Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010 PERBANDINGAN DAYA TAHAN OTOT LENGAN ANTARA ATLET DAYUNG CANO DAN DAYUNG KAYAK DI SULAWESI SELATAN
OLEH: H. ABRAHAM )*
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan dayung kayak di Sulawesi Selatan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh atlet dayung yang terdiri dari 10 atlet dayung cano dan 10 atlet dayung kayak yang menjadi sampel dan dipilih secara clastrum random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis uji t tidak berpasangan pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Berdasarkan hasil pengujian analisis perbedaan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan yang tercantum pada tabel di atas. Diperoleh nilai µcano = 12,3000 < µkayak = 16,3500. Sedangkan nilai tobservasi ( t0 ) = 4,680 > nilai ttabel ( tt ) = 1,73 dengan tingkat probabilitas ( P ) < 0,05. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Dan daya tahan otot lengan atlet dayung kayak lebih baik dibandingkan daya tahan otot lengan atlet dayung cano di Sulawesi Selatan.
Kata Kunci :
Daya Tahan Otot Lengan, Dayung Cano, Dayung Kayak
ABSTRACT This study aims to determine the difference between the arm muscle endurance athletes kayak paddles and oars cano in South Sulawesi. This study included type of quasi-experimental research. The population of this study are all rowing athletes comprising 10 athletes and 10 athletes cano paddle a kayak paddle and a sample is selected by random sampling clastrum. The data analysis technique used is the analysis technique unpaired t test at significance level 95% or 0.05. Based on the test results analysis of the differences between the arm muscle endurance rower cano and kayaking in South Sulawesi that are listed in the table above. Values obtained μcano = 12.3000 <μkayak = 16.3500. While the value of tobservasi (t0) = 4.680> TTable value (tt) = 1.73 with the level of probability (P) < 0.05. Thus there is a significant difference between the arm muscle endurance rower cano and kayaking in South Sulawesi. And )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
12
Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010 arm muscle endurance athletes kayak paddles better than arm muscle endurance rower cano in South Sulawesi.
Keywords :
Arm Muscle Endurance, Cano Paddle, Kayak Paddle
PENDAHULUAN Dalam kehidupan modern ini suatu kenyataan bahwa ada empat dasar tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga yaitu: (1) Mereka yang melakukan kegiatan olahraga hanya untuk rekreasi, jadi segalanya dikerjakan dengan santai dan tidak formal, baik tempat maupun peraturannya; (2) Mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan pendidikan seperti misalnya anak – anak sekolah yang diasuh oleh guru olahraga. Kegiatan yang dilakukan formal, tujuannya guna mencapai sasaran pendidikan nasional melalui kegiatan olahraga yang telah disusun melaui kurikulum tertentu; (3) Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani tertentu; dan (4) Mereka yang melakukan kegiatan olahraga tertentu untuk mencapai prestasi. (Sajoto,1988) Terkait dengan poin ke empat untuk mencapai prestasi tersebut maka perlu adanya pembinaan olah raga. Tujuan dari pembinaan olahraga itu sendiri untuk mengidentifikasikan calon atlet berpotensi, memilih jenis olahraga yang sesuai dengan potensi dan minatnya yang memperkirakan peluang untuk berhasil dalam program pembinaan sehingga dapat mencapai prestasi yang diharapkan, salah satunya cabang olahraga dayung. Pembinaan olahraga dayung di Sulawesi Selatan secara umum, khususnya di kota Makassar merupakan cabang olahraga yang diprioritaskan sebagai cabang olahraga
yang diandalkan untuk menyumbangkan medali di setiap event-event bergensi dan melahirkan generasi untuk masuk anggota pelatnas. Dayung merupakan suatu aktifitas yang memerlukan tenaga. Pendayung harus mampu mengarahkan dan menghasilkan tenaga. Hal tersebut perlu ditekankan karena olahraga mendayung merupakan perpaduan antara atlet dan peralatan. Tujuan dari mendayung adalah meluncurkan perahu sejauh mungkin dan secepat mungkin. Tenaga yang dimiliki dengan perantara pengayuh yang menahan tahanan dari kaki berhubungan erat dengan perahu untuk membuat perahu melaju sejauh mungkin. Pencapaian hasil mendayung pada atlet dayung adalah kemampuan dalam menggerakkan dayung untuk melaju secara maksimal untuk mencapai garis finish. Gerak yang terjadi saat bergerak adalah bagaimana seorang atlet dapat menggerakkan lengan secara maksimal tanpa merasakan kelelahan yang berarti untuk mengayuh perahu. Untuk itu seorang atlet dayung perlu ditunjang oleh daya tahan otot lengan. Daya tahan merupakan suatu kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik secara terus menerus dalam waktu yang lama dan dalam suasana aerobik. Seseorang yang mempunyai daya tahan yang baik, tidak akan merasa kelelahan yang berlebihan setelah melakukan latihan dan kondisinya pun cepat pulih kembali
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
13
Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010 seperti keadaan sebelum melakukan latihan (Depkes,1996). Daya tahan menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik. Secara umum daya tahan yang banyak dibahas adalah daya tahan otot. Daya tahan otot Daya tahan termasuk satu komponen fisik yang dibutuhkan dalam kegiatan olahrga. Harsono, (1988) meberikan defenisi tentang daya tahan sebagai berikut “Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu bekkerja untuk waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlenihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut.” Sedangkan Husain Argasasmita, (2001) mengemukakan bahwa “Daya tahan adlah kemampuan organ atlet untuk melawan kelelahan yang timbul saat menjalankan aktivitas oalhraga dalam waktu lama.” Kemampuan kondisi tubuh erat kaitannya dengan kemampuan organ tubuh, sehingga batas kemampuan organ tubuh melakukan aktivitas dalam waktu yang lama tanpa menimbukan kelalahan adalah daya tahan seseorang. Waktu dan aktivitas yang berbeda membutuhkan daya tahan yang berbeda. Pendapat Bompa, tentang klasifikasi daya tahan menurut kebutuhan yang di kemukakan oleh Moch. Sajato, (1988), meliputi: Daya tahan umum (general endurance) adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas yang turut melinatkan banyak kelompok, otot sistem syaraf pusat, jantung dan pernapasan. Daya tahan ini disebut juga daya tahan (cardiorespiratory). Daya tahan khusus (spesifik endurance) merupakan daya tahan
yang mengankut karakteristik setiap kegiatan, termasuk kegiatan karakteristik tiap cabng olahrga. Ciri dari daya tahan khusus misalnya waktu kerja yang lama, sedang dan singkat maupun daya tahan dari sesuatu otot sekelompok otot. Daya tahan otot diperbesar dengan pengiriman darh yang mencukupi kebutuhan. Kemapuan otot untuk menyerap zat asam dibanding langsung dengan kapiler dan bentukan onostomesum pertukaran zat jauh lebih intensif. Ini terjadi karena pemanfaatan zat asam yang baik. Daya tahan otot adalah kemampuan otot rangka atau sekelompok otot untuk meneruskan kontraksi pada periode atau jangka waktu yang lama dan mampu pulih dengan cepat setelah lelah. Kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui metabolisme aerob maupun anaerob. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat daya tahan otot, antara lain: (1) Aktivitas fisik; Kekuatan dan ketahanan otot yang sudah dicapai dapat dipertahankan dengan latihan 1 kali seminggu. Setahun tanpa latihan 45 persen kekuatan masih dapat dipertahankan. Sedangkan bed rest selama 12 minggu dapat menurunkan kekuatan otot sebesar 40 persen. Namun demikian, istirahat yang cukup setiap malam dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat daya tahan otot, (2) Kualitas otot; Tiap unit mikroskopis otot mempengaruhi kontraksi otot yang ditimbulkan. Dengan kontraksi optimal otot akan dapat beraktivitas lebih lama dibandingkan dengan ketika berkontraksi secara maksimal, dan (3) Kontraksi Otot; Kontraksi berturut-turut secara maksimum akan mengurangi cadangan sumber energi dalam otot. Lama-kelamaan hal tersebut menyebabkan kemampuan kontraksi otot menurun.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
14
Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010 Daya tahan otot dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan metabolisme otot, yaitu: (1) Power endurance Daya tahan otot ini digunakan pada jangka waktu singkat kurang dari 30 detik untuk menjaga daya ledak otot tetap tinggi. Energi yang digunakan di peroleh melalui sistem fosfagen, (2) Short term endurance; Untuk olahraga yang membutuhkan ketahanan kontraksi otot selama 30 detik sampai 2 menit, digunakan daya tahan otot jangka pendek. Jenis daya tahan otot ini meggunakan metabolisme sistem glikogen-asam laktat untuk memperoleh energi, dan (3) Long term endurance; Daya tahan otot jangka panjang bermanfaat bagi olahragaolahraga yang berlangsung kontinyu. Digunakan untuk mempertahankan kontraksi otot lebih dari 2 menit. Jenis daya tahan otot ini memperoleh energi dari metabolisme sistem aerobik. Otot yang cepat lelah dikatakan mempunyai ketahanan yang rendah. Kelelahan otot merupakan akibat dari ketidakmampuan kontraksi dan metabolisme serat-serat otot untuk terus memberi hasil kerja yang sama. Ketidakmampuan tersebut disebabkan oleh gangguan pada: 1. Sistem saraf; Saraf tidak dapat mengirimkan impuls ke otot sehingga otot tidak berkotraksi. 2. Neuromuscular junction; Kelelahan semacam ini biasa terjadi pada fast twitch fibers. Chemical transmitter yang berkurang mengakibatkan impuls tidak dapat diteruskan. 3. Mekanisme kontraksi; Kontraksi otot yang kuat dan lama dapat menyebabkan kelelahan otot. Kelelahan otot pada atlet berbanding lurus dengan penurunan kreatin fosfat, glikogen, dan ATP otot. Sedikitnya jumlah zat-zat tersebut men-
gakibatkan mekanisme kontraksi tidak dapat menghasilkan energi. 4. Sistem saraf pusat; Gangguan lokal sistem sensorik mempengaruhi pengiriman impuls ke susunan saraf pusat. Hal ini dapat menyebabkan hambatan ke sistem motorik sehingga kerja otot menurun. Dayung Cano Mendayung adalah suatu kayuhan dayung yang ditarik secepat, sekuat mungkin dari start sampai finish yang dilakukan secara kontinyu, mendayung cano merupakan salah satu jenis perahu dalam cabang dayung. Jenis perahu ini sangat membutuhkan keterampilan keahlian dalam menjalankan perahu. Mendayung bukanlah sebuah pemainan, cenderung seperti membaca, skating, dancing atau bentuk lain dari sebuah gerakan seni. Stephen (1999) lebih lanjut dikatakan tentang gerak dayung yaitu. Gerakan mendayung dilakukan secara berirana terus menerus dan ada rasio yang baik antara fase dan fase istirahat untuk mencapi perlu didukung oleh kualitas biometrik biomotorik psikologis dan aspek pendukung lainnya. Dalam olimpic canoing racing, teknik dayungan berkembang dari tahun ke tahun. Teknik yang mencolok dan terkenal yaitu dari negara Hungaria dan Jerman a. Teknik dayung gaya Hungaria Karakteristiknya adalah posisi belutut yang lebih tinggi, supaya teknik yang lebih baik dari si pendayung dan jangkauannyapun jauh. Daun dayung beputar kerap kurang dari 90 . Untuk meringankan putraran yang kecil dan teknik yang berbentuk J oleh karena itu dayung yang berada di udara denagn tangan yang lurus denagn melakukan putaran
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
15
Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010 badan. Pada bersamaan tangan atas perlahan dating. Pada saat dayung masuk kedalam air bagian tangan yang berda di atas datang kebawah sejajar dengan pandangan mata ke arah tengah dada sesuai posisi dayung vertikal. Tangan yang berada disebelah bawah dibengkokkan dan kepalan tangan sejajar dengan air, kaki bagian depan menenkan dan mendorong sehingga menambah kekuatan tarikan, teknik ini sesuai dengan segala bentuk postur dan kekuatan pendayung. b. Teknik dayung gaya Jerman Teknik gaya ini hamper sama dengan gaya hungaria, perbedaan teknik ini dari teknik hungaria ini terlihat dari posisi jongkok lebih tinggi dengan kekuatan penuh menarik dari tangan yang berada di bawah garis lurus. Gerakan tangan diatas kepala secara penuh dengan cara meluruskan tangan hingga melewati kepala. Pendayung yang menpunyai badan yang besar sangat menyokong penggunaan tehknik ini. Mengingat sukarnya teknik mendayung cano, maka menurut Ismail Karback, (1991) meguraikan dalam bebrapa posisi gerakan sesuai dengan tingkat kesulitannnya yaitu: “1) Reach, 2) Entry, 3) Vertical, 4) Recovery.” Sedangkan menurut phase gerakan dibagi menjadi empat macam phase gerakakn yaitu : “1) Power, 2) Helm 3) Exit posisi.” Dari penjelasan di atas maka posisi dan phase gerakan di gabung menjadi satu teknik urutan dayungan dari awal hingga akhir gerkan dayungan cano, yaitu : 1) ecovery, 2) Reach, 3) Entry, 4) Vertikal, 5) Power, 6) Helm, 7) Exit.
Dayung Kayak
Olahraga dayung merupakan suatu aktifitas yang memerlukan tenaga. Pendayung harus mampu mengarahkan dan menghasilkan tenaga. Hal tersebut perlu ditekankan karena olahraga mendayung merupakan perpaduan antara atlet dan peralatan. Tujuan dari mendayung adalah meluncurkan perahu sejauh mungkin dan secepat mungkin. Tenaga yang dimiliki dengan perantara pengayuh yang menahan tahanan dari kaki berhubungan erat dengan perahu untuk membuat perahu melaju sejauh mungkin. Bompa (1990) “mengemukakan cabang olahraga dayung yang tujuan akhir dan sasaran berlatih adalah pencapaian kecepatan dayung superior dituntut punya kemampuan daya tahan yang baik dan tahan terhadap kelelahan yang berlangsung lama”. Selanjutnya Bompa (1990) “mengemukakan karasteristik cabang dayung sebagai berikut : (1) tujuan latihannya adalah pencapaian kecepatan yang superior, (2) struktur keterampilan bersifat cyclis (3) intensitas latihannya dari limit kecepatan sampai rendah, alternative, (4) kemampuan biometric”. Sedangkan Cox (1992) “mengemukakan bahwa mobility dalam kayak yang baik memudah pendayung kayak untuk menjangkau lebih jauh, menekuk, memutar badan membalik lebih mudah. Mobilitas daerah pinggang, pinggul dari bahu sangat penting untuk mendayung”. Dalam olahraga dayung aspek yang demikian adalah aspek biometric dan biomotorik selalu merupakan aspek yang berperan dalam mencapai prestasi puncak. Hal tersebut tidaklah mengherankan karena 2 aspek tersebut saling berkaitan dalam pencapaian prestasi pendayung. Jangkauan yang jauh dalam setiap kayuhan erat kaitannya dengan aspek
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
16
Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010 biometric, sedangkan seberapa cepat dan kuat kita melakukan kayuhan tersebut erat kaitannya dengan aspek biometric. Adapun teknik mendayung kayak lebih terperinci akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Posisi awal mendayung sebagai berikut : - Posisi mendayung horisontal - Sejajar dengan bahu - Memutar pinggang semaksimal mungkin - Gerakan berikutnya yaitu reach ( jangkauan ) 2) Jangkauan ( reach ) - Pundak rileks, pinggang memutar maksimal - Lengan kedepan lurus - Berusaha mengjangkau kedepan - Sedangkan tangan yang lain ditekuk di samping badan sejajar dengan bahu. 3) Posisi menyentuh air ( entry ) - Permukaan daun menghadap ke air - Membentuk sudut 45 derajat - Dilanjutkan dengan memasukkan dayung secara eksplosiv - Salah satu tungkai menekan ke injakan kaki 4) Posisi menarik ( pull ) - Bersamaan menarik daun dayung lengan yang satu melakukan dorongan kedepan (push) - Pundak, pinggang memutar seluas mungkin 5) Posisi saat dayung keluar dari permukaan air ( exit ) - Pergelangan tangan sedikit memutar untuk siap gerakan berikutnya - Recovery.
METODE PENELITIAN Pada dasarnya metode merupakan cara atau alat yang dipergunakan untuk mencari pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam suatu penelitian sehingga arah dan tujuan pengungkapan kebenaran sesuai dengan apa yang ditemukan dalam penelitian sehingga betul-betul sesuai dengan tujuan yang di harapkan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini variabel yang akan diselidiki terdiri atas, variabel bebas yaitu daya tahan otot lengan. Sedangkan variabel terikat yaitu atlet dayung cano dan kayak. Populasi suatu penelitian harus memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama. Olehnya itu yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah atlet dayung di Sulawesi Selatan. Dengan demikian sampel yang digunakan adalah atle dayung cano dan kayak dengan perincian 10 orang atlet dayung cano dan 10 orang atlet dayung kayak. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan analisis deskriptif dengan cara mempersentasekan kemungkinan jawaban pada setiap pertanyaan, serta dilanjutkan dengan uji-t pada taraf signifikan 95%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Rekapitulasi Persentase daya tahan otot lengan atlet dayung cano Rekapitulasi persentase hasil daya tahan otot lengan pada atlet dayung cano. Persentasi tabulasi frekuensi daya tahan otot lengan atlet dayung cano di Sulawesi Selatan.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
17
Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010 Untuk lebih jelasanya tentang hasil tersebut dapat dirangkum dalam bentuk Tabel 1. Tabel 1 Daya tahan otot lengan atlet dayung cano No.
Interval
F
%
Klasifikasi
1
> 55
0
0,0
Baik Sekali
2
54 – 45
4
40,0
Baik
3
44 – 35
6
60,0
Sedang
4
34 – 20
0
0,0
Kurang
5
< 19
0
0,0
Kurang Sekali
Jumlah
10
100
-
Berdasarkan Tabel 1 di atas, nampak bahwa rekapitulasi daya tahan otot lengan atlet dayung cano di Sulawesi Selatan nampak bahwa yang memiliki kategori Baik 4 atlet atau (40,0%) dan yang memiliki kategori Sedang sebanyak 6 atlet atau (60,0%), serta tidak ada atlet yang memiliki daya tahan otot lengan atlet dayung cano di Sulawesi Selatan kategori baik sekali, kurang dan kurang sekali. Sedangkan hasil ratarata yang diperoleh 3,40. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa daya tahan otot lengan atlet dayung cano di Sulawesi Selatan dikategori sedang. 2. Rekapitulasi persentase hasil daya tahan otot lengan pada atlet dayung kayak Persentasi tabulasi frekuensi daya tahan otot lengan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Untuk lebih jelasanya tentang hasil tersebut dapat dirangkum dalam bentuk Tabel 2.
Tabel 2 Daya tahan otot lengan atlet dayung kayak No.
Interval
F
%
Klasifikasi
1
> 55
0
0,0
Baik Sekali
2
54 – 45
10
100,0
Baik
3
44 – 35
0
0,0
Sedang
4
34 – 20
0
0,0
Kurang
5
< 19
0
0,0
Kurang Sekali
Jumlah
10
100
-
Berdasarkan Tabel 2 di atas, nampak bahwa rekapitulasi daya tahan otot lengan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan secara keseluruhan memiliki kategori Baik atau 10 atlet (100,0%) dan tidak ada atlet yang memiliki daya tahan otot lengan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan kategori baik sekali, sedang, kurang dan kurang sekali. Sedangkan hasil rata-rata yang diperoleh 4,00. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa daya tahan otot lengan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan dikategori baik. 3. Hasil Pengujian Pengujian analisis yang digunakan untuk mengungkap masalah yang diteliti adalah uji t. uji t dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara variabel. Analisis uji t yang digunakan adalah analisis uji t tunggal (t - test) pada taraf signifikan 95% atau = 0,05. Ada perbedaan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Hipotesis statistik : Ho : µcano - µkayak = 0 H1 : µcano - µkayak ≠ 0 Hasil-hasil analisis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran,
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
18
Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010 sedangkan rangkuman hasil analisis tercantum pada tabel berikut: Tabel 3 Hasil analisis perbandingan Mean
t0
tt
P
α
Cano
41,80000
4,680
1,73
0,000
0,05
Kayak
48,60000
Variabel
Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis perbedaan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan yang tercantum pada tabel di atas. Diperoleh nilai µcano = 12,3000 < µkayak = 16,3500. Sedangkan nilai tobservasi ( t0 ) = 4,680 > nilai ttabel ( tt ) = 1,73 dengan tingkat probabilitas ( P ) < 0,05, karena nilai tobservasi lebih besar dan probabilitas lebih kecil maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Dan daya tahan otot lengan atlet dayung kayak lebih baik dibandingkan daya tahan otot lengan atlet dayung cano di Sulawesi Selatan. Daya tahan otot merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan tenaganya selama bergerak tanpa adanya rasa kelelahan yang berarti. Daya tahan otot dapat disampakan dengan daya tahan aerobik. Daya tahan aerobik yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi dengan bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat menjadi CO2 dan H2O dalam kondisi aerobik. Sehingga beban pekerjaan yang tidak terlalu
melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Di samping itu aliran darah yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun drastic di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah. Hal tersebut merupakan proses kontraksi otot yang telah disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklah memperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari: (1) beban otot statis (static muscle loads); (2) oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi pada popliteal (lipat lutut); dan (3) bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi. Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk menopang beban statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot harus diminimumkan. Gaya yang terjadi pada kontraksi otot sama dengan sebanding dengan penampang melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaksi bila bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain, dikenal dengan gerakan antagonis. Uraian tersebut, dapat dijelaskan dalam melakukan gerakan mendayung pada atlet kayak, maka gerakan pada dayung kayak memiliki
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
19
Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010 gerak yang lebih berat. Sebab gerak yang dilakukan secara silih berganti dari kiri ke kanan untuk mengayuh dayung untuk melawan hambatan air. Gaya yang diperoleh akan selalu berubah-ubah dengan adanya gerakan kayuhan dayung dari kiri ke kanan. Sedangkan gerakan mendayung pada atlet cano hanya lebih berfokus pada satu titik gaya, dimana gerakan kayuhan hanya pada satu sisi perahu. Sehingga gaya berat badan akan berada pada satu titik saat melakukan kayuhan. Oleh karena itu atlet dayung kayak akan membutuhkan kemampuan daya tahan otot lengan lebih baik dibandingkan dengan atlet dayung cano.
PENUTUP Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasannya, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai hasil dari penelitian ini, sebagai berikut : Ada perbedaan yang signifikan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Dan atlet dayung kayak lebih baik dibandingkan dengan atlet dayung cano. Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan dan kesimpulan di atas maka dapat dikemukakan saran sebagai rekomendasi dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Salah satu upaya dalam membantu peningkatan daya tahan otot lengan adalah dengan memberikan beban yang ringan namun set dan repetisi yang banyak. 2. Bagi pelatih agar supaya atlet dayung yang dibina diberikan program latihan yang disesuaikan dengan tingkat usia. 3. Untuk PengProv, agar dalam pembinaan lebih berfokus untuk
dapat memberikan fasilitas yang lebih memadai guna pencapaian hasil yang maksimal. 4. Untuk mahasiswa, agar dapat menjadi referensi dan dikembangkan khususnya pada cabang olahraga dayung.
DAFTAR PUSTAKA Ali. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1992. DasarDasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olah raga Bagi Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Depdiknas Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Dwijonowinoto, Kasiyo. 1993. DasarDasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP : Semarang Harsono, 1988. Coaching dan AspekAspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Harsuki. 2002. Perkembangan Olah raga terkini, kajian Para pakar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Iskandar, Atot. 1986. Dayung. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. P dan K ____________. 1992. Dayung. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. P dan K KONI SUL SEL. 2004. Pedoman Pembinaan Olahraga di Sulawesi Selatan dalam Meningkatkan Prestasi Nasional dan Internasional. Makassar: Seminar Olahraga, KONI Sul Sel Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud, Dikti PPLPTK
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
20