diikutkannya olahraga panjat tebing baik ditingkat daerah maupun nasional. Berkembangnya olahraga panjat tebing tidak terlepas dari peran aktif Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) dalam memasyarakatkan olahraga ini keseluruh Indonesia. Yang menjadi faktor pendukung berkembangnya olahraga ini adalah. Kehidupan generasi muda yang senang dengan tantangan, namun tantangan tesebut lebih banyak didapatkan digunung. Gunung memiliki daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang menyenangi kegiatan di alam terbuka. Berbagai macam tujuan
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
21
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 orang mendaki gunung mulai dari sekedar mengisi waktu luang untuk rekreasi, mencoba kemampuan diri, menghayati kebesaran sang pencipta bahkan sampai mencoba pemecahan rekor pendakian. Tetapi ini belum tentu berlaku bagi semua orang karena masing-masing memiliki minat yang berbeda-beda tapi bagi orang yang menyenangi kegiatan alam terbuka akan sependapat dengan hal seperti diatas. Ketika kita mengamati tingkah laku pemanjat tebing alam maupun tebing buatan maka bagian tubuh yang paling berperan pada saat bergerak memanjat adalah kedua tangan dan kedua kaki. Tangan mencari pegangan dan kaki mencari pijakan untuk terus naik dan dengan tetap menjaga keseimbangan untuk dapat naik lebih tinggi. Pegangan dan pijakan tidak selamanya tegak lurus, tetapi bervariasi kekiri dan kekanan tergantung pada medan yang dipanjat. Mengamati hal tersebut di atas maka kekuatan, kecepatan dan daya tahan lengan merupakan potensi tubuh dalam kegiatan fisik (olahraga) ini sangat menentukan untuk menjadi pemanjat tebing untuk kategori speed. Kategori speed merupakan salah satu nomor yang ada pada cabang olahraga panjat tebing yang membutuhkan kemampuan seorang pemanjat untuk dapat bergerak secara cepat untuk mencapai target yang telah ditentukan. Untuk memperoleh hasil kemampuan fisik yang telah dikemukakan, maka perlu ditopang adanya suatu bentuk-bentuk latihan yang mengarah baik pada kemampuan fisik maupun secara teknik pada kategori speed cabang olahraga panjat tebing. Latihan pull up dan latihan push up merupakan
dua bentuk latihan yang dapat mengarahkan pada seorang pemanjat untuk membentuk kemampuan fisik pada khususnya di bagian lengan. Hal ini dapat dilihat dari kedua bentuk latihan ini, proses pelaksanaan yang dimiliki menggunakan kedua lengan untuk bergerak membawa titik berat badan. Akan dua bentuk latihan tersebut, memiliki perbedaan di saat bergerak. Latihan pull up dengan bergerak menarik kedua lengan yang mengantung pada palang tunggal selanjutnya mengangkat berat badan ke atas. Sedangkan latihan push up bergerak dengan posisi telungkup kedua lengan dan kaki merupakan penopang di dalam pergerakan. Panjat Tebing Panjat Tebing adalah olahraga petualang yang lahir dari alam bebas yang penuh dengan tantangan dan resiko yang tinggi. Olahraga panjat tebing memiliki karakteristak tersendiri dan berbeda dengan olahraga yang lain, yaitu melawan gaya tarik bumi, karena tujuan ahirnya adalah menjauhi bumi baik di tebing alam maupun tebing buatan (dinding panjat). Untuk mendukung kemampuan dalam memanjat, maka pemanjat harus memiliki abiliti yang tinggi pada otot lengan, bahu, perut, punggung dan tungkai. Panjat tebing sebagi olah prestasi tidak mengandalkan kemampuan fisik saja tetapi menerlikan keterampilan, peralatan, ketelitian dan mental yang kuat sama dengan olahraga lainya yang mempunyai sarana dan prasarana tersendiri sesuai dengan cabang olahraga itu sendiri. Untuk dapat melakukan
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
23
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 pemanjatan dengan sempurna seorang atlet harus memperhatikan faktor-fator sebagai berikut : 1) Teknik pemanjatan Teknik pemanjatan masingmasing berkaitan dengan kemampuan sewaktu memanjat adalah: a) Top rope adalah teknik pemanjatan yang paling sederhana, karena pemanjat yang memanjat dengan teknik ini adalah pemanjat pemula, dimana pengaman dipuncak tebing sudah terikat dengan aman sehingga kemampuan yang dibutuhkanpun sangat sederhana. Yaitu pemanjat hanya menggunakan tangan dan kaki untuk memanjat dan bukan berfungsi sebagai pengaman. b) Free climbing adalah teknik memanjat yang sudah mulai sulit, pemanjat sudah bukan pemula karena pengaman belum terpasang. Pemanjat memanjat keatas sambil memasang pengaman dimana tonjolan batu dan celah tebing dapat berfungsi sebagai tempat intuk menambatkan tali pengaman. c) Solo climbing adalah teknik yang hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli karena teknik pemanjatan ini tanpa pengaman sama sekali. d) Boul dering adalah seni memanjat pada tebing-tebing pendek yang umumnya untuk melatih kemampuan memanjat. Biasanya sangat baik untuk latihan bagi pemula. 2) Perlengkapan dan peralatan. a) Sepatu Sepatu manjat tebing mempunyai ciri-ciri khusus. *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Bagian tapak seluruhnya terbuat dari karet yang cukup keras yang berfungsi sebagai tumpuan gesekan yang maksimal. Bagian ujung sepatu yang dubuat tebal dan kaku dipergunakan untuk menumpu badan sipemanjat pada pijakan yang sangat eipis. Sepatu pemanjat tebing yang baik haruslah seringan mungkin dan mempunyai daya gesek yang tinggi pada pemukaan batu tebing. Berbagai macam tipe sepatu, untuk itu seorang pemanjat harus memilih sepatu yang cocok dengan kaki dan enak dipakai. Meskipun demikian sepatu tidak mutlak dipergunakan untuk saat ini tetapi sepatu akan dituntut kelengkapan untuk memanjat yang sebaiknya dipergunakan oleh sipemanjat. b) Tali Fungsi utama tali adalah melindungi pemanjat dari kemungkinan terjatuh, agar jangan sampai menyentuh tanah. Tali bukan untuk memanjat atau penggan, tatapi untuk pengaman yang diikatkan pada harness yang telah dipasang ditubuh pemanjat dan ujung tali yang satunya dipakai oleh orang yang mengontrol dari bawah. Untuk memanjat biasanya dipakai tali karnmantel yang berdiameter 9 mm, dengan panjang 45 m, 50 m, 100 m. Tali yang baik harus sudah memenuhi standar. 24
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 c) Sabuk pengaman (Harnes) Harnes adalah kelengkapan pemanjat yang harus ada, karena harness adalah tempat menyimpulkan tali atau menyangkutkan carabiner yang dipakai oleh pemanjat maupun pengontrol pemanjat dari bawah. d) Kantong dan magnesium karbonat Benda ini sangat mendukung pemanjatan. Ketika tubuh berkeringat, tepung yang dilumurkan pada telapak tangan akan meyerap keringat sehingga batu yang dipegang tetap kering dan tidak licin. Teping ini selalu dubawah dalam kantong khusus yang dilingkarkan kepingang. Kantong ini dibuat sedemikan rupa dengan bentuk yang unik dan cantik. Kantong dengan pasanganya kapur maknesium karbonat. e) Carabiner Carabiner adalah bagian yang penting dalam sistem pengaman panjat tebing. Carabiner biasanya juga disebut Krab dan snapling. Jenisnya bermacam-macam, kekuatan alat ini tergantung dari jenisnya. Biasanya kekuatan alat ini berkisar antara 1000 kg sampai 5000 kg. Carabiner terbagi dua yaitu: Screwgate carabiner atau carabiner terkunci dan non screwgate atau carabiner tanpa kunci. Bahan utama adalah alminiu alloy ataucrome molybdenum yang memiliki bobot ringan tetapi ber*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kekuatan besar. Carabiner alminium atau crome Molydenum rata-rata beratnya hanya 2 (dua) ons. f) Hanger Hanger atau baut tebing adalah bagian dari suata pemanjatan yang lengkap. Hanger yang baik selain kuat dapat melindungi cincin kait dari dari goresan atau gesekan pada waktu cincin kaut terpasangkan pada hanger. Hanger yang telah terpasang pada dinding panjat akan dipasangkan ranner yaitu titik pengaman pada dinding panjat, yang oleh pemanjat akan memasang tali pengaman ditubuhnya ke runner itu, sebelum melanjutkan pemanjatan. g) Runner Runner adalah tempat tumpuan tali pengaman pada dinding panjat. Setelah hanger dipasang di dinding, maka pembuat jalur menempatkan runner pada hanger yang telah terpasang. Runner terdiri dari dua carabiner yang dihubungkan oleh webing atau sling kemudian digantung kehanger. Runner dipasang di dinding sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil jarak jatuh yang bisa membahayakan si pemanjat. h) Belayer Pada pemanjatan ditebing alam, ada yang senang mengadakan pemanjatan seorang diri, tetapi ada juga yang berkelompok. Untuk pe25
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 manjatan di dinding terutama untuk lomba walaupun perorangan tetapi ada yang mengontrol dari bawah. Telah dikatakan di muka, bahwa tali bukan untuk memanjat atau tempat pengagan, tetapi untuk pengaman tubuh yang menghubungkan si pemanjat dengan orang yang mengontrol dari bawah atau yang disebut bilayer. i) Fix Rop Apabila pemanjat di dinding buatan telah sampai ke titik akhir pemanjatan, maka maka pemanjat memasang carabiner yang telah disediakan di puncak dinding yang telah terpasang disamping runner akhir. Setelah terpasang aman, maka pemanjat memberi kode kepada petugas yang dibawah untuk siap membilay untuk turun dari tebing. Tali yang terikat pada carabiner dan yang telah terpasang dipuncak tebing disamping runner akhir, itulah yang dinamakan Fix rop yaitu tali pengaman untuk turun dari tebing atau dinding. j) Pegangan Di dinding panjat tebing buatan, tonjolan batu atau pengangan disebut handgrip atau point. Pengangan banyak variasi atau model dari pengangan itu, maka cara memegangnya mempunyai tehnik tersendiri. Pengetahuan tentang cara memegang point perlu bagi pemanjat. *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
k) Simpul Sebelum harness dipergunakan dalam olah raga panjat tebing simpul memegang peranan dalam tehnik tali temali. Sekarang setelah harness banyak digunakan, simpul jarang digunakan secara langsung karena resikonya terlalu tinggi. Jenis simpul bermacammacam dan mempunyai kegunaan yang berbeda beda. Untuk di dinding panjat, praktis hanya digunakan satu simpul. Ada dua pilihan untuk menghubungkan tali ke harness, yaitu simpul kambing atau pangkal (bowline) dan simpul delapan (figure eight). l) Pakaian Seluruh peralatan panjat dibuat seringan mungkin untuk mengurangi beban tubuh. Untuk pakaian yang dipakai saat memanjat baik itu ditebing buatan maupun tebing alam, sebaiknya yang tipis dan ringan serta tidak menggangu aktivitas gerak tubuh untuk beranjak naik sampai ke puncak tebing. Pada umumnya pemanjat tebing memakai pakaian baju kaos dan celana second skin. m) Dinding panjat (Climbing Wall) Dinding panjat telah ditetapkan oleh Federasi panjat Tebing Indonesia (FPTI) minimal 12 meter tingginya dan lebarnya 2,4 meter, dan boleh lebih dari satu papan dan hasil 26
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 perlombaanya akan masuk perhitungan peringkat. Sedangkan papannya terbuat dari Multipleks dengan rangka besi siku dan lebar dinding boleh lebih dari satu papan. Dinding panjat yang harus digunakan dalam pemanjatan biasanya bervariasi, vertical, overheng, heng dan roof. Overheng yaitu dinding yang miring sekian derajat sesuai variasinya, dan roof yaitu dinding yang berbentuk seperti atap. Dari bentuk utuh dinding panjat ini akan dipasang Hanger,Runner, Point, dan Fix rope. Dan variasinya diatur sedemikian rupa, sehingga tingkat kesulitan dapat diukur sesuai dengan gradenya. Latihan Pull Up Pull up adalah salah satu gerakan dalam suatu latihan olahraga. Bila dianalisis pelaksanaan gerakan pull up, maka akan dijumpai dua fase gerakan, yaitu: a. Fase permulaan: Posisi bergantung pada palang tunggal dengan kedua tangan lurus, demikian juga kedua kaki. Seorang kawan membantu menjaga agar kaki tidak terlalu bergoyang-goyang, supaya gerakan kaki hanya naik turun mengikuti gerakan badan. b. Fase pelaksanaan: Badan diangkat hingga kepala melewati palang tunggal dan kepala tidak boleh ditengadahkan. Kaki tetap dalam keadaan lurus. Setelah kepala melewati palang tunggal, maka segera kembali ke sikap semula. Gerakan ini
dilakukan berulang-ulang sesuai dengan program latihan. Latihan Push Up Push Up adalah salah satu gerakan yang banyak dipergunakan dalam latihan berbagai cabang olahraga, gerakan ini pada umumnya dilakukan pada saat melakukan pemanasan (warming up) maupun pada latihan inti yang bertujuan untuk mengembangkan kekuatan otot lengang, bahu dan dada, hal ini sesuai dengan pendapat Clarck (1964) bahwa: Tes push up mengukur kekuatan lengan dan bahu. Selama melakukan push up, otot-otot pada gelang bahu (shouldergirdle), dan persendihan siku, terlihat dalam gerakan ini. Pada persendian siku, terlibat dalam gerakan ini. Pada persendian bahu, otot-otot deltoideus bagian depan dan otot pektoralis mayor (otot dada). Otot deltoideus bagian depat terdapat dibagian depan bahu. Ini merupakan otot deltoideus yang terentang dari klavikula (tulang selangka) dan bagian atas dari skapula (tulang belikat) melalui bahu ke lengan bagian atas. Otot pektoralis mayor adalah otot besar yang menutupi bagian depan dada. Bagian sedikit saja melekat pada kalvikula (tulang selangka), sedang bagian bawahnya melekat pada tulang dada dan tulang dada dan tulang rusuk yang berdekatan. Pada ujung yang lain, otot ini melakat pada tulang lengan atas dengan tendonya yang cukup lebar. Pada gelang bahu (shoulder girdle), otot besar yang bekerja adalah otot serratus anterior dan pektorialis minor. Otot serratus anterior merupakan otot yang penting di bawah ketiak. Otot-otot ini
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
27
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 melakat pada tulang skapula (tulang belikat) dibelakang dan menuju ke rusuk di depan dan samping. Otot pektorialis minor terdapat di depan dada dan di bawah otot pektorialis mayor. Otot ini pada satu sisinya melekat pada tulang-tuulang iga dan juga pada tulang skapula. Pada persendian siku, otot tricep brachii menutupi seluruh bagian belakang tulang lengan atas. Ini merupakan otot yang terdiri dari tiga bagian, dimana bagian bawahnya berakhir dengan satu bagian saja yang melekat pada tulang ulna (tulang lengan bawah). Jadi, di atas ada tiga tempat untuk melekat. Yang terpanjang melakat pada tulang belikat, dibagian samping berakhir pada bagian bawah dari tulang lengan atas. Selanjutnya di bawah ini gerakan push up dapat dianalisis melalui 2 fase yaitu: 1. Fase permulaan (sikap awal) Posisi terlengkup, bertelekan dengan kedua tangan rapat dengan lantai dalam keadaan lurus. Berat badan ditampung oleh kedua lengan dan sebagian kecil oleh kedua ujung kaki. Kepala tegak dan mulai dari pinggang sampai kepala dalam satu garis lurus. Kaki, badan serta kepala merupakan satu garis lurus. 2. Fase Pelaksanaan Badan diturunkan dengan membengkokkan kedua lengan sehingga pada hampir menyentuh lantai. Selanjutnya kembali bersikap semula dengan jalan melakukan tolakan kedua lengan untuk lurus kembali kesikap semula. Gerakan turun naik atau membengkokkan lengan dan
meluruskan ini dilakukan berulang-ulang serta bertahap sesuai dengan program latihan. METODE PENELITIAN Pada dasarnya metode merupakan cara atau alat yang dipergunakan untuk mencari pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam suatu penelitian sehingga arah dan tujuan pengungkapan kebenaran sesuai dengan apa yang ditemukan dalam penelitian sehingga betul-betul sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen lapangan. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: variabel bebas terdiri dari: latihan pull up dan latihan push up, sedangkan variabel terikak yaitu kemampuan panjat tebing kategori speed. J. Supranto (1992) bahwa: “Populasi adalah kesimpulan lengkap dari elemen-elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan kerana karakteristiknya”. Bertolak dari premis tersebut di atas, kiranya dapat ditarik suatu makna bahwa seluruh subyek yang memiliki karakteristik tertentu diistilahkan sebagai populasi. Dan yang menjadi populasi dalam penelitian adalah seluruh mahasiswa UNM. Sampel adalah sebagian individu yang diperoleh dari populasi, diharapkan dapat mewakili terhadap seluruh populasi. Sampel inilah yang menjadi obyek penelitian sehingga hasil penelitian nanti diharapkan dapat pula digeneralisasikan terhadap populasi. Tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
28
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 tehnik proposive random sampling. Adapun sampel yang digunakan berjumlah 20 orang dari mahasiswa UNM dengan memiliki karakteristik hampir sama yaitu terdaftar sebagai anggota mahasiswa pemanjat tebing. Kelompok penelitian dibentuk atas dasar hasil pretest yang disusun menurut rangking, kemudian dilanjutkan dengan tehnik machid ordinal untuk membagi dua kelompok. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan instrumen tes kemampuan panjat tebing kategori speed. Data yang diperoleh melalui instrumen tes kemampuan panjat tebing kategori speed baik dari data tes awal maupun data tes akhir, selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik infrensial pada taraf signifikan 95%. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis deskriptif data, maka dapat diuraikan sebagai berikut: a. Untuk data tes awal latihan pull up, dari 10 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 304,5. Nilai rata-rata yang diperoleh 30,45 dengan hasil standar deviasi 0,89454. Untuk nilai minimal 29,07 dan nilai maksimal 32,15. b. Untuk data tes akhir latihan pull up, dari 10 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 297,2. Nilai rata-rata yang diperoleh 29,72 dengan hasil standar deviasi 0,79522. Untuk nilai minimal 28,57 dan nilai maksimal 31,22. c. Untuk data tes awal latihan push up, dari 10 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 303,8. Nilai rata-rata yang
diperoleh 30,38 dengan hasil standar deviasi 0,75832. Untuk nilai minimal 29,15 dan nilai maksimal 31,46. d. Untuk data tes akhir latihan push up, dari 10 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 300,7. Nilai rata-rata yang diperoleh 30,07 dengan hasil standar deviasi 0,75048. Untuk nilai minimal 28,74 dan nilai maksimal 31,22. 1. Hipotesis Pertama Ada pengaruh latihan pull up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed. Hasil analisis data pada lampiran diperoleh nilai t observasi 39,845 lebih besar dari nilai t tabel pada taraf signifikan 95% = 2,262. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada perbedaan antara tes awal dan tes akhir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan latihan pull up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa dengan memberikan latihan pull up secara terprogram dengan sistematis, maka akan dapat meningkatkan kemampuan panjat tebing kategori speed bagi atlet. Latihan pull up mengarahkan atlet untuk dapat bergerak secara vertikal, sebab proses pelaksanaan yang dilakukan adalah membawa bobot berat badan ke atas. Proses tersebut mengakibatkan bagian lengan untuk dapat lebih kuat untuk mempertahankan badan dalam keadaan bergerak ke atas. 2. Hipotesis kedua Ada pengaruh latihan push up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed. Hasil analisis data pada lampiran diperoleh nilai t
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
29
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 observasi 22,945 lebih besar dari nilai t tabel pada taraf signifikan 95% = 2,262. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada perbedaan antara tes awal dan tes akhir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan latihan push up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa dengan memberikan latihan push up secara terprogram dengan sistematis, maka akan dapat meningkatkan kemampuan panjat tebing kategori speed bagi atlet. Latihan push up mengarahkan atlet untuk memperoleh kemampuan lengan untuk lebih kuat dalam melakukan gerakan pada panjat tebing untuk lebih maksimal saat bergerak untuk meraih poin-poin yang telah dipasang pada dinding. 3. Hipotesis ketiga Ada perbedaan pengaruh antara latihan pull up dan latihan push up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed. Hasil analisis data pada lampiran diperoleh nilai t observasi = 3,037 lebih besar dari nilai t tabel pada taraf signifikan 95% = 2,101. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada perbedaan pengaruh kemampuan panjat tebing kategori speed antara latihan pull up dan latihan push up. Dan kelompok yang mendapatkan latihan pull up yang lebih efektif dan efesien dalam meningkatkan kemampuan panjat tebing kategori speed dibandingkan dengan kelompok latihan push up. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan pull up dan latihan push up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa kedua bentuk
latihan ini memberikan peningkatan yang positif terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed, namun bila dibandingkan dengan melihat hasil yang diperoleh pada rata-rata tes akhir serta pengujian statistik ujit tidak berpasangan, maka latihan pull up lebih efektif dan efesien. Kedua bentuk latihan yang dijadikan bahan penelitian yaitu latihan pull up dan latihan push up memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membentuk motorik pada lengan untuk bergerak dalam melakukan kemampuan panjat tebing. Analisa dalam melakukan panjat tebing khususnya pada kategori speed adalah melakukan gerakan secara cepat atau maksimal untuk mendapat hasil waktu sesingkat mungkin. Oleh karena gerakan yang dilakukan merupakan membawa berat badan untuk bergerak secepat mungkin, dalam hal ini lengan dituntut untuk dapat lebih kuat dan cepat bergerak meraih poin-poin yang telah ditempatkan secara acak. Dengan demikian latihan pull up mengarahkan atlet untuk dapat melakukan gerakan menarik badan ke atas, gerakan pull up membentuk lengan dan tangan untuk dapat membantu lebih maksimal menarik badan, sebab kedua tangan menarik posisi badan lebih ke atas menggantung. Kemampuan jari-jari tangan untuk membentuk genggaman dan kontraksi kedua lengan membuat hasil proses gerak yang terjadi memberikan kontribusi terhadap kemampuan panjat tebing pada kategori speed. Dibandingkan pada latihan push up yang lebih condong untuk dapat membentuk kekuatan lengan, sebab latihan push up hanya berfokus dalam sistem pelaksanaan dorongan lengan (push) dan kedua tangan dalam posisi terbuka, sehingga saat bergerak untuk memanjat
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
30
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 kurang maksimal. Panjat tebing untuk kategori speed merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secepat mungkin untuk meraih poinpoin yang dipajang pada dinding. Analisa gerakan panjat tebing kategori speed, membutuhkan gerakan jarijari tangan dan lengan untuk lebih cepat sebagai penggerak untuk membantu meraih poin. Jari-jari tangan dan lengan dapat cepat bilamana jari-jari tangan dan lengan tersebut memiliki kekuatan, sebab kekuatan merupakan dasar dari komponen fisik yang ada. Oleh karena itu latihan pull up lebih memiliki persamaan dalam melakukan panjat tebing kategori speed yaitu gerakan jari-jari tangan yang melakukan genggaman pada bar untuk menahan beban dan lengan berkontraksi disaat bergerak. Hal tersebut menjadikan latihan pull up lebih baik dibandingkan dengan latihan push up. Namun demikian pada prinsipnya bahwa, kedua latihan tersebut yaitu latihan pull up dan latihan push up merupakan bentuk-bentuk latihan yang mampu memberikan suatu sumbangsi positif untuk dapat mengarahkan atlet untuk memacu diri baik dari segi peningkatan teknik-teknik maupun dalam mencapai keterampilan. PENUTUP Setelah masalah hipotesis yang diajukan serta ditunjang dari hasil yang telah dicapai dari pengolahan data statistik maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada pengaruh yang signifikan latihan pull up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed. 2. Ada pengaruh yang signifikan latihan push up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed.
3. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan pull up dan latihan push up terhadap kemampuan panjat tebing kategori speed. Dari kesimpulan yang dirangkum, maka dapat diberikan suatu saran sebagai berikut : 1. Bagi pelatih bahwa untuk melatih khusus, perlu lebih mengarah pada teknik dasar dan fisik dalam panjat tebing kategori speed, kedua bentuk latihan yaitu latihan pull up dan latihan push up dapat diprogramkan bagi atlet yang kurang memiliki unsur fisik kekuatan pada lengan. 2. Bagi pelatih memperhatikan atlet yang dibina atau dilatih agar kekuatan lengan dijadikan faktor penunjang dalam memilih atlet panjat tebing. 3. Olehnya itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya mencari bentuk latihan yang lain untuk lebih mampu meningkatkan kemampuan panjat tebing kategori speed DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek. Jakarta: Rineka Citra. Dwijonowinoto Kasiyo, 1993. DasarDasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang. FPTI, 1992., Trans Media Prestasi dan Petualangan. Buletin nomor: 01-017, FPTI, Jakarta Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Komaruddin, 1984, Kamus Riset. Penerbit Angkasa, Bandung. Kosasih, Engkos. 1991. Olahraga Teknik dan Program Latihan.
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
31
Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 Jakarta: Penerbit Akademik Persindo. Pataga, 2001., Glasian Nasional XII Panjat Tebing Di Jawa Timur., Diktat, Surabaya. Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang : FPOK IKIP. Setiawan, Iwan. Ilmu Pengetahuan Melatih. Bandung: Proyek Pembinaan Prestasi Olahraga FPOK IKIP. Soekarman. 1985. Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Bandung : Tarsito. Surahman, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar; Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana. 2005. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis dan Desertasi. Jakarta: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2000. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Supartono, 1991. Konsep Olahraga Sebagai Suatu Disiplin Ilmu., Makalah Olahraga Nasional, IKIP Jogyakarta, Yogyakarta Wanadri, 1986, Diktat Pendidikan Dasar Wanadri. Bandung: Badan Pendidikan dan Latihan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung.
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
32