CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY
Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2013
“POLITENESS STRATEGIES IN YES MAN (2008) BY PAYTON REED”
Shierlyn Oktavia 1301016822
A.
Pengantar Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi yang memiliki nilai sosial
yang tinggi. Setiap manusia memiliki caranya sendiri dalam menerapkan bahasa untuk mencapai tujuan dalam perbincangan mereka kepada lawan bicaranya. Ada dua macam cara dalam berkomunikasi yakni, lisan dan tertulis dan terdapat dua macam cara pula dalam menerapkan bahasa yaitu formal dan informal. Sebelum melakukan sebuah interaksi, biasanya para pembicara terlebih dahulu melihat dan mengetahui dengan baik siapa lawan bicaranya, jika lawan bicaranya adalah orang yang lebih tua atau memiliki status sosial yang lebih tinggi, maka mereka akan menerapkan dan menyusun bahasa mereka secara formal seperti halnya karyawan dan atasan. Sebaliknya, jika lawan biacara mereka adalah orang-orang yang memiliki
55
status yang sederajat atau hubungan yang dekat, maka interaksi mereka akan terasa lebih informal seperti halnya sesama teman dekat. Kesopanan atau politeness adalah hal yang patut dimiliki oleh setiap orang dalam melakukan sebuah interaksi atau komunikasi. Dengan demikian hubungan antar penutur atau pembicara dengan komunikan akan terjalin dengan baik. Politeness juga merupakan suatu landasan atau teori bahasa yang bermanfaat untuk menghindari ketidaknyamanan atau rasa tidak dihormati antar penutur dan komunikan dalam suatu percakapan atau perbincangan yang berlangsung. Perbincangan akan terasa buruk dan tidak sopan bila antar kedua pihak dalam suatu perbincangan tersebut, tidak memiliki pemahaman kesopanan baik pada bahasa maupun lawan bicaranya. Hal ini membuat saya tertarik untuk meneliti penelitian tentang kesopanan dalam percakapan yang berlangsung, mengingat banyak orang yang melupakan dan mengabaikan teori ini ketika melakukan sebuah percakapan. Teori politeness ini mememiliki strategi-strategi kesopanan yang berbeda dan ini memicu saya untuk menganalisa permasalahan ini lebih lanjut lagi. Subjek penelitian saya adalah naskah percakapan pada film Yes Man. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa strategistrategi politeness yang dipakai dalam kalimat-kalimat yang mengandung penolakan dan penerimaan pada sebuah permintaan atau saran yang di ucapkan oleh Carl, yang merupakan pemeran utama dalam film tersbut, dan kalimat-kalimat yang mengandung sebuah ajakan atau bujukan yang diucapkan oleh karakter-karakter tertentu dalam film tersebut yaitu Peter, Nick, Norman, Terremce, Tillie and Allison. Analisis ini juga bermaksud untuk mengetahui strategi yang paling sering digunakan dan alasannya.
56
Analisa ini mencakup strategi-strategi politeness yang digunakan dalam percakapan-percakapan di film Yes Man, sedangkan batasan untuk penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung penolakan, penerimaan pada sebuah permintaan ataupun saran dan juga kalimat-kalimat yang terdiri dari ajakan atau bujukan yang diucapkan oleh karakter-karakter tertentu. B.
Landasan Teori Teori yang saya gunakan untuk menganalisa penelitian ini merupakan teori –
teori yang diambil dari buku-buku serta website yang berkaitan dengan politeness sebagai acuan atau referensi. Teori-teori tersebut juga bertujuan untuk memperkuat analisa atau penelitian ini. Teori Brown and Levinson banyak diterapkan dan disusun dalam penelitian ini karena strategi-strategi politeness yang digunakan dalam analisa ini merupakan strategi politeness yang dipakai dan diterapkan oleh beliau. Strategistrategi tersebut adalah bald on record, positive politeness, negative politeness dan off record. Bald on record merupakan strategi kesopanan atau politeness yang dipakai jika penutur atau speaker ingin mengucapkan secara langsung tujuan mereka terhadap lawan bicaranya. Kalimat yang digunakan dalam strategi ini sebagian besar adalah kalimat perintah, sebagai contoh “pakailah topimu!”. Strategi ini juga memiliki banyak kategori, beberapa diantaranya yang dijelaskan dalam analisa ini adalah emergency, task oriented, request, dan alerting. Emergency merupakan strategi yang dipakai oleh speaker atau penutur saat perbincangan yang dilakukan dalam kondisi mendesak, sebagai contoh “awas!” Task oriented adalah strategi percakapan yang dipakai ketika pembicara menyuruh lawan bicaranya mengikuti apa yang dimaksud, sebagai contoh “ matikan lampu itu!”. Request adalah strategi untuk menuturkan keinginan pembicara atau speaker secara langung pada lawan bicaranya, 57
contoh “pinjamkan saya bukumu!”. Alerting adalah kategori dari strategi bald on record yang digunakan oleh penutur untuk memberikan peringatan atau kalimat waspada pada lawan bicaranya, contohnya adalah “hati-hati! Lantai sangat licin.” Positive politeness adalah strategi kesopanan yang dipakai oleh orang-orang ketika lawan bicara mereka adalah orang yang mereka kenal dengan sangat dekat dan familiar, seperti halnya teman dekat. Kalimat yang dituturkan menggunakan strategi ini biasanya bahasa yang penuh dengan persahabatan. Strategi ini juga memiliki kategori-kategori, diantaranya adalah attend to the hearer, avoid disagreement, assume disagreement, dan hedge opnion. Attend to the hearer dipakai ketika penutur ingin bersikap lebih ramah dan bersahabat terhadap lawan bicaranya, kalimat yang dituturkan membuat pendengar atau lawan bicaranya merasa nyaman dan dihormati. Avoid disagreement diaplikasikan oleh pembicara ke dalam bahasa mereka ketika mereka ingin menghindari ketidaksetjuan atau perbedaan pendapat dengan komunikannya, sebaliknya Assume agreement adalah strategi yang digunakan untuk menilai dan menyimpulkan bahwa lawan bicara setuju dan sepakat dengan pembicara atau speaker. Hedge opinion adalah strategi dimana pembicara atau penutur menerapkan objektif dari perbincangannya dengan memberikan saran kepada
lawan
bicaranya
untuk
menghindari
lawan
bicaranya
dari
rasa
ketidaknyamanan atau tersinggung. Negative politeness adalah strategi politeness yang paling formal yang digunakan atau diaplikasikan dalam sebuah interaksi dimana hubungan antar penutur dan komunikannya tidak terlalu dekat atau kedua pihak tersebut memiliki status yang sangat berbeda seperti halnya guru dan murid. Biasanya bahasa yang disusun menggunakan strategi ini adalah bahasa-bahasa yang formal. Strategi ini juga memiliki kategori-kategori, beberapa diantaranya adalah be indirect, forgiveness,
58
minimize imposition, dan pluralize the person responsible. Be indirect merupakan kategori yang dimana speaker menyampaikan tujuan atau maksudnya secara tidak langsung seperti bald on record. Forgiveness adalah strategi dimana speaker atau penutur meminta maaf kepada lawan bicaranya jika hal yang dilakukan atau yang diterima tidak sesuai dengan lawan bicaranya, dengan tujuan agar lawan bicaranya tidak merasa tersinggung atau tidak nyaman dengan interaksi tersebut. Minimize imposition adalah strategi dimana speaker bertanya atau menyampaikan objektifnya dengan cara yang tidak dibentuk dalam pertanyaan, contohnya “saya rasa komputermu sedang tidak dipakai”, kategori ini bertujuan untuk tidak membuat lawan bicaranya tersinggung atau tidak nyaman dalam interaksi tersbut. Pluralize the person responsible adalah kategori dimana speaker mengganti subjek “saya” dengan “kita/kami” untuk membuat kalimat yang diucapkan terdengar lebih pantas, hal ini untuk mengurangi rasa tanggung jawab pada speaker di dalam interaksi tersebut. Off record adalah strategi dimana speaker tidak mengucapkan tujuannya secara langusung di dalam perbincangan atau interaksi dengan lawan bicaranya melainkan hanya memeberikan petunjuk-petunjuk yang membuat lawan bicaranya menegerti apa yang dimaksud. Strategi kesopanan ini juga memiliki beberapa kategori, diantaranya adalah give hints, be vague, dan be sarcastic. Give hints adalah kategori yang digunakan speaker dalam memberikan petunjuk yang dikmaksud tanpa menyebutkan secara langsung. Be vague adalah strategi dimana speaker bersikap tidak jelas dalam mengaplikasikan tujuannya kepada lawan bicaranya yang juga dianggap sebagai petunjuk. Be sarcastic adalah kategori dimana speakerlebih memilih mengekspresikan maksudnya kedalam idiom atau ungkapan/istilah kata.
59
C.
Metodologi Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena analisis ini merupakan
analisa percakapan dalam film Yes Man. Saya mengumpulkan data dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan, setelah itu pemberian kode dan klasifikasipun dilakukan kepada data tersebut untuk mendapatkan hasil data analisis. Pertama saya melakukan pemilahan terhadap scene dan dialog-dialog dalam percakapan-percakapan dalam film tersebut, lalu jumlah scene yang didapat adalah 20 scene. Tipe ucapan dan kalimat pun dibagi menjadi tiga bagian yaitu kalimat penolakan, penerimaan dan pembujukan sesuai dengan topic analisa ini. Pembagian tersebut menghasilkan 19 ucapan yang berisikan kalimat penolakan, 23 ucapan yang berisikan penerimaan dan 44 ungkapan atau ucapan yang berisikan pembujukan. Ucapan-ucapan tersbut diucapkan oleh karakter-karakter tertentu yang sesuai dengan batasan dari penelitian ini. Setelah pembagian tipe kalimat selesai dilakukan, klasifikasi berdasarkan strategi politeness pun dilakukan termasuk dengan pembagian kategori-kategorinya. D.
Pembahasan Hasil dari analisa ini ditemukan bahwa bald on record dan positive politeness
adalah strategi yang paling sering dipakai Carl dalam melakukan penolakan, dengan total
6 ucapan pada masing-masing strategi, lalu diikuti dengan 4 ucapan
menggunakan negative politeness dan 3 ucapan menggunakan strategi off record. Bald on record adalah strategi yang paling banyak digunakan oleh Carl dalam membuat ungkapan yang berisikan penerimaan dengan total 12 ucapan, diikuti dengan 10 ucapan menggunakan strategi positive politeness dan 1 ucapan menggunakan negative politeness.
60
Positive politeness merupakan strategi politeness yang paling sering digunakan oleh karakter-karakter lain yang adalah Peter, Nick , Norman, Terrence, Tillie dan Allison dalam melakukan pembujukan. Terdapat 25 ucapan atau kalimat bujukan yang diucapkan oleh karakter-karakter tersbut yang menggunakan strategi ini, diikuti oleh 12 kalimat bujukan yang menggunakan bald on record, 8 kalimat bujukan menggunakan negative politeness dan 2 kalimat bujukan yang menggunakan strategi off record. Bald on record dan positive politeness adalah strategi kesopanan atau politeness yang sering dilakukan di setiap scene dalam film ini, baik pada kalimat penolakan, penerimaan, maupun kalimat bujukan. Hal ini terjadi karena, cerita dalam film ini berpusat pada kehidupan Carl yang monoton dan dikelilingi oleh persahabatan dirinya dan teman-temannya. Carl adalah seorang yang pesimis dan selalu mengatakan tidak pada setiap tawaran yang datang padanya, ditambah lagi semenjak perceraiannya degan mantan istrinya Stephanie. Akan tetapi temantemannya selalu mendukung Carl, dan berusaha agar Carl dapat mengubah cara pandang hidupnya dengan lebih baik dan bersikap optimis akan segala hal khususnya berani mengatakan ya atau menerima setiap tawaran atau peluang yang datang padanya. Hampir seluruh lawan bicara Carl dan karakter-karakter lain yang dianalisa di penelitian ini adalah orang-orang yang mereka kenal dengan baik dan dekat, terlebih lagi Carl adalah seorang pria yang tidak suka bertele-tele dalam mengutarakan maksudnya, ia lebih suka dan lebih banyak menggunakan kalimatkalimat sederhana dan menyebut langusng tujuannya. maka hal ini wajar dan dapat diterima kalau hampir seluruh percakapan yang terdapat ungkapan-ungkapan penolakan, penerimaan, dan pembujukan menggunakan strategi bald on record dan positive politeness.
61
E.
Kesimpulan Dalam analisa ini hasil yang ditemukan adalah 3 kesimpulan utama yang
menjawab formulasi permasalahan, yakni: 1.
Bald on record dan positive politeness adalah strategi kesopanan yang sering dipakai oleh Carl dalam membuat ungkapan penolakan pada permintaan ataupun saran. Selain itu, bald on record juga merupakan strategi yang paling sering digunakan oleh Carl dalam membuat ungkapan penerimaan pada permintaan ataupun saran. Positive politeness merupakan strategi yang paling banyak digunakan oleh karakter-karakter lain (Peter, Nick, Norman, Terrence, Tillie dan Allison) dalam membuat ungkapan-ungkapan bujukan.
2.
Bald on record dan positive politeness merupakan dua strategis kesopanan yang paling sering dipakai oleh karakter-karakter tertentu yang dianalisa dalam membuat ungkapan penolakan, penerimaan pada permintaan atau saran, dan ungkapan bujukan. Hal ini dikarenakan, cerita film ini berpusat pada hidup Carl dan pershabatannya dengan teman-teman dan orang-orang sekitar Carl yang dekat dengannya. Sebagian besar dari lawan bicara mereka adalah orang-orang yang mereka kenal dengan baik dan dekat.
3.
Bald on record dan positive politeness adalah strategi yang paling sering digunakan karena pada dasarnya film “Yes Man” menceritakan kehidupan Carl dan hubungannya dengan teman-teman dan orang-orang sekitarnya yang dekat dengannya. Strategi politeness dalam film Yes Man ini teraplikasi dengan sangat baik dan
sesuai dengan alur cerita film tersebut. Akan tetapi, komunikasi dalam percakapanpercakapan tersebut akan lebih baik jika sang penulis film tersebut sedikit lebih mngaplikasikan strategi off record karena strategi ini merupakan strategi yang
62
biasanya digunakan dalam komunikasi face-to-face, ditambah lagi karya ini merupakan film yang berisikan komunikasi face-to-face.
63
64