Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 HUBUNGAN KECEPATAN REAKSI TANGAN DAN KOORDINASI MATATANGAN DENGAN KECEPATAN PUKULAN PENCAKSILAT PADA ATLET PPLP SAMARINDA
OLEH: MUHAMMAD RAMLI BUHARI )*
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan reaksi tangan dan koordinasi mata tangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh atlet PPLP Samarinda dengan jumlah sampel penelitian 20 orang atlet yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: Ada hubungan yang signifikan kecepatan reaksi tangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai ro = -0,726 (P < 0,05); Ada hubungan yang signifikan koordinasi mata tangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai ro = 0,876 (P < 0,05); Ada hubungan antara kecepatan reaksi tangan dan koordinasi mata tangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai R o = 0,877 (P < 0,05). Dengan demikian perpaduan antara kedua unsur fisik tersebut yaitu kecepatan reaksi tangan dan koordinasi mata tangan memberikan hasil yang lebih maksimal dalam mencapai kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat.
Kata Kunci :
Kecepatan Reaksi Tangan, Kecepatan Pukulan Pencaksilat
Koordinasi
Mata
Tangan,
This study aimed to determine the relationship between the speed of reaction and hand-eye coordination hand punch velocity on pencaksilat sport. This research includes descriptive research. The population of this study are all athletes PPLP Samarinda with sample number 30 athletes were selected at random sampling. The data analysis technique used is the correlation and regression analysis techniques using SPSS system version 15:00 on 95% significance level or 0.05. Departing from the results of the data analysis, the study concluded that: There is a significant relationship with the speed of reaction speed hand punch on sport pencaksilat, proved the value of ro = 0.726 (P < 0.05); There is a significant relationship with the hand eye coordination punch velocity on pencaksilat sport, proved the value of ro = 0.876 )* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
51
Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 (P < 0.05); There is a relationship between the speed of reaction and handeye coordination hand punch velocity on pencaksilat sport, proved the value of Ro = 0.877 (P < 0, 05). Thus the combination of these two elements is the physical reaction speed and hand-eye coordination hand deliver maximum results in achieving speed pencaksilat blow to the sport.
Keywords :
Reaction Speed Hand, Hand Eye Coordination, Speed Punch Pencaksilat
PENDAHULUAN Cabang olahraga pencaksilat adalah salah satu cabang olahraga populer di Sulawesi Selatan bahkan telah mengangkat nama daerah Sulawesi Selatan di tingkat Nasional. Untuk itu prestasi tersebut perlu dipertahankan agar prestasinya tidak pudar atau menurun pada tingkat Nasional. Olehnya itu perlu adanya berbagai cara atau bentuk latihan agar perkembangan cabang olahraga pencaksilat makin meluas dan menghasilkan bibit pesilat baru guna mempertahankan prestasi tersebut. Dari hasil pengamatan penulis dalam mengikuti pertandingan menunjukkan bahwa tidak semua atlet dapat melakukan pukulan dengan baik dan kuat. Masih banyak melakukan pukulan kadang kala tidak terarah dan lemah pada sasaran. Hal ini disebabkan karena para pelatih olahraga lebih mengarahkan pada teknik yang tidak diperlukan dan juga masih adanya pelatih memberikan latihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan bela diri khususnya pencak silat yang mana pada pukulan itu sangat diperlukan kemampuan fisik untuk memukul serta tepat pada sasaran. Untuk itu dari permasalahan tersebut maka perlu menganalisa kondisi fisik yang esnsial dalam menopang peningkatan kecepatan
pukulan. Jika dilatih dengan teknik dan prinsif-prinsif latihan yang benar. Olehnya itu perlu untuk meningkatkan kecepatan pukulan maka dapat dilakukan dengan menganalisis kemampuan kondisi fisik sebagai bagian yang diutamakan didalam mencapai hasil pukulan pada pencaksilat. Dalam olahraga pencaksilat perlu diketahui unsur-unsur gerakan dasar atau teknik sikap serta gerak pencaksilat yang secara teoritis dapat dibagi menjadi dua kategori sebagi kesatuan yaitu : a. Teknik sikap dan gerak bukan sabung (non-fight) yang meliputi pra, antar serta pasca-sabung, dan mempunyai tiga bentuk pelaksanaan, yaitu : - Bentuk diam di tempat/ menangkal (stasioner) sesaat, yang disebut sikap pasang. - Bentuk bergerak/berpindahpindah tempat yang disebut gerak langkah. - Bentuk kedua-duanya secara silih berganti. b. Teknik sikap dan gerak sabung (fight), yang meliputi : - Teknik sikap dan gerak menyerang, yang sebagai kesatuan yang disebut serangan. - Teknik sikap dan gerak membela, yang sebagai kekuatan yang disebut belaan.
)* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
52
Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 Namun sekaitan dengan masalah penelitian ini, maka unsur gerakan dasar yang perlu diketahui dalam penelitian adalah unsur gerakan serangan. Unsur gerakan serangan yaitu usaha untuk mengenai bidang sasaran pada tubuh lawan dengan menggunakan tangan. Pukulan atau serangan merupakan upaya teknis dan taktis untuk melumpuhkan atau mendahului serangan lawan. Bentuk kondisi fisik yang terarah dalam menopang untuk pembentukan pukulan yang cepat dan kuat, dalam hal ini dari sekian banyak kondisi fisik tersebut, yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah kecepatan reaksi tangan dan koordinasi mata-tangan Kecepatan yang juga sebagai salah satu kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh setiap orang, namun intensitasnya berbeda sehingga dipengaruhi oleh latihan yang dilakukan juga perbedaan seseorang dengan orang lain dipengaruhi oleh jenis otot yang dimiliki, banyaknya jaringan otot yang terlibat dan ukuran dari otot. Reaksi atau reaction, adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan-rangsangan yang datang lewat indera, syaraf atau feeling lainnya. Perlu pula dibedakan mengenai reaksi dan refleks. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa kecepatan reaksi tangan adalah kemampuan yang menyokong tugas tangan untuk melakukan suatu stimulus sehingga membutuhkan reaksi yang cepat. Dengan kata lain kemampuan bereaksi dengan cepat terhadap stimulus yang datang. Koordinasi mata tangan adalah gerak yang terjadi dari informasi yang diintegrasikan kedalam gerak anggota badan, dan dengan ketangkasan yang
dilakukan untuk memadukan antara kemampuan mata dan tangan dalam melakukan gerakan. Semua gerakan dalam melakukan kecepatan pukulan harus dapat dikontrol dengan penglihatan, dan harus tepat sesuai dengan urutan gerakan yang direncakan dalam pola pikiran. Sehingga gerakan kecepatan pukulan pada pencaksilat yang dilakukan akan menjadi optimal dalam penyelesaiannya. Kecepatan pukulan pada pencaksilat apapun yang dilakukan oleh atlet, akan menjadi lebih baik bila koordinasi mata tangan dapat dimiliki. Kecepatan Pukulan Pencaksilat Kecepatan (speed) dalam dunia olahraga dan ilmu faal olahraga diberikan pengertian sekaitan dengan aktivitas gerakan reaksi tubuh seseorang. Harsono (1988) mengemukakan mengenai kecepatak gerak dalam olahraga: “Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.” Nossek (1982) yang dikutip oleh Kahar (1989) memberikan pengertian kecepatan sebagai berikut: “Kecepatan adalah suatu kualitas kondisi yang baik dari seorang atlet untuk bereaksi dengan cepat jika mendapat rangsangan dan untuk tampil dengan gerakan yang cepat. Pengertian kecepatan sebagaimanan yang dikemukakan di atas, mengandung makna bahwa kecepatan gerak merupakan pemanfaatan waktu yang sesingkat-singkatnya oleh anggota tubuh untuk memberikan reaksi ataupun aksi terhadap suatu aktivitas. Berbagai definisi tentang kecepatan di atas, memberikan suatu interpretasi tentang kecepatan bukan
)* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
53
Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 hanya diartikan sebagai menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula dibatasi pada menggerakkan bagian tubuh dengan cepat dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Pencaksilat merupakan seni beladiri asli Indonesia. Sebab seni beladiri ini lahir dan berkembang sejak awal di Indonesia, yang telah berumur berabad dan diwariskan secara turuntemurun dari generasi-ke generasi. Poerbatjaroko dan Moch. Djoemali (1994) memberikan pengertian mengenai pencaksilat sebagai berikut: Pencak adalah gerakan serang beladiri yang berupa tari dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu yang biasanya untuk pertunjukan umum. Silat adalah intisari dari pencak, untuk perkelahian membela diri yang tidak dapat dipertunjukkan di depan umum. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pencaksilat merupakan perpaduan dari pencak, yang merupakan gerakan beladiri yang direfleksikan dalam irama gerak tari dengan tujuan untuk pertunjukkan di depan. Sedangkan silat merupakan intisari dari pencak yang bertujuan untuk membela diri dan tidak dapat dipertontonkan di depan umum. Pukulan lurus ke depan atau dalam pencaksilat dikenal dengan nama Katak Melempar Tubuh. Pukulan tersebut merupakan pukulan lurus ke sasaran yang dilakukan dengan cepat. Pukulan lurus ke depan menghendaki kecepatan, kekuatan dan ketepatan. Untuk maksud tersebut, maka hendaklah sisi kiri dari badan sebagai bidang, diibaratkan sebagai ensel pintu dansisi kanan sebagai bidang, diibaratkan daun pintu (bagi pesilat kanan). Dengan demikian pelaksanaan gerakan pukulan lurus ke depan diibaratkan
dengan menutup pintu, dimana daun pintu digerakkan menuju sasarannya. Untuk itu sisi kanan badan bergerak dengan cepat ke depan, membawa berat badan serta kekuatan yang ada mulai dari kaki, pinggang seterusnya memutar bahu kanan mengantar lengan ke sasaran. Proses gerakan dari pukulan lurus dapat dianalisis sebagai berikut : a. Dari sikap gerak tangan yang melakukan pukulan yang dilontarkan ke depan dengan kuat dan secepat mungkin. b. Berat badan dibawa ke kaki depan dengan lutut agak ditekuk, sedangkan kaki belakang membantu mendorong badan dan mengikuti berat badan condong ke depan. c. Tumit kaki kanan agak terangkat sedikit bergerak ke depan mengikuti gerak pukulan. d. Pinggang dan bahu berputar sedemikian rupa untuk memberikan bantuan dorongan kepada tangan yang memukul. e. Dari posisi dasar sampai kepalan tinju melakukan pukulan posisi bahu diputar sesuai dengan jarak tersebut serta bahu kiri bergerak ke belakang sebagai kelanjutan gerak bahu kanan. f. Setelah kepalan tangan yang melakukan pukulan terbentur pada sasaran yang diinginkan, segera ditarikl kembali ke posisi semula. Khusus jenis pukulan lurus ke depan, ini merupakan pukulan yang paling efektif dipergunakan dalam pertandingan pencaksilat, sehingga jenis pukulkan ini dipilih sebagai obyek penelitian. Sebagi jenis pukulan yang paling efektif, maka selayaknya jenis pukulan tersebut mendapat perhatian yang sangat serius untuk dikembangkan.
)* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
54
Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 Hasil analisis gerakan pukulan, maka dapat dikatakan bahwa untuk melakukan pukulan sesuai dengan teknik pukulan, harus dilakukan dengan kemampuan fisik. Kegiatan olahraga pada dasarnya adalah kegiatan yang melibatkan unsur fisik dan mental dari manusia sebagai unsur pelaksananya yang dapat memberikan manfaat bagi manusia itu sendiri maupun untuk mencapai tujuan tertentu. Prestasi yang dicapai seseorang merupakan salah satu tujuan dari kegiatan olahraga. Untuk mencapai suatu prestasi olahraga, maka seseorang harus meningkatkan kemampuannya secara maksimal dari semua unsur sesuai dengan kebutuh an cabang olahraga yang diikutinya. Kecepatan Reaksi Tangan Dalam berbagai cabang olah raga kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan sejenisnya secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Moch. Sajoto (1988) menyatakan bahwa: “Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakangerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Harsono (1988) mengemukakan bahwa: Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenisnya secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan fisik untuk bergerak dalam waktu yang sesingkat mungkin, kecepatan bukan berarti menggerakkan seluruh anggota tubuh dengan cepat akan tetapi dapat pula
terbatas pada anggota tubuh yang lain. Kecepatan memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang prestasi seorang atlet. Dalam kegiatan olahraga ada tiga jenis kecepatan. menurut Nossek yang diterjemahkan oleh Harsono (1988) bahwa : (1) sprinting of speed yaitu kemampuan bergerak maju ke depan dalam waktu yang singkat. Berhasilnya sprinting of speed tergantung dari kemampuan untuk melakukan frekuensi pergantian kaki sebanyak mungkin dan setiap pergantian kaki (langkah) akan menghasilkan jarak yang sejauh mungkin. (2) Reaction of speed yaitu kemampuan reaksi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya setelah menerima rangsangan. (3) Speed of movement adalah kemampuan kecepatan kontraksi otot terhadap suatu gerakan yang tidak terputus. Faktor yang mempengaruhi kecepatan dikemukakan oleh Harsono (1988) yaitu: “(1) Kekuatan, (2) Waktu reaksi, dan (3) Kelentukan. Harsono (1988) mengemukakan, bahwa ada 6 faktor yang mempengaruhi kecepatan yaitu: (1) Keturunan, (2) Waktu reaksi, (3) Kemampuan untuk tahanan eksternal, (4) Teknik, (5) Kontraksi dan semangat, dan (6) Elastisitas otot. Waktu reaksi seringkali dirancukan dengan istilah lain seperti refleks dan kecepatan gerak (movement speed). Menurut Harsono (1988) bahwa “waktu reaksi adalah waktu antara pemberian rangsangan (stimulus) dengan gerakan pertama”. Reaksi atau reaction, adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan-rangsangan yang datang lewat indera, syaraf atau feeling
)* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
55
Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 lainnya. Perlu pula dibedakan mengenai reaksi dan refleks. Refleks adalah jawaban terhadap rangsangan yang tidak disadari sedangkan reaksi adalah jawaban terhadap rangsangan yang disadari. Baik refleks maupun rekasi keduanya memiliki rangsangan dan jawaban. Dilihat dari batasan refleks jelas bahwa jawaban atas rangsangan yang tidak melewati pusat kesadaran sedangkan reaksi pasti akan melewati pusat kesadaran lebih dahulu. Ada beberapa kriteria untuk membedakan refleks dan reaksi, sebagai berikut : a) Perjalanan waktu setelah ada rangsangan; waktu refleks adalah cepat sedangkan waktu reaksi lebih lambat. b) Macam gerakan; gerakan refleks monotor, sedangkan reaksi kompleks sesuai dengan kemampuan. c) Kesadaran; reefleks pada umumnya sadar setelah jawaban sedangkan reaksi akan sadar sebelum jawaban. d) Fungsi; refleks berfungsi perlindungan, sedangkan reaksi berfungsi tak hanya sekedar perlindungan. e) Ajar/latih; refleks tak perlu diajarkan, sedangkan reaksi perlu diajarkan. Dengan kelima kriteria tersebut di atas, maka akan lebih mudah untuk mengetahui yang mana dikatan sebagai refleks atau reaksi. Waktu reaksi adalah lama waktu yang dipakai untuk menjawab rangsangan setelah ia menerima rangsangan. Ada beberapa hal yang perlu diketahui yang berhubungan dengan reaksi, sebagai berikut : a) Aksi ialah jawaban terhadap rangsang dimana rangsang berupa kehendak/kemauan sendiri tanpa adanya rangsang dari luar.
b)
Antisipasi,adalah reaksi dimana reangsangannya diperkirakan. c) Automatisasi, adalah reaksi yang terlatih, memiliki waktu reaksi yang cepat dan akurat. d) Feeling, adalah aksi yang terlatih dimana fungsi kinestesi memberikan sumbangan besar. Waktu reaksi adalah interval waktu antara penampilan stimulus dan inisiasi atau usaha dari respon. Dimana waktu reaksi dimulai secara sederhana dan mudah untuk diukur wujudnya dan memperlihatkan pengaruh dari beberapa variasi secara nyata, individu tidak dapat dijelaskan dengan satu waktu reaksi tanpa mengkhususkan kondisi dimana ia melakukan tes. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa kecepatan reaksi adalah kemampuan yang menyokong tugas dimana terdapat suatu stimulus sehingga membutuhkan reaksi yang cepat. Dengan kata lain kemampuan bereaksi dengan cepat terhadap stimulus yang datang. Sesuai dengan uraian di atas, nyatalah bahwa pada cabang olah raga pencaksilat setiap atlet disamping kecepatan juga dituntut untuk memiliki reaksi yang cepat. Oleh karena itu teknik pukulan harus melakukan gerakan cepat pada saat persentuhan sasaran dengan tangan. Seorang atlet yang memiliki kemampuan melakukan gerakan dengan cepat akan mudah melakukan gerakan meskipun dalam keadaan ruang gerak yang sempit. Koordinasi Mata Tangan Untuk mencapai gerakan yang lebih efesien dalam cabang olahraga pencaksilat khusus pada teknik pukulan, atlet harus dilatih untuk melakukan gerakan memukul yang tepat. Gerakan merupakan rangkaian
)* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
56
Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 tugas yang dilakukan dengan serasi, berirama dan luwes. Disamping itu gerakan harus dapat dilihat agar mudah ditiru, dirasakan dan dinikmati. Dengan kesalahan-kesalahan dalam mengontrol gerakan secara bervariasi dan dapat diperbaiki dengan penguasaan gerakan yang lebih baik. Menurut Moch. Sajoto (1988) bahwa : “Koordinasi adalah kemampuan otot menyatukan berbagai sistem syaraf penggerak, yang berpusat dalam satu pola gerak yang efesien”. Makin kompleks gerak yang dilakukan makin besar tingkat koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan kecakapan gerak olahraga. Koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Bompa (1983) yang dikutip oleh Harsono (1988) bahwa: “Koordinasi erat kontribusinya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, dan sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik”. Untuk mengetahui baik tidaknya koordinasi seseorang dalam kecepatan pukulan lurus pada cabang olahraga pencaksilat, tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan gerakan memukul pada sasaran atau penyerangan keras dan cepat, menangkis secara mulus dan efesien. Gerakan yang terjadi benar-benar gerakan yang terkoordinasi yang baik, bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan pukuan, akan tetapi bagaimana melaksanakan penyelesaian pukulan lurus dengan cepat dan tepat. Selain itu seseorang yang koordinasinya baik akan dapat mengubah dan berpisah secara tepat dari pola gerak yang satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi lebih efesien. Menurut Broer dan Zernicke (1979) (dalam Harsono, 1988) bahwa:
“Koordinasi adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan, dengan urutan yang benar dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa pengeluaran energi yang berlebihan”. Atlet pencaksilat yang koordinasinya kurang baik biasanya dalam melakukan kecepatan pukulan, gerakan-gerakannya menjadi kaku dengan ketegangan dan dengan energi yang berlebihan sehingga gerakan menjadi tidak efesien. Telah dikemukakan bahwa kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, kinesthetic sense, balance dan irama gerakannya semua terpadu di dalam koordinasi gerak. Oleh karena satu sama lain mempunyai kontribusi yang erat, maka hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan koordinasi. Koordinasi mata tangan adalah gerak yang terjadi dari informasi yang diintegrasikan kedalam gerak anggota badan, dan dengan ketangkasan yang dilakukan untuk memadukan antara kemampuan mata dan tangan dalam melakukan gerakan. Semua gerakan dalam melakukan kecepatan pukulan harus dapat dikontrol dengan penglihatan, dan harus tepat sesuai dengan urutan gerakan yang direncakan dalam pola pikiran. Sehingga gerakan kecepatan pukulan pada pencaksilat yang dilakukan akan menjadi optimal dalam penyelesaiannya. Kecepatan pukulan pada pencaksilat apapun yang dilakukan oleh atlet, akan menjadi lebih baik bila koordinasi mata tangan dapat dimiliki.
METODE PENELITIAN Metodologi merupakan metode yang dipergunakan untuk mencari pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dan memberikan
)* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
57
Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam suatu penelitian, sehingga arah dan tujuan pengungkapan fakta sesuai dengan apa yang ditemukan dalam penelitian dan betul-betul sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Metode yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sugiyono (2000) mengemukakan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kuantitas serta karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Olehnya itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Atlet Pencaksilat PPLP Samarinda. Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam satu penelitian. Pengertian tentang sampel didasari oleh pandangan Suharsimi Arikunto (1996) bahwa : “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Alasan dari penggunaan sampel adalah keterbatasan waktu, tenaga dan banyaknya populasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 orang. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun infrensial untuk keperluan pengujian dengan taraf signifikan 95% atau = 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Ada hubungan kecepatan reaksi tangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data kecepatan reaksi tangan dengan kecepatan pukulan
pada cabang olahraga pencaksilat. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0,726 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Dari uji koefesien nilai t diperoleh 3,540 dengan tingkat signifikansi 0,001. Oleh karena probabilitas (0,001) jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau kecepatan reaksi tangan benarbenar berpengaruh secara signifikan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulankan bahwa ada hubungan yang signifikan kecepatan reaksi tangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Ini membuktikan bahwa seorang atlet pencaksilat di dalam menampilkan kecepatan pukulan pada pencaksilat harus memiliki kecepatan reaksi tangan. Kecepatan yang juga sebagai salah satu kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh setiap orang, namun intensitasnya berbeda sehingga dipengaruhi oleh latihan yang dilakukan juga perbedaan seseorang dengan orang lain dipengaruhi oleh jenis otot yang dimiliki, banyaknya jaringan otot yang terlibat dan ukuran dari otot. Reaksi adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsanganrangsangan yang datang lewat indera, syaraf atau feeling lainnya. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa kecepatan reaksi tangan adalah kemampuan yang menyokong tugas tangan untuk melakukan suatu stimulus sehingga membutuhkan reaksi yang cepat. Dalam melakukan kecepatan pukulan, tangan akan bereaksi dengan melihat situasi yang
)* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
58
Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 ada, kecepatan reaksi tangan dalam melakukan tindakan mempengaruhi segala pergerakan pukulan dalam cabang olahraga pencaksilat. 2. Ada hubungan koordinasi matatangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data koordinasi matatangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0,876 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Dari uji koefesien nilai t diperoleh 7,719 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau koordinasi mata-tangan benarbenar berpengaruh secara signifikan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan koordinasi mata-tangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Ini membuktikan bahwa kecepatan pukulan membutuhkan koordinasi mata-tangan. Koordinasi mata tangan adalah gerak yang terjadi dari informasi yang diintegrasikan kedalam gerak anggota badan, dan dengan ketangkasan yang dilakukan untuk memadukan antara kemampuan mata dan tangan dalam melakukan gerakan. Semua gerakan dalam melakukan kecepatan pukulan harus dapat dikontrol dengan penglihatan, dan harus tepat sesuai dengan urutan gerakan yang direncakan dalam pola pikiran. Sehingga gerakan kecepatan pukulan pada pencak
silat yang dilakukan akan menjadi optimal dalam penyelesaiannya. Kecepatan pukulan pada pencak silat apapun yang dilakukan oleh siswa atau atlet, akan menjadi lebih baik bila koordinasi mata tangan dapat dimiliki. 3. Ada hubungan antara kecepatan reaksi tangan dan koordinasi matatangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara kecepatan reaksi tangan dan koordinasi matatangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) = 0,877 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) = 0,768. Hal ini berarti 76,8% kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat dijelaskan oleh kecepatan reaksi tangan dan koordinasi mata-tangan. Sedangkan sisanya (100% - 76,8% = 23,2%) dijelaskan oleh sebabsebab yang lain. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 94,591 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 2,240 dengan tingkat signifikansi 0,029. Oleh karena probabilitas (0,029) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kecepatan reaksi tangan dan koordinasi mata-tangan benarbenar berpengaruh secara signifikan dengan kecepatan pukulan
)* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
59
Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi tangan dan koordinasi matatangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat. Ini membuktikan bahwa kecepatan pukulan harus ditunjang dengan kecepatan reaksi tangan dan koordinasi mata-tangan. Penggabungan dengan kedua unsur gerakan akan lebih efesien sebab penampilan keterampilan pukulan dapat dicapai bila kecepatan reaksi tangan dan koordinasi mata tangan dapat dipadukan. Kecepatan yang juga sebagai salah satu kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh setiap orang, namun intensitasnya berbeda sehingga dipengaruhi oleh latihan yang dilakukan juga perbedaan seseorang dengan orang lain dipengaruhi oleh jenis otot yang dimiliki, banyaknya jaringan otot yang terlibat dan ukuran dari otot. Reaksi atau reaction, adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan-rangsangan yang datang lewat indera, syaraf atau feeling lainnya. Perlu pula dibedakan mengenai reaksi dan refleks. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa kecepatan reaksi tangan adalah kemampuan yang menyokong tugas tangan untuk melakukan suatu stimulus sehingga membutuhkan reaksi yang cepat. Dengan kata lain kemampuan bereaksi dengan cepat terhadap stimulus yang datang. Sedangkan koordinasi mata tangan adalah gerak yang terjadi dari informasi yang diintegrasikan kedalam gerak anggota badan, dan dengan ketangkasan yang dilakukan untuk
memadukan antara kemampuan mata dan tangan dalam melakukan gerakan. Semua gerakan dalam melakukan kecepatan pukulan harus dapat dikontrol dengan penglihatan, dan harus tepat sesuai dengan urutan gerakan yang direncakan dalam pola pikiran. Sehingga gerakan kecepatan pukulan pada pencaksilat yang dilakukan akan menjadi optimal dalam penyelesaiannya. Kecepatan pukulan pada pencaksilat apapun yang dilakukan oleh atlet, akan menjadi lebih baik bila koordinasi mata tangan dapat dimiliki.
PENUTUP Sesuai dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan berdasar pada masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan kecepatan reaksi tangan dan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai r0 = -0,726 (P < 0.05). 2. Ada hubungan yang signifikan koordinasi mata-tangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai r0 = 0,876 (P < 0.05). 3. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatantungkai dan koordinasi mata-tangan dengan kecepatan pukulan pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai R0 = 0,877 (P < 0.05). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
)* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
60
Competitor, Nomor 2 Tahun 2, Juni 2010 Barry L. Johnson And Nelson K. 1986. Practical Measurement For Evaluation In physical Education. Mc Millian Publishing. Bompa. 1983. Theory And Methodology Of Training The Key To Athletic Performance. Iowa Kendall/Hunt Publishing Company. Clarke. 1979. Aplication Of Measurement To Health And Physical Education. New York : Prentice Hall. Depdikbud. 1983. Fisiologi Olahraga Modul Akta VB. Jakarta : Dirjen Dikti. Depdiknas. 2004. Instrumen Pemanduan Bakat Pencaksilat. Jakarta: Direktorat Olah raga Pelajar Dan Mahasiswa, Direktorat Jenderal Olahraga Dwijonowinoto Kasiyo, 1993. DasarDasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP: Semarang. Fox. 1984. The Physiological Basic Of Physical Education And Athletic. Toronto: Sounders College Publishing. Harsono. 1988. Coaching dan aspekaspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: Penerbit Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi. Ikatan Pencaksilat Indonesia (PB. IPSI). 1994. Istilah-istilah Teknik Pencaksilat. Jakarta : Munas IX. Iskandar, Otto M. 1992. Pencaksilat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nossek. 1982. General Theory Of Training. Penerbit PAN African Press Ltd Longus.
Patte, R.R, Bruce Mc Clegan, Robert Rotella, R. 1984. Scientic Foundation of Coaching. Philadelphi: Sounders Publishing. Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olah raga. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. Siregar M. F. 1975. Ilmu Pengetahuan Melatih. Jakarta : Proses Pembinaan Organisasi Dan Aktivitas Olahraga Massal. Soekarman. 1987. Dasar-dasar Olah raga Untuk Pembina, Pelatih Dan Atlet. Jakarta : Penerbit Inti Indayu Press.
)* Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda
61